Anda di halaman 1dari 15

B.

Kalor

1. Pengertian Kalor

Kita tentunya pernah mendengar kalor. Namun, apakah kalor itu sama
dengan suhu? Apakah kalor merupakan besaran yang dimiliki oleh suatu benda
seperti suhu? Untuk menjawabnya mari simak materi mengenai kalor [ CITATION
Sar191 \l 1033 ]

Ada dua ilustrasi. Ilustrasi pertama adalah ketika memasak air dalam
panci, lalu panci tersebut tersentuh yang dirasakan adalah tangan kita merasakan
panas. Lalu ilustrasi kedua, ketika kita menggenggam sebongkah es, tangan kita
terasa dingin dan es tersebut setelah beberapa saat digenggam mencair. Mengapa?
Apa yang menyebabkan es tersebut mencair? [ CITATION Sar192 \l 1033 ]

Jawabannya adalah karena panci lebih panas dari tangan kita, maka energi
merambat memasuki tangan. Sebaliknya, energi merambat dari tangan menuju es
karena tangan kita yang lebih hangat daripada es yang dingin [ CITATION Sar192 \l
1033 ]

Ketika kedua benda yang berbeda suhunya melakukan kontak termal,


energi akan merambat dari benda/zat yang suhunya lebih tinggi ke benda/zat
yang suhunya lebih rendah. Itulah yang dinamakan kalor. Jadi Kalor adalah energi
yang merambat dari benda/zat satu ke benda yang lain karena adanya perbedaan
suhu [ CITATION Sar192 \l 1033 ]

2. Kalor dan Energi Dalam

Apakah kalor dikandung oleh benda? Jawabannya adalah tidak. Karena


kalor itu hadir ketika benda bersuhu tinggi dikontakkan secara termal dengan
benda lain yang bersuhu lebih rendah. Saat itulah adanya aliran energi dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Jadi kalor itu dapat terjadi
ketika adanya perbedaan suhu. Lalu apakah benda yang bersuhu tinggi terdapat
kalor yang banyak? Tidak, hal tersebut bukan berarti benda yang bersuhu tinggi
terdapat kalor yang banyak, karena kalor itu tidak dikandung oleh benda. Lalu apa
yang terkandung dalam benda yang bersuhu tinggi? Yang terkandung dalam
benda yang bersuhu tinggi adalah energi dalam. Definisi energi dalam adalah total
keseluruhan energi yang dimiliki suatu benda [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Berikut ini adalah analogi mengenai perbedaan kalor dan energi dalam,
yaitu analogi konsep kalor dan usaha. Usaha adalah kemampuan suatu benda
untuk melakukan kerja yang besarnya sebesar perkalian antara Gaya dan
Perpindahan. Tidak ada usaha ketika tidak ada perpindahan. Usaha tidak
dikandung oleh benda. Benda hanya melakukan usaha atau benda dikenai usaha.
Demikian hal nya dengan kalor, ketika dua buah zat atau lebih terjadi kontak
secara termal dan memiliki perbedaan suhu maka kalor menjadi ada. Sekalipun
kontak termal, namun tidak memiliki perbedaan suhu, maka kalor tidak ada. Oleh
karena itu syarat terjadinya kalor adalah memiliki perbedaan suhu. Sementara
energi mekanis seperti energi potensial analog dengan energe dalam yang
berasosiasi dengan massa inersia benda atau jumlah molekul suatu sistem
[ CITATION Sar192 \l 1033 ].

3. Perbedaan Kalor, Suhu, dan Energi Dalam

Orang pertama yang menyatakan perbedaan suhu dan kalor adalah Joseph
Black pada tahun 1760. Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda,
sedangkan kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda panas ke benda yang
lebih dingin untuk menyamakan suhunya. Sekarang anda telah mengetahui bahwa
sesungguhnya suhu itu adalah ukuran energi kinetik rata-rata partikel (berkaitan
dengan gerak partikel-partikel) dalam suatu benda. Sedangkan kalor adalah energi
yang berpindah dari suhu benda ke benda lainnya karena adanya perbedaan suhu.
Jadi kalor bukanlah jumlah energi yang dikandung dalam suatu benda, karena
begitu proses perpindahan energi berhenti, kalor tidak lagi memiliki arti
([ CITATION Mar17 \l 1033 ].

Kita dapat menyatakan perbedaan antara suhu, kalor, dan energi dalam
secara sederhana sebagai berikut. Suhu mempresentasikan energi kinetik satu
molekul zat. Energi dalam adalah ukuran energi seluruh molekul dalam zat.
Adapun kalor adalah perpindahan sebagian energi dalam dari suatu zat ke zat lain
karena adanya perbedaan suhu [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
4. Kalor Jenis

Ada beberapa jenis makanan yang tetap panas dibandingkan yang lainnya.
Misalnya ketika memanggang brownis. Ketika kita mengangkat brownis yang
masih berada di loyang alumunium dari oven/pemanggang kita rasakan bahwa
Loyang dan brownis masih sama-sama panas. Setelah didiamkan beberapa saat,
ternyata Loyang alumunium lebih cepat dingin sedangkan brownis masih hangat.
Contoh lain ketika kita memesan pizza dan pizza itu datang, ternyata roti pizza
lebuh cepat dingin bila dibandingkan dengan keju mozzarella di topingnya. Hal
ini menunjukkan ternyata zat yang berbeda memiliki kapasitas/kemampuan
menyimpan energi dalam yang berbeda, terbukti dari kedua contoh di atas
[ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Lalu ketika kita memanaskan satu ember kecil air pada suhu ruang di atas
kompor, ternyata untuk mendidih diperlukan waktu lima menit. Sedangkan pada
kompor yang sama untuk memanaskan serbuk besi bermassa sama dengan air
tersebut, dibutuhkan waktu sekitar satu menit untuk mencapai suhu seratus derajat
Celcius [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Perbandingan antara pemanasan air dan besi kita dapat menarik


kesimpulan, untuk memanaskan sejumlah massa yang sama, kalor yang
dibutuhkan air lebih banyak daripada besi. Dibutuhkan 1 kalori untuk menaikkan
suhu 1 derajat Celsius satu gram air. Sedangkan untuk menaikkan suhu 1 derajat
Cesius besi hanya dibutuhkan 1/8 kalori. Air memiliki kapasitas kalor jenis lebih
tinggi dibandingkan besi [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Materi yang berbeda memerlukan jumlah kalor yang berbeda untuk


mencapai suhu tertentu pada jumlah massa tertentu, lalu memiliki cara yang
berbeda dalam menyerap energi. Gerak translasi dari molekul-molekul penyusun
zat, yang mana meningkatkan suhu dari zat tersebut dapat ditingkatkan karena
energi yang diserap. Selain itu baik energi kinetik vibrasi atau rotasi internal
molekul-molekul penyusun dan energi potensial yang mana tidak meningkatkan
temperature dapat meningkat juga karena energi yang diserap. Secara umum, baik
suhu maupun energi potensial akan
meningkat karena energi yang diserap oleh
suatu zat [ CITATION Sar19 \l 1033 ].

Kalor Jenis adalah jumlah energi


yang diperlukan untuk mengubah
temperature satu satuan massa dari suatu
zat sebanyak 1 derajat [ CITATION Sar192 \l
1033 ].

Secara matematis dapat kita tuliskan hubungan antara kalor jenis (c),
jumlah energi yang ditransfer (Q), massa suatu zat (m) dan perubahan temperature
(∆ T ¿ sebagao berikut:

Q
c=
m∆T
[ CITATION
Sar192 \l 1033 ] Suatu zat
yang memiliki kalor jenis yang tinggi dibanding zat lain artinya bahwa
memerlukan transfer energi yang jauh lebih besar bila kita mau menaikkan
temperature yang sama pada massa yang sama. Dari definisi tersebut kita dapat
menghitung jumlah energi yang ditransfer ke dalam suatu sistem sampel yang
bermassa m untuk mengubah temperature sebesar ∆ T sebagai:

Q= m.c. ∆ T

[ CITATION Sar192 \l 1033 ] Q adalah jumlah energi yang ditransfer ke dalam suatu
sistem sampel, m adalah massa sistem sampel (massa zat) satuannya adalah Kg, c
adalah kalor jenis dari sistem sampel (kalor jenis zat), ∆ T adalah perubahan
temperature sistem sampel yang satuannya adalah Kelvin. Satuan kalor dalam SI
adalah joule, dimana:
1 kal = 4,814 J

Berikut ini adalah table Kalor Jenis untuk setiap zat pada 25°C dan tekanan 1 atm.

Kapasitas menyimpan energi yang paling tinggi dibanding dengan


sebagian besar zat-zat yang lain adalah air. Oleh karena itu air merupakan zat
yang sangat penting dalam proses pendinginan misalnya pada radiator mesin
kendaraan bermotor. Kalor jenis air sangatlah tinggi sehingga memerlukan kalor
banyak untuk menaikkan suhu tertentu [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

5. Asas Black
Ketika kita ingin mendinginkan secangkir kopi panas, kita menuangkan air
dingin ke dalam air panas tersebut dan mengaduknya agar tercampur rata. Lalu
setelah kesetimbangan termal tercapai, kita memperoleh air hangat, yang suhunya
diantara air panas dan air dingin [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

Air panas suhunya menurun karena melepaskan energi, sedangkan air


dingin menerima energi, sehingga suhunya meningkat. Jika pertukaran kalor
hanya terjadi antara air panas dan air dingin (tidak ada kehilangan kalor ke udara
sekitar dan ke cangkir), sesuai prinsip kekekalan energi, yaitu kalor yang
dilepaskan oleh air panas (Q lepas) sama dengan kalor yang diterima air dingin
Qterima [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

Persamaan Asas Black

Qlepas =Qterima

6. Kalorimetri

Kalorimetri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kalor, untuk


menentukan kalor jenis suatu zat. Teknik yang digunakan Kalorimetri adalah
pencampuran dua zat di dalam suatu wadah [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

Gambar di atas adalah kalorimetri alumunium. Dinding dalam kedua


bejana (bejana dalam dan bejana luar) dibuat mengilap untuk mengurangi radiasi
kalor dan kehilangan kalor karena penyerapan dinding bejana. Cincin serat (fiber)
yang memisahkan kedua bejana dengan tutup kayu adalah penghantar kalor yang
buruk. Ruang antara kedua bejana berisi udara yang berfungsi sebagai isolator
kalor, karena udara adalah penghantar kalor yang buruk [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

C. Perpindahan Kalor

[ CITATION Mar17 \l 1033 ] Kalor berpindah dari benda yang suhunya tinggi ke
benda yang suhunya rendah. Ada tiga cara perpindahan kalor, yaitu:

a) Konduksi
Dalam kehidupan sehari-hari bahan logam yang sangat mudah
menghantarkan panas dipilih sebagai alat masak. Pada proses memasak,
energi panas dirambatkan oleh panci yang terbuat dari logam yang
biasanya alumunium, sehingga makanan di panci tersebut dapat matang
dengan sempurna dan cepat [ CITATION Sar192 \l 1033 ]. Proses perpindahan
kalor tanpa disertai perpindahan partikel dinamakan Konduksi [ CITATION
Mar17 \l 1033 ]. Juga konduksi kalor adalah perambatan kalor
memanfaatkan tumbukan antar molekul di dalam zat (terutama zat padat)
[ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Bagaimana perambatan kalor secara konduksi? Mari kita tinjau


logam yang salah satu ujungnya dipanaskan di atas api dan salah satu
ujungnya kita pegang seperti gambar di atas. Lama kelamaan logam
berangsur-angsur menjadi panas. Secara mikroskopis sebelum ujung
logam dipanaskan di atas api, molekul penyusun logamnya bergetar
(vibrasi) di sekitar titik setimbangnya. Ketika mulai dipanaskan, molekul-
molekul penyusun logam yang dekat api, mulai bergetar dengan amplitude
lebih besar dan besar lagi. Molekul-molekul yang bergetar lebih besar ini
menumbuk molekul-molekul tetangganya. Terjadilah transfer energi
ketika saat menumbuk, sehingga molekul yang tertumbuk bergetar dengan
amplitudo yang lebih besar daripada yang sebelumnya. Begitu seterusnya
sampai molekul-molekul di ujung logam yang kita pegang bergetar dengan
amplitudo yang lebih besar dari sebelumnya. Terjadi peningkatan energi
kinetik rata-rata dari molekul-molekul karena peningkatan amplitudo
getaran penyusun molekul-molekul logam. Peningkatan energi kinetik
rata-rata dapat dideteksi secara makroskopik sebagai peningkatan
temperatur dari logam yang kita pegang. Semakin besar amplitudo getar
molekul-molekulnya apabila semakin lama dipanaskan. Pada logam
ditambah tumbukan-tumbukan dari elektron-elektron bebas sehingga
amplitudo getaran dari atom-atom tersebut bertambah besar [ CITATION
Sar192 \l 1033 ].
Kita tahu tidak semua zat padat dapat menghantarkan kalor dengan
baik. Ada bahan yang mudah menghantarkan kalor seperti logam-logam
karena dibantu oleh adanya elektron bebas, namu ada juga yang sulit
menghantarkan kalor seperti kayu, wol, plastik, dsb ( [ CITATION Sar192 \l
1033 ].
Mudah tidaknya suatu bahan dalam menghantarkan kalor
bergantung kepada sifat bahan tersebut yang disebut sebagai
konduktivitas termal [ CITATION Sar192 \l 1033 ].
Untuk memahami mengenai konduktivitas termal, mari simak
ilustrasi berikut.
Kursi yang dipakai ketika kuliah di kelas, kursi tersebut terdiri dari dua
bahan yaitu pada tempat duduknya ada bahan busa yang dibungkus kulit
dan bahan logam pada rangkanya, dan pada mejanya ada kayu yang
dilapisi melamin. Ketika kita memegang ketiga bahan tersebut, kita
merasakan sensasi yang berbeda ketika memegang logam yang terasa
dingin sekali ketika kita sedang memegang alas duduk, padahal ketiga
bahan tersebut berada pada suhu yang sama. Ketika kita menyentuh kursi
dan terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari tubuh kita ke kursi
[ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Ini adalah tabel yang menyajikan konduktivitas termal untuk


masing-masing zat/bahan.

Semakin besar nilai konduktivitas termal, maka energi atau kalor akan
mudah dirambatkan dibandingkan dengan bahan yang memiliki
konduktivitas termal yang rendah [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Cepat lambat konduksi termal bergantung pada sifat dari zat yang
dipanaskan. Contoh gagang panci yang dibuat dari kayu, plastik, dsb agar
kita nyaman ketika memasak. Berdasarkan kemampuan menghantarkan
kalor, ada yang namanya konduktor yaitu bahan yang mudah
menghantarkan panas seperti logam-logam, dll. Ada pula yang namanya
isolator, yaitu konduktor yang buruk, bahan yang buruk dalam
merambatkan kalor seperti wol, kayu, plastik, dsb [ CITATION Sar192 \l
1033 ].

Konduksi hanya dapat terjadi apabila terdapat perbedaan


temperatur antara dua bagian dari media yang terhubung/terkonduksi
secara termal. Contohnya, pada sebuah lempengan bahan yang memiliki
ketebalan x dan luas penampang A. Satu sisi dari lempengan tersebut
berada pada temperatur T C dan sisi lainnya berada pada temperatur T h di
mana T h>T C [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

[ CITATION Sar192 \l 1033 ] Secara eksperimen, ditemukan bahwa energi Q


ditransfer dari permukaan yang lebih panas ke permukaan yang kurang
panas selama selang waktu tertentu. Laju transfer energi diungkapkan
sebagai:

Q
P = ∆T

Di mana transfer energi ini berbanding lurus dengan luas penampang dan
perbedaan temperature ∆ T =T C -T h, dan berbanding terbalik dengan
ketebalan sebagaimana dituliskan dalam persamaan berikut:

Q ∆T
P = ∆T ∝ A ∆ X

b) Konveksi
Suatu saat anda menghangatkan tubuh dengan berdiam di depan
api unggun atau tungku. Lalu anda menempatkan tangan anda di atas
perapian. Pada situasi ini, udara yang berada langsung di atas api,
dipanaskan, dan mengembang. Sebagai hasilnya, kerapatan udara
menurun, dan kemudian udara naik ke atas. Yang berperan
menghangatkan tangan anda adalah udara panas ini. Energi yang ditranfer
karena pergerakan dari suatu zat yang panas, dapat dikatakan energi
tersebut ditransfer dengan cara konveksi [ CITATION Sar192 \l 1033 ].

