Anda di halaman 1dari 22

PHBS di Lingkungan Pondok

Pondok
Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang
artinya ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena
pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari
para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari
Dhofir, 1982: 18).
Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata pesantren
berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran
-an yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah
tempat para santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan
kata sant (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong),
sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan
manusia baik-baik.
Sedangkan menurut Geertz pengertian pesantren
diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuwan Hindu
yang pandai menulis, maksudnya pesantren adalah tempat bagi
orang-orang yang pandai membaca dan menulis. Dia
menganggap bahwa pesantren dimodifikasi dari para Hindu
(Wahjoetomo, 1997: 70).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren
diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-
murid belajar mengaji.
Sedangkan secara istilah Pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok
(asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-
kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam
secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup
keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hubungan Ajaran Islam Dengan Kesehatan
Segala hal yang berhubungan dengan pola hidup bersih
semuanya ada aturan serta acuan yang menjadi dasar, apa itu
bersih. Dan dalam ajaran islam ada ajaran yang mengatur semua
hukum islam, yakni ajaran fiqih.
Ajaran fiqih, maka dapat dilihat adanya garis besar dari
pengamtan itu yakni :
1)     1. Rab’ul’ibadat, yang menata hubungan manusia dengan
sang pencipta. Misalnya sholat, dituntut untuk selalu bersih, baik
rohaninya maupun jasadnya. Kebersihan di dalam sholat
merupakan syarat mutlak yang harus dilaksanakan karena kalau
tidak bersih (suci), maka sholtnya tidak syah.
2)   2.  Rub’ul’muamalat, yaitu masalah hubungan manusia dengan
manusia. Dalam hubungan ini ada suatu rumus fiqh yang sangat
terkenal di lingkugan Pondok Pesantren yaitu yang disebut
Alkalliyatul Khmas (Lima kepentingan dasar). Disebutkan
kesehatan jiwa raga menempati posisi pokok.  Hal tersebut
sesuai dengan Hadist Rasulullah yang mentakan “Mu’min yang
kuat lebih disukai dan disenangi oleh Allah dari pada mu’min
yang lemah”.
3)    3Rub’ul Munkahat, yang menata hubungan manusia dalam
lingkungan keluarga. Islam mengajarkan dalm perkawinan
hendaknya mencari pasangan yang sehat, dan menghindari
nasab (keturunan) yang tidak sehat.
4.Rub’ul jinayat, yang menata ketentraman dalam pergaulan
yang memperhatikan ketentraman dari lingkungan (kesehatan
lingkungan). Sebagai contoh dilarang buang hajat disemberang
tempat, karena akan mengganggu kesehatan lingkungan.
PHBS DI PESANTREN
1.PENDAHULUAN
  Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari penyakit.
Merupakan suatu yang mahal jika dibandingkan dengan hal-hal yang lain. Kesehatan bagi
sebagian penduduk yang terbatas pengetahuannya serta yang berpengetahuan dan yang
berpendapat rendah masih perlu di perjuangkan terus menerus dengan cara mendekatkan akses
pelayanan kesehatan dan pemberdayaan kemampuan mereka. Mencegah sakit adalah lebih
mudah dan murah dari pada mengobati seseorang apabila jatuh sakit. Salah satu cara untuk
mencegah hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya hidup sehat adalah segala upaya
untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan semakin banyaknya
penderita penyakit menular seperti scabies (penyakit kulit) sering di alami para santri santri
pesantren. Santri adalah Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti (1) orang yg
mendalami agama Islam,  (2) orang yg beribadat dng sungguh-sungguh, orang yg saleh.
karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk menghindarinya kita perlu bergaya hidup yang
sehat setiap harinya. Tidak jarang istilah PHBS terdengar di pesantrent. Jika dilihat dari
kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung mengetahui apa itu
PHBS, singkat kata mengenai perilaku seseorang menyangkut kebersihan yang dapat
mempengaruhi kesehatannya. Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare,
DBD  yang akhir-akhir ini marak. Namun kenapa satu hal ini terlihat begitu sulit diterapkan atau
tidak populer di mata para santri?

B.Tujuan
Menjelaskan dan memahami proses terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat. 
Menjelaskan dan memahamiperilaku yang mendukung terjadinya suatu penyakit. 
Menjelaskan dan memahami jenis-jenis penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat. 
Mengerti dan memahami perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS )

BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.Pengertian
PHBS PESANTREN adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga
santri beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dipesantren.
Namun tidak cukup hanya mengetahui apa itu PHBS, perlu penerapan, bukan tidak mungkin
para santri yang telah mengetahui PHBS tetap melakukan hal diluar kebersihan dan
menyebabkan kesehatannya berkurang.
B.Aspek Penting dalam Kesehatan
a)Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar dari diri seseorang. Lingkungan dibedakan
atas :
Lingkungan Fisik à Biotik dan Abiotik à air, udara, tanah, tumbuhan, manusia, hewan, dll)
Sosial ekonomi dan budaya à hubungan antar manusia 
b)Perilaku 
Perilaku merupakan suatu respon dari seseorang/organisme terhadap stimulus atau rangsangan
yang diterima. Perilaku dipengaruhi oleh: 
Faktor Predisposisi à pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, dll.
Faktor Pendukung à ketersediaan sumber/fasilitas.
Faktor Pendorong à sikap & perilaku petugas.
Dasar orang berperilaku dipengaruhi oleh 
☻ NILAI
☻ SIKAP
☻ PENDIDIKAN/PENGETAHUAN
Proses berperilaku yang baik 
☻ Kesadaran 
☻ Tertarik 
☻ Uji coba 
☻ Evaluasi 
☻ Adopsi 
c)Kesehatan 
SEHAT menurut UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi .
sedangkan SAKIT adalah terjadinya suatu keadaan dimana tubuh atau bagian dari tubuh tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan atau terdapat gejala patologis.
INDIKATOR KESEHATAN 
Indikator Positif 
☻ Status Gizi 
☻ Tingkat Pendapatan
Indikator Negatif 
☻ Mortalitas (Angka Kematian) 
☻ Morbiditas (Angka Kesakitan)

6.Tingkat Pencegahan Penyakit (Menurut H.L Blum)


Pencegahan tingkat I sebelum terkena penyakit (Primordial Prevention) à contoh kegiatan PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Promosi Kesehatan (Health Promotion)
 Perlindungan khusus Specific Protection)
Diagnosa dini penanganan yang cepat & tepat (Early diagnosys & promt treatment)
Pembatasan kecacatan (Disability limitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation)

C.Permasalahan
Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan langkah ampuh untuk
menangkal penyakit. Namun dalam praktiknya, penerapan PHBS yang kesannya sederhana tidak
selalu mudah dilakukan. Terutama bagi mereka yang tidak terbiasa. Dalam hal ini, pendidikan
dari pengurus asrama sangat dibutuhkan. Dewasa ini makin banyak sekali penyakit yang timbul
karena sulitnya penerapan PHBS dimasyarakat luas. Antara lain :
Sakit perut  diare, disentri, kolera, typhus, dll.
Penyebab : a. Minum air yang tidak dimasak.
b. Memakan jajanan yang kurang bersih dengan tangan yang kotor (tidak cuci tangan sebelum
makan). Sakit mata penyebab sering mandi di air yang kotor. Sakit kulit  gatal-gatal, panu, kadas,
kurap, kutu air
Penyebab : a. Mandi di air yang kotor.
b. Pakaian jarang dicuci.
c. Sering tukar menukar pakaian dengan orang lain.
d. Tempat tidur yang kotor
Cacingan
Penyebab : a. Makan dengan tangan yang kotor & mungkin ada telur cacing.
b. Memakan makanan yang kurang masak atau lalapan yang tidak dicuci dengan bersih.
c. Makanan tidak ditutup à dihinggapi lalat yang membawa telur cacing.
d. Tidak menggunakan alas kaki.
Sakit Batuk/Pilek
Penyebab : a. Dari orang sakit batuk/pilek.
b. Rumah gelap, pengap dan tanpa ventilasi serta jendela.
c. Kamar kecil dan padat penghuni.
Sakit Malaria
Sakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Dan lain-lain.
Sebenarnya semua penyakit diatas bias dicegah dengan PHBS, bahkan penyakit flu burung
ataupun flu babi yang akhir-akhir ini marak harusnya bisa dihindari dengan PHBS.

BAB III
PEMBAHASAN

Penyelesaian Masalah
A.Penerapan dan Pengembangan PHBS PESANTREN
Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengaruh
terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika para santri. Kedua,
Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari
kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat,
Perubahan lingkungan .Kelima, Demokratisasi. 
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi
tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan
yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk
lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model
pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat
untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. 
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.
Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
1.Pengembangan PHBS di 5 Tatanan 

Upaya-upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sudah dilakukan dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang menjadikan seseorang dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Bidang PHBS yaitu :
- Bidang kebersihan perorangan, seperti cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun,
mandi minimal 2x/hari, dll.
- Bidang Gizi, seperti makan buah dan sayur tiap hari, mengkonsumsi garam beryodium,
menimbang berat badan(BB) dan tinggi badan (TB) setiap bulan, dll.
- Bidang Kesling, seperti membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban,
memberantas jentik, dll.
Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap orang bukanlah hal yang
mudah, akan tetapi memerlukan proses yang panjang. Setiap orang hidup dalam tatanannya dan
saling mempengaruhi serta berinteraksi antar pribadi dalam tatanan tersebut. Memantau, menilai,
dan mengukur tingkat kemajuan tatanan adalah lebih mudah dibandingkan dengan perorangan.
Oleh karena itu, pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui
pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, tempat kerja,
dan institusi kesehatan.
CARA MENYIAPKAN MAKANAN DAN MINUM YANG BERSIH DAN SEHAT
Cara yang dapat dilakukan untuk menyiapkan makanan dan minum yang bersih dan sehat
sebagai berikut :
Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan menyajikan makanan dan
minuman serta setelah memegang benda-benda yang kotor.
Alat-alat makan dan alat-alat masak harus selalu bersih serta menggunakan lap yang bersih.
Jangan meletakkan makanan dan minuman di sembarang tempat.
Cucilah sayuran mentah dengan air panas jika digunakan untuk lalapan atau dimakan mentah.

BAB IV
KESIMPULAN
1.PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga
beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
2.PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Antara lain :
Mandi dua kali sehari dengan sabun mandi.
Menggosok gigi sehabis makan dan waktu akan tidur. 
Buang air besar di jamban/WC.
Mencuci tangan setelah buang air besar & sebelum makan dengan sabun.
Membuang sampah di tempat sampah.
Mengganti pakaian sekali sehari dan pakaian jangan terlalu sempit.
Pakaian dicuci sampai bersih dengan sabun cuci.
Memotong kuku setiap minggu.
Mencuci rambut minimal dua kali seminggu atau setiap kali rambut kotor.
Jangan pinjam meminjam perlengkapan pribadi seperti handuk, sabun, pakaian, sikat gigi, pisau
cukur, dll 
Tidur dengan waktu yang cukup.
Berolah raga secara teratur.
3.Aspek Penting dalam Kesehatan antara lain: Lingkungan, Perilaku, Kesehatan
PHBS DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN
 Definisi PHBS
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PUBS melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS
Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat
Umum.
 Upaya untuk mencapai PHBS
Istilah Promosi Kesehatan sebenarnya sudah lama dikenal sebagai satu
kesatuan pengertian tentang upaya kesehatan yang menyeluruh yaitu promotif,
preventif dan rehabilitatif. Bahkan lebih dari dua dekade yang lalu sudah ada istilah promoter kesehatan
desa atau kader yang dikaitkan dengan program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).
Promosi Kesehatan adalah proses memberdayakan/memandirikan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan,
serta pengembangan lingkungan sehat.
Promosi kesehatan mencakup aspek perilaku, yaitu upaya untuk memotivasi,
mendorong dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki masyarakat, agar mereka mampu
memelihara, meningkatkan kesehatannya. Disamping itu Promosi kesehatan juga mencakup berbagai
aspek khususnya yang berkaitan dengan
aspek social budaya, pendidikan, ekonomi dan pertahanan keamanan
Sesuai dengan konsep promosi kesehatan, individu dan masyarakat bukan
hanya menjadi obyek yang pasif (sasaran) tetapi juga subyek (pelaku). Dalam konsep tersebut masalah
kesehatan bukan hanya menjadi urusan sector kesehatan, tetapi juga
termasuk urusan swasta dan dunia usaha, yang dilakukan dengan pendekatan
kemitraan. Dengan demikian kesehatan adalah upaya dari, oleh dan untuk masyarakat yang diwujudkan
sebagai gerakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
 PHBS di lingkungan pondok pesantren
Dikatakan, hidup sehat sebagaimana diajarkan rosulullah sebenarnya telah menjadi dasar
perikehidupan dalam lingkungan pesantren dan layanan pos kesehatan sebagai penunjang agar para
santri dan masyarakat di lingkungan pesantren terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat. Dalam
tausyiyahnya Habib Luthfi mengatakan, sebenarnya dirinya sangat malu bila melihat ummat Islam susah
diajak hidup bersih dan sehat. Pasalnya dalam Islam sendiri sebenarnya telah diajarkan bagaimana hidup
bersih itu sesungguhnya bagian dari iman. Akan tetapi pada kenyatannya banyak diantara kita belum
terbiasa berperilaku hidup bersih dan sehat, ujarnya di hadapan ribuan jama’ah maulid.
Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan
santri-santri untuk mempelajari pengetahuan agama Islam di bawah bimbingan seorang
Guru/Ustadz/Kyai dengan tujuan untui menyiapkan santri-santri menguasai Ilmu Agama Islam dan siap
mengajarkan agama Islam dengan mendirikan Pesantren baru untuk memperbanyak jumlah kader
dakwah Islamaiyahnya. Pesantren merupakan tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang
yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki kecerdasan yang tinggi. Santri-santri yang berada di
pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolh-
sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus
pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya.
Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi
anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan
lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu
peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak kesehatan
melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup
bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya.
Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran serta Pesantern
untuk melakukan pembinaan kesehatan santri-santri diperlukan upaya-upaya yang meliputi :

