Referensi
WHO (2008) Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota, Jakarta: WHO.
Pendahuluan
Pendahuluan
B
ayi pada umumnya dilahirkan dalam lingkungan steril di uterus,
namun sewaktu dan setelah lahir, bayi segera didahadapkan kepada
sejumlah organisme. Kulit bayi baru lahir merupakam tempat pertama
dan utama untuk kolonisasi bakteri, yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi
daripada ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit memberikan
kesempatan untuk terjadinya infeksi. Bayi baru lahir mempunyai sekurang-
kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang sangat rentang terhadap
infeksi. Oleh karena itu, cara meminimalisasi risiko infeksi pada masa bayi baru
lahir, semua tempat harus dirawat dengan menggunakan teknik aseptik.
Upaya pencegahan telah lama menjadi satu-satunya alternatif dan
memerangi penyakit infeksi baru lahir yang menghancurkan, Panduan
pencegahan infeksi berguna dalam memberikan informasi risiko transmisi
By: Maharani 1
Hand Out Pencegahan Infeksi
kepada bayi, ibu-ibu dalam persalinan serta petugas kesehatan dan staf
pendukung yang sangat rentan. Tenaga kesehatan khususnya bidan penting
sekali untuk mengetahui pencegahan infeksi agar dapat meminimalkan risiko
infeksi pada bayi baru lahir setelah melalui persalinan pervaginam ataupun
seksio sesarea serta dapat mengelola kejangkitan dalam ruang perawatan bayi
baru lahir atau NICU.
Uraian Materi
Pencegahan Infeksi
Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi (Kementerian Kesehatan
RI, 2010), yaitu:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene
glikol
By: Maharani 2
Hand Out Pencegahan Infeksi
Kewaspadaan Baku
K
ewaspadaan Baku merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi
nosokomial bagi pasien rawat inap. Kewaspadaan baku ditunjukkan
untuk melindungi setiap orang pasien dan klien dan petugas
kesehatan. Pedoman Baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1990 (Tietjen,
L et al., 2004) meliputi:
1. Kewaspadaan Baku, diterapkan pada semua klien dan pasien yang
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan
2. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan, diterapkan hanya untuk pasien
rawat inap.
Kewaspadaan Baku berlaku untuk darah, duh tubuh, sekresi dan ekskresi
(kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan ini bertujuan
untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber
infeksi yang diketahui atau yang tidak diketahui (misalnya, pasien, benda yang
terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan semprit) di dalam sistem
pelayanan kesehatan (Tietjen, L et al., 2004).
Setelah bertahun-tahun, indikasi penggunaan praktik isolasi tertentu
(misalnya sarung tangan bersih lebih efektif daripada baju pelindung dalam
pencegahan kontaminasi silang) telah dapat diatasi melalui penelitian (LeClaire,
dkk., 1987). Betapapun juga ketidakmampuan petugas administrasi rumah sakit
dan klinik di. negara miskin untuk menyediakan perlengkapan pelindung,
khususnya ketersediaan sarung tangan baru masih menjadi kendala (Tietjen, L
et al., 2004).
By: Maharani 3
Hand Out Pencegahan Infeksi
bagi pelaksanaan Kewaspadaan Baku yang baru (Tietjen et al., 2004; Saifuddin
et al., 2005), yaitu:
Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi
menularkan infeksi.
Cuci Tangan: tindakan yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi
silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).
Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang
terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau
instrumen yang kotor, dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum
melakukan tindakan invasif.
Gunakan pembatas fisik (kaca mata pelindung, masker muka, dan
celemek) terhadap kemungkinan percikan duh tubuh (sekresi dan ekskresi)
yang muncrat atau tumpah (misalnya saat membersihkan instrument dan
benda lainnya).
Gunakan antiseptik untuk membersihkan kulit atau selaput lendir sebelum
pembedahan, pembersihan luka, atau pencucian tangan sebelum
pembedahan dengan antiseptik berbasis alkohol.
Gunakan praktik keselamatan kerja, seperti jangan memasang kembali
penutup jarum, atau membengkokkan jarum, dan menjahit dengan jarum
tumpul.
Pembuangan sampah terinfeksi ke tempat yang aman untuk melindungi
dan mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat.
Proses semua peralatan, sarung tangan, dan benda lainnya yang telah
dipakai dengan dekontaminasi dan dibersihkan secara menyeluruh,
kemudian disterilkan atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) sesuai dengan
prosedur.
Pelaksanaan seluruh kewaspadaan ini, meliputi cuci tangan dan upaya
pencegahan yang terkait dengan para petugas kesehatan.
Tabel Kewaspadaan Baku/standar: Komponen Utama
Cuci Tangan
Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi
Segera setelah melepas sarung tangan
Di antara sentuhan dengan pasien
Sarung Tangan
Bila kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi
Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit yang terluka
Masker, Kacamata, dan Masker Muka
By: Maharani 4
Hand Out Pencegahan Infeksi
Pembersihan Lingkungan
perawatan rutin, pembersihan, dan disfeksi peralatan dan perlengkapan
dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
Hindari melepas jarum bekas dari semprit sehabis pakai
Hindari membengkokkan, mematahkan, atau memanipulasi jarum bekas
dengan tangan
masukan instrumen tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitas Pasien
Gunakan bagian mulut, kantong resusitas atau alat ventilasi yang lain untuk
menghindari resusitas dari mulut ke mulut
Penempatan Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan pada ruang pribadi
By: Maharani 5
Hand Out Pencegahan Infeksi
By: Maharani 6
Hand Out Pencegahan Infeksi
c. Perawatan mata.
Infeksi neonatal lanjut Sebagian besar didapat di rumah sakit, yang
dapat dicegah dengan:
1. ASI eksklusif
2. Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan
sesudah memegang bayi
3. Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas
akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan
perawatan metode kanguru)
4. Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
5. Tindakan menyuntik yang bersih
6. Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
7. Hindari transfusi darah yang tidak perlu.
By: Maharani 7
Hand Out Pencegahan Infeksi
By: Maharani 8
Hand Out Pencegahan Infeksi
Kesimpulan
Kulit bayi baru lahir merupakam tempat pertama dan utama
untuk kolonisasi bakteri. Pencegahan telah lama menjadi satu-satunya
alternatif dan memerangi penyakit infeksi baru lahir. Kewaspadaan
Baku merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi nosokomia bagi
pasien rawat inap. Kewaspadaan baku ditunjukkan untuk melindungi
setiap orang pasien dan klien dan petugas kesehatan.
Infeksi neonatal dini sebagian besar dapat dicegah dengan
higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan, perhatian khusus
pada perawatan tali pusat dan perawatan mata.
Sedangkan infeksi neonatal lanjut sebagian besar didapat di rumah
sakit, yang dapat dicegah dengan menerapkan ASI eksklusif, prosedur
cuci tangan, tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam
inkubator, sterilitas yang ketat untuk semua prosedur, tindakan
menyuntik yang bersih, hentikan cairan intravena (IV) jika tidak
diperlukan lagi, dan hindari transfusi darah yang tidak perlu.
Meminimalkan risiko infeksi bayi baru lahir dilakukan dengan
memakai sarung tangan dan apron plastik jika menangani bayi,
bersihkan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum memegang atau
merawat bayi, tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya
stabil, Gaun penutup atau masker muka tidak diperlukan sewaktu
menangani bayi, dan perawatan tali pusat
Evaluasi
Ma n a k a h jodoh- Ku ........
KEGIATAN KOMPONEN
Setelah menyentuh darah, duh tubuh, Kain
sekresi, ekskresi, dan bahan terkontaminasi
By: Maharani 10