LAPORAN
PRAKTIK LAPANGAN
SIKLUS 3 / SEMESTER IV/TA 2018-2019
Penguji :
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik
Nurul Af’idah,SKM
Maulana Tomy Abiyasa,Amd.PK,SKM
NIP. 19760528 200701 2 007
NPP. 0686.20.2016.678
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan siklus
III/Semester IV/TA 2018-2019 dengan baik dan tepat waktu.
Proses penulisan laporan ini kadang tidak berjalan dengan lancar karena
keterbatasan pengetahuan. Kami memerlukan bantuan pihak lain untuk dapat
menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini dapat terselesaikan atas dorongan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu pada
proses penulisan laporan ini antara lain :
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
ujian Penilaiaan Pencapaian Kompetensi (PPK) secara individual di
kampus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Praktik Lapangan bagi Mahasiswa Program Studi DIII Rekam
Medis dan Informasi Kesehatan siklus 3 dilaksankan mulai tanggal 13 Mei
2019 sampai tanggal 1 Juni 2019.
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
3. Program Studi DIII RMIK Fakultas Kesehatan Udinus
Memperoleh masukan perbedaan-perbedaan
penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit yang dapat digunakan
untuk memperkaya teori dan praktik dalam ilmu rekam medis dan
informatika kesehatan.
4. Rumah Sakit Sebagai Lahan Praktik
D. RUANG LINGKUP
1. Lingkup Keilmuan
2. Lingkup Materi
3. Lingkup Lokasi
4. Lingkup Waktu
5
E. METODE PELAKSANAAAN
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Beban Kerja
7
produktifitas dan memicu timbulnya kelelahan, penyakit, dan
kecelakaan. Personal Fatique and Delay (PFD) merupakan
kebutuhan personal terbesar yang sebesar 15% dari waktu
normal.
c. Kelelahan Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi
pemulihan setelah istirahat. Penyebab kelelahan antara lain :
1) Aktivitas kerja fisik
2) Aktivitas kerja mental
3) Sikap kerja tidak ergonomis
4) Sikap paksa
5) Kerja bersifat monoton 20
6) Psikologis
7) Lingkungan kerja
8) Waktu kerja sampai istirahat tidak tepat
d. Penetapan Waktu Longgar dan Waktu Baku
Waktu normal semata-mata menunjukan bahwa seorang
operator yang berkualifikasi baik akan bekerja menyelesaikan
pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Tapi
kenyataannya operator akan sering menghentikan kerja dan
membutuhkan waktu khusus untuk keperluan seperti needs,
istirahat melepas lelah dan alasan lain yang diluar kontolnya.
Waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja dengan
waktu longgar. Waktu longgar yang dibutuhkan bisa diklasifikasi
menjadi :
1) Kelonggaran waktu untuk kebutuhan personal (personal
allowance)
Jumlah waktu longgar untuk kebutuhan personil dapat
ditetapkan dengan melaksanakan aktivitas time study sehari
kerja penuh atau dengan metode sampling kerja. Personal
allowance untuk pekerjaan yang berat dan kondisi kerja yang
tidak enak personal allowancenya lebih dari 5%.
8
Kelonggaran waktu untuk melepaskan lelah (fatique
allowance) Kelelahan fisik manusia bisa disebabkan oleh
beberapa penyebab diantaranya adalah kerja yang
membutuhkan pikiran banyak dan kerja fisik. Waktu yang
diperlukan untuk keperluan istirahat akan sangat tergantung
pada individu yang 22 bersangkutan, interval waktu dan siklus
kerja dimana pekerja akan memikul beban kerja secara
penuh, kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan faktor-faktor
lainnya. Yang sering dilakukan adalah memberikan satu kali
periode istirahat pada pagi hari dan sekali lagi ada saat siang
menjelang sore hari, lama waktunya berkisar antara 5-15
menit.
2) Kelonggaran waktu karena keterlambatan-keterlambatan
(delay allowance)
Keterlambatan-keterlambatan yang terjadi dari saat ke saat
umumnya disebabkan oleh mesin, operator, ataupun hal-hal
lain yang diluar kontrol. Macam dan lamanya keterlambatan
untuk suatu aktivitas kerja dapat ditetapkan dengan teliti
dengan melakasanakan aktivitas time study secara penuh
atau pun bisa juga dengan kegiatan sampling kerja. Dengan
demikian waktu baku tersebut dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus:
Atau
100 %
Standar time = normal time x
100 %−%allowance
9
a. Menentukan beberapa banyak petugas kesehatan darin
jenis tertentu yang diminta untuk mengatasi beban kerja
dari fasilitas kesehatan tertentu.
b. Menilai beban kerja petugas kesehatan di fasilitas
kesehatan tertentu.
2. Metode WISN adalah :
a. Mudah dioperasikan menggunakan data yang sudah
terkumpul dan tersedia.
b. Mudah digunakan, berlaku untuk keptusan kepegawaian
disemua tingkat layanan kesehatan.
c. Secara teknis dapat diterima oleh manajer layanan
kesehatan dapat dipahami oleh manajer non-medis.
d. Realistis, memberikan target praktis untuk pengganggaran
dan alokasi sumber daya.
10
b. Memperkirakan Waktu Kerja Tersedia
Keterangan :
11
Rumus diatas menghitung hari kerja efektif pertahun.
Hari kerja efektif digunakan untuk menghitung jumlah jam
kerja pertahun. Rumus matematika untuk menghitung
jumlah jam kerja pertahun ini sebagai berikut
Jumlah jam kerja per hari adalah jumlah rata – rata jam
kerja petugas dalam kategori staf dalam satu hari.
12
1) Standar pelayanan
Digunakan untuk kegiatan pokok petugas, standar
pelayanan dapat diketahui melalui 2 hal, yaitu :
i. Mengetahui satuan waktu (rata-rata waktu yang
dibutuhkan petugas untuk melakukan aktivitas
tersebut)
ii. Tingkat kerja ( kuantitas kerja atau jumlah rata –
rata aktivitas yang dikerjakan dalam jangka waktu
yang ditentukan.
2) Standar Kelonggaran
13
b. Standar kelonggaran individu (SKI)
14
bagian penyimpanan dokumen dengan kapasitas yang
lebih besar dan dapat ditemukan pada rumah sakit.
c) Filing bergerak/mobile, keuntungan dari filing ini yaitu
dapat menghemat pemakaian ruangan dan terletak diatas
semacam rel yang mempermudah gerakan kedepan dan
kebelakang. Sehingaa dapat dibuat gang atau selah
diantara dua rak untuk tempat berdiri petugas yang
sedang mencari dokumen.
4) Rotary filing
Adalah suatu sistem pengarsipan secara melingkar dan
dapat berputar, yang dapat menghemat ruang pada lantai dan
dinding hingga 60%. Pada rotari filing, map-map berkas
dokumen akan disusun secara melingkar, sehingga tidak
terdapat ruang kosong. Keuntungan lain yang diperoleh,
memudahkan pemakaian dalam mengambil dan
mengembalikan berkas yang diperlukan.
b. Bahan rak filing
Dalam membuat dan mendesain rak filing harus
memperhitungkan bahan dasar yang akan dipergunakan untuk
mendesain rak filing tersebut oleh karena itu sebaiknya bahan
dasar rak filing terbuat dati bahan besi sehingga keamanan
dokumen rekam medis dapat terjamin dan tahan lama.
c. Identifikasi desain rak filing
1) Dimensi rak
Panjang sub rak dan jumlah sub rak untuk mengetahui
panjang pengarsipan tersedia.
2) Tinggi rak
Tinggi rak ≤ jangkauan tangan ke atas persentil 5
3) Panjang rak
Panjang rak ≤ panjang depa persentil 5
4) Lebar rak
Lebar rak ≤ jangkauan tangan ke depan persentil 5
5) Tinggi sub rak
Landscape = tinggi sub rak ≥ lebar DRM
15
Potrait = tinggi sub rak ≥ panjang DRM
6) Lebar sub rak
Landscape = lebar subrak ≥ panjang DRM
Potrait = lebar sub rak ≥ lebar sub rak
Lebar subrak ≤ jangkauan tangan kedepan persentil 5
7) Jarak antar rak
Jarak antar rak ≥ lebar bahu persentil 95 x 2
1. Quality Assurance
Quality assurance merupakan pola manajemen yang berfokus
pada pemenuhan kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit, melalui optimalisasi peningkatan yang berke lanjutan.
Pemenuhan terhadap standart dan pemenuhan terhadap keinginan
konsumen dan kepuasan konsumen itu sendiri tidak hanya hasil atau
keluaran pelayanan di rumah sakit dalam bentuk kesembuhan pasien,
tetapi mulai dari masukan yang berupa sarana dan prasarana yang
berkualitas yang memuaskan pelanggan/pasien.
2. Manajemen risiko
Adalah suatu proses pengendalian yang meliputi kegiatan
tindakan medis, hukum dan administrasi dalam suatu institusi
pelayanan kesehatan. Tujuan manajemen risiko adalah :
16
ketidaksengajaan data atau ketidaklengkapan pendokumentasian
rekam medis :
3. Clinical Pathway
a. Pengertian Clinical Pathway
Clinical Pathway (Jalur Klinis) adalah suatu cara untuk
menstandarisasikan praktik klinis dan umumnya dilaksanakan di
rumah sakit. CP bukan merupakan standar pelayanan atau
pengganti penilaian klinis atau pengganti perintah dokter,
melainkan suatu dokumen yang terintegrasi untuk memudahkan
proses perawatan pasien dan mengefektifkan pelayanan klinis dan
finansial dengan menggabungkan pendekatan tim dan klinis.
17
1) Variasi diagnosis dan prosedur minimal
2) Sumber daya yang digunakan homogen
3) Menyediakan standar untuk pelayanan secara nyata dan baik
4) Meningkatkan mutu pelayanan yang berkelanjutan
5) Mengurangi Length of Stay rumah sakit
6) Menurunkan penggunaan Clinical Guidelines dan pengobatan
7) Berbasis Evidence
8) Meningkatkan komunikasi, teamwork dan rencana perawat
9) Menurunkan biaya perawatan
10) Efisiensi penggunaan sumber daya tanpa mengurangi mutu
1. Hukum kesehatan
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau
peraturan-peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang
mengatur hak dan kewajiban individu, kelompok atau masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak, hak dan
kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan dipihak lain yang mengikat
masing-masing pihak dalam sebuah perjanjian terapeutik dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-undangan
di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional,
nasional dan internasional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka hukum kesehatan
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:
a. Hukum kesehatan yang terkait langsung dengan pelayanan
kesehatan yaitu antara lain :
1) UU No. 23/ 1992 Tentang Kesehatan yang telah diubah
menjadi UU No 36/2009 tentang Kesehatan
2) UU No. 29/2004 tentang Praktik kedokteran
3) UU No, 44/ 2009 tentang Rumah sakit
4) PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan
5) Permenkes 161/2010 tentang Uji kompetensi
18
6) Dll
2. Informed Consent
Suatu proses penyampaian informasi secara relevan dan
eksplisit (tegas) kepada pasien atau subyek penelitian untuk
memperoleh persetujuan medis sebelum dilakukan suatu tindakan
medis, pengobatan dan partisipasi dalam penelitian.
3. Visum Et Repertum
Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang
berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia,
hidup maupun mati ataupun bagian/diduga bagian tubuh manusia,
berdasarkan keilmuan dan dibawah sumpah untuk kepentingan
peradilan.
Bagian-bagian Visum :
a. Pembukaan
1) Pro Justisia artinya untuk peradilan
2) Tidak dikenakan materai
3) Kerahasiaan
b. Pendahuluan
1) Administrasi : Identitas penyidik (peminta Visum Et Repertum,
minimal berpangkat Pembantu letnan Dua)
2) Identitas korban yang diperiksa, kasus dan barang bukti
3) Identitas TKP dan saat/sifat peristiwa
4) Identitas pemeriksa (Tim Kedokteran Forensik)
5) Identitas saat/waktu dan tempat pemeriksaan
c. Pelaporan/inti isi
1) Dasarnya obyektif medis
2) Semua pemeriksaan medis segala sesuatu/setiap bentuk
kelainan yang terlihat dan diketahui langsung ditulis apa
adanya
d. Kesimpulan
Landasan subyektif medis (memuat pendapat pemeriksa sesuai
dengan pengetahuannya) dan hasil pemeriksaan medis
19
1) Ilmu Kedokteran Forensik
2) Tanggung Jawab Medis
e. Penutup
Landasan UU/Peraturan, yaitu UU no 8 tahun 1981 dan
sumpah jabatan/dokter yang berisikan kesungguhan dan kejujuran
tentang apa yang diuraikan pemeriksa dalam Visum Et Repertum
20
d. Menentukan kode yang dipilih
e. Menuliskan kode penyakit dan tindakan pada form Verifikasi BPJS.
f. Konfirmasi dengan DPJP apabila diagnosa tidak terbaca.
g. Menyerahkan formulir Verifikasi BPJS yang sudah dikode ke bagian
indeksing.
h. Menerima dan memperbaiki formulir verifikasi BPJS dari verifikator
internal BPJS rumah sakit jika ada kode diagnosa atau tindakan
yang tidak sesuai atau kurang tepat.
i. Menulis kode diagnosa pada formulir verifikasi BPJS rawat jalan
sesuai dengan ICD 10
j. Membaca diagnosa di formulir verifikasi BPJS rawat jalan,
kemudian mencari kode diagnosa dengan ICD 10 sesuai dengan
diagnosa yang tertulis di formulir verifikasi BPJS rawat jalan.
3. Memberikan kode tindakan/Operasi berdasarkan ICD 9 CM yang
meliputi :
a. Koding tindakan rawat inap dengan tahapan :
1) Membaca dan meneliti tindakan/operasi yang ditulis DPJP pada
formulir operasi maupun RM 1 (ringkasan masuk dan keluar).
2) Tentukan tipe tindakan yg akan dicode, buka ICD 9.
3) Lihat daftar tabulasi ICD 9 untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda
minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
karekter keempat itu ada di dalam ICD 9 dan merupakan posisi
tambahan yang tidak ada dalam ICD 9. Perhatikan juga perintah
untuk membubuhi kode tambahan serta aturan cara penulisan
dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit
dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4) Tentukan kode tindakan yang dipilih dan menulis kode tindakan
pada dokumen rekam medis dan formulir verifikasi BPJS rawat
inap sesuai dengan kode ICD 9 CM.
21
2) Tentukan tipe tindakan yg akan dicode, buka ICD 9.
3) Lihat daftar tabulasi ICD 9 untuk mencari nomor kode yang
paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda
minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
karekter keempat itu ada di dalam ICD 9 dan merupakan posisi
tambahan yang tidak ada dalam ICD 9. Perhatikan juga
perintah untuk membubuhi kode tambahan serta aturan cara
penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks
penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4) Tentukan kode tindakan yang dipilih dan menulis kode tindakan
pada formulir verifikasi BPJS rawat jalan sesuai dengan kode
ICD 9 CM .
c. Memberikan klaim tarif paket pembiayaan pasien BPJS setiap hari
dengan tahapan :
1) Membuka SIM-RS tiap-tiap ruang perawatan.
2) Membuka Grouper INA CBGs untuk menentukan tarif
3) Memberikan tarif klaim dengan grouper INA-CBG’S tiap ruang
perawatan.
4) Menuliskan tarif klaim pada tiap-tiap ruangan pada SIM-RS.
5) Konfirmasi dengan Ka. Ruangan atau perawat apabila ada
diagnosa yang belum dimasukkan pada SIM RS.
1. Urinaria
2. Sistem Reproduksi
a. Sistem reproduksi pria
22
Sistem kelamin Pria terdiri dari sejumlah organ seks yang
merupakan bagian dari proses reproduksi manusia.
Berdasarkan ICD-10 Sistem reproduksi pria ada pada kode
(N40-N51).
b. Sistem Reproduksi Wanita
Alat Reproduksi wanita adalah organ–organ yang berperan
dalam serangkaian proses yang bertujuan untuk
berkembangbiak atau memperbanyak keturunan. Berdasarkan
ICD-10 Sistem reproduksi wanita ada pada kode (N60-N98).
3. Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana dalam rahim seorang
wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan
spermatozoa) (Rustam Mochtar, 1998). Berdasarkan ICD-10
Sistem kehamilan ada pada kode (O00-O11).
4. Persalinan dan Nifas
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui
kejadian secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan
dilalui dengan pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Berdasarkan
ICD-10 Sistem persalinan dan nifas ada pada kode (O20-O99).
5. Neonatal dan Perinatal
Neonatal merupakan suatu keadaan yang ada dalam kehidupan
pertama pada bayi. Kehidupan pertama yang dialami oleh bayi
tersebut biasanya pada usia 28 hari.
Perinatal Merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu
kelahiran (5 bulan sebelumnya dan 1 bulan sesudahnya). Periode
perinatal terjadi pada 22 minggu setelah periode gestasi lewat dan
berakhir 7 hari setelah kelahiran
Berdasarkan ICD-10 Neonatal dan Perinatal ada pada kode
(P00-P96).
5. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital atau bawaan merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil
konsepsi sel telur, dapat terjadi kelainan fungsi maupun
metabolisme organ tubuh bayi. Kelainan kongenital pada bayi
23
baru lahir dapat berupa satu jenis atau multipel. Berdasarkan ICD-
10 kelainan kongenital ada pada kode (Q00-Q99)
24
BAB III
HASIL PENGAMATAN
25
Layanan Umum Daerah (BLUD). Tahun 2012 RSUD Kraton
mendapatkan perpanjangan ijin operasional berdasarkan surat
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 445/ 133 tanggal 3
Desember 1912 tentang Pemberian Perpanjangan Ijin Operasional
Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan.
2. Visi Misi
Visi
“Menjadi Rumah Sakit Pilihan Utama Yang Aman, Nyaman dengan
Mutu Berkesinambungan”.
Misi
26
xii. Klinik Spesialis Mata
xiii. Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
xiv. Klinik Spesialis Saraf
xv. Klinik Spesialis Kesehatan Jiwa
xvi. Klinik Gigi dan Mulut
xvii. Klinik Umum
xviii. Klinik DM Terpadu
xix. Klinik Eksekutif
xx. Forensik
xxi. Patalogi Anatomi
2) Instalasi Rawat Inap
Instalasi rawat inap di RSUD Kraton memiliki 226 tempat tidur
yang terbagi dalam ruang VIP maupun kelas I, II dan III dengan
rincian berikut:
i. Kelas VIP :13 tempat tidur
ii. Kelas Utama : 5 tempat tidur
iii. Kelas I : 37 tempat tidur
iv. Kelas II : 30 tempat tidur
v. Kelas III : 130 tempat tidur
vi. Kelas menyesuaikan : 11 tempat tidur
3) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
4) Intensive Care Unit (ICU)
5) Instalasi Bedah Sentral (IBS)
6) Instalasi Rehabilitasi Medis
b. Pelayanan Penunjang Medik terdiri dari :
1) Instalasi Laboratorium
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Rehabilitasi Medik
4) Instalasi Farmasi
5) Instalasi Gizi
6) Instalasi Pemulasaran Jenazah
7) Unit Hemodialisa
8) Unit Kemoterapi
9) Unit Endoskopi
27
10) Unit EEG
11) Unit EKG dan Treadmill
c. Pelayanan Penunjang Non Medik terdiri dari :
1) Instalasi Rekam Medis
2) Instalasi Prasarana dan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
3) Instalasi Laundry dan CSSD
4) Instalasi Kelistrikan dan Gas Medik
5) Instalasi Sanitasi
d. Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit menurut jenis pasien:
1) Pelayanan Kesehatan kepada peserta BPJS Kesehatan
2) Pelayanan Kesehatan kepada pasien umum dan kerjasama
dengan perusahaan – perusahaan , antara lain : PTP, KAI, dan
lain-lain.
e. Ruang Perawatan
Fasilitas Ruang Perawatan
1) VIP
tempat tidur, AC, TV, Kulkas, Ekstra Bed. Almari, Telephone,
Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan Spesialisasi)
2) Kelas I
tempat tidur, AC, TV, Kulkas, Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter
pilihan Spesialisasi)
3) Kelas II
tempat tidur, Toilet, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan
Spesialisasi)
4) Kelas III
tempat tidur, Meja pasien, kursi. (Dokter pilihan Spesialisasi)
28
4. Gambaran Umum Pelayanan Rekam Medis
1. Struktur Organisasi Unit Kerja Rekam Medis
29
B. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis
Rata-Rata
Kuantitas
No Tugas Pokok (Rutin) Waktu/Kegiatan
Kerja/Kegiatan
(menit)
Menerima dokumen
rekam medis rawat
1 0,5 1.415
inap lengkap dari
bagian Indeksing.
2 Menerima dokumen 0,5 1.415
rekam medis rawat
jalan dari Instalasi
rawat jalan dan sudah
di input dalam SIMRS
30
bahwa dokumen
rekam medis telah
kembali ke ruang filing.
Memberi sampul
dokumen rekam medis
yang sudah rusak dan
3 membuat dokumen 0,5 9.905
rekam medis baru
sesuai dengan nomor
rekam medis.
Mengelompokkan
dokumen rekam medis
dan membagi
4 1 75.278
dokumen rekam medis
sesuai dengan sistem
TDF.
Menjajar dokumen
6 rekam medis sesuai 1 75.278
dengan sistem TDF.
Melakukan retensi 5
7 30 1.050
tahun sekali
31
No Faktor Alokasi Waktu Keterangan
e. Analisa 1 Hari Kerja Efektif :
6 Hari/ minggu
Standar Senin - sabtu
2 Libur Nasional 18 Hari/tahun
Beban
3 Cuti 12 Hari/tahun
Kerja 4 Ijin Kerja 0 Hari/tahun
5 Allowance time =(20% x 6,25)
Petugas
=1,25
Jam/hari
=6,25 – 1,25
=5
6 Waktu kerja/hari :6,25 Jam/hari
Hari Kerja Tersedia =365–
(12+0+18+52)
Hari/tahun
=365 – 82
= 283
Waktu Kerja Tersedia =283 x 6,25
Jam/tahun
= 1.679
Rata2 Kebutu
Rata2 Standar
waktu Kuantitas han/
No Kegiatan Pokok waktu Beban
(menit Kerja Kegiata
/jam Kerja
) n (KG)
Menerima
dokumen rekam
201.48
1 medis rawat inap 0,5 0,008 1.415 0,007
0
lengkap dari
bagian Indeksing
2 Menerima 0,5 0,008 201.48 1.415 0,007
dokumen rekam 0
medis rawat jalan
dari Instalasi
rawat jalan dan
sudah di input
32
dalam SIMRS
bahwa dokumen
rekam medis
telah kembali ke
ruang filing.
3 Memberi sampul
dokumen rekam
medis yang
sudah rusak dan
membuat 201.48
0,5 0,008 9.905 0,049
dokumen rekam 0
medis baru
sesuai dengan
nomor rekam
medis.
4 Mengelompokkan
dokumen rekam
medis dan
membagi 112.08
1 0,017 75.278 0,747
dokumen rekam 0
medis sesuai
dengan sistem
TDF.
5 Menjajar
dokumen rekam
medis sesuai 2 0,017 50.370 75.278 1,495
dengan sistem
TDF.
6 Melakukan
retensi 5 tahun 30 0,5 3.358 1.050 0,313
sekali
Total KG 3,618
33
Standar Kelonggaran Petugas Filling
Standar Kelonggaran
No Tugas Tambahan
(SK)
2 jam/bulan
1 Rapat Koordinasi
(2x12) : 1.679 = 0,01
15 menit/hari
Apel pagi
2 (0,25 x 283) : 1.679=
0,04
Total SK 0,05
= Total KG + Total SK
= 2,618 + 0,05
= 2,668
34
panjang sub rak dan jumlah sub pada raknya, sedangkan pada
filing bergerak hanya terdapat satu macam jenis rak. Adapun
jenis-jenis rak tersebut beserta sub raknya adalah sebagai
berikut:
35
i. Panjang sub rak : 75 cm
b. Jumlah DRM
¿ 110 ×30
¿ 3.030
¿ 3.030 ×3
= 9.090
¿ 111× 15
¿ 1.515
¿ 1.515 ×1
= 1.515
36
3) Panjang penngarsipan tersedia rak tipe 3
¿ 75 ×21
¿ 1.575
¿ 1.575 ×1
= 1.575
¿ 115,5 ×10
¿ 1.155
¿ 1.155 ×3
= 3.465
¿ 71,5 ×20
¿ 1.430
¿ 1.430 ×3
= 4.290
37
¿ Panjang Rak × JumlahRak
¿ 26 ×20
¿ 520
¿ 520 ×1
= 520
¿ 75 ×21
¿ 1.575
¿ 1.575 ×2
= 3.150
e. Ekspansi DRM
38
ketebalan DRM dan rata-rata tebal DRM saat ini. Cara
perhitungannya yaitu (%expantion = 10%) :
Expantion DRM
¿ 10 % × 2,24
¿ 0,22 cm
¿ 119.476 × 2,46
¿ 292.910,96 cm
Kebutuhan Rak
39
Panjang Pengarsipan Di Butuhkan
¿
Panjang Pengarsipan Terseia
292.910,96 cm
¿
23.605 cm
¿ 12,40 cm
1) Quality Assurance
a. Pendaftaran
1) Pendaftaran Pasien Umum Rawat Jalan
2) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dari Instalasi Rawat Jalan
3) Pelayanan Pasien Umum di IGD
4) Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (Pasien Lama)
5) Pendaftaran Pasien Lama dan Pasien Baru Rawat Jalan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
6) Pendaftaran Pasien Rawat Inap di Instalasi Gawat Darurat
7) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dengan menggunakan penjamin
8) Pendaftaran Pasien Rawat Inap dari instalasi Rawat Jalan (IRJ)
9) Pendaftaran Pasien Rawat Inap di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
10) Pemberian Informasi Persetujuan Pelepasan Informasi Medis
Pasien.
11) Penerbitan surat Elegilibitas Peserta (SEP)
b. Koding
1) Pemberian Kode Penyakit (Koding) Pasien Rawat Inap.
2) Pemberian Kode Penyakit (Koding) Pasien Rawat Jalan.
3) Koding Pada SIMRS
4) Pemberian Kode Tindakan dan Operasi Rawat Inap (Koding)
5) Pemberian Kode Tindakan dan Operasi Rawat Jalan (Koding)
c. PJRM
1) Mencetak resume medis
2) Naik Kelas
40
3) Pelayanan Rekam Medis ketika server mati
4) Pemberian koding dan tindakan
5) Pembuatan resume manual
6) Penyetoran dokumen Rekam Medis
7) Perakitan Dokumen Rekam Medis
8) Sensus harian rawat inap
d. Filing
1) Peminjaman Dokumen Rekam Medis
2) Penyimpanan Dokumen Rekam Medis
3) Penjajaran Dokumen Rekam Medis
4) Pemusnahan Dokumen Rekam Medis
5) Retensi
e. Medico legal
1) Pembuatan Visum Et Repertum
2) Pelepasan Informasi Medis
3) Pemberian Informasi Status Kesehatan Pasien
f. Pelaporan
1) 10 besar penyakit RI dan RJ
2) Pembuatan laporan fasilitas tempat tidur RI
3) Pembuatan laporan data etenaga kerjaan
4) Pembuatan laporan kunjungan pasien RJ
5) Laporan data kegiatan pelayanan RS
6) Laporan pengunjung RS
7) Permintaan data mahasiswa SIP
8) Pembuatan RL 4a dan 4b
41
b. Tertularnya penyakit b. Disediakannya
menular pasien ke masker untuk
petugas. petugas.
c. Disediakannya cairan
antiseptic untuk cuci
tangan.
42
DRM.
5. Medico legal a. Tertundanya proses a. Mengkomunikasikan
hukum di kepada dokter
pengadilan karena bahwa ada
sulitnya mendapat dokumen yang
tanda tangan dokter. harus ditanda
tangani. Dan
mendiskusikan
kepada pasien
bahwa
membutuhkan
proses dalam
mengurus visum
sesuai dengan
jadwal dokter.
6. Pelaporan Kekeliruan petugas Petugas lebih teliti
dalam menginput data. dalam menginput data.
43
iii. Petugas menentukan desain dan format Clinical Pathway
sesuai penyakit
iv. Petugas mengisi Clinical Pathway
v. Formulir Clinical Pathway diletakan di depan RM 1
vi. Kemudian label Clinical Pathway ditempelkan pada map
DRM dipojok kanan atas
3) Mekanisme Pemanfaatan Dan Penyimpanan Clinical Pathway
i. Pemanfaatan Clinical Pathway.
Untuk kendali biaya
Untuk mengadakan evaluasi secara periodik
ii. Penyimpanan Clinical Pathway
Penyimpanan clinical pathway disimpan di komite medik
44
Pengajuan keluhan yang berisikan pernyataan
penerimaan informasi tentang tata cara mengajukan
keluhan
Kewajiban pembayaran yang berisikan pernyataan
persetujuan informasi pembayaran.
ii. Persetujuan pelepasan informasi
Berisikan informasi mengenai persetujuan selama
perawatan di RSUD Kraton
iii. Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien dan
keluarga
Berisikan informasi mengenai hak dan kewajiban yang
harus ditaati pasien dan keluarga.
iv. Persetujuan kelas perawatan
Berisikan informasi mengenai ketentuan-ketentuan
pasien dalam memilih kelas perawatan.
45
dokumen Rekam Medis untuk diproses dan diketahui dokter
sebagai penanggung jawab Pasien. Setelah petugas
pelayanan informasi membuat dan memproses surat
keterangan medis yang dibutuhkan lalu petugas pelayanan
informasi membuatkan kwitansi pembayaran untuk
membayar administrasi ke kasir induk RSUD Kraton
Kab.Pekalongan.
3) Pelaksanaan informed consent
i. Alur pelaksanaan persetujuan tindakan
Dokter memanggil pasien atau keluarga pasien
Dokter menerangkan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dan resiko jika tidak dilakukan tindakan.
Pasien atau keluarga pasien memberikan hak
persetujuan.
Pasien atau keluarga pasien menandatangani formulir
persetujuan tindakan kedokteran.
ii. Alur pelaksaksanaan penolakan tindakan
Dokter memanggil pasien atau keluarga pasien.
Dokter menerangkan mengenai tindakan yang akan
dilakukan dan resiko jika tidak dilakukan tindakan.
Pasien atau keluarga pasien memberikan hak
penolakan atas tindakan yang akan dilakukan.
Pasien atau keluarga pasien menandatangani formulir
pernyataan penolakan terhadap tindakan yang akan
dilakukan.
46
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan nomor agenda masuk ke bagian TU dan
menerima surat tersebut setelah di desposisi dari
Direktur RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
Memproses dengan mencarikan dokumen Rekam Medis
pasien yang bersangkutan.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
menyusun konsep laporan hasil Visum Et Repertum
berdasarkan isi dokumen rekam medis.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
mengajukan konsep laporan hasil Visum Et Repertum
kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
disertai dokumen rekam medis pasien.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
membuat laporan hasil Visum Et Repertum berdasarkan
konsep yang disetujui oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien (DPJP).
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan tanda tangan laporan hasil Visum Et
Repertum ke DPJP dan Wadir Pelayanan RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memintakan nomor agenda keluar laporan hasil Visum
Et Repertum ke bagian TU dan dibubuhi stempel
Rumah Sakit.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
mencatat dan mengespedisikan laporan hasil Visum Et
Repertum ke buku ekspedisi.
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
membuatkan rincian biaya untuk dibawa dan membayar
ke kasir.
47
Petugas bagian pembuatan Visum Et Repertum
memberikan hasil Visum Et Repertum kepada pihak
pemohon dan meminta tanda tangan setelah
membayar dari kasir.
Petugas bagian pembutan Visum Et Repertum
menyimpan salinan dokumen Visum Et Repertum
sebagai arsip.
ii. Tugas Rekam Medis dalam pelaksanaan Visum Et
Repertum
Menerima surat permintaan pembuatan VER dari
Kepolisian yang ditujukan kepada direktur rumah sakit.
Menyerahkan ke bagian sekdir untuk di desposisi direktur.
Setelah di desposisi direktur petugas VER memproses
sesuai permintaan.
Mencarikan berkas rekam medis dibagian filing /
assembling sesuai dengan permintaan yang diajukan dari
kepolisian.
Membuat draft VER.
Mengajukan draft VER kepada dokter IGD.
Merevisi draft VER apabila ada yang di revisi.
Meminta tanda tangan dokter IGD apabila VER sudah
sesuai dengan berkas rekam medis.
Membuat nota staf untuk pengajuan tanda tangan
direktur, dengan tanda tangan berjenjang dari kepala
Instalasi ke kabid. penunjang medik dan non medik serta
dilanjutkan ke sekdir untuk dimintakan tanda tangan
direktur.
Menghubungi pihak kepolisian bahwa VER sudah jadi
untuk diambil.
Membuatkan pengantar kwitansi apabila kasus bukan dari
KPAI dan bukan warga kabupaten pekalongan.
Mengarahakan pemohon untuk melakukan pembayaran
di kasir.
48
Apabila kasus KPAI yang ditanggung/dijamin Pemda
langsung diambil oleh pihak kepolisian dengan tidak
membayar.
Menyerahkan hasil VER kepada Kepolisian dengan
menanda tangani di buku ekspedisi pengambilan VER.
Mengarsipkan di File Visum Et Repertum.
49
Pemeriksaan Pemeriksaan Kode Kode
Anamnesa Tindakan Ket
No Identitas Diagnosa Fisik Penunjang Diagnosis Tindakan
S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1 455xxx wound disruption √ √ √ √ √ √ sesuai
2 455xxx Maternal due to √ √ √ √ √ √ sesuai
3 456xxx Oligohydraminions √ √ √ √ √ √ Sesuai
4 452xxx obstruction labor √ √ √ √ √ √ Sesuai
5 455xxx Macrostomia √ √ √ √ √ √ Sesuai
6 411xxx Talipes √ √ √ √ √ √ Sesuai
Equinovarus
7 467xxx Calculus of ureter √ √ √ √ √ √ Sesuai
8 618xxx infertilitas primer √ √ √ √ √ √ Sesuai
9 105xxx neonates aterm √ √ √ √ √ √ Sesuai
10 336xxx STT Genu (Soft √ √ √ √ √ √ Sesuai
Tissue Tumor)
11 638xxx Striktur uretra √ √ √ √ √ √ Sesuai
12 437xxx Urinary Tract √ √ √ √ √ √ Sesuai
Infection
Jumlah 12
% 100%
Keterangan :
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
Pemeriksaan Pemeriksaan Kode Kode
Anamnesa Tindakan
No Identitas Diagnosa Fisik Penunjang Diagnosis Tindakan Ket
S TS S TS S TS S TS S TS S TS
1 455xxx Hiperbilirubinemia √ √ √ √ √ √ sesuai
2 455xxx BBLR √ √ √ √ √ √ sesuai
3 457xxx Neonatus Aterm √ √ √ √ √ √ Sesuai
4 462xxx Asfixia √ √ √ √ √ √ Sesuai
5 454xxx Complication of √ √ √ √ √ √ Sesuai
labour and delivery
6 455xxx Blighted ovum and √ √ √ √ √ √ Sesuai
nonhydatidiform
mole
7 461xxx IUFD √ √ √ √ √ √ Sesuai
8 452xxx complication √ √ √ √ √ √ Sesuai
pregnancy,
childbirth, and the
puerperium
9 305xxx vesicovaginal fistula √ √ √ √ √ √ Sesuai
10 448xxx Antepartum √ √ √ √ √ √ Sesuai
Haemmorhage
11 637xxx Calculus of Kidney √ √ √ √ √ √ Sesuai
12 438xxx calculus ureter √ √ √ √ √ √ Sesuai
Jumlah 12
% 100%
Keterangan :
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
BAB IV
PEMBAHASAN
a. Pendaftaran
1) Kekeliruan petugas dalam menginput data pasien
c. Filing
d. Medico legal
Tertundanya proses hukum dipengadilan karena sulitnya mendapat
tanda tangan dokter.
Penanganan : Mengkomunikasikan kepada dokter bahwa ada
dokumen yang harus ditanda tangani dan
mendiskusikan kepada pasien bahwa membutuhkan
proses dalam megurus vissum et repertum sesuai
dengan jadwal dokter.
e. Pelaporan
Kekeliruan petugas dalam menginput data.
Penanganan : Petugas lebih teliti dalam menginput data.
3. Mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan clinical pathway
Berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap
Mekanisme pemanfaatan dan penyimpanan clinical pathway di RSUD
KRATON PEKALONGAN, dapat disimpulkan bahwa mekanisme
tersebut berjalan dengan baik.
C. Hukum Kesehatan (Manajemen Informasi Kesehatan 4)
Pelaksanaan hukum kesehatan di RSUD Kraton Kabupaten
Pekalonganyang meliputi pelepasan informasi, informed consent dan
visum et repertum sudah terlaksana dengan baik, namun salah satu
permasalahan yang dapat memperlambat proses tersebut yaitu ketidak
pastian kehadiran dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
1. Perinatal
a. Pasien perempuan usia 22 tahun dirawat di RSUD Kraton beliau
mengatakan habis operasi sesar pada tanggal 20 juli 2018 dan luka
operasi mengalami rembes setelah melalukan P1A0 (partus ke 1
abortus 0) sesar hari ke 8 dengan wound dehisiensi atau komplikasi
pasca bedah abdomen yang serius dengan tingakat mortalitas dan
morbiditas yang tinggi. Dokter mendiagnosa pasien dengan wound
disruption kode dalam ICD-10 cm O90.0. setelah itu pasien
melakukan pemeriksaan fisik berupa tekanan darah 110/80 mm/Hg,
nadi 88 kali/menit, pernapasan 22 kali/menit, suhu 36̊ c, kemudian
dokter melakukan tindakan berupa 90.59 tindakan pemasangan infus
pada pasien dan 86.59 tindakan angkatan jahitan pada sisa operasi
sesar yang dilakukan pasien.
b.Seorang pasien perempuan berusia 36 tahun dirawat di RSUD Kraton
karena akan melahirkan, dengan anamnesa G1P0A0 paseien
mengatakan bahwa ini kehamilan ke 3. Kemudian dokter memberikan
diagnosa utama berupa Maternal due to dengan kode icd 10 cm
O39.2 dan diagnosa sekunder berupa O60.1 preterm labor with
preterm delivery. Setelah itu dokter melakukan tindakan berupa
cesarean section dengan kode 74.4 dan pemasangan infus dengan
kode 90.59.
2. Kehamilan
a. seorang pasien perempuan berusia 27 tahun mengatakan kepada
dokter masih merasakan gerakan bayi didalam perut, kemudian
perawat melakukan pemeriksaan penunjang berupa TD 120/80
mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 24 kali/menit. Dokter
memberikan diagnosa Oligohydraminions yang berarti suatu kondisi
yang terjadi pada kehamilan dimana jumlah air ketuban dibawah level
normal dengan kode O41.0. dan diagnosa sekunder kelahiran bayi
dengan cara caesarean atau kode O82.0, sekunder lainnya beupa
Z37.0 dan Z30.2. dan dokter melakukan tindakan berupa caesarean
section dengan kode 74.4 dan MOW dengan kode 66.39
b. Seorang wanita datang kerumah sakit diantar suami mengeluh bahwa
kelahiran dirasa tidak maju dan keterangan dokter G1P0A0 hamil 40
minggu sups CPD dan sudah mulai keluar cairan rembes sejak jam 2.
Kemudian perawat melakukan pemriksaan fisik berupa TD 110/65
mmHg, nadi 70 kali/menit. Dokter mendiagnosa o66.9 atau partus tak
maju, dan obstruction labor, unspecified kehamilan kala 1 dengan
kode O82.9. lalu dilakukan tindakan berupa caesarean section karena
tidak ada kemajuan dengan kode tindakan 74.99.
3. Kongenital
a. seorang ibu mau melahirkan kemudia lahir bayi spontan laki laki. Dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat berupa BB 4300
gram, PB 35cm, suhu 36̊ c, nadi 82 kali/menit. Kemudian dokter
memberikan diagnose utama kepada bayi tersebut dengan
Macrostomia atau penyakit keturunan yang jarang terjadi, biasanya
ditunjukan dengan kelainan fisik pada kepala, wajah, kulit, jari, alat
kelamin, Kode pada icd 10cm adalah Q18.4. dan dilakukan tindakan
berupa lab dengan kode 90.59.
b. bayi baru lahir didiagnosa oleh dokter dengan kode Q66.0, Talipes
Equinovarus atau kelainan yang dibawa sejak lahir yang sering
disebut club foot kaki bengkok kedalam. Perawat melakukan
pemerikaan fisik berupa nadi 12 kali/menit, suhu 36̊ c, pernapasan 24
kali/menit. Tindakan penunjang yang dialkukan adalah laboratrorium
90.59 dan pemasangan gips 93.53.
4. Reproduksi
a. seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun mengeluh belum
mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah, kemudian dokter
mendiagnosa pasien dengan infertilitas primer atau sepasang suami
istri belum mampu mempunyai anak setelah 1 tahun berhubungan
seksual 2-3 kali seminggu tanpa alat kontrasepsi dengan kode N46.9.
kemudian dilakukan tindakan penunjang dengan cara USG dengan
kode 88.7. lalu dokter memberikan diagnosa sekunder berupa
varicocele atau pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam
kantong zakar (skrotum) dengan kode i86.1.
b. pasien bernama nyonya R usia 31 tahun mendapat diagnosa
vesicovaginal fistula atau hubungan abnormal antara epithelium
vagina dan epithelium vesica urinaria yang menyebabkan kebocoran
urin melalui vagina dengan N82.0. dan dilakukan tindakan berupa
cystoscopy 57.32 dan pemeriksaan penunjang berupa lab dengan
kode 90.59. perawat melakukan pemeriksaan fidik berupa TD 120/80
mmHg, Nadi 84 kali/menit, pernapasan 27 kali/menit.
5. Neonatal – Perinatal
a. pasien bayi dilahirkan tanggal 2 januari 2018 secara sesar, kemudian
dokter memberi diagnosa neonates aterm atau kelahiran lebih dari
hari perkiraan lahir dengan kode P03.4. dan diagnosa sekunder
berupa Hidrocele atau terkumpulnya cairan di sekeliling testis yang
umumnya tidak sakit dan tiak berbahaya. Kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik berupa Nadi 153 kali/menit, suhu 36̊ c, pernapasan
42 kali/menit dan pemeriksaan penunjang laboratorium dengan kode
90.59.
b. Seorang pasien laki laki berusia 55 tahun mengeluh terdapat benjolan
sejak kurang lebih 1 bulan nyetri kaki dan hernia. Kemudian dokter
memberi diagnosa STT Genu (Soft Tissue Tumor) atau benjolan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Kemudian dokter
melakukan tindakan berupa operasi Debulking atau pengangkatan
atau pembedahan pada stadium lanjut. Dan perawat melakukan
pemeriksaan fisik beruba BB 48kg, TD 112/80, pernapasan 22
kali/menit, nadi 84 kali/menit.
6. Urinari
a. seorang pasien laki laki berusia 50 tahun dengan anamnesa sejak 1
bulan yang lalu tidak dapat buang air kecil dan tidak dapat dipasang
kateter. Perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa TD 130/90
mmHg, suhu 36̊ c, pernapasan 22 kali/menit, dan nadi 84 kali/menit.
Kemudian dokter memberikan diagnosa berupa Striktur uretra atau
kondisi penyempitan uretra yang menghambat aliran urine dengan
kode N35.9. Pasien juga mendapat diagnosa sekunder berupa
anemia atau kondisi kekurangan darah dengan kode D64.9. serta
pemeriksaan penunjang berupa laboratorium 90.59.
b. Pasien pria usia 37 tahun mengalami nyeri pada pinggang kiri s.d
perut bagian depan dan nyeri saat di ketok, lalu dirawat dengan
diagnose Urinary Tract Infection dengan kode N39.0. Pada saat
dirawat, pemeriksaan laboratorium nya menunjukan urin kemerahan
serta leukosit dan eritosit penuh. Lalu dilakukan pemeriksaan
penunjang USG Abdomen dengan kode 89.52 dan tindakan EKG.
Perawat melakukan Pemeriksaan fisik TD 130/60 mmHg, N 87
x/menit, RR 20 x/menit.
1. Perinatal
a. setelah lahir dengan kode P20.0. kemudian perawat melakukan Bayi
baru lahir didiagnosa oleh dokter Hiperbilirubinemia atau peningkatan
kadar bilirubin serum pada bayi (neonatus) dengan kode P59.9.
anamnesa pada bayi adalah muntah bila diberi minum, kuning.
Pemeriksaan fisik berupa suhu 37 ̊ c BB 2550 gram, nadi 110
kali/menit, pernapasan 42 kali/menit.
b. Bayi berusia 2 bulan mendapat diagnose dari dokter Asfixia atau
biasa disebut otak bayi dan organ lainnya tidak mendapat cukup
oksigen sebelum, selama, dan pemeriksaan fisik berupa nadi 150
kali/menit, respirasi 88 kali/menit. Dan pemeriksaan penunjang
laboratorium dengan kode 99.59.
2. Kongenital
a. Bayi lahir spontan G2P3A1 mendapat diagnosa dari dokter berupa
Neonatus Aterm lahir SC atau biasa disebut dengan janin dan
noenatus terganggu oleh kelahiran sesar dengan kode P03.4 .
kemudian perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa Nadi 136
kali/menit, Suhu 36̊ c, BB 2800 gram, PB 49cm, Pernapasan 46
kali/menit. Dan juga dilakukan pemeriksaan penunjang berupa IMD
atau Inisiasi Menyusui Dini adalah proses menyusu segera yang
dilakukan dalam satu jam pertama setelah bayi lahir dengan kode
tindakan caesarean section 74.4.
b. Bayi nyonya E lahir dengan diagnosa Asphyxia atau gagal napas
kekurangan oksigen, dan dengan anamnesa merintih kode pada icd
10cm P21.0. kemudian perawat melakukan pemeriksaan fisik berupa
suhu 36̊ c, nadi 137 kali/menit, dan BB 3650 gram. Dan mendapat
pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dengan kode 90.59
pada icd 9cm.
3. Kehamilan
a. Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 35 minggu datang ke RS
dengan keluhan kenceng-kenceng sering, keluar lender darah, dan
cairan ngrembes. Pasien diberikan oksitosin drip 10 unit pada kala
satu akhir. Dokter menetapkan diagnosa utama Complication of
labour and delivery dengan kode O75.9dan diagnosa sekunder
Secondary Uterine Inertia dengan kode O62.1 dan tindakan yang
dilakukan adalah Episotomy dengan 73.6. Pemeriksaan fisik TD
130/70 mmHg, N 83 kali/menit, pernapasan 21 kali/menit, Hb 12,2,
lekosit 13100.
b. Wanita umur 21 tahun G1P0A0 hamil 4 minggu terancam keguguran.
Pasien mengeluh flek sejak semalam, nyeri perut bagian bawah, dan
sangat mual. Selama dirawat pasien melakukan pemeriksaan USG
Uterus. Pasien mendapati diagnosa Blighted ovum and
nonhydatidiform mole dengan kode O41.0 dan tindakan Kuretase
dengan kode 88.78 dan 69.02. Pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg, N
83 kali/menit, pernapasan 21 kali/menit, Hb 13,4 lekosit 10101.
4. Persalinan
a. Pasien yang berasal dari pekalongan dirawat di RSUD kraton karena
pasien mengatakan hamil anak pertama, HPHT tanggal 3 juli 2017
dan pasien mengatakan tidak merasakan gerakan bayi sejak hari
minggu. Kemudian dokter mendiagnosa pasien dengan IUFD atau
intraurine fetal death keadaan dimana janin meninggal didalam
kandungan setelah kehamilan berusia 20minggu dengan kode icd
O36.4 pada icd 10cm. pasien juga memiliki diagnosa sekunder yaitu,
anemia atau kekurangan sel darah yang menggandung hemoglobin
dengan kode O99.0, perdarahan dengan kode O73.0. kemudian
dokter melakukan pemeriksaan fisik berupa TD 114/57 mm/Hg, Nadi
82 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit suhu 36,4̊ c. dan pasien
mendapat tindakan berupa medical induction of labor atau induksi
medis persalinan dengan kode 73.4.
b. Seorang pasien perempuan berumur 32 tahun dengan anamnesa
G2P0A1 H 40 minggu dengan katub jantung mendapat diagnosa dari
dokter G2P0A1 diseases of the circulation system complication
pregnancy, childbirth, and the puerperium O99.4 adalah penyakit
pada sistem peredaran darah mempersulit kehamilan, persalinan dan
masa nifas, I50.0 adalah gagal jantung kongestif, O66.4 adalah failed
trial of labor. Kemudian dilakukan pemeriksaan fisik berupa TD 100/70
mm/Hg, nadi 80 kali/menit, suhu 36,7̊ c, pernapasan 20 kali/menit.
Setelah itu dokter melakukan tindakan berupa laboratorium dan ekg,
dengan kode 90.54 dan 89.52.
5. Reproduksi
a. pasien bernama nyonya R usia 31 tahun mendapat diagnosa
vesicovaginal fistula atau hubungan abnormal antara epithelium
vagina dan epithelium vesica urinaria yang menyebabkan kebocoran
urin melalui vagina dengan N82.0. dan dilakukan tindakan berupa
cystoscopy 57.32 dan pemeriksaan penunjang berupa lab dengan
kode 90.59. perawat melakukan pemeriksaan fidik berupa TD 120/80
mmHg, Nadi 84 kali/menit, pernapasan 27 kali/menit.
b. seorang pasien perempuan berusia 38 tahun mengalami hamil
dengan pendarahan dari setengah bulan yang lalu, kemudian
diperiksa oleh dokter dan mendapat diagnosa Antepartum
Haemmorhage atau perdarahan melalui vagina yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 24 minggu dengan kode O46.9. Perawat
melaukakan pemeriksaan fisik berupa BB 67kg, TB 160cm, TD
190/100 mmHg. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG
dengan kode 88.7.
6. Urinari
a. Wanita umur 60 tahun dirawat untuk melakukan tindakan Nephrotomy
karena penyakit yang di deritanya yaitu Calculus of Kidney dengan
kode N20.0. Pasien memiliki gangguan apabila jalan rasanya
kemranyas dan nyeri pinggang kiri yang dirasakan pegal. BAK sedikit
kadang sulit keluar dan berwarna keruh. Selama dirawat pasien
melakukan pemeriksaan penunjang berupa CT abdomen dengan
kode 55.01 dan USG Abdomen. Lalu perawat melakukan
pemeriksaan fisik berupa TD 107/80 mmHg, N 88 kali/menit,
pernapasan 22 x/menit.
b. Seorang pasien pria beusia 40 tahun mendapat diagnosa dari dokter
berupa calculus ureter atau batu didalam ureter yang mungkin lewat
sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersam kemih.
Perawat melakukan tensi 130/ 70 mmHg, nadi 80 kali/menit, respirasi
22 kali/menit. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang berupa usg
dengan kode 88.75.