Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF PADA KLIEN Tn. S (41 Th) DENGAN TUMOR


PAROTIS SINISTRA YANG AKAN DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
EKSTERPASI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners (P2N)


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Ary Januar Pranata P, S. Kep.
NIM. 122311101039

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan perioperatif pada pasien dengan


Tumor Parotis di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi Jember telah
disetujui dan disahkan pada:
Hari, tanggal : 09 Januari 2017
Tempat : Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSD dr. Soebandi

Jember, Januari 2017

Mahasiswa

(Ary Januar Pranata P, S. kep)


NIM. 122310101012

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik ,

(H. Mustakim., S. Kep. Ns, M. Kes.) ( )


NIP.19750225 199703 1 003 NIP.
3

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PADA KLIEN TUMOR PAROTIS
Oleh Ary Januar Pranata P, S.Kep

A. KONSEP TEORI PENYAKIT


a. Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar liur adalah kelenjar eksokrin yang memproduksi saliva. Ada tiga
pasang kelenjar liur mayor terdiri dari kelenjar parotis, submandibula dan
sublingual. Selain itu ada banyak kecil liur minor yang berada di mukosa dan
submukosa rongga mulut. Kelenjar liur mayor berkembang pada minggu ke-6
sampai ke-8 kehidupan embrio dan berasal dari jaringan ektoderm. Kelenjar liur
minor berasal dari jaringan ektoderm oral serta endoderm nasofaring dan
membentuk sistem tubuloasiner sederhana. Setiap hari, rata-rata sekitar 500 ml
saliva diproduksi yang bervariasi. Pada saat istirahat, sekitar 0,3 ml/menit saliva
diproduksi, tetapi meningkat menjadi 2,0 ml/ menit dengan stimulasi. Kontribusi
dari masing-masing kelenjar juga bervariasi. Pada saat istirahat, kelenjar parotis
menghasilkan 20% saliva, kelenjar submandibula 65% dan kelenjar sublingual
serta kelenjar liur minor masing-masing 15% saliva. Pada saat stimulasi, sekresi
kelenjar parotis meningkat menjadi sampai 50%. Sifat sekeresi juga bervariasi,
sekresi kelenjar parotis sebagian besar serosa, sekresi kelenjar submandibula
adalah seromukosa, dan sekresi kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor
bersifat mukoid. Saliva sangat penting untuk pelumasan mukosa, berbicara, dan
menelan. Saliva juga berperan dalam proses demineralisasi gigi. Kekurangan
produksi saliva ditandai dengan adanya Xero-stamia, karies, dan merusak
periodontal. Berbagai enzim pencernaan, amylase, IgA, lisosim, dan laktoferin
juga disekresi bersamaan dengan saliva.
1) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis berkembang sebagai penebalan epitel di pipi dari
rongga mulut. Penebalan ini meluas ke belakang ke arah telinga dalam
4

bidang superfisal membentuk nervus fasialis. Bagian dalam kelenjar


parotis, pada bulan ketiga kehamilan berkembang menjadi lobus profunda.
Setelah enam bulan kehamilan, kelenjar parotis terbentuk sempurna.
Kelenjar parotis memiliki dua lobus yaitu lobus superfisial yang berukuran
80%, dan lobus profunda berukuran 20%. Kedua lobus ini dihubungkan
oleh ismus. Di antara kedua lobus ini juga terdapat cabang-cabang nervus
fasialis yang harus dicari pada saat operasi kelenjar parotis. Kelenjar
parotis adalah kelenjar air liur mayor yang terbesar. Terletak di ruang
antara batas posterior ramus mandibula dan prosesus mastoidalis tulang
temporal. Kanalis akustikus eksternus dan fossa glenoidalis terletak di atas
prosesus zygomatikus. Bagian dalamnya terdapat prosesus styloidalis, ke
arah inferior parotis sering tumpang tindih dengan angulus mandibula,
permukaan yang dalamnya dekat dengan prosesus transversus vertebra
servikal pertama. Bentuk kelenjar parotis bervariasi, seringkali berbentuk
segitiga dengan puncak mengarah ke inferior. Namun bisa juga berbentuk
kubus atau juga segitiga dengan puncak di superior. Rata-rata panjangnya
adalah 6 cm dengan lebar maksimal 3,3 cm. Pada 20% populasi terdapat
lobus tambahan kecil yang muncul dari perbatasan atas dari duktus parotis
sekitar 6 mm di depan kelenjar utama. Kelenjar ini dikelilingi oleh kapsul
fibrosa sebelumnya dianggap terbentuk dari lapisan fasia leher dalam.

Gambar 1. Kelenjar Parotis


5

Cabang perifer n. fasialis dan duktus kelenjar parotis berada di


dalam lapisan sel longgar antara dua lembar fasia. Pengamatan ini penting
saat operasi parotis. Batas superior kelenjar parotis, terletak di antara
kanalis akustikus eksternus dan sendi temporomandibular. Batas inferior
adalah angulus mandibula dan sering meluas sampai ke segitiga digastrik,
dimana letaknya dekat dengan kutub posterior kelenjar submandibula.
Batas anteriornya tumpang tindih dengan batas superior otot masseter dan
batas posteriornya tumpang tindih dengan batas anterior otot
sternokleidomasitoidalis. Permukaan superfisial kelenjar ditutupi oleh
kulit dan otot platisma. Beberapa cabang terminal n. aurikularis mayor
juga terletak di superfisial kelenjar. Di perbatasan superior dari parotis
terdapat pembuluh darah temporal superficial dengan arteri di depan
venanya. Kelenjar parotis mendapat perdarahan mayoritas dari a. karotis
externa, yang bercabang menjadi dua yaitu a. maksilaris dan a. temporalis
superfisial setinggi kondilus mandibula. Arteri fasialis transverses, cabang
dari a. temporalis superfisial memperdarahi kelenjar parotis, duktus
Stensen, dan m. masseter. Arteri ini ditemani oleh vena fasialis transverses
dan berjalan di anteriornya di anatara arkus zigoma dan duktus parotis.
Kelenjar parotis adalah satu-satunya kelenjar liur memiliki dua lapisan
nodul limfatikus. Lapisan superfisial terdiri dari 3-20 nodul, berada di
antara kelenjar dan kapsulnya. Nodul ini menerima drainase limfatik dari
kelenjar parotis, kanalis akustikus eksternus, pinna, kulit kepala kelopak
mata dan kelnjar lakrimalis. Lapisan kedua berada di dalam kelenjar
parotis dan mendrainase limfatik dari kelenjar parotis, kanalis akustikus
ekstenus, telinga tengah, nasofaring, dan palatum mole. Dua lapisan nodus
limfatikus ini mengalirkan cairan limfatikus ke sistem limfe di deep
cervical.

2) Kelenjar Submandibula
Kelenjar submandibula merupakan kelenjar liur terbesar kedua
setelah kelenjar parotis. Kelenjar ini menghasilkan sekret mukoid maupun
6

serosa, berada di segitiga submandibula yang pada bagian anterior dan


posterior dibentuk oleh muskulus digastrikus dan inferior oleh
mandibula.Kelenjar ini berada di medial dan inferior ramus mandibula dan
berada di sekeliling muskulus milohioid, membentuk huruf ”C” serta
membentuk lobus superfisial dan profunda. Lobus superfisial kelenjar
submandibula berada di ruangsublingual lateral. Lobus profunda berada di
sebelah inferior muskulus milohioid dan merupakan bagian yang terbesar
dari kelenjar. Kelenjar ini dilapisi oleh fasialeher dalam bagian superfisial.
Sekret dialirkan melalui duktus Wharton yang keluar dari permukaan
medial kelenjar dan berjalan di antara muskulus milohioid dan muskulus
hioglosus menuju muskulus genioglosus. Duktus ini memiliki panjang
kurang lebih 5 cm, berjalan bersama dengan nervus hipoglosus di sebelah
inferior dan nervus lingualis di sebelah superior, kemudian berakhir dalam
rongga mulut di sebelah lateral frenulum lingual di dasar mulut.
Perdarahan kelenjar parotis berasal dari a. fasialis cabang dari a. karotis
eksterna. Vena fasialis anterior membawa darah dari kelenjar
submandibula. Cabang mandibula marginal dari n. fasialis berada
superfisial dari
vena fasialis
anterior.
Nodus limfatikus
berada di antara
kelenjar submandibula
fasia kapsularis
tetapi tidak di dalam
jaringan kelenjar.
Cairan limfe didrainase dan menuju nodus limfatikus deep cervical dan
rantai jugularis.
7

Gambar 2. Kelenjar Submandibula

3) Kelenjar Sublingual
Kelenjar sublingual merupakan kelenjar liur mayor yang paling kecil.
Kelenjar ini berada di dalam mukosa di dasar mulut, dan terdiri dari sel-sel
asini yang mensekresi mukus. Kelenjar ini berbatasan dengan mandibula
dan muskulus genioglosus di bagian lateral, sedangkan di bagian inferior
dibatasi oleh muskulus milohioid.
4) Kelenjar Liur Minor
Kelenjar liur minor sangat banyak jumlahnya, berkisar antara 600
sampai 1000 kelenjar. Di antaranya ada yang memproduksi cairan serosa,
mukoid, ataupun keduanya. Masing-masing kelenjar memiliki duktus yang
bermuara di dalam rongga mulut. Kelenjar ini tersebar di daerah bukal,
labium, palatum, serta lingual. Kelenjar ini juga bisa didapatkan pada
kutub superior tonsil palatine (kelenjar Weber), pilar tonsilaris serta di
pangkal lidah. Suplai darah berasal dari arteri di sekitar rongga mulut,
begitu juga drainase kelenjar getah bening mengikuti saluran limfatik di
daerah rongga mulut.
b. Inervasi autonom dan sekresi liur
1) Sistem saraf parasimpatis
8

Sistem saraf parasimpatis menyebabkan stimulasi pada kelenjar


saliva sehingga menghasilkan saliva yang encer. Kelenjar parotis mendapat
persarafan parasimpatis dari nervus glosofaringeus (n.IX). Kelenjar
submandibula dan sublingualis mendapatkan persarafan parasimpatis dari
korda timpani (cabang n. VII).
2) Sistem saraf simpatis
Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari
ganglion servikalis superior dan berjalan bersama dengan arteri yang
mensuplai kelenjar saliva. Serabut saraf simpatis berjalan bersama dengan
arteri karotis eksterna yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotis,
dan bersama arteri lingualis yang memberikan suplai darah ke kelenjar
submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang memperdarahi
kelenjar sublingualis. Saraf ini menstimulasi kelenjar saliva untuk
menghasilkan sekret kental yang kaya akan kandungan organik dan
anorganik.
B. Pengertian
Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan
multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma.
Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga
(kamus kedokteran Dorland, 2005).
Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau
mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel
pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya (Arif mansoer,
2005).
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial
n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial
(Zwaveling, 2006).
9

C. Penyebab
Penyebab Tumor parotis antara lain:
a. Idiopatik
Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang
sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali
disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional,
adalah faktor etiologik yang umum.
b. Genetik
Resiko kanker/tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat
utama dari pasien dengan kanker/tumor diturunkan dominan
autososom. Onkogen merupakan segmen DNA yang menyebabkan sel
meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan
dengan pertumbuhan dan difesiensi sel, yang mengakibatkan sel
menunjukkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali.
Semua sifat kanker fragmen-fragmen genetik ini dapat merupakan
bagian dari virus-virus tumor.
c. Bahan-bahan kimia
obat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan
kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi
dapat mempengaruhi karsigogesis. Hormon dapat mengendalikan atau
menambah pertumbuhan tumor.
d. Faktor imunologis
Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang
untuk mendapatkan kanker tertentu. Sel-sel yang mempengaruhi
perubahan (bermutasi) berbeda secara antigenis dari sel-sel yang
10

normal dan harus dikenal oleh sistem imun tubuh yang kemudian
memusnahkannya. Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuhnya
tumor pada masa kanak-kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika
sistem imun sedang lemah.
Menurut Sumber lain mengatakan bahwa terdapat semakin
banyak bukti bahwa faktor-faktor lingkungan tertentu seperti radiasi,
virus, diet, dan paparan okupasional dapat meningkatkan risiko tumor
kelenjar saliva. Selain faktor lingkungan, abnormalitas genetik yang
spesifik seperti hilangnya alel, mutasi titik, monosomi, ataupun
polisomi, juga telah terbukti berhubungan dengan perkembangan tumor
kelenjar saliva.

a. Radiasi
Pada penelitian terhadap korban bom atom, ditemukan peningkatan
risiko menderita tumor jinak dan kanker seiring peningkatan dosis,
yaitu karsinoma mucoepidermoid dan tumor Warthin. Periode laten
rata-rata adalah 11 tahun untuk tumor ganas dan 21.5 tahun untuk
tumor jinak.
b. Viral
Epstein-Barr virus secara konsisten terbukti berhubungan dengan
karsinoma lymphoepithelial kelenjar saliva pada populasi Asia.
c. Faktor-faktor lain
- Merokok berhubungan kuat dengan peningkatan insiden tumor
Warthin.
- Paparan okupasional:
 Debu silika: risiko kanker kelenjar saliva meningkat 2.5 kali
lipat
 Paparan nitrosamin pada pekerja karet
- Riwayat menarche awal dan nuliparitas: peningkatan kanker kelenjar
saliva
11

D. Patofisiologi
Kelainan peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjar
difus atau terdapat nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi
duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat
dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami
dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor
benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma
plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus
sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini
dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis.
Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri
pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik
terjadi pada 2% sampai 10%.
Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial
n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke
medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan
konsistensi padat atau kistik. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh
infeksi telinga yang berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan
pendengaran.Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil
yang berulang.

E. Tanda dan Gejala


1) Adanya benjolan yang mudah digerakkan
2) Pertumbuhan amat lambat
3) Tidak memberikan keluhan
4) Paralisis fasial unilateral
5) Adenoma Pleomorfik mempunyai gambaran klinis: massa tumor
tunggal, keras, bulat, bergerak (mobile), pertumbuhan lambat, tanpa
rasa sakit, nodul tunggal. Suatu nodul yang terisolasi umumnya tumbuh
12

di luar dari pada normal, dari suatu nodul utama dibandingkan dengan
suatu multinodular.
6) Perbedaan Massa-Massa Pada Kelenjar Liur16

Jinak Kemungkinan Ganas


Keganasan
Meningkat
1.Parotis 1. Submandibula 1. Kelenjar liur
2.Usia Muda 2. Paresis minor
3.Wanita 3. Keras 2. Lebih tua
4.Fungsi saraf 4. tumbuh cepat 3. Pria
fasialis utuh 5. Rasa tidak enak 4. Paralisis
5.Kistik 5. Keras seperti batu
6.Durasinya lama 6. Onset cepat (<>
(>2 tahun) 7. Nyeri
7.Asimptomatik 8. Adenopati servikal
8.Tidak adenopati

F. Klasifikasi
Penggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah. Tumor–tumor
epithelial antara lain:
1) Adenoma
a) Pleimorph adenoma
b) Monomorph adenomas
(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)
(2) Oxifil adenoma (onkositoma)
(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)
2) Tumor muko epidermoid
3) Tumor sel asinus
4) Karsinoma
13

a) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)


b) Adenokarsinoma
c) Karsinoma planoselulare
d) Undifferentiated carcinoma
e) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)

G. Komplikasi
Komplikasi dari penatalaksanaan tumor kelenjar saliva meliputi
komplikasi operasi dan komplikasi radiasi.
1. Komplikasi Operasi
Paralisis saraf facial (atau saraf yang lain), hematoma, fistula kelenjar
atau sialocele, Frey syndrome, rusaknya kosmetik merupakan beberapa
komplikasi operasi
2. Komplikasi Radiasi
Komplikasi radiasi meliputi mukositis akut, trismus dan fibrosis,
osteoradionekrosis dan penurunan penglihatan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dasar dari proses keperawatan. Tujuan
utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap
dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan
yang dihadapi klien.
1) Pengkajian umum :
a) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat
c) Alasan masuk rumah sakit
14

2) Data riwayat kesehatan


a) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien
pernah menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai
kontrasepsi hormonal, pil ,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat
klien sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer parotis.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Perlu diketahui:
(1) Lamanya sakit: Lamanya klien menderita sakit kronik / akut
(2) Factor pencetus
Apakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi,
aktifitas tertentu
(3)  Ada tidaknya keluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas,
nyeri dada, malaise
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau
kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.

3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) TTV
c) Tingkat kesadaran
d) Rambut dan hygiene kepala.
Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi,
memar,dan bentuk kepala
e) Mata
Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil
f) Gigi dan mulut
Meliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah,
peradangan pada tonsil.
15

g) Leher
(1) Inspeksi dalam keadaan istirahat
pembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari
belakang. Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar
kelenjer ludah dan melakukan pemeriksaan intraoral
(2) Inspeksi pada gerakan
Dinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi
pada sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.
(3) Palpasi
Selalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari
tangan lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya
(dalam ukuran cm), bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada
sekitarnya.
(4) Stasiun-stasiun kelenjer regional
Selalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi,
dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan
pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher seluruhnya.
h) Dada /thorax
Biasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan
pola nafas dan lain-lain
i) Cardiovaskuler
Biasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan
irama jantung
j) Pencernaan/Abdomen
Ada luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus
k) Genitalia
Kebersihan dan keluhan lain nya
l) Ekstremitas
Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.
m) Aktifitas sehari-hari
16

Pada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah,


makan, minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur.
Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan pada
saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum
dilakukan operasi.
n) Data sosial ekonomi
Menyangkut hubungan pasien dengan lingkungan sosial dan
hubungan dengan keluarga
o) Data psikologis
Kesadaran emosional pasien
p) Data spiritual
Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang
bertentangan dengan kesehatan.
I. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
penegakan diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan histopatologik
dan pemeriksaan radiologik ( foto polos, sialografi, CT- Scan, dan MRI)
a. Pemeriksaan Histopatologik
1) Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)
Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk
diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu
tingkat keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98% dan
spesifitas 94% pada tumor jinakBiopsi aspirasi jarum halus juga
sensitive dalam mendeteksi keganasan sebesar 58-98 % dengan
spesifitas 71-88%. Tekhnik ini sederhana, dapat ditoleransi dengan
komplikasi yang minimal. Selain untuk menegakan diagnosis
defenitif, pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk menentukan
tindakan tepat selanjutnya dan untuk evaluasi preoperative.
Keakuratan FNAb bergantung pada ketrampilan citopatologist.
2) Bedah Diagnostik
17

Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional dan


enukleasi massa parotis berhubungan dengan peningkatan rekurensi
tumor, terutama pada adenoma pleiomorfik. Penanganan bedah yang
baik untuk tumor parotis adalah reseksi bedah komplit melalui
parotidektomi dengan identifikasi dan preservasi nervus fasialis.
Identifikasi nervus fasialis ditujukan agar dapat dilakukan eksisi tumor
yang adekuat dan mencegah cedera nervus fasialis. Cara ini
memeastikan batas jaringan sehat yang adekuat disekeliling tumor,
sehingga pada kebanyakan kasus tidak hanya bersifat diagnostic,
tetapi juga kuatif. cara ini jarang dilakukan dan biasanya dilakukan
hanya pada pasien dengan keganasan yang tidak dapat dioperasi. Pada
kasus seperti ini, biopsy dengan insis terbuka berguna dalam
diagnostic histopatologi dan terapi radiasi paliatif atau kemoterapi.

b. Pemeriksaan Radiologi
1) Sialograi
Tekhnik ini memerlukan suntikan bahan kontras yang larut dalam
air atau minyak langsung keduktus submandibula atau parotis. Setelah
pemakaian anastesi topical pada daerah duktus, tekanan yang lembut
dilakukan pada kelenjar, dan muara duktus yang kecil diidentifikasi oleh
adanya aliran air liur. Muara duktus dilebarkan dengan menggunakan
sonde lakrimal. Kateter ukuran 18, mirip dengan jenis yang digunakan
untuk pemberian cairan intravena, atau pipa polietilen secara lembut
dimasukkan sekitar 2 cm kedalam duktus.. Kateter dipastikan pada sudut
mulut. Tekhnik ini sama untuk kelenjar parotis dan submandibula.
Bagaimanapun kanulasi duktus kelenjar submandibula, memebutuhkan
kesabaran dari pada pelebaran duktus parotis. Film biasa sinar X
diperoleh untuk meyakinkan bahwa tidak terdapat substansi radioopak,
seperti batu dalam kelenjar. Antara 1,5 dan 2 ml media kontras disuntikan
secara lembut melalui kateter kedalam kelenjar sampai penderita
merasakan adanya tekanan tetapi tidak melewati tititk ketika penderita
18

mengeluh nyeri. Dilakukan foto lateral, lateral oblik, oblik, dan


anteriposterior. Ketika kateter diangkat penderita dapat diberikan sedikit
sari buah lemon. Dalam 5 sampai 10 menit pengambilan foto ulang.
Normal jika seluruh media kontras dikeluarkan dalam waktu itu.
Persistensi media kontras dalam kelenjar 24 jam setelah test ini pasti
abnormal
Terdapat keuntungan dan kerugian dari bahan kontras yang dapat
larut dalam air dan lemak. Sekarang ini Pantopaque dan Lipidol
merupakan bahan kontras yang paling popular.
Sialografi lebih berguna pada gangguan – gangguan kronis kelenjar
parotis seperti sialadenitis rekuren, sindrom sjorgen, atau obstruksi duktus
seperti striktur. sialografi tidak berguna untuk membedakan massa jinak
dari massa keganasan. Sialografi merupakan kontra indikasi terdapatnya
peradangan aKut kelenjar yang baru terjadi.
19

3) CT-Scan

Gambar 3. Tumor Parotis Ganas. Gambar menunjukkan


massa berbatas tegas dalam kelenjar parotis kiri, yang telah terbukti
sebagai adenoma pleomorfik(9)

Gambar 4. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kiri potongan axial leher(8)
20

4) MRI

Gambar 7. Adenoma pleomorfik pada kelenjar parotis kanan potongan axial


leher(8)
CT-Scan dan MRI digunakan untuk menemukan tumor dan menggambarkan
luasnya. Sedangkan biopsi untuk menegaskan jenis sel.(10)

J. Penatalaksanaan
a. Operasi
Pilihan pengobatan untuk neoplasma kelenjar parotis adalah
melalui pembedahan. Sebagian besar tumor parotis jinak dan ganas dapat
diatasi dengan parotidektomi superfisial atau total sesuai dengan lokasi
tumor dengan preservasi nervus fasilais. Parotidektomi superfisial adalah
tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar parotis lobus
superfisial. Parotidektomi total adalah pengangkatan massa tumor dengan
seluruh bagian kelenjar parotis. pada keadaan yang sudah lanjut dimana
tumor sudah meluas ke jaringan sekitar dilakukan parotidektomi radikal,
yaitu pengangkatan massa tumor dengan mandibulektomi, pemotongan
kulit atau otot dan pemutusan nervus fasilais. Insisi awal dibuat di
preaurikularis. Insisi kemudian diperlebar kearah posterior, kemudian
secara bertahap ke inferior dan medial pada lekukan leher.
Untuk tumor ganas kelenjar parotis, parotidektomi total atau
extended parotidectomy biasanya dianjurkan. Invasi langsung pada saraf
21

menghalangi perlindungan bagian saraf tersebut dari keganasan. Harus


dilakukan potongan beku untuk menyingkirkan adanya invasi saraf, dan
invasi ini selalu terjadi pada bagian kranial. jika mungkin, dilakukan
cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.
b. Radiasi
Meskipun terapi primer tumor ganas kelenjar liur adalah dengan
pembedahan, terapi radiasi juga dianjurkan karena memiliki efek
menguntungkan jika digabungkan dengan pembedahan yaitu
meningkatkan hasil terapi. Selain itu berperan sebagai terapi primer untuk
tumor yang sudah tidak dapat direseksi. Ada tiga keadaan di mana terapi
radiasi merupakan indikasi, yaitu untuk tumor-tumor yang sudah tidak
dapat direseksi; untuk tumor-tumor yang kambuh pasca bedah; dan tumor
derajat tinggi yang dikhawatirkan kambuh pada tepi daerah operasi. Terapi
radiasi juga merupakan indiksasi untuk keganasan derajat rendah tetapi
tepi daerah operasi masih menjadi tanda tanya atau kurang adekuat.
Radiasi telah terbukti dapat memberantas secara permanen tumor-tumor
yang tidak dapat lagi dilakukan pembedahan dan tumor yang kambuh
setelah pembedahan.
c. Kemoterapi
Secara umum, tumor kelenjar liur berespon buruk terhadap kemoterapi,
dan kemoterapi adjuvan saat ini diindikasikan hanya untuk paliatif.
Doxorubicin dan agen berbasis platinum yang paling sering digunakan
untuk menginduksi apoptosis dibandingkan dengan obat doxorubicin yang
berbasis menangkap sel tumor. Agen berbasis platinum, dalam kombinasi
dengan mitoxantrone atau vinorelbine, juga efektif dalam mengendalikan
keganasan kelenjar liur yang berulang. Suatu bentuk baru dari
fluoropyrimidine 5-fluorouracil disebut meningkatkan aktivitas melawan
sel-sel ganas dan memiliki lebih sedikit efek samping gastrointestinal yang
telah terbukti ampuh melawan kanker ganas kelenjar saliva, selain itu
mempotensiasi efek radioterapi dengan aktivitas apoptosis yang
meningkat.
22
23

K. KONSEP EKSISI
a. Definisi
Suatu tindakan pengangkatan tumor yang berasal dari jaringan lunak
kepala dan leher dengan adekuat.
b. Ruang lingkup
Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan lunak pada kepala dan leher.
c. Indikasi operasi
Neoplasma jinak
d. Kontra indikasi Operasi
Ko-morbiditas berat
e. Diagnosis Banding
Tumor ganas jaringan lunak kepala leher
f. Pemeriksaan Penunjang
FNAB, biopsi terbuka, CT Scan.
g. Alat dan Bahan
1) Minor set
2) Kassa steril
3) Sarung tangan
4) Larutan desinfektan
5) Spuit 3 cc
6) Lidokain / chlor etyl
7) Cat gut
8) Ziede

h. Teknik Operasi
1) Menjelang operasi
a) Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan
operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan
tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk
dilakukan operasi. (Informed consent).
24

b) Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.


c) Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
d) Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi dengan
Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis (untuk tumor yang
letaknya intra oral)
2) Tahapan operasi
b) Cuci tangan
c) Siapkan alat, lakukan anastesi lokal
d) Pakai sarung tangan
e) Lakukan insisi berbentuk elips diatas lokasi tumor / kista dengan arah
sesuai garis Langer (bila tumor sangat menonjol jika tidak menonjol
insisi cukup lurus saja)
f) Angkat sebagian segmen kecil kulit yang berbentuk elips dengan hati-
hati agar tidak menusuk  tumor / kista
g) Tarik kulit berbentuk elips yang masih melekat pada tumor / kista,
tumor/kista dibebaskan dari jaringan sekitar secara tumpul dan hati-
hati dengan menggunakan gunting berujung tumpul atau klem tumpul,
sampai seluruh tumor / kista terangkat
h) Klem perdarahan yang ada dan diligasi dengan cat gut
i) Lakukan penjahitan dinding lapis demi lapis
j) Bungkus luka dengan perban penekan
Catatan :
 Bila kista ternyata pecah, maka seluruh isi kista dikeluarkan dulu,
baru dilakukan pengangkatan dinding kista
 Bila perlu (ada kemingkinan ada kemungkinan infeksi atau kista
pecah) dapat dipasang drain selama 24 jam
k) Angkat jahitan  setelah  4  atau  5 hari tergantung  penyembuhan luka
l) Cuci tangan
25

Gambar 2. Insisi Tumor Parotis Gambar 3. Insisi Tumor Parotis

Gambar 4. Pengangkatan Tumor

i. Mortalitas
Mortalitas rendah
j. Perawatan Pasca bedah
b) Bila dengan pembiusan umum
c) Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam tidak
mual bisa diberi makan.
d) Bila menggunakan drain Redon diobservasi produksinya, dicatat kualitas,
jumlah cairan yang keluar dalam 24 jam, dibuang kemudian divakum
ulang.
e) Pada penderita yang terpasang drain Redon dilepas jika produksinya < 10
cc/24 jam.
f) Luka operasi dirawat ganti verban pada hari ke-3.
g) Penderita dengan pembiusan lokal dapat dipulangkan.
h) Penderita dipulangkan sehari setelah angkat drain, anjurkan kontrol di Poli
Bedah.
i) Angkat jahitan pada hari ke-7 setelah operasi.
26

L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. DIAGNOSA PRE OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit
2. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan pemajanan/mengingat, kesalahan
interprestasi informasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan jaringan abnormal pada rongga mulut.

b. DIAGNOSA INTRA OP
1. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya port de entry.

c. DIAGNOSA POST OP
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma
jaringan (insisi bedah)
27

B. Intervensi
 Pre-operasi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan


Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
 pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri (tahu  Observasi reaksi nonverbal dari
penyebab nyeri, mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi untuk  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) mengetahui pengalaman nyeri pasien
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
dengan menggunakan manajemen  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
 Mampu mengenali nyeri (skala, tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) lampau
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan
 Tanda vital dalam rentang normal  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Tidak mengalami gangguan tidur nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
intervensi
28

 Ajarkan tentang teknik non farmakologi


 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri

Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

Ansietas NOC : NIC :


29

- Anxiety self control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)


- Anxiety level  Gunakan pendekatan yang menenangkan
- koping  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Kriteria hasil: pelaku pasien
 Klien mampu mengidentifikasi dan  Jelaskan semua prosedur dan apa yang
mengungkapkan gejala cemas dirasakan selama prosedur
 Mengidentifikasi, mengungkapkan  Temani pasien untuk memberikan
dan menunjukkan tehnik untuk keamanan dan mengurangi takut
mengontol cemas
 Berikan informasi faktual mengenai
 Vital sign dalam batas normal
diagnosis, tindakan prognosis
 Postur tubuh, ekspresi wajah,
 Libatkan keluarga untuk mendampingi
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
klien
menunjukkan berkurangnya
kecemasan  Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
 Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

Deficit Pengetahuan NOC: NIC :


 Knowledge : disease process Teaching: disease process
 Knowledge : health Behavior  Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit
Kriteria hasil: yang spesifik.
 Pasien dan keluarga menyatakan  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
pemahaman tentang penyakit, bagaimana hal ini berhubungan dengan
kondisi, prognosis dan program
30

pengobatan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang


 Pasien dan keluarga mampu tepat.
melaksanakan prosedur yang  Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
dijelaskan secara benar muncul pada penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang  Gambarkan proses penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat/tim kesehatan yang tepat
lainnya  Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan
cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubhan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan dating dan
atau proses pengontrolan penyakit.
 Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal dengan cara yang tepat.
 Instruksikan pasien mengenai tanda gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan dengan cara yang tepat.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari NOC:  Kaji adanya alergi makanan


kebutuhan tubuh  Nutritional status: Adequacy of  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
31

 Nutritional Status : food and yang dibutuhkan pasien


Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan
 Weight Control mengandung tinggi serat untuk mencegah
Kriteria Hasil: konstipasi
 Adanya peningkatan berat  Ajarkan pasien bagaimana membuat
badan sesuai dengan tujuan catatan makanan harian.
 Berat badan ideal sesuai dengan  Monitor adanya penurunan BB dan gula
tinggi badan darah
 Mampu mengidentifikasi  Monitor lingkungan selama makan
kebutuhan nutrisi  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
 Tidak ada tanda –tanda tidak selama jam makan
malnutrisi  Monitor turgor kulit
 Menunjukkan peningkatan  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
fungsi pengecapan dari menelan protein, Hb dan kadar Ht
 Tidak terjadi penurunan berat  Monitor mual dan muntah
badan yang berarti  Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval
32

Intra-op
Risiko infeksi b/d tindakan invasif NOC Infection Control (Kontrol infeksi)

- Infection Control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain


2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria hasil: 3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Instruksikan pada pengunjung untuk
 Klien bebas dari tanda dan gejala mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
infeksi berkunjung meninggalkan pasien
 Menunjukkan kemampuan untuk 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
mencegah timbulnya infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan keperawtan
7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central
dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
33

DAFTAR PUSTAKA
1. Kurnia A, Ramli HM, Albar ZA, Panigoro SS, Kartini D, editor. Kanker kepala-leher dan rekonstruksi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2008. Hal 73-92.
2. Johnson, M. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC). Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
3. Mc Closkey, C.J., et al. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC). Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
4. NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
5. Price A, dan Wilson M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta. EGC.
6. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 3. Jakarta: EGC.
34

7.

Anda mungkin juga menyukai