Anda di halaman 1dari 21

Buku Pedoman

Kuliah Kerja Nyata


(KKN)
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
─Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan

Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta
2020
1

Tim Penyusun
PENANGGUNGJAWAB :
Dr. dr. Denny Agustiningsih, M.Kes., AIFM
dr. Yoyo Suhoyo, M.Med.Ed., PhD
Dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH., PhD
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc., PhD
Dr. dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA

KOORDINATOR:
Dr. Supriyati, S.Sos., M. Kes

ANGGOTA:
dr. Guardian Yoki Sanjaya, M.Health Info
dr. Giovanni F. van Empel, M.Sc
dr. Alhaynurika Nevyla Putri
dr. Hayu Qaimamunazzala, MPH
dr. Rizki Tsalatshita, MPH
Dr.dr. Prima Dhewi R., M.Biotech
dr. Rosalia Kurniawati Harisaputra, MPH
drg. Aufia Espressivo
Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes
dr. Hanggoro Tri Rinonce, Sp.PA(K), Ph.D
Dr.dr. Rustamaji, M.Kes
dr. R. Ludhang Pradipta R., M.Biotech

SEKRETARIS:
Trisna Riyadi
Asri Kurniawati
Triwahyu Yuliana, ST
Sarman,SE
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan
Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp. 0274-560300, Fax. 0274-581876
Email: fku@ugm.ac.id; Website: fk.ugm.ac.id
2

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas Rahmat dan KaruniaNya buku panduan KKN ini
dapat diterbitkan. Kuliah kerja nyata (KKN), merupakan salah satu kegiatan rotasi klinik mahasiswa profesi
dokter Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK), Universitas Gadjah
Mada.

Mulai periode KKN Bulan Oktober 2020, kegiatan KKN program studi kedokteran diintegrasikan dengan
rotasi klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Rotasi IKM dilakukan selama 2 minggu di kampus
sebelum menjalani KKN dan dilanjutkan selama masa KKN. Sesuai dengan pedoman dari Direktorat
Pengabdian kepada Masyarakat (DPKM) UGM, bahwa setiap mahasiswa KKN wajib membuat 5 program.
Diantara kelima program yang dikembangkan oleh mahasiswa KKN tersebut, salah satunya menjadi
program yang merupakan implementasi dari rotasi klinik IKM. Berkaitan dengan hal tersebut, maka selama
menjalankan kegiatan KKN, mahasiswa juga dapat berkonsultasi dengan dosen pembimbing rotasi klinik
IKM. Selanjutnya, pada minggu terakhir KKN, mahasiswa akan mengumpulkan laporan dan mengikuti
ujian rotasi klinik IKM.

Buku panduan ini diharapkan dapat menjadi bekal bagi mahasiswa KKN prodi kedokteran sehingga dapat
menjalankan tugasnya dengan baik (tugas KKN maupun tugas rotasi klinik IKM). Harapannya, mahasiswa
mampu melakukan analitis kritis masalah-masalah kesehatan masyarakat di lokasi KKN nya. Hasil analisis
kritis tersebut menjadi dasar dalam merancang dan melakukan solusi terbaik untuk masalah kesehatan
masyarakat prioritas melalui program KKN, sebagai bentuk implementasi materi IKM yang telah diperoleh
selama rotasi klinik 2 minggu di kampus.

Buku panduan KKN ini dikembangkan dengan kontribusi berbagai pihak. Oleh karenanya, kami
menghaturkan banyak terima kasih kepada setiap kontribusi yang telah diberikan. Selanjutnya, saran dan
masukan yang konstruktif sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku panduan ini. Salam sehat.

Tim Penyusun
3

Daftar Isi

Tim Penyusun 1

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 3

BAB I 4

PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Tujuan Pembelajaran Error! Bookmark not defined.
Capaian kompetensi yang diharapkan 5
Apa yang perlu dimiliki mahasiswa untuk dapat membantu kesehatan penduduk di lokasi KKN? 7

BAB II 10

BENTUK KKN-PPM UGM 10


Sifat Kegiatan 10
Jenis Kegiatan dan Alokasi Waktu 10

BAB III 13

PELAKSANAAN 13
Jadwal Pelaksanaan KKN 13
Minggu ke-1 13
Community Needs Assessment [4] 13
Minggu ke-2 14
Mengembangkan kerangka kerja atau model of change [5] 14
Minggu ke-3 sampai ke-6 15
Melakukan Intervensi 15
Minggu ke-7 15
Evaluasi Program [6] 15
Refleksi [7] 15
Laporan Program 18
4

