Anda di halaman 1dari 10

Hand Out Pencegahan Infeksi

Mata Kuliah : Askeb Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah


Topik : Konsep Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita
Sub Topik : Pencegahan Infeksi
Waktu : 2 x 50 menit
Dosen : Maharani, SST, M.Keb

Referensi

Kementerian Kesehatan RI (2010) Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial:


Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Jakarta: DepKes.

Saifuddin, A. B., Affandi, B. & Lu, E. R. (2005) Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tietjen, L., Bossemeyer, D. & McIntosh, N. (2004) Panduan Pencegahan Infeksi


untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

WHO (2008) Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah
Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota, Jakarta: WHO.

Wiknyosastro, G. H., Prayanti, E. M. & Nurani, V. (2008) Kegawatdaruratan


Obstetri dan Neonatal serta Kontrasepsi, Jakarta: YPKP.

Pendahuluan
Pendahuluan

B
ayi pada umumnya dilahirkan dalam lingkungan steril di uterus,
namun sewaktu dan setelah lahir, bayi segera didahadapkan kepada
sejumlah organisme. Kulit bayi baru lahir merupakam tempat pertama
dan utama untuk kolonisasi bakteri, yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi
daripada ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit memberikan
kesempatan untuk terjadinya infeksi. Bayi baru lahir mempunyai sekurang-
kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang sangat rentang terhadap
infeksi. Oleh karena itu, cara meminimalisasi risiko infeksi pada masa bayi baru
lahir, semua tempat harus dirawat dengan menggunakan teknik aseptik.
Upaya pencegahan telah lama menjadi satu-satunya alternatif dan
memerangi penyakit infeksi baru lahir yang menghancurkan, Panduan
pencegahan infeksi berguna dalam memberikan informasi risiko transmisi

By: Maharani 1
Hand Out Pencegahan Infeksi

kepada bayi, ibu-ibu dalam persalinan serta petugas kesehatan dan staf
pendukung yang sangat rentan. Tenaga kesehatan khususnya bidan penting
sekali untuk mengetahui pencegahan infeksi agar dapat meminimalkan risiko
infeksi pada bayi baru lahir setelah melalui persalinan pervaginam ataupun
seksio sesarea serta dapat mengelola kejangkitan dalam ruang perawatan bayi
baru lahir atau NICU.

Uraian Materi
Pencegahan Infeksi

Tujuan Pencegahan Infeksi

Menurut Wiknyosastro, G. H et al., (2008) tujuan Pencegahan Infeksi


dalam pelayanan asuhan kesehatan, adalah:
1. Meminimalkan terjadinya infeksi
2. Menurunkan risiko penularan penyakit
3. Mencegah infeksi silang dalam prosedur pelayanan kesehatan

Pedoman Cuci Tangan

Ada dua cara cuci tangan dalam merawat bayi (Kementerian Kesehatan
RI, 2010), yaitu:
a. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
b. Mencuci tangan dengan menggunakan campuran alkohol dan propylene
glikol

Kapan harus mencuci tangan?(Kementerian Kesehatan RI, 2010):


1. Segera sesudah sampai di fasilitas kesehatan atau di rumah pasien.
2. Sebelum meninggalkan fasilitas kesehatan atau rumah pasien.
3. Sebelum dan sesudah memeriksa ibu atau bayi.
4. Sebelum dan sesudah memberikan pengobatan lokal pada pusar, mata dan
thrush.
5. Sebelum dan sesudah memakai sarung tangan untuk tindakan (tangan
sering terkontaminasi bila sarung tangan berlubang kecil atau robek ).

By: Maharani 2
Hand Out Pencegahan Infeksi

6. Sebelum dan sesudah menyentuh instrumen/alat atau barang yang mungkin


terkontaminasi darah, cairan tubuh lain, atau sesudah menyentuh jaringan
mukosa.
7. Sesudah memeriksa darah, urin atau feses.
8. Sesudah ke kamar mandi/WC.

Kewaspadaan Baku

K
ewaspadaan Baku merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi
nosokomial bagi pasien rawat inap. Kewaspadaan baku ditunjukkan
untuk melindungi setiap orang pasien dan klien dan petugas
kesehatan. Pedoman Baru yang dikeluarkan oleh CDC pada tahun 1990 (Tietjen,
L et al., 2004) meliputi:
1. Kewaspadaan Baku, diterapkan pada semua klien dan pasien yang
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan
2. Kewaspadaan Berdasarkan Penularan, diterapkan hanya untuk pasien
rawat inap.

Kewaspadaan Baku berlaku untuk darah, duh tubuh, sekresi dan ekskresi
(kecuali keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan ini bertujuan
untuk mengurangi resiko penularan mikroorganisme yang berasal dari sumber
infeksi yang diketahui atau yang tidak diketahui (misalnya, pasien, benda yang
terkontaminasi, jarum suntik bekas pakai, dan semprit) di dalam sistem
pelayanan kesehatan (Tietjen, L et al., 2004).
Setelah bertahun-tahun, indikasi penggunaan praktik isolasi tertentu
(misalnya sarung tangan bersih lebih efektif daripada baju pelindung dalam
pencegahan kontaminasi silang) telah dapat diatasi melalui penelitian (LeClaire,
dkk., 1987). Betapapun juga ketidakmampuan petugas administrasi rumah sakit
dan klinik di. negara miskin untuk menyediakan perlengkapan pelindung,
khususnya ketersediaan sarung tangan baru masih menjadi kendala (Tietjen, L
et al., 2004).

Komponen Utama Dan Penggunaannya


Tindakan berikut ini memberikan perlindungan bagi pencegahan infeksi
pada klien, pasien, dan petugas pelayanan kesehatan serta menyediakan sarana

By: Maharani 3
Hand Out Pencegahan Infeksi

bagi pelaksanaan Kewaspadaan Baku yang baru (Tietjen et al., 2004; Saifuddin
et al., 2005), yaitu:
 Setiap orang (pasien atau petugas layanan kesehatan) sangat berpotensi
menularkan infeksi.
 Cuci Tangan: tindakan yang paling penting dalam pencegahan kontaminasi
silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang).
 Pakai Sarung Tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang
terluka, selaput lendir (mukosa), darah atau duh tubuh lainnya atau
instrumen yang kotor, dan sampah yang terkontaminasi, atau sebelum
melakukan tindakan invasif.
 Gunakan pembatas fisik (kaca mata pelindung, masker muka, dan
celemek) terhadap kemungkinan percikan duh tubuh (sekresi dan ekskresi)
yang muncrat atau tumpah (misalnya saat membersihkan instrument dan
benda lainnya).
 Gunakan antiseptik untuk membersihkan kulit atau selaput lendir sebelum
pembedahan, pembersihan luka, atau pencucian tangan sebelum
pembedahan dengan antiseptik berbasis alkohol.
 Gunakan praktik keselamatan kerja, seperti jangan memasang kembali
penutup jarum, atau membengkokkan jarum, dan menjahit dengan jarum
tumpul.
 Pembuangan sampah terinfeksi ke tempat yang aman untuk melindungi
dan mencegah penularan atau infeksi kepada masyarakat.
 Proses semua peralatan, sarung tangan, dan benda lainnya yang telah
dipakai dengan dekontaminasi dan dibersihkan secara menyeluruh,
kemudian disterilkan atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) sesuai dengan
prosedur.
Pelaksanaan seluruh kewaspadaan ini, meliputi cuci tangan dan upaya
pencegahan yang terkait dengan para petugas kesehatan.
Tabel Kewaspadaan Baku/standar: Komponen Utama
Cuci Tangan
 Setelah menyentuh darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi
 Segera setelah melepas sarung tangan
 Di antara sentuhan dengan pasien
Sarung Tangan
 Bila kontak dengan darah, duh tubuh, sekresi, ekskresi, dan bahan
terkontaminasi
 Bila kontak dengan selaput lendir dan kulit yang terluka
Masker, Kacamata, dan Masker Muka

By: Maharani 4
Hand Out Pencegahan Infeksi

 Mengantisipasi bila terkena, melindungi selaput lendir mata, hidung, dan


mulut saat kontak dengan darah dan duh tubuh
Baju Pelindung
 Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan duh tubuh
 Cegah pakaian tercemar selama tindakan klinik yang dapat berkontak
langsung dengan darah atau duh tubuh
Kain
 Tangani kain tercemar, cegah dari sentuhan kulit/selaput lendir
 Jangan lakukan prabilas kain yang tercemar di area perawatan pasien
Peralatan Perawatan Pasien
 Tangani peralatan yang tercemar dengan baik untuk mencegah kontak
langsung dengan kulit atau selaput lendir dan mencegah kontaminasi pada
pakaian dan lingkungan
 Cuci peralatan bekas pakai sebelum digunakan kembali

