Anda di halaman 1dari 13

Karya Ilmiah Suku Anak Kubu

Nama : Muzaky Fathul Amin


Kelas : XI IPS 1
No : 22

1 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
Karya ilmiah Anak Kubu Di Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karuniaNyalah,Karya Ilmiah ini bisa terselesaikan guna
memenuhi tugas Sosiologi
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui atau mengenal SUKU
ANAK DALAM (Suku Kubu) yang ada di propinsi kita ini, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh
penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “SUKU ANAK DALAM” yang membutuhkan
perhatian dari kita semua. Walaupun tugas ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Daftar Isi
2 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
Abstrak 4
Bab I Latar Belakang
A. Sejarah Suku Anak dalam Kubu 5
Bab II ISI
A. Asal Usul Suku Anak Dalam Kubu 8
B. Karakteristik dan Kultu Suku Kubu 8
C. Sistem Kekerabatan 10
D. Organisasi Sosialdan Kelompok 10
Masyarakatpada Suku Kubu
E. Kehidupan Masyarakat Suku Kubu 10
F. Peralatan,Komunikasi & Seni Suku Kubu 11
G. Wilayah bPersebaran Suku Kubu 11
Bab III Penutup & Kesimpulan 12
Daftar Pustaka 13
Lampiran 13

3 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
ABSTRAK

Karya ilmiah yang memuat tentan Suku Anak Dalam di Indonesia ini
membahas keseluruhan tentang Asal Usul Suku Anak Dalam, yang terkadang
sering luput dari pandangan kita sebagai Warga Negara Indonesia. Bagaimana
perkembangannya dari tahun ke tahun apakah mengalami perbedaan dan
perkembangan karena perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ataukah
tetap berjalan seperti dahulu (mulai terbentuknya).

Tujuan pemulisan karya ilmiah ini adalah untuk menyelesaikan tugas


Soiologi kelas XI , agar semua dapat mengetahui Asala Usul, Perkembangan dan
pengertian suku suku di Indonesia, termasuk salah satunya adalah suku Anak
Dalam.

Saya mencari bahan-bahan tentang Suku Anak Dalam melalui Internet.


Saya mengetahui bahwa Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku primitif di
Indonesia. Yang kini terus berlangsung sampai sekarang.

BAB 1
Latar Belakang
4 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
A. Sejarah Suku Anak Dalam Kubu
Sejarah Suku Anak Dalam atau SAD masih penuh misteri, bahkan hingga kini tak ada
yang bisa memastikan asal usul mereka. Hanya beberapa teori, dan cerita dari mulut ke mulut
para keturunan yang bisa menguak sedikit sejarah mereka.

Sejarah lisan Orang Rimba selalu diturunkan para leluhur. Tengganai Ngembar (80),
pemangku adat sekaligus warga tertua SAD yang tinggal di Taman Nasional Bukit Duabelas
(TNBD) Jambi, mendapat dua versi cerita mengenai sejarah Orang Rimba dari para terdahulu. Ia
memperkirakan dua versi ini punya keterkaitan.

Yang pertama, leluhur mereka adalah orang Maalau Sesat, yang meninggalkan keluarga
dan lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam, TNBD. Mereka kemudian dinamakan Moyang
Segayo.
Sedangkan versi kedua, penghuni rimba adalah masyarakat Pagaruyung, Sumatera
Barat, yang bermigrasi mencari sumber-sumber penghidupan yang lebih baik. Diperkirakan
karena kondisi keamanan tidak kondusif atau pasokan pangan tidak memadai di Pagaruyung,
mereka pun menetap di hutan itu.

Versi kedua ini lebih banyak dikuatkan dari segi bahasa, karena terdapat sejumlah kesamaan
antara bahasa rimba dan Minang. Orang Rimba juga menganut sistem matrilineal, sama dengan
budaya Minang. Dan yang lebih mengejutkan, Orang Rimba mengenal Pucuk Undang Nang
Delapan, terdiri atas hukum empat ke atas dan empat ke bawah, yang juga dikenal di ranah
Minang.

Di Kabupaten Tanah Datar sebagai pusat Kerajaan Pagaruyung sendiri, terdapat sebuah daerah,
yaitu Kubu Kandang. Merekalah yang diperkirakan bermigrasi ke beberapa wilayah di Jambi
bagian barat.

