Anda di halaman 1dari 41

Tinjauan Terhadap Perubahan

SNI 2847 2013 dan SNI 2847 2019


Anis Rosyidah
Pasal 18 (Struktur Tahan Gempa)
SNI 2847 - 2013 SNI 2847 - 2019
SNI 2847 - 2013 SNI 2847 - 2019

Terdiri dari 22 pasal, Terdiri dari 27 pasal,


265 halaman 716 halaman

Mengadopsi dari Terjemahan dari


ACI 314-11 ACI 318 – 14

Ada penjelasan dari setiap


Belum dilengkapi
pasal, disajikan dalam
penjelasan
2 kolom
Perubahannya tidak terlalu
1 berubah drastis

2 Lebih mudah difahami

Lebih banyak menggunakan


3
tabel dan gambar
Perubahan SNI 2847 2013 4
Dilengkapi penjelasan
menuju SNI 2847 - 2019 (mengikuti ACI 318-14)

5 Ada perubahan susunan


pasal-pasal
6 Penyajian urutan pasal
berdasarkan lintasan gaya
7 Pola susunan tiap pasal
cenderung identik
Pembandingan pasal SNI 2847 2013 & SNI 2847 - 2019
Ps Pembahasan dalam SNI 2847 2019 Pembahasan dalam SNI 2847 2013 Ps Pembahasan dalam SNI 2847 2019 Pembahasan dalam SNI 2847 2013
.
1 Ketentuan Umum Persyaratan umum 18 Struktur Tahan Gempa Beton prategang
2 Notasi Dan Terminologi Notasi dan definisi 19 Beton: Persyaratan Desain Dan Komponen struktur cangkang dan pelat lipat
Durabilitas
3 Standar Rujukan Material
20 Properti Baja Tulangan, Durabilitas, Dan Evaluasi kekuatan struktur yang ada
4 Persyaratan Sistem Struktur Persyaratan durabilitas Penanaman
5 Beban Kualitas, pencampuran, dan pengecoran 21 Faktor Reduksi Kekuatan Struktur tahan gempa
beton 22 Kekuatan Penampang Beton polos struktur
6 Analisis Struktur Cetakan, penanaman, dan joint konstruksi 23 Model Strut And Tie
7 Pelat Satu Arah Detail tulangan 24 Persyaratan Kemampuan Layan
8 Pelat Dua Arah Analisis dan desain – pertimbangan umum 25 Detail Penulangan
26 Dokumen Konstruksi Dan Inspeksi
9 Balok Persyaratan kekuatan dan kemampuan layan
27 Evaluasi Kekuatan Struktur Eksisting
10 Kolom Beban lentur dan aksial
Bibliografi/Referensi Penjelasan
11 Dinding Geser dan torsi Lampiran A: Daftar Kesepadanan Lampiran A Model strat (strut) dan pengikat
Istilah
12 Diafragma Penyaluran dan sambungan tulangan
Lampiran B: Daftar penyimpangan Lampiran B Ketentuan alternatif untuk
13 Fondasi Sistem slab dua arah Teknis dan Penjelasannya komponen struktur lentur dan tekan beton
bertulang dan prategang
14 Beton Polos Dinding
Lampiran C Faktor beban dan reduksi
15 Joint Balok-Kolom Dan Pelat-Kolom Fondasi tapak kekuatan alternatif
Lampiran D Pengangkuran ke beton
16 Sambungan Antar Komponen Beton pracetak
Lampiran E Daftar Kesepadanan Istilah
17 Pengangkuran Ke Beton Komponen struktur lentur beton komposit Lampiran F Daftar penyimpangan teknis dan
penjelasannya
Sistem rangka pemikul
momen biasa

Komponen non bagian Sistem rangka pemikul


sistem pemikul gaya momen menengah
seismik

Dinding struktural
Fondasi pracetak menengah

Diafragma dan rangka Point-point pada Balok sistem rangka


pemikul momen
batang pasal 18 khusus
Kolom sistem rangka
Dinding struktural
pemikul momen
khusus beton pracetak
khusus
Joint sistem rangka
Dinding struktural
pemikul momen
khusus
khusus
Sistem rangka pemikul
momen khusus beton
pracetak
SRPMM

