Anda di halaman 1dari 20

Dimensi, Vol.14- No.

1, September 2017

PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH


TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2) DI JAKARTA SELATAN
(Studi Kasus : Wilayah Tebet Barat)

Susy Irma Adisurya


Staf Pengajar Desain Interior FSRD, Universitas Trisakti
Email: susyirma@yahoo.com

Abstract
To have a house in Jakarta, for people with middle income is not easy, because the price
of the land offered is high and the land in the center of the city are limited. Land area
mapping for houses is not as large as in the 1980s. For the area of ​Tebet Barat, the
available land which also has a higher demand is an area of ​about 90 m2 - 120 m2, with
length and width as follows: 15 m x 6 m, 15 m x 7 m and 15 x 9 m. Limited land area for
houses resulted in the number of houses built in the form of terraced (vertical) on the
ground that a necessary space for a family could be fulfilled.
The limited area of ​the house resulted in the layout of space undergoing significant
changes. The kitchen has variety of activities. The main activities is to process
ingredients into a fine dish, so the kitchen become one of the important place in the
designing process. Limited land area is also caused another problems. Does the kitchen
layout changed? Or does the resident's perspective about kitchen change as well?
To overcome the problem, we will conduct a research by using qualitative method. The
result of this research is that there are lot of changes in the kitchen layout of the house
and changes the perspective related to function and activities of the residents while in
the kitchen.
Keywords: kitchen, house, lay out

Abstrak
Untuk memiliki rumah tinggal di Jakarta, bagi masyarakat dengan tingkat
ekonomi menengah tidak mudah, karena harga tanah yang ditawarkan tinggi
dan lahan perumahan di pusat kota yang sedikit. Pemetaan luas tanah untuk
rumah tinggal tidak besar seperti pada tahun 1980-an. Untuk daerah Tebet
Barat luas tanah yang tersedia dan banyak diminati adalah tanah yang
memiliki luas sekitar 90m2 -120m2, dengan ukuran panjang dan lebar sebagai
berikut : 15m x 6m, 15m x 7m dan 15 x 9m. Luas tanah yang terbatas untuk
rumah tinggal mengakibatkan banyaknya rumah yang dibangun dengan
bentuk bertingkat (vertical) dengan alasan agar kebutuhan ruang yang
diperlukan sebuah keluarga dapat tercapai.
Luas rumah yang terbatas mengakibatkan tata letak ruangnya mengalami
perubahan. Dapur memiliki kegiatan yang beragam, kegiatan utamanya
mengolah bahan makanan menjadi masakan, karena itu dapur menjadi salah
satu ruang penting dalam proses perancangan tempat tinggal. Lahan yang
terbatas ini menimbulkan permasalahan, apakah tata letak dapur mengalami

45
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

perubahan dan apakah cara pandang penghuni terhadap keberadaan dapur


pada rumah tinggal mengalami perubahan juga?
Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini, kami
akan melakukan penelitian dengan menggunakan metode Kualitatif. Hasil
yang di dapat adalah adanya perubahan tata letak dapur pada lay out rumah
tinggal dan adanya perubahan cara pandang yang berhubungan dengan
fungsi dan kegiatan penghuni saat berada di dapur.
Kata kunci: dapur, rumah tinggal, tata letak

Pendahuluan
Jakarta sebagai kota Metropolitan, memiliki banyak masalah sosial penduduk,
diantaranya masalah kebutuhan pemukiman. Untuk memiliki rumah tinggal di
Jakarta, bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah tidak mudah, karena
harga tanah yang ditawarkan tinggi dan lokasi perumahan di pusat kota yang
sudah padat. Dapur memiliki kegiatan yang beragam, pada area ini penghuni
mengolah bahan makanan menjadi masakan makan, karena alasan itu pula maka
dapur menjadi salah satu ruang penting dalam rumah tinggal. Lahan perumahan
di Jakarta terbatas sehingga pemetaan luas tanah untuk rumah tinggal tidak besar.
Untuk daerah tebet barat luas tanah yang tersedia dan banyak diminati adalah
tanah yang memiliki luas sekitar 90 m2-120 m2, dengan ukuran panjang dan lebar
sebagai berikut : 15m x 6m, 15m x 7m dan 9m x 15m. Luas tanah yang terbatas
untuk rumah tinggal mengakibatkan banyaknya dibangun rumah dengan bentuk
bertingkat (vertical) dengan alasan agar kebutuhan ruang yang diperlukan sebuah
keluarga dapat tercapai. Dapur merupakan bagian penting dalam sebuah rumah.
Dapur memiliki kegiatan yang beragam, pada area ini kebutuhan penghuni untuk
mengolah bahan makanan menjadi masakan siap saji terjadi, karena alasan itu
pula maka dapur menjadi salah satu ruang penting dalam proses perancangan
rumah tinggal.

Awalnya keberadaan dapur pada rumah tinggal sering kali dianggap sebagai area
servis semata, dimana letaknya dalam lay out rumah tinggal selalu berada
dibelakang, sehingga sering di simpulkan dapur area yang tidak penting, kotor,
tidak bebas dimasuki dan tidak layak dilihat oleh orang luar atau tamu. Sekarang
sejalan dengan perkembangan teknologi perangkat dapur dan berubahnya fungsi
dapur yang tidak hanya digunakan untuk memasak melainkan juga sebagai
tempat komunikasi suatu keluarga bahkan dapat juga sebagai tempat untuk
menerima tamu, membuat posisi dapur pada lay out rumah tinggal mengalami
pergeseran letak. Awalnya berada di bagian belakang bergeser ke bagian tengah
bahkan ke bagian depan dari rumah tinggal.

46
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah yang akan diteliti diantaranya :
1. Apakah dapur yang berkembang pada masyarakat urban di Jakarta khususnya
daerah Tebet Barat ini sudah mengalami perubahan letak dan apa alasan nya?
2. Apakah yang menyebabkan terjadinya perubahan cara pandang masyarakat
terhadap konsep dapur masa kini. Apakah dapur selain sebagai tempat
memasak, juga dapat sebagai sarana sosialisasi dan kegiatan komunikasi
keluarga?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan kepastian dan kesimpulan atas
rumusan masalah diatas, yaitu :
1. Apakah pada masyarakat Jakarta khususnya didaerah Tebet Barat letak
dapurnya sudah mengalami perubahan letak dan apa alasannya?
2. Seberapa banyak masyarakat yang telah memiliki perubahan cara pandang
terhadap fungsi dan kegiatan didapur yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tata letak dan bentuk dapur ?

Metode Penelitian
Untuk memberikan jawaban dari permasalahan yang diangkat, maka dalam
penelitian ini, kami akan melakukan penelitian dengan Metode Kualitatif, dengan
jenis penelitian menurut karakter tahapannya merupakan penelitian kasus (case
study), dimana pada pengerjaannya menggunakan pendekatan Hybrid, yaitu
menggunakan: (1) Dimensi Etika-Fungsional, (2) Dimensi Historis (Sejarah), (3)
Dimensi Antopologi Budaya, (4) Dimensi Sosiologi, (5) Dimensi Teknis (etik).

Lokasi penelitiannya adalah wilayah perumahan Tebet Barat, Jakarta selatan,


dengan alat pengumpulan data secara wawancara dan pengamatan langsung di
daerah survey, dan analisis informasi dari data literatur yang terkumpul. Melalui
etik, etika, fungsional peneliti membahas obyek berdasarkan aturan yang berlaku
secara umum dan normatif, agar dapat secara langsung menjabarkan kesesuaian
dan ketidaksesuaian suatu benda terhadap keberadaannya di suatu tempat. Secara
Historis dan antropologi budaya, dapat diketahui perjalanan dari perkembangan
obyek yang akan diteliti hingga keberadaan obyek itu di masa kini, apa mengalami
perubahan fungsi, bentuk, atau letaknya. Pada dimensi sosiologi, dapat ditelusuri
apa obyek ini sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna atau
tuntutan kehidupan masa kini. Untuk estetika sebuah karya, ternyata mampu
untuk menyampaikan banyak informasi yang berada dibelakang sebuah tampilan
karya. Estetika bisa merupakan refleksi pesan yang bersifat banyak hal seperti
religius, kepercayaan, historis, antropologis, geografis, sosiologis, politis,
psikologis, teknis, ekonomis, biologis dan lingkungan (Waluyo, 2008).

47
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Pada tahap semiotik, yang dilakukan peneliti meliputi pembahasan mengenai


tanda yang tak terbatas pada suatu obyek. Analisis Prakmatis merupakan analisis
yang mencoba memperhatikan makna yang tersembunyi, dimana penyelidikan
terhadap oposisi-oposisi berpasangan sangat penting dilakukan, yang kemudian
analisisnya menghasilkan suatu makna. Analisis Psikoanalitik memberikan
pengertian melalui simbolisasi akan menghadirkan imajinasi terhadap suatu
tanda/benda (Sumarsono, 2004:23-24). Dalam simbolis, peneliti melakukan analisa
yang mengacu pada tanda atau simbol yang tampak pada obyek yang akan diteliti,
seperti warna dan bentuk/strukturnya. Untuk menelusuri penelitian ini maka
diperlukan :
1. Data literatur meliputi: aspek desain, aspek teknik, aspek sosial budaya.
2. Data dan analisa obyek di lapangan.
3. Analisa foto obyek di lapangan.
4. Data wawancara dengan narasumber.

Tinjauan Pustaka
Dapur merupakan bagian penting dalam sebuah rumah. Pada area ini kebutuhan
utama manusia dalam hal memasak dilakukan, karena alasan itu dapur menjadi
salah satu ruang penting dalam perancangan sebuah rumah tinggal. Keberadaan
dapur pada rumah tinggal sering kali dianggap sebagai area servis semata, dimana
letaknya dalam lay out hampir selalu berada di belakang, sehingga ruang ini
seolah tidak bebas dimasuki dan ditampilkan untuk semua orang.

Dalam perkembangannya, dapur pada rumah tinggal mengalami pergeseran


letak, tidak lagi harus berada pada bagian belakang tapi bergeser ke area tengah
bahkan bisa di letakkan pada area depan rumah tinggal. Hal tersebut terjadi
karena dugaan adanya perubahan cara pandang masyarakat Jakarta terhadap
sebuah dapur, yang tidak hanya sebagai tempat mengolah makanan, tapi juga
sebagai sarana kegiatan dan komunikasi keluarga yang santai, hangat dan akrab.
Karena itu perlu diteliti kesesuaiannya dengan keadaan dilapangan.

1. Dimensi Etika-Fungsional.
Faktor utama dalam sistem perancangan interior selalu menitik beratkan pada 3
(tiga) unsur, yaitu: manusia, ruang dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut harus
dipelajari satu persatu, dengan memperhatikan ketiga unsur tersebut akan di
hasilkan suatu perancangan dasar yang baik. Manusia sebagai subyek yang akan
menempati ruang terkait dengan lingkungan, sehingga harus di jaga kesatuannya
agar menghasilkan karya yang mampu mencerminkan budaya dan suasana dari
aktifitas yang terjadi dalam ruang tersebut (Suptandar, 2003:5).

Ruang adalah wadah dari obyek-obyek yang keberadaannya dapat dirasakan


secara obyektif, yang dibatasi, baik oleh elemen-elemen buatan seperti garis dan

48
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

bidang, maupun oleh elemen-elemen alam seperti langit, horizon dan lantai
(Suptandar, 2003:1). Betapa penting fungsi dapur sehingga sering ketika memilih
atau merancang rumah, dapurlah yang menjadi pertimbangan utama. Dapur tidak
hanya membutuhkan perlengkapan seperti kompor, meja persiapan dan
penyimpanan. Tetapi juga banyak elemen lain yang perlu dicermati seperti adanya
api, air dan minyak di dalam ruang dapur. Ketiga elemen itu harus ada tapi
letaknya didalam dapur saling terpisah. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah
perancangan dapur adalah tetap memperhatikan sisi estetika (Akmal, 2005:168-
169).

Fungsi utama dapur adalah sebagai tempat memasak atau mengolah bahan
makanan menjadi makanan yang siap dihidangkan dan disantap. Kegiatan lain di
dapur (Akmal, 2004:10) :
a) Anggota keluarga dapat berkumpul dan menyaksikan langsung pengolahan
makanan berikut penyajiannya sehingga menimbulkan suasana hangat dan
akrab.
b) Anak-anak dapat mengerjakan pekerjaan rumah di dapur sambil ditemani ibu.
c) Bahkan pada rumah dengan lay out terbuka, dapur bisa menjadi tempat
menerima tamu seperti keluarga atau teman dekat, mereka dapat mengobrol
sambil menyaksikan pemilik rumah menyiapkan sajiannya.

2. Dimensi Sejarah
Dalam sejarahnya dapur lahir bersamaan dengan hadirnya rumah. Di beberapa
dekade lalu, keberadaan dapur tidak sepenting ruang lainnya, dapur dianggap
sebagai area belakang. Meskipun fungsinya amat penting, bukan berarti ruangan
ini dibebas tampilkan untuk semua orang (Akmal, 2004:9). Di kebudayaan
tradisional Sunda, daerah belakang merupakan daerah kegiatan perempuan,
terdiri dari dapur (pawon) dan goah (tempat penyimpanan padi dan beras). Laki-
laki hanya diperbolehkan masuk untuk mengambil makanan dan mengantar
beras (Sekaryati, 2007:74).

Gambar 1. Denah B, pembagian ruang (Daerah Sumedang)


(Sumber: Tetty Sekaryati, 2007)

49
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Susunan ruang pada ruang tinggal di Kampung Naga, bagian belakang terdiri dari
dapur dan goah, dan leuit (tempat menyimpan padi) yang merupakan daerah
perempuan (Sekaryati, 2007 : 76-77).

Gambar 2. Denah A, pembagian ruang (Kampung Naga)


(Sumber: Tetty Sekaryati, 2007)

3. Dimensi Antropologi dan Budaya


Menurut Koentjaraningrat, tugas utama antopologi adalah mendeskripsikan suku-
suku bangsa dalam masyarakat majemuk, antopologi pada hakekatnya
mempelajari suatu masyarakat yang multi etnik secara komparatif, dan
menganalisa semua teori kualitatif maupun kuantitatif yang berkaitan dengan
kajian masyarakat yang multietnik itu (Koentjaraningrat, 1999:7).

Menurut Pasurdi Suparlan, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia


yang dipunyai sebagai mahluk sosial digunakan untuk memahami dan
menafsirkan lingkungan yang dihadapinya (1985:7).

Gambar 3. Bagan cerminan nilai budaya dalam arsitektur Indonesia


(Sumber: Mahasiswa Teknik UI, 1985)

Rumah tinggal merupakan wujud fisik kebudayaan masyarakat yang tidak


terlepas dari manusia sebagai faktor utama yang mempengaruhi konsep tata
ruangnya. Rumah sebagai tempat tinggal layak adalah yang dapat memenuhi
kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani. Unsur-unsur yang termasuk
tata ruang adalah pembagian ruang menurut kegiatan, dimensi ruang menurut
kebutuhan gerak manusia, penghawaan & pencahayaan (Sekaryati, 2007:76-77).

50
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Fungsi kebudayaan, adanya kebutuhan menjadikan kebudayaan sebagai alat


untuk memenuhi kebutuhan, agar kebudayaan terwujud berbagai macam
kelakuan. Jika kebudayaan tadi tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka dengan
sendirinya kebudayaan tadi menjadi hilang. Jadi kebudayaan mendasari dan
mendorong terwujudnya suatu kelakuan sebagai pemenuhan kebutuhan (1985:8).

Wujud kebudayaan, kebudayaan merupakan kompleks ide-ide gagasan, nilai,


norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat,
didengar dan diraba. Jadi suatu kelakuan yang timbul adalah berdasarkan suatu
budaya (1985:9). Dapur berfungsi seperti labolatorium atau tempat manufaktur,
yaitu tempat pemrosesan material atau bahan masakan. Biasanya dapat dibagi
menjadi 2 (dua) daerah operasi yang terpisah, yaitu :
a) Pertama, persiapan material yang akan diproses atau dimasak, yang dilakukan
adalah: pekerjaan mencuci dan memotong sayuran, mengaduk adonan,
memotong atau mengiris daging dan sebagainya.
b) Kedua, proses memasak itu sendiri, yang dilakukan adalah : memasak bahan
yang sudah disiapkan.
c) Setelah memasak dan sebelum disajikan, dibutuhkan ruang untuk
penyimpanan, dilanjutkan pada proses mendinginan atau penghangatan, saat
penyajian dibutuhkan peralatan makan dan minum, seperti piring, gelas,
mangkok dan sebagainya.
d) Terakhir pencucian perabot masak-makan, pengumpulan sampah dan
pembuangan ketempat sampah (Suptandar, 2003:49).

4. Dimensi Sosiologi
Menurut Dr. P.J. Bouman, kehidupan sosial merupakan aspek tertentu dari
kebudayaan. Ia adalah bagian dari kebudaya, bukan akibat dari kebudayaan.
Definisi sosiologi :
a) Menurut Pitrim Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari :
1). Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial.
2). Pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial.
3). Ciri-ciri umum daripada semua jenis gejala sosial.
b) Menurut Roncek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
c) Menurut William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkof, sosiologi adalah penelitian
secara ilmiah, terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang segala macam kelakuan manusia didalam suatu masyarakat
(1985:30). Dapur mengandung fungsi sosial, saat ini fungsi sosial diterapkan
dalam lingkup yang lebih kecil dalam arti keluarga inti. Hubungan antar anggota
keluarga dimulai dari dapur. Anggota keluarga dapat berkumpul dan melakukan

51
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

aktifitas mengolah dan memasak makanan, kegiatan yang dilakukan bersama


menghasilkan suasana yang akrab dan hangat diantara anggota keluarga.
Didapurpun dapat juga menerima tamu dan mengobrol sambil menyiapkan
makanan. Zaman dahulu dapur memiliki nilai sosial yang sangat tinggi, karena
sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya suatu komunitas dan sangat erat
hubungannya dengan tatanan komunitas yang ada (Santoso, 2007:2).

5. Dimensi Teknis
Prinsip menata dapur, terdapat 3 zona didalam dapur, yaitu :
a) Zona memasak, berfungsi sebagai : area kegiatan mulai dari menyiapkan bahan
makanan, meracik, memasak hingga menyiapkan makanan.
b) Zona penyimpanan, pada area ini terdapat 2 (dua) area penyimpanan, yaitu
pertama menyipan bahan makanan basah atau mudah busuk (kulkas) dan area
penyimpanan bahan makanan kering.
c) Zona penyediaan air bersih, air tidak hanya dipakai untuk memasak tapi juga
untuk mencuci bahan makanan dan peralatan masak (Akmal, 2004:13).

Gambar 4. Pembagian 3 zona kegiatan (segitiga kerja) pada dapur


(Sumber: Akmal, 2004)

Ada beberapa tipe acuan dalam merencanakan dapur, tapi apa pun tipe terpilih,
prinsip segi-3 (tiga) zona kerja tetap jadi pertimbangan utama. Ke-3 (tiga) zona itu
adalah air bersih, memasak dan menyimpan. Tipe dan Jenis dapur :
a) Tipe dapur dalam satu linier (single line kitchen)
Aktifitas berada pada satu garis linier dan biasanya menempel pada dinding
ruangan.

52
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

b) Dapur tipe koridor (doble line kitchen).


Merupakan tipe dapur paling efisien dalam penggunaan ruang sirkulasi,
karena satu ruang sirkulasi bisa melayani 2(dua) area dapur.

c) Dapur tipe 'L'


Merupakan salah satu lay out dapur paling optimal memberikan area sirkulasi
atau area gerak yang lapang bagi penggunanya (Akmal, 2004:19-23).

Gambar 7. Lay out dapur tipe ‘L’


(Sumber: Akmal, 2004)

Ergonomi berasal dari kata Yunani, ergos (bekerja) dan nomos (hukum alam) adalah
bidang ilmu yang mempelajari berbagai komunikasi dan interaksi antara manusia
dengan lingkungan kerjanya. Sasaran ergonomi adalah mencapai pemecahan
persoalan yang berkaitan dengan faktor manusia sehingga dapat dicapai prestasi
kerja yang tinggi (efektif) di dalam suasana yang tentram, aman dan nyaman
(Setiadi, 2007:115).

Ergonomi sebagai dasar pertimbangan perencanaan ruang, ditinjau dari aspek


kemanusiaannya terbagi 2 (dua) yaitu 'antropometrik dan prosemik'. Antropometrik
adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia & karakteristik fisiologis lainnya
serta kesanggupan berhubungan dengan manusia yang berbeda-beda dalam
lingkungan makro. Prosemik (hubungan psikologi dan emosional) adalah
kebutuhan ruang tidak hanya tergantung pada faktor fisik tapi juga faktor
psikologis, manusia mempunyai kebutuhan psikologis kepribadian, sosial budaya
yang di ekspresikan dalm lingkungannya (Setiadi, 2007:118).

53
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Tolak ukur untuk menilai keberhasilan ergonomic dalam perencanaan Arsitektur &
Interior adalah tercapainya kenyamanan, efisiensi, keamanan dan citra
penampilannya (Setiadi, 2007:120). Ergonomi dan Antropometri mempunyai arti
penting dalam perancangan desain interior, karena dengan memperhatikan
faktor-faktor ergonomik dan antropometri para pemakai ruang akan
mendapatkan produktifitas dan efisiensi kerja yang berarti suatu penghematan
dalam penggunaan ruang. Pengertian Antropometrik adalah proporsi dan
dimensi tubuh manusia beserta sifat-sifat karakteristik fisiologis serta
kemampuan relatif dari kegiatan manusia yang saling berbeda dalam lingkungan
mikro. Antropometrik sering disebut faktor manusia yang dalam penerapan
sistem kerjanya juga di sebut 'Ergonomik' (1985:51-52).

Antrophometri Cooking Space

Gambar 8. Antropometri area counter dan base cabinet pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

Gambar 9. Antropometri area persiapan pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

54
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Gambar 10. Antropometri meja sarapan pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

Gambar 11. Antropometri area mencuci pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

55
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Gambar 12. Antropometri area mencuci pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

56
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Gambar 13. Antropometri area memasak pada dapur


(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, 1980)

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Obyek yang akan di analisa adalah: 10 dapur, yang dispesifikasikan pada rumah
tinggal, yang di analisa apakah letak, fungsi dan estetikanya sudah mengalami
perubahan? Dari pengamatan dilapangan dapur di Tebet Barat sudah mengalami
perubahan karena keterbatasan lahan, perilaku pengguna dan pengaruh sosial
budaya.
A) Aspek Formalistik Dapur
1) Unsur Garis
Garis yang mendominasi pada bentuk visual dapur ini adalah garis vertikal
& garis horizontal. Garis tersebut berguna untuk :
a) Membentuk struktur kitchen set.
b) Membantu dalam perhitungan panjang, lebar dan tinggi kabinet (wall &
base unit).

Gambar 14. Visual dapur dengan tipe ‘L’ dan posisi dapur berada
dibagian belakang bersifat dapur terbuka
(Sumber: Susy Irma, 2017)

57
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

2) Unsur Bidang.
Pertemuan dari garis horizontal dan vertikal akan membentuk bidang
persegi (persegi panjang). Bidang tersebut berguna untuk memudahkan
pengguna dalam beraktifitas di dapur, seperti: Menyimpan, mencuci,
meracik dan memasak.

Gambar 15. Visual dapur dengan tipe dua garis dan posisi dapur
berada dibagian belakang bersifat dapur terbuka
(Sumber: Susy Irma, 2017)

Gambar 16. Lay out dapur dengan tipe ‘L’ dan posisi dapur
berada dibagian belakang bersifat dapur terbuka
(Sumber: Susy Irma, 2017)

3) Unsur Bentuk.
Bila dilihat dari bentuknya kitchen set yang biasa digunakan pada ruang
dapur yang terbatas adal ah :
a) Bentuk satu garis ( Foto 5, 6, dan 7 )
b) Bentuk dua garis ( Foto 2 )
c) Bentuk “L” ( Foto 1 dan 3 )

58
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Selain bentuk kitchen set, bentuk ruang dapur pun terbagi tiga,yaitu:
a) Dapur tertutup
Merupakan tipe dapur awal yang banyak diminati masyarakat, karena
dapur merupakan area servis atau khusus dimana aktifitas didalamnya
tidak perlu diketahui orang luar (tamu). Ditandai dengan adanya pintu
sebagai pembatas jalur sirkulasi. Contohnya terlihat foto 7.
b) Dapur semi terbuka.
Merupakan pengembangan dari dapur tertutup tapi sudah tidak
menggunakan pintu sebagai pembatas ruang dan kegiatan. Contoh
terlihat pada foto 4.
c) Dapur terbuka.
Pada dapur ini suasana dapur dapat dilihat dari berbagai arah dan
memberi kesan :
- Luas dan nyaman
- Berinteraksi dan beraktifitas
- Estetika dapur dapat menunjukkan status sosial dan intelektual dari
pemiliknya. Contoh dapur terbuka terlihat pada foto 3 dan 5.

4) Unsur Warna
a) Sifat warna
Warna yang ditampilkan pada interior dapur biasanya menggunakan
warna natural dan netral. Warna Natural: merupakan warna yang
mendekati warna alam, seperti coklat, terakota, krem dan hijau. Warna
tersebut memberi kesan hangat dan alami. Warna Netral: merupakan
warna yang mudah berdampingan dengan warna lain, seperti krem dan
putih. Warna tersebut memberi kesan bersih dan luas.
b) Perpaduan warna
Untuk desain dapur ini warna yang dipilih banyak yang menggunakan
warna monokromatis, yaitu warna yang memiliki satu turunan dari satu
warna dasar, seperti coklat tua - coklat muda - salem (peach) - krem.

59
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Gambar 17. Visual dapur dengan tipe satu garis dan bersifat semi terbuka
(Sumber: Susy Irma, 2017)

5) Unsur Tekstur
Tekstur yang dapat ditemui pada desain dapur ini diantaranya berada
pada:
a) Motif serat kayu
Memberi kesan natural / alami
b) Penggunaan Profil pada kaki dan kepala kabinet - laci.
Kesan klasik sebagai pelengkap style dan estetis.
c) Penggunaan granit dan keramik pada bagian top table.
Memberikan kesan alami dan bahan tersebut mudah dalam hal
perawatan.

B) Aspek Prinsip Desain


1) Ukuran.
Dalam pengerjaannya menggunakan sistem modul dan ukuran yang
disesuaikan dengan ergonomi dan antropometri pengguna.
a) Proporsi.
Pada dapur proporsi dapat dilihat dari bentuk nya, yaitu : keseimbangan

60
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

pada bagian base unit dan wall unit, dimana tinggi rendahnya disesuaikan
dengan :
b) Tinggi badan manusia.
c) Jangkauan tangan pengguna.
d) Kegiatan pengguna.
2) Harmoni dalam kesatuan.
Artinya: Suatu desain dapur (kitchen set) harus serasi dengan bentuk
ruangan yaitu antara base unit dan wall unit menghasilkan bentuk yang
menyatu.
3) Keseimbangan.
Dalam desain dapur perlu ada keseimbangan antara desain dan warna agar
antara kitchen set dan ruang tercipta bentuk yang proporsional dan menarik.
4) Penekanan
Didapur terdapat penekanan pada kegiatan kerja pengguna yang biasa
disebut segi tiga kerja.
b
(a) Menyimpan.
(b) Meracik-mencuci.
(c) Memasak. a c

Oleh karena itu pada dapur perencanaan dan ergonomi harus dibuat
dengan baik agar pengguna bisa nyaman dalam beraktifitas di dapur.
5) Pengulangan
Pada desain dapur pasti ada pengulangan karena adanya modul yang
menjadi bentuk atau ukuran dasar sehingga pengembangan desain terjadi
berdasarkan modul yang ada.

C). Faktor Ekstra Estetik


1) Ekologi Alam Kawasan.
Tempat melakukan penelitian dapur ini adalah di Jakarta Selatan khususnya di
daerah Tebet Barat. Jakarta Selatan merupakan wilayah di Jakarta yang banyak
dijadikan pilihan sebagai daerah pemukiman atau perumahan penduduk,
karena daerahnya masih hijau dan air tanahnya masih baik, sehingga udara
sekitar tidak sepanas wilayah Jakarta lain. Air tanah yang masih bisa di
gunakan untuk memasak menjadi nilai positif bagi masyarakat dalam mencari
lokasi rumah tinggal.

2)Aspek Sosial Budaya Masyarakat komunitas kawasan (Socio-cultural).


Status sosial masyarakat yang akan diteliti adalah masyarakat dengan status
sosial menengah ke atas, karena diharapkan penghuni memiliki kemampuan
untuk tinggal dirumah pribadi bukan mengontrak. Masyarakat di daerah Tebet
ini terdiri dari berbagai daerah di Indonesia karena Jakarta merupakan pusat
bisnis dan pemerintahan. Daerah Tebet banyak diminati karena lokasinya
strategis untuk menuju pusat bisnis dan pemerintahan tersebut.

61
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

3) Aspek Ekonomi.
Dapur yang ada di Jakarta sekarang ini memiliki nilai jual yang beragam
tergantung desain dan material yang digunakan. Pada obyek dapur yang saya
teliti ini jenisnya juga beragam, ada yang hanya fungsional tapi ada juga yang
sudah menonjolkan estetikanya. Makin tinggi nilai estetika dan desainnya
dengan material pilihan maka nilai dapur tersebut secara ekonomi menjadi
mahal.

4) Aspek Teknologi dan Alat.


Untuk dapur penelitian saya ini teknologi dan alat menjadi pertimbangan
penting dalam desain dapur yang fungsional, karena peralatan masak yang
makin berkembang, seperti :
a) Kompor minyak tanah menjadi kompor gas.
b) Panggangan api menjadi oven dan microwave.
c) Penggunaan sodet kayu menjadi stainlessteel/alumunium
d) Alat masak dari alumunium menjadi stainless steel
e) Penghalus bumbu dengan batu menjadi blender listrik
f) Dan lain-lain.

5) Aspek Material dan Energi.


Untuk membuat desain dapur aspek material yang digunakan beragam mulai
dari :
a) bahan alami : kayu solid, granit, marmer.
b) bahan buatan : multiplek, vener, HPL, melamik.

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan menganalisa keadaan dapur yang
ada di lapangan, dapat di simpulkan :
1. Dapur pada rumah tinggal didaerah tebet barat sudah mengalami perubahan
letak. Tetapi masih banyak yang letaknya berada pada bagian belakang rumah.
Dari 10 rumah yang di survei terdapat : 6 rumah dapur berada di bagian
belakang, 3 di bagian tengah dan 1 bagian depan.
Alasan masih banyak dapur yang berada pada bagian belakang rumah karena :
banyak penghuni yang merasa dapur merupakan bagian kebudayaan masak
yang tidak pantas berada di tengah apalagi di depan rumah .

2. Walaupun letak dapur banyak yang masih berada di bagian belakang dari lay
out rumah, tapi cara pandang terhadap dapur sudah mengalami perubahan.
Penghuni tidak melihat dapur hanya sebagai tempat masak dan area kotor yang
harus di sembunyikan, hampir semua penghuni merasa dapur masa kini dapur
yang terbuka dan bisa di lihat dan di nikmati penghuni dan tamu.

62
Dimensi, Vol.14- No.1, September 2017

Dapur masa kini selain untuk memasak juga bisa sebagai tempat bersosialisi
dan komunikasi anggota keluarga bahkan tamu. Hal tersebut dapat terlihat
dari:
a) Bentuk dapur yang semi terbuka dan terbuka dari 7 dapur yang di survey.
b) Sudah tidak ada rumah yang memiliki 2 dapur. Dapur tidak lagi sebagai
tempat yang harus disembunyikan, tapi dapur sekarang ini cenderung
diperlihatkan oleh pemilik kepada para tamu, maka desain dapur sekarang
ini dipakai untuk menunjukkan status sosial dan ekonomi pemiliknya.
c) Dapur selain untuk masak bisa sebagai tempat makan dan berkomukasi
antar penghuni dan tamu.

Saran (rekomendasi) :
1. Dapur sebagai ruang servis memiliki aktifitas yang beragam, kerena itu dapur
harus ditempatkan berdekatan dengan ruang lain yang berhubungan dengan
nya, karena itu diperlukan jalur sirkulasi yang baik.
2. Dapur merupakan tempat yang berbahaya bagi anak-anak kerena terdapat
sumber api dan peralatan yang tajam untuk itu perlu direncanakan tempat
penyimpanan yang baik sesuai ergonomi dan antropometri dapur.
3. Letak meja dapur, lemari penyimpanan, kompor, bak cuci dan kulkas sebagai
fasilitas dapur harus di tata dan ditempatkan sesuai dengan urutan kegiatan
dan pembagian zona kerja agar memudahkan aktifitas pengguna.
4. Penghawaan pada dapur perlu di perhatikan agar sirkulasi udara berjalan baik,
sehingga bau masakan tidak mengganggu penghawaan di dalam rumah
5. Hal penting lain adalah peletakan antar fasilitas dapur harus tepat agar proses
memasak dan peralatannya tidak mudah rusak, yaitu:
a) Letak kompor tidak langsung berdekatan dengan lubang jendela agar api
tidak mudah padam tapi asap masakan tetap bisa keluar lewat jendela.
Untuk menyerap asap masakan lebih baik di atas kompor diberi penyedot
asap dan uap supaya bau asap dapat terserap dan keluar dari ruangan.
b) Letak kompor tidak bersebelahan langsung dengan kulkas, agar panas
kompor tidak merusak elemen kulkas, bila ternyata harus bersebelahan
maka diberi jarak minimal 40cm - 60cm.
c) Perencanaan bak cuci tidak hanya pada bentuk tapi perencanaan system
pipa air bersih dan pembuangannya harus terencana agar tidak
mengakibatkan kebocoran pipa dan tersumbatnya saluran air kotor yang
bisa menimbulkan bau dan kotor-licinnya lantai dapur.

***

63
PERUBAHAN TATA LETAK DAN FUNGSI DAPUR PADA RUMAH TINGGAL (TIPE 90M2 - 160M2)
DI JAKARTA SELATAN (Studi Kasus: Wilayah Tebet Barat) (Susy Irma Adisurya)

Referensi

Akmal, Imelda. 2004. Seri Menata Rumah-Dapur. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
_____. 2005. Menata Rumah Dengan Estetika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
G.S, Setiadi. 2007. “Ergonomi dam bidang Perencanaan Arsitektur dan Interior”
(Dalam Jurnal Seni Rupa dan Desain, Dimensi, vol-5 no.1, September)
Koentjaraningrat. 1999. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Linong, Dai. 2016. Interior Colour Palettes. She Zhen: SNP Leefung Printers Co. Ltd
Lock, Ward. 1995. Creative ideas with colour. Cayfusa Industria Grafika
_____. 1995. Planning a Better Kitchen. Cayfusa Industria Grafika
Mahasiswa Fakultas Teknik UI. 1982. Pencerminan nilai budaya dam arsektur di
Indonesia. Jakarta : Djambatan
Panero, Julius dan Martin Zelnik. 1980. Human dimention & Interior space. London:
The Architectural Press ltd
Santoso, Didit. 2007. Desain Dapur untuk Ruang Terbatas. Boyolali : Kaliprata Raya
Sekaryanti, Tetty. 2007 ”Arti Rumah Tinggal bagi orang Sunda” (Dalam Jurnal Seni
Rupa dan Desain, Dimensi, vol-5 no.1, September)
Suptandar, J. Pamudji. 1999. Desain Interior. Jakarta : Djambatan
_____. 2003. Perancangan Tata Ruang Dalam. Jakarta: Universitas Trisakti
Waluyo, Eddy Hadi. 2008. Kuliah Applied Aesthetics. Jakarta: Program Pascasarjana
Magister Desain, Universitas Trisakti

64

Anda mungkin juga menyukai