Sedangkan perilaku Orang Rimba yang kubu atau terbelakang, menurut Ngembar, disebabkan
beratus tahun moyang mereka hidup di tengah hutan, tidak mengenal peradaban. Kehidupan
mereka sangat dekat dan bergantung pada alam. “Kami beranak pinak dalam rimba, makan sirih,
berburu, dan meramu obat alam, sehingga lupa dengan peradaban orang desa. Kami terbentuk
jadi Orang Rimba,” tuturnya.

Mereka hidup seminomaden, karena kebiasaannya berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Tujuannya, bisa jadi “melangun” atau pindah ketika ada warga meninggal, menghindari musuh,
dan membuka ladang baru. Orang Rimba tinggal di pondok-pondok, yang disebut sesudungon,
bangunan kayu hutan, berdinding kulit kayu, dan beratap daun serdang benal.

Hasil survei Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi tahun 2004 menyatakan,
jumlah keseluruhan Orang Rimba di TNBD ada 1.542 jiwa. Mereka menempati hutan yang
kemudian dinyatakan kawasan TNBD, terletak di perbatasan empat kabupaten, yaitu Batanghari,
5 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
Tebo, Merangin, dan Sarolangun. Hingga tahun 2006, paling sedikit terdapat 59 kelompok kecil
Orang Rimba. Beberapa ada yang mulai hidup dan menyatukan diri dengan kehidupan desa
sekitarnya. Namun sebagian besar masih tinggal di hutan dan menerapkan hukum adat
sebagaimana nenek moyang dahulu.

Selain di TNBD, kelompok- kelompok Orang Rimba juga tersebar di tiga wilayah lain.
Populasi terbesar terdapat di Bayung Lencir, Sumatera Selatan, sekitar 8.000 orang. Mereka
hidup pada sepanjang aliran anak-anak sungai keempat (lebih kecil dari sungai tersier), seperti
anak Sungai Bayung Lencir, Sungai Lilin, dan Sungai Bahar. Ada juga yang hidup di Kabupaten
Sarolangun, sepanjang anak Sungai Limun, Batang Asai, Merangin, Tabir, Pelepak, dan
Kembang Bungo, jumlahnya sekitar 1.200 orang.

Kelompok lainnya menempati Taman Nasional Bukit Tigapuluh, sekitar 500 orang.
Karena tidak dekat dengan peradaban dan hukum modern, Orang Rimba memiliki sendiri
hukum rimba. Mereka menyebutnya seloka adat.

Ada satu seloka yang bisa menjelaskan tentang Orang Rimba:


Bertubuh onggok
berpisang cangko
beratap tikai
berdinding baner
melemak buah betatal
minum air dari bonggol kayu.
Ada lagi:
berkambing kijang
berkerbau tenu
bersapi ruso

Mereka sehari-harinya tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan. Rumahnya hanyalah
beratap rumbia dan dinding dari kayu.

Cara hidup dengan makan buah-buahan di hutan, berburu, dan mengonsumsi air dari sungai
yang diambil dengan bonggol kayu. Makanan mereka bukan hewan ternak, tetapi kijang, ayam
hutan, dan rusa.

Identitas Orang Rimba yang tertuang lewat seloka, membedakannya dari orang terang – sebutan
untuk masyarakat di desa.

Mereka membuat seloka tentang orang terang:


berpinang gayur
6 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
berumah tanggo
berdusun beralaman
beternak angso

Seloka yang muncul lewat mimpi juga memberi panduan mengenai hidup sosial di rimba.
Aturan-aturan Orang Rimba memang tidak jauh dari Pucuk Undang Nang Delapan, yang dibawa
dari minang. Aturan rimba sendiri melarang adanya pembunuhan, pencurian, dan pemerkosaan.
Inilah larangan terberat, yang jika dilanggar akan dikenai hukuman 500 lembar kain. Jumlah
kain sebanyak itu dinilai sangat berat, dan sangat sulit disanggupi, karenanya Orang Rimba
berusaha untuk mematuhi.

Kisah yang dituturkan Ngembar tak berbeda jauh dengan warga Suku Anak Dalam (SAD) di
kawasan lain TNBD. Tumenggung Tarib, pimpinan di salah satu rombongan SAD,
mengemukakan bahwa mereka adalah keturunan Kerajaan Pagaruyung (dharmacraya) yang
merantau ke Jambi. Untuk sejarah lisan ini, menurut Tarib, diturunkan sampai enam generasi ke
bawah.

Terdesak penjajahan

Johan Weintre, salah seorang peneliti antropologi asal Australia, yang juga pernah menetap di
hutan rimba Taman Nasional Bukit Dua belas (TNBD), menuliskan, Kerajaan Sriwijaya
menguasai Selat Malaka serta melakukan perniagaan dan memiliki hubungan sosial dengan
mancanegara, termasuk Tiongkok dan Chola, sebuah kerajaan di India Selatan. Sekitar tahun
1025, Kerajaan Chola menyerang Kerajaan Sriwijaya dan menguasai daerahnya. Lalu sebagian
penduduk yang tidak ingin dikuasai penjajah, mengungsi ke hutan. Mereka kemudian disebut
kubu, membangun komunitas baru di daerah terpencil.

Sebenarnya, masyarakat SAD tidak jauh berbeda dengan masyarakat lain di sekitarnya.
Pengaruh Minang tidak hanya lekat di sana, namun juga pada daerah sekitarnya, wilayah
Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo, dan Muaro Tebo, yang mengitari kawasan TNBD.

Salah satu buktinya, masyarakat adat melayu kuno di Kuto Rayo, Kecamatan Tabir, Kabupaten
Merangin, juga memegang hukum adat Pucuk Undang Nang Delapan dari Minang, dan
menganut sistem matrilineal. Sejarah mereka juga kaum pelarian pada Perang Sriwijaya.

BAB II
ISI
A. Asal Usul Suku Anak Dalam Kubu

7 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
Penyebutan Orang Rimba pertama kali dengan berakhiran huruf ‘o’ pada disertasi
tersebut dipertentangkan oleh beberapa antropolog meski tidak ada perbedaan makna, tetapi
akhiran ‘o’ pada sebutan Orang Rimbo merupakan dialek Melayu Jambi dan Minang.

Tentang asal usul Suku Anak Dalam (Muchlas, 1975) menyebutkan adanya berbagai hikayat
dari penuturan lisan yang dapat ditelusuri seperti Cerita Buah Gelumpang.

Dari hakikat tersebut Muchlas menarik kesimpulan bahwa Anak Dalam berasal dari tiga turunan
yaitu:

1.Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari.


2.Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo sebagian Mersam
(Batanghari).
3.Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun Bangko
(Muchlas, 1975)

Menurut Van Dongen (1906) dalam Tempo (2002), menyebutkan bahwa orang rimba
sebagai orang primitif yang taraf kemampuannya masih sangat rendah dan tak beragama.
mereka melakukan transaksi dengan bersembunyi di dalam hutan dan melakukan barter, mereka
meletakkannya di pinggir hutan, kemudian orang melayu akan mengambil dan menukarnya.

Senada dengan Bernard Hagen (1908) dalam Tempo (2002) (die orang kubu auf Sumatra)
menyatakan orang rimba sebagai orang pra melayu yang merupakan penduduk asli Sumatera.
Demikian pula Paul Bescrta mengatakan bahwa orang rimba adalah proto melayu (melayu tua)
yang ada di semenanjung Melayu yang terdesak oleh kedatangan melayu muda.

B. Karakteristik dan Kultur Suku Kubu

Ciri-ciri fisik dan non fisik

Suku anak dalam termasuk golongan ras mongoloid yang termasuk dalam migrasi
pertama dari manusia proto melayu. kulit sawo matang, rambut agak keriting, telapak kaki tebal,
laki-laki dan perempuan yang dewasa banyak makan sirih.

Ciri fisik lain yang menonjol adalah penampilan gigi mereka yang tidak terawat dan
berwarna kecoklatan. Hal ini terkait dengan kebiasaan mereka yang dari kecil nyaris tidak
berhenti merokok serta rambut yang terlihat kusut karena jarang disisir dan hanya dibasahi saja.