Pasal 18
Joint Struktur Tahan
Balok
SRPMK Gempa SRPMK

Kolom SRPMK
Detailing Balok
SRPMM
Detailing Balok SRPMM
Pasal 18.4.2.1
Tulangan Minimal dipasang 2 tulangan diatas dan bawah yang menerus. Luas tulangan bawah yang
longitudinal menerus ≥ ¼ luas total tulangan bawah & harus diangkur agar mencapai kekuatan leleh.
Pasal 18.4.2.2
 Kuat momen positip di muka kolom > 1/3 kuat momen negatip di muka kolom.
 Di tiap potongan sepanjang komponen tidak boleh ada kuat momen negatip maupun positip
yang kurang dari 1/5 kuat momen maksimum yang terpasang di kedua muka kolom

Mn+ atau Mn- pada tiap potongan ≥ 1/5


kuat momen maks tulangan yang terpasang
Mn-

Mn+
Minimal ada
2 tulangan
menerus
Mn+ ≥ 1/3Mn-
Tulangan yang menerus ≥ ¼ luas total
tulangan bawah
Detailing Balok SRPMM
Tulangan
Pasal 18.4.2.4
transversal Spasi sengkang pengekang tidak boleh
melebihi nilai terkecil dari:
• ≤ d/4
• ≤ 8 × D tulangan utama terkecil
• ≤ 24 × D sengkang pengekang
• ≤ 300 mm

≤50mm
Pasal 18.4.2.4 2hbalok
Pasal 18.4.2.5
Jarak s:
• ≤ d/2
Detailing Balok SRPMM
Tulangan Pasal 18.4.2.6
Pada balok jika Pu > 0.1Ag𝒇𝒄', maka tulangan sengkang terpasang diatur berdasarkan 18.4.2.5
transversal
harus memenuhi 25.7.2.2 dan salah satu di antara 25.7.2.3 atau 25.7.2.4.
Detailing Balok SRPMM
Pasal 18.4.2.3
Kekuatan Vn tidak boleh kurang dari nilai terkecil:
geser (a) Jumlah gaya geser terkait dengan tercapainya Mn pada muka joint di setiap ujung balok akibat
lentur berbalik arah (kurvatur ganda) dan geser yang dihitung untuk beban gravitasi terfaktor
(b) Gaya geser maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban desain termasuk E, dengan E
ditetapkan sebesar dua kali nilai yang dipersyaratkan SNI 1726.

Wu = 1,2DL + 1,0LL
M+n ki M+n ka

M-n ki M-n ka
Ln
Vu1 M nki  M nka Wu  Ln Vu1
Vu1  
Vu2 Ln 2 Vu2
M nki  M nka Wu  Ln
Vu 2  
Ln 2
Detailing Kolom
SRPMM
Detailing Kolom SRPMM
Pasal 18.4.3.4

Tulangan
transversal ≤so/2

Lo

Pasal 18.4.3.3
Dipasang dengan spasi so sepanjang lo.
Spasi so :
• ≤ 8 x D tulangan longitudinal terkecil Pasal 18.4.3.3
• ≤ 24 x D sengkang Panjang lo:
• ≤ 0,5 dimensi terkecil penampang kolom • ≥1/6 tinggi kolom
• ≤ 300 mm • ≥ Dimensi penampang terbesar
kolom
Pasal 25.7.3.3 • ≥ 450 mm
Untuk tulangan transversal spiral:
 Ag  f c'
 s  0,45   1
 Ac  f yh
Nilai fyt < 700 MPa.
Detailing Kolom SRPMM
Pasal 18.4.3.5
Di luar panjang lo, spasi tulangan transversal (s)
Tulangan harus memenuhi sesuai pasal 10.7.6.5.2:
transversal
Vs  0, 33 fc ' bwd  s  d 2 atau 600 mm
Vs  0, 33 fc ' bwd  s  d 4 atau 300 mm

Pasal 18.4.3.6
Untuk Pu >= Agfc’/10, Kolom yang menumpu pada
dinding struktural, sepanjang kolom harus dipasang
sengkang dengan spasi so, dan Pu harus
ditingkatkan = Agfc’/4.
Tulangan transversal harus diteruskan ke atas dan
ke bawah dari kolom yang ditinjau sesuai 18.7.5.6b).
Detailing Kolom SRPMM Pu

Kekuatan Mnt Pasal 18.4.3.1


transversal Vu
Vu < Vn

M nt  M nb
Vu 
Lu

Lu
Vu dari Kombinasi beban
gravitasi dan beban gempa
(E) yang dikali dengan Ω0

Vu
Mnb

Pu
Detailing Balok
SRPMK
Detailing Balok SRPMK
Pasal 18.2.5.1
Mutu Beton Beton normal fc’ > 21 MPa
Beton ringan 21 MPa < fc’ < 35 MPa
(jika digunakan fc’>35 MPa, hrs dibuktikan dengan pengujian)

Pasal 18.6.2.1
Komponen lentur SRPMK harus memenuhi kondisi berikut :
Geometri - bw/h > 0,3,
- bw > 250 mm
- panjang bentang bersih (Ln) > 4 d
- Proyeksi lebar balok yang melampaui lebar kolom penumpu tidak boleh melebihi nilai terkecil dari
c2 (b kolom) dan 0,75 c1 (h kolom) pada masing-masing sisi kolom.

bw≥250mm Ln
Detailing Balok SRPMK
Pasal 9.6.1.2
Tulangan Tulangan minimal harus sedikitnya bw d f c' dan
1,4bw d
Longitudinal 4f y fy
Pasal 18.6.3.1
• Balok-balok harus memiliki setidaknya dua batang tulangan menerus pada sisi atas dan bawah
penampang.
• Rasio tulangan maksimum  ≤ 0,025
Pasal 18.6.3.2
Kekuatan momen positip balok di muka kolom > 1/2 kuat momen negatip balok di muka kolom
Pasal 18.6.3.2
Di tiap potongan sepanjang komponen tidak boleh ada kuat momen negatip maupun positip yang
kurang dari 1/4 kuat momen maximum yang terpasang di kedua muka kolom
Mn+ atau Mn- pada tiap potongan ≥ 1/4
kuat momen maks tulangan yang terpasang
Mn-

Mn+
Minimal ada 2
Mn+ ≥ 1/2Mn- tulangan menerus
Detailing Balok SRPMK
Pasal 18.6.3.3
Sambungan SL diijinkan bila dipasang sengkang pengekang sepanjang SL, s harus < d/4 atau 100 mm.
Lewatan Pasal 18.6.3.3
SL tidak boleh dipasang
- dalam joint
- dalam jarak 2hbalok dari muka kolom
- dalam jarak 2hbalok dari penampang kritis di mana pelelehan lentur dimungkinkan terjadi
sebagai akibat deformasi lateral yang melampaui perilaku elastic.
Pasal 18.6.3.4
• Sambungan mekanis mengacu pada pasal 18.2.7.1& 18.2.7.2:
• Sambungan mekanis tipe 1 tidak diijinkan dipasang pada daerah sendi plastis.
• Sambungan mekanis tipe 2 diijinkan dipasang pada daerah sendi plastis.

S < d/4 atau


100 mm
Detailing Balok SRPMK Pasal 18.6.4.4
Jarak sengkang tertutup (s):
• ≤ d/4,
Tulangan • ≤ 6 x D tulangan memanjang terkecil,
transversal • ≤ 150 mm

≤50mm
Pasal 18.6.4.1 2hbalok
Pasal 18.6.4.6
Jarak s:
• ≤ d/2

Pasal 18.6.4.7
Untuk Pu > 0.1Agfc’ harus dipasang sengkang pengekang seperti pada kolom (18.7.5.2 - 18.7.5.4 ) sepanjang jarak yang
ditentukan pada 18.6.4.1.
Di luar jarak tersebut harus dipasang sengkang pengekang yang memenuhi 18.7.5.2 dengan spasi s tidak lebih dari nilai
terkecil antara:
 6 x D tulangan memanjang terkecil, atau
 150 mm
Pada kondisi tebal selimut beton melebihi 100 mm di luar tulangan transversal, harus dipasang tulangan transversal
tambahan yang memiliki selimut beton yang tidak lebih dari 100 mm dan spasi tidak lebih dari 300 mm.
Detailing Balok SRPMK
Pasal 18.6.5.1
Wu = 1,2DL + 1,0LL
Kekuatan M+pr ka
M+pr ki
transversal

