Anda di halaman 1dari 65

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIK LAPANGAN
SIKLUS 3 / SEMESTER IV/TA 2018-2019

PENGELOLAAN REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


DI RSUD KRATON PEKALONGAN

Telah Dipresentasikan dan Disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Penguji :

Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik

Nurul Af’idah,SKM
Maulana Tomy Abiyasa,Amd.PK,SKM
NIP. 19760528 200701 2 007
NPP. 0686.20.2016.678

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan siklus
III/Semester IV/TA 2018-2019 dengan baik dan tepat waktu.

Proses penulisan laporan ini kadang tidak berjalan dengan lancar karena
keterbatasan pengetahuan. Kami memerlukan bantuan pihak lain untuk dapat
menyelesaikan laporan ini.

Laporan ini dapat terselesaikan atas dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu pada
proses penulisan laporan ini antara lain :

1. dr. Eko Wigiantoro,M.Kes, selaku Direktur RSUD Kraton Kabupaten


Pekalongan yang telah memberikan kesempatan dan menyediakan tempat
untuk melaksanakan tugas praktik belajar lapangan.
2. Nurul Af’idah.Amd.PK,S.KM, selaku Kepala Instalasi Rekam Medis di RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan.
3. Bapak Arif Kurniadi,M.Kom selaku Kepala Program Studi DIII Rekam Medis
dan Informasi Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
4. Maulana Tomy Abiyasa,Amd.PK,S.KM, selaku pembimbing akademis
Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah membimbing dalam
pembuatan laporan siklus III.
5. Nurul Af’idah.Amd.PK,S.KM, selaku pembimbing lapangan yang telah
membimbing proses praktik lapangan di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan.
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung dalam pembuatan laporan siklus III.
Dalam pembuatan Laporan Praktik Lapangan Siklus 3 ini penulis menyadari
bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis
berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang baik dan bersifat
membangun.

Semarang, Juli 2019

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Praktik lapangan (PL) siklus 3 adalah mata kuliah kerja lapangan


yang wajib diikuti oleh mahasiswa RMIK (Rekam Medis dan Informasi)
semester 4 sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan mata kuliah MIK
4, KKPMT (Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan
serta Tindakan Medis) 4, MUK (Manajemen Unit Kerja) 2 dan MMIK
(Manajemen Mutu Informasi Kesehatan) 2 yang diperoleh di dalam kelas
dan praktikum di laboratorium RMIK untuk memperoleh pengalaman
psikomotorik terhadap kenyataan penyelenggaraan alur prosedur rekam
medis di rumah sakit. Cara PL dengan observasi, observasi partisipatif,
wawancara, dan kajian dokumen di rumah sakit yang bersangkutan.
Sebelum memulai PL, mahasiswa memperoleh pembekalan di
kampus tentang tujuan, materi, metode, jadwal, lahan PL, dan penilaian
terhadap kegiatan dan hasil PL berdasarkan rencana kerja kelompok dan
perorangan yang dibuat oleh mahasiswa.
Pada saat diselenggarakan PL mahasiswa memperoleh 2
Pembimbing yaitu 1 orang Pembimbing Akademik dan 1 orang
Pembimbing Lapangan (dari rumah sakit), yang bertugas memberi
bimbingan dalam melakukan pengamatan dan penyusunan laporan.
Selain itu, pembimbing berhak melakukan penilaian dan memberikan
sanksi terhadap kesalahan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa di rumah sakit yang bersangkutan.
Mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab dalam
mengarahkan kemampuan belajarnya sendiri, menganalisa, serta
menimbang setiap pengalaman. Dengan demikian wawasan berpikirnya
menjadi lebih luas.
Pada akhir kegiatan, setiap kelompok mahasiswa diwajibkan
menyusun laporan PL dan mempresentasikan hasil PL, serta dilanjutkan

3
ujian Penilaiaan Pencapaian Kompetensi (PPK) secara individual di
kampus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Praktik Lapangan bagi Mahasiswa Program Studi DIII Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan siklus 3 dilaksankan mulai tanggal 13 Mei
2019 sampai tanggal 1 Juni 2019.

B. TUJUAN PRAKTIK LAPANGAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti proses pembelajaran ini diharapkan


mahasiswa dapat memperoleh pengalaman nyata berdasarkan
observasi terhadap penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit
sehingga dapat menyebutkan perbedaan–perbedaan antara teori
dengan kenyataan di laporan.

2. Tujuan Khusus

Mampu memahami dan mengenal RMIK dalam sistem


pelayanan kesehatan.

C. MANFAAT PRAKTIK LAPANGAN

Dalam menjalankan proses dan memperoleh hasil kegiatan PL


siklus 3 sesuai dengan tujuan di atas, diharapkan dapat memberi manfaat
bagi :
a. Memahami Manajemen Unit Kerja Rekam Medis (MUK 2)
b. Memahami Manajemen Mutu Pelayanan Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan (MMIK 2)
c. Memahami Hukum Kesehatan (Manajemen Informasi
Kesehatan 4)
d. Memahami Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit Masalah
Kesehatan serta Kode Tindakan (KKPMT 4)
2. Mahasiswa

Memperoleh pengalaman nyata tentang penyelenggaraan


rekam medis di rumah sakit sebagai lahan PL.

4
3. Program Studi DIII RMIK Fakultas Kesehatan Udinus
Memperoleh masukan perbedaan-perbedaan
penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit yang dapat digunakan
untuk memperkaya teori dan praktik dalam ilmu rekam medis dan
informatika kesehatan.
4. Rumah Sakit Sebagai Lahan Praktik

Memperoleh masukan perkembangan teori penyelenggaraan


rekam medis yang mungkin dapat diterapkan di rumah sakit.

D. RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Praktik Lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa


DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Fakultas Kesehatan
Universitas Dian Nuswantoro Siklus 3/Semester 4 tahun Akademik
2018/2019 tentang tinjauan terhadap MUK 2, MMIK 2, MIK 4 dan KKPMT
4 di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan ini meliputi :

1. Lingkup Keilmuan

Lingkup keilmuan dalam laporan ini adalah ilmu rekam medis.

2. Lingkup Materi

Materi dalam laporan ini adalah alur prosedur pengelolaan dan


formulir yang digunakan dalam pelayanan rekam medis.

3. Lingkup Lokasi

Praktik lapagan ini dilaksanakan di RSUD Kraton Kabupaten


Pekalongan.

4. Lingkup Waktu

Praktik Lapangan Siklus 3 /Semester 4 pada tanggal 13 Mei


sampai dengan 1 Juni 2019.

5
E. METODE PELAKSANAAAN

Untuk mencapai tujuan dan memperoleh manfaat tersebut, diatur


dengan tata cara dan prosedur sebagai berikut :

1. Rencana kerja perorangan dan kelompok mahasiswa harus diketahui


dan disetujui dahulu oleh Pembimbing Akademik dan Pembimbing
Lapangan.
2. Berdasarkan rencana kerja tersebut, Pembimbing Lapangan
mengatur siklus pengamatan mahasiswa disesuaikan dengan
kapasitas tampung di setiap sistem pelayanan rekam medis.
3. Berdasarkan pengaturan tersebut, mahasiswa melakukan
pengamatan selanjutnya mencatat hasil pengamatan untuk disusun
sebagai laporan perorangan dan sebagai draft laporan kelompok.
4. Pada setiap akhir siklus pengamatan mahasiswa harus menunjukkan
laporan tersebut kepada Pembimbing Lapangan untuk memperoleh
persetujuan dan penilaian.
5. Pada akhir semua siklus pelayanan rekam medis, mahasiswa
diwajibkan menyusun draft laporan akhir untuk dikonsultasikan
kepada Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik.
6. Bila telah dikoreksi, laporan tersebut disusun sebagai laporan akhir
PL.
7. Berdasarkan Laporan Akhir PL tersebut, secara kelompok
mahasiswa harus menyajikan dalam presentasi bersama antara
mahasiswa dengan Pembimbing dan Penguji Akademik.
8. Kegiatan presentasi dilanjutkan dengan sidang Penilaian Pencapaian
Kompetensi (PPK) secara individu.
9. Pembimbing dan penguji akademik akan melakukan penilaian baik
secara kelompok maupun penilaian masing–masing individu untuk
memperoleh penilaian akademik.
10. Kegiatan PL dilanjutkan dengan ujian penilaian pencapaian
kompetensi (PPK) setiap individu baik teori maupun praktik meliputi
materi MUK, Analisis Kualitatif dan Kuantitatif, dan KKPMT 4.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. MANAJEMEN UNIT KERJA (MUK 2)

1. Analisis beban kerja URM

a. Beban Kerja

Berdasarkan PERMENKES Nomor 81/MENKES/SK/I/2004


beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus
diselesaikan oleh tenaga kesehatan profesional dalam 1 tahun di
sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan standar beban kerja
adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dilaksanakan oleh
seorang tenaga kesehatan proesional dalam 1 tahun kerja sesuai
standar profesi dan memperhitungkan waktu libur, sakit, ijin, cuti,
dan lain-lain. Faktor yang mempengarui beban kerja ada 2 yaitu :

1) Beban kerja oleh karena faktor eksternal.


Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang
berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja
eksternal adalah tugas itu sendiri, organisasai, dan lingkungan
kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor.
2) Beban kerja oleh karena faktor internal.
Faktor internal beban kerja yaitu faktor yang berasal dari
dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban
kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain.
b. Waktu Kerja
Waktu kerja berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas
seseorang. Semakin lama waktu kerja yang dimilki oleh seseorang
tenaga kerja maka akan menambah tinggi beban kerja petugas
dan begitu pula sebaliknya. Lamanya waktu kerja seseorang dapat
bekerja dengan baik umumnya 6-8 jam perhari. Memperpanjang
waktu kerja lebih dari kemapuan dapat terjadi penurunan

7
produktifitas dan memicu timbulnya kelelahan, penyakit, dan
kecelakaan. Personal Fatique and Delay (PFD) merupakan
kebutuhan personal terbesar yang sebesar 15% dari waktu
normal.
c. Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi
pemulihan setelah istirahat. Penyebab kelelahan antara lain :
1) Aktivitas kerja fisik
2) Aktivitas kerja mental
3) Sikap kerja tidak ergonomis
4) Sikap paksa
5) Kerja bersifat monoton 20
6) Psikologis
7) Lingkungan kerja
8) Waktu kerja sampai istirahat tidak tepat
d. Penetapan Waktu Longgar dan Waktu Baku
Waktu normal semata-mata menunjukan bahwa seorang
operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Tapi
kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan
membutuhkan waktu khusus untuk keperluan seperti needs,
istirahat melepas lelah dan alasan lain yang diluar kontolnya.
Waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan
waktu longgar. Waktu longgar yang dibutuhkan bisa diklasifikasi
menjadi :
1) Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal (personal
allowance)
Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat
ditetapkan dengan melaksanakan aktivitas time study sehari
kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Personal
allowance untuk pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang
tidak enak personal allowancenya lebih dari 5%.

8
Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (fatique
allowance) Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh
beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang
membutuhkan pikiran banyak dan kerja fisik. Waktu yang
diperlukan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung
pada individu yang 22 bersangkutan, interval waktu dan siklus
kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara
penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor
lainnya. Yang sering dilakukan adalah memberikan satu kali
periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi ada saat siang
menjelang sore hari, lama waktunya berkisar antara 5-15
menit.
2) Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan
(delay allowance)
Keterlambatan-keterlambatan yang terjadi dari saat ke saat
umumnya disebabkan oleh mesin, operator, ataupun hal-hal
lain yang diluar kontrol. Macam dan lamanya keterlambatan
untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti
dengan melakasanakan aktivitas time study secara penuh
atau pun bisa juga dengan kegiatan sampling kerja. Dengan
demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:

Standar time = normal time + (normal time x % allowance)

Atau

100 %
Standar time = normal time x
100 %−%allowance

e. Prosedur Penghitungan Kebutuhan SDM Kesehatan dengan


Metode WISN (Work Load Indikator Staff Need)
1. Definisi WISN
Metode WISN adalah alat manajemen sumber daya manusia
yang :

9
a. Menentukan beberapa banyak petugas kesehatan darin
jenis tertentu yang diminta untuk mengatasi beban kerja
dari fasilitas kesehatan tertentu.
b. Menilai beban kerja petugas kesehatan di fasilitas
kesehatan tertentu.
2. Metode WISN adalah :
a. Mudah dioperasikan menggunakan data yang sudah
terkumpul dan tersedia.
b. Mudah digunakan, berlaku untuk keptusan kepegawaian
disemua tingkat layanan kesehatan.
c. Secara teknis dapat diterima oleh manajer layanan
kesehatan dapat dipahami oleh manajer non-medis.
d. Realistis, memberikan target praktis untuk pengganggaran
dan alokasi sumber daya.

Metode WISN memperhitungkan perbedaan layanan yang


diberikan dan kompleksitas perawatan difasilitas yang berbeda.
Tidak diperlukan pengumpulan data khusus, karena WISN
menggunakan statistik layanan yang tersedia.

3. Langkah - langkah Metode WISN


a. Mentukan jabatan dari unit kerja yang perlu dianalisis.

Metode WISN dapat diterapkan pada semua jabatan dalam


fasilitas kesehatan.

Pertama-tama tetapkan prioritas secara sistematis.


Daftar semua unit kerja (sesuai kebutahan) dan kategori
staf utama yang bekerja disana.

Kedua, tentukan dan tulis masalah kepegawaian yang


paling bermasalah, pertimbangkan masalah yang ada pada
saat ini dan hal hal yang akan diantisipasi kedepannya.

Ketiga, menetukan kategori kategori yang harus


diprioritaskan. Dapat pula memilih prioritas tertinggi kedua
dan ketiga.

10
b. Memperkirakan Waktu Kerja Tersedia

Tenaga kesehatan tidak bekerja setiap hari sepanjang


tahun. Mereka berhak cuti tahunan. Mereka juga tidak
bekerja pada hari libur resmi atau, jika mereka diminta,
diberi kompensasi saat cuti atau membayar ekstra. Mereka
sakit, pergi untuk pelatihan, atau memiliki alasan pribadi
lainnya untuk absen. Langkah selanjutnya dalam metode
WISN adalah perhitungan waktu kerja yang tersedia (WKT)

Waktu kerja tersedia (WKT): Waktu seorang pekerja


yang tersedia dalam satu tahun untuk melakukan
pekerjaannya, dengal mempertimbangkan absensi resmi
dan tidak resmi.

Dalam hubungan kerja tersedia, maka dapat


diperkirakan menambah jumlah hari kerja efektif
sebelumnya. Hari kerja efektif dapat ditentukan berdasar
KEP175 / M.PAN / 7/2004 yaitu jumlah hari dalam kalender
perhitungan hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah
sebagai berikut :

Hari Kerja Efektif = (A-(B+C+S+E))

Keterangan :

A = Jumlah hari menurut kalender. (365 hari)

B = Jumlah hari satu tahun (52 minggu )

C = Jumlah hari libur dalam satu tahun.( sesuai jumlah


hari libur nasional)

D = jumlah cuti tahunan/ijin/diklat.

E = Jumlah absen/ijin/Diklat, ketidakhadiran karena


alesan lain.

11
Rumus diatas menghitung hari kerja efektif pertahun.
Hari kerja efektif digunakan untuk menghitung jumlah jam
kerja pertahun. Rumus matematika untuk menghitung
jumlah jam kerja pertahun ini sebagai berikut

Waktu Kerja Tersedia = Hari Kerja Efektif x Jumlah


Jam Kerja/Hari

Jumlah jam kerja per hari adalah jumlah rata – rata jam
kerja petugas dalam kategori staf dalam satu hari.

c. Mendefinisikan Komponen Beban Kerja

Ada tiga jenis komponen beban kerja

1) Kegiatan Tugas Pokok: dilakukan oleh semua anggota


kategori staf

2) Kegiatan pendukung : dilakukan oleh semua anggota


kategori staf

3) Kegiatan tambahan: dilakukan hanya oleh anggota


kategori staf khusus (tidak semua).

Komponen beban kerja yang ditetapkan harus menjadi


kegiatan yang paling penting dalam jadwal harian pekerja
kesehatan. Setiap komponen memiliki kebutuhan waktu
yang berbeda.

d. Menetapkan Standar Aktivitas

Standar aktivitas adalah waktu yang dibutuhkan bagi


pekerja yang terlatih, terampil dan termotivasi untuk
melakukan aktivitas yang sesuai dengan standar
profesional di tempat kerja. Ada 2 jenis standar aktivitas,
yaitu standar pelayanan dan standar kelonggaran.
Keduanya harus dipertimbangkan secara terpisah, karena
akan digunakan secara berbeda dalam menghitung
kebutuhan staf akhir berdasarkan WISN.

12
1) Standar pelayanan
Digunakan untuk kegiatan pokok petugas, standar
pelayanan dapat diketahui melalui 2 hal, yaitu :
i. Mengetahui satuan waktu (rata-rata waktu yang
dibutuhkan petugas untuk melakukan aktivitas
tersebut)
ii. Tingkat kerja ( kuantitas kerja atau jumlah rata –
rata aktivitas yang dikerjakan dalam jangka waktu
yang ditentukan.

Waktu standar pelayanan diukur dari mulai satu


aktvitas sampai awal aktivitas serupa berikutnya.

2) Standar Kelonggaran

Standar Kelonggaran adalah standar aktivitas


untuk kegiatan pendukung dan tambahan. Ada 2 jenis,
yaitu :

a. Standar kelonggaran kategori (SKK)

Mengetahui berapa banyak waktu yang


diperlukan petugas untuk semua aktivitas
pendukung yang menjadi tanggung jawab seluruh
petugas dalam kategori staf tertentu. Cara
mengetahui aktivitas pendukung seluruh petugas
dalam kategori staf tertentu:

i. Mendaftarkan komponen beban kerja dalam


kelompok kegoatan pendukung.
ii. Menulis waktu masing – masing.
iii. Mengubah waktu sebenarnya menjadi
presentase waktu kerja untuk setiap komponen
beban kerja.
iv. Menambahkan semua persentase pada masing
– masing aktivitas tambahan untuk
mendapatkan presentase SKK total.

13
b. Standar kelonggaran individu (SKI)

Cara menghitung berapa banyak waktu yang


dibutuhkan petugas tertenru untuk melakukan
aktivitas tambahan :

i. Tulis jumlah anggota staf yang melakukan


setiap ativitas dan waktu yang dibutuhkan.
ii. Dikalikan jumlah anggota staf pada saat
aktivitas yang dibutuhkan dalam 1 tahun.
Dilakukan untuk setiap komponen beban kerja.
iii. Tambahkan hasil bersama untuk menghitung
total SKI dalam 1 tahun. Dan menggunakan
unit waktu yang sama (misalnya, jam pertahun)
saat melakukan penambahan.
2. Perencanaan fasilitas URM (Rak Filing)
a. Jenis Rak
1) Vertical filing
Adalah jenis alat penyimpanan yang umum dipergunakan
dalam kegiatan pengurusan arsip dan alat ini sering disebut
filing kabinet.
2) Lateral filing
Dalam lateral filing arsip tetap diletakan secara vertikal hal
ini dikarenakan map diletakan menyamping ke laci, sehingga
rak penyimpanan tipe ini lebih hemat tempat dibandingkan
filing kabinet. Selain itu rak ini lebih dapat mempercepat
dalam penemuan arsip dan dokumen.
3) Power filing
Rak ini dipergunakan untuk menyimpan arsip atau
dokumen dengan cara kerja elektronik. Terdiri dari 3 model
dasar yaitu :
a) Filing kartu, yaitu filing yang khusus dibuat untuk
menyimpan kartu/formulir dengan ukuran tertentu.
b) Filing struktural, yaitu filing yang digunakan untuk semua
jenis formulir/arsip. Model filing ini sering digunakan untuk

14
bagian penyimpanan dokumen dengan kapasitas yang
lebih besar dan dapat ditemukan pada rumah sakit.
c) Filing bergerak/mobile, keuntungan dari filing ini yaitu
dapat menghemat pemakaian ruangan dan terletak diatas
semacam rel yang mempermudah gerakan kedepan dan
kebelakang. Sehingaa dapat dibuat gang atau selah
diantara dua rak untuk tempat berdiri petugas yang
sedang mencari dokumen.
4) Rotary filing
Adalah suatu sistem pengarsipan secara melingkar dan
dapat berputar, yang dapat menghemat ruang pada lantai dan
dinding hingga 60%. Pada rotari filing, map-map berkas
dokumen akan disusun secara melingkar, sehingga tidak
terdapat ruang kosong. Keuntungan lain yang diperoleh,
memudahkan pemakaian dalam mengambil dan
mengembalikan berkas yang diperlukan.
b. Bahan rak filing
Dalam membuat dan mendesain rak filing harus
memperhitungkan bahan dasar yang akan dipergunakan untuk
mendesain rak filing tersebut oleh karena itu sebaiknya bahan
dasar rak filing terbuat dati bahan besi sehingga keamanan
dokumen rekam medis dapat terjamin dan tahan lama.
c. Identifikasi desain rak filing
1) Dimensi rak
Panjang sub rak dan jumlah sub rak untuk mengetahui
panjang pengarsipan tersedia.
2) Tinggi rak
Tinggi rak ≤ jangkauan tangan ke atas persentil 5
3) Panjang rak
Panjang rak ≤ panjang depa persentil 5
4) Lebar rak
Lebar rak ≤ jangkauan tangan ke depan persentil 5
5) Tinggi sub rak
Landscape = tinggi sub rak ≥ lebar DRM

15
Potrait = tinggi sub rak ≥ panjang DRM
6) Lebar sub rak
Landscape = lebar subrak ≥ panjang DRM
Potrait = lebar sub rak ≥ lebar sub rak
Lebar subrak ≤ jangkauan tangan kedepan persentil 5
7) Jarak antar rak
Jarak antar rak ≥ lebar bahu persentil 95 x 2

B. MANAJEMEN MUTU INFORMASI KESEHATAN (MMIK 2)

1. Quality Assurance
Quality assurance merupakan pola manajemen yang berfokus
pada pemenuhan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit, melalui optimalisasi peningkatan yang berke lanjutan.
Pemenuhan terhadap standart dan pemenuhan terhadap keinginan
konsumen dan kepuasan konsumen itu sendiri tidak hanya hasil atau
keluaran pelayanan di rumah sakit dalam bentuk kesembuhan pasien,
tetapi mulai dari masukan yang berupa sarana dan prasarana yang
berkualitas yang memuaskan pelanggan/pasien.

2. Manajemen risiko
Adalah suatu proses pengendalian yang meliputi kegiatan
tindakan medis, hukum dan administrasi dalam suatu institusi
pelayanan kesehatan. Tujuan manajemen risiko adalah :

a. Meminimalkan potensi terjadinya kerugian.


b. Menanggapi pihak yang mengalami cedera dengan segera dan
selayaknya.
c. Mengantisipasi dan merencanakan pertanggungjawaban jika
terjadi kerugian (Gemala R. Hatta, 2013)
Peran Rekam Medis dalam Manajemen Risiko

Pendokumentasian rekam medis yang lengkap dan akurat menjadi


landasan yang efektif dalam manajemen risiko. Isi rekam medis dapat
menolong pemberi pelayanan kesehatan bila terjadi tuntutan ganti rugi
malpraktik dan atau adanya klaim pasien. Contoh akibat dari

16
ketidaksengajaan data atau ketidaklengkapan pendokumentasian
rekam medis :

a. Memasukkan data salah terancam tuntutan kecerobohan.


b. Tidak konsistennya entri data menimbulkan kecurigaan pada
rekam medis.
c. Catatan yang menunjukkan terjadinya kesenjangan “waktu”
merupakan masalah kecerobohan yang serius.
d. Kontradiksi dan tuduhan terjadinya tindakan yang tidak
menyenangkan oleh teman sejawat dapat berakibat fatal.
(Gemala R. Hatta, 2013)

3. Clinical Pathway
a. Pengertian Clinical Pathway
Clinical Pathway (Jalur Klinis) adalah suatu cara untuk
menstandarisasikan praktik klinis dan umumnya dilaksanakan di
rumah sakit. CP bukan merupakan standar pelayanan atau
pengganti penilaian klinis atau pengganti perintah dokter,
melainkan suatu dokumen yang terintegrasi untuk memudahkan
proses perawatan pasien dan mengefektifkan pelayanan klinis dan
finansial dengan menggabungkan pendekatan tim dan klinis.

b. Prioritas Clinical Pathway


1) Kasus sering ditemui
2) Kasus yang terbanyak
3) Biayanya tinggi
4) Perjalanan penyakit dan hasilnya dapat diperkirakan
5) Telah tersedia Standar Pelayanan Medis dan Standar Prosedur
Operasional
c. Komponen Clinical Pathway
1) Time Line
2) Kategori pelayanan, aktivitas dan intervensinya
3) Kriteria hasil jangka menengah dan jangka panjang
4) Variasi pencatatan
d. Manfaat Clinical Pathway

17
1) Variasi diagnosis dan prosedur minimal
2) Sumber daya yang digunakan homogen
3) Menyediakan standar untuk pelayanan secara nyata dan baik
4) Meningkatkan mutu pelayanan yang berkelanjutan
5) Mengurangi Length of Stay rumah sakit
6) Menurunkan penggunaan Clinical Guidelines dan pengobatan
7) Berbasis Evidence
8) Meningkatkan komunikasi, teamwork dan rencana perawat
9) Menurunkan biaya perawatan
10) Efisiensi penggunaan sumber daya tanpa mengurangi mutu

C. MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN (MIK) 4

1. Hukum kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang
mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan dipihak lain yang mengikat
masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan
di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional,
nasional dan internasional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan
kesehatan yaitu antara lain :
1) UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah
menjadi UU No 36/2009 tentang Kesehatan
2) UU No. 29/2004 tentang Praktik kedokteran
3) UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
4) PP  No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
5) Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi

18
6) Dll
2. Informed Consent
Suatu proses penyampaian informasi secara relevan dan
eksplisit (tegas) kepada pasien atau subyek penelitian untuk
memperoleh persetujuan medis sebelum dilakukan suatu tindakan
medis, pengobatan dan partisipasi dalam penelitian.
3. Visum Et Repertum
Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia,
hidup maupun mati ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia,
berdasarkan keilmuan dan dibawah sumpah untuk kepentingan
peradilan.
Bagian-bagian Visum :
a. Pembukaan
1) Pro Justisia artinya untuk peradilan
2) Tidak dikenakan materai
3) Kerahasiaan
b. Pendahuluan
1) Administrasi : Identitas penyidik (peminta Visum Et Repertum,
minimal berpangkat Pembantu letnan Dua)
2) Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
3) Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
4) Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
5) Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan

c. Pelaporan/inti isi
1) Dasarnya obyektif medis
2) Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk
kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa
adanya

d. Kesimpulan
Landasan subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai
dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis

19
1) Ilmu Kedokteran Forensik
2) Tanggung Jawab Medis
e. Penutup
Landasan UU/Peraturan, yaitu UU no 8 tahun 1981 dan
sumpah jabatan/dokter yang berisikan kesungguhan dan kejujuran
tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum Et Repertum

D. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan serta


Tindakan Medis (KKPMT 4)

Memberikan kode penyakit berdasarkan ICD 10 CM dengan tahapan :


1. Koding diagnosa Rawat inap, dengan tahapan :
a. Menerima dokumen rekam medis rawat inap dari bagian
Assembling
b. Membaca dan meneliti diagnosa pada dokumen rekam medis.
c. Membaca dengan teliti & ikuti petunjuk catatan yang muncul di
bawah istilah yg akan dipilih pada ICD 10 V 3
d. Menentukan kode yang dipilih
e. Menuliskan kode penyakit dan tindakan pada RM I dan form
Verifikasi BPJS.
f. Konfirmasi dengan DPJP apabila diagnosa tidak terbaca.
g. Menyerahkan dokumen rekam medis rawat inap yang sudah di
kode ke bagian indexing Rawat Inap untuk di index.
h. Mengexpedisikan form verifikasi BPJS ke dalam computer
i. Menyerahkan formulir Verifikasi BPJS ke bagian Verifikasi BPJS.
j. Meminta kekurangan Rekam Medis pasien BPJS setiap 10 hari
pada Verifikasi BPJS.
k. Koordinasi dengan dokter DPJP untuk melengkapi kekurangan
form verifikasi.
2. Koding diagnosa Rawat jalan denga tahapan :
a. Menerima formulir Verifikasi BPJS dari rawat jalan.
b. Membaca dan meneliti diagnosa dan tindakan pada formulir
verifikasi BPJS.
c. Mencari kode diagnosa pada ICD 10 dan kode tindakan pada ICD 9

20
d. Menentukan kode yang dipilih
e. Menuliskan kode penyakit dan tindakan pada form Verifikasi BPJS.
f. Konfirmasi dengan DPJP apabila diagnosa tidak terbaca.
g. Menyerahkan formulir Verifikasi BPJS yang sudah dikode ke bagian
indeksing.
h. Menerima dan memperbaiki formulir verifikasi BPJS dari verifikator
internal BPJS rumah sakit jika ada kode diagnosa atau tindakan
yang tidak sesuai atau kurang tepat.
i. Menulis kode diagnosa pada formulir verifikasi BPJS rawat jalan
sesuai dengan ICD 10
j. Membaca diagnosa di formulir verifikasi BPJS rawat jalan,
kemudian mencari kode diagnosa dengan ICD 10 sesuai dengan
diagnosa yang tertulis di formulir verifikasi BPJS rawat jalan.
3. Memberikan kode tindakan/Operasi berdasarkan ICD 9 CM yang
meliputi :
a. Koding tindakan rawat inap dengan tahapan :
1) Membaca dan meneliti tindakan/operasi yang ditulis DPJP pada
formulir operasi maupun RM 1 (ringkasan masuk dan keluar).
2) Tentukan tipe tindakan yg akan dicode, buka ICD 9.
3) Lihat daftar tabulasi ICD 9 untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda
minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
karekter keempat itu ada di dalam ICD 9 dan merupakan posisi
tambahan yang tidak ada dalam ICD 9. Perhatikan juga perintah
untuk membubuhi kode tambahan serta aturan cara penulisan
dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit
dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4) Tentukan kode tindakan yang dipilih dan menulis kode tindakan
pada dokumen rekam medis dan formulir verifikasi BPJS rawat
inap sesuai dengan kode ICD 9 CM.

b. Koding tindakan rawat jalan dengan tahapan :


1) Membaca dan meneliti tindakan/operasi yang ditulis oleh dokter
spesialis dari Instalasi rawat jalan.

21
2) Tentukan tipe tindakan yg akan dicode, buka ICD 9.
3) Lihat daftar tabulasi ICD 9 untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda
minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
karekter keempat itu ada di dalam ICD 9 dan merupakan posisi
tambahan yang tidak ada dalam ICD 9. Perhatikan juga
perintah untuk membubuhi kode tambahan serta aturan cara
penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks
penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4) Tentukan kode tindakan yang dipilih dan menulis kode tindakan
pada formulir verifikasi BPJS rawat jalan sesuai dengan kode
ICD 9 CM .
c. Memberikan klaim tarif paket pembiayaan pasien BPJS setiap hari
dengan tahapan :
1) Membuka SIM-RS tiap-tiap ruang perawatan.
2) Membuka Grouper INA CBGs untuk menentukan tarif
3) Memberikan tarif klaim dengan grouper INA-CBG’S tiap ruang
perawatan.
4) Menuliskan tarif klaim pada tiap-tiap ruangan pada SIM-RS.
5) Konfirmasi dengan Ka. Ruangan atau perawat apabila ada
diagnosa yang belum dimasukkan pada SIM RS.

Sistem-sistem yang terkait pada materi KKPMT 4 :

1. Urinaria

Suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah


sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Berdasarkan ICD-10 Sistem Urinaria ada pada kode
(N00-N99).

2. Sistem Reproduksi
a. Sistem reproduksi pria

22
Sistem kelamin Pria terdiri dari sejumlah organ seks yang
merupakan bagian dari proses reproduksi manusia.
Berdasarkan ICD-10 Sistem reproduksi pria ada pada kode
(N40-N51).
b. Sistem Reproduksi Wanita
Alat Reproduksi wanita adalah organ–organ yang berperan
dalam serangkaian proses yang bertujuan untuk
berkembangbiak atau memperbanyak keturunan. Berdasarkan
ICD-10 Sistem reproduksi wanita ada pada kode (N60-N98).
3. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang
wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan
spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998). Berdasarkan ICD-10
Sistem kehamilan ada pada kode (O00-O11).
4. Persalinan dan Nifas
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui
kejadian secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan
dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Berdasarkan
ICD-10 Sistem persalinan dan nifas ada pada kode (O20-O99).
5. Neonatal dan Perinatal
Neonatal merupakan suatu keadaan yang ada dalam kehidupan
pertama pada bayi. Kehidupan pertama yang dialami oleh bayi
tersebut biasanya pada usia 28 hari.
Perinatal Merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu
kelahiran (5 bulan sebelumnya dan 1 bulan sesudahnya). Periode
perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan
berakhir 7 hari setelah kelahiran
Berdasarkan ICD-10 Neonatal dan Perinatal ada pada kode
(P00-P96).
5. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital atau bawaan merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur, dapat terjadi kelainan fungsi maupun
metabolisme organ tubuh bayi. Kelainan kongenital pada bayi

23
baru lahir dapat berupa satu jenis atau multipel. Berdasarkan ICD-
10 kelainan kongenital ada pada kode (Q00-Q99)

24
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. Gambaran Umum RSUD Kraton


1. Sejarah Singkat RSUD Kraton Pekalongan
RSUD Kraton adalah rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten
Pekalongan yang berdiri tahu 1952 dengan Direktur dr. Soekadis
Tirto Darmo ( 1952 – 1953). Pada tahun 1954 RSUD Kraton
dikelola oleh Pemerintah Kota Pekalongan hingga pada tahun 1956
Pemerintah Kotamadya Pekalongan menyerahkan pengelolaan
RSUD Kraton kepada Pemerintah Daerah Provinsi Tingkat I Jawa
Tengah karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam
pengelolaan. Pada tanggal 23 Januari 1967 Gubernur Kepala
Daerah Provinsi Tingkat I Jawa Tengah menyerahkan kembali
pengelolaan RSUD Kraton kepada Pemerintah Daerah tingkat II
Kabupaten Pekalongan. Tahun 1995 RSUD Kraton menjadi rumah
sakit tipe B Non Pendidikan dan menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Unit Swadana Kabupaten daerah Tingkat II Pekalongan
dengan Perda Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 5
Tahun 1995.
Peristiwa penting selanjutnya, pada tahun 2003 ditetapkan
RSUD Unit Swadana Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan
menjadi Badan Pengelola RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
dengan Perda Nomor 11 Tahun 2002 perubahan pertama atas
Perda Nomor 8 tahun 2000. Perda Kabupaten Pekalongan Nomor
15 tahun 2008 merubah BP RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
menjadi RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Tahun 2012, RSUD Kraton ditetapkan sebagai Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) dengan surat Keputusan Bupati Pekalongan
Nomor : 445/ 335 Tahun 2011 Tanggal 21 November 2011 tentang
Perubahan atas Keputusan Bupati PekalonganNomor 445/ 96
Tahun 2010 Tanggal 22 Maret 2010 tentang Penetapan Rumah
Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan sebagai Badan

25
Layanan Umum Daerah (BLUD). Tahun 2012 RSUD Kraton
mendapatkan perpanjangan ijin operasional berdasarkan surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 445/ 133 tanggal 3
Desember 1912 tentang Pemberian Perpanjangan Ijin Operasional
Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan.
2. Visi Misi
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Yang Aman, Nyaman dengan
Mutu Berkesinambungan”.
Misi

1. Membangun SDM yang Profesional dan Berorientasipada


Pelayanan;
2. Menyelenggarakan Tata Kelola Rumah Sakit yang Efektif, Efisien
dan Akuntabel;
3. Memberikan Pelayanan yang Adil dan Bermutu dengan
mengutamakan keselamatan pasien;
4. Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan.
3. Jenis Pelayanan
Jenis Pelayanan/ Pelayanan yang dapat diberikan oleh Rumah
Sakit Umum Kraton kepada masyarakat adalah berupa :
a. Pelayanan Medik terdiri dari:
1) Instalasi Rawat Jalan
i. Klinik Spesialis Penyakit Dalam
ii. Klinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
iii. Klinik Spesilalis Anak
iv. Klinik Spesialis Bedah Umum
v. Klinik Spesialis Bedah Ortopedi
vi. Klinik Spesialis Bedah Urologi
vii. Klinik Spesialis Bedah Saraf
viii. Klinik Sub Spesialis Bedah Onkologi
ix. Klinik Spesialis Jantung dan Pembuluh darah
x. Klinik Spesialis Paru
xi. Klinik Spesialis THT

26
xii. Klinik Spesialis Mata
xiii. Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
xiv. Klinik Spesialis Saraf
xv. Klinik Spesialis Kesehatan Jiwa
xvi. Klinik Gigi dan Mulut
xvii. Klinik Umum
xviii. Klinik DM Terpadu
xix. Klinik Eksekutif
xx. Forensik
xxi. Patalogi Anatomi
2) Instalasi Rawat Inap
Instalasi rawat inap di RSUD Kraton memiliki 226 tempat tidur
yang terbagi dalam ruang VIP maupun kelas I, II dan III dengan
rincian berikut:
i. Kelas VIP :13 tempat tidur
ii. Kelas Utama : 5 tempat tidur
iii. Kelas I : 37 tempat tidur
iv. Kelas II : 30 tempat tidur
v. Kelas III : 130 tempat tidur
vi. Kelas menyesuaikan : 11 tempat tidur
3) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
4) Intensive Care Unit (ICU)
5) Instalasi Bedah Sentral (IBS)
6) Instalasi Rehabilitasi Medis
b. Pelayanan Penunjang Medik terdiri dari :
1) Instalasi Laboratorium
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Rehabilitasi Medik
4) Instalasi Farmasi
5) Instalasi Gizi
6) Instalasi Pemulasaran Jenazah
7) Unit Hemodialisa
8) Unit Kemoterapi
9) Unit Endoskopi

27
10) Unit EEG
11) Unit EKG dan Treadmill
c. Pelayanan Penunjang Non Medik terdiri dari :
1) Instalasi Rekam Medis
2) Instalasi Prasarana dan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
3) Instalasi Laundry dan CSSD
4) Instalasi Kelistrikan dan Gas Medik
5) Instalasi Sanitasi
d. Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit menurut jenis pasien:
1) Pelayanan Kesehatan kepada peserta BPJS Kesehatan
2) Pelayanan Kesehatan kepada pasien umum dan kerjasama
dengan perusahaan – perusahaan , antara lain : PTP, KAI, dan
lain-lain.
e. Ruang Perawatan
Fasilitas Ruang Perawatan

1) VIP
tempat tidur, AC, TV, Kulkas, Ekstra Bed. Almari, Telephone,
Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan Spesialisasi)
2) Kelas I
tempat tidur, AC, TV, Kulkas, Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter
pilihan Spesialisasi)
3) Kelas II
tempat tidur, Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan
Spesialisasi)
4) Kelas III
tempat tidur, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan Spesialisasi)

28
4. Gambaran Umum Pelayanan Rekam Medis
1. Struktur Organisasi Unit Kerja Rekam Medis

29
B. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis

1. Analisis beban kerja staff filling rekam medis

a. Identifikasi kebutuhan petugas filling


1) Jenis-Jenis Jabatan di Unit Rekam Medis RSUD Kraton

i. Kepala Instalasi Rekam Medis


ii. Koordinator Pengolahan Rekam Medis dan Analisa data
iii. Koordinator Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap
(TPPRI)
iv. Koordinator Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
(TPPRJ)
v. Staf Pendaftaran Pasien Rawat Inap (PPRI)
vi. Staf Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (PPRJ)
vii. Assembling
viii. Filling
ix. Porter Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan
x. Indeksing
xi. Koding
xii. Medico Legal
b. Hasil Pengamatan Tugas Pokok Petugas Filling per hari.

Uraian Tugas Pokok Petugas Filling

Rata-Rata
Kuantitas
No Tugas Pokok (Rutin) Waktu/Kegiatan
Kerja/Kegiatan
(menit)
Menerima dokumen
rekam medis rawat
1 0,5 1.415
inap lengkap dari
bagian Indeksing.
2 Menerima dokumen 0,5 1.415
rekam medis rawat
jalan dari Instalasi
rawat jalan dan sudah
di input dalam SIMRS

30
bahwa dokumen
rekam medis telah
kembali ke ruang filing.

Memberi sampul
dokumen rekam medis
yang sudah rusak dan
3 membuat dokumen 0,5 9.905
rekam medis baru
sesuai dengan nomor
rekam medis.
Mengelompokkan
dokumen rekam medis
dan membagi
4 1 75.278
dokumen rekam medis
sesuai dengan sistem
TDF.
Menjajar dokumen
6 rekam medis sesuai 1 75.278
dengan sistem TDF.
Melakukan retensi 5
7 30 1.050
tahun sekali

c. Analisa Tugas Tambahan Petugas Filling

No Tugas Tambahan Waktu Kegiatan


2 jam/bulan
1 Rapat Koordinasi

Apel pagi 15 menit/hari


2

d. Waktu Kerja Tersedia Petugas Filling

31
No Faktor Alokasi Waktu Keterangan
e. Analisa 1 Hari Kerja Efektif :
6 Hari/ minggu
Standar Senin - sabtu
2 Libur Nasional 18 Hari/tahun
Beban
3 Cuti 12 Hari/tahun
Kerja 4 Ijin Kerja 0 Hari/tahun
5 Allowance time =(20% x 6,25)
Petugas
=1,25
Jam/hari
=6,25 – 1,25
=5
6 Waktu kerja/hari :6,25 Jam/hari
Hari Kerja Tersedia =365–
(12+0+18+52)
Hari/tahun
=365 – 82
= 283
Waktu Kerja Tersedia =283 x 6,25
Jam/tahun
= 1.679

Standar Beban Kerja dan KG Petugas Filling

Rata2 Kebutu
Rata2 Standar
waktu Kuantitas han/
No Kegiatan Pokok waktu Beban
(menit Kerja Kegiata
/jam Kerja
) n (KG)
Menerima
dokumen rekam
201.48
1 medis rawat inap 0,5 0,008 1.415 0,007
0
lengkap dari
bagian Indeksing
2 Menerima 0,5 0,008 201.48 1.415 0,007
dokumen rekam 0
medis rawat jalan
dari Instalasi
rawat jalan dan
sudah di input

32
dalam SIMRS
bahwa dokumen
rekam medis
telah kembali ke
ruang filing.
3 Memberi sampul
dokumen rekam
medis yang
sudah rusak dan
membuat 201.48
0,5 0,008 9.905 0,049
dokumen rekam 0
medis baru
sesuai dengan
nomor rekam
medis.
4 Mengelompokkan
dokumen rekam
medis dan
membagi 112.08
1 0,017 75.278 0,747
dokumen rekam 0
medis sesuai
dengan sistem
TDF.
5 Menjajar
dokumen rekam
medis sesuai 2 0,017 50.370 75.278 1,495
dengan sistem
TDF.
6 Melakukan
retensi 5 tahun 30 0,5 3.358 1.050 0,313
sekali
Total KG 3,618

f. Analisa Standar Kelonggaran

33
Standar Kelonggaran Petugas Filling

Standar Kelonggaran
No Tugas Tambahan
(SK)
2 jam/bulan
1 Rapat Koordinasi
(2x12) : 1.679 = 0,01
15 menit/hari
Apel pagi
2 (0,25 x 283) : 1.679=
0,04
Total SK 0,05

g. Analisa Kebutuhan Akhir

Jumlah Kebutuhan Petugas Filling Tahun 2019

= Total KG + Total SK

= 2,618 + 0,05

= 2,668

Jadi Kebutuhan petugas filling berdasarkan analisa beban kerja


WISN adalah 3 petugas.

WISN Ratio =1-->Tenaga Cukup (beban fit / normal)


WISN Ratio <1-->Tenaga Kurang (beban berlebih / overload)
WISN Ratio >1-->Tenaga berlebih (beban kurang / underload)

2. Perencanaan fasilitas di unit kerja RMIK (Desain Rak Filing)

a. Jenis Rak Filing DRM Yang Digunakan di RSUD KRATON


Kabupaten Pekalongan.

Unit filing di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan


menggunakan dua jenis rak dalam penyimpanan DRM, yaitu
filing struktural dan filing bergerak atau mobile. Pada filing
struktural terdapat beberapa macam jenis rak yang berbeda

34
panjang sub rak dan jumlah sub pada raknya, sedangkan pada
filing bergerak hanya terdapat satu macam jenis rak. Adapun
jenis-jenis rak tersebut beserta sub raknya adalah sebagai
berikut:

1) Rak tipe 1 = filing struktural 1 (berjumlah 3)

i. Panjang sub rak : 101 cm

ii. Jumlah sub rak : 30

2) Rak tipe 2 = filing struktural 2 (berjumlah 1)

i. Panjang sub rak : 101 cm

ii. Jumlah sub rak: 15

3) Rak tipe 3 = filing struktural 3 (berjumlah 1)

i. Panjang sub rak : 75 cm

ii. Jumlah sub rak: 21

4) Rak tipe 4 = filing struktural 4 (berjumlah 3)

i. Panjang sub rak : 115,5 cm

ii. Jumlah sub rak: 10

5) Rak tipe 5 = filing struktural 5 (berjumlah 3)

i. Panjang sub rak : 71,5 cm

ii. Jumlah sub rak : 20

6) Rak tipe 6 = filing struktural 6 (berjumlah 1)

i. Panjang sub rak : 26 cm

ii. Jumlah sub rak: 20

7) Rak tipe 7 = filing mobile (berjumlah 2)

35
i. Panjang sub rak : 75 cm

ii. Jumlah sub rak: 21

b. Jumlah DRM

Jumlah DRM yang terdapat di RSUD Kraton Kabupaten


Pekalongan bulan mei tahun 2019 sejumlah 119.476 DRM.

c. Panjang pengarsipan tersedia

Panjang pengarsipan tersedia adalah kapasitas rak, yaitu


dengan melakukan penghitungan sebagai berikut (satuan dalam
cm) :

1) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 1

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 110 ×30

¿ 3.030

Karena jumlah rak dari tipe 1 berjumlah 3 sehingga

¿ 3.030 ×3

= 9.090

2) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 2

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 111× 15

¿ 1.515

Karena jumlah rak dari tipe 2 berjumlah 1 sehingga:

¿ 1.515 ×1

= 1.515

36
3) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 3

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 75 ×21

¿ 1.575

Karena jumlah rak dari tipe 3 berjumlah 1 sehingga:

¿ 1.575 ×1

= 1.575

4) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 4

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 115,5 ×10

¿ 1.155

Karena jumlah rak dari tipe 4 berjumlah 3 sehingga:

¿ 1.155 ×3

= 3.465

5) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 5

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 71,5 ×20

¿ 1.430

Karena jumlah rak dari tipe 5 berjumlah 3 sehingga:

¿ 1.430 ×3

= 4.290

6) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 6

37
¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 26 ×20

¿ 520

Karena jumlah rak dari tipe 6 berjumlah 1 sehingga:

¿ 520 ×1

= 520

7) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 7

¿ Panjang Rak × JumlahRak

¿ 75 ×21

¿ 1.575

Karena jumlah rak dari tipe 7 berjumlah 2 sehingga:

¿ 1.575 ×2

= 3.150

Sehingga panjang pengarsipan tersedia total ialah 23.605.

d. Jumlah DRM retensi

Jumlah DRM yang telah diretensi oleh pihak RSUD Kraton


Kabupaten Pekalongan ialah sejumlah 362.454 DRM.

e. Ekspansi DRM

Expansi DRM adalah jumlah pertambahan tebal DRM yang


dapat dihitung dengan mengetahui prosentase pertambahan

38
ketebalan DRM dan rata-rata tebal DRM saat ini. Cara
perhitungannya yaitu (%expantion = 10%) :

Expantion DRM

= %Expantion x rata – rata tebal DRM

¿ % Expantion × Rata−Rata tebal DRM

¿ 10 % × 2,24

¿ 0,22 cm

f. Panjang pengarsipan dibutuhkan

Panjang pengarsipan yang dibutuhkan ialah total panjang


tebal DRM yang harus ditampung pada tahun tertentu (satuan
cm). Cara perhitungannya yaitu :

Panjang Pengarsipan dibutuhkan

¿ ( Jml DRM ) ×(Tebal DRM + Expantion DRM )

¿ ( 119.476 ) ×(2,24+ 0,22)

¿ 119.476 × 2,46

¿ 292.910,96 cm

g. Kebutuhan rak filing

Menurut perhitungan rumus sebelumnya kebutuhan rak


filing RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan bulan mei tahun
2019, yaitu :

Kebutuhan Rak

39
Panjang Pengarsipan Di Butuhkan
¿
Panjang Pengarsipan Terseia

292.910,96 cm
¿
23.605 cm

¿ 12,40 cm

C. Manajemen Mutu Pelayanan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

1) Quality Assurance

a. Pendaftaran
1) Pendaftaran Pasien Umum Rawat Jalan
2) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dari Instalasi Rawat Jalan
3) Pelayanan Pasien Umum di IGD
4) Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (Pasien Lama)
5) Pendaftaran Pasien Lama dan Pasien Baru Rawat Jalan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
6) Pendaftaran Pasien Rawat Inap di Instalasi Gawat Darurat
7) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dengan menggunakan penjamin
8) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dari instalasi Rawat Jalan (IRJ)
9) Pendaftaran Pasien Rawat Inap di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
10) Pemberian Informasi Persetujuan Pelepasan Informasi Medis
Pasien.
11) Penerbitan surat Elegilibitas Peserta (SEP)
b. Koding
1) Pemberian Kode Penyakit (Koding) Pasien Rawat Inap.
2) Pemberian Kode Penyakit (Koding) Pasien Rawat Jalan.
3) Koding Pada SIMRS
4) Pemberian Kode Tindakan dan Operasi Rawat Inap (Koding)
5) Pemberian Kode Tindakan dan Operasi Rawat Jalan (Koding)
c. PJRM
1) Mencetak resume medis
2) Naik Kelas

40
3) Pelayanan Rekam Medis ketika server mati
4) Pemberian koding dan tindakan
5) Pembuatan resume manual
6) Penyetoran dokumen Rekam Medis
7) Perakitan Dokumen Rekam Medis
8) Sensus harian rawat inap
d. Filing
1) Peminjaman Dokumen Rekam Medis
2) Penyimpanan Dokumen Rekam Medis
3) Penjajaran Dokumen Rekam Medis
4) Pemusnahan Dokumen Rekam Medis
5) Retensi
e. Medico legal
1) Pembuatan Visum Et Repertum
2) Pelepasan Informasi Medis
3) Pemberian Informasi Status Kesehatan Pasien
f. Pelaporan
1) 10 besar penyakit RI dan RJ
2) Pembuatan laporan fasilitas tempat tidur RI
3) Pembuatan laporan data etenaga kerjaan
4) Pembuatan laporan kunjungan pasien RJ
5) Laporan data kegiatan pelayanan RS
6) Laporan pengunjung RS
7) Permintaan data mahasiswa SIP
8) Pembuatan RL 4a dan 4b

2. Konsep manajemen resiko di fasilitas pelayanan kesehatan


No Pekerjaan Resiko Penanganan

1. Pendaftaran a. Kekeliruan petugas a. Petugas lebih teliti


dalam menginput dalam menginput
data pasien data pasien.

41
b. Tertularnya penyakit b. Disediakannya
menular pasien ke masker untuk
petugas. petugas.
c. Disediakannya cairan
antiseptic untuk cuci
tangan.

2. Koding Komplain internal Petugas lebih teliti


Berupa komplain dari dalam melihat dan
bagian indexing menentukan kode yang
tentang ketidak sesuai dengan diagnosis
sesuaian kode dokter.
3. PJRM a. Salah input hasil a. Petugas lebih teliti
analisa koding dalam melihat dan
yang menyebabkan menentukan kode
ketidaksesuaian yang sesuai dengan
dalam pemberian diagnosis dokter.
obat b. Disediakannya
b. Tertularannya masker untuk
penyakit menular petugas
pasien ke petugas.
4. Filing a. Ketidaknyamanan a. Disediakannya alat
petugas dalam untuk mengambil
pengambilan dan DRM yang sullit
pengembalian DRM dijangkau.
dikarenakan tinggi b. Petugas lebih
rak yang tidak ideal. berhati – hati ketika
b. Terluka saat mengambil DRM.
mengambil DRM. c. Petugas melakukan
c. Kurangnya pengecekan apakah
komunikasi saat disisi lain roll o’pack
mengambil DRM di terdapat petugas
rak roll O’pack lain yang sedang
yang mengambil

42
DRM.
5. Medico legal a. Tertundanya proses a. Mengkomunikasikan
hukum di kepada dokter
pengadilan karena bahwa ada
sulitnya mendapat dokumen yang
tanda tangan dokter. harus ditanda
tangani. Dan
mendiskusikan
kepada pasien
bahwa
membutuhkan
proses dalam
mengurus visum
sesuai dengan
jadwal dokter.
6. Pelaporan Kekeliruan petugas Petugas lebih teliti
dalam menginput data. dalam menginput data.

c. Mengidentifikasi Clinical Pathway di RSUD Kraton Pekalongan


1) Jenis penyakit yang menggunakan clinical pathway di RSUD
KRATON PEKALONGAN
i. Typhoid fever (CP Dalam)
ii. Chronic kidney disease (CP Dalam)
iii. Hernia inguinalis (CP Bedah Umum)
iv. Stroke non hemorrhagic (CP Syaraf)
v. Tuberculosis (CP Paru)
vi. Congestive Heart Failure (CP Jantung)

2) Penyusunan Daftar Clinical Pathway


i. Menentukan topik khusus yang akan disusun Clinical
Pathway oleh dokter.
ii. Pendaftaran Clinical Pathway melalui poli atau Instalasi
Gawat Darurat.

43
iii. Petugas menentukan desain dan format Clinical Pathway
sesuai penyakit
iv. Petugas mengisi Clinical Pathway
v. Formulir Clinical Pathway diletakan di depan RM 1
vi. Kemudian label Clinical Pathway ditempelkan pada map
DRM dipojok kanan atas
3) Mekanisme Pemanfaatan Dan Penyimpanan Clinical Pathway
i. Pemanfaatan Clinical Pathway.
 Untuk kendali biaya
 Untuk mengadakan evaluasi secara periodik
ii. Penyimpanan Clinical Pathway
Penyimpanan clinical pathway disimpan di komite medik

D. Hukum Kesehatan (Manajemen Informasi Kesehatan 4)


1. Konsep pelaksanaan hukum kesehatan di rumah sakit, pelaksanaan
pelepasan informasi, pelaksanaan inform consent, dan pelaksanaan
Visum Et Repertum.
a. Pelaksanaan hukum kesehatan di rumah sakit
b. Pelaksanaan pelepasan informasi
1) Jenis informasi yang diberikan
i. Persetujuan umum (General Consent)
Dalam persetujuan umum berisi informasi diantaranya:
 Informasi mengenai hak dan kewajiban pasien
 Persetujuan pelayanan kesehatan yang berisi
pernyataan persetujuan pasien mengenai pelayanan
kesehatan yang akan diberikan.
 Privasi yang berisikan pernyataan pasien untuk
menjaga privasi dan kerahasiaan penyakit pasien.
 Rahasia kedokteran yang berisi pernyataan
persetujuan untuk menjamin kerahasiaan dokter.
 Barang pribadi yang berisi untuk tidak membawa
barang-barang yang tidak diperlukan

44
 Pengajuan keluhan yang berisikan pernyataan
penerimaan informasi tentang tata cara mengajukan
keluhan
 Kewajiban pembayaran yang berisikan pernyataan
persetujuan informasi pembayaran.
ii. Persetujuan pelepasan informasi
Berisikan informasi mengenai persetujuan selama
perawatan di RSUD Kraton
iii. Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien dan
keluarga
Berisikan informasi mengenai hak dan kewajiban yang
harus ditaati pasien dan keluarga.
iv. Persetujuan kelas perawatan
Berisikan informasi mengenai ketentuan-ketentuan
pasien dalam memilih kelas perawatan.

2) Alur pelaksanaan pelepasan informasi


Pelepasan Informasi adalah suatu bentuk penyampaian isi
dokumen Rekam Medis yang tertulis kepada pihak ketiga
yang meliputi permohonan Resum Medis, Asuransi, Klaim
Jasa Raharja dan Visum Et Repertum , Juga penggantian
identitas, Hal ini sangat penting sekali guna kelancaran
proses permohonan surat tersebut dengan mengacu
prosedur yang ada.
Alur pelepasan informasi Rekam Medis dilakukan dalam
ruang Unit Kerja Instalasi Rekam Medis RSUD Kraton Kab.
Pekalongan , Kegiatan dimulai dari pasien , keluarga pasien
atau pihak ketiga datang dengan membawa surat kuasa dari
pihak pasien. Selanjutnya pasien, keluarga pasien ataupun
pihak ketiga menuju ruang Rekam Medis untuk mengajukan
permohonan pelepasan informasi Rekam Medis dan mengisi
surat permohonan kepada petugas pelayanan informasi
kesehatan di ruang Instalasi Rekam Medis. Petugas
pelayanan informasi kesehatan memproses dan mengambil

45
dokumen Rekam Medis untuk diproses dan diketahui dokter
sebagai penanggung jawab Pasien. Setelah petugas
pelayanan informasi membuat dan memproses surat
keterangan medis yang dibutuhkan lalu petugas pelayanan
informasi membuatkan kwitansi pembayaran untuk
membayar administrasi ke kasir induk RSUD Kraton
Kab.Pekalongan.
3) Pelaksanaan informed consent
i. Alur pelaksanaan persetujuan tindakan
 Dokter memanggil pasien atau keluarga pasien
 Dokter menerangkan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dan resiko jika tidak dilakukan tindakan.
 Pasien atau keluarga pasien memberikan hak
persetujuan.
 Pasien atau keluarga pasien menandatangani formulir
persetujuan tindakan kedokteran.
ii. Alur pelaksaksanaan penolakan tindakan
 Dokter memanggil pasien atau keluarga pasien.
 Dokter menerangkan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dan resiko jika tidak dilakukan tindakan.
 Pasien atau keluarga pasien memberikan hak
penolakan atas tindakan yang akan dilakukan.
 Pasien atau keluarga pasien menandatangani formulir
pernyataan penolakan terhadap tindakan yang akan
dilakukan.

4) Pelaksanaan Visum Et Repertum


i. Alur Visum Et Repertum
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
menerima surat permintaan Visum Et Repertum dari
Kepolisian RI yang ditujukan kepada Direktur RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan.

46
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan nomor agenda masuk ke bagian TU dan
menerima surat tersebut setelah di desposisi dari
Direktur RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
Memproses dengan mencarikan dokumen Rekam Medis
pasien yang bersangkutan.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
menyusun konsep laporan hasil Visum Et Repertum
berdasarkan isi dokumen rekam medis.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
mengajukan konsep laporan hasil Visum Et Repertum
kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
disertai dokumen rekam medis pasien.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
membuat laporan hasil Visum Et Repertum berdasarkan
konsep yang disetujui oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP).
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan tanda tangan laporan hasil Visum Et
Repertum ke DPJP dan Wadir Pelayanan RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan nomor agenda keluar laporan hasil Visum
Et Repertum ke bagian TU dan dibubuhi stempel
Rumah Sakit.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
mencatat dan mengespedisikan laporan hasil Visum Et
Repertum ke buku ekspedisi.
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
membuatkan rincian biaya untuk dibawa dan membayar
ke kasir.

47
 Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memberikan hasil Visum Et Repertum kepada pihak
pemohon dan meminta tanda tangan setelah
membayar dari kasir.
 Petugas bagian pembutan Visum Et Repertum
menyimpan salinan dokumen Visum Et Repertum
sebagai arsip.
ii. Tugas Rekam Medis dalam pelaksanaan Visum Et
Repertum
 Menerima surat permintaan pembuatan VER dari
Kepolisian yang ditujukan kepada direktur rumah sakit.
 Menyerahkan ke bagian sekdir untuk di desposisi direktur.
 Setelah di desposisi direktur petugas VER memproses
sesuai permintaan.
 Mencarikan berkas rekam medis dibagian filing /
assembling sesuai dengan permintaan yang diajukan dari
kepolisian.
 Membuat draft VER.
 Mengajukan draft VER kepada dokter IGD.
 Merevisi draft VER apabila ada yang di revisi.
 Meminta tanda tangan dokter IGD apabila VER sudah
sesuai dengan berkas rekam medis.
 Membuat nota staf untuk pengajuan tanda tangan
direktur, dengan tanda tangan berjenjang dari kepala
Instalasi ke kabid. penunjang medik dan non medik serta
dilanjutkan ke sekdir untuk dimintakan tanda tangan
direktur.
 Menghubungi pihak kepolisian bahwa VER sudah jadi
untuk diambil.
 Membuatkan pengantar kwitansi apabila kasus bukan dari
KPAI dan bukan warga kabupaten pekalongan.
 Mengarahakan pemohon untuk melakukan pembayaran
di kasir.

48
 Apabila kasus KPAI yang ditanggung/dijamin Pemda
langsung diambil oleh pihak kepolisian dengan tidak
membayar.
 Menyerahkan hasil VER kepada Kepolisian dengan
menanda tangani di buku ekspedisi pengambilan VER.
 Mengarsipkan di File Visum Et Repertum.

E. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit masalah kesehatan serta kode


tindakan (KKMPT 4)
1. Pelaksanaan Klasifikasi dan kodefikasi diagnosis dan tindakan sesuai
aturan dan tata cara klasifikasi,kodefikasi (general coding) masalah-
masalah terkait 6 sistem berdasarkan ICD 10.

49
Pemeriksaan Pemeriksaan Kode Kode
Anamnesa Tindakan Ket
No Identitas Diagnosa Fisik Penunjang Diagnosis Tindakan
S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1 455xxx wound disruption √ √ √ √ √ √ sesuai
2 455xxx Maternal due to √ √ √ √ √ √ sesuai
3 456xxx Oligohydraminions √ √ √ √ √ √ Sesuai
4 452xxx obstruction labor √ √ √ √ √ √ Sesuai
5 455xxx Macrostomia √ √ √ √ √ √ Sesuai
6 411xxx Talipes √ √ √ √ √ √ Sesuai
Equinovarus
7 467xxx Calculus of ureter √ √ √ √ √ √ Sesuai
8 618xxx infertilitas primer √ √ √ √ √ √ Sesuai
9 105xxx neonates aterm √ √ √ √ √ √ Sesuai
10 336xxx STT Genu (Soft √ √ √ √ √ √ Sesuai
Tissue Tumor)
11 638xxx Striktur uretra √ √ √ √ √ √ Sesuai
12 437xxx Urinary Tract √ √ √ √ √ √ Sesuai
Infection
Jumlah 12
% 100%
Keterangan :

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai
Pemeriksaan Pemeriksaan Kode Kode
Anamnesa Tindakan
No Identitas Diagnosa Fisik Penunjang Diagnosis Tindakan Ket
S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1 455xxx Hiperbilirubinemia √ √ √ √ √ √ sesuai
2 455xxx BBLR √ √ √ √ √ √ sesuai
3 457xxx Neonatus Aterm √ √ √ √ √ √ Sesuai
4 462xxx Asfixia √ √ √ √ √ √ Sesuai
5 454xxx Complication of √ √ √ √ √ √ Sesuai
labour and delivery
6 455xxx Blighted ovum and √ √ √ √ √ √ Sesuai
nonhydatidiform
mole
7 461xxx IUFD √ √ √ √ √ √ Sesuai
8 452xxx complication √ √ √ √ √ √ Sesuai
pregnancy,
childbirth, and the
puerperium
9 305xxx vesicovaginal fistula √ √ √ √ √ √ Sesuai
10 448xxx Antepartum √ √ √ √ √ √ Sesuai
Haemmorhage
11 637xxx Calculus of Kidney √ √ √ √ √ √ Sesuai
12 438xxx calculus ureter √ √ √ √ √ √ Sesuai
Jumlah 12
% 100%
Keterangan :

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis


1. Pelaksanaan fungsi manajemen

Berdasarkan pengamatan serta tinjauan yang dilakukan pada


pelaksanaan fungsi manajemen Instalasi Rekam Medis RSUD Kraton
Pekalongan, prinsip mentoring serta evaluasi sudah di terapkan
dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pencapaian kinerja
staff yang sudah memenuhi kriteria standar di SOP.

2. Analisa Beban Kerja Filling

Dalam pelaksanaan analisa beban kerja yang sudah diamati dan


dihitung sesuai perhitungan dengan motode WISN (Worksheet
Indicator Staff) dengan hasil akhir dibutuhkan 3 tenaga kerja petugas
filling .

3. Perencanaan fasilitas Instalasi Rekam Medis


a. Jenis Rak RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan

Terdapat dua jenis rak filing di RSUD Kraton Kabupaten


Pekalonganyaitu rak filing bergerak dan rak filing struktural.
Sebagian besar rak yang terdapat di filing adalah jenis rak filing
struktural.

b. Kebutuhan rak filing

Dari hasil pengamatan, panjang pengarsipan rak tersedia


pada unit filing sebesar 23.605 cm dengan jumlah DRM yang
tersimpan di unit filing sejumlah 119.476 DRM. Berdasarkan
rumus kebutuhan rak filing, kebutuhan rak filing di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan sebesar 12,40 cm. Dikarenakan angka
kebutuhan rak filing sangat kecil, sehingga untuk penambahan rak
filing belum begitu dibutuhkan.
B. Manajemen Mutu Pelayanan Rekam Medis Informasi Kesehatan 2
1. Quality assurance

Hasil pengamatan yang diperoleh mahasiswa selama melakukan


praktik lapangan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan standar dan
prosedur tetap yang ada di instalasi rekam medis sudah dilaksanakan
dengan baik oleh setiap bagian di instalasi rekam medis.

2. Manajemen Resiko Instalasi Rekam Medis

Dari hasil pengamatan masih terdapat resiko pada setiap unit


rekam medis sehingga diperlukan adanya penanganan, diantaranya:

a. Pendaftaran
1) Kekeliruan petugas dalam menginput data pasien

Penanganan : Petugas lebih teliti dalam menginput data pasien.

2) Tertularnya penyakit menular pasien ke petugas

Penanganan : - Disediakannya masker untuk petugas

- Disediakan antiseptic untuk cuci tangan


b. Koding

Komplain internal dari bagian indexing mengenai katidaksesuaian


hasil analisis kode.

Penanganan : Petugas lebih teliti dalam melihat dan menentukan


kode yang sesuai dengan diagnosis dokter.

c. Filing

1) Ketidaknyamanan petugas dalam pengambilan dan


pengembalian DRM dikarenakan tinggi rak yang tidak ideal.
Penanganan : Disediakannya alat untuk mengambil DRM yag
sulit dijangkau.
2) Terluka saat mengambil DRM
Penanganan : Petugas lebih berhati-hati ketika mengambil DRM.
3) Kurangnya komunikasi saat mengambil DRM di rak Roll O’pack
Penanganan : Petugas melakukan pengecekan apakah di sisi
lain roll o’pack terdapat petugas lain yang
sedang mengambil DRM.

d. Medico legal
Tertundanya proses hukum dipengadilan karena sulitnya mendapat
tanda tangan dokter.
Penanganan : Mengkomunikasikan kepada dokter bahwa ada
dokumen yang harus ditanda tangani dan
mendiskusikan kepada pasien bahwa membutuhkan
proses dalam megurus vissum et repertum sesuai
dengan jadwal dokter.
e. Pelaporan
Kekeliruan petugas dalam menginput data.
Penanganan : Petugas lebih teliti dalam menginput data.
3. Mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan clinical pathway
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap
Mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan clinical pathway di RSUD
KRATON PEKALONGAN, dapat disimpulkan bahwa mekanisme
tersebut berjalan dengan baik.
C. Hukum Kesehatan (Manajemen Informasi Kesehatan 4)
Pelaksanaan hukum kesehatan di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalonganyang meliputi pelepasan informasi, informed consent dan
visum et repertum sudah terlaksana dengan baik, namun salah satu
permasalahan yang dapat memperlambat proses tersebut yaitu ketidak
pastian kehadiran dokter penanggung jawab pasien (DPJP)

D. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit masalah kesehatan serta kode


tindakan (KKMPT 4)
Dari hasil analisis 60 DRM yang terdiri dari 10 sistem urinari, 10
sistem reproduksi, 10 perinatal dan neonatal, 10 kelainan kongeniital,
serta 10 persalinan dan nifas. Dari eseluruhan DRM tersebut antara
kode diagnosa dari RS dan kode diagnosa mahasiswa 100% sama.

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

A. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis

Dari hasil yang di dapatkan pelaksanaan fungsi manajemen di


RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan sudah baik. Kebutuhan petugas
pada unit filing menurut metode WISN (Worksheet Indicator Staff)
dengan hasil akhir dibutuhkan tiga tenaga kerja petugas filling.

Kemudian pada perencanaan kebutuhan fasilitas rak filing rekam


medis di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan berdasarkan metode
yang digunakan sebesar 12,40 rak. Dikarenakan angka kebutuhan
rak filing sangat kecil, sehingga untuk penambahan rak filing belum
begitu dibutuhkan.

B. Manajemen Mutu Pelayanan Rekam Medis Informasi Kesehatan

Berdasarkan hasil yang didapatkan standar dan prosedur di


RSUD Kraton Pekalongan sudah diterapkan sesuai dengan SOP
yang ada serta mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan clinical
pathway di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan sudah berjalan
dengan baik namun masih terdapat resiko kerja pada beberapa unit
rekam medis diantaranya pada unit pendaftaran, kosing, filing, medico
legal dan pelaporan.

C. Hukum Kesehatan Manajemen Informasi Kesehatan 4


Terdapat permasalahan yaitu ketidakpastian kehadiran dokter
penanggung jawab pasien (DPJP).

D. Klasifikasi Kodefikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan serta kode


tindakan (KKPMT 4)

Dari hasil analisa kode dapat disimpulkan bahwa dari 60 DRM


informasi yang mendukung penegakan diagnosa utama telah lengkap
dan sesuai.

SARAN

A. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis

Petugas filling dibutuhkan penambahan tiga petugas sesuai


dengan menurut metode WISN (Worksheet Indicator Staff).

B. Manajemen Mutu Pelayanan Rekam Medis dan Informasi


Kesehatan

Standar dan prosedur di RSUD Kraton Pekalongan sudah


diterapkan sesuai dengan SOP yang ada.

C. Manajemen Informasi Kesehatan 4

Mengkomunikasikan kepada dokter bahwa ada dokumen yang


harus ditanda tangani dan mendiskusikan kepada pasien bahwa
membutukan proses dalam mengurus visum sesuai dengan jadwal
dokter

D. Klasifikasi Kodefikasi Penyakit dan Masalah Terkait 4

Kelengkapan DRM di RSUD Kraton Pekalongan untuk


menunjang penegakan diagnosa telah sesuai harap dipertahakan
demi kualitas pelayanan.
LAMPIRAN

Dibuat oleh : Dina Mellina (D22.2017.02041)

1. Perinatal
a. Pasien perempuan usia 22 tahun dirawat di RSUD Kraton beliau
mengatakan habis operasi sesar pada tanggal 20 juli 2018 dan luka
operasi mengalami rembes setelah melalukan P1A0 (partus ke 1
abortus 0) sesar hari ke 8 dengan wound dehisiensi atau komplikasi
pasca bedah abdomen yang serius dengan tingakat mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. Dokter mendiagnosa pasien dengan wound
disruption kode dalam ICD-10 cm O90.0. setelah itu pasien
melakukan pemeriksaan fisik berupa tekanan darah 110/80 mm/Hg,
nadi 88 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu 36̊ c, kemudian
dokter melakukan tindakan berupa 90.59 tindakan pemasangan infus
pada pasien dan 86.59 tindakan angkatan jahitan pada sisa operasi
sesar yang dilakukan pasien.
b.Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun dirawat di RSUD Kraton
karena akan melahirkan, dengan anamnesa G1P0A0 paseien
mengatakan bahwa ini kehamilan ke 3. Kemudian dokter memberikan
diagnosa utama berupa Maternal due to dengan kode icd 10 cm
O39.2 dan diagnosa sekunder berupa O60.1 preterm labor with
preterm delivery. Setelah itu dokter melakukan tindakan berupa
cesarean section dengan kode 74.4 dan pemasangan infus dengan
kode 90.59.
2. Kehamilan
a. seorang pasien perempuan berusia 27 tahun mengatakan kepada
dokter masih merasakan gerakan bayi didalam perut, kemudian
perawat melakukan pemeriksaan penunjang berupa TD 120/80
mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit. Dokter
memberikan diagnosa Oligohydraminions yang berarti suatu kondisi
yang terjadi pada kehamilan dimana jumlah air ketuban dibawah level
normal dengan kode O41.0. dan diagnosa sekunder kelahiran bayi
dengan cara caesarean atau kode O82.0, sekunder lainnya beupa
Z37.0 dan Z30.2. dan dokter melakukan tindakan berupa caesarean
section dengan kode 74.4 dan MOW dengan kode 66.39
b. Seorang wanita datang kerumah sakit diantar suami mengeluh bahwa
kelahiran dirasa tidak maju dan keterangan dokter G1P0A0 hamil 40
minggu sups CPD dan sudah mulai keluar cairan rembes sejak jam 2.
Kemudian perawat melakukan pemriksaan fisik berupa TD 110/65
mmHg, nadi 70 kali/menit. Dokter mendiagnosa o66.9 atau partus tak
maju, dan obstruction labor, unspecified kehamilan kala 1 dengan
kode O82.9. lalu dilakukan tindakan berupa caesarean section karena
tidak ada kemajuan dengan kode tindakan 74.99.
3. Kongenital
a. seorang ibu mau melahirkan kemudia lahir bayi spontan laki laki. Dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat berupa BB 4300
gram, PB 35cm, suhu 36̊ c, nadi 82 kali/menit. Kemudian dokter
memberikan diagnose utama kepada bayi tersebut dengan
Macrostomia atau penyakit keturunan yang jarang terjadi, biasanya
ditunjukan dengan kelainan fisik pada kepala, wajah, kulit, jari, alat
kelamin, Kode pada icd 10cm adalah Q18.4. dan dilakukan tindakan
berupa lab dengan kode 90.59.
b. bayi baru lahir didiagnosa oleh dokter dengan kode Q66.0, Talipes
Equinovarus atau kelainan yang dibawa sejak lahir yang sering
disebut club foot kaki bengkok kedalam. Perawat melakukan
pemerikaan fisik berupa nadi 12 kali/menit, suhu 36̊ c, pernapasan 24
kali/menit. Tindakan penunjang yang dialkukan adalah laboratrorium
90.59 dan pemasangan gips 93.53.
4. Reproduksi
a. seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun mengeluh belum
mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah, kemudian dokter
mendiagnosa pasien dengan infertilitas primer atau sepasang suami
istri belum mampu mempunyai anak setelah 1 tahun berhubungan
seksual 2-3 kali seminggu tanpa alat kontrasepsi dengan kode N46.9.
kemudian dilakukan tindakan penunjang dengan cara USG dengan
kode 88.7. lalu dokter memberikan diagnosa sekunder berupa
varicocele atau pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam
kantong zakar (skrotum) dengan kode i86.1.
b. pasien bernama nyonya R usia 31 tahun mendapat diagnosa
vesicovaginal fistula atau hubungan abnormal antara epithelium
vagina dan epithelium vesica urinaria yang menyebabkan kebocoran
urin melalui vagina dengan N82.0. dan dilakukan tindakan berupa
cystoscopy 57.32 dan pemeriksaan penunjang berupa lab dengan
kode 90.59. perawat melakukan pemeriksaan fidik berupa TD 120/80
mmHg, Nadi 84 kali/menit, pernapasan 27 kali/menit.

5. Neonatal – Perinatal
a. pasien bayi dilahirkan tanggal 2 januari 2018 secara sesar, kemudian
dokter memberi diagnosa neonates aterm atau kelahiran lebih dari
hari perkiraan lahir dengan kode P03.4. dan diagnosa sekunder
berupa Hidrocele atau terkumpulnya cairan di sekeliling testis yang
umumnya tidak sakit dan tiak berbahaya. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik berupa Nadi 153 kali/menit, suhu 36̊ c, pernapasan
42 kali/menit dan pemeriksaan penunjang laboratorium dengan kode
90.59.
b. Seorang pasien laki laki berusia 55 tahun mengeluh terdapat benjolan
sejak kurang lebih 1 bulan nyetri kaki dan hernia. Kemudian dokter
memberi diagnosa STT Genu (Soft Tissue Tumor) atau benjolan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Kemudian dokter
melakukan tindakan berupa operasi Debulking atau pengangkatan
atau pembedahan pada stadium lanjut. Dan perawat melakukan
pemeriksaan fisik beruba BB 48kg, TD 112/80, pernapasan 22
kali/menit, nadi 84 kali/menit.
6. Urinari
a. seorang pasien laki laki berusia 50 tahun dengan anamnesa sejak 1
bulan yang lalu tidak dapat buang air kecil dan tidak dapat dipasang
kateter. Perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa TD 130/90
mmHg, suhu 36̊ c, pernapasan 22 kali/menit, dan nadi 84 kali/menit.
Kemudian dokter memberikan diagnosa berupa Striktur uretra atau
kondisi penyempitan uretra yang menghambat aliran urine dengan
kode N35.9. Pasien juga mendapat diagnosa sekunder berupa
anemia atau kondisi kekurangan darah dengan kode D64.9. serta
pemeriksaan penunjang berupa laboratorium 90.59.
b. Pasien pria usia 37 tahun mengalami nyeri pada pinggang kiri s.d
perut bagian depan dan nyeri saat di ketok, lalu dirawat dengan
diagnose Urinary Tract Infection dengan kode N39.0. Pada saat
dirawat, pemeriksaan laboratorium nya menunjukan urin kemerahan
serta leukosit dan eritosit penuh. Lalu dilakukan pemeriksaan
penunjang USG Abdomen dengan kode 89.52 dan tindakan EKG.
Perawat melakukan Pemeriksaan fisik TD 130/60 mmHg, N 87
x/menit, RR 20 x/menit.

Dibuat oleh : Vida Candra P.D (D22.2017.02057)

1. Perinatal
a. setelah lahir dengan kode P20.0. kemudian perawat melakukan Bayi
baru lahir didiagnosa oleh dokter Hiperbilirubinemia atau peningkatan
kadar bilirubin serum pada bayi (neonatus) dengan kode P59.9.
anamnesa pada bayi adalah muntah bila diberi minum, kuning.
Pemeriksaan fisik berupa suhu 37 ̊ c BB 2550 gram, nadi 110
kali/menit, pernapasan 42 kali/menit.
b. Bayi berusia 2 bulan mendapat diagnose dari dokter Asfixia atau
biasa disebut otak bayi dan organ lainnya tidak mendapat cukup
oksigen sebelum, selama, dan pemeriksaan fisik berupa nadi 150
kali/menit, respirasi 88 kali/menit. Dan pemeriksaan penunjang
laboratorium dengan kode 99.59.
2. Kongenital
a. Bayi lahir spontan G2P3A1 mendapat diagnosa dari dokter berupa
Neonatus Aterm lahir SC atau biasa disebut dengan janin dan
noenatus terganggu oleh kelahiran sesar dengan kode P03.4 .
kemudian perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa Nadi 136
kali/menit, Suhu 36̊ c, BB 2800 gram, PB 49cm, Pernapasan 46
kali/menit. Dan juga dilakukan pemeriksaan penunjang berupa IMD
atau Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu segera yang
dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir dengan kode
tindakan caesarean section 74.4.
b. Bayi nyonya E lahir dengan diagnosa Asphyxia atau gagal napas
kekurangan oksigen, dan dengan anamnesa merintih kode pada icd
10cm P21.0. kemudian perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa
suhu 36̊ c, nadi 137 kali/menit, dan BB 3650 gram. Dan mendapat
pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dengan kode 90.59
pada icd 9cm.
3. Kehamilan
a. Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 35 minggu datang ke RS
dengan keluhan kenceng-kenceng sering, keluar lender darah, dan
cairan ngrembes. Pasien diberikan oksitosin drip 10 unit pada kala
satu akhir. Dokter menetapkan diagnosa utama Complication of
labour and delivery dengan kode O75.9dan diagnosa sekunder
Secondary Uterine Inertia dengan kode O62.1 dan tindakan yang
dilakukan adalah Episotomy dengan 73.6. Pemeriksaan fisik TD
130/70 mmHg, N 83 kali/menit, pernapasan 21 kali/menit, Hb 12,2,
lekosit 13100.
b. Wanita umur 21 tahun G1P0A0 hamil 4 minggu terancam keguguran.
Pasien mengeluh flek sejak semalam, nyeri perut bagian bawah, dan
sangat mual. Selama dirawat pasien melakukan pemeriksaan USG
Uterus. Pasien mendapati diagnosa Blighted ovum and
nonhydatidiform mole dengan kode O41.0 dan tindakan Kuretase
dengan kode 88.78 dan 69.02. Pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, N
83 kali/menit, pernapasan 21 kali/menit, Hb 13,4 lekosit 10101.
4. Persalinan
a. Pasien yang berasal dari pekalongan dirawat di RSUD kraton karena
pasien mengatakan hamil anak pertama, HPHT tanggal 3 juli 2017
dan pasien mengatakan tidak merasakan gerakan bayi sejak hari
minggu. Kemudian dokter mendiagnosa pasien dengan IUFD atau
intraurine fetal death keadaan dimana janin meninggal didalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20minggu dengan kode icd
O36.4 pada icd 10cm. pasien juga memiliki diagnosa sekunder yaitu,
anemia atau kekurangan sel darah yang menggandung hemoglobin
dengan kode O99.0, perdarahan dengan kode O73.0. kemudian
dokter melakukan pemeriksaan fisik berupa TD 114/57 mm/Hg, Nadi
82 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit suhu 36,4̊ c. dan pasien
mendapat tindakan berupa medical induction of labor atau induksi
medis persalinan dengan kode 73.4.
b. Seorang pasien perempuan berumur 32 tahun dengan anamnesa
G2P0A1 H 40 minggu dengan katub jantung mendapat diagnosa dari
dokter G2P0A1 diseases of the circulation system complication
pregnancy, childbirth, and the puerperium O99.4 adalah penyakit
pada sistem peredaran darah mempersulit kehamilan, persalinan dan
masa nifas, I50.0 adalah gagal jantung kongestif, O66.4 adalah failed
trial of labor. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik berupa TD 100/70
mm/Hg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,7̊ c, pernapasan 20 kali/menit.
Setelah itu dokter melakukan tindakan berupa laboratorium dan ekg,
dengan kode 90.54 dan 89.52.
5. Reproduksi
a. pasien bernama nyonya R usia 31 tahun mendapat diagnosa
vesicovaginal fistula atau hubungan abnormal antara epithelium
vagina dan epithelium vesica urinaria yang menyebabkan kebocoran
urin melalui vagina dengan N82.0. dan dilakukan tindakan berupa
cystoscopy 57.32 dan pemeriksaan penunjang berupa lab dengan
kode 90.59. perawat melakukan pemeriksaan fidik berupa TD 120/80
mmHg, Nadi 84 kali/menit, pernapasan 27 kali/menit.
b. seorang pasien perempuan berusia 38 tahun mengalami hamil
dengan pendarahan dari setengah bulan yang lalu, kemudian
diperiksa oleh dokter dan mendapat diagnosa Antepartum
Haemmorhage atau perdarahan melalui vagina yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 24 minggu dengan kode O46.9. Perawat
melaukakan pemeriksaan fisik berupa BB 67kg, TB 160cm, TD
190/100 mmHg. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG
dengan kode 88.7.
6. Urinari
a. Wanita umur 60 tahun dirawat untuk melakukan tindakan Nephrotomy
karena penyakit yang di deritanya yaitu Calculus of Kidney dengan
kode N20.0. Pasien memiliki gangguan apabila jalan rasanya
kemranyas dan nyeri pinggang kiri yang dirasakan pegal. BAK sedikit
kadang sulit keluar dan berwarna keruh. Selama dirawat pasien
melakukan pemeriksaan penunjang berupa CT abdomen dengan
kode 55.01 dan USG Abdomen. Lalu perawat melakukan
pemeriksaan fisik berupa TD 107/80 mmHg, N 88 kali/menit,
pernapasan 22 x/menit.
b. Seorang pasien pria beusia 40 tahun mendapat diagnosa dari dokter
berupa calculus ureter atau batu didalam ureter yang mungkin lewat
sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersam kemih.
Perawat melakukan tensi 130/ 70 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi
22 kali/menit. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang berupa usg
dengan kode 88.75.

Anda mungkin juga menyukai