Budaya Melangun

Pada masa sekarang apabila terjadi kematian di suatu daerah, juga tidak seluruh anggota
Suku Anak Dalam tersebut yang pergi melangun. Hanya angota keluarga-keluarga mendiang
saja yang melakukannya.

8 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
Seloko dan Mantera

Kehidupan Suku Anak Dalam sangat dipengaruhi oleh aturan-aturan hukum yang sudah
diterapkan dalam bentuk seloko-seloko yang secara tegas dijadikan pedoman hukum oleh para
pemimpin Suku, khususnya Tumenggung dalam membuat suatu keputusan. Seloko juga menjadi
pedoman dalam bertutur kata dan bertingkah laku serta dalam kehidupan bermasyarakat Suku
Anak Dalam.
Bentuk seloko itu antara lain:

1.Bak emas dengan suasa .


2.Mengaji di atas surat
3.Banyak daun tempat berteduh
4.Titian galling tenggung negeri (Tidak ke sini juga tidak kesana/labil)

Besale

kata besale dapat diartikan secara harafiah duduk bersama untuk bersama-sama
memohon kepada Yang Kuasa agar diberikan kesehatan, ketentraman dan dihindarkan dari mara
bahaya.

Kepercayaan

Komunitas adat terpencil Suku Anak Dalam pada umumnya mempunyai kepercayaan
terhadap dewa, istilah ethnic mereka yakni dewo dewo. Mereka mempercayai adanya dewa yang
mendatangkan kebajikan jika mereka menjalankan aturannya.

Pengelolaan Sumberdaya Alam

Orang Rimba yang selama hidupnya dan segala aktifitas dilakukan di hutan. Hutan, yang
bagi mereka merupakan harta yang tidak ternilai harganya, tempat mereka hidup, beranak-pinak,
sumber pangan, sampai pada tempat dilakukannya adat istiadat yang berlaku bagi mereka.

Orang Rimba mengenal wilayah peruntukan seperti adanya Tanoh Peranokon, rimba,
ladang, sesap, belukor dan benuaron. Peruntukan wilayah merupakan rotasi penggunaan sumber
daya hutan dari rimba menjadi lading dan kemudian menjadi sesap.

C. Sistem Kekerabatan
Sistem kekerabatan orang Rimba adalah matrilineal yang sama dengan system kekerabatan
budaya Minangkabau.Orang Rimba tidak diperbolehkan memanggil istri atau suami dengan
namanya, demikian pula antara adik dengan kakak dan antara anak dengan orang tua. Mereka

9 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
juga tidak menyebut nama orang yang sudah meninggal dunia. Sebenarnya menyebut nama
seseorang dianggap tabu oleh orang Rimba.

Kebudayaan orang Rimba juga mengenal sistem pelapisan sosial. Temenggung adalah
pemimpin utama dalam struktur kelompok.

D. Organisasi Sosial dan Kelompok Masyarakat pada Suku Kubu


Masyarakat Suku Anak Dalam hidup secara berkelompok, Mereka bebas untuk tinggal bersama
dengan kelompok lain. Namun mereka tidak dengan mudah berganti-ganti
kelompok/tumenggungnya karena terdapat hukum adat yang mengaturnya

. Susunan organisasi sosial pada masyarakat Suku Anak Dalam terdiri dari:

1.Tumenggung, Kepala adat/Kepala masyarakat


2.Wakil Tumenggung, Pengganti Tumenggung jika berhalangan
3.Menti, Menyidang orang secara adat/hakim
Kepemimpinan Anak Dalam tidak bersifat mutlak, mereka sekarang dipilih berdasarkan
pengajuan Tumenggung disetujui seluruh anggota. Menurut Temenggung Tarib, jumlah
kelompok yang diwakili oleh Temenggung naik dari 3 kelompok pada tahun 1980an.

E. Kehidupan Masyarakat Suku Kubu


Makanan

Mereka sudah banyak yang menggunakan beras sebagai makanan pokok sehari-hari.
Sebenarnya makanan pokok mereka waktu dahulu adalah segala jenis umbi-umbian yang
tumbuh di hutan, seperti keladi, ubi kayu, ubi jalar, umbi silung dan binatang buruan seperti babi
hutan, rusa, kancil dan lain-lain.

Pakaian

Meraka pada umumnya tidak berpakaian, namun mereka menggunakan cawat kain untuk
menutupi kemaluannya. Dahulu aslinya mereka menggunakan cawat dari kulit kayu terap atau
serdang, namun karena cawat dari kulit kayu sering menimbulkan rasa sakit akibat kutu kayu
yang masuk ke dalam kulit, sehingga mereka meninggalkannya dan beralih dengan kain yang
mereka beli di pasar melalui masyarakat umum. Tingkat kemampuan intelektual suku anak
dalam dapat disebut masih rendah dan temperamen mereka pada umumnya keras dan pemalu.
Walaupun masih terbatas, tetapi sudah terjadi interaksi sosial dengan masyarakat luas sehingga
keterbukaan terhadap nilai nilai budaya luar semakin tampak.

F. Peralatan, Komunikasi & Seni Suku Kubu


sebagai orang yang memiliki harta benda minimal, termasuk barang seni dan alat
teknologi .Kelihatannya menurut kosmologi orang Rimba, mereka tidak terdorong atau tergoda
mempunyai harta benda. Ada kerajinan yang dibuat dari bambu, daun, rotan, rumput, kayu dan
10 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
kulit. Seperti tikar untuk membungkus barang atau sebagai tempat tidur, dan wadah untuk
tempat menyimpan, untuk membawa barang dan untuk melengkapi sistem adat, atau sebagai alat
tukar-menukar dalam upacara perkawinan.

Pada umumnya, saat mereka pergi ke pasar mingguan atau keluar hutan untuk pergi ke dusun,
laki-laki sering memakai celana dan perempuan menutupi badannya agar mereka
tidak merasa malu, demi menghormati budaya dusun serta agar diterima dengan baik.

G. Wilayah Persebaran Suku Kubu

Daerah yang didiami oleh Suku Anak Dalam ada di kawasan Taman Nasional Bukit XII
antara lain terdapat di daerah Sungai Sorenggom, Sungai Terap dan Sungai Kejasung
Besar/Kecil, Sungai Makekal dan Sungai Sukalado. Nama-nama daerah tempat mereka
bermukim mengacu pada anak-anak sungai yang ada di dekat permukiman mereka.
Cagar Biosfer, adalah karena kawasan ini memenuhi ciri-ciri atau kriteria yang sifatnya
kualitatif yang mengacu pada kriteria umum Man and Biosphere Reserve Program, UNESCO
seperti berikut:
1.Merupakan kawasan yang mempunyai keperwakilan ekosistem yang masih alami dan
kawasan yang sudah mengalami degradasi, modifikasi dan atau binaan.
2.Mempunyai komunitas alam yang unik, langka dan indah.
3.Merupakan landscape atau bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan
interaksi antara komunitas alami dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis.
4.Merupakan tempat bagi penyelenggaraan pemantauan perubahan perubahan ekologi
melalui kegiatan penelitian dan pendidikan (Dirjen PHPA, 1993)..
kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas terletak diantara lima kabupaten, yaitu kabupaten
sarolangun, merangin, bungo, tebo dan batang hari. Kawasan yang di diami orang rimba ini
secara geografis adalah kawasan yang dibatasi oleh batang tabir di sebelah barat,
batang tembesi.di kawasan Cagar Biosfer Bukit Duabelas terdapat tiga kelompok Orang Rimba
yaitu kelompok Air Hitam di bagian selatan kawasan. Orang Rimba hidup dalam kelompok
kelompok kecil yang selalu menempati wilayah bantaran sungai baik di badan sungai besar
ataupun di anak sungai dari hilir sampai ke hulu.

Walaupun mereka jarang menggunakan sungai sebagai tempat membersihkan dirinya, tetapi
keberadaan sungai sebagai sarana kehidupan mereka terutama untuk kebutuhan air minum,
sehingga pemukiman mereka selalu diarahkan tidak jauh dari anak anak sungai.

Wilayah Taman Nasional Bukit XII memiliki beberapa tempat tinggal lain di kaki bukitnya,
dengan Bukit Dua Belas sebagai titik sentralnya. Dinamakan Bukit Dua Belas karena menurut
Suku Anak Dalam, bukit ini memliki 12 undakan untuk sampai dipuncaknya. Di tempat inilah
menurut mereka banyak terdapat roh nenek moyang mereka, dewa-dewa dan hantu-hantu yang
bisa memberikan kekuatan.

