Legal Opini Hukum War
Legal Opini Hukum War
Pembagian Harta waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe
Dengan hormat,
Sesuai dengan permasalahan hukum mengenai pembagian harta waris Alm. Bpk.
Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe terhadap Bpk. Moh. Karmo Nusantara
dan ahli waris lain, maka dengan ini kami sampaikan Legal Opinion (LO) mengenai
kasus tersebut, yang berisikan hal-hal sebagai berikut :
Legal Opinion (LO) ini dibuat atas permintaan Bpk. Moh. Karmo
Nusantara.
Dengan demikian maka Legal Opinon (LO) ini hanya dapat dipergunakan
untuk membuat terang permasalahan hukum kasus tersebut di atas dan tidak
diperuntukkan keperluan lain, meskipun untuk kasus yang hampir sama
dengan permasalahan hukum di atas. Demikian juga Legal Opinon (LO) ini
tidak dapat dipergunakan oleh pihak lain yang menghadapi permasalahan
hukum sama atau hampir sama dengan perkara Bpk. Moh. Karmo
Nusantara.
1
C. Data Yang Digunakan:
Data yang dipergunakan dalam pembuatan Legal Opinon (LO) ini adalah semua
data (Bukti) yang diberikan oleh Bpk. Moh. Karmo Nusantara antara lain
sebagai berikut :
Bahwa kronologis kejadian & data yang telah diberikan oleh Bpk. Moh. Karmo
Nusantara tersebut di atas adalah benar sesuai dengan aslinya, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karenanya dapat
dipergunakan sebagai surat-surat bukti di persidangan Pengadilan.
Bahwa ketentuan hukum yang dipakai sebagai acuan dalam pembuatan Legal
Opinion (LO) ini, adalah sebagai berikut :
F. Permasalahan Hukum:
”Bahwa Ahli Waris Alm. Bpk. Soenhadji & Almh. Ibu Moegirahayoe yang lain :
1. Tinjauan Yuridis
Definisi Waris
Pengertian Peninggalan
Dari sederetan hak yang harus ditunaikan yang ada kaitannya dengan
harta peninggalan adalah:
Satu hal yang perlu untuk diketahui dalam hal ini ialah bahwa segala
keperluan tersebut akan berbeda-beda tergantung perbedaan
keadaan mayit, baik dari segi kemampuannya maupun dari jenis
kelaminnya.
5
dan hal itu tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang yang sudah
meninggal. Akan tetapi, meskipun kewajiban tersebut dinyatakan
telah gugur bagi orang yang sudah meninggal, ia tetap akan
dikenakan sanksi kelak pada hari kiamat sebab ia tidak menunaikan
kewajiban ketika masih hidup. Hal ini tentu saja merupakan
keputusan Allah SWT. Pendapat mazhab ini, menurut saya, tentunya
bila sebelumnya mayit tidak berwasiat kepada ahli waris untuk
membayarnya. Namun, bila sang mayit berwasiat, maka wajib bagi
ahli waris untuk menunaikannya.
6
Bila ternyata wasiat pewaris melebihi sepertiga dari jumlah harta
yang ditinggalkannya, maka wasiatnya tidak wajib ditunaikan kecuali
dengan kesepakatan semua ahli warisnya. Hal ini berlandaskan sabda
Rasulullah saw. ketika menjawab pertanyaan Sa'ad bin Abi Waqash
r.a. --pada waktu itu Sa'ad sakit dan berniat menyerahkan seluruh
harta yang dimilikinya ke baitulmal. Rasulullah saw. bersabda: "...
Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya bila engkau
meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik
daripada meninggalkan mereka dalam kemiskinan hingga meminta-
minta kepada orang."
Catatan:
2) Ahli Waris :
a) Ny. Sri Soendari : Anak I (Perempuan)
b) Ny. Sri Soentarini : Anak II (Perempuan)
7
c) Tn. Muso Crivijaya : Anak III (Laki-laki)
d) Tn. Moh. Karmo Nusantara : Anak IV (Laki-laki)
e) Tn. Moh. Sunaryo N : Anak V (Laki-laki)
f) Tn. Moh. Banteng Y : Anak VI (Laki-laki)
g) Tn. Moh. Bimo Z : Anak VII (Laki-laki)
3) Harta Warisan :
a) Tanah Blok C 18, luas tanah 14.450 M2;
b) Tanah Blok C 19, luas tanah 83.850 M2;
4) Hal-hal lain :
a) Terdapat bangunan Masjid Al Mugiroh Yang dibangun oleh Almh.
Ibu Moegirahayoe
b) Terdapat bangunan Jakarta International Multicultural School.
c) Terdapat bangunan-bangunan rumah warga + ……. Bangunan.
d) Terdapat bangunan-bangunan atau objek wisata yang dikelola
…….. yang merupakan ahli waris.
e) Terdapat bangunan yang digunakan untuk tempat usaha dan
dikelola oleh ahli waris.
f) Terdapat Putusan Pengadilan Agama Tigaraksa
No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs.
g) Belum pernah diadakan pembagian waris pasca Putusan
Pengadilan Agama Tigaraksa No.678/Pdt.G/2009/PA.Tgrs.
tanggal 28 Juli 2010.
