Anda di halaman 1dari 8

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada

Indosat Area
Jabodetabek

Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik


Akses dengan Kabel Fiber Optik Backbone
pada Indosat Area Jabodetabek
paling memungkinkan adalah
Abstrak - Fiber optik (FO) adalah menggunakan media kabel, salah
kabel berbahan serat optik yang
menggunakan cahaya sebagai media satunya adalah kabel Fiber Optic atau
transmisinya untuk mengirim data. FO biasa disingkat menjadi FO.
terkenal akan kecepatannya dalam
mentransmisikan data. Selain itu, FO
Penggunaan FO lebih memungkinkan
memiliki bandwidth yang besar dan redaman dikarenakan tata ruang Kota Jakarta
yang kecil. Sehingga tidak heran jika FO dimana terdapat banyak gedung
sering menjadi unggulan oleh banyak
provider, salah satunya Indosat. Dari semua pencakar langit yang tingginya
kuntungan yang didapat dari FO terdapat bervariasi. Alasan lainnya adalah,
beberapa kendala dan juga kekurangan
dalam penggunaan FO. Salah satunya adalah permintaan pelanggan akan
kabel FO lebih rapuh dari jenis media konektivitas yang cepat dan handal.
transmisi yang lain, sehingga membuat
Kriteria ini adalah keunggulan kabel FO,
redaman FO menjadi tinggi. Banyak faktor
yang menyebabkan kabel FO memiliki dimana kabel FO adalah media yang
redaman tinggi. Dan masalah yang sering menggunakan serat optik untuk
ditemui diantaranya adalah kabel tertekuk
(bending), disusul port dan konektor yang mentransmisikan sinar atau cahaya
kurang bagus atau kotor, lalu sambungan FO dengan waktu yang cepat.
yang kurang bagus. Untuk masalah
sambungan yang kurang bagus, hal ini biasa PT. Indosat yang berkantor pusat di
terjadi pada proses pembuatan jalur baru
atau penyambungan kabel FO backbone. Monas, telah mempunyai jaringan induk
Maka dari itu, untuk mencegah hal tersebut (Backbone) FO yang tersebar di daerah
ada beberapa cara yang perlu dilakukan.
Jakarta dan sekitarnya. Selanjutnya
Kata Kunci: fiber optik, penyambungan fo disambungkan dengan kabel cabang
backbone, pengukuran redaman kabel fo. (akses) FO untuk diteruskan ke pelanggan.
Kegiatan penyambungan tersebut
I. PENDAHULUAN dinamakan branching. Saat ini belum
semua gedung di Jakarta menggunakan
Perkembangan teknologi yang media kabel FO dari Indosat. Dan seiring
semakin pesat, dikuti pula dengan berjalannya waktu, datang pula pelanggan
perkembangan telekomunikasi. Dua baru yang ingin menikmati layanan dari
media jaringan telekomunikasi yang Indosat dengan media kabel FO. Sehingga
kita kenal saat ini yaitu kabel dan kegiatan branching masih terus berlanjut.
nirkabel, mempunyai keunggulan dan
kelemahannya masing-masing, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA
tergantung pada kondisi lapangan yang
memungkinkan untuk mamakai salah
Perkembangan teknologi informasi
satu dari media jaringan tersebut.
dan komunikasi yang semakin cepat
Didaerah perkotaan besar seperti
memerlukan media transmisi untuk
Jakarta, infrastruktur jaringan yang

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 12


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

mengimbangi perkembangan tersebut. penggunaan kabel FO ini hanya


Dengan menggunakan FO, optimalisasi memungkinkan terjadinya satu modus
jaringan menjadi lebih baik dikarenakan FO cahaya saja yang dapat tersebar
memiliki bandwidth yang besar serta minim melalui inti pada suatu waktu.
redaman.
b. Multi Mode
A. Fiber optik (FO) Kabel ini memiliki core sekitar 50
sampai 100 micron, menggunakan
wavelength 850 atau
1. Pengertian FO
FO adalah kabel berbahan serat 1300 nm. Disebut multi mode karena
optik yang menggunakan cahaya sebagai FO jenis ini memungkinkan ratusan
media transmisinya untuk mengirim data. modus cahaya tersebar melalui serat
FO terkenal dengan kecepatannya dalam secara bersamaan.
mentransmisikan data. Untuk struktur
kabel FO pada umumnya terdiri dari bagian 3. Model Kabel
paling luar adalah jaket pelindung
(coating), kelongsong (cladding/tube), dan
inti (core) di bagian dalam[1]. a. Fiber optik Indoor