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sesuai dengan SK Rektor UGM Nomor 245/P/SK/HT/2008 tertanggal 15 Mei 2018 yang menegaskan
bahwa setiap mahasiswa Universitas Gadjah Mada wajib mengikuti Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran
Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) UGM diwajibkan mengikuti kegiatan KKN-PPM sesuai jadwal yang ditentukan. Sebagai calon
profesional kesehatan, mahasiswa kedokteran perlu memiliki bekal dalam mengelola masalah-masalah
kesehatan, dengan tidak hanya melihat pasien sebagai seorang individu, tetapi juga individu sebagai
anggota keluarga dan bagian dari masyarakat. KKN-PPM merupakan salah satu wadah pembelajaran
komunitas bagi mahasiswa kedokteran. Pembelajaran di komunitas memiliki komponen kedokteran
keluarga dan kesehatan masyarakat. Komponen kedokteran keluarga menyediakan perawatan kesehatan
yang berkelanjutan dan komprehensif untuk individu dan keluarga, dengan menekankan promosi dan
preventif penyakit. Sementara itu, komponen dalam kesehatan masyarakat meliputi epidemiologi, promosi
kesehatan, serta manajemen kesehatan.
Memahami kedokteran keluarga menjadi sarana untuk meningkatkan kemampuan seorang dokter untuk
menggunakan perspektif yang tidak hanya terfokus pada individu saja, dan bahkan dengan
mempertimbangkan aspek faktor risiko kesehatan pada aspek biologis dan sosial. Di bawah keilmuan
kedokteran keluarga, mahasiswa dapat terlibat dalam tinjauan kasus klinis-psikososial dari penyakit umum
dan penyakit yang penting bagi kesehatan masyarakat. Mahasiswa diharapkan untuk dapat bekerjasama
dengan keluarga yang memiliki illness dan penyakit yang penting bagi kesehatan masyarakat.
Ilmu kesehatan masyarakat yang memandang penyakit dan masalah kesehatan lainnya secara
komprehensif, sangat mempertimbangkan keterkaitan perilaku individu dengan lingkungannya. Perilaku
yang dimaksud tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga mencakup lingkungan sosial
termasuk kebijakan. Keterampilan manajemen kesehatan akan membantu seorang dokter dalam
pengelolaan puskesmas sebagai petugas medis. Sensitisasi terhadap promosi kesehatan akan
mendukungnya dalam pencegahan primer dan primordial di bidang layanan kesehatan primer. Pengetahuan
dan keterampilan dalam epidemiologi memungkinkan lulusan dokter menjadi seorang peneliti yang mampu
secara efektif melakukan pengamatan yang didukung oleh pengetahuan yang diperoleh dari masyarakat
untuk menginformasikan perencanaan dan implementasi layanan kesehatan. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan dan kemampuan seorang dokter yang tidak hanya memiliki keterampilan
klinis, namun dapat secara efektif memberikan layanan kesehatan primer dan mengelola puskesmas.

Kegiatan KKN-PPM UGM dilakukan selama 50 hari dengan jam kerja efektif minimal 288 jam. Oleh
karena itu, kegiatan KKN dapat dilakukan selama 5 - 6 jam per hari selama kruun waktu 50 hari tersebut.
Pada era pandemik Covid-19 ini, kegiatan KKN-PPM dilakukan dengan model kombinasi daring dan
luring.
5

Tujuan Pembelajaran
Pada akhir menjalani KKN-PPM, mahasiswa kedokteran
mampu:
1. Melakukan deteksi dini secara tepat dan program Mahasiswa diharapkan mampu
pencegahan pada individu serta keluarga serta menemukan masalah kesehatan
koordinasi dengan Puskesmas/ Pustu dengan prioritas dan berusaha untuk
mencari solusi terhadap masalah
menyerahkan rekam medik Individu dan faktor risiko
tersebut sesuai dengan sumber
pada keluarga untuk tindak lanjut. daya yang tersedia.
2. Mengidentifikasi kelompok penduduk atau keluarga
rentan dan kebutuhannya dalam konteks kesehatan
masyarakat
3. Menganalisis efektivitas dan efisiensi dari program-program kesehatan masyarakat yang sudah ada
pada masyarakat sasaran
4. Mengidentifikasi SDM yang ada yang dapat dilibatkan dalam pemecahan masalah kesehatan
prioritas
5. Merancang solusi untuk masalah kesehatan prioritas dengan mengoptimalkan sumberdaya yang
tersedia dan dengan berkolaborasi dengan berbagai stakeholders, termasuk tokoh masyarakat lokal.

Di era pandemi Covid-19, program-program yang dilakukan oleh mahasiswa KKN perlu disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi pandemi, termasuk dalam mempersiapkan era adaptasi
kebiasaan baru. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa KKN-PPM dari prodi
kedokteran adalah (1) pendampingan pembalajaran secara daring yang sehat, (2) pendampingan untuk
kesehatan anggota keluarga selama pandemi seperti pola makan gizi seimbang, kecukupan aktivitas fisik,
(3) pola hidup bersih dan sehat, (4) perilaku cuci tangan pakai sabun, penggunaan masker secara tepat, dan
jaga jarak, (5) pendampingan adaptasi kebiasaan baru, (6) pendampingan kesehatan mata di era daring, dan
sebagainya.

Capaian kompetensi yang diharapkan


Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun 2012 dan Standar Nasional Pendidikan
Profesi Dokter Indonesia (SNPPDI), mahasiswa kedokteran diwajibkan untuk memiliki kompetensi
pemecahan masalah terkait kesehatan masyarakat sebagai berikut:

Area Kompetensi Kompetensi

Profesionalitas yang luhur 1. Mampu beradaptasi secara sosial budaya masyarakat setempat
dalam optimalisasi perilaku hidup sehat dan pengelolaan masalah
kesehatan di masyarakat
6

Mawas diri dan 2. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat untuk diri dan
pengembangan diri lingkungannya
3. Menganalisis masalah dan merumuskan solusi dengan
mempertimbangkan berbagai perspektif
4. Mampu berinovasi dan menghasilkan ide yang relevan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan

Kolaborasi dan kerjasama 5. Dapat bekerjasama dengan lintas disiplin, lintas lembaga baik
dengan individu, keluarga, komunitas dan masyarakat (tokoh
masyarakat) dalam menjaga kesehatan di masyarakat

Keselamatan pasien dan 6. Dapat mengidentifikasi, merespon dan melaporkan kejadian tidak
mutu pelayanan kesehatan. diharapkan di masyarakat
7. Dapat mengidentifikasi dan mencegah penyebaran penyakit
menular di masyarakat

Literasi sains atau landasan 8. Menerapkan keilmuan yang dimiliki untuk mengelola masalah
ilmiah kesehatan (sejak need assessment, menentukan prioritas masalah,
merancang dan mengimplementasikan intervensi sederhana)
untuk masalah kesehatan masyarakat pada masyarakat sasaran

Literasi teknologi informasi. 9. Mampu memberikan informasi kesehatan yang sesuai dengan
konteks di masyarakat
10. Mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung kegiatan kesehatan di masyarakat

Pengelolaan masalah 11. Mampu mencari solusi promotif dan preventif untuk masalah
kesehatan dan manajemen kesehatan di masyarakat
sumber daya, 12. Mampu memberikan pendidikan kesehatan di masyarakat
13. Mampu melibatkan masyarakat dalam penanganan masalah
kesehatan
14. Mampu Menganalisis dan menerapkan kebijakan kesehatan
spesifik yang merupakan prioritas daerah.
7

Keterampilan klinis 15. Proteksi terhadap hal yang dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.

Komunikasi efektif 16. Dapat berkomunikasi efektif dan berempati kepada keluarga dan
masyarakat sasaran

Kompetensi tersebut secara prinsip sejalan dengan kompetensi mahasiswa KKN-PPM UGM, seperti yang
tercantum pada Buku Pedoman KKN-PPM Universitas Gadjah
Mada. Mengacu pada buku panduan KKN-PPM, mahasiswa
diharapkan:
1. Mampu menganalisis permasalahan dan potensi di Mahasiswa kedokteran perlu
dalam masyarakat memiliki kemampuan mengelola
2. Mampu merancang program pemberdayaan jejaring kerjasama lintas disiplin
3. Mampu mengelola jejaring kerjasama interdisipliner ilmu dalam menyelesaikan masalah
4. Mampu melaksanakan program pemberdayaan kesehatan di masyarakat.
berbasis potensi dan
kearifan lokal
5. Mampu menyusun pertanggungjawaban kinerja program pemberdayaan
berbasis akuntabilitas
Kompetensi yang semestinya dicapai oleh mahasiswa rotasi klinik IKM sangat mendukung untuk proses
pencapaian target KKN-PPM UGM. Dengan demikian, semestinya program integrasi rotasi klinik IKM
dan KKN-PPM ini dapat dijalankan oleh mahasiswa dengan baik.

Pandemik Covid-19 telah membawa banyak perubahan. Kegiatan KKN-PPM pun harus dilakukan dengan
mempertimbangkan dan menerapkan protokol kesehatan. Mengacu pada petunjuk teknis KKN-PPM UGM,
maka pada masa pandemi ini mahasiswa KKN diharapkan untuk membantu masyarakat dalam menghadapi
pandemik Covid-19.

Apa yang perlu dimiliki mahasiswa untuk dapat membantu kesehatan penduduk di lokasi KKN?
Keterlibatan mahasiswa di lokasi KKN dapat membantu tokoh masyarakat dalam melakukan kegiatan yang
terencana untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Bagi mahasiswa FK-KMK, berinteraksi dengan
masyarakat sudah menjadi hal yang biasa. Terlebih dengan adanya pengalaman mengikuti program CFHC-
IPE. Sejak tahun pertama kuliah, mahasiswa telah mendapat kesempatan untuk berinteraksi dengan
masyarakat. Selain itu, program CFHC-IPE juga telah mengajarkan cara untuk berkolaborasi lintas profesi.
Tentu hal tersebut menjadi modal bagi mahasiswa KKN FK-KMK UGM, sehingga akan meningkatkan
self-efficacy dan social competence mahasiswa.
8

Self-efficacy dan social competence penting untuk mahasiswa dalam mengelola masalah kesehatan dan
melakukan program di masyarakat. Self-efficacy adalah suatu kepercayaan diri untuk dapat melakukan
sesuatu [1]. Mahasiswa dengan tingkat self-efficacy yang lebih tinggi akan mampu menentukan tujuan yang
tinggi dan mampu berusaha dengan lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan [2]. Untuk
meningkatkan self-efficacy, mahasiswa dapat menerapkan strategi berikut:
1. Mastery experience
2. Social modelling Self-efficacy yang tinggi sangat
3. Improving physical and emotional states diperlukan oleh mahasiswa KKN, untuk
4. Verbal persuasion. mendorong tercapainya tujuan yang
Keempat hal tersebut telah diimplementasikan dalam ditetapkan.
CFHC-IPE.

Social competence merupakan “kemampuan untuk membentuk perilaku sosial yang dapat memfasilitasi
inisiasi dan menjaga relasi interpersonal yang positif”. Social competence merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain dalam situasi sosial. Mahasiswa KKN FK-KMK UGM seharusnya memiliki
beragam kemampuan, termasuk kemampuan mendengar, bertanya, berempati, lobbying, melakukan
advokasi dan keterampilan lain yang diperlukan dalam berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, seorang
calon dokter juga seharusnya memiliki keterampilan manajerial seperti kemampuan pemecahan masalah,
manajemen diri dan kelompok, kerjasama, mempengaruhi orang lain, dan perencanaan kerja [3].
Keterampilan (skills) yang diperlukan dalam membentuk social competence adalah sebagai berikut:
1. Assertive skills
Merupakan komponen inti keterampilan komunikasi dimana dapat mengekspresikan kebutuhan,
pendapat, dan emosi diri tanpa mengesampingkan menghormati hak orang lain. Bersikap asertif
juga dapat membantu untuk meningkatkan harga diri dan mendapatkan penghargaan dari orang
lain. Hal ini dapat membantu manajemen stres terutama apabila di saat kita harus melakukan
banyak tanggungjawab yang dikarenakan kita mengalami kesulitan untuk menolak. Selain itu,
bersikap asertif merupakan sebuah keterampilan komunikasi yang efektif dan dapat melakukan
sebuah diplomasi.
2. Cooperative skills
Cooperative skills merupakan sebuah keterampilan yang dikarakteristikkan menjadi lima
komponen elemen, termasuk 1) menyadari adanya saling ketergantungan positif bahwa kontribusi
dari setiap anggota dalam sebuah kelompok merupakan hal yang penting bagi keberhasilan
kelompok, 2) interaksi tatap muka kelompok dari setiap anggota yang akan mendorong partisipasi
atau keterlibatan, membantu keberhasilan orang lain, dan dapat saling belajar satu sama lain, 3)
terjadinya pertanggungjawaban individu dan kelompok dalam sebuah kegiatan ataupun tugas dan
bertanggungjawab secara individu untuk tugas-tugas tertentu, 4) pengembangan keterampilan
sosial dalam kelompok kecil yang berupa diskusi interaktif dalam kelompok, dan 5) refleksi
pengalaman tim.

3. Sociable skills
9

Merupakan sebuah keterampilan yang kita gunakan untuk dapat melakukan komunikasi dan
berinteraksi satu sama lain, baik secara verbal maupun non-verbal, gerakan, bahasa tubuh dan
melalui penampilan pribadi kita.
4. Community-focused skills
Merupakan sebuah keterampilan komunikasi interaktif antara individu dengan komunitas, baik
secara verbal maupun non-verbal dan dapat melibatkan komunitas dalam sebuah pengambilan
keputusan bersama.
5. Social resourcefulness
Sumber daya sosial yang mengacu pada perilaku baik yang terselubung maupun terbuka, yang
digunakan oleh seorang individu untuk membangun dan memelihara hubungan yang mendukung.
Terdapat beberapa komponen kompetensi sosial yang terlibat, yaitu: 1) communication skills
(adanya kontak mata, durasi bicara dan kualitas suara), dan 2) interprofessional skills
(assertiveness-submissiveness, relevant-irrelevant contributions, dan gesturing).

Dengan menguasai kelima keterampilan berikut, mahasiswa akan menjadi lebih percaya diri untuk terjun
ke tengah masyarakat dan berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan yang terdapat di
komunitas.
10

BAB II
BENTUK KKN-PPM UGM
Sifat Kegiatan
KKN-PPM UGM dilaksanakan oleh mahasiswa lintas-disiplin ilmu. Dalam menjalankan KKN-PPM,
mahasiswa mengidentifikasi, merancang, dan melaksanakan program atau kegiatan di masyarakat.
Berdasarkan sifatnya, kegiatan mahasiswa dapat dibedakan menjadi:
1. Mono-disipliner, yaitu kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan 1 kluster fakultas. Contoh 1:
Mahasiswa FK-KMK (kluster Kesehatan) melaksanakan program tanggap bencana untuk
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Pantai Wedi Ombo, maka program ini termasuk
monodisipliner karena tidak melibatkan kluster lain.
Contoh 2: Program penyuluhan tentang bahan makanan jajanan sehat pada anak sekolah yang
dilakukan mahasiswa KKN kluster Kesehatan saja, yang meliputi kandungan bahan makanan,
maupun peningkatan higienitas makanan.
2. Inter-disipliner, yaitu kegiatan KKN-PPM yang dilaksanakan berdasarkan minimal 2 kluster
fakultas.
Contoh 1: Program tanggap bencana, diinisiasi oleh mahasiswa FK-KMK (kluster kesehatan) untuk
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Pantai Wedi Ombo. Program ini dapat juga dilakukan
secara lintas disiplin dengan melibatkan mahasiswa psikologi (persiapan relawan psikologi serta
pendampingan psikologis pada keadaan rawan atau pasca bencana), geografi (pemetaan lokasi
rawan bencana), dan teknik sipil (evaluasi infrastruktur aman bencana).
Contoh 2: Program optimalisasi usaha makanan jajan oleh mahasiswa FK-KMK (kluster
Kesehatan) yang bekerjasama dengan kluster lainnya. Program ini merupakan program yang
bersifat interdisipliner karena memerlukan adanya program kluster lain, seperti program pelatihan
pengembangan usaha makanan (business plan) dari mahasiswa FEB (kluster Sosial Humaniora),
pelatihan inovasi produk pangan (kluster Agro), dan pengembangan sistem pengelolaan limbah
usaha makanan (klaster Sains-Teknologi).

Jenis Kegiatan dan Alokasi Waktu


11

Kegiatan Lapangan KKN-PPM


(288 jam)

Pokok Bantu
(min. 200 jam) (min. 200 jam)

Tema Non-Tema Bantu Tema Bantu Non-Tema


(min. 140 jam) (min. 60 jam) (min. 60 jam) (min. 28 jam)

Gambar 1. Skema alokasi waktu pelaksanaan kegiatan mahasiswa KKN-PPM

Kegiatan individual mahasiswa KKN-PPM dikelompokkan menjadi 2 jenis kegiatan, yaitu:


1. Kegiatan Pokok
Kegiatan Pokok dapat dikategorikan
menjadi dua yakni Kegiatan Pokok Tema Program kesehatan masyarakat menjadi
dan Kegiatan Pokok non Tema. Kegiatan salah satu program pokok KKN bagi
Pokok Tema adalah kegiatan yang harus mahasiswa KKN FK-KMK UGM. Program
dilaksanakan oleh setiap mahasiswa KKN- tersebut dapat bersifat monodisipliner
PPM sesuai dengan tema yang dilaksanakan. maupun interdisipliner. Program tersebut
Mahasiswa yang bersangkutan semestinya sesuai dengan permasalahan /
bertanggungjawab penuh atas kegiatan kebutuhan. masyarakat dan sumberdaya
tersebut baik secara ilmiah maupun yang tersedia
operasional. Kegiatan pokok non tema
adalah kegiatan pokok di luar tema yang juga
dibutuhkan oleh masyarakat. Jumlah kegiatan pokok tema dan non tema minimal 5, salah satu
diantaranya harus bersifat interdisipliner sesuai dengan tema. Di antara 5 kegiatan tersebut,
salah satunya adalah mempertajam kemampuan klinis dokter muda dalam layanan primer
antara lain deteksi dini penyakit pada individu kontak pertama dan pencarian faktor risiko
dalam keluarga serta melakukan koordinasi (minimal menyampaikan data rekam medik
temuan lapangan) dengan Puskesmas/Pustu/Klinik pratama/dokter keluarga setempat serta
melaksanakan program kesehatan masyarakat.

2. Kegiatan Bantu
12

Setiap mahasiswa wajib melaksanakan kegiatan membantu pelaksanaan kegiatan pokok mahasiswa
peserta KKN-PPM yang lain dalam 1 unit atau subunit secara operasional, tetapi secara ilmiah tidak
terkait dalam pola kerja interdisipliner. Kegiatan bantu pokok tema berlaku untuk 1 unit, sedangkan
kegiatan bantu pokok non tema berlaku untuk 1 sub-unit.
Penjelasan lebih lanjut tentang kegiatan dan alokasi waktu dapat dilihat di Buku Pedoman KKN-PPM
UGM.
13

BAB III
PELAKSANAAN
Sebelum melaksanakan KKN-PPM, mahasiswa Program Pendidikan Profesi Dokter UGM mendapatkan
pembelajaran selama 2 minggu dalam stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Pada stase ini, mahasiswa
menerima bekal pengetahuan dan keterampilan pengelolaan masalah dan program kesehatan masyarakat.
Ilmu ini kemudian diimplementasikan selama KKN-PPM dalam bentuk minimal 1 program kesehatan
masyarakat. Integrasi antara stase IKM dan KKN-PPM telah melalui persetujuan dari Direktorat
Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) UGM. Adapun jadwal dan pedoman pelaksanaan program
kesehatan masyarakat di lapangan sebagai berikut.
Jadwal Pelaksanaan KKN
Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8

Penerjunan

Community needs assessment

Mengembangkan kerangka kerja program

Melakukan intervensi

Evaluasi Program

Penarikan

Ujian / Refleksi

Perjalan pulang ke UGM dan Ujian rotasi klinik


IKM

Minggu ke-1
Community Needs Assessment [4]
Mahasiswa menggali informasi mengenai gambaran umum dan isu terkait di komunitas lokasi KKN.
1. Mencari informasi mengenai deskripsi jenis komunitas tersebut, dapat berupa data demografi,
histori, politik, partisipasi masyarakat, tokoh utama, isu terkait, geografi, dan aset.
14

2. Sumber informasi yang digunakan dapat berupa laporan, tokoh masyarakat, warga setempat,
internet, peta, perpustakaan, dan koran serta disesuaikan dengan ketersediaan sumber informasi
tersebut.
3. Mahasiswa menganalisis kualitas informasi yang diterima dan mendeskripsikan kelebihan dan
masalah yang ditemukan.
Mahasiswa mencari informasi mengenai isu penting yang dialami oleh warga setempat, termasuk:
1. Seberapa penting isu tersebut dalam masyarakat (terkait tanggapan masyarakat dan konsekuensi
dari isu tersebut apabila tidak segera diselesaikan)
2. Metode yang akan digunakan oleh mahasiswa dalam menggali informasi (contoh: focus group
discussion, wawancara, survei, dll)
Mahasiswa melakukan stakeholder analysis dari isu tersebut.
Mahasiswa mendeskripsikan pandangan stakeholder terhadap isu yang ada dan fokus dari stakeholders:
1. Siapa saja stakeholders terkait dan hal apa yang mereka peduli
2. Populasi yang menjadi prioritas dan grup yang akan membawa manfaat bagi stakeholders
3. Metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi (contohnya survei, wawancara)
Mahasiswa melakukan SWOT analysis, termasuk:
1. Hambatan dalam menyelesaikan masalah atau mencapai tujuan dan bagaimana meminimalisirnya
2. Sumber daya dan aset yang tersedia dan bagaimana mahasiswa atau grup dapat memanfaatkannya
untuk menyelesaikan isu
3. Konteks komunitas atau situasi yang dapat mempermudah atau mempersulit penyelesaian masalah
Berdasarkan dari needs assessment, mahasiswa memilih prioritas masalah yang akan diselesaikan oleh
grup.
Mahasiswa melakukan diseminasi hasil needs assessment kepada stakeholders yang terkait, dapat berupa
warga setempat, tokoh masyarakat, Puskesmas setempat, dinas terkait, pemerintah setempat, dll.
Mahasiswa kemudian membangun komunikasi dan kerja sama dengan stakeholders tersebut berdasarkan
progress yang telah dilakukan sehingga didapat gambaran umum program yang dapat dilaksanakan oleh
mahasiswa.

Minggu ke-2
Mengembangkan kerangka kerja atau model of change [5]
Mahasiswa menentukan tujuan dari program yang akan dilaksanakan:
1. Menentukan hasil spesifik yang dapat diukur dari program.
2. Menyatakan asumsi dan hipotesis terkait faktor yang dapat mempengaruhi masalah atau tujuan.
Strategi yang dapat digunakan yaitu:
a. Mengapa masalah bisa terjadi dan hal apa yang membiarkan masalah tersebut tetap ada?
b. Bagaimana masalah dapat diselesaikan atau bagaimana tujuan dapat tercapai?
c. Mengidentifikasi faktor individu (contohnya pengetahuan, kepercayaan, kemampuan)
yang kontributif terhadap masalah atau tujuan
15

d. Mengidentifikasi faktor lingkungan (contoh sistem pendukung, akses, hambatan,


kesempatan, kebijakan) yang kontributif terhadap masalah atau tujuan
Mahasiswa mendeskripsikan pada tingkat apa kerangka atau framework program yang akan dilakukan.
1. Program umum - terkait strategi untuk membuat perubahan dan perbaikan terhadap masalah umum
(contoh: mengurangi kekerasan dengan cara mempromosikan hubungan sehat)
2. Program spesifik - hanya terkait beberapa komponen atau aspek spesifik dari keseluruhan masalah
(contoh: program edukasi, perubahan kebijakan)
3. Rencana kerja spesifik atau model kerja untuk kerja sama dengan stakeholders atau organisasi
terkait
Mahasiswa mengidentifikasi seluruh komponen dalam kerangka program, termasuk tujuan, konteks, input
(berupa sumber daya dan sistem pendukung serta hambatan), kegiatan/intervensi (contoh: meningkatkan
dukungan, memodifikasi akses), output, outcome/effect (termasuk efek immediate, intermediate, dan
jangka panjang).
Mahasiswa melakukan perencanaan aktivitas program berupa penyusunan strategi dan target,
implementasi, advokasi dan komunikasi, serta evaluasi program. Perencanaan juga dapat dilakukan dengan
melakukan analisis “best practices” atau “evidence-based intervention” untuk membantu mahasiswa dalam
menyusun program.

Minggu ke-3 sampai ke-6


Melakukan Intervensi
Mahasiswa melakukan program berdasarkan rencana yang telah dibuat dengan melibatkan tokoh dan/atau
organisasi untuk menjangkau kelompok spesifik yang dituju.

Minggu ke-7
Evaluasi Program [6]
Mahasiswa melakukan evaluasi program yang diawali dengan menentukan desain evaluasi dan metode
yang digunakan. Evaluasi yang dilakukan meliputi stakeholders yang terlibat, pelaksanaan intervensi,
paparan intervensi, perubahan pada perilaku spesifik, perubahan pada outcome spesifik di level populasi,
kontribusi intervensi dan kemungkinan perbaikan perilaku pada level komunitas.
Mahasiswa menggunakan hasil evaluasi untuk melakukan follow-up berdasarkan kebutuhan kelompok
target dan diseminasi informasi. Mahasiswa memaparkan hasil pembelajaran kepada audiens yang relevan.
Refleksi [7]
Refleksi adalah sebuah proses untuk menumbuhkan interpretasi mengenai sebuah pengalaman. Mahasiswa
melakukan analisis konsep, pengalaman, dan teori. Secara sederhana, refleksi yaitu berpikir secara kritis
atas sebuah pengalaman, menganalisis konsep, pengalaman, dan teori, membuat pertanyaan,
mengeksplorasi penyebab dan kemungkinan solusi permasalahan sosial, menyatukan fakta, ide, dan
16

pengalaman untuk membuat nilai baru. Bentuk kegiatan refleksi berupa jurnal, catatan, diskusi kelompok,
presentasi, paper analisis, surat, forum, simulasi dan role play.

Metode Refleksi
Mahasiswa dapat memilih salah satu metode/teknik di bawah ini sebagai panduan melakukan refleksi.

1. Model Refleksi ORID [7]

Objektif: Mahasiswa membuat pertanyaan dan jawaban terkait dengan pengalaman selama KKN.
Pertanyaan dapat berupa apa yang mahasiswa lakukan, observasi, baca, dan dengar? Siapa saja yang terkait,
apa saja yang dibicarakan? Apa yang terjadi sebagai hasil dari kegiatan yang telah mahasiswa lakukan?
Reflektif: Mahasiswa membuat pertanyaan dan jawaban yang mengarah pada pengalaman afektif.
Bagaimana perasaan pada saat melakukan kegiatan? Apakah pengalaman tersebut mengubah kepercayaan
diri mahasiswa? Apakah mahasiswa merasa berhasil, efektif, dan memiliki banyak ilmu?
Interpretatif: Mahasiswa melakukan refleksi terhadap pengalaman kognitif. Pengalaman apa yang
membuat mahasiswa berpikir? Bagaimana pengalaman tersebut mengubah pemikiran mahasiswa terhadap
suatu hal? Apa yang mahasiswa pelajari? Apa yang berhasil?
Desisional: Mahasiswa membuat paradigma baru berdasarkan pengalaman. Bagaimana perubahan yang
ada dalam diri mahasiswa mengenai pengetahuan, kesadaran, atau pemahaman yang mempengaruhi
mahasiswa dalam melihat sesuatu dan dalam bertindak. Apa yang akan dilakukan secara berbeda di masa
yang akan datang? Keputusan atau opini apa yang telah terbentuk? Bagaimana pengalaman tersebut
mempengaruhi perjalanan karir, keputusan hidup, atau penggunaan informasi, kemampuan, atau teknologi
yang baru anda pelajari?

2. Model “What? So what? Now what?”

What? Deskripsikan:
1. Masalah terkait kesehatan apa saja yang terjadi di wilayah KKN Anda?
2. Upaya apa yang telah dilakukan oleh masyarakat atau stakeholders untuk menyelesaikan masalah
tersebut?
3. Siapa saja yang Anda temui untuk menggali informasi mengenai masalah kesehatan tersebut?
4. Bagaimana peran mereka dalam menangani masalah kesehatan di wilayah KKN Anda tersebut?
So What? Refleksikan:
1. Apa dampak/hasil dari kegiatan yang Anda lakukan di wilayah KKN?
2. Apa makna melakukan kegiatan tersebut bagi diri Anda sendiri?
3. Bagaimana perasaan Anda setelah melakukan kegiatan tersebut?
4. Hal baru apa yang Anda pelajari setelah melakukan kegiatan tersebut?
17

5. Dari seluruh pengetahuan yang Anda pelajari di kelas, pengetahuan tentang apa saja yang Anda
gunakan di wilayah KKN? Adakah pengetahuan lain yang Anda perlukan dan belum Anda peroleh
?
6. Dari seluruh kemampuan yang Anda pelajari di kelas, kemampuan tentang apa yang Anda gunakan
di wilayah KKN? Apakah ada keterampilan lain yang sebenarnya Anda peroleh, namun belum
Anda miliki ?
7. Hal-hal apa yang ingin Anda pelajari lebih dalam lagi setelah melakukan KKN ini?
8. Kemampuan apa yang ingin Anda tingkatkan lagi setelah melakukan KKN?
9. Hal-hal apa yang Anda pelajari dari masyarakat di lokasi KKN terkait kesehatan masyarakat?
Now What? Analisis dan kontemplasi mengenai:
1. Apa dampak pengalaman selama KKN terhadap kemampuan klinis anda?
2. Apa dampak pengalaman selama KKN terhadap pola belajar Anda?
3. Apa dampak pengalaman selama KKN terhadap kehidupan sehari-hari Anda?
4. Wawasan apa yang anda dapatkan yang mungkin membantu anda dalam pilihan utama atau karir
anda?
5. Bagaimana kaitan pengalaman selama KKN dengan masa depan anda?
6. Apa dampak pengalaman selama KKN terhadap pandangan Anda pentingnya keterlibatan
masyarakat, kewarganegaraan, dan tanggung jawab pribadi dalam kesehatan?
7. Apa dampak pengalaman selama KKN untuk perubahan yang terjadi di masyarakat?
8. Apa rencana Anda untuk mengaplikasikan hal-hal yang Anda pelajari selama KKN?
18

Laporan Program
Pada akhir KKN-PPM, mahasiswa diminta untuk membuat laporan program yang akan didiskusikan
dengan dosen pembimbing IKM setelah kembali ke UGM. Hasil diskusi dan ujian ini merupakan bagian
dari penilaian koas stase IKM. Adapun format laporan sebagai berikut:
1. Halaman judul (seperti halaman judul laporan individu I1 universitas)
2. Penjelasan program kesehatan masyarakat:
Nama Program: Monodispliner/interdisipliner*
*(coret yang tidak perlu)

Nama Mahasiswa: Nama, NIM, dan prodi mahasiswa lain yang


terlibat:
NIM:

Deskripsi Singkat Program (isu, populasi target, dan metode pemberian layanan):

1. Jelaskan hasil observasi yang membuat Anda memutuskan membuat program KKN tersebut!

2. Apakah ada program yang sedang atau sudah pernah dilakukan untuk mengatasi isu yang sama?
Bagaimana pendapat Anda terhadap efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutannya? Bagaimana program
KKN Anda dapat memenuhi kebutuhan populasi target?

3. Bagaimana hasil dari program atau layanan yang diberikan? Apakah menjadikan populasi target lebih
mandiri?

4. Siapa saja SDM yang terlibat? Apa peran masing-masing terkait isu dan program?
19

5. Apa saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait agar dapat membuat program atau memberikan
layanan dengan lebih baik?

Laporan program IKM-KKN disertai dengan dokumentasi (foto) yang mendukung untuk kegiatan yang
dilaporkan. Selanjutnya, laporan tersebut dikirimkan ke dosen pembimbing rotasi klinik IKM masing-
masing mahasiswa. Laporan IKM-KKN ini bersifat individual. Selain itu, mahasiswa KKN program
pendidikan dokter juga tetap harus membuat laporan yang diisi dan diunggah secara online melalui
aplikasi yang disediakan oleh DPKM UGM, yang meliputi berkas administrasi, presensi harian, LRK,
Logbook, dan LPK.

Referensi

1. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K. Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and
Practice. John Wiley & Sons; 2008.

2. The Education Hub. 6 strategies for promoting student self-efficacy in your teaching. In: The
Education Hub [Internet]. 2018 [cited 14 Jun 2019]. Available:
https://www.theeducationhub.org.nz/wp-content/uploads/2018/03/6-strategies-for-promoting-
student-self-efficacy.pdf

3. Gotlib J, Cieslak I, Zarzeka A, Iwanow L, Panczyk M. Assessment of level of social skills among
Public Health students of Warsaw Medical University [Internet]. European Journal of Public Health.
2017. doi:10.1093/eurpub/ckx189.216

4. 2. Assessing Community Needs and Resources | Community Tool Box [Internet]. [cited 14 Jun
2019]. Available: https://ctb.ku.edu/en/assessing-community-needs-and-resources

5. 4. Developing a Framework or Model of Change | Community Tool Box [Internet]. [cited 14 Jun
2019]. Available: https://ctb.ku.edu/en/4-developing-framework-or-model-change

6. 12. Evaluating the Initiative | Community Tool Box [Internet]. [cited 14 Jun 2019]. Available:
20

https://ctb.ku.edu/en/evaluating-initiative

7. Center for Community Engagement, Learning, and Leadership. Service Learning Handbook. In:
Louisiana State University [Internet]. 2013 [cited 14 Jun 2019]. Available:
https://www.usf.edu/engagement/faculty/service-learning-handbook.doc

8. The Family Medicine Handbook: Mobile Medicine Series 5th Edition, by University of Iowa Mark A.
Graber MD, Jennifer L. Jones, Jason K. Wilbur

9.http://www.freebookcentre.net/medical_books_download/Family-Practice-Notebook.html

10..http://www.freebookcentre.net/medical_books_download,The home doctor, a complete manual of


family medicine Maxen, R. A

Anda mungkin juga menyukai