8
Penjelasan lebih detail mengenai permasalahan waris apa saja yang
diatur dapat kita lihat pada penjelasan Pasal 49 huruf b UU Peradilan
Agama yang berbunyi:
1) Putusan declaratoir;
2) Putusan constitutief;
3) Putusan condemnatoir;
Penerapan Pasal 225 HIR/ 259 Rbg harus terlebih dahulu ternyata
bahwa Termohon tidak mau melaksanakan putusan tersebut dan
pengadilan tidak dapat / tidak mampu melaksanakannya walau dengan
bantuan alat negara. Dalam hal demikian, Pemohon dapat mengajukan
kepada Ketua Pengadilan Tingkat Pertama agar termohon membayar
sejumlah uang, yang nilainya sepadan dengan perbuatan yang harus
dilakukan oleh Termohon.
10
Putusan untuk membayar sejumlah uang, apabila tidak dilaksanakan
secara sukarela, akan dilaksanakan dengan cara melelang barang milik
pihak yang dikalahkan, yang sebelumnya harus disita (Pasal 200 HIR,
Pasal 214 s/d Pasal 274 RBg).
11
Dalam hal yang demikian, Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat
menunda eksekusi putusan yang berkekuatan hukum tetap tersebut.
Sumber:
12
Tn. Moh. Banteng Y : 13.975 M2
Tn. Moh. Bimo Z : 13.975 M2
“Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai untuk memenuhi
isi keputusan itu dengan damai, maka pihak yang menang
memasukkan permintaan, baik dengan lisan, maupun dengan
surat, kepada ketua pengadilan negeri yang tersebut pada ayat
13
pertama pasal 195, buat menjalankan keputusan itu Ketua
menyuruh memanggil pihak yang dikalahkan itu serta
memperingatkan, supaya ia memenuhi keputusan itu di dalam
tempo yang ditentukan oleh ketua, yang selama-lamanya delapan
hari.”
- Bahwa langkah hukum tersebut adalah kaku dank eras yang nantinya
akan berbenturan dengan ahli waris lain serta pihak-pihak yang
lainnya. Namun demikian dibenarkan menurut hukum serta
mempunyai kekuatan hukum.
14
Faktanya bangunan masjid tersebut luasnya tidak melebihi 1/3 dari
harta warisan oleh karenanya cukup alasan untuk dapat
menunaikannya.
Bahwa adalah fakta jika pada lokasi tanah tersebut sebagian telah
dijual oleh ahli waris atau keturunannya kepada pihak lain dengan
berbagai macam tujuan. Terhadap hal tersebut sebenarnya pembelian
tersebut dilakukan secara melawan hukum karena tanah tersebut
masih merupakan tanah warisan.
Dari rumusan tersebut dapat kita ketahui bahwa jual beli melahirkan
kewajiban secara bertimbal balik kepada para pihak yang membuat
perjanjian jual beli tersebut.
Suatu kontrak terdiri dari serangkaian kata. Oleh karena itu, untuk
menetapkan isi kontrak, perlu dilakukan penafsiran, sehingga dapat
diketahui dengan jelas maksud para pihak dalam kontrak. Asas itikad
baik memegang peranan penting dalam penafsiran kontrak.
Asas itikad baik merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum
perjanjian. Ketentuan tentang itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338
ayat (3) bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
Sementara itu, Arrest H.R. di Negeri Belanda memberikan peranan
tertinggi terhadap itikad baik dalam tahap praperjanjian bahkan
kesesatan ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori
kehendak. Begitu pentingnya itikad baik tersebut sehingga dalam
perundingan-perundingan atau perjanjian antara para pihak, kedua
belah pihak akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus
yang dikuasai oleh itikad baik dan hubungan khusus ini membawa
akibat lebih lanjut bahwa kedua belah pihak itu harus bertindak
dengan mengingat kepentingan-kepentingan yang wajar dari pihak
lain. Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian terdapat suatu
kewajiban untuk mengadakan penyelidikan dalam batas-batas yang
wajar terhadap pihak lawan sebelum menandatangani kontrak atau
masing-masing pihak harus menaruh perhatian yang cukup dalam
menutup kontrak yang berkaitan dengan itikad baik.
Dalam hal tersebut barang yang dijual kepada pembeli dari penjual
bukanlah barang miliknya sendiri dan tanpa ada perjanjian dengan
pihak pemilik sesungguhnya dan mengaku sebagai pemilik sehingga
patut diduga ada kekhilafan atau kesesatan. Sedangkan dilihat dari
sudut pandang tindakannya di mana penjual mengaku barang tersebut
merupakan milik penjual yang kemudian menjualnya pada pihak
16
pembeli maka terjadi penipuan. Secara jelas hal tersebut yaitu
kesesatan atau kekhilafan merupakan penyebab cacat kehendak yang
terdapat dalam BW Pasal 1321 dan 1449 BW yang masing-masing
menentukan sebagai berikut.
Pasal 1321 BW :
Pasal 1449 BW :
Kemudian terhadap pembeli yang beritikad baik atau karena salah satu
pihak tidak memenuhi prestasi dalam perjanjian jual-beli maka bisa
mendapatkan ganti kerugian sesuai ketentuan Pasal 1267 KUH
Perdata :
19
Hasil penyelesaian secara kekeluargaan tersebut dilaporkan ke
Pengadilan Agama Tigaraksa untuk mendapatkan penetapan atau
sejenisnya yang bias dipergunakan Ahli Waris dikemudian hari.
Demikian Legal Opini kami sampaikan atas perhatian dan kerjasama baiknya kami
ucapkan terima kasih.
20
Hormat Kami,
SUSANTO ADELIA NUGRAHA & REKAN
21