Upaya Promotif :
1. Pelatihan kader kesehatan Pondok Pesantern yaitu kegiatan pelatihan santri- santri yang berada di
Pondok Pesantren untuk menjadi kader kesehatan yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan
di Pondok Pesantren tersebut.
2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Pondok Pesantren tentang
pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat
Pondok Pesantren mengenai kesehatn jasmani, mental dan social.
3. Perlombaan bidang kesehatn yaitu kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan minat terhadap
kegiatan kesehatn di Pondok Pesantren, misalnya lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain.

Upaya Preventif :
1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantern dalam
rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada santri-santri yang masih berusia sekolah, misaln ya
imunisasi DT dan TT pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit yang disebabkan
gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh santri dan
petugas serta pihak Pondok Pesantren.
3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan pemeliharaan lingkungan
Pondok Pesantren berupa tempat pembuangan sampah, air limbah, kotoran dan sarana air bersih.
Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan kesehatan lingkungan Pondok Pesantren.
4. Penjaringan kesehatan santri baru guna mengetahui status kesehatan dan sedini mungkin
menemukan penyakit yang diderita para santri.
5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para santri di Pondok
Pesantren yang dialksanakan oleh petugas kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantren.

Upaya Kuratif dan rehabilitatif :


1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap santri dan masyarakat Pondok Pesantren
yang sakit yang dirujuk pihak Pondok Pesantren.
2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk santri dan mayarakat Pondok Pesantren yang mmengidap
penyakit tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut.

Peran serta lain yang biasanya dilakukan oleh pihak Pondok Pesantern adalah dalam hal pelayanan gizi
di Pondok Pesantren dengan cara :
1. Pemantauan status gizi masyarakat Pesantren dengan kegiatan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan.
2. Pemanfaatan halaman/pekarangan, yaitu memanfaatkan lahan untuk pertanian atau
perikanan/peternakan guna kelengkapan gizi santri.
3. Penanggulangan masalah gizi. Kegiatan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka
mengatasi masalah gizi utama (Gaki atau gangguan akibat kekurangan iudiom, Anemia gizi besi, Kurang
Energi Protein, Kekurangan vitamin A).
4. Pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan

Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Pondok Pesantern guna meningkatkan derajat
kesahatan masyarakat Pondok Pesantern adalah tentang kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren
yang meliputi :
1. Lingkungan dan bangunan pondok Pesantren haruslah dalam keadaan bersih tersedia sarana sanitasi
yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang kukuh.
2. Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh santri dan sesuai dengan ketentuan kesehatan.
Keterlibatan Pondok Pesantren dalam hal kesehatan yang lain adalah tersedianya Pos Obat Desa (POD).
Pos Obat Desa yang dimaksud adalah suatu tempat dimana masyarakat warga Pondok Pesantren yang
sakit dapat dengan mudah memperoleh obat untuk mengobati santri dengan murah dan bermutu. Obat-
pbat yang dipakai adalah obat-obat yang diperbolehkan yaitu sesuai dengan letentuan dari pihak
kesehatan. Pengelola POD adalah kader yang telah dilatih yang berada di Pondok Pesantren.
Sanitasi Pondok Pesantren Kita
Pondok pesantren, selain dikenal sebagai wahana tempat belajar santri dan santriwati dalam
mendalami ilmu agama Islam, namun ponpes selama ini juga dikenal bermasalah dari aspek sanitasi.
Berbagai penyakit berbasis lingkungan yang umum sering menjadi masalah di Ponpes seperti kudis,
diare, ISPA, disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat di Pondok Pesantren (Ponpes). Bahkan
ada gurauan dikalangan santri dan kyai bahwa belum belum sah jika seorang santri yang mondok
disebuah ponpes jika belum terserang penyakit kudis (scabies).

Sebagamana sanitasi rumah, sanitasi Ponpes pada dasarnya adalah usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakannya
sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana sanitasi tersebut
antara lain ventilasi, suhu, kelembaban, kepadatan hunian, penerangan alami, konstruksi bangunan,
sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran man usia, dan penyediaan air bersih
(Azwar, 1990). Kondisi sanitasi pada Ponpes akan sangat berkaitan dengan angka kesakitan berbasis
lingkungan yang menular.

Beberapa masalah sanitasi sangat umum di ponpes dapat kita sebut antara lain keterbatasan sarana
sanitasi dan perilaku santri yang belum ber PHBS. Berikut observasi umum yang (saya kira, dan saya
percaya), dapat dipercaya berlaku umum di Ponpes kita (lokasi observasi untuk sementara tidak
disebutkan). Observasi ini menggunakan alat ukur checklist inspeksi sanitasi Ponpes, pengamatan
secara visual serta melakukan wawancara terhadap santri.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan didapatkan gambaran antara lain banyak ditemukan
Sanitasi Ponpes yang kurang memadai, higiene perorangan pada santri yang buruk, pengetahuan,
sikap, dan perilaku para santri yang kurang mendukung pola hidup sehat, serta pihak penghelola
ponpes yang kurang tertarik (?) dengan masalah sanitasi lingkungan Ponpes.

Beberapa komponen yang diamati adalah sanitasi lingkungan Ponpes yang terdiri dari lokasi dan
konstruksi Ponpes, penyediaan air bersih, ketersediaan jamban, pengelolaan sampah, sistem
pembuangan air limbah, sanitasi dan kepadatan pemondokan, sanitasi ruang belajar santri, dan
sanitasi masjid Ponpes.

Lingkungan Ponpes

Berdasarkan alat ukur checklist inspeksi sanitasi pada Ponpes, dapat dilihat bahwa secara umum
lingkungan dan bangunan pondok pesantren harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia sarana
sanitasi yang memadai. Selain itu Lingkungan dan bangunan ponpes tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang mengerat, dan binatang mengganggu
lainnya. Bangunan Ponpes juga harus kuat, utuh, terpelihara, mudah dibersihkan dan dapat
mencegah penularan penyakit dan kecelakaan.

Secara umum lingkungan Ponpes pada lokasi observasi telah memenuhi syarat, dengan berbagai
komponen persyaratan tersebut telah terpenuhi, baik dari aspek sarana, kebersihan, maupun
konstruksi bangunan.

Konstruksi Bangunan

Syarat sebuah pondok pesantren berdasarkan aspek konstruksi mempersyaratkan adanya kondisi
pada lantai, dinding, lubang penghawaan, kelembaban, ventilasi, atap, langit-langit, serta jaringan
instalasi. Pada lantai bangunan Ponpes harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan
rata, tidak licin dan mudah dibersihkan. Juga Lantai yang selalu kontak dengan air mempunyai
kemiringan yang cukup (2%-3%) kearah saluran pembuangan air limbah. Pada Dinding Ponpes,
dipersyaratkan adanya permukaan dinding yang harus rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan.
Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
Persyaratan konstruksi a t a p, selain kuat juga tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga dan tikus. Sedangkan Persyaratan langit-langit, selain kuat, berwarna terang serta mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 2.50 meter dari lantai. Sementara konstruksi pintu harus kuat,
serta dapat mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.

Ventilasi dan Kelembaban Udara

Lubang Penghawaan pada bangunan ponpes harus dapat menjamin pergantian udara didalam
kamar/ruang dengan baik. Luas lubang penghawaan yang dipersyaratkan antara 5% - 15% dari luas
lantai dan berada pada ketringgian minimal 2.10 meter dari lantai. Bila lubang penghawaan tidak
menjamin adanya pergantian udara dengan baik harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis. Dari
aspek kelembaban udara ruang, dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara
dengan kriteria buruk jika tingkat kelembaban > 90%, kelembaban Baik (65-90%). Kelembaban
sangat berkaitan dengan ventilasi. Tingkat kelembaban yang tidak memenuhi syarat ditambah dengan
perilaku tidak sehat, misalnya dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,
handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan ikut berperan dalam
penularan penyakit berbasis lingkungan seperti Scabies (memudahkan tungau penyebab/Sarcoptes
scabiei, berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai pejamu baru.

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu
ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Dengan adanya ventilasi yang baik maka udara
segar dapat dengan mudah masuk ke dalam ruangan. Ventilasi yang memungkinkan sinar matahari
pagi dapat masuk dan proses pertukaran udara juga tidak lancar.

Persyaratan sanitasi dari aspek pencahayaan, bahwa lingkunga Ponpes baik di dalam maupun diluar
ruangan harus mendapat pencahayaan yang memadai. Mutu udara harus memenuhi persyaratan,
seperti tidak berbau (terutama H2S dan Amoniak), serta kadar debu tidak melampaui konsentrasi
maksimum.

Jaringan instalasi, pemasangan jaringan instalasi air minum, air limbah, gas, listrik, sistem sarana
komunikasi dan lain-lain harus rapi, aman, dan terlindung

Dapur dan Fasilitas Pengelolaan makanan.

Persyaratan sanitasi ruang tidur pada pondok pesantren meliputi antara lain, ruangan selalu dalam
keadaan bersih dan mudah dibersihkan, tersedia tempat sampah sesuai dengan jenis sampahnya
serta tersedia fasilitas sanitasi sesuai kebutuhan. Syarat bangunan dapur berdasarkan aspek sanitasi,
ruang dapur harus menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup sendiri atau harus
dilengkapi dengan pegangan yang mudah dibersihkan.

Dapaur pada ponpes mempergunakan minyak tanah sebabagai bahan bakar, dengan kondisi dapur
kotor dan didominasi warna hitam oleh karena asap. Namun dari aspek pencahayaan dan ventilasi
telah memenuhi syarat, dengan sebagian sisi dapur merupakan ruang terbuka.

Kepadatan Penghuni.

Variabel kepadatan penghuni memberikan hasil yang signifikan untuk kejadian ISPA. Kepadatan
penghuni rumah dihubungkan dengan transmisi penyakit tuberculosis dan infeksi saluran pernafasan.
Hal ini karena kepadatan penghuni kamar tidur yang tidak memenuhi syarat akan menghalangi proses
pertukaran udara bersih sehingga kebutuhan udara bersih tidak terpenuhi dan akibatnya menjadi
penyebab terjadinya ISPA.

Kepadatan penghuni rumah yang terlalu tinggi dan tidak cukupnya ventilasi menyebabkan
kelembaban dalam rumah juga meningkat (Krieger dan Higgins, 2002). Syarat kepadatan hunian pada
Ponpes dipersyaratkan kepadatan yang termasuk dalam kriteria hunian tinggi jika ruangan <8 m 2/
dihuni untuk 2 orang, sedangkan kepadatan hunian rendah (> 8 m 2untuk 2 orang).
Tingkat kepadatan penghuni di Ponpes lokasi observasi cenderung padat namun masih dalam batas
toleransi persyaratan. Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai minimal 3 m2/tempat
tidur (1.5 m x 2 m). Namun struktur tempat tidur santri tidak berada dalam bed tersendiri, namun
berada di lantai dengan menggunakan alas berbentuk tikar. Kepadatan hunian merupakan syarat
mutlak untuk kesehatan rumah pemondokan termasuk ponpes, karena dengan kepadatan hunian
yang tinggi terutama pada kamar tidur memudahkan penularan berbagai penyakit secara kontak dari
satu santri kepada santri lainnya.

Fasilitas Sanitasi

Termasuk dalam aspek kesehatan fasilitas sanitasi, sebauah pondok pesantren harus memenuhi
persyaratan antara lain meliputi Penyediaan air minum serta toilet dan kamar mandi.

Fasilitas sanitasi mempunyai kriteria persyaratan sebagai berikut :

- Kualitas : Tersedia air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (fisik, kimia, dan
bakteriologis)
- Kuantitas :
Tersedia air bersih minimal 60 lt/tt/hr
- Kontinuitas :
Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan

Sedangkan aspek kesehatan sanitasi Toilet dan kamar mandi, selain harus selalu dalam keadaan
bersih, juga lantai kamar mandi terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan. Toilet dan kamar mandi harus juga dilengkapi dengan pembuangan air
limbah yang dilengkapi dengan penahan bau (water seal). Sedangkan letak toilet dan kamar mandi
tidak boleh berhubungan langsung dengan tempat pengelolaan makanan (dapur, ruang makan).
Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.

Toilet dan kamar mandi karyawan/pengurus harus terpisah dengan toilet santri, serta tidak terdapat
tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan serangga dan
binatang pengerat. Sedangkan perbandingan jumlah santri dengan jumlah jamban dan kamar mandi
adalah untuk jumlah santri 15 harus tersedia satu jamban dan kamar mandi, selanjutnya setiap
penambahan 25 tempat tidur harus ditambah 1 jamban dan 1 kamar mandi.

Kondisi di Ponpes lokasi observasi, jumlah jamban yang tersedia sebanyak 4 unit dengan kamar
mandi 10 unit, dengan sebagaian besar santri masih mempergunakan sungai sebagai tempat buang
air besar dan mandi. Alur sungai yang kebetulan melalui area ponpes diberi sekat dan dimanfaatkan
untuk sarana MCK. Ketika ditanyakan pada santri, penggunaan sungai ini dikarenakan jumlah sarana
jamban dan kamar mandi ponpes masih jauh dari cukup, sehingga untuk menggunakannya harus
antri.. Jika melihat tandard proporsi jamban maka masih diperlukan penambahan kamar mandi dan
jamban. Teknis penambahan dapat dilakukan dengan membangun jamban dan kamar mandi baru
sejumlah 12 unit . Selain penambahan baru juga penambahan jamban pada kamar mandi yang sudah
ada (kamar mandi ini belum dilengkapi sarana jamban), yaitu sejumlah 8 unit.

Pengelolaan sampah.
Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup. Tempat sampah terbuat dari bahan yang
kuat, tahan karat, permukaan bagian dalam rta/licin. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam
atau apabila 2/3 bagian telah terisi penuh. Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan
perkiraan volume sampah yang dihasilkan oleh setiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan
minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter dan setiap jarak 20 meter pada ruang tunggu dan ruang
terbuka. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat
dari beton permanen, terletak di lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut sampah dan
harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

Pengelolaan sampah di ponpes ini cukup baik dengan memanfaatkan ruang terbuka pondok untuk
menimbun sampah, sementra tempat sampah/container tersedia berbagai sudut Pondok.

Pengelolaan Air Limbah.

Ponpes harus memiliki sistem pengelolaan air limbah sendiri yang memenuhi persyaratan teknis
apabila belum ada atau tidak terjangkau oleh sistem pengolahan air limbah perkotaan.

Saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Ponpes tidak mengalir lancar, dengan bentuk SPAL tidak
tertutup di banyak tempat, sehingga air limbah menggenang di tempat terbuka. Keadaan ini
berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika.

Pengelolaan makanan/minuman

Persyaratan pengelolaan makanan/minuman antara lain menyangkut komponen dapur, ruang makan
dan gudang. Luas dapur minimal 40% dari ruang makan. Sedangkan untuk syarat penghawaan harus
dilengkapi dengan pengeluaran udara panas maupun bau-bauan (exhauser) yang dipasang setinggi 2
meter dari lantai. Pada tungku dapur dilengkapi dengan sungkup atap (hood). Sementara pertukaran
udara diusahakan dengan ventilasi yang dapat menjamin kenyamanan, menghilangkan debu dan
asap.

Untuk bahan dan peralatan dipersyaratkan antara lain, pada bahan makanan/minuman yang diolah
harus dalam keadaan baik, tidak rusak, atau berubah bentuk warna dan rasa. Bahan terolah harus
dikemas dan bahan tambahan harus memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan peralatan
memasak dan peralatan makan/minum, dipersyaratkan permukaan harus mudah dibersihkan, tidak
terbuat dari bahan yang mengandung timah hitam, tembaga, seng, kadmium, arsenikum, dan
antimon. Sementara ruang tempat penyimpanan alat-alat terlindung dan tidak lembab.

Di Ponpes lokasi observasi, terutama pada ruang penyimpanan bahan baku makanan / ruang
pengelolaan, kondisi ruangan sudah memenuhi syarat baik pada aspek kebersihan, pencahayaan,
serta ventilasi.

Kesimpulan dan Saran.

Berdasarkan observasi terhadap Ponpes disimpulkan bahwa dari aspek sanitasi lingkungan, masih
banyak ditemukan komponen sanitasi yang tidak memenuhi syarat, terutama pada komponen sarana
air bersih, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, kepadatan penghuni, serta aspek kontruksi ruang.
Keadaan ini dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit berbasis lingkungan seperti kudis, ISPA,
dan diare.

Berdasarkan observasi tersebut dapat disarankan kepada fihak manajemen Ponpes untuk
memperbaiki kondisi sanitasi lingkungan Ponpes dengan menambah jumlah kamar mandi dan jamban.
Juga perlu perbaikan dalam penyediaan sumber air bersih dengan mempergunakan sumber air bersih
yang memenuhi syarat serta mengolah secara sederhana yaitu penambahan tawas untuk
menjernihkan air dan penambahan kaporit sebagai disinfektan. Untuk mendukung lingkungan yang
sehat, harus didukung dengan perilaku sehat santri. Untuk tujuan tersebut penting dibuat peraturan
dan komitmen bersama untuk mengelolanya.
Ponpes sebagai lokasi observasi diatas sebetulnya sudah cukup baik dari aspek sanitasi, karena saya
percaya masih banyak Ponpes yang jauh lebih buruk kondisi sanitasinya. Sebagaimana disebutkan
pada hasil penelitian Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies
Studi Pada Santri Di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan (Isa M.,Soedjajadi K., Hari B.N).

Dengan mempergunakan besar sampel sebanyak 12 Ponpes dengan 338 orang santri yang dihitung
berdasarkan formula Lemeshow (1997), penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan yang
menarik sebagai bahan referensi rekan-rekan Sanitarian petugas Promkes kita.

1. Pemeriksaan fisik kulit terhadap 338 orang santri Ponpes di Kabupaten Lamongan
menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Scabies adalah 64,20%. Prevalensi Scabies ini jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan prevalensi penyakit Scabies di neg ara sedang berkembang yang hanya 6-
27% saja (Sungkar, 1997) ataupun prevalensi penyakit Scabies di Indonesia sebesar 4,60 -12,95%
saja (Dinkes Prop Jatim, 1997). Sedangkan prevalensi penyakit Scabies diantara para santri di
Kabupaten Lamongan lebih sedikit rendah kalau dibandingkan dengan prevalensi penyakit Scabies di
sebuah Ponpes di Jakarta yang mencapai 78,70% atau di Ponpes Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,
sebesar 66,70% (Kuspriyanto, 2002).
2. Santri yang tinggal di pemondokan dengan kepadatan hunian tinggi (<8 m2 untuk 2 orang)
sebanyak 245 orang mempunyai prevalensi penyakit Scabies 71,40%, sedangkan santri yang tinggal
di pemondokan dengan kepadatan hunian rendah (> 8 m2 untuk 2 orang) sebanyak 93 orang
mempunyai prevalensi penyakit Scabies 45,20%. Dengan demikian tampak peran kepadatan hunian
terhadap penularan penyakit Scabies pada santri di Ponpes Lamongan (Chi kuadrat, p <0,01).
3. Sebanyak 232 orang santri tinggal di ruangan dengan kelembaban udara yang buruk (>
90%) dengan prevalensi penyakit Scabies 67,70%, sedangkan 106 santri tinggal di ruangan dengan
kelembaban Baik (65-90%) memiliki prevalensi penyakit Scabies 56,60%. Kelembaban ruangan
pemondokan kebanyakan para santri nampak kurang memadai, sebagai akibat buruknya ventilasi,
sanitasi karena berbagai barang dan baju, handuk, sarung tidak tertata rapi, dan kepadatan hunian
ruangan ikut berperan dalam penularan penyakit Scabies (Chi kuadrat, p <0,05). Hal ini memudahkan
tungau penyebab (Sarcoptes scabiei) berpindah dari reservoir ke barang sekitarnya hingga mencapai
pejamu baru.
4. Sebagian besar santri (213 orang) mempunyai higiene perorangan yang jelek dengan
prevalensi penyakit Scabies 73,70%. Sedangkan santri dengan higiene perorangan baik (121 orang)
mempunyai prevalensi penyakit Scabies 48,00%. Tampak sekali peran higiene perorangan dalam
penularan penyakit Scabies (Chi kuadrat, p <0,01).
PHBS di pondok pesantren
PHBS DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN TINGGI, JLN REDJOSO, PETERONGAN, JOMBANG

I.    PENDAHULUAN

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman


belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna
membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga
masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PUBS melalui pendekatan
pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu PHBS Rumah Tangga, PHBS
Sekolah, PHBS Tempat Kerja, PHBS Sarana Kesehatan, PHBS Tempat-tempat
Umum. 

II.    PROFIL SINGKAT PONDOK PESANTREN TINGGI DARUL ULUM (PONTI)    

Pondok pesantren tinggi darul ulum (PONTI) berlokasi dijalan redjoso, tepatnya di Peterongan, jombang.
Bagunan yang ada dipergunakan untuk, antara laia: kantor, kamar mandiasrama purta, aula, dan
mushola. Jumlah guru (ustadz) sebanyak kurang lebih 23 orang dan santri sebanyak Kurang lebih sekitar
600 orang. 
Pada awalnya saya mengira kalau santri-santri di pesantren itu anaknya baik-baik.tapi setelah saya
masuk ke lingkungan pesantren ini ternyata beda dari apa yang saya fikir selama ini. Ternyata anak-
anaknya gak semuanya berkelakuan baik.saya sering melihat anak-anak yang shalat berjama’ah saja
harus kejar-kejaran sama ustadnya. Bahkan ada yang sembunyi di kamar mandi segala. Banyak juga
anak yang merokok di kamar mandi. Walaupun kalau ketahuan rambutnya di botak’in di marahi tapi tetep
saja tidak jera.
Saya juga tidak suka dengan keamananya yang lalai. Sering terjadi kehilangan barang seperti
laptop,uang,bahkan sepeda motor juga ada yang hilang.saya juga sering dengar sering kehilangan tapi
saya baru tau kalau sampai seperti ini. Dan yang mngherankan lagi yang mencuri itu ada juga dari orang
luar pondok.
Banyak sekali anak-anak yang terkena penyakit kulit termasuk saya sendiri juga ikut kena.dan penyakit
itu tidak hanya sekali menyerang,sudah kena penyakit gatal-gatal  dan sudah sembuh tapi masih juga
terkena penyakit gatal-gatal lagi. Bahkan ada yang mengatakan kalau belum terkena penyakit gatal-gatal
berarti belumdi akui sebagai santri.ini adalah pengalaman pertana aku msuk dalam lingkungan pondok
pesantren. Munkin PHBS di lingkungsn pesantren masih kurang. 
Dikatakan, hidup sehat sebagaimana diajarkan rosulullah sebenarnya telah menjadi dasar perikehidupan
dalam lingkungan pesantren dan layanan pos kesehatan sebagai penunjang agar para santri dan
masyarakat di lingkungan pesantren terbiasa dengan pola hidup bersih dan sehat. Pesantren merupakan
tempat untuk mendidik agar santri-santri menjadi orang yang bertaqwa, berakhlak mulia serta memeiliki
kecerdasan yang tinggi. Santri-santri yang berada di pondok Pesantren merupakan anak didik yang pada
dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolh-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan
sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perthatian khusus
terutama kesehatan dan pertumbuhannya. 
Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak beda dengan permasalahan yang dihadapi
anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan
lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut di atas dituntut suatu
peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah Pesantren bekerjasam dengan pihak kesehatan
melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku hidup
bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat Pondok Pesantren serta masyarakat lingkungannya.
Untuk mendapatkan hasil guna dan daya guna yang optimal sehubungan dengan peran serta Pesantern
untuk melakukan pembinaan kesehatan santri-santri diperlukan upaya-upaya yang meliputi :

A.Upaya Promotif :
1. Pelatihan kader kesehatan Pondok Pesantern yaitu kegiatan pelatihan santri- santri yang berada di
Pondok Pesantren untuk menjadi kader kesehatan yang akan membantu kegiatan pelayanan kesehatan
di Pondok Pesantren tersebut.
2. Penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dan pihak Pondok Pesantren tentang
pesan-pesan kesehatan guna meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku santri dan masyarakat
Pondok Pesantren mengenai kesehatn jasmani, mental dan social.
3. Perlombaan bidang kesehatn yaitu kegiatan yang sifatnya untuk meningkatkan minat terhadap
kegiatan kesehatn di Pondok Pesantren, misalnya lomba kebersihan, lomba kesehatan dan lain-lain.

B.Upaya Preventif :

1. Imunisasi , yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pihak kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantern dalam
rangka pencegahan terhadap penyakit tertentu pada santri-santri yang masih berusia sekolah, misaln ya
imunisasi DT dan TT pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
2. Pemberantasan nyamuk dan sarangnya, adalah kegiatan pencegahan penyakit yang disebabkan
gigitan nyamuk dengan jenis kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh santri dan
petugas serta pihak Pondok Pesantren.
3. Kesehatan lingkungan, yaitu suatu kegiatan berupa pengawasan dan pemeliharaan lingkungan
Pondok Pesantren berupa tempat pembuangan sampah, air limbah, kotoran dan sarana air bersih.
Kegiatan ini bertujuan guna meningkatkan kesehatan lingkungan Pondok Pesantren.
4. Penjaringan kesehatan santri baru guna mengetahui status kesehatan dan sedini mungkin
menemukan penyakit yang diderita para santri.
5. Pemeriksaan berkala guna mengevaluasi kondisi kesehatan dan penyakit para santri di Pondok
Pesantren yang dialksanakan oleh petugas kesehatn dibantu pihak Pondok Pesantren.
C.Upaya Kuratif dan rehabilitatif :
1. Pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan terhadap santri dan masyarakat Pondok Pesantren
yang sakit yang dirujuk pihak Pondok Pesantren.
2. Rujukan kasus yaitu kegiatan merujuk santri dan mayarakat Pondok Pesantren yang mmengidap
penyakit tertentu ke fasilitas rujukan legih lanjut untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut.

Peran serta lain yang biasanya dilakukan oleh pihak Pondok Pesantern adalah dalam hal pelayanan gizi
di Pondok Pesantren dengan cara :

1. Pemantauan status gizi masyarakat Pesantren dengan kegiatan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan.
2. Pemanfaatan halaman/pekarangan, yaitu memanfaatkan lahan untuk pertanian atau
perikanan/peternakan guna kelengkapan gizi santri.
3. Penanggulangan masalah gizi. Kegiatan bekerja sama dengan pihak kesehatan dalam rangka
mengatasi masalah gizi utama (Gaki atau gangguan akibat kekurangan iudiom, Anemia gizi besi, Kurang
Energi Protein, Kekurangan vitamin A).
4. Pengelolaan makanan memenuhi syarat kesehatan

Masalah lain yang juga berhubungan dengan peran serta Pondok Pesantern guna meningkatkan derajat
kesahatan masyarakat Pondok Pesantern adalah tentang kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren
yang meliputi :

1. Lingkungan dan bangunan pondok Pesantren haruslah dalam keadaan bersih tersedia sarana sanitasi
yang memadai dan memenuhi syarat kesehatan., bangunan yang kukuh.
2.Tata Ruang, sesuai dengan kebutuhan dan perencanaan.
3. Konstruksi bangunan sesuai dengan persyaratan kesehatan.
4. Kamar/ruang cukup untuk dihuni oleh santri dan sesuai dengan ketentuan kesehatan.

III.    TABEL MASALAH KESEHATAN YANG ADA DI PESANTREN TINGGI  DARUL ULUM (PONTI) 

    
No.    Masalah kesling    Masalah phbs    Masalah gizi    Masalah sarana
1    Sampah yang berserakan di lingkungan pesantren 
    Sisa makanan yg berserakan di asrama 
    Masakan yg kurang masak 
    tempat lemari yang sempit sehingga sulit dibersihkan 

2    Kasur tidak dijemur 


    Sisa makanan tidak dibersihkan 
    Masak beras yg tidak bersih 
    Ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni 

3    Lantai asrama yang di pel hanya lantai dasar saja


    Pakaian yg sudah digunakan bergantungan di dalam asrama 
    Mie dijadikan makanan pokok 
    Kurangnya sarana air bersih/ kran 

4    Air limbah tidak mengalir kedalam got sehingga menjadi sarang nyamuk 
    Kain basahan mandi tigunakan bergantian 
    Mengambil porsi makanan yg tidak sesuai 
    Kurangnya tempat menjemur pakaian 

5    Bak mandi jarang di kuras 


    Ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan didalam asrama. 
    Santri tidak sarapan pagi 
    
6    Kamar mandi berlumut dan licin 
    Bantal sering dipakai bersama-sama 
        
7    Piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan 
    Tidur tidak menggunakan selimut dan tanpa obat nyamuk. 
        
8    Banyak Santri yang jarang gosok gigi 
    Minum segelas berdua 
        
9    Sesudah BAB tidak cuci tangan dengan sabun dan WC tidak di siram samapai bersih. 
        
10    Pakaian basah dijemur didalam asrama. 
Pola Hidup Sehat Dan Bersih Dim Lingkungan pondok
Diposkan oleh pungkas_FIK , Senin, 19 April 2010 06:03

Kebersihan merupakan sebagian dari iman. Slogan yang sangat terkenal itu
menjadi pemicu bagi umat Islam untuk senantiasa menjaga kebersihan, baik
rohani maupun jasmani. Barangsiapa yang dalam keseharian mampu
menjalankan pola hidup sehat, baik di lingkungan maupun pribadi, maka hal
itu akan berdampak pada peningkatan kualitas imannya.
Begitu dalamnya makna yang terkandung dalam slogan "kebersihan
merupakan sebagian dari iman" itulah yang menjadi landasan bagi
Departemen Kesehatan untuk mengembangkan program pemberdayaan
kesehatan yang melibatkan pondok pesantren lewat kegiatan yang bertajuk
"Pos Kesehatan Pesantren" (Poskestren). Kebijakan tersebut rencananya
akan diterapkan di sejumlah pesantren di Indonesia.

Poskestren merupakan salah satu upaya kesehatan yang terapkan


pemerintah yang bersumber pada masyarakat (UKBM) di lingkungan
pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh, dan untuk warga pondok
pesantren. Upaya tersebut mengutamakan pelayanan promotif
(peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek
kuratif (pengobatan) dan rehabilitasi (pemulihan kesehatan), dengan
binaan puskesmas setempat.

Pada tahun 2006, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk


membangun 200 poskestren beserta perlengkapannya di Jawa Timur.
Provinsi Jawa Timur hanya menjadi contoh sebelum dikembangkan ke
pondok pesantren lain di seluruh Indonesia.

Lima unit poskestren, di antaranya 2 unit gedung tipe 54 senilai Rp


219 juta dan dua unit tipe 36 senilai Rp 110 juta, telah selesai
dibangun dan secara simbolis diserahkan oleh Menkes Dr dr Siti
Fadilah Supari Sp JP (K) kepada Pondok Pesantren Langitan
(Tuban), Darul Ulum (Jombang), Bahrul Ulum (Jombang), At Tawir
(Bojonegoro) dan Roudhotul Muta'alimin (Babat), belum lama ini.
Sementara sisanya diharapkan selesai pada akhir tahun 2006.

Kegiatan itu dapat terlaksana berkat kerja sama yang erat antara
Depkes dengan persatuan pondok pesantren di bawah Nahdlatul
Ulama (NU), Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), akan dikembangkan
ke seluruh Indonesia.

Dilibatkannya pesantren dalam pemberdayaan kesehatan dikarenakan


derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi kondisi lingkungan
(40 persen), perilaku hidup bersih dan sehat (35 persen), prasarana
dan pelayanan kesehatan (20 persen), serta faktor keturunan (5
persen).

Untuk memperbaiki dan meningkatan kondisi lingkungan serta


membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat diperlukan
keterlibatan aktif masyarakat, salah satunya adalah lewat poskestren.
Dengan demikian, peran aktif pondok pesantren di bidang kesehatan
sebenarnya cukup signifikan. Adanya poskestren diharapkan derajat
kesehatan masyarakat semakin optimal. Pengalaman Kabupaten
Lumajang, Provinsi Jawa Timur, agaknya dapat dijadikan contoh dalam
mengembangkan poskestren, sebagai bagian dari program Desa
Siaga. Bupati Lumajang, Achmad Fauzi, menuturkan, pihaknya sangat
mendukung program poskestren karena ingin menghapus citra
komunitas pesantren sebagai kelompok masyarakat yang abai
terhadap persoalan kebersihan. Perlahan bidikan tersebut memang
berhasil. Pesantren Miftahul Ulum di Desa Banyuputih Kidul adalah
pesantren yang mulai mengubah perilaku santrinya.

"Kalau dulu air wudhu tak mengalir, sekarang sudah ditinggalkan,"


kata dr Halimi, seorang dokter puskesmas dari Kecamatan Jatiroto,
Kabupaten Lumajang. Menurut Halimi, penggunaan air wudhu yang
tergenang bisa mengakibatkan penularan penyakit antar-santri
menjadi kian mudah.

Untuk lebih jelasnya, kegiatan poskestren antara lain melakukan


program pemberdayaan santri sebagai kader kesehatan (Santri
Husada), kader siaga bencana (Santri Siaga Bencana), dan aktif dalam
pelayanan kesehatan dasar yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif serta peningkatan lingkungan yang sehat di pondok
pesantren dan wilayah sekitarnya.

Manfaat poskestren, antara lain, warga pesantren dan warga


sekitarnya mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga
pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya melalui pelayanan
kesehatan dasar, penyebaran informasi kesehatan dan antisipasi serta
penanggulangan masalah kesehatan.

Bagi Santri Husada atau Santri Siaga Bencana, program itu diharapkan
dapat memberi pengetahuan dan mampu melaksanakan serta
menyebarluaskan kepada masyarakat perihal PHBS serta dapat
pengetahuan, mampu mengenali dan menanggulangi masalah
kesehatan akibat bencana.

Sedangkan bagi puskesmas, upaya ini dapat mengoptimalkan fungsi


puskesmas sebagai penanggung jawab pembangunan kesehatan di
wilayahnya. Selain untuk memfasilitasi warga pondok pesantren dan
warga sekitarnya dalam memecahkan masalah kesehatan serta
meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
terpadu. ****

Anda mungkin juga menyukai