Gambar di atas menunjukkan dua fluida yang dipanaskan dari


bagian bawahnya. Bagian bawah kedua fluida itu dipanaskan yang
menyebabkan molekul-molekul fluida yang terkena panas bergerak
semakin cepat dan saling menjauh satu sama lain, berkurang kerapatannya,
dan terdesak oleh gumpalan fluida yang lebih rapat sehingga gumpalan
fluida yang kurang rapat mengapung atau bergerak ke atas [ CITATION
Sar192 \l 1033 ].
Konveksi kalor dibedakan menjadi dua bila kita melihatnya dari
bagaimana arus konveksi mengalir. Yaitu Konveksi alami yang terjadi
ketika gerakan gumpalan fluida dihasilkan oleh perbedaan kerapatan,
seperti halnya udara panas di atas nyala api, asap pabrik yang mengepul ke
atas, dan asap uap air yang keluar dari lubang pada panci. Dari ketiga
contoh tersebut, ternyata memperlihatkan bahwa gumpalan fluida yang
dipanaskan di bagian bawah akan mengembang atau volumenya membesar
yang kemudian menyebabkan kerapatannya berkurang sehingga gumpalan
tersebut didesak oleh gumpalan udara yang masih dingin (kerapatannya
besar). Karena adanya perbedaan massa jenis, gumpalan udara panas
tersebut bergerak naik. Jenis konveksi lainnya adalah konveksi terpaksa
yaitu ketika zat yang dipanaskan dipaksa untuk bergerak, misalnya oleh
pompa atau kipas seperti pada sistem pemanasan dan pemanas ruangan
[ CITATION Sar192 \l 1033 ].
Ada fenomena konveksi kalor, yaitu angin darat dan angin laut.
Angin laut dan angin darat dimanfaatkan oleh nelayan untuk berlayar
mencari ikan terjadi melalui konveksi alami udara. Pada gambar (a) Tanah
lebih cepat menjadi panas daripada laut ketika di siang hari, sehingga
udara di atas daratan lebih panas daripada udara di atas laut. Oleh karena
itu, udara di atas daratan naik dan tempatnya digantikan oleh udara di atas
laut, dan terjadilah angin laut [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
Pada gambar (b) menunjukkan pada malam hari, tanah lebih cepat
dingin daripada laut, sehingga udara di atas daratan lebih dingin daripada
udara di atas laut. Oleh karena itu, udara di atas laut naik dan tempatnya
digantikan oleh udara di atas daratan, dan terjadilah angin darat [ CITATION
Mar17 \l 1033 ].
Q
Laju kalor ketika sebuah benda panas memindahkan kalor ke
t
fluida sekitarnya secara konveksi adalah sebanding dengan luas
permukaan benda A yang bersentuhan dengan fluida dan beda suhu ∆ T di
antara benda dan fluida. Secara matematis, ditulis:

Q
=hA ∆ T
t
Dengan h adalah koefisien konveksi yang nilainya bergantung pada bentuk
dan kedudukan permukaan, yaitu tegak, miring, mendatar, menghadap ke
bawah, atau menghadap ke atas. Nilai h diperoleh secara percobaan
[ CITATION Mar17 \l 1033 ].
c) Radiasi
Bagaimanakah energi kalor dari matahari dapat melalui atmosfer
bumi dan menghangatkan bumi? Udara yang terdapat di atmosfer
tergolong konduktor yang buruk sehingga kalor dari matahari tidak dapat
melalui atmosfer secara konduksi. Konveksi harus selalu diawali dengan
pemanasan bumi terlebih dahulu oleh karena itu kalor dari matahari juga
tidak dapat sampai ke bumi melalui konveksi. Selain itu, tidak mungkin
terjadi perpindahan kalor konduksi dan konveksi melalui ruang hampa
yang terdapat diantara atmosfer bumi dan matahari. Bagaimanakah proses
perpindahan kalor dalam peristiwa ini? [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
melalui ruang hampa udara kalor dari matahari dapat sampai ke
bumi tanpa zat perantara (medium). Perpindahan kalor seperti ini disebut
radiasi. Energi kalor dibawa dalam bentuk energi elektromagnetik, oleh
karena itu dapat terjadi perpindahan kalor melalui ruang hampa. Jadi
radiasi atau pancaran adalah perpindahan energi kalor dalam bentuk
gelombang elektromagnetik[ CITATION Mar17 \l 1033 ].
a) Penyerap Kalor Radiasi yang Baik dan Buruk
Beberapa permukaan zat menyerap kalor radiasi lebih baik
daripada permukaan zat lainnya. Permukaaan yang hitam dan kusam
adalah penyerap dan pemancar kalor radiasi yang baik, oleh karena itu
di siang hari baju hitam kusam terasa lebih panas daripada baju putih
mengkilap dan pada malam hari terasa lebih dingin ketika
menggunakan baju hitam kusam daripada baju putih mengkilap.
Sedangkan permukaan putih dan mengkilap adalah penyerap dan
pemancar kalor yang buruk, sehingga ketika di siang hari terasa lebih
dingin ketika menggunakan baju putih berkilap daripada menggunakan
baju hitam kusam dan ketika malam hari terasa lebih hangat
dibandingkan menggunakan baju hitam kusam [ CITATION Mar17 \l 1033
]
Suhu kopi atau teh panas akan bertahan lebih lama dalam suatu
cangkir yang permukaan dalamnya mengilap daripada yang permukaan
dalamnya gelap. Aplikasi lain yaitu permukaan dalam pada termos
selalu diberi lapisan perak mengilap. Banyak bangunan yang dicat
dengan warna terang (misalnya putih). Pada musim panas terasa lebih
dingin karena banyak memantulkan kalor radiasi yang mengenainya.
Cat terang sekaligus juga pemancar kalor radiasi yang buruk, sehingga
lebih mempertahankan energi dalamnya pada musim dingin, dan
bangunan terasa lebih hangat [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Kalor Radiasi
Joseph Stefan melakukan pengukuran daya total yang dipancarkan
benda hitam sempurna. Dia menyatakan bahwa daya total itu
sebanding dengan pangkat empat suhu mutlaknya. Lima tahun
kemudian, Ludwig Boltzmann menurunkan hubungan yang sama.
Persamaan yang didapat dari hubungan ini disebut Hukum Stefan-
Boltzmann, yang berbunyi: energi yang dipancarkan oleh suatu

Q
permukaan hitam dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu ( )
t
sebanding dengan luas permukaan (A) dan sebanding dengan pangkat
empat suhu mutlak permukaan itu (T⁴) [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
Q
=σA T ⁴
t

Tetapan σ dikenal sebagai tetapan Stefan-Boltzmann dan dalam


satuan SI nilainya σ = 5,67 ×10 8 W/m²K⁴ [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
Tidak semua benda dapat dianggap sebagai benda hitam sempurna.
Jadi diperlukan sedikit modifikasi pada persamaan di atas agar dapat
digunakan pada setiap benda. Persamaan Stefan-Boltzmann untuk
setiap benda [ CITATION Mar17 \l 1033 ].

Daya Radiasi
Q
=e σA T ⁴
t

e adalah koefisien yang disebut emisivitas, yang merupakan suatu


ukuran seberapa besar pemancaran radiasi kalor suatu benda
dibandingkan benda hitam sempurna [ CITATION Mar17 \l 1033 ].
c) Pemanfaatan Radiasi
Berikut ini beberapa pemanfataan radiasi dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu pendiangan rumah, rumah kaca, dan panel surya [ CITATION Mar17
\l 1033 ].

DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, M. (2017). Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI. Cimahi: PT. Gelora Aksara Pratama.

Sari, I. M., Ramalis, T. R., & dkk. (2019). Suhu & Kalor. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai