Anda di halaman 1dari 1

Naskah teater monolog "SUMPAH PEMUDA"

Suatu kejadian semangat era perjuangan yang di hapuskan oleh zaman semangat nasionalisme yang
dikepung oleh kecanggihan era globalisasi.Pemuda yang dianggap sebagai tonggak kemajuan bangsa
malah hilang bagai terhapus zaman.masih adakah nasionalisme 1928 di dilam jiwa pemuda
inonesia.Entahlah?

(melafalkan naskah sumpah pemuda 1928)

Adegan I :

(Seorang bapak tua masuk dengan melantangkan sumpah pemuda)

Pak tua : kami putra putri Indonesia(terdiam),sangat lantang dan gagah kedengarannya.1928 masih
teringat jelas didalam pikiranku bagaimana pada saat itu kami mengepalkan tangan menyuarakan
sumpah itu . tapi, masih adakah pemuda yang seperti itu?

(Tiba-tiba berdiri dari duduknya dan tertawa terbahak-bahak)

Pemabuk : hei pak tua, pokoknya hari ini, mabuk sampai pagi,persetan dengan semuanya urus saja
Negara mu sendiri memangnya Negara pernah mengingat saya?

(Kembali paktua duduk di kursinya)

Pak tua : pemabuk,pezinah,apakah pemuda yang seperti itu yang diharapkan Negara,yang katanya
sebagai tonggak kehidupan bangsa. Tentu tidak, justru seperti itu malah budayanya ,adat
istiadatnya,norma nya dalam Negara dan bangsa malah di lupakan dan bias juga menghancurkan Negara
serta budaya nya sendiri. Apa bedanya dengan sampah masyarakat.

(Bapak tua kembali berdiri)

Pemuda : (sedang orasi) Indonesia, yang dibangun dengan spirit Proklamasi dan gagasan indah tentang
masyarakat yang damai, adil dan makmur, kini terancam menuju titik api perseteruan yang merintihkan
suara kepedihan.

Pak tua : apakah pemuda seperti itu yang dimaksud? Dengan gagah berani menyuarakan suara lantang
untuk membela bangsanya.Tapi,apakah orasi nya itu untuk rakyat.ataukah dia dibayar oleh orang orang
berpolitik.?

(Kembali berdiri dan duduk tersungkur)

Pak tua : saya malu,dengan pemuda sekarang,budayanya malah diasingkan,adat istiadatnya


disampingkan,bangsaku akan hancur jika pemuda terus seperti itu yang hobinya hura-hura dan
mementingkan nafsunya (tiba-tiba menusukkan pisau di tubuhnya). Lampu mati TAMAT

Anda mungkin juga menyukai