Pembersihan Lingkungan
 perawatan rutin, pembersihan, dan disfeksi peralatan dan perlengkapan
dalam ruang perawatan pasien
Instrumen Tajam
 Hindari memasang kembali penutup jarum bekas
 Hindari melepas jarum bekas dari semprit sehabis pakai
 Hindari membengkokkan, mematahkan, atau memanipulasi jarum bekas
dengan tangan
 masukan instrumen tajam ke dalam tempat yang tidak tembus tusukan
Resusitas Pasien
 Gunakan bagian mulut, kantong resusitas atau alat ventilasi yang lain untuk
menghindari resusitas dari mulut ke mulut
Penempatan Pasien
 Tempatkan pasien yang mengontaminasi lingkungan pada ruang pribadi

Sumber: Tietjen, L et al., (2004), Saifuddin, A. B et al., (2005)

Kolonisasi dan Infeksi pada


Bayi Baru Lahir
B
ayi selama proses kelahiran dan setelah lahir, segera
didahadapkan kepada sejumlah organisme yang
mengoloni kulit, nasofaring, dan saluran
gastrointestivasif (umpamanya intubasi enotrakeal atau
keteterisasi arteria umbilikalis) dapat dikolonisasi pada
berbagai tempat dengan sejumlah organisme,
khususnya bakteri gram-negatif (Tietjen et al., 2004).
Kulit bayi baru lahir merupakan tempat pertama
dan utama untuk kolonisasi bakteri, khususnya
Stafilokokus aureus, yang lebih sering diperoleh dari kamar bayi daripada
ibunya. Setiap lecet atau luka sayat pada kulit memberikan kesempatan untuk
terjadinya infeksi dengan organisme patogen ini. Ditambah lagi, Bayi baru lahir

By: Maharani 5
Hand Out Pencegahan Infeksi

mempunyai sekurang-kurangnya satu luka bedah terbuka (tali pusat) yang


sangat rentang terhadap infeksi. Sunat kalau dilakukan adalah luka lainnya
disamping elektrode skalp janin, mungkin dipakai selama persalinan, sebagai
luka ke tiga. Oleh karena itu, cara meminimalisasi risiko infeksi pada masa bayi
baru lahir, semua tempat harus dirawat dengan menggunakan teknik aseptic
(Tietjen et al., 2004).
Infeksi yang berat pada bayi cukup bulan jarang terjadi, kalaupun terjadi
sering kali sekunder dari group B streptokokus, E, koli, L, monositogenes,
Sitrobakter diversus, salmonella, klamidia, virus herpasimpleks (HSV) atau
enterovirus. Semua organisme tersebut ditularkan ke bayi lain di kamar bayi
melalui tangan staf rumah sakit jika Kewaspadaan Baku tidak diikuti, terutama
cuci tangan (atau menggunakan larutan pencuci tangan) dan penggunaan sarung
tangan (Tietjen et al., 2004).

Pencegahan Penyakit Infeksi Janin dan


Bayi Baru Lahir
Pencegahan telah lama menjadi satu-satunya alternatif dan memerangi
penyakit infeksi baru lahir yang menghancurkan, umpamanya rubela kongenital,
sitomegalovirus, varisela, sifilis, toksoplasma, dan tetanus. Selama 50 tahun
terakhir, upaya pencegahan telah berhasil mengurangi risiko infeksi janin dan
bayi baru lahir di negara-negara berkembang. Keberhasilan ini telah
dilaksanakan melalui beberapa cara (Tietjen, L et al., 2004):
1. Imunisasi maternal (tetanus, rubela, varisela, dan hepatitis B).
2. Pengobatan antenatal sifilis maternal, gonorea, dan klamidia.
3. Penggunaan profilaksis obat tetes mata postnatal untuk mencegah infeksi
mata (konjungtivitis) karena klamidia, gonorea, dan jamur (kandida).
4. Pengobatan profilaksis perempuan hamil berisiko terhadap penyakit group
B streptokokus; dan baru terjadi.
5. Pengobatan dengan obat antiretrovirual (ARV) maternal (antenatal dan
intrapartum) dan bayi baru lahir (postnatal) untuk mencegah HIV.

Pencegahan Infeksi neonatal dini dan lanjut (WHO, 2008):

Infeksi neonatal dini sebagian besar dapat dicegah dengan:


a. Higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan
b. Perhatian khusus pada perawatan tali pusat

By: Maharani 6
Hand Out Pencegahan Infeksi

c. Perawatan mata.
Infeksi neonatal lanjut Sebagian besar didapat di rumah sakit, yang
dapat dicegah dengan:
1. ASI eksklusif
2. Prosedur cuci tangan yang ketat bagi semua staf dan keluarga sebelum dan
sesudah memegang bayi
3. Tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam inkubator (Pseudomonas
akan mudah berkolonisasi) atau hindari penggunaan inkubator (gunakan
perawatan metode kanguru)
4. Sterilitas yang ketat untuk semua prosedur
5. Tindakan menyuntik yang bersih
6. Hentikan pemberian cairan intravena (IV) jika tidak diperlukan lagi
7. Hindari transfusi darah yang tidak perlu.

Menurunkan Risiko Penyakit Bayi Baru Lahir


Meningkatnya risiko terpapar kasus HIV dan virus dari darah lainnya
selama persalinan, kelahiran dipervagina atau seksio sesarea dan kalau resusitas
bayi diperlukan, petugas kesehatan juga harus dilindungi. Kesadaran terhadap
Kesadaran Baku, khususnya cuci tangan, dan penggunaan sarung tangan,
pelindung wajah, dan apron plastik atau karet, dapat mengurangi risiko ini. Oleh
karena itu penggunaan alat perlindungan pribadi secara tepat sangat ditekankan
selama seksi sesarea (Tietjen et al., 2004)..

Perawatan Postnatal Bayi Baru Lahir


Meminimalkan risiko infeksi bayi baru lahir dapat dilakukan dengan cara
(Tietjen et al., 2004):
1. Pakai sarung tangan dan apron plastik atau karet jika menangani bayi
sampai darah, mekonium, atau cairan amnion dibersihkan dari kulit bayi.
2. Bersihkan darah dan cairan tubuh lainnya secara berhati-hati dengan
menggunakan kapas (bukan kasa) yang dicelupkan ke dalam air hangat
diikuti dengan pengeringan kulit.
3. Cuci tangan sebelum memegang atau merawat bayi. Alternatifnya, dapat
menggunakan produk antiseptik berbasis alkohol tak berair.
4. Tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya stabil (biasanya enam
jam), yang sangat penting adalah area pantat dan perineal. Area ini harus
selalu dibersihkan pada setiap penggantian popok, atau sesering kalau

By: Maharani 7
Hand Out Pencegahan Infeksi

diperlukan, dengan menggunakan kapas yang dicelupkan ke dalam air


sabun hangat, kemudian dikeringkan dengan hati-hati.
5. Gaun penutup atau masker muka tidak diperlukan sewaktu menangani bayi.
6. Tidak ada satu cara perawatan tali pusat yang terbukti superior dalam
mencegah kolonisasi atau infeksi. Secara umum adalah:
a. Cuci tangan, atau pakai antiseptik pencuci tangan sebelum dan sesudah
perawatan tali pusat,
b. Tali pusat harus bersih dan kering,
c. Jangan tutupi tali pusat dengan gurita,
d. Diaper/popok dilipatt dibawah putung tali pusat,
e. Jika putung tali pusat kotor, hati-hati cuci tangan dengan air hangat yang
diberi sabun, bersihkan dengan air hangat dan keringkan dengan kain
bersih, DAN
f. Jelaskan pada ibu, jika putung tali pusat menjai merah atau bernanah,
bawa bayi ke klinik atau rumah sakit secepatnya.