Gambar 3. Fiber optik Indoor

Kabel ini memiliki ciri-ciri


Gambar 1. Struktur Fiber optik[1] menggunakan 2 core dan
perbedaannya dengan kabel outdoor
2. Jenis Kabel adalah kabel ini tidak memiliki tulang
pelindung. Jadi lebih fleksibel
dibandingkan dengan outdoor.
Penempatannya biasa dilakukan di
dalam ruangan[3].

b. Fiber optik Outdoor

Gambar 4. Fiber optik Outdoor


Gambar 2. Multi-mode (atas) Single-mode (bawah)
Kabel ini memiliki ciri menggunakan 2
core serta mempunya tulang
pelindung. Gunanya tulang pelindung
a. Single Mode adalah meminimalisir atau mencegah
Kabel ini memiliki core yang lebih kecil
inti tidak terkena benturan ataupun
dari multi mode sekitar 9 micron
tekukan yang berlebih.
menggunakan wavelength 1300 atau
1550 nm. Disebut single mode karena

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 13


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

Penempatannya di dalam area gedung


/ komplek[2]. 6. Kode Warna Fiber optik Backbone
TABEL 1. URUTAN WARNA KABEL FIBER OPTIK
1 Biru 7 Merah
c. Fiber optik Backbone 2 Oren 8 Hitam
3 Hijau 9 Kuning
4 Coklat 10 Ungu
5 Abu-abu 11 Pink
6 Putih 12 Toska
Tabel 1 adalah standar pewarnaan
pada Fiber optik 144 core kebawah.
Untuk pewarnaan tube sama seperti
Gambar 5. Fiber optik Backbone
core. Apabila lebih dari 144 core
Kabel ini memiliki ciri menggunakan seperti yang digunakan Indosat yaitu
24 sampai 144 core (standarnya). 216 core maka pewarnaan tube
Dalam beberapa kasus, apabila berubah (Tabel 2) namun core tetap
kebutuhan lebih besar, maka core sama seperti (Tabel 1).
yang digunakan bisa mencapai 216 TABEL 2. URUTAN WARNA TUBE KABEL FIBER OPTIK
seperti yang digunakan. Dengan 216 CORE INDOSAT

menggunakan kode warna optik 1 Biru dalam 10 Coklat luar


2 Oren dalam 11 Abu luar
“dalam dan luar”. Penempatannya 3 Hijau dalam 12 Putih
sendiri biasa melalui jalan-jalan 4 Coklat dalam 13 Merah
protokol suatu wilayah. Untuk jumlah 5 Abu dalam 14 Hitam
6 Putih dalam 15 Kuning
core 24 dan 48 biasa disebut kabel
7 Biru luar 16 Ungu
backbone untuk akses. Lalu untuk 96 8 Oren luar 17 Pink
hingga 216 disebut kabel backbone 9 Hijau luar 18 Toska
utama.
Contoh pembacaannya (kode 24/4T)
adalah Tube 7 core 1 dan 2 artinya
4. Kelebihan Tube merah core biru dan oren.
a. Bandwidth lebar.
b. Tingkat keamanan yang lebih Contoh pembacaannya (kode 24/4T)
tinggi. adalah Tube 11 core 11 dan 12 artinya
c. Tidak memakan banyak tempat Tube abu luar core pink dan toska.
(compact), dan ringan.
d. Tidak terganggu oleh
TABEL 3. KODE KABEL FIBER OPTIK BACKBONE
elektromagnetik dan radio
Kode Core Tube Core/Tube
dikarenakan menggunakan media 24/4T 24 4 6
transmisi cahaya. 36/6T 36 6 6
36/3T 36 3 12
48/8T 48 8 6
5. Kekurangan
48/4T 48 4 12
a. Instalasi cukup sulit karena 72/6T 72 6 12
dibutuhkan ketelitian yang lebih. 96/8T 96 8 12
b. Perawatan mahal dan sulit. 216/18T 216 18 12
c. Paling tidak fleksibel
diantara media Tabel 3 adalah tipe kode fiber optik
transmisi kabel lainnya. yang digunakan oleh Indosat.

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 14


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

Striper berfungsi sebagai pengupas


7. Peralatan Fiber optik tube dari core dan membersihkan
serbuk yang menempel pada core.
a. Alat ukur redaman optical
Sedangkan cleaver berfungsi sebagai
pemotong core dengan rapih.

d. Splicer

Gambar 6. Optical Power Meter (kiri) Optical Light


Source
(kanan)

Memiliki fungsi mengukur redaman


pada jalur optik yang dilalui. Optical Gambar 9. Splicer
power meter berfungsi sebagai
penerima sinyal dari sinyal yang Berfungsi sebagai alat penyambung 2
dikirim oleh optical light source. core yang terpisah menjadi 1 dengan
cara (fusion) yaitu teknik melebur.

b. Optical Time Domain III. PEMBAHASAN


Reflector (OTDR)
A. Pembuatan Konfigurasi

Langkah pertama adalah


pembuatan konfigurasi untuk pembuatan
jalur baru. Berikut contoh konfigurasi.
Gambar 7. Optical Time Domain Reflector Arti Konfigurasi (Gambar 10) adalah :
Existing, yaitu : Konfigurasi yang sedang
OTDR adalah Alat untuk mengukur dipakai;
jarak serta redaman pada jalur optik.
Rearrangement : Pengaturan ulang (arah
Dalam beberapa merek fungsi OTDR
jalur);
juga dapat berfungsi sebagai Light
Source (OLS) dan Power Meter (OPM). Konfigurasi yang sedang
digunakan
(existing) adalah :

c. Cleaver dan Striper • Pada sisi ODF di Mitsun port yang


digunakan ODF nomer 1, baris 3,
kolom 8, core 5 dan 6
(ODF1_3/8/5&6)

• Pada sisi HH kabel akses tube biru


core 1&2 disambung kabel backbone
Gambar 8. Striper (kiri) dan Cleaver (kanan) hitam core 5&6

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 15


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

• Untuk konfigurasi selanjutnya cara Gambar 11. Pengetesan Laser Pointer


bacanya sama. Cara ini cukup mudah karena
dibandingkan dengan cara bending. Bila
salah memperkirakan core. Kita dengan
mudah menemukannya dengan cara
melihat core mana yang diterangi oleh
laser.

2. Bending Tes
Bending sendiri memiliki arti tekuk.
Artinya tes ini dilakukan dengan cara
menekuk kabel FO tetapi tidak sampai
Gambar 10. Konfigurasi Rearrangement
tekuk sudut siku, karena akan patah
tentunya. Penekukkan dilakukan dengan
Konfigurasi baru versi (rearrangement)
membuat pola lingkaran pada core
adalah :
terkait. Alat yang digunakan bisa OLS dan
• Mencari port baru di ODF arah KPI OPM atau OTDR. Berikut contoh
(jaraknya 16 km) pada port 2/7/xx menggunakan alat OTDR untuk
sampai 3/12/xx (xx artinya 1-12). menemukan core pada kabel backbone[2].
• Untuk sisi HH, rencana barunya tube
biru core 1&2 disambung kabel
backbone, tube dan core disesuaikan
dengan port pada ODF.
Selanjutnya adalah bagian eksekusi. Mulai
dari pengetesan core, pengupasan,
Gambar 12. Sebelum Bending
penyambungan serta perapihan dan
dokumentasi.

B. Mengecek Tube dan Core


Cara mengecek tube dan core benar
atau tidaknya bisa dilakukan dengan
melakukan beberapa tes berikut
Gambar 13. Bending Test
diantaranya :

1. Tes Laser Pointer

Gambar 14. Setelah Bending

Perhitungannya seperti
berikut : Jarak total : 16.1
Km

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 16


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

Jarak server - HH : 9.5 kurang. Lalu untuk sisa tube yang tidak
Km Jarak HH - Pelanggan digunakan (gantung) hanya dililitkan dalam
: closure bersamaan dengan splice tray
seperti pada Gambar 16.
Jarak total – jarak server ke HH

16.1 Km -9.5 Km : 6.6 Km

Hasil tersebut dicocokan dengan


konfigurasi existing dan skema jalur. Bila
cocok benar bahwa core tersebut
merupakan jalur yang dimaksud.

Gambar 16. Penyusunan Core Pada Splice Tray

C. Proses Penyambungan Bila sudah rapih masukan closure ke


Setelah core didapat. Tahap dalam HH. Tutup kembali HH dan jangan
berikutnya adalah proses penyambungan lupa mengabadikan setiap kegiatan dalam
(splicing). Pada proses ini core yang dipilih bentuk foto untuk keperluan dokumentasi
dibersihkan dengan alkohol kemudian (Gambar 17).
dikupas dengan stipper dan dipotong
dengan cleaver selanjutnya splicing core
yang sudah dibentuk tadi dengan alat
splicer[3].
D. Pengetesan Redaman Jalur
Pada waktu berikutnya setelah
Splicing yang digunakan adalah kegiatan branching dilanjutkan dengan tes
model splicing fusion (menggabungkan terakhir, yaitu tes kualitas jalur atau biasa
dengan cara meleburkan dua fiber menjadi disebut test link. Apa saja yang diukur
satu). Dan batas toleransi redaman diantanya, jarak, dan besar redaman pada
splicing maksimal sebesar 0.02 dB. jalur baru tersebut.

Untuk pengukuran dilakukan


menggunakan alat OLS dan OLP, OTDR, dan
patch cord. Pertama kali pastikan jarak
yang dites sudah benar jaraknya atau
belum menggunakan OTDR (Gambar 17).
Gambar 15. Proses Pengupasan (kiri) dan Setelahnya kita lakukan tes redaman
Penyambungan Teknik dengan
Fusion (kanan)
Core hasil splicing dibungkus menggunakan OLS dan OLP (Gambar 18)
dengan tube splice agar core terhindar
kontak lansung dengan benda asing.
Kemudian disusun dan disimpan dalam
splice tray.

Dalam satu splice tray terdapat satu


hingga dua tube. Tidak lebih namun boleh

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 17


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

Gambar 17. Pengukuran jarak dengan OTDR dalam pembuatan jalur-jalur baru
berikutnya atau keperluan maintenace.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan :
Gambar 18. Pengukuran besar redaman jalur dengan
OLS (kiri) Berdasarkan hasil yang
OPM (kanan) diperoleh, kesimpulan yang didapatkan
Cara pembacaannya OLS dari Penyambungan FO Backbone pada FO
menggunakan wavelength sebesar 1550 nm Akses yaitu :
dan perangkat OLS memberi redaman a. Rute jalur baru ini memiliki redaman
sebesar -3.00 dBm. Untuk OLP wavelength jalur yang bagus sebesar 0.23 dBm/Km.
sebesar 1550 nm (harus sama dengan OLS) hasil tersebut dikatakan bagus karena
dan perangkat tersebut memberi tahu memiliki redaman dibawah batas
maksimal redaman yang ditetapkan
bahwa sepanjang jalur ini memiliki
oleh ITU.
redaman jalur hingga 9.5 dBm, hasil ini
b. Pada sisi ODF Mitsun dan HH, alokasi
bukan lah hasil sebenarnya. Hasil yang
port dan core yang baru sesuai dengan
benar adalah hasil yang diterima OLP
konfigurasi yang dibuat sehingga proses
dikurangi oleh redaman perangkat OLS.
pengerjaan tidak membutuhkan waktu
Sehingga hasilnya redaman jalur tersebut : lama.
c. Dokumentasi sangat penting untuk
9.5 – 3.0 = 6.5 dBm pembuatan jalur baru fiber optik serta
pera penting dalam penetapan langkah
Hasil sebesar 6.5 dBm tersebut troubleshoot, gunanya untuk
adalah bagus karena menurut mengetahui sejarah dan kondisi pada
International Telecomunication Union kabel yang dikerjakan.
(ITU) besar toleransi redaman untuk kabel d. Penataan kabel yang rapih membantu
FO single-Mode dengan wavelength 1550 dalam meminimalisir redaman kabel
nm adalah 0.35 dBm/Km. yang berlebih. Mengingat kabel optik
rentan terhadap kerusakan core akibat
tekukkan.
TABEL 4 NILAI TOLERANSI REDAMAN FO SINGLE
MODE

2. Saran

Dalam melakukan penyambungan


FO Akses dan Backbone perlu beberapa
poin yang harus diperhatikan agar
Bila semua uji coba sudah lengkap kelancaran pengerjaan bisa tercapai, yaitu :
selanjutnya adalah penyatuan
dokumentasi lapangan dan juga a. Pada proses pembuatan konfigurasi
pengetesan akhir. Laporan ini selanjutnya perlu mengumpulkan tim yang akan
menggantikan laporan existing sebelumnya mengerjakan kegiatan penyambungan
tersebut, baik pihak perusahaan dan
(update). Dengan guna sebagai panduan

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 18


Analisis Penyambungan Kabel Fiber Optik Akses Dengan Kabel Fiber Optik Backbone Pada
Indosat Area
Jabodetabek

vendor agar terciptanya koordinasi


cepat karena sudah memiliki mengerti
peran tugas masing-masing.
b. Banyak ODF yang ditemui memiliki
kabel yang tidak beraturan
penempatannya. Maka dari itu
pengurutan kabel itu penting, selain
dari sisi keindahan, kabel yang jarang
tekukkannya lebih minim redaman.

REFERENSI

[1] Wahyudi, Mochmad S.Kom. 2011. Mengenal


Teknologi Kabel Serat Optic. Jakarta
[2] Muchyi, Abdul. 2017. Sharing Knowledge Fiber
Optic In Indosat. Jakarta
[3] Mayuda, Antaresa. Ajulian, Ajub. 2013. Fiber
Optik Pada Jaringan Backbone Topologi Star Di Pt
Dirgantara Indonesia Dalam Arsitektur Fttb (Fiber
To The Building). Semarang

JURNAL MULTINETICS VOL.3 NO.2, NOPEMBER 2017 19

Anda mungkin juga menyukai