11 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
BAB III
PENUTUP
Demikian makalah tentang Suku Anak Dalam (Suku Kubu) ini saya buat, semoga dapat di
ketahui dan bermanfaat bagi kita semua.
Kesimpulan
Suku anak dalam jambi (Suku Kubu) adalah orang malau sesat yang meninggalkan
keluarganya dan lari kehutan rimba sekitar Taman Nasional Bukit 12 itu di namakan mayang
segayo.
Penghuni rimba itu masyarakat pagaruyung (Sumatra barat) yang berimigrasi mencari sumber
kehidupan yang lebih baik.orang rimba menganut sistim matrinial, sama dengan budaya minag
kabau.
Mereka sehari-hari tanpa baju, kecuali cawat penutup kemaluan.rumahnya hanya beratap
rumbia dan berdinding dari kayu.sering memakan buah-buahan dari hutan, berburu dan
mengkonsumsi air dari sungai.
Asal usul suku anak dalam pertama kali di publikasikan oleh Muntholib soetomo pada tahun
1995 dalam desertasinya yang berjudul “Orang Rimbo”.

Menurut Muchlas (1975) suku anak dalam berasal dari tiga keturunan, yaitu:
1.Keturunan dari Sumatera Selatan, umumnya tinggal di wilayah Kabupaten Batanghari.
2.Keturunan dari Minangkabau, umumnya di Kabupaten Bungo Tebo sebagian Mersam
(Batanghari).
3.Keturunan dari Jambi Asli yaitu Kubu Air Hitam Kabupaten Sarolangun Bangko
(Muchlas, 1975)

Menurut Van Dogen (1906) bahwa orang rimba sebagai orang primitive dan tak beragama.

Budaya suku anak dalam itu ketika seorang anggota keluarganya meninggal dunia, itu
merupakan peristiwa yang menyedihkan, terutama pihak keluarganya. Mereka yang berada
disekitar rumah kematian akan pergi karena menganggap bahwa tempat tersebut tempat
sial.kepercayaan tersebut bermula di dahulu kala semenjak mereka tinggal di dalam hutan.

Pada umumnya mereka percaya terhadap dewa-dewa, istilah ethnik yakni dewo-dewo.mereka
yang percaya roh-roh sebagai sesuatu kekuatan gaib.sisitim kekerabatan orang rimba tidak boleh
menyebut nama-nama mereka, dan tidak boleh juga menyebut orang yang telah meninggal
dunia.sebelum menikah tidak ada tradisi berpacaran.kebudayaan suku anak dalam ini sangat
berbeda dengan kebudayaan masyarakat modern seperti sekarang ini.

Daftar Pustaka
 Depsos RI. 1998, Masyarakat Terasing Suku Anak Dalam dan Dusun Solea Dan
Melinani, Direktorat Bina Masyarakat Terasing, Jakarta.

12 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap
 Dian Prihatini, 2007. Makalah ”kebudayaan Suku Anak Dalam”. Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
 Dongen, C.J. Van. Tanpa Tahun, Orang Kubu (Suku Kubu), Arsip Museum Provinsi
Jambi, Jambi.
 Manurung, Butet. 2007, Sokola Rimba, Insist Press, Yogyakarta.
 Muchlas, Munawir. 1975, Sedikit Tentang Kehidupan Suku Anak Dalam (Orang
Kubu) di Provinsi Jambi, Kanwil Depsos Provinsi Jambi, Jambi.
 Soetomo, Muntholib, 1995, Orang Rimbo : Kajian Struktural-Fungsional Masyarakat
Terasing Di Makekal Provinsi Jambi, Universitas Padjajaran, Bandung.
http://arfaangel.blogspot.com/2008/07/asal-usul-dan-sejarah-suku-anak-dalam.html
http://jambicrew.blogspot.com
http://www.boergala.com
http://ww.google.co.id

Lampiran

Foto Masyarakat Suku Anak Kubu

13 Karya Ilmiah Suku Anak Dalam Kubu | Tugas Sosilogi Semester Genap

Anda mungkin juga menyukai