Pengelolaan Wabah di Kamar Bayi atau NICU

Perkiraan adanya epidemi di kamar bayi atau NICU didefinisikan


sebagaimana ditemukannya dua atau lebih bayi baru lahir dengan kondisi yang
sama (umpamanya infeksi kulit atau di area infeksius) pada saat yang sama.
Kalau epidemi atau perjangkitan penyakit tertentu seperti di area infeksius
karena E. koli atau salmonella dicurigai, langkah pertama untuk mengkaji hal itu
secepatnya dan berhati-hati (Tietjen et al., 2004) adalah:
1. Tentukan kebutuhan akan studi epidemiologik lebih lanjut.
2. Tentukan sumber dan alat transmisi (melalui udara, droplet atau kontak).
3. Tentukan jenis tindakan kontrol yang diperlukan (Lihat bab 26 untuk
perincian bagaimana melakukan investigasi perjangkitan).
Berdasarkan Tietjen et al., (2004) infestigasi intensif tidak diperlukan,
tindakan-tindakan kontrol (umpamanya isolasi ketat atau penempatan semua
bayi baru lahir yang terinfeksi dari area yang sama) harus dipantau untuk
meyakinkan bahwa tindakan itu efektif dan masalahnya terselesaikan. Untuk
informasi tambahan, perjangkitan penyakit disebabkan oleh:
 Diarea infeksius dan infeksi dari makanan (lihat Bab 26).
 Penyakit khusus dari udara, droplet, atau kontak (lihat Bab 21 dan
Lampiran 1).

By: Maharani 8
Hand Out Pencegahan Infeksi

Kesimpulan
Kulit bayi baru lahir merupakam tempat pertama dan utama
untuk kolonisasi bakteri. Pencegahan telah lama menjadi satu-satunya
alternatif dan memerangi penyakit infeksi baru lahir. Kewaspadaan
Baku merupakan langkah awal untuk mencegah infeksi nosokomia bagi
pasien rawat inap. Kewaspadaan baku ditunjukkan untuk melindungi
setiap orang pasien dan klien dan petugas kesehatan.
Infeksi neonatal dini sebagian besar dapat dicegah dengan
higiene dan kebersihan yang baik selama persalinan, perhatian khusus
pada perawatan tali pusat dan perawatan mata.
Sedangkan infeksi neonatal lanjut sebagian besar didapat di rumah
sakit, yang dapat dicegah dengan menerapkan ASI eksklusif, prosedur
cuci tangan, tidak menggunakan air untuk pelembapan dalam
inkubator, sterilitas yang ketat untuk semua prosedur, tindakan
menyuntik yang bersih, hentikan cairan intravena (IV) jika tidak
diperlukan lagi, dan hindari transfusi darah yang tidak perlu.
Meminimalkan risiko infeksi bayi baru lahir dilakukan dengan
memakai sarung tangan dan apron plastik jika menangani bayi,
bersihkan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum memegang atau
merawat bayi, tunda membersihkan bayi baru lahir sampai suhunya
stabil, Gaun penutup atau masker muka tidak diperlukan sewaktu
menangani bayi, dan perawatan tali pusat

Evaluasi

Ma n a k a h jodoh- Ku ........

KEGIATAN KOMPONEN
Setelah menyentuh darah, duh tubuh, Kain
sekresi, ekskresi, dan bahan terkontaminasi

Bila kontak dengan darah, duh tubuh, Cuci Tangan


sekresi, ekskresi, & bahan terkontaminasi
Mengantisipasi bila terkena, melindungi Baju Pelindung
selaput
La n ju tlendir mata, hidung, & mulut saat
a n k u is........
kontak dengan darah & duh tubuh
KEGIATAN KOMPONEN
Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan Sarung Tangan
Tangani peralatan tercemar dengan baik Instrumen
duh tubuh
untuk mencegah kontak langsung dengan Tajam
Tangani
kulit kain tercemar,
atau selaput lendir &cegah dari sentuhan
mencegah Masker,
kulit/selaputpada
kontaminasi lendirpakaian & lingkungan Kacamata, dan
Perawatan rutin, pembersihan, & disfeksi Masker Muka
Penempatan
peralatan & perlengkapan dalam ruang Pasien
perawatan pasien
Hindari memasang kembali penutup jarum Resusitas
bekas
By: Maharani Pasien 9
Gunakan bagian mulut, kantong resusitas Peralatan
atau alat ventilasi yang lain untuk Perawatan
menghindari resusitas dari mulut ke mulut Pasien
Tempatkan pasien yang mengontaminasi Pembersihan
lingkungan pada ruang pribadi Lingkungan
Hand Out Pencegahan Infeksi

************************ Selamat Belajar ***********************

By: Maharani 10

Anda mungkin juga menyukai