Anda di halaman 1dari 20

6

BAB II
MEMADU DAN MENGURAI GAYA

A. Keseimbangan Gaya
Adanya gaya yang bergerak pada benda mengakibatkan benda bergerak.
Gerak benda tersebut mungkin merupakan gerak translasi, rotasi, dan rotasi
bersama-sama dengan translasi. Statika konstruksi menyaratkan benda dalam
keadaan diam atau setimbang sempurna. Oleh karena itu, dalam statika 2D harus
dipenuhi syarat keseimbangan translasi (∑GV = 0, dan ∑GH = 0) dan
keseimbangan rotasi (∑M = 0).
Gaya merupakan besaran Vektor. Sebagai besaran vektor gaya mempunyai
besar, arah, garis kerja dan titik tangkap. Satuan gaya menurut Sistem Satuan
Internasional (SI) adalah Newton (N; kN). Namun dalam Mekanika Teknik masih
sering digunakan satuan konvensional yaitu kg atau ton. Pada teknik sipil, gaya
dapat berasal dari berat sendiri (batu, beton, baja, dsb), beban bergerak
(kendaraan, angin, dsb), beban gempa, dsb yang dalam teori mekanika teknik
diidealisasikan sebagai gaya (beban) terpusat, merata, dsb.
Suatu gaya yang dipindahkan dalam garis kerja yang sama tidak
berpengaruh terhadap besarnya gaya tersebut.

A P P

Titik tangkap gaya. Garis kerja gaya.

Gambar 8. Perpindahan Gaya

Bila gaya – gaya bekerja dalam garis kerja yang satu bidang datar disebut
Gaya Koplanar. Bila garis gaya–gaya yang kerjanya berpotongan pada sebuah
titik disebut Gaya Konkuren (bertitik tangkap tunggal). Sedang bila gaya-gaya
mempunyai garis kerja dalam satu garis lurus disebut Gaya Kolinier (satu garis
lurus ). Dalam Mekanika Teknik 1 ini hanya dibahas gaya yang terletak dalam
satu bidang (2D). Sedang gaya pada suatu ruang (3D) dibahas dalam Mekanika
Teknik Lanjut.
7

B. Memadu Gaya
Istilah lain memadu gaya adalah menyusun gaya atau mencari resultan beberapa
gaya. Pada prinsipnya gaya-gaya yang dipadu harus seimbang dengan gaya
resultannya.
1. Memadu Gaya Kolinier
a. Memadu Gaya Kolinier Satu Arah

P1 P2 P3
A B C

A R
Gambar 9. Resultan Gaya Kolinier Searah

Secara analitis : R = P1 + P2 + P3

b. Memadu Gaya Kolinier dengan Arah Berlawanan

P1 P2 P3
A B C

A R
Gambar 10. Resultan Gaya Kolinier tidak Searah

Secara analitis : R =P1 + P2 – P3

c. Memadu Dua Gaya Konkuren


Secara grafis, gaya paduan dapat ditentukan dengan menggunakan jajaran genjang
gaya dan atau segitiga gaya.
P1 P1 R

α α
P2 P2

Gambar 11. Resultan Gaya Dua Gaya Konkuren

Secara analitis besarnya gaya paduan adalah :

R= P12 + P22 + 2P1P2 cos α


8

d. Memadu Beberapa Gaya Konkuren


Secara grafis, gaya paduan dapat ditentukan dengan jajaran genjang gaya dan atau
dengan segi banyak gaya. P1
P1
P2
A
P4 A

P2
P3
R
P4
P3

Gambar 12. Resultan Gaya Beberapa Gaya Konkuren

Cara Analitis,

Gaya-gaya yang akan dicari resultannya diuraikan dalam arah sumbu X dan
sumbu Y. Titik tangkap gaya-gaya harus dilalui oleh kedua sumbu tersebut.
Sumbu X dapat horisontal ataupun miring. Dipilih mana yang memudahkan
perhitungan, prinsifnya kedua sumbu itu saling tegak lurus. Perhatikan gambar
dibawah ini (gambar 6). Dalam gambar 6 dipilih sumbu X horisontal dan sumbu
Y vertikal. P1 diuraikan menjadi X1 = P1 cos α1 dan Y1 = P1 sin α1 ; P2 diuraikan
menjadi X2 = P2 cos α2, dan Y2 = P2 sin α2 dan seterusnya sehingga Pn diuraikan
menjadi Xn = Pn cos αn dan Yn = Pn sin αn. Jadi diperoleh :
Xr = P1 cos α1 + P2 cos α2 + …….. + Pn cos αn atau secara umum ditulis:
Xr =Σ Pn cos αn
Y+
Dengan cara yang sama diperoleh: Yr = ΣPn sin αn

P3 P1 P3sinα3 P1sinα1
P3
α2 P1
P3cosα3 α1
α3
A X+
P2cosα2 P1cosα1
P2
P2 P2 sinα2

Gambar 13. Gaya Konkuren dan Uraian Gayanya

Besarnya resultan : R = √X r
2
+ Y r2

Yr Yr
Arah resultan : tg φ = atau φ = arc tg
Xr Xr
9

Contoh Perhitungan,
Diketahui gaya-gaya seperti gambar 7 di bawah ini. P1 = 15 kN, P2 = 20 kN,

P3 = 25 kN, dan P4 = 30 kN. Gaya-gaya tersebut masing-masing membentuk sudut

α1 = 300, α2 = 1350, α3 = 2400, dan α4 = 3150.

Ditanyakan besar dan arah resultan.


P2
Y+

P2

P1 P1
P3
Xr
A X+ R
φ =70 23’ 26’’
0

P4

P3
Yr R P4

Gambar 14: Soal gaya Konkuren Gambar 15: Solusi Cara Grafis

Penyelesaian:
Cara analitis

Untuk memudahkan hitungan dibuat tabel sebagai berikut:

No Pn (kN) αn Xn = Pn cos αn Yn = Pn sin αn

1 15 30 12 ,99 7,5

2 20 135 -14,14 14,14

3 25 240 -12 ,50 - 21,65

4 30 315 21,21 - 21,21

Jumlah 7,56 - 21,22

Besarnya resultan : R = √ (7,56)2 + (-21,22)2 = 22,53 kN

-21,22
Arah resultan : φ = arc tg -------- = -700 23’ 26” atau φ = 289036’33”
7,56
10

2. Memadu Gaya tidak Konkuren


a. Memadu dua buah gaya yang sejajar dan searah.

Ada tiga hal yang akan dicari yaitu: besar, arah, dan letak resultannya.
Cara Grafis
P1 = 1 kN R = 3 kN P2 = 2 kN
A B
1
P1
5-x x 2
O

5m 3
R P2
H
garis kerja R
II

I
III

Gambar 16. Lukisan Mencari Resultan Gaya

Langkah melukis sebagai berikut:


1. Tentukan skala gaya dan skala jarak (misal skala jarak 1m = 1cm; skala gaya
1 kN = 1 cm)
2. Gambarlah gaya P1 dan P2, dan tentukan letak titik kutubnya. Titik kutub
letaknya sembarang, prinsifnya garis kutub dapat menghasilkan poligon gaya
dengan bentuk yang tidak terlalu runcing dan atau tidak terlalu tumpul.
3. Lukis garis 1 pada kutub dan lukis garis I sejajar dengan garis 1.
4. Lukis garis 2 dan lukis garis II sejajar garis 2.
5. Lukis garis 3 dan lukis garis III sejajar garis 3.
6. Titik potong garis II dan garis III merupakan letak resultan yang dicari, sedang
besarnya resultan dan arahnya dapat diukur dan dilihat pada lukisan kutub.
Cara analitis,

Besarnya resultan adalah R = P1 + P2. Arah resultan sesuai dengan arah P1


dan P2. Sedang letak resultan dapat dihitung berdasarkan keseimbangan momen
komponen (gaya P1 dan P2) dengan momen resultan (gaya paduannya R).
Lihat gambar 16, dimisalkan letak resultan sejauh x dari titik B.
11

Statis momen terhadap titik B.


Jumlah Momen Komponen = Momen Resultan
- P1 . a = - R . x R=1+2=3

-1 . 5 = - 3 x

5
x = = 1,7 m
3

Jadi letak resultan 1,7 m dari titik B

b. Memadu dua buah gaya sejajar yang arahnya berlawanan.


Misalkan gaya seperti pada gambar 10 di bawah ini. P1 arahnya ke bawah dan
besarnya 1 kN, sedang P2 = 2 kN arahnya keatas. Secara grafis dapat dicari besar,
arah, dan letak resultan sbb :

P1 = 1 kN P1 = 2 kN
R
B
A
a = 5m
x P2

garis
kerja R 3
R
1 O
II III 2

P1
I

Gambar 17: Cara Grafis Mencari Resultan gaya Sejajar berlawanan Arah

Cara melukis sama seperti pada a, tetapi harus dipahami benar urutan lukisannya.
Dalam soal ini gaya P2 ke atas, oleh karena itu walaupun ujung P2 diatas,
lukisannya paling akhir. Tampak letak R tidak diantara P1 da P2, tetapi diluar P1
dan P2.. Secara analitis juga dapat dihitung seperti cara diatas.
Misal jarak resultan dengan titik A adalah x,
Statis momen terhadap titik A
Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen
- R . x = - P2 . a R = P2 – P1 = 2 – 1 = 1 ton (Arahnya ke atas)

P2 . a 2. 5
x = -------- = ----------- = 10 m
R 1
Jadi letak resultan 10 m dari titik A
12

c. Contoh Penggunaan Resultan (Memadu) Gaya

Resultan gaya dapat digunakan untuk membagi luas bidang sama rata dan untuk
menentukan letak pusat berat bidang.
Contoh 1,
Tentukan titik berat bidang gambar 11.
Penyelesaian:
Bentuk bidang dibagi-bagi menjadi bentuk bidang yang secara mudah dapat
ditentukan luas dan letak titik beratnya. Misal dipilih sumbu X melalui sisi yang
paling kiri, dan letak titik beratnya pada titik Z (X0; Y0).
Elemen bidang 1 dengan luas F1 dan koordinat titik beratnya (X1; Y1).
Elemen bidang 2 dengan luas F2 dan koordinat titik beratnya (X2; Y2).
Elemen bidang 3 dengan luas F3 dan koordinat titik beratnya (X3; Y3).
Elemen bidang 4 dengan luas F4 dan koordinat titik beratnya (X4; Y4).
Elemen bidang 5 dengan luas F5 dan koordinat titik beratnya (X5; Y5).
Elemen bidang 6 dengan luas F6 dan koordinat titik beratnya (X6; Y6).
Dengan menggunakan dalil “Momen resultan sama dengan jumlah momen
komponennya, maka letak titik berat penampang dapat dicari. Dalam bentuk tabel
dapat dilihat berikut ini
Tabel 1. Perhitungan Momen

Luas Bidang Koordinat Titik Berat


No Momen Fi terhadap Titik O
Sebagai Bidang
Bidang
Gaya Fi x1 y1 Mxi = Fi . yi Myi = Fi . xi
I 15.60 = 900 15/2 = 7,5 60/2= 30 900 . 30 = 27000 900 . 7,5 = 6750
II 225 22,5 52,5 11812,5 5062,5
III 337,5 30 10 3375 10125
IV 675 45 0 0 30375
V 450 50 50 22500 22500
VI 900 70 60 54000 63000
Mx = Σ Mxi = My = Σ Myi =
Σ Fi = 3487,5
118687,5 137812,5

∑M ∑M
X =
yi 137612,5
= = 39,52 dan y = xi = 118687,5 = 34,03
0 ΣF 3487,5 0 ΣF 3487,5
i i

Jadi letak titik berat penampang: Z (39,52 ; 34,03)


13

Cara Grafis,
Secara grafis dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Resultan gaya (dalam hal ini
luas bidang) dicari dalam dua arah yaitu arah vertikal dan arah horisontal.
Perpotongan dua resultan tersebut merupakan letak titik beratnya.

15 15 60
Y

F6 30
Z6
F2 XII
15 Z2 XI
Z5 F5
XIII

X
X0 Fx
60 Z
Z1
F1
45
IX
Y0
F3 VII
15 Z3
VIII
Z4 30
F4 X
o

F1 F2 F3 F1 1
F5 F6
F4
F2 2
3
F3
4
II O
III F4 5
I IV VI
V F5 6

VII 7 8 9 10 11 12 13
F6
F4 F3 F1 F5 F2 F6

Fy

Gambar 18. Lukisan Mencari Letak Titik Berat (Sumber: Nurludin)


Contoh 2,
Tentukan titik berat penampang berlubang seperti gambar 12.
Penyelesaian :
Misalnya sumbu X dan sumbu Y masing-masing melalui sisi paling bawah dan
sisi paling kiri dan letak titik beratnya di Z (X0,Y0). Karena dalam arah sumbu Y
14

penampang simetri, maka letak sumbu berat adalah di tengah-tengah penampang.


Sehingga tinggal menghitung absis X0.
Gaya F1 arahnya ke bawah sebesar luas seluruh penampang (F1 = 30.100 = 3000 ).
Luas lubang segi empat sebagai gaya F2 arahnya ke atas (F2 = 15.15 = 225).
Luas lubang lingkaran sebagai gaya F3 arahnya ke atas ( F3 = π/4.202 = 314).
Jarak titik berat masing-masing terhadap sumbu X adalah 50; 62,5; dan 85.
Dengan dalil statis momen terhadap sumbu Y, maka momen resultan sama dengan
jumlah momen komponen;
F . X0 = F1 . x1 – F2 . x2 – F3 . x3
(3000 - 225 - 314). X0 = 3000. 50 – 225. 62,5 – 314. 85
2461 X0 = 15000 – 14062,5 – 26690
109247,5
X0 = ------------- = 44,39; dan Y0 = 0,5 . 30 = 15
2461

Jadi letak titik berat penampang Z (44,39 ; 15)


Secara grafis dapat dilihat pada gamar 12.
Y
100
22,5 15
1
F2 F3

30
Z Z1 Z2 Z3

Y0
F1 O
X
4
X0 15 20 Ry 3
F3
2
F2

F1
III
IV

Ry II
I

Gambar 19. Lukisan Mencari Letak Titik Berat


C. Membagi Gaya/ Mengurai Gaya/ Mengganti Gaya

Berbeda dengan memadu gaya, membagi gaya adalah mengurai sebuah gaya

menjadi dua atau tiga buah gaya (dalam sekali lukisan tidak dapat mengurai 1

gaya menjadi lebih dari 3 gaya).


15

B. Membagi (Mengurai) Gaya


1. Membagi Sebuah Gaya Menjadi Dua Buah Gaya yang Konkuren.

Secara grafis dapat dilakukan dengan jajaran genjang gaya dan atau segitiga gaya.
Cara Jajaran Genjang Cara Segitiga
Garis kerja L1 diketahui
A A A

α β P
α
β P
P
α
β
Garis kerja L2 P P
P diketahui P

Gambar 20 Gambar 21

Secara analitis dapat digunakan rumus sinus sebagai berikut :

a b c
-------- = ------- = -------
sin α sin β sin γ

Bila salah satu sisinya (gaya yang akan dibagi) diketahui besar gaya dan sudut
dalamnya, maka panjang (besarnya gaya) sisi yang lain dapat diketahui.

A A
α β α
Garis kerja P1
Garis kerja P2
P1 γ

β
P P
P2

Gambar 22

Contoh :
Diketahui gaya P = 10 kN akan dibagi menjadi dua gaya yang bergaris kerja l1
dan l2 seperti gambar 16a. Diminta besar dan arah gaya komponen (P1 dan P2).
A B
450 30 0 (b) 600
P
Garis kerja P1 C Garis kerja P2 750 (a)

(c)
4
P 50
P P= 10 kN

Gambar 23. Soal Uraian Gaya Gambar 24. Lukisan Uraian Gaya
16

Besarnya gaya komponen P1 dan P2 dapat dihitung dengan mengalikan panjang

garis masing–masing terhadap skala gaya (2 ton = 1 cm).

Diperoleh: P1 = 3,7 . 2 = 7,4 kN; P2 = 4,5 . 2 = 9,0 kN

Cara analitis :

P1 P2 P
------- = ------- = ------- β = 450 ; γ = 600
sin β sin γ sin α
α = 1800 – 450 – 600

α = 750

Menghitung P1
P1 P sin 450
--------- = -------- P1 = -------- 10 = 7,32 kN
sin 450 sin 750 sin 750

Menghitung P2
P2 P sin 600
--------- = -------- P2 = -------- 10 = 8,97 kN
sin 600 sin 750 sin 750

2. Membagi Sebuah gaya Menjadi Dua Buah Gaya Tidak Konkuren

Lihat gambar 25. Gaya P = 10 kN akan dibagi menjadi P1 dan P2 yang garis

kerjanya masing-masing melalui A dan C.

Pangkal Gaya P
A B C

P= 10 kN P2 1
P1 a1 = 3 m a2 = 3 m

P1 s O
ŝ

II P2 P
I H

Gambar 25. Membagi Sebuah Gaya Menjadi Dua Gaya tidak Konkuren
17

Cara grafis,

a. Gambarlah garis kerja gaya P, P1 dan P2 dengan skala jarak antar garis kerja

yang tertentu, misalnya dibuat skala 1 cm = 1m.

b. Gambar gaya P = 10 kN dengan skala tertentu pula, misal 1 cm = 2 kN.

Tentukan titik kutub O (sembarang). Usahakan jarak kutub ini sedemikian rupa

sehingga lukisan poligon batang tidak terlalu tumpul dan tidak terlalu runcing.

c. Tarik garis 1 melalui pangkal gaya P = 10 kN dan melalui titik O.

d. Lukis garis I sejajar garis 1, yang memotong garis kerja gaya P1 dan gaya P.

e. Lukis garis 2 melalui ujung P = 10 kN dan melalui titik O.

f. Lukis garis II sejajar garis 2, yang melalui perpotongan garis I dan garis kerja

P, dan melalui garis kerja P2.

g. Lukis garis S yang melalui titik potong antara garis kerja P1 dan garis I, dan

melalui titik potong antara garis kerja P2 dan garis 2.

h. Lukis garis S sejajar garis ŝ yang melalui titik kutub, memotong gaya P = 10 kN.

Setelah selesai langkah lukisan diatas, selanjutnya adalah mengukur

panjang garis yang menyatakan besarnya P1 dan P2. Besarnya gaya P1 diukur dari

pangkal gaya P = 10 kN sampai perpotongan garis S. Sedang gaya P2 diukur dari

ujung P1 sampai ujung gaya P. Hasil pengukuran tersebut kemudian dikalikan

dengan skala gaya yang dipakai. Dalam persoalan ini diperoleh gaya P1 = 3 . 2 =

6 kN dan gaya P2 = 2 . 2 = 4 kN.


Cara analitis,

Statis momen terhadap titik A (lihat gambar 25)


Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen
P . a1 10 . 3
P . a1 = P2 . L P2 = ------- = ------- = 3,75 kN
L 8
Statis momen terhadap titik C
P . a2 10 . 5
P . a2 = P1 . L P1 = ------- = ------- = 6,25 kN
L 8
18

3. Membagi/Mengganti Sebuah Gaya Menjadi Tiga Buah Gaya yang tidak


Konkuren

Misalnya gaya P akan diganti menjadi gaya P1, P2 dan P3 yang telah ditentukan

garis kerjanya ( gambar 26 ). P2

L2
P C P2
l1
P1
P
P1
l1 l 2 c P1 P2
B d L3
A
P3 P3
D
a b
Gambar 27. Lukisan Gaya
Gambar 26. Soal
Usaha pertama adalah membuat gaya–gaya tersebut menjadi konkuren.
Dalam membuat konkuren tidak dapat dilakukan sekali, tetapi harus dilakukan
dua kali. Dalam hal ini, carilah lebih dulu titik pertemuan antara garis kerja gaya
yang diganti dengan salah satu garis kerja gaya pengganti, misalnya titik
pertemuannya di A. Kemudian agar diperoleh titik tangkap yang konkuren, maka
dua garis kerja pengganti yang lain disatukan menjadi sebuah garis kerja (garis
kerja persekutuan).
Misal titik pertemuan antara antara dua gaya pengganti tersebut di C. Garis
yang menghubungkan titik A dengan titik C merupakan garis kerja persekutuan
yang dimaksud diatas, dan membuat gaya diganti dengan ketiga gaya
penggantinya yang konkuren. Dari tiga garis kerja yang konkuren inilah dapat
dilukis penggantian sebuah gaya menjadi dua buah gaya, yaitu sebuah gaya
pengganti P3 dan sebuah gaya persekutuan (paduan P1 dan P2). Selanjutnya gaya
persekutuan ini diganti menjadi gaya P1 dan P2.
Jadi tiga gaya pengganti telah diketahui semua, besarnya gaya tinggal

mengukur panjang garisnya dikalikan dengan skala gaya yang dipakai. Mengganti

/membagi sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkuren ini

merupakan dasar metode Cullmann dalam menghitung besarnya gaya batang

pada konstruksi rangka.


19

Cara analitis,
Karena gaya–gayanya tidak konkuren, maka untuk menghitung gaya yang
belum diketahui dipakai “Statis Momen“. Pemilihan titik yang dipakai sebagai
pusat momen harus diperhatikan sedemikian sehingga dalam sebuah persamaan
hanya mengandung sebuah bilangan yang belum diketahui. Untuk persoalan
diatas dipilih dahulu titik C sebagai pusat momen, sehingga dapat dihitung gaya
P3 (bila dipilih titik A sebagai pusat momen, maka ada dua bilangan yang belum
diketahui yaitu P1 dan P2).
Statis momen terhadap titik C,
Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen

P . ( a + b ) = - P3 . c P3 dimisalkan arahnya kekanan

P.(a+b)
P3 = - -------------- Berarti arah P3 sebenarnya kekiri
c

Statis momen terhadap titik B,


Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen

P . a = P2 . c P2 dimisalkan arahnya ke kanan


P.a
P2 = -------- berarti arah P2 yang benar ke kanan
c

Statis momen terhadap titik D,


Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen

P ( a + b ) = P2 . c + P1 . d P1 dimisalkan arahnya ke atas


P ( a + b ) - P2 . c
P1 = ----------------------
d
P.a+P.b–P.a P.b
P1 = ------------------------ = ------- berarti arah P1 sebenarnya ke atas
d d

Hitungan cara analitis ini merupakan dasar dari metode Ritter untuk mencari

besarnya gaya batang pada konstruksi rangka batang. Untuk lebih memahami

sebuah gaya menjadi tiga buah gaya yang tidak konkuren, baik secara grafis

maupun secara analitis, berikut diberikan contohnya.


20

Contoh,

Hitunglah gaya pengganti P1, P2 dan P3, dari sebuah gaya P = 2 kN, yang masing–

masing garis kerjanya l1, l2, dan l3 seperti gambar 19.

L2 l1
E

1,732 m
300
B C D
A L3

5m 3m 1m

Gambar 28. Soal Membagi satu gaya Menjadi Tiga Gaya

Penyelesaian :
Cara grafis,

Skala gaya yang dipakai 1 cm = 0.5 kN ; skala jarak 1cm = 1 m. Lukisan untuk

menghitung gaya pengganti adalah seperti pada gambar 28.

P2

P1
L2
E

P
1,732 m

l1

L3 300 600
B C D
A P3
5m 3m 1m

P2
P1

P = 2 kN
P1P2

P3

Gambar 29. Lukisan Gaya (besar gaya = panjang garis)


21

Cara analitis,
Statis momen terhadap titik E,
Momen Resultan (gaya yang diganti) = Jumlah Momen Komponen (gaya pengganti)

P.8 = - P3 . 1,732 P3 dimisalkan ke kanan

P.8 2.8
P3 = - ------- = ------- = - 9,24 kN ke kiri
1,732 1,732

Statis momen terhadap titik D


Momen Resultan (gaya yang diganti) = Jumlah Momen Komponen (gaya pengganti)

P.9 = P1 . 2 P1 dimisalkan ke atas

P.9 2.9
P1 = ------- = ------- = 9 kN ke atas
2 2

Statis momen terhadap titik B

Momen Resultan = Jumlah Momen Komponen

P.5 = - P2 . 3,464 P2 dimisalkan ke atas


2.5
P2 = - ------- = - 2,89 kN ke bawah
3,464

D. Hubungan antara Dua Poligon Batang

Bila sebuah rangkaian beban tertentu, misalnya P1, P2, P3, dan P4, dilukis

dua buah lukisan kutub dan dua buah lukisan poligon batang, maka kedua poligon

batang yang terbentuk mempunyai hubungan yang tertentu. Hubungan tersebut

adalah bahwa perpotongan garis poligon batang pertama dan kedua yang

setangkup bertemu pada suatu titik, dimana tempat kedudukan titik–titik potong

tersebut dalam satu garis lurus. Garis lurus ini sejajar dengan garis hubung titik

kutub kedua poligon tersebut. Garis ini disebut sumbu kutub. Bukti pernyataan

diatas dapat diterangkan sebagai berikut.


22

P1 P2 P3 P4

C1
1
I IV
P1 2
C2 III 1’
II O
I’ V 2’
3
P2
3’
C3
4
II’ O’
P3 4’
III’ IV’
R 5
5’

C4 V’
P4

Garis Sumbu Kutub

C5
Garis Sumbu Kutub

Gambar 30. Sumbu Kutub

Pada lukisan kutub tampak bahwa resultan komponen S1 dan S5 = R, begitu pula
resultan komponen S1’ dan S5’ = R

S1
S1’
O

O’
S5
S5’
R
R
Gambar 31

Bila arah S1’ dan S5’ dibalik (menjadi -S1’ dan - S5’), maka resultan R dari gaya
S1 dan S5 akan dihapus oleh resultan R dari gaya -S1’ dan - S5’.
[ S1 + S5 ] + [ -S1’+ ( -S5’) ] = 0
S1 + S5 – S1’ - S5’ = 0
( S1 – S1’ ) + ( S5 – S5’ ) = 0
R1 + R5 = 0
23

S1
R5
S5
-S1’ R1

-S5’

Gambar 32: Lukisan Bukti Jumlah R1 dan R5 = 0

Dengan demikian resultan R1 menghapus resultan R5. Oleh karena itu,


garis kerja R1 dan R5 harus satu garis kerja. Ini berarti