Anda di halaman 1dari 13

DIAGNOSIS DAN TERAPI SIALOLITIASIS KELENJAR LIUR

Elvia, Muhtarum Yusuf

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN
Sialolitiasis merupakan suatu konservatif. 2 Komplikasi pada
penyakit yang ditemukan pada prinsipnya sumbatan kelenjar liur
kelenjar liur yang ditandai adanya harus dihilangkan, oleh karena
sumbatan sekresi air liur oleh suatu apabila terjadi sumbatan yang lama
batu kelenjar liur (kalkulus). dapat terjadi fibrosis dari kelenjar
Terbentuknya kalkulus kelenjar liur liur dan sialadenitis kronik.1
karena endapan garam kalsium fosfat Tujuan dari makalah ini
tribasik (Ca3(PO4)2) bersama bahan adalah membahas secara khusus
organik yang terdiri dari deskuamasi mengenai sialolitiasis kelenjar liur
sel epitel, bakteri, benda asing (anatomi, histologi, etiopatogenesis,
ataupun dekomposisi produksi diagnosis dan penanganan)
bakteri, apabila terdapat infeksi khususnya di bidang THT-KL.
dengan kandungan amonium dan
magnesium.1,2 1. Anatomi
Sialolitiasis merupakan 30% Kelenjar liur pada manusia
dari seluruh kelainan yang terjadi terdiri dari 3 kelenjar liur mayor
pada kelenjar liur. Insidensi pada yang berpasangan yaitu kelenjar
orang dewasa lebih sering terkena kelenjar parotis, submandibular dan
dibandingakan anak – anak. sublingual (gambar.1).1
Penyebab serta mekanisme
terbentuknya kalkulus masih belum
dapat dipastikan sampai saat ini.
Kelainan ini dapat mengakibatkan
rasa nyeri serta peradangan pada
kelenjar liur dan beberapa kasus
dapat menyebabkan infeksi kelenjar
liur. Penanganan sialolitiasis
dilakukan secara konservatif dan
tindakan operasi dengan
mengeksplorasi duktus dari sialolith
(sialithectomy).1,2
Pemilihan operasi
menunjukkan efikasi yang tinggi
dalam keberhasilan terapi
dibandingkan dengan cara Gambar.1
Anatomi dari kelenjar parotis,
submandibula dan sub lingual1
1.1 Kelenjar Parotis kaudal dan 3,4 cm di bagian ventro
Kelenjar parotis mempunyai dorsal dengan berat 14,28 gram.
ukuran 5,8 cm pada bagian cranio Merupakan kelenjar liur yang
1
terbesar, dan menempati ruangan di 1.2 Kelenjar Submandibula
depan prosessus mastoid dan liang Kelenjar submandibula
telinga luar. Sisi depan, kelenjar ini terletak di bawah ramus mandibula
terletak di lateral dari ramus horisontal dan dibungkus oleh
mandibula dan otot maseter. Di lapisan jaringan penyambung yang
bagian bawah, kelenjar ini tipis. Kelenjar ini seluruhnya
berbatasan dengan otot terletak di dalam segitiga
sternokleidomastoideus dan submandibula yang dibatasi oleh otot
menutupi bagian posterior abdomen digastrikus anterior dan posterior.
otot digastrikus.3,4 Kelenjar ini Kelenjar ini berbentuk seperti huruf
dipisahkan dari kelenjar “C “ dibagian tengah kelenjar
submandibula oleh ligamentum dibatasi oleh otot stiloglosus dan
stilomandibularis. Bagian dalam dari hioglosus, dibagian depan dibatasi
kelenjar parotis meluas ke posterior oleh otot milohioid. Sebagian besar
dan medial dari ramus mandibula bagian medial kelenjar berhubungan
dan dikenal sebagai retromandibular. erat dengan dasar mulut (gambar.3).4
Bagian kelenjar inilah yang Duktus submandibula atau
berdekatan dengan ruang Warthon’s duct yang berada di
parafaringeus (gambar.2).4 permukaan medial kelenjar berjalan
Duktus parotis atau stensen di antara lateral dari otot milohioid,
duct yang keluar dari batas anterior otot hioglosus dan di atas otot
kelenjar parotis, diameter 1,5 mm genioglosus membentuk sudut yang
dibawah zigoma. Panjang duktus ini tajam di bagian lateral dari otot
antara 4-6 cm berjalan melewati milohioid yang merupakan tempat
anterior dari otot maseter, berbelok yang sering terjadi pembentukan
ke medial menembus otot businator batu. Duktus ini bermuara kedalam
kemudian berlanjut ke jaringan rongga mulut, di lateral dari
submukosa mulut memasuki rongga frenulum lingualis. Panjangnya rata-
mulut berhadapan dengan mahkota rata sekitar 5 cm. Sedangkan untuk
gigi molar kedua atas.4 inervasi nya duktus submandibula
mendapatkan dari nervus lingualis
dan nervus hipoglosus yang berjalan
dari bawah dan mengikuti duktus
submandibula.4

Gambar. 2 Kelenjar parotis dan Gambar.3


duktus Stensen4 Kelenjar submandibula4
1.3 Kelenjar Sublingual depan diantara mandibula dan otot
Kelenjar sublingual terletak genioglosus. Dengan batas inferior
tepat di bawah dasar mulut bagian otot milohioid dan merupakan
2
kelenjar liur minor yang cukup besar. Saraf parasimpatis kelenjar
Air liur disekresi masuk ke dasar submandibula berasal dari nukleus
mulut melalui beberapa duktus yang salivatorius superior, mengikuti saraf
pendek (gambar. 4).4 fasialis memasuki korda timpani
Kelenjar sublingual dan melalui telinga tengah dan
submandibula merupakan kelenjar bergabung dengan saraf lingualis.
campuran, keduanya terdiri dari Saraf simpatis yang menyokong
bagian kelenjar serosa dan mukosa. kelenjar liur mayor berasal dari
Sedangkan kelenjar parotis hampir ganglion servikalis superior melalui
seluruhnya terdiri dari lapisan serosa. pleksus arteri.3,4 Rangsangan simpatis
Dalam keadaan istirahat kelenjar kelenjar liur mayor menyebabkan
submandibula menghasilkan kurang aliran air liur meningkat diikuti
lebih 2/3 jumlah air liur dan 1/3 nya penurunan aliran air liur sebagai
dihasilkan oleh kelenjar parotis.4 kompensasi. Karena tidak adanya
Respon air liur terhadap rangsangan lapisan otot dalam kelenjar maka hal
tergantung refleks saraf yang dibawa ini diyakini peningkatan aliran ini
oleh sistem saraf parasimpatis. Saraf mungkin oleh kontraksi dari
parasimpatis kelenjar parotis pada mioepitel atau sel - sel basket yang
nukleus salivatorius inferior berjalan berhubungan dengan duktus striata.4
melalui saraf glosofaringeal dan Vaskularisasi pada kelenjar
melalui telinga tengah melintasi liur berasal dari cabang arteri karotis
promontorium saraf Jacobson’s.4 eksterna menjadi arteri temporalis
superfisialis da arteri maksilaris
interna yang memperdarahi kelenjar
parotis, sedangkan arteri fasialis
transversa akan memberikan aliran
darah pada duktus stensen dan otot
maseter. Aliran darah pada kelenjar
submandibula berasal arteri fasialis
dan selain itu dari arteri lingualis.
Dan aliran darah pada kelenjar
sublingual berasal dari arteri
sublingual cabang arteri lingualis dan
arteri submental cabang arteri
fasialis.4

1.4 Histologi
Gambar.4 Kelenjar sublingual4
Kelenjar liur memiliki
struktur yang sama yaitu kelenjar
acini yang berhubungan dengan
sistem duktus, dengan komposisi
acini 80% dan duktus 15%.
Merupakan kelenjar mesenkim yang
mengandung jaringan ikat, pembuluh
darah dan limfe, kelenjar limfe serta
serabut saraf. Unit sekresi terdiri dari yang berada di intralobular sedangkan
sel asinus, duktus sekretorius dan sistem ekskresi dan duktus kolektikus
kolektikus. Duktus sekretorius terdiri berada di ekstralobuler3 (gambar. 5).5
dari duktus interkalaris dan striata

3
Gambar.5 Gambaran histologi dari mioepitel yang membentuk seperti
kelenjar liur5 sarang laba-laba yang mengelilingi
acinus dan dapat mengeluarkan
Kelenjar acini akan sekresinya saat berkontraksi.5
menghasilkan air liur yang Sistem duktus kelenjar liur
mengandung enzim amilase dan bukan suatu sistem transport pasif,
sialomusin. Berdasarkan histologi melainkan dapat merubah sekresi
dibedakan enzim dan musin yang dan konsistensi dari liur. Short
dihasilkan menjadi kelenjar serosa intercalated ducts menghasilkan
sebagai penghasil enzim, misalnya musin dan meregulasi konsentrasi
kelenjar parotis. Kelenjar mukosa elektrolit. Sedangkan striated ducts
sebagai penghasil musin, misalnya secara aktif dan cepat dapat
kelenjar palatina dan kelenjar menghasilkan sekret diikuti oleh
campuran misalnya kelenjar sistem interlobular ducts yang
submandibula dan sublingual. menghasilkan liur.5
Kelenjar acini termasuk dari sel 1.5 Komposisi air liur
Air liur terdiri dari
komponen organik dan anorganik
secara terus menerus akan
menghasilkan air liur. Komponen
anorganik terdiri dari sebagian besar
elektrolit seperti natrium, kalium,
kalsium, magnesium, bikarbonat,
fosfat, urea dan amonia (tabel.1). 1
Komponen organik terdiri dari
beberapa macam protein seperti
imunoglobulin, enzim dan musin.
Apabila terdapat stimulus dari luar
maupun dalam seperti mengunyah
makanan, mencium bau-bauan hal ini
dapat menyebabkan peningkatan
produksi air liur. Dalam sehari
kelenjar air liur menghasilkan liur
sebanyak 500 -1000ml. Untuk
produksi air liur ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti iklim, nutrisi,
umur dan jenis kelamin.5
Kelenjar Kelenjar
parotis submandibular
Laju rata-rata sekresi (ml/min/gland) 0,7 0,6
Bahan anorganik (mEq/L)
K+ + 20 17
Na 23 21
Cl- 23 20
HCO3- 20 18
Ca2+ 2 3,6
Mg2+ 2- 0,2 0,3
HPO4 6 4,5

4
Urea 15 7
Amonia 0,3 0,2
Asam Urat 3 2
Glukosa <1 <1
Kolesterol <1 -
Asam Lemak 1 -
Lemak total 2-6 2-6
Asam Amino 1,5 -
Protein 250 150

Berdasarkan komposisi yang 3. Etiopatogenesis


terdapat pada air liur dengan fungsi Sialolitiasis mengandung
utama dari air liur dibagi menjadi 5 bahan campuran dari kalsium
yaitu pelumas dan pelindung, sistem karbonat dan kalsium fosfat dengan
buffer dan pembersihan, integritas bahan organik yang ditemukan
gigi, antibakterial dan fungsi perasa.5 antara lain glikoprotein,
mukopolisakarida, dan debrisel.
2. Epidemiologi Disertai kandungan amonium,
Sialolitiasis kelenjar liur magnesium dan fosfat hanya sekitar
merupakan penyakit yang sering 20 – 25% apabila didapati proses
terjadi pada kelenjar liur, infeksi.2 Ukuran rata –rata sialolit 2
diperkirakan terdapat 1,2% dalam mm – 2 cm atau lebih berbentuk
populasi. Perbandingan angka bulat atau irregular dengan
kejadian pada laki – laki dan permukaan kasar atau halus. Dilihat
perempuan adalah 1,04 : 1, dan usia dari bentuk yang sering ditemukan
paling banyak terjadi antara 25 – 50 adalah bulat atau lonjong, ukurannya
tahun.5 Sialolitiasis biasanya mulai dari milimeter sampai
berhubungan dengan suatu centimeter. Sedangkan warna
peradangan kelenjar liur ( bervariasi dari putih hingga coklat
sialadenitis ) yang disebabkan oleh tua. Batu kelenjar submandibula
terbentuknya batu atau sebagai untuk komposisi bahan anorganik
akibat sumbatan duktus kelenjar liur. 81% dan 19% bahan organik.2,6
Dari 80% - 90% kasus Ada 2 faktor yang menjadi
sialolitiasis kelenjar liur ditemukan alasan tingginya insiden sialolitiasis
pada kelenjar submandibular, 6% kelenjar submandibula. Pertama
pada kelenjar parotis, 2% pada karena sifat dari air liur yang
kelenjar sublingual, dan 2% pada dihasilkan banyak mengandung
kelenjar liur minor. Sebanyak 85 % musin, bahan organik, enzim
terletak di duktus wharton’s kelenjar fosfatase, kalsium fosfat, pH alkali
submandibula. Dari kasus yang serta karbon dioksida yang rendah.
ditemukan batu kelenjar liur Kedua karena bentuk anatomi
biasanya unilateral dan dapat warthon’s duct yang panjang dan
berbentuk tunggal atau lebih.1,4 berkelok dengan posisi orifisium
lebih tinggi dari duktus dan ukuran
duktus yang lebih kecil dari sialolitiasis kelenjar liur ditemukan
lumennya.2 dalam duktus submandibular
Kurang lebih 90% kasus (warthon’s duct). Ada 10% kasus dari
kelenjar parotis dikarenakan struktur Proses terbentuknya sialolit
anatomis duktus dan karakteristik terdiri dari 2 fase yaitu fase
kimiawi sekresi dari kelenjar liur. terbentuknya inti dan fase
Kedua faktor ini saling mendukung terbentuknya lapisan luar. Pada fase
terjadinya proses kalsifikasi pada awal inti terbentuk oleh endapan
duktus garam yang berkaitan dengan
submandibular sehingga substansi organik yang kemudian
menyebabkan terjadinya akan melapisi pada fase berikutnya
sialolitiasis.2 Dugaan adanya oleh bahan organik dan anorganik
substansi dari bakteri di rongga seperti komponen bakteri,
mulut yang migrasi ke dalam duktus deskuamasi sel epitelial, perubahan
kelenjar liur dan menjadi kalsifikasi elektrolit dan menurunnya sintesa
(gambar.6).5 glikoprotein, hal ini terjadi karena
Umumnya batu terbentuk pembusukan membran sel akibat
dalam hilus kelenjar tetapi biasanya proses penuaan.1,2
tampak sebagai sumbatan dalam
saluran utama kelenjar liur.2 Sialolit 4. Diagnosis
umumnya merupakan ikatan kalsium 4.1 Gejala klinis
dan fosfat anorganis, terbentuknya Pada obstruksi parsial
bukan karena hiperkalsemia, tetapi biasanya gejalanya asimptomatis.
agaknya akibat pembentukan Terkadang nyeri dan pembengkakan
kalkulus pada debris organis karena kelenjar yang bersifat intermitten
infeksi atau sumbatan.2,6 Kedua merupakan keluhan yang paling
hipotesa ini diduga sebagai etiologi sering dikeluhkan dan gejala ini
akibat penumpukan bahan organik, muncul berhubungan dengan
adapun pendapat lainnya adalah mealtime syndrome. Pada saat selera
terdapat proses biologi terbentuknya makan muncul berlebihan terjadi
batu yang ditandai menurunnya sekresi kelenjar liur pun meningkat
produksi sekresi kelenjar.1 sedangkan drainase melalui duktus
mengalami obstruksi sehingga terjadi
stagnasi yang menimbulkan rasa
nyeri dan pembengkakan kelenjar.2,6
Jika batu terletak di duktus utama
dekat rongga mulut, tampak
pembengkakan dan nyeri diatas batu
itu sendiri (gambar.7).6 Stagnasi yang
berlangsung lama akan menimbulkan
infeksi, sehingga sering dijumpai
sekret yang supuratif dari orifisium
duktus di dasar mulut.2 Dan untuk
Gmbar. 6 Batu Pada kelenjar fase lanjut stagnasi menyebabkan
submandibula 5 atropi pada kelenjar liur yang
menyebabkan hiposalivasi dan
akhirnya terjadi proses fibrosis dan
kadang – kadang akan menimbulkan
gejala infeksi sistemik.6
mengenai keberadaan sialolith
7,8,9
maupun kondisi kelenjar liur.

4.2.1 Standar X-ray films


( oklusal dan panoramik)
Teknik ini secara elektif
dapat menunjukkan adanya sialolit di
saluran kelenjar liur, namun
mempunyai kelemahan yaitu tidak
dapat memperlihatkan sialolith
berukuran kecil dan introglandular
Gambar.7 Pemeriksaan klinis tampak sialolith.7 Akan tampak pada teknik
sialolit pada kelenjar air liur6 foto panoramik (gambar.9)10

Pemeriksaan fisik yang dapat


dilakukan dengan palpasi secara
bimanual di dasar mulut dari arah
posterior ke arah anterior sering
didapatkan batu pada duktus, juga
dapat meraba pembesaran duktus dan
kelenjar dalam mengevaluasi fungsi
kelenjar air liur (gambar.8).6

Gambar.9 Gambaran batu dengan


foto panoramik10

4.2.2 Computed tomographic


scan
Metode ini paling sering
dilakukan. CT scan menjadi
pemeriksaan adekuat untuk
mendiagnosis sialolitiasis apabila
ukuran batu besar atau dilakukan
Gambar. 8 Teknik palpasi bimanual6 potongan gambar CT scan per
milimeter. Diantara kerugian dari
4.2 Pemeriksaan penunjang penggunaan CT scan ini adalah
Ada berbagai macam metode kurang dapat menentukan lokasi
klinis dan radiologis untuk sialolith secara tepat dan tidak dapat
mendiagnosis sialolitiasis, yaitu memperhatikan gambaran anomali
pemeriksaan radiologis oklusa dan duktus kelenjar liur.7,8
panoramik, sialografi, ultrasonografi,
xeroradiografi, scintigrafi dan 4.2.3 Ultrasonografi
tomografi komputer yang secara Merupakan metode non
indirect dapat memberikan informasi invasif untuk mendiagnosis
sialolitiasis. Namun Pemeriksaan ini
sangat tergantung oleh kealihan keberadaan sialolitiasis.
operator. Ultrasonografi ini memilki Dibandingkan dengan sialografi dan
keterbatasan untuk mendeteksi endoskopi.8
4.2.5 Sialo MRI
4.2.4 Sialografi Merupakan metode non
Sialografi memperlihatkan invasif. Alat ini menghasilkan
gambar radioopak dari duktus gambaran sialografik tanpa
kelenjar liur dengan cara retrograde menggunakan medium injeksi
intracannular injection bahan kontras dan tanpa kerugian yang
kontras yang larut dalam air. Metode ditimbulkan oleh tonizing radiation,
ini merupakan pemeriksaan baku misal pada sialografi dengan CT
emas dari diagnosis sialolitiasis menggunakan kontras. Keuntungan
karena dapat menunjukkan secara utama dengan cara ini adalah struktur
jelas gambaran bukan hanya anatomi dari kelenjar liur tetap tidak
sialolitnya namun juga struktur berubah, yang menunjukkan batasan
morfologis duktus kelenjar liur yang jelas dari duktus dan kelenjar
tersebut. Selain itu sialografi juga acinus.7
mempunyai keuntungan sebagai alat Kerugian adalah waktu
terapi dimana saat kontras pemeriksaan yg lama sekitar 45
dimasukkan akan menyebabkan menit, biaya yang tinggi, dan
dilatasi dari duktus kelenjar liur timbulnya artefak pada pasien –
sehingga sialolith dapat keluar. pasien yang menggunakan dental
Namun sialografi juga mempunyai bridges dan metalic prosthesis.
kerugian yaitu irradition doses, nyeri Metode baru ini telah menunjukkan
saat dilakukan prosedur, sebagai teknik pemeriksaan
kemungkinan terjadinya perforasi radiologis terbaik dalam
dari duktus, komplikasi infeksi dan mendiagnosis sialolitiasis. 8,9
syok anafilaktik serta makin
terdorongnya sialolith menjadi lebih 4.2.6 Sialendoskopi
jauh ke dalam sehingga menyulitkan Sebagai alat diagnostik
apabila direncanakan untuk metode ini memperlihatkan
dilakukan pengeluaran dengan gambaran langsung informasi
sialendoskopi.7,8,9 Kontra indikasi mengenai keadaan kondisi patologis
pada infeksi akut dari pasien alergi dari duktus dan kelenjar liur. Tidak
bahan kontras.8 ada kontra indikasi dalam melakukan
tindakan ini serta dapat dilakukan
disegala usia dalam lokal anastesi.11
Kerugiannya adalah membutuhkan
operator yang ahli sehingga dapat
menghindari komplikasi yang
mungkin terjadi seperti perforasi dan
kerusakan pada pembuluh darah atau
saraf (gambar.10).11
Gambar.10 (a) sialendoskopi melalui karunkula sublingual
(b) gambaran sialolit didalam duktus submandibular11

5. Diagnosa banding sialodochoplasty. Sering kali batu


Ada beberapa penyakit yang masih tersisa terutama bila berada
perlu dibedakan dengan sialolitiasis, dibagian posterior warthon’s duct
infeksi akut kelenjar liur sering sehingga pendekatan konservatif
disebabkan oleh infeksi virus sering diterapkan. Sebelum teknik
terutama virus mumps. Selain itu endoskopi dan litotripsi berkembang
dapat disebabkan oleh virus pesat, terapi untuk mengeluarkan
Coxsockie A, parainfluenzae, bisa batu dengan pengangkatan sialolit
juga peradangan pada kelenjar dilakukan pembedahan dengan
parotis seperti sialadenitis bakterial pendekatan intraoral (sialithectomy)
akut yang disebabkan oleh terutama pada kasus dengan diameter
Staphylococcus aureus atau pyogens, batu yang besar atau lokasi yang
Streptococcus viridans atau sulit. Terkadang diikuti oleh reseksi
pneumoniae atau Hemophilus kelenjar liur. Tindakan reseksi
influenzae. Infeksi kronik yaitu kelenjar liur ini dilakukan pada kasus
sialadenitis kronis yang berulang dengan riwayat terbentuknya batu
akibat infeksi bakteri non pyogenik dan sumbatan duktus kelenjar liur
atau penyakit limphoepiteial seperti berulang yang dapat mengakibatkan
Sjorgen’s syndrome.8 kerusakan parenkim karena inflamasi
kronis yang bersifat irreversibel. 11
6. Terapi Sialithectomy dengan
6.1 Tanpa pembedahan pendekatan intraoral diikuti reseksi
Adapun penanganan kelenjar liur dengan teknik operasi
sialolitiasis kelenjar liur dengan memakai narkose umum, kemudian
pendekatan konservatif. Pengobatan dilakukan pemasangan pembuka
dengan menggunakan antibiotik dan mulut dan lidah diangkat. Setelah
anti inflamasi dengan harapan batu dilakukan perabaan pada dasar
dapat keluar melalui karunkula rongga mulut untuk menentukan
secara spontan.11 lokasi kalkulus. Dilakukan diseksi
6.2 Pembedahan secara tumpul melalui orificium
Pada beberapa kasus batu duktus submandibula menembus
yang berada di warthon’s duct dapat mukosa rongga mulut tepat diatas
dilakukan marsupialisasi atau lokasi kalkulus hingga kalkulus
terpapar. Lalu kalkulus dipisahkan Perdarahan diatasi sebaik
perlahan- lahan dari jaringan sekitar mungkin kemudian dilanjutkan
kemudian diangkat.11,12 dengan tindakan reseksi kelenjar
submandibula dengan insisi ESWL menjadi alternatif penanganan
horizontal dari tepi bawah mandibula batu pada kelenjar liur saat ini.
menembus otot aplatysma hingga Tujuan ESWL untuk mengurangi
lapisan superfisial fasia servikalis. ukuran batu menjadi fragmen yang
Tahap akhir jika memerlukan kecil sehingga tidak mengganggu
tindakan ligasi terhadap pembuluh aliran air liur dan mengurangi
darah arteri dan vena. Sebelum simptom. Diharapkan juga fragmen
dilakukan diseksi secara tumpul batu bisa keluar spontan mengikuti
untuk memisahkan kelenjar aliran air liur.14 Sehingga teknik ini
submandibula dari jaringan mempunyai kerugian yaitu sisa batu
sekitarnya hingga struktur anatomi yang tertinggal akan menjadi nidus
sekitar kelenjar submandibula terbentuknya sialolit kembali. Angka
diangkat kemudian di reseksi mulai keberhasilan dengan teknik ini 40%
dari bagian inferior.13 untuk batu di kelenjar submandibula
dan 75 % untuk batu di kelenjar
6.3 Minimal invasif parotis.15
Terapi pendekatan non Indikasi ESWL bisa
invasif yang cukup efektif pada dilakukan pada semua sialolitiasis
sialolitiasis merupakan terapi dengan baik dalam kelenjar maupun duktus,
metode Extracorporeal Shock Wave kecuali posisi batu yang dekat
Lithotrpsy (ESWL) dan dengan struktur dari nervus fasialis.
Interventional sialoendoscopy. Inflamasi akut merupakan
kontraindikasi lokal dan inflamasi
kronis bukan kontraindikasi, selain
kelainan pembekuan darah maupun
kelainan kardiologi, merupakan
kontraindikasi umum dari tindakan
ESWL.14,15,16

Gambar. 11 Intervensi sialendoskopi (a). batu di warthon’s duct, (b)


forsep penghisap batu di cabang utama (c) batu diduktus cabang sekunder (d)
batu diduktus cabang tersier, (e) batu dihisap oleh forsep, (f) duktus cabang
sekunder dan tersier terbuka setelah complete stone removal14
Metode dengan Interventional sialendoscopy
merupakan teknik minimal invasif diagnostik maupun terapi untuk
dalam pengeluaran sialolit dan juga managemen penanganan kasus
sebagai alat diagnostik yang baik. dengan gejala klinis adanya obstruksi
Dengan meningkatnya penggunaan pada saluran kelenjar air liur
endoskopi dalam berbagai macam (gambar.12).11 Segala bentuk
jenis operasi seperti pada operasi intervensi pada sialolitiasis baik
ginjal dan saluran empedu, maka pembedahan terbuka maupun
teknik ini juga digunakan dalam minimal invasif dapat menimbulkan
penatalaksanaan batu kelenjar komplikasi antara lain kerusakan
15,16
liur. saraf terutama nervus lingualis dan
Keberhasilan dari teknik ini nervus hipoglosus, perdarahan post
sangat berhubungan dengan ukuran operatif, striktur sistem duktal,
sialolit kelenjar air liur. 97% sialolit pembengkakan kelenjar yang
berukuran kurang dari 3mm dapat menimbulkan nyeri, kutaneus
dikeluarkan langsung (gambar.11). hematoma sering dijumpai pada
Sedangkan sialolit yang berukuran pasien post extracorporeal therapy
lebih dari 3mm harus difragmentasi dan residual lithiasis terjadi sekitar
dahulu.14 40 -50 % pasien. Teknik minimal
invasif yang benar dengan
sialoendoskopi lebih memungkinkan

Gambar.12
Bagan penanganan evaluasi dan managemen sialolithiasis11
Pada tindakan minimal untuk meminimalisirkan terjadinya
invasif terdapat beberapa pilihan komplikasi.17,18,19
RINGKASAN
Sialolitiasis adalah penyakit dengan pemeriksaan penunjang
yang biasa ditemukan pada kelenjar yang dapat dilakukan yaitu melalui
liur. Penyakit ini merupakan metode radiologis untuk
penyebab utama sumbatan pada mendiagnosis sialolitiasis. Adapun
kelenjar liur. Sebagai penyebab pemeriksaan radiologis oklusa dan
terjadinya serta mekanisme panoramik, sialografi, ultrasonografi,
pembentukan batu kelenjar liur xeroradiografi, scintigrafi dan
belum diketahui dengan pasti. Gejala tomografi komputer yang secara
klinis meliputi pembengkakan indirect dapat memberikan informasi
didaerah kelenjar liur disertai rasa mengenai keberadaan sialolith
nyeri yang hilang timbul terutama maupun kondisi kelenjar liur.
saat makan. Penanganan dari sialolitiasis
Untuk pemeriksaan fisik kelenjar liur dilakukan mulai dari
dengan palpasi bimanual diharapkan terapi konservatif dan terapi operatif
dapat meraba pembesaran dari dengan pengangkatan sialolith
duktus dan kelenjar liur dalam pendekatan intra oral atau
mengevaluasi dari batu, selain sialithectomy.
DAFTAR PUSTAKA bahasa: dr. Carolina Wijaya;
1. Anonymous. Clinical policy 305-6
bulletin: Sialolitiasis ( salivary 5. Junqueira LC, Carneiro J.
stones ). Posted 2007 available Histologi dasar : teks dan atlas.
from http: // Ed. 10. Alih bahasa: Jan
www.aetna.com/cpb/medical Tambayong. Jakarta : EGC,
accessed August 3,2010 2007: 312 - 5
2. Yeh S. Kelenjar liur. Dalam: 6. Garney DO, Jacobs JR, Kern
Ballenger JJ.ed. Penyakit RC. Salivary glands. In :
Telinga Hidung Tenggorok, Cumming CJ,ed.
Kepala dan Leher. Jilid satu. Otolaryngology Head and Neck
Edisi 13. Binarupa aksara, Surgery. 3rded. Mosby, 1999;
Jakarta, 2002. Alih bahasa: staf 1220
ahli bagian THT-KL RSCM- 7. Becker TS. Salivary glands
FKUI;330 imaging. In : Byron J, Bailey
3. Rosen FS, Byron J. Anatomy BJ, eds. Head and neck surgery
and physiology of salivary – otolaryngology.3rd ed.
glands. In: Byron J, Bailey BJ ,
eds. Head and Neck Surgery –
Otolarygology. 3rd ed.
Philadelphia: Lippincott
Williams and Walkins, 2001;
650-9
4. Adams GL. Gangguan –
gangguan kelenjar liur. Dalam:
Adams GL, Boeis LR, Highler
PH.ed. Boeis buku ajar
penyakit THT. Edisi enam.
EGC, Jakarta,1997. Alih
accessed September 7, 2010
Philadelphia: 11. Marchal F, Dulguernov P.
Sialolithiasis management. In :
Lippincott Williams and Arch otolaryngology head neck
Walkins, 2001; 655-9 and surgery. Sept .vol 129.
8. Andretta M, Tregnaghi A, 2003; 951-6
Prosenikliev V, Staffieri A. 12. Eibling DE. Transoral removal
Current opinion in of salivary duct calculi. In :
sialolithiasis diagnosis and Myers operative
treatment. In : Andretta M,ed. otolaryngology head and neck
Acta Otolaryngology Head surgery. 2nd ed. 2008; 1-11
and Neck Surgery, 2005; 145- 13. Fraioli RE, Grandis JR.
9 Exicision of submandibular
9. Yoskovich A. Submandibular gland. In: Myers operative
sialadenitis. Posted 2003. otolaryngology head and neck
Available surgery. 2nd ed. 2008; 1 – 8
from 14. Baek CH, Jeong HS.
Endoscope assisted
http://www.emedicine.com/ent/ submandibular sialadenectomy
topic598.htm accsessed July a new minimally invasiv
17, 2010 approach to submandibular
10. Ghorayeb BY. Otolaryngologi gland. In: American journal of
Houston. 2009. Available otolaryngology head and neck
from medicine and
http://www.ghorayeb.com/ surgery.27.2006;306-9
15. Nahlieli O, Nakar LH, 19. Aϊdan P, de Kerviler, Le Duc
Nazarian Y, Turner MD. A, Monteil JP. Treatment of
salivary stones by
16. Sialendoskopi. In: a new extracorporeal lithotripsy. In:
approach to salivary glands American journal of
obstructive pathology. otolaryngology head and neck
American journal of medicine and surgery.17.1996;
otolaryngology head and neck 246-50
medicine and 20. Serbecti E, Sengor GA.
surgery.137.2006;1394-400 Diagnostic and interventional
sialoendoscopy in reccurent
17. Pasquale C, Franscesco O, salivary gland swelling. In:
Raffaele M, Antonio S, Bruno Turk arch otolaryngology. Feb.
C. Extracop Vol 45.2007; 84-90
21. Serrano CMR, Schaitkin BM.
18. oreal lithotripsy for slivary Bilateral giant submandibular
calculi : a long term clinical sialoliths and the role for
experience. In: Laryngoscope. salivary endoscopy. In:
June. Vol 114.2004; 1069-73 American journal of
otolaryngology head and neck
medicine and
surgery.20.2010;300-3

Anda mungkin juga menyukai