M-pr ki M-pr ka
Ln
Ve1   Ve1
M pr ki  M pr ka W  Ln
Ve1   u
Ve2 Ln 2 Ve2
 
M pr  M Wu  Ln
Ve 2  ki pr ka
 Vg1
Ln 2

Vg2

Pasal 18.6.5.2
Vc = 0 bilamana:
• Vg1 atau Vg2 ≥ Ve1 atau Ve2
• Pu ≤ 0,2Agfc’
Detailing Kolom
SRPMK
Detailing Kolom SRPMK
Geometri Pasal 18.7.2.1
Kolom harus memenuhi syarat:
 Dimensi terkecil penampang > 300mm
 Rasio dimensi terkecil penampang terhadap dimensi tegak
lurusnya > 0,4

b
h  0,4
h
B ≥ 300mm
Detailing Kolom SRPMK
Tulangan Pasal 18.7.3.2
Longitudinal Kuat lentur kolom harus memenuhi berikut ini

M nc  1, 2 M nb
Pasal 18.7.4.1
Rasio tulangan harus:
0,01   g  0,06
Pasal 18.7.4.2
Pada kolom-kolom dengan sengkang bundar, jumlah batang
tulangan longitudinal minimum berjumlah 6
Detailing Kolom SRPMK
Sambungan Pasal 18.7.4.3
Lewatan
Sambungan mekanis tipe 1 tidak diijinkan dipasang pada daerah sendi
plastis.
Sambungan mekanis tipe 2 diijinkan dipasang pada daerah sendi plastis.

Pasal 18.7.4.1
Sambungan lewatan diizinkan hanya dalam daerah tengah tinggi kolom
dan harus didesain sebagai sambungan lewatan tarik dan harus dipasang
tulangan transversal yang memenuhi 18.7.5.2 dan 18.7.5.3.
Detailing Kolom SRPMK
Tulangan
transversal

Lo
Pasal 18.7.5.3
Dipasang dengan spasi so sepanjang lo.
Spasi so :
• ≤ ¼ b kolom
• ≤ 6 x D sengkang Pasal 18.7.5.1
• so: Panjang lo:
 350  hx  • ≥1/6 tinggi kolom
so  100   
 3  • ≥ Dimensi penampang terbesar
kolom
Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan • ≥ 450 mm
tidak perlu kurang dari 100 mm.
Detailing Kolom SRPMK
Pasal 18.7.5.4
Tulangan Faktor kekuatan beton (kf) dan faktor keefektifan pengekangan (kn) dihitung
transversal berdasarkan: f '
kf  c  0,6  1, 0 Untuk tulangan transversal spiral:
175
n Pu  0, 3 Agfc ' dan fc '  70 MPa maka  s:
kn 
n 2  Ag  fc '
Untuk tulangan transversal persegi (d) 0, 45   1
Pu  0, 3 Agfc ' dan fc '  70 MPa maka Ash sbc :  Ach  fyt
 Ag  fc ' fc '
(a) 0, 3   1 ( e) 0,12
 Ach  fyt fyt
(b) 0, 09
fc ' Pu  0, 3 Agfc ' dan fc '  70 MPa maka  s:
fyt
Pu  0, 3 Agfc ' dan fc '  70 MPa maka Ash sbc :
 Ag  fc '
(d) 0, 45   1
A f '  ch  fyt
A
(a) 0, 3  g  1 c
 Ach  fyt fc '
(e) 0,12
f ' fyt
(b) 0, 09 c
fyt
Pu
(c) 0, 2kf kn u
P (f) 0, 35kf
fyt Ach fyt Ach
Detailing Kolom SRPMK Pasal 18.7.5.4
Di luar panjang lo harus diberi tulangan spiral atau
Tulangan sengkang yang memenuhi 25.7.2 hingga 25.7.4 dengan
transversal spasi s:
≤ 6D tulangan longitudinal terkecil
≤ 150 mm

Pasal 18.7.5.7
Jika tebal selimut beton di luar tulangan transversal
pengekang yang ditetapkan berdasarkan 18.7.5.1,
18.7.5.5, dan 18.7.5.6 melebihi 100 mm, maka harus
disediakan tulangan transversal tambahan dengan
tebal selimut beton tidak melebihi 100 mm dan
spasi tidak melebihi 300 mm.
Detailing Kolom SRPMK
Tulangan
transversal
Pasal 18.7.5.6
Kolom yang menumpu reaksi dari komponen struktur kaku yang tak
menerus, seperti dinding, harus memenuhi a) dan b):
• Untuk Pu >= Agfc’/10, Tulangan transversal sesuai 18.7.5.2 hingga
18.7.5.4 harus dipasang sepanjang tinggi kolom pada semua tingkat di
bawah lokasi diskontinuitas. Pu harus ditingkatkan = Agfc’/4
• Tulangan transversal harus diteruskan ke dalam komponen struktur
kaku tak menerus paling sedikit sejarak D tulangan longitudinal
terbesar sesuai 18.8.5. Jika ujung bawah kolom yang ditinjau
berhenti pada suatu dinding, tulangan transversal perlu harus
diteruskan ke dalam dinding paling sedikit sepanjang ld tulangan
longitudinal terbesar di titik pemutusan. Kalau kolom berhenti pada
sistem fondasi, tulangan transversal perlu harus diteruskan paling
sedikit 300 mm ke dalam sistem fondasi.
Detailing Kolom SRPMK Pu Pasal 18.7.6.1.1
Vu < Vn
Mnt
Kekuatan
Ve M prt  M prb
transversal
Ve 
Lu
Ve > Vu dari beban
terfaktor.

Lu
Pasal 18.7.6.2.1
Vc = 0 bilamana:
• a. Gaya geser akibat gempa
berdasarkan 18.7.6.1 dihitung dari
Mpr (Ve) ≥ 1/2 dari kekuatan geser
Ve perlu maks di sepanjang lo.
Mnb
• b. Pu < Ag.fc’/20
Pu
Detailing Joint
SRPMK
Detailing Joint SRPMK
Penulangan Pasal 18.8.2.1
Memanjang Gaya-gaya pada tulangan longitudinal balok di muka joint harus dihitung dengan
mengasumsikan tegangan pada tulangan tarik lentur adalah 1,25fy.
Pasal 18.8.2.2
Tulangan longitudinal balok yang dihentikan pada kolom harus diteruskan ke muka terjauh
dari inti kolom terkekang dengan panjang penyaluran (Ld) tarik sesuai 18.8.5 dan dalam
tekan sesuai 25.4.9.

Pasal 18.8.2.3
Bila tulangan longitudinal balok diteruskan melalui joint balok-kolom, dimensi kolom yang
paralel dengan tulangan balok tersebut tidak boleh kurang dari 20 kali diameter tulangan
longitudinal terbesar balok untuk beton normal (normal weight). Untuk beton ringan (light
weight), dimensinya tidak boleh kurang dari 26 kali diameter tulangan.

Pasal 18.8.2.4
h joint ≥ ½ h balok yang merangka pada joint tersebut dan yang menyebabkan geser pada
joint sebagai bagian dari system pemikul gaya seismik.
hjoint = hkolom
Detailing Joint SRPMK
Tulangan
Pasal 18.8.3.1
Transversal Tulangan transversal joint harus memenuhi 18.7.5.2, 18.7.5.3, 18.7.5.4, dan 18.7.5.7, seperti tulangan
transversal pada kolom.

Pasal 18.8.3.2
Bila pada ke-4 sisi joint terdapat balok yang merangka kepadanya dan bila lebar dari setiap balok ≥ ¾
dari lebar kolom, maka jumlah tulangan transversal yang diperlukan 18.7.5.4 diizinkan untuk
direduksi ½ nya, dan spasi yang disyaratkan 18.7.5.3 diizinkan hingga 150 mm.

Pasal 18.8.3.3
Tulangan longitudinal balok yang berada di luar inti kolom harus dikekang oleh tulangan transversal
yang menembus kolom dengan spasi sesuai 18.6.4.4, dan persyaratan 18.6.4.2 dan 18.6.4.3, jika
pengekangan tersebut tidak diberikan oleh balok yang merangka ke dalam joint.

Pasal 18.8.3.4
Bila tulangan momen negatif balok menggunakan tulangan berkepala (headed deformed bar) yang
berhenti di dalam joint, maka ujung atas kolom harus diteruskan di atas joint setidaknya setinggi h.
Sebagai alternatif, tulangan balok harus dikekang pada muka atas joint oleh tulangan joint vertikal
tambahan.
Detailing Joint SRPMK
Pasal 18.8.4.1
Kekuatan
Kekuatan geser nominal joint (Vn):
Geser a. Joint yang terkekang balok pada ke-4 sisi: c. Untuk kasus lainnya:

Balok
Vn  1,7 fc ' Aj Vn  1, 0 fc ' Aj

Balok Kolom Balok


Kolom Balok
Balok

Balok
b. Joint yang terkekang balok pada ke-3 sisi
atau 2 sisi: V  1, 2 f ' A
Balok

n c j

Untuk beton ringan,  = 0,75


Untuk beton normal,  = 1,0
Kolom Balok Kolom Balok
Balok
Balok
Detailing Joint SRPMK
Kekuatan Pasal 18.8.4.2
Geser Joint dianggap terkekang oleh balok apabila lebar balok ≥ 3/4 dari lebar
efektif joint.
Perpanjangan balok yang melewati muka joint setidaknya sama dengan
tinggi balok h boleh dianggap memberikan kekangan pada muka joint
tersebut.

Pasal 18.8.4.3
Luas penampang efektif dalam suatu joint (Aj) = hjoint × bjoint efektif.
hjoint = hkolom, bjoint = bkolom,
kecuali bila ada balok yang merangka ke dalam kolom yang lebih lebar,
lebar joint efektif:
a. < bkolom + hjoint
b. < 2 × bbalok
Detailing Joint SRPMK
Panjang
Pasal 18.8.5.1
penyaluran
Panjang penyaluran tulangan tarik dengan kait standar untuk tulangan D10 – D36:
tulangan tarik
fy db
ldh 
5, 4 fc '

Untuk beton normal, ldh:


a. > 8Db
b. > 150 mm
untuk beton ringan, ldh:
a. > 10Db
b. > 190 mm
Nilai  adalah 0,75 untuk beton ringan dan 1,0 untuk beton normal.
Kait standar harus ditempatkan dalam inti terkekang kolom atau elemen batas, dengan kait ditekuk ke
dalam joint.
Pasal 18.8.5.2
Untuk tulangan berkepala yang memenuhi 20.2.1.6, panjang penyaluran tarik harus sesuai 25.4.4,
kecuali spasi bersih antar tulangan diizinkan ≥ 3db.
Detailing Joint SRPMK
Panjang
penyaluran Pasal 18.8.5.3
tulangan tarik Panjang penyaluran tulangan tarik lurus untuk tulangan D10 – D36:
• > 2,5 ldh bila beton yang dicor di bawah tulangan tersebut tidak melebihi 300 mm
• > 3,25 ldh bila tinggi beton yang dicor bersamaan di bawah batang tulangan melebihi
300 mm.

Pasal 18.8.5.4
Tulangan lurus yang berhenti pada joint harus melewati inti terkekang kolom atau
elemen batas. Semua bagian ld yang tidak berada di dalam inti terkekang harus
diperpanjang dengan faktor sebesar 1,6 kali.

Pasal 18.8.5.5
Jika digunakan tulangan berlapis epoksi, maka panjang penyaluran berdasarkan 18.8.5.1,
18.8.5.3, dan 18.8.5.4 harus dikalikan dengan faktor yang sesuai 25.4.2.4 atau 25.4.3.2.
Sengkang tertutup
Ketentuan
Mengenai Kait
Terima kasih

anis.rosyidah@sipil.pnj.ac.id

Anda mungkin juga menyukai