Anda di halaman 1dari 6

Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

ETIKA KOMUNIKASI APARATUR HUMAS DAN PROTOKOL

Indrawadi Tamin
Fikom Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
indrawadi.tamin@indonusa.ac.id

Abstrak
Kode Etika Kehumasan memang harus semakin dimasyarakatkan, paling tidak dikalangan
para praktisi humas Tidak jarang, citra negatif tentang humas disebabkan prilaku para praktisi
humas itu sendiri. Untuk itu, salah satu cara meninggikan citra ini adalah lebih dihayatinya
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kode Etik Kehumasan. Dengan demikian, bisa
disimpulkan bahwa sebenarnya ada dua manfaat pokok kode etik ini. Yang pertama, untuk
menghindari timbulnya abuse of power dari suatu profesi. Ambillah profesi kedokteran tadi.
Kalau tidak ada kode etik kedokteran, maka masyarakat bisa menjadi korban kesewenangan
dokter misalnya dalam soal tarif, pelayanan, dan kemungkinan perbuatan asusila. Pengha-
yatan kode etik para dokterlah selama ini yang melindungi masyarakat. Adapun yang kedua
adalah demii integritas, untuk melindungi/memajukan profesi itu sendiri. Bayangkanlah jika
seorang dokter selalu dihantui kekhawatiran tuntutan karena malpraktek

Kata Kunci: Etika, Komunikasi, Aparatur

Pendahuluan garan hukum. Namun dari “kacamata” etika,


Kata etika sudah sangat dikenal dalam James Wright telah melakukan suatu perbuatan
kehidupan sehari-hari. Namun tak jarang, begitu tercela yang seharusnya tidak dilakukan seorang
ditanya makna sebenarnya, tidak jarang jawaban anggota DPR Amerika
yang keluar keragu-raguan. Susahnya menjelaskan Kasus Anthony M Franco adalah contoh
etika itu seolah bagaikan susahnya orang bisu lain. Di tahun 1986, ia mengundurkan diri
bermimpi. Ingin becerita namun tak kuasa, tera- sebagai presiden PRSA (Public Relations Society
sakan ya, terkatakan tidak. Keraguan juga bisa of America) karena insider-trading violations. Tidak
timbul misalnya jika etika dihadapkan pada ada hukum yang dilanggarnya, hanya rambu-
hukum positif yang berlaku karena bisa saja, rambu etikalah yang tidak diperhitungkannya.
sesuatu yang melanggar hukum otomatis juga Seperti dikatakannya: “I had legal advice but no
“tidak etis,” atau sebaliknya. outside public relations counsel, which I have should have
Sebagai contoh bahwa bisa saja seseorang gotten” (Saya mendapat nasehat-nasehat dari sudut
tidak melanggar hukum tapi dianggap melanggar hukum, tetapi tidak pandangan public relations yang
etika adalah apa yang terjadi pada James Wright, seharusnya saya terima).
Speaker of the House (Ketua DPR) Amerika. Ia Lalu apa sebenarnya etika itu? Raymond
akhirnya harus mundur dari jabatannya setelah Baumhart, seorang pengusaha Amerika mencoba
diperiksa Komisi Etik Kongres. Kesalahannya? menjelaskannya sebagain berikut (Seitel, 1992):
Menerima royalty dengan cara yang tidak patut ƒ “Etika, sesuatu yang berhubungan dengan
untuk buku otobiografinya! James Wright mener- perasaan saya untuk menunjukkan pada saya
bitkan sebuah buku yang menceritakan riwayat mana yang salah dan mana yang benar (Ethics
hidupnya sampai ia menjadi anggota US Repre- has to do with my feelings tell me is right or wrong).”
sentative (DPR Amerika). Buku itu kemudian ƒ “Etika, sesuatu yang berhubungan dengan
dicetak dalam jumlah ouluhan ribu yang kemu- keyakinan agama saya (Ethics has to do with my
dian hampir semuanya diborong sebuah peru- religious beliefs).”
sahaan yang pernah “ditolongnya.” Ini adalah ƒ “Beretika berati memenuhi ketentuan hokum
cara baru untuk menerima pemberian. Memang (Being ethical is doing what the law requires).”
tidak dapat dibuktikan bahwa telah terjadi pelang-
Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008 1
Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

beban “the public relations nighmare” (hal. 499) humas untuk memenuhinya. Terlebih pula,
yang sangat mempengaruhi citra mereka. Tu- “upaya memanipulasi media” bisa ditrafsirkan
duhan berat dialamatkan pada Nestle’. Berbagai sangat luas. Misalnya berbohong pada war-
kelompok gereja, serikat pekerja, organisasi tawan, memberikan amplop, menutup-nutupi
kewanitaan, dan para aktivis lainnya menuduh informasi bisa diartikan sebagai bentuk mema-
Nestle’s telah membunuhi para bayi. nipulasi media demi kepentingan sepihak
ƒ Kerahasiaan (confidentiality). humas.
Isu kerahasiaan dapat menjadi isu yang pelik Banyak yang menyambut pengunduran diri Arie
dalam praktek dan etika humas karena berbagai Fleischer, Jurubicara George W. Bush, presiden
faktor. Pertama, faktor ‘godaan” atau kei- Amerika karena kinerjanya yang dianggap “surely
nginan “membanggakan” dan sekaligus keingi- contributed to the negative perception of Public
nan memanfaatkan untuk promosi. Bila humas Relations” (Theaker, hal 69). Kesalahan Arie
setuju menekan kontrak dengan seorang klien Fleischer? Antara lain, ia dianggap: the most
yang minta kontrak pekerjaan itu dirahasiakan, deceitful presidential press secretary…”
maka humas harus menjaga komitmen ini. ƒ Tidak merendahkan rekan seprofesi.
Tentu tidak boleh dipublikasikan apalagi kalau Di Indonesia kasus menyagkut masalah ini
digunakan untuk bahan promosi. Ini tidak belum pernah terdengar, yaitu rekan seprofesi
mudah dalam prakteknya. Kedua, bisa saja klien kehumasan menjelekkan atau menyerang rekan
tidak merahasiakan dirinya, tapi meminta lainnya. Ini mungkin karena perusahaan humas
segenap materi atau informasi yang dibahas belum menjamur di Indonesia. Memang
bersifat confidential. Disini humas harus extra sebaiknya begitu adanya: saling respek meng-
hati-hati jika materi yang dibahas tadi berten- hargai antara sesama praktisi humas adalah basis
tangan dengan kepentingan umum. Disini hu- hubungan antara mereka.
mas harus berani bersikap bahwa “public interest”
adalah tetap yang pertama.
Apapun juga kontrak yang disepakati, humas Kesimpulan
harus bisa menyakinkan klien bahwa semua Sebagai sebuah profesi, selayaknya Humas
informasi dianggap confidential dan tidak akan mempunyai Kode Etik karena dengan dengan
pernah disampaikan kepada pihak lain tanpa adanya Kode Etik, masyarakat akan terlindungi
persetujuan klien. Ini salah satu isu dalam etika dari kemungkinan penyalah gunaan power humas.
yang dapat meningkatkan integritas dan Manfaat lain, kode etik dapat berkontribusi pada
kredibilitas profesi humas. kemajuan profesi kehumasan itu sendiri. Walau
ƒ Kejujuran dan adil (honesty & fairness). berbagai organisasi kehumasan di Indonesia
Sewaktu Irak menyerang Kuwait di tahun 1990, sudah memiliki Kode Etik, pelaksanaan dalam arti
Citizen for Free Kuwait menyewa perusahaan pencatatan kasus-kasus yang timbul serta
Public Relations bernama Hill & Knowlton untuk pengawasannya belum terlaksana.
kampanye menggalang penentangan invasi ini. Mungkin dinamika dan romantika praktek
Upaya Hill & Knowlton menuai kritik, dan kehumasan kita belum complicated seperti praktek
perusahaan ini dituduh melakukan questionable di negara-negara maju. Di negara mau, seperti
campaigns. Yang tidak etis yang dilakukan Hill & diceritakan Lovell (hal 381), sering dalam
Knowlton adalah ketika membawa seseorang melakukan tugasnya, praktisi PR bertemu dengan
yang mereka aku sebagai saksi netral untuk dilemma etika. Bagaimana misalnya kalau ia
menyampaikan kesaksiannya di Congres diminta berbohong, menulis press release yang
Amerika. Ternyata saksi ini adalah putri Duta misleading, berbohong pada reporter, dan
Besar Kuwait di Amerika. Ia bercerita bahwa menutup-nutupi hal-hal yang tidak mungkin
tentara Irak melakukan kekejaman dengan dicapai? Kalau berani menolak, mungkin ada
mengeluarkan bayi-bayi dari inkubator dan risiko dipecat. Kalau mereka turuti, dan apalagi
kemudian meninggalkan bayi tadi dalam kalau berkali-kali, mungkin mereka akan tersiksa
keadaan meninggal. terus karena telah bertindak yang tidak sesuai
ƒ Tidak memanipulasi media. dengan hati nurani dan etika. Ini bisa
Ini isu yang mudah dibicarakan namun membu- menijmbulkan stress. Sehingga menurut sebuah
tuhkan kesadaran dan komitmen kuat praktisi laporan Federal Health Occupational Report,
Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008 5
Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

Associations), organisasi kehumasan Indonesia juga Adapun Joseph Awad (hal 50),
mempunyai kode etik masing-masing. menambah empat kategori di atas dengan ka-
tegori yang kelima: “to the government.” Profesi ke-
humasan juga harus juga memiliki standar
Kategori Isi Kode Etik perilaku dalam berhubungan dengan pemerintah.
Kalau dipelajari berbagai kode etik orga-
nisasi kehumasan di atas, dan juga telahaan para
ahli (Bowman & Ellis, hal 24-28; Theaker, hal 24) Isu dalam Kode Etik
maka area yang diatur etika humas dapat dike- Adapun beberapa masalah atau isu yang
lompokkan dalam empat kategori. Keempat menonjol dalam praktek kehumasan adalah:
kategori ini adalah ƒ Menyesatkan & salah (misleading & fault).
ƒ Pertanggungan jawab sosial pada masyarakat Sebagai contoh, bisa dikemukakan disini kasus
(Social responsibility (to the public). Setiap praktisi yang terjadi tahunan yang lalu ketika Nestle’
humas harus menghayati sepenuh hati bahwa suatu perusahaan yang bergerak di bidang ma-
siapapun klien atau atasannya, pertimbangan kanan di Switzerland memproduksi powdered
utamanya adalah kepentingan umum. Janganlah infant formula (suatu makanan bubuk buat bayi)
sampai masyarakat menjadi korban karena power yang dijual di negara-negara berkembang
yang dimilikinya. Kepentingan publik adalah (Center & Jackson, hal 494-504). Penelitian
segala-galanya. WHO menyimpulkan bahwa makanan ini
ƒ Hubungan dengan klien dan atasan (Relationship menjadi faktor timbulnya masalah gizi
with the client and employer). Hubungan ini harus (malnutrition) dan juga penyebab timbulnya diare
berdasar pada kepercayaan, keterbukaan, dan serta meningkatnya angka kematian bayi di be-
kejujuran. Seorang PR professional akan berapa negara berkembang. Dan yang mem-
menjamin confidentiality (kerahasiaan) sebaik dan perburuk keadaan adalah terjadinya perubahan
seaman-amannya. Kalau klien menghendaki pola menyusukan bayi. Nestle’ dituduh telah
bahwa kontrak tidak boleh diketahui siapapun mendorong para ibu di negara berkembang un-
misalnya, maka humas menjaga betul bahwa tuk tidak memberi ASI lagi bagi para bayi
nama klien tidak akan pernah dibuka apalagi mereka. Berbagai kritik timbul, dan juga tun-
dipakai sebagai bahan promosi. Demikian juga tutan agar Nestle’ menarik produk ini. Di Ame-
halnya dengan confidentialiy atasan. Sangat tidak rika lalu timbul kampanye beberapa organisasi
professional kalau sampai terjadi justru humas yang menyerukan pemboikotan produk Nestle’.
yang menjadi sumber gossip dan leaking. Dari sudut etika humas, kasus ini terletak pada
ƒ Hubungan dengan media komunikasi (Rela- cara Nestle’ “menjajakan” produknya itu.
tionship with the media of communication). Hubu- Nestle’ bertumpu pada apa yang dinamakan
ngan dengan media adalah hubungan yang “milk nurses” atau “mother craft workers” yang
dibangun di atas fondasi profesionalisme. mendatangi berbagai rumah sakit, klinik, rumah
Integritas PR akan sangat dihargai para praktisi penduduk untuk menjelaskan pada para ibu
media kalau humas tidak berbohong dan tidak manfaat memakai formula Nestle’ tadi. Para
berusaha memanipulasi media. “nurses” ini memakai pakaian perawat/suster,
ƒ Hubungan dengan sesama rekan seprofesi dan penampilan ini sudah tentu bisa me-
humas (Relationship with fellow PR people). Dengan nimbulkan kesan bahwa formula Nestle’ tadi
sesama rekan profesi, humas harus saling didukung oleh dunia kesehatan. Ini misleading
memelhara dan menunjukkan sikap respek. atau menyesatkan, apalagi sudah ada penelitian
Tidaklah etis misalnya karena demi meng- yang melaporkan berbagai efek pemakain
harapkan dapat order, sebuah perusahaan formula tadi.
humas menjelek-jelekan perusahaan humas Nestle’ mencoba bereaksi dengan antara lain
lainnya. Menggerogoti reputasi rekan se profesi mengedarkan 19 ringkasan dukungan dari
dengan mengklaim bahwa pelayanan yang berbagai negara berkembang. Sayangnya, upaya
ditawarkan rekan tadi lebih mahal dan lebih ini tidak berhasil menghentikan boikot atas
jelek termasuk dalam prilaku yang tidak etis. produk mereka. Boikot ini telah menimbulkan
kerugian jutaan dollar terhadap Nestle’. Yang
diinginkan Nestle’ sebenarnya ingin lepas dari
4 Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008
Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

ditaati, dapat meninggikan integritas suatu profesi Dengan demikian, bisa disimpulkan bah-
di mata masyarakat. Lihatlah misalnya profesi wa sebenarnya ada dua manfaat pokok kode etik
dokter. Pada umumnya, kesan masyarakat ini. Yang pertama, untuk menghindari timbulnya
terhadap profesi dokter adalah luhur, terhormat, abuse of power dari suatu profesi. Ambillah profesi
dan dapat dipercaya. Seorang pasien wanita de- kedokteran tadi. Kalau tidak ada kode etik kedok-
ngan tidak ragu-ragu akan berani membuka teran, maka masyarakat bisa menjadi korban kese-
pakaiannya di ruang praktek seorang dokter. wenangan dokter misalnya dalam soal tarif,
Demikian juga halnya dengan profesi lain, misal- pelayanan, dan kemungkinan perbuatan asusila.
nya profesi pengacara. Seorang pelaku kejahatan Penghayatan kode etik para dokterlah selama ini
akan berani bercerita apa adanya pada seorang yang melindungi masyarakat. Adapun yang kedua
pengacara. Keberanian wanita dan pelaku keja- adalah demi integritas, untuk melindungi/
hatan tadi karena kepercayaan mereka pada memajukan profesi itu sendiri. Bayangkanlah jika
integritas profesi kedokteran dan pengacara. seorang dokter selalu dihantui kekhawatiran tun-
Kenapa kode etik diperlukan dalam tutan karena malpraktek. Ia mungkin agak ragu–
kehumasan? Ini tidak lain karena sifat kerja hu- ragu untuk melakukan suatu operasi walau pasien
mas (the nature of their work) yang : “capable of tadi sangat memerlukan pertolongan medis.
influencing others” (Bowman & Ellis, hal 24). Padahal disamping fungsi pelayanannya, meno-
Dengan kemampuan komunikasinya ini untuk long dan merawat pasien ini sekaligus juga me-
mempengaruhi, humas dapat saja tergelincir pada mliki fungsi “pelatihan” dalam menerapkan ilmu
tindakan yang tidak terpuji. Karenanya humas kedokteran.
harus mempunyai komitmen teguh terhadap
dirinya sendiri bahwa ia akan “maintain descent
standar.” Bukan tidak mungkin, misalnya, suatu Kode Etik Humas
saat kelak ada yang mengontrak sebuah peru- Tidak mudah.mengembangkan dan bah-
sahaan humas untuk mengkampanyekan aborsi kan meng-enforce Kode Etik Humas yang ada. Ini
menjadi legal di Indonesia (yang sampai saat ini disebabkan perkembangan profesi kehumasan ini
baik dari kaca mata hukum positif kita dan moral sendiri yang masih belum begitu marak di
masyarakat, aborsi masih merupakan hal yang Indonesia, dan juga karena masih belum well
tabu). documented-nya kita mencatat kasus–kasus yang
Awad (hal 49) memberi label lain akan timbul dalam praktek kehumasan di Indonesia.
power humas ini, yaitu create favorable image atau Belum ada organisasi profesi kehumasan yang
kemampuan humas menciptakan image yang secara khusus mencatat berbagai kasus, padahal
menguntungkan. Dengan kemampuan berkomu- pencatatan ini diperlukan dalam pelaksanaan kode
nikasinya, humas dapat mebangun citra suatu etik.
organisasi atau seorang figur. Dalam hal ini, Mengambil contoh di Amerika, suatu
humas seharusnya tidak terseret arus, yang umpa- penelitian di tahun 1987 melaporkan adanya 168
manya demi menciptakan citra seorang “bapak” complains menyangkut praktek kehumasan (Seitel ,
adalah tokoh yang bijaksana dan dermawan, hal 124). Untuk menilai berbagai keluhan tadi
humas lalu memalsukan riwayat hidup sang tentu diperlukan “alat ukur.” Dan dalam hal ini,
bapak. Disamping label create favorable image hu- alat ukur tadi adalah kode etik yang dimiliki oleh
mas, Awad juga punya alasan lain, yaitu humas PRSA (Public Relations Society of America).
punya “power to manipulate.” Jika tidak punya rem Di Indonesia ada berbagai organisasi
berbentuk etika, maka bisa saja humas terlibat da- “profesi” kehumasan. Diantaranya, Perhumas
lam upaya manipulasi persepsi masyarakat ter- (Perhimpunan Humas Indonesia); Bakohumas
hadap suatu isu. (Badan Kordinasi Kehumasan Pemerintah),
Power humas ini (create favorable image, APPRI (Asosiasi Perusahaan Public Relations
influencing others, atau manipulate) kalau tidak dike- Indonesia). Sebagaimana halnya dengan berbagai
kang sendiri oleh para praktisi humas profes- organisasi kehumasan di berbagai negara
sional, tentulah pada akhirnya masyarakat juga (misalnya: IPPRA–International Public Relations
yang menjadi korban, yang pada gilirannya Association; Amerika: PRSA-Public Relations Society
akhirnya akan meniadakan kepercayaan masya- of America; dan Inggris: IPR-Institute of Public
rakat pada profesi humas. Relations, dan PRCA-Public Relations Consultant
Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008 3
Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

ƒ “Etika terdiri dari berbagai standar perilaku mereka pahami, dan citra pemerintah yang negatif
yang diterima dapat masyarakat kita (Ethics dimata mereka. Sebaliknya pemerintah juga
consists of the standards of behavior our society mengeluh atas kurangnyanya pengertian dan
accepts).” support masyarakat terhadap berbagai kebija-
ƒ “Saya tidak tahu artinya (I don’t know what the kannya.
words means).” Dalam kaitan ini, lanjut Bowman & Ellis
“Effective Communication”-lah yang kita bicarakan,
Penyampaian Raymond Baumhart di atas dan ini tidak mudah karena komunikasi efektif
mengambarkan beragam pemaham tentang etika, menyangkut berbagai aspek. Aspek-aspek ini an-
yaitu, etika menyangkut hati nurani dalam tara lain (hal 28-29):
menentukan salah benar; etika berkaitan dengan ƒ Atensi (komunikasi harus mampu menim-
agama; ber-etika berarti sudah ikut mematuhi bulkan atensi sasaran),
hukum yang berlaku, etika merupakan standar ƒ Interest (harus mampu merangsang minat dan
prilaku yang diterima masyarakat; dan ada yang menimbulkan rasa penting untuk mendengar/
tidak tahu apa arti etika. Kelima unsur ini melihat message yang disampaikan).
(nurani, agama, hukum, standard prilaku, dan ƒ Conveying information with: impact, accuracy, lack of
ketidaktahuan) merepresentasikan tidak mudah- ambiguity (menyampaikan informasi yang
nya menggaris bawahi makna etika. Namun kita menghasilkan dampak dampak yang diharap-
tentu tidak bisa terpaut disini. Hidup dan kehi- kan, diusahakan seakurat mungkin, dan
dupan berjalan terus, dan hubungan-hubungan menghindari ketidakjelasan).
antara elemen masyarakat memerlukan guidance ƒ Audience (sasaran) harus jelas,
yang disepakati supaya eksistensi masyarakat ƒ Means of reaching audience (media dan teknik
berjalan dengan sebaik mungkin. yang digunakan dalam komunikasi hendaknya
Guidance hubungan-hubungan ini pada disesuaikan dengan kondisi sasaran/audience
intinya kalau kita bawa ke kehidupan berorga- yang hendak dicapai)
nisasi adalah standard perilaku yang popular di-
kenal sebagai Kode Etik. Inilah yang akan kita Menurut Paul Seiter (hal 167), “komu-
bahas, dalam hal ini kode etik kehumasan. nikasi adalah backbone-nya Humas.” Sebagai seo-
rang professional communicator, PR practitioner harus
lebih menguasai komunikasi dibandingkan orang
Pembahasan lain dalam organisasinya. Pengetahuannya tentang
Komunikasi Humas komunikasi seyogyanya membedakannya dengan
Pada dasarnya seorang praktisi humas anggota organisasi lainnya. Pada intinya keber-
adalah seorang professional communicator (Seitel, hal hasilan PR tergantung pada kinerjanya
167) karena tugasnya yang harus mengkomu- berkomunikasi.
nikasikan institusinya dengan publik. Berkomu-
nikasi adalah “a process of exchanging information,
bertukar informasi.” Dan seperti dikatakan Kenapa Perlu Kode Etik Kehumasan
Bowman & Ellis (hal 28), ini mudah karena Kode Etika Kehumasan memang harus
“everyone does all the time (semua orang melaku- semakin dimasyarakatkan, paling tidak dikalangan
kannhya setiap waktu).” Walau begitu justru para praktisi humas Tidak jarang, citra negatif
banyak problem yang terjadi karena komunikasi tentang humas disebabkan prilaku para praktisi
yang tidak lancar. Teknologi komunikasi begitu humas itu sendiri. Untuk itu, salah satu cara
maju dewasa ini, sehingga memungkin orang ber- meninggikan citra ini adalah lebih dihayatinya ke-
komunikasi dengan seseorang di angkasa luar, tentuan-ketentuan yang tercantum dalam Kode
atau antara dua orang di negara yang berbeda. Etik Kehumasan.
Namun sering kita dengar bahwa banyak per- Secara umum, kode etik adalah panduan
kawinan putus ditengah jalan karena kurang sera- bagi sebuah profesi, yang dibuat berdasarkan
sinya komunikasi antara suami isteri, padahal me- kaidah moral. Dengan demikian kode etik sebe-
reka tidur di satu tempat yang sama. Dalam narnya adalah sesuatu yang luhur karena ia
kehidupan bernegara, sering kita mendengar kelu- merupakan panduan moral bagi penggelut suatu
han rakyat atas kebijakan pemerintah yang tidak profesi. Memiliki kode etik yang operasional dan
2 Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008
Etika Komunikasi Aparatur Humas dan Protokol

tahun 1987, Public Relations berada pada peringkat Canfield, Bertrand R, “Public Relations Principle:
keenam sebagai suatu profesi yang banyak Cases and Problems, Homewood”, Richard D
dirawat di mental health institution. Irwin, Inc, Illinois, 1968.

Lovell, Ronald P, “Inside Public Relations”, Allyn


Daftar Pustaka and Bacon, Boston, 1982.
Awad, Joseph F, “The Power of Public Relations”,
Preager, New York, 1985.
Seitel, Fraser P, “The Practice of Public Relations”,
Macmillan Publishing Co, New York,
Bowman, Pat and Ellis Nigel, “Manual Of Public 1992.
Relations.”, Milliam Heinemann Ltd,
London, 1982.
Theaker, Alison, “The Public Relations Handbook”,
Routledge, London, 2008.

6 Jurnal Komunikologi Vol. 5 No. 1, Maret 2008

Anda mungkin juga menyukai