NIM : F1051181006
Kelas : VA2
1. Jelaskan menurut pendapat anda peran evaluasi dalam pembelajaran di kelas! (Skor:10 )
2. Jelaskan istilah di bawah ini dan berikan contohnya dalam pembelajaran fisika:
a. Soal HOTS
c. Skala minat
d. Tes Kinerja
(Skor:30 )
3. Jelaskan perbedaan antara toeri tes klasik dan teori tes modern! (Skor: 10 )
4. Ambil sebuah KD, kemudian jabarkan menjadi 2 buah indicator, dan masing-masing indicator
jabarkan menjadi 2 buah tujuan pembelajaran.
Dari 4 buah tujuan pembelajaran yang diperoleh, buatlah indicator soal berupa 2 soal pilihan ganda
dan 2 soal uraian beserta kunci jawaban dan rubric penilaian! (Skor: 50 )
Jawab :
Menurut saya peran evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mengukur tingkat
ketercapaian tujuan pembelajaran.evaluasi juga berguna sebagai umpan balik seorang
pengajar untuk memperbaiki proses belajar siswa untuk yang lebih baik lagi atau
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas.
Melalui evaluasi pembelajaran, suatu komponen pembelajaran dapat di ketahui efektivitasnya.
Selain itu membantu pengajar untuk mengetahui kekuaan dan kelemahan peserta didik serta
menyediakan data menjadi landasan dalam pengambilan keputusan untuk pembelajaran
berikutnya.
2. a. Soal HOTS adalah model evaluasi pendidikan yang menguji kemampuan berpikir tingkat
tinggi kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif.dengan
ranah kognitif (C4,C5,C6). Comtoh soal HOTS
b. Soal tes diagnosik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa
ketika mempelajari sesuatu, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar memberikan tindak
lanjut. Tes ini dapat berupa sejumlah pertanyaan atau permintaan untuk melakukan sesuatu. tujuan
diagnostik adalah melihat kemajuan belajar siswa yang berkaitan dengan proses menemukan
kelemahan siswa pada materi tertentu. Pendekatan yang dilakukan guru dalam mendiagnosis kesulitan
belajar siswa berbeda-beda, tergantung kepada kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Depdiknas
(2002) menguraikan lima pendekatan untuk tes diagnosis yaitu: pendekatan profile materi, pendekatan
prasyarat pengetahuan, pendekatan pencapaian tujuan pembelajaran, pendekatan identifikasi
kesalahan, dan pendekatan pengetahuan berstruktur.
Seperti halnya mengembangkan jenis tes lain, maka sebelum menulis butir soal tes diagnosik harus
disusun terlebih dahulu kisi-kisinya. Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: (a) kompetensi dasar atau
indikator yang diduga bermasalah, (b) materi pokok yang terkait, (c) dugaan sumber masalah, (d)
bentuk dan jumlah soal, dan (e) indikator soal. Contoh format kisi-kisi tes diagnostik dapat dilihat
pada Tabel
Soal :
1. Tes diagnostik pilihan ganda satu tingkat (Rusilowati, 2006) Alat pemanas listrik memakai arus
500 mA apabila dihubungkan dengan sumber 110 V. Hambatannya adalah . ...
a. 0,22 ohm
b. 5,5 ohm
c. 55 ohm
d. 220 ohm
e. 550 ohm
Sepintas bentuk soal di atas seperti tes prestasi, tetapi sebenarnya setiap pilihan jawaban memiliki
makna untuk dapat mengetahui letak kelemahan siswa. Pilihan jawaban a menunjukkan kelemahan
dalam mengkonversi satuan, pilihan jawaban b, c, dan e menunjukkan kelemahan dalam menerapkan
rumus, atau pemahaman konsep.
[1] Menebak
[4] Yakin
a. Pemantulan baur merupakan pemantulan pada benda dengan permukaan kasar dan tidak berlaku
hukum pemantulan cahaya.
b. Pemantulan baur merupakan pemantulan pada benda dengan permukaan tidak rata dan tidak
berlaku hukum pemantulan cahaya.
c. Pemantulan baur merupakan pemantulan pada benda dengan permukaan kasar dan berlaku hukum
pemantulan cahaya.
d. .................................................................................................
[1] Menebak
[4] Yakin
c. Skala minat digunakan untuk mengukur minat belajar pada siswa yang diberikan perlakuan dan
siswa yang tidak diberikan perlakuan.
Contoh :
Penelitian Minat Siswa SMA Negeri 1 Sandai
total skor
Penyelesaian akhir = ×100
80
Pada pertanyaan nomor 1 : “Saya tertarik pada pelajaran fisika”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 2 8 10%
Setuju (S) 19 57 71.25%
Tidak Setuju (TS) 2 4 5%
Sangat Tidak Setuju (STS) - 0 0%
Total 69
Pada pertanyaan nomor 2: “Saya sudah belajar fisika sebelum pelajaran esok hari”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 2 8 10%
Setuju (S) 12 36 45%
Tidak Setuju (TS) 8 10 12.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1.25%
Total 55
Dari hasil tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa responden sudah belajar fisika sebelum
pelajaran esok hari.
Pada pertanyaan nomor 3 : “Saya sudah mempersiapkan buku pelajaran fisika sebelum guru
masuk kedalam kelas”
Alternatif jawaban (positif) Orang Jumlah nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 3 12 15%
Setuju (S) 15 45 56.25%
Tidak Setuju (TS) 1 2 2.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) - 0 0%
Total 59
Pada pertanyaan nomor 4 : “Saya tidak antusias/semangat saat pelajaran fisika berlangsung”
Alternatif Jawaban (negatif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 3 3 3.75%
Setuju (S) 4 8 10%
Tidak Setuju (TS) 14 42 52.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 2 8 10%
Total 61
Pada pertanyaan nomor 6: “Saya tidak senang mendiskusikan pelajaran fisika saat belajar
kelompok”
Alternatif Jawaban (negatif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 1 1 1.25%
Setuju (S) 2 4 5%
Tidak Setuju (TS) 17 51 63.75%
Sangat Tidak Setuju (STS) 3 12 15%
Total 80
Pada pertanyaan nomor 7 : “Saya sering mengajukan pendapat dalam kelompok dikelas”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 1 4 5%
Setuju (S) 15 45 56.25%
Tidak Setuju (TS) 6 12 15%
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1.25%
Total 62
Pada pertanyaan nomor 8 : “Saya tidak memiliki buku pendamping, LKS, buku catatan fisika
dan alat tulis lengkap”
Alternatif Jawaban (negatif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 0 0 0%
Setuju (S) 8 16 20%
Tidak Setuju (TS) 14 42 52.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 5%
Total 50
Pada pertanyaan nomor 9 : “Saya memiliki catatan pelajaran fisika yang lengkap”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 11 44 55%
Setuju (S) 9 27 33.75%
Tidak Setuju (TS) 3 6 7.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0%
Total 77
Pada pertanyaan nomor 12 : “Saya akan mengulangi pelajaran fisika setelah pulang dari
sekolah”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 12 48 60%
Setuju (S) 8 24 30%
Tidak Setuju (TS) 2 4 5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1.25%
Total 77
Pada pertanyaan 14 : “Saya akan selalu berusaha mendapatkan nilai yang baik pada setiap
ulangan dan tugas yang diberikan”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 6 24 30%
Setuju (S) 13 39 48.75%
Tidak Setuju (TS) 3 6 7.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) - 0 0%
Total 63
Pada pertanyaan nomor 15 : “Saya tidak peduli pada kesulitan belajar fisika”
Alternatif Jawaban (negatif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 5 5 6.25%
Setuju (S) 14 28 35%
Tidak Setuju (TS) 4 12 15%
Sangat Tidak Setuju (STS) - 0 0%
Total 45
Pada pertanyaan nomor 19 : “Saya senang menggunakan alat-alat peraga fisika untuk belajar”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 11 44 35.2%
Setuju (S) 10 30 37.5%
Tidak Setuju (TS) 1 2 2.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 1 1.25%
Total 77
Pada pertanyaan nomor 20 : “Saya sering melihat tayangan pembelajaran fisika melalui televisi
maupun internet”
Alternatif Jawaban (positif) Orang Jumlah Nilai Persentase
Sangat Setuju (SS) 2 8 10%
Setuju (S) 14 42 52.5%
Tidak Setuju (TS) 7 14 17.5%
Sangat Tidak Setuju (STS) - 0 0%
Total 64
100
Rentang interval : =25
4
d. Tes kinerja merupakan tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dalam
proses penilaiannya dilakukan sejak siswa melakukan persiapan, melaksanakan tugas sampai dengan
hasil akhir. Sebagai alat penunjang dalam melaksanakan tes perbuatan yang digunakan lembar
observasi atau sebuah format pengamatan kerja tau penampilan siswa. Dalam lembar pengamatan
tertera aspek aspek yang diamati sesuai dengan target pembelajaranya. Berdasarkan diskriptor yang
nampak selama proses pengamatan, ditentukan skor kinerja siswa dengan berpedoman pada kriteria
penilaian yang telah dittetapkan sebelumnya.
Tabel pengukuran :
3. Teori Klasik
Teori tes klasik merupakan sebuah teori yang mudah dalam penerapannya serta model yang
cukup berguna dalam mendeskripsikan bagaimana kesalahan dalam pengukuran dapat mempengaruhi
skor amatan. Inti teori klasik adalah asumsi-asumsi yang dirumuskan secara sistematis serta dalam
jangka waktu yang lama. Dari asumsi-asumsi tersebut kemudian dijabarkan dalam beberapa
kesimpulan. Ada tujuh macam asumsi yang ada dalam teori tes klasik ini. Allen & Yen menguraikan
asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut:
a) Asumsi pertama teori tes klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara skor tampak ( observed
score) yang dilambangkan dengan huruf X, skor murni (true score) yang dilambangkan dengan T
dan skor kasalahan (error) yang dilambangkan dengan E.
b) Asumsi kedua adalah bahwa skor murni (T) merupakan nilai harapan є (X). Dengan demikian
skor murni adalah nilai rata-rata skor perolehan teoretis sekiranya dilakukan pengukuran
berulang-ulang (sampai tak terhingga) terhadap seseorang dengan menggunakan alat ukur.
c) Asumsi ketiga teori tes klasik menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara skor murni dan
skor pengukuran pada suatu tes yang dilaksanakan (ρet = 0). Implikasi dari asumsi adalah bahwa
skor murni yang tinggi tidak akan mempunyai error yang selalu positif ataupun selalu negatif.
d) Asumsi keempat meyatakan bahwa korelasi antara kesalahan pada pengukuran pertama dan nol
(ρe1e2 = 0). Artinya bahwa skor-skor kesalahan pada dua tes untuk mengukur hal yang sama
tidak memiliki korelasi (hubungan). Dengan kesalahan pada pengukuran kedua adalah nol
(demikian besarnya kesalahan pada suatu tes tidak bergantung kesalahan pada tes lain.
e) Asumsi kelima menyatakan bahwa jika terdapat dua tes untuk mengukur atribut yang sama maka
skor kesalahan pada tes pertama tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes kedua (ρelt2).
Asumsi ini akan gugur jika salah satu tes tersebut ternyata mengukur aspek yang berpengaruh
terhadap teradinya kesalahan pada pengukuran yang lain.
f) Asumsi keenam teori tes klasik adalah menyajikan tentang pengertian tes yang pararel. Dua
perangkat tes dapat dikatakan sebagai tes-tes yang pararel jika skor-skor populasi yang
menempuh kedua tes tersebut mendapat skor murni yang sama (T = T’ ) dan varian skor-skor
kesalahannya sama (se 2=se’2). Dalam prakteknya, asumsi keenam teori ini sulit terpenuhi.
g) Asumsi terakhir dari teori tes klasik menyatakan tentang definisi tes yang setara
(essentially t equivalent). Jika dua perangkat tes mempunyai skor-skor perolehan
dan Xt1 dan Xt2 yang memenuhi asumsi 1 sampai 5dan apabila untuk setiap populasi subyek
X1 =X2+ C12, dimana C12 adalah bilangan konstanta, maka kedua tes disebut tes yang pararel
Asumsi-asumsi teori klasik di atas memungkinkan untuk dikembangkan dalam rangka pengembangan
berbagai formula yang berguna dalam melakukan pengukuran psikologis
Teori tes modern sering juga disebut Latent Trait Theory yaitu performance subjek dalam
suatu tes yang dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten. Atau lebih dikenal
dengan Item Response Theory (IRT) yaitu respon subjek terhadap item yang menunjukkan
kognitifnya. Kelebihan kinerja subjek dapat dilihat dengan Item Characteristic Curve (ICC). Artinya
semakin baik performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada aitem tes) yang benar.
Unsur teori dalam tes modern meliputi:
- Subjek (responnya)
a) Parameter butir soal dan kemampuan adalah (Invariant). Artinya soal yang dibuat memiliki
korelasi positif dengan kemampuan yang diukur.
b) Unidimensionality, artinya 1 item mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang terbukti karena
pada dasarnya antara item 1 dengan lainnya saling melengkapi.
c) Local independence, artinya respon terhadap suatu item tidak akan berpengaruh terhadap item
lainnya. Parameter butir soal pada IRT
Kesimpulan :
Jadi perbedaan antara tes teori klasik dan tes teori modern terletak pada pengertian dan
penerapan penggunaanya. Teori tes klasik merupakan sebuah teori yang mudah dalam
penerapannya serta model yang cukup berguna dalam mendeskripsikan bagaimana kesalahan
dalam pengukuran dapat mempengaruhi skor amatan. Inti teori klasik adalah asumsi-asumsi yang
dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka waktu yang lama. Dari asumsi-asumsi tersebut
kemudian dijabarkan dalam beberapa kesimpulan. Tes teori klasik memiliki 7 asumsi-asumsi
klasik. Sedangkan Teori tes modern sering juga disebut Latent Trait Theory yaitu performance
subjek dalam suatu tes yang dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten. Atau lebih
dikenal dengan Item Response Theory (IRT) yaitu respon subjek terhadap item yang menunjukkan
kognitifnya. Kelebihan kinerja subjek dapat dilihat dengan Item Characteristic Curve (ICC).
Artinya semakin baik performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada aitem tes)
yang benar. Tes teori modern juga memiliki 3 asumsi-asumsi modern dengan Ukuran atau aturan-
aturan yang digunakan untuk mengetahui mana soal yang valid (bisa dipakai) dan mana soal yang
tidak valid (tidak bisa dipakai).
4. Ambil sebuah KD, kemudian jabarkan menjadi 2 buah indicator, dan masing-masing indicator
jabarkan menjadi 2 buah tujuan pembelajaran. Dari 4 buah tujuan pembelajaran yang diperoleh,
buatlah indicator soal berupa 2 soal pilihan ganda dan 2 soal uraian beserta kunci jawaban dan rubric
penilaian! (Skor: 50 )
Jawab :
Soal Uraian :
Menghitung Seseorang
jarak lengan memikul Dik : WB = 400N
kerja pada beban dengan WA = 100N
benda tegar tongkat AB Dit : x?
homogen Jawab:
dengan Misalkan terlebih dahulu posisi tongkat dibahu orang
panjang 2 m. lalu gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
Beban tersebut.
Diujung A =
100 N dan di
B = 400 N.
Jika batang
AB
setimbang,
maka bahu
orang itu Maka dari syarat kesetimbangan statis
harus ∑Ʈ = 0
diletakkan WB . x - WA . (2 - x) + N . 0 = 0 (torsi positif
sejauh..... jika arah putaran searah jarum jam dan
sebaliknya)
400 N . x - 100 N (2 - x) = 0
400 N . x = 100 N (2 - x) = 0
4x = 2 – x
4x + x = 2
5x = 2
x = 2/5 = 0,4 m
Jadi posisi bahu 0,4 m B atau 2 m - 0,4 m =
1,6 m dari A
No Jawaban Skor
Bentuknyatidak berubah jika di beri gaya yag
8,3
relatif kecil
Benda tegar yang sedang berputar memiliki
1 8,3
kelelmbaman
Total gaya dan torsi yang bekerja pada benda
8,3
sama dengan 0
2 Dik : WB = 400N 25
WA = 100N
Dit : x?
Jawab:
Misalkan terlebih dahulu posisi tongkat dibahu orang
lalu gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem
tersebut.
Total : 50
Diketahui 25
m=1 kg
R=3 m
Ditanya I ?
Jawab :
I =m R 2
I =1 ×32
I =9 kg . m 2
Dik : Diketahui : 25
I =25 kg . m 2
m=1 kg
Ditanya R..?
Jawab :
I =m R 2
25 kg . m2=1 R 2
2 25 kg . m 2
R=
1 kg
2
R =25 m
R=√ 25
Total : 5 total : 50