Anda di halaman 1dari 3

SERAT WULANGREH PUPUH KINANTHI

Kisah Tembang Kinanthi


Kata Kinanthi berasal dari kata ‘kanthi’ yang berarti menggandeng atau menuntun.
Kinanthi merupakan sebuah kisah penggambaran mengenai kehidupan seorang anak yang masih
perlu untuk dituntun supaya dapat berjalan dengan baik di dunia ini.
Tuntunan yang diperlukan seorang anak tidak hanya untuk belajar berjalan, melainkan
juga tuntunan dalam mengetahui serta memahami berbagai norma dan adat yang berlaku dalam
masyarakat. Sehingga, mereka bisa mempelajari dan sekaligus mematuhinya dalam
berkehidupan.
Aturane Tembang Kinanthi : 8u – 8i – 8a – 8i – 8a – 8i
Watak Tembang Kinanthi
Kinanthi juga memiliki makna yang sama dengan kata kanthi, gandheng, dan kanthil
dalam bahasa Jawa. Dimana dalam segi karakter atau sifat atau wataknya, Kinanthi ini
cenderung untuk mengungkapkan sebuah nuansa yang membahagiakan, kecintaan dan kasih
sayanng, juga keteladanan hidup.
Jadi, tembang kinanthi ini pun pas dan bisa digunakan untuk lirik – lirik tembang yang
bertujuan untuk menyampaikan suatu nasehat hidup dan juga kisah tentang kasih sayang.
01
Padha gulangen ing kalbu, ing sasmita amrih lantip, aja pijer mangan nendra, kaprawiran den
kaesthi pesunen sariranira, sudanen dhahar lan guling.
Kalian biasakanlah megasah kalbu, agar (pikiranmu) tajam menangkap isyarat, jangan hanaya
selalu makan dan tidur, jangkaulah sikap kepahlawanan, latihlah dirimu dengan mengurangi
makan dan minum.
02
Dadiya lakunireku, cegah dhahar lawan guling, lawan aja asukan-sukan, anganggoa sawatawis,
ala watake wong suka, suda prayitnaning batin.
Jadikan sebagai lelakon, kurangi makan dan tidur, jangan gemar berpesta pora, gunakan
seperlunya (karena) tabiat orang yang gemar berpesta pora adalah berkurangnya kepekaan
batin.
03
Yen wus tinitah wong agung, aja sira gumunggung dhiri, aja raket lan wong ala, kang ala
lakunireku, nora wurung ngajak-ajak, satemah anenulari.
Jika kau sudah ditakdirkan menjadi pembesar, janganlah menyombongkan diri, jangan kau
dekati orang yang memiliki tabiat buruk dan bertingkah laku tidak baik, sebab suka atau tidak
suka (hal itu) akan menular padamu.
04
Nadyan asor wijilipun, yen kelakuane becik, utawa sugih carita, carita kang dadi misil, iku
pantes raketana, darapon mundhak kang budi.
Sekalipun berasal dari keturunan kelas bawah, namun memiliki kelakuan yang baik atau
memiliki banyak cerita yang berisi (berguna), dia patut kau gauli, (hal itu) akan menambah
kebijaksanaanmu.
05
Yen wong anom pan wus tamtu, manut marang kang ngadhepi, yen kang ngadhep akeh bangsat,
nora wurung bisa anjuti, yen kang ngadhep keh durjana, nora wurung bisa maling.
Jika masih muda, biasanya mengikuti lingkungan, jika di lingkungan itu banyak penjahat, maka
jahatnla ia. Jika di lingkungannya banyak pencuri, maka ia pun pandai mencuri.
06
Sanadyan ta nora melu, pasthi wruh solahing maling, kaya mangkono sabarang, panggawe ala
puniki, sok weruha nuli bisa, iku panuntuning eblis.
Meskipun tidak ikut (mencuri) pasti mengetahui bagaimana cara mencuri. Demikanlah
(karakter) semua perbuatan jelek, awalnya hanya tahu, kemudian bisa melakukan, itulah
bujukan iblis.
07
Panggawe becik puniku, gampang yen wus den lakoni, angel yen durung kalakyan, aras-arasen
nglakoni, tur iku den lakonana, mupangati badaneki.
Perbuatan yang benar itu akan mudah jika sudah dilaksanakan, terasa sulit jika belum
dilakukan, enggan melaksanakan, namun jika dilakukan (hal itu) akan bermanfaat bagi jiwa
raga kita.
08
Yen wong anom-anom iku, kang kanggo ing masa iki, andhap asor kang den simpar, umbag
gumunggunging dhiri, obral umuk kang den gulang, kumenthus lawan kumaki.
Para pemuda di masa sekarang meninggalkan sopan santun dan rendah hati, sebaliknya
mengumbar kesombongan dan tinggi hati.
09
Sapa sira sapa ingsun, angalunyat sarta edir, iku wewatone uga, nom-noman adoh wong becik,
emoh angrungu carita, carita ala miwah becik.
Tidak mengenal teman satu sama lain, kurang ajar, dan congkak, itu juga kebiasaannya, para
pemuda menjauhi orang yang berperilaku baik, tidak mau mendengar cerita yang baik maupun
cerita yang jelek.
10
Cerita pan wus kalaku, panggawe ala lan becik, tindak bener ala lan ora, kalebu jro cariteki,
mulane aran carita, kabeh-kabeh den kawruhi.
Adapun erita yang sudah terjadi, adalah perbuatan baik dan buruk, tingkah laku benar dan
tidak benar termasuk ke dalam jenis cerita, oleh karena itu disebu cerita, selurihnya harus kau
ketahui.
11
Mulane wong anom iku, abecik ingkang taberi, jejagongan lan wong tuwa, ingkang sugih kojah
ugi, kojah iku warna-warna, ana ala ana becik.
Oleh karena itu, sebagai pemuda seharusnya rajin berkomunikasi dan berembug dengan orang
tua yang banyak bicara. Ingat, bicara itu banyak macamnya, ada yang baik, ada pula yang
buruk.

12
Ingkang becik kojahipun, sira anggoa kang pasthi, ingkang ala singgahana, aja sira anglakoni,
lan den awas wong akojah, iya ing masa puniki.
Pastikan kau ikuti pembicaraan yang baik, yang kurang baik singkirkan, jangan kau lakukan,
meskipun begitu, di masa sekarang waspadalah setiap orang bicara.
13
Akeh wong kang sugih wuwus, nanging den sampar pakolih, amung badane priyangga, kang den
pakolehaken ugi, panastene kang den umbar, nora nganggo sawatawis.
Banyak orang yang pandai bicara namun pembicaraannya itu dibungkus dengan maksud untuk
mementingkan diri sendiri, hanya dirinya yang diuntungka, mengumbar kedengkian tanpa batas.
14
Aja ana wong bisa tutur, amunga ingsun pribadhi, aja ana ingkang memadha, angrasa pinter
pribadhi, iku setan nunjang-nunjang, tan pantes den pareki.
Jangan ada orang yang dapat berbicara kecuali dirinya sendiri dan jangan ada yang meyamai,
merasa paling pandai, itu adalah perilaku setan, tidak pantas kau dekati.
15
Sikakna di kaya asu, yen wong kang mangkono ugi, dahwen apan nora layak, yen sira sandhinga
linggih, nora wurung katularan, becik singkirana ugi.
Jika kau temui orang seperti itu, usirlah seperi kau menghalau anjing, dia tak patut kau dekati
apalagi menemaninya duduk, niscaya kau akan ketularan, lebih baik hindarilah.
16
Poma-poma wekasingsun, mring kang maca layang iki, lair batin den estokna, saunine layang
iki, lan den bekti mring wong tuwa, ing lair praptaning batin.
Bagi yang membaca surat ini, perhatikan dengan sungguh-sungguh nasihatku ini, patuhilah
secara lahir dan batin, laksnakan apa yang tertulis dalam surat ini, dan berbaktilah terhadap
orang tua, lahir dan batin.

Anda mungkin juga menyukai