Anda di halaman 1dari 5

Minggu 4

A. Pengertian Kalor
Kalor adalah suatu energi yang mudah diterima dan mudah sekali dilepaskan sehingga
dapat mengubah temperatur zat tersebut menjadi naik atau turun. Kalor juga bisa
berpindah dari satu zat ke zat yang lain melalui medium atau perantara. Ternyata Kalor
adalah bentuk energi yang tidak dapat dilihat ataupun terlihat. Dan ternyata Energi kalor
juga dapat berubah menjadi bentuk energi lain, seperti cahaya, gerak, listrik, kimia dan
lain-lain.
Misalkan, dua buah zat yang memiliki temperatur berbeda dicampurkan pada sebuah
wadah. Maka temperatur kedua benda tersebut akan menjadi sama. Besarnya temperatur
akhir berada di antara temperatur awal kedua zat tersebut. Pada gejala ini, kalor
berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah hingga mencapai
temperatur setimbangnya.
Pada 1850, untuk pertama kalinya Joule menggunakan sebuah alat yang di dalamnya
terdapat beban-beban yang jatuh dan merotasikan sekumpulan pengaduk di dalam sebuah
wadah air yang tertutup. Dalam satu siklus, beban-beban yang jatuh tersebut melakukan
sejumlah kerja pada air tersebut dengan massa air adalah m dan air tersebut mengalami
kenaikan temperatur sebesar Dt . Percobaan ini menerangkan tentang adanya energi yang
menyebabkan timbulnya kalor dalam siklus tersebut.
Kalor dapat didefinisikan sebagai proses transfer energi dari suatu zat ke zat lainnya
dengan diikuti perubahan temperatur. Kalor yang diperoleh atau dilepas oleh sebuah
benda berubah bergantung pada massa, perubahan temperatur, dan kalor jenis.
Hubungannya dapat ditulis sebagai berikut:

Q=mc ∆ T

Dimana:
Q = Kalor yang diterima suatu zat (Joule)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (Joule/kgºC)
∆T = Perubahan suhu (ºC)
Sedangkan untuk menentukan nilai dari Kapasitas Kalor secara sistematis digunakan
rumus sebagai berikut :

C=m× c

Dimana:
C = Kapasitas kalor (J/ºC)
m = Massa zat (kg)
c = Kalor jenis zat (J/kgºC)

B. Kapasitas Panas
Ketika dua buah benda yang memiliki perbedaan temperatur dicampur menjadi satu
dalam sebuah sistem maka panas Q akan mengalir dari benda yang memiliki temperatur
tinggi menuju benda yang memiliki temperatur lebih rendah. Di dalam sistem tersebut
akan terjadi perubahan energi. Jadi perubahan energi pada atom-atom dan elektron-bebas
menentukan sifat-sifat termal padatan. Sifat-sifat termal yang akan kita bahasa adalah
kapasitas panas.
Menurut Debye pada tahun 1912, panas jenis pada temperature sangat rendah
mendekati 0 kelvin, adalah sebesar :

3
c=k T
Dimana:
c = Panas jenis
T = Temperatur (K)
k = Konstanta bergantung kepada zat

Kapasitas Panas adalah sejumlah panas (∆Q) yang diperlukan per mol zat untuk
menaikkan suhunya 1 K, disebut kapasitas kalor. Untuk membedakan dengan kapasitas
panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan Cp), maka panas spesifik dituliskan
dengan huruf kecil (cv dan cp). Bila kenaikan suhu zat ∆T, maka kapasitas panas adalah :

C. Titik Didih & Kalor Uap


Titik didih adalah suatu kondisi suhu saat zat cair mendidih dan berubah wujud
menjadi gas. Titik didih juga dikenal sebagai titik uap. Kemudian, titik didih sama
tingginya dengan titik embun atau suatu kondisi suhu saat gas berubah wujud menjadi
cair.
Faktor-faktor yang memengaruhi titik didih adalah:
a. Tekanan di atas permukaan zat cair Artinya, semakin besar tekanan di atas
permukaan zat cair, maka titik didihnya akan semakin besar pula, dan sebaliknya.
b. Ketidakmurnian zat cair Artinya, ketidakmurnian zat cair mampu menaikkan titik
didihnya. Misalnya, ketika kita merebus air di puncak gunung, maka air menjadi
lebih cepat mendidih, karena tekanan di tempat yang lebih tinggi dari permukaan
laut (misalnya di gunung) semakin rendah, maka titik didih di puncak gunung
semakin rendah.

Kalor uap yaitu banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh 1 kg zat untuk menguap pada
titik didihnya. Satuan kalor uap dinyatakan dengan joule per kilogram (J/kg). Kalor uap
tergolong kalor laten karena tidak menaikkan suhu zat cair, melainkan hanya mengubah
wujud zat cair menjadi uap. Dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q=m×U
Dimana:
Q = Kalor yang diterima suatu zat (J)
m = Massa zat (kg)
U = Kalor uap zat (J/kg)

D. Titik Lebur atau Kalor Lebur


Kalor laten atau kalor lebur adalah kuantitas panas yang harus diberikan persatuan
massa zat agar semua zat berubah wujud menjadi cair. Atau, jumlah kalor yang
dibutuhkan untuk mencairkan satu satuan massa dari sebuah zat pada suhu leburnya
tanpa perubahan suhu. Sedangkan kuantitas panas yang harus diberikan persatuan massa
zat agar semua zat berubah wujud gas disebut kalor uap.
Kalor lebur adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk mengubah satu satuan massa
zat dari suatu fase ke fase lain tanpa mengubah suhu. Setiap bahan memiliki kalor lebur
yang berbeda-beda tergantung pada zat dan fase yang mengalami perubahan. Kalor lebur
dapat diukur dalam joule per gram (J/g) atau kalori per gram (cal/g). Ada tiga jenis kalor
lebur yang umumnya digunakan, yaitu kalor lebur pendinginan, kalor lebur pemanasan,
dan kalor lebur campuran.
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Q=m× L

Dimana:
Q = Kalor yang diterima suatu zat (J)
m = Massa zat (kg)
L = Kalor lebur zat (J/kg)
DAFTAR PUSTAKA

[1] Muzaki, Zainul. 2017. Perhitungan Kapasitas Panas Menggunakan Metode Dinamika
Molekul Dengan Komputer Paralel. Jember : Universitas Jember
[2] S. Naga, Dali. 1991. Fisika : Ilmu Panas Edisi Kedua. Jakarta : Andhika Grafis.
[3] Harjono, Widagdo M. 2004. Pokok-Pokok Fisika SMP. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai