Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN PANCASILA

NINA MEINA RAHMAWATI

Materi Kuliah XIII :

BHINNEKA TUNGGAL IKA

UNIVERSITAS GUNADARMA – KAMPUS KALIMALANG


BHINNEKA TUNGGAL IKA

Faktor-faktor pendukung karakteristik, sifat, ciri khas serta keunikan suatu


bangsa terdiri dari :

1. Faktor Objektif, meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.


2. Faktor Subjektif, meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan.

Bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam etnis, bahasa, agama, dan
wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu kesatuan meskipun berbeda-beda
dengan kekhasan masing-masing. Kesatuan tersebut tidak menghilangkan
keberanekaragaman, dan hal inilah yang dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika.
B. DASAR HUKUM LAMBANG NEGARA BHINNEKA TUNGGAL IKA

4 Simbol Negara sebagai jati diri dan identitas NKRI :


1. Lambang Negara : Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
2. Bendera Negara : Bendera Merah-Putih
3. Bahasa Negara : Bahasa Indonesia
4. Lagu Kebangsaan : Indonesia Raya

Dasar Yuridis Konstitusional : UUD 1945 Pasal 36 A


“ Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika”.
Dasar Hukum Penggunaan Lambang Negara :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur kejahatan (tingkat


pidana) yang menggunakan Bendera Merah Putih; Penodaan terhadap Bendera
Negara sahabat; Penodaan terhadap bendera Merah Putih dan Lambang Negara
Garuda Pancasila; serta Penggunaan bendera merah putih oleh mereka yang tidak
memiliki hak menggunakannya seperti terdapat pada pasal 52 a; 142a; pasal 154a;
dan pasal 473.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang
Negara.

Undang-Undang tentang Bendera, Bahasa, Lambang, Negara, serta Lagu Kebangsaan


merupakan jaminan kepastian hukum, keselarasan, keserasian, standarisasi, dan
ketertiban dalam penggunaan bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan.
Makna Lambang Negara Garuda Pancasila yang terdapat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 24 Tahun 2009 :

Pasal 46
Lambang Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh terus
ke arah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, semboyan
Bhinneka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang di cengkeram oleh Garuda.

Pasal 47
1. Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 memiliki, paruh sayap, ekor dan
cakar, yang mewujudkan tenaga pembangunan.
2. Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17,
ekor berbulu 8, panggal ekor berbulu 19 , dan leher berbulu 45.
Makna Lambang Negara Garuda Pancasila yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2009 :
Pasal 48
1. Di tengah-tengah perisai sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 46 terdapat sebuah garis hitam tebal yang
melukiskan katulistiwa.
2. Pada perisai sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan Dasar Pancasila
sebagai berikut:
1) Dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya dibagian tengah berbentuk bintang yang
bersudut lima.
2) Dasar kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di
bagian kiri bawah perisai.
3) Dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai
4) Dasar Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan
dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai.
5) Dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan
bawah perisai.
C. BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI LOCAL WISDOM BANGSA INDONESIA

Burung garuda merupakan kekayaan satwa nusantara, sebagai seekor satwa burung garuda mampu
terbang tinggi, dan hal ini melukiskan cita-cita bangsa Indonesia. Sedangkan seloka Bhinneka Tunggal
Ika yang melambangkan realitas bangsa dan negara Indonesia yang tersusun dari berbagai unsur
rakyat yang terdiri atas berbagai macam suku, adat-istiadat, golongan, kebudayaan, dan agama, wilayah
yang menyatu menjadi bangsa dan negara Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika secara linguistik berarti “beda itu, satu itu”. Secara
morfologis Bhinneka berasal dari kata polimorfemis yaitu Bhinna & Ika. Kata Bhinna berarti beda dan
ika berarti itu. Oleh karena itu jikalau diterjemahkan, makna “Bhinneka Tunggal Ika”, Tan ada dharma
mangrwa, adalah: meskipun berbeda-beda akan tetapi satu jua. Tidak ada hukum yang mendua
(dualisme).
D. MAKNA FILOSOFIS BHINNEKA TUNGGAL IKA
Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, adat-
istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau.
Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam bukan merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan,
melainkan perbedaan itu merupakan daya penarik kearah kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu
sintesis dan sinergi yang positif sehingga keanekaragaman itu justru terwujud.

Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang berdasarakan pancasila bersifat ‘majemuk tunggal’. Unsur-
unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia yaitu

a. Kesatuan Sejarah : Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak
zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda
1928 dan akhirnya memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
D. MAKNA FILOSOFIS BHINNEKA TUNGGAL IKA
Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia yaitu :
b. Kesatuan Nasib : Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib yaitu penderitaan
penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi kemerdekaaan secara bersama dan
akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama Tuhan YME tentang kemerdekaan.
c. Kesatuan Kebudayaan : Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan namun
keseluruhannya merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional Indonesia.
d. Kesatuan Wilayah : Bangsa ini hidup dari mencari penghidupan dalam wilayah Ibu pertiwi , yaitu tumpah
darah Indonesia.
e. Kesatuan Asas Kerokhanian : Bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-cita, kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia itu sendiri
yaitu pandangan hidup Pancasila.
Menurut paham negara kesatuan, negara bukan terbentuk secara organis tetapi tetapi negara terbentuk atas kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Hakikat negara persatuan bahwa negara adalah masyarakat itu sendiri.

Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak memihak pada satu golongan, negara bekerja
demi kepentingan seluruh rakyat. Konsep negara yang demikian adalah merupakan konsekuensi logis dari faham “negara
adalah masyarakat itu sendiri” dan faham bahwa antara negara dan masyarakat terdapat relasi hierarkhi neo genetik. Negara
adalah produk dari interaksi antar golongan yang ada dalam masyarakat.

Nilai Filosofi Persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Semangat
moralitas bangsa itu oleh founding fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka, yang merupakan simbol semiotis moralitas
bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini mengandung nilai-nilai etis bahwa setiap manusia adalah sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (sila I), pada hakikatnya berdasarkan harkat dan martabat manusia yang beradab (sila II), dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ini harus mendasar pada kesadaran telah memiliki kesamaan pandangan untuk mempersatukan diri
dalam suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia (sila III), memiliki kebebasan disertai tanggung jawab dalam hidup bersama (sila IV)
untuk mewujudkan suatu cita-cita bersama yaitu kesejahteraan suatu rakyat warga bangsa Indonesia (sila V)
Sumber :

Prof. Dr. H. KAELAN, M.S. Pendidikan Pancasila, Edisi Reformasi Tahun 2016,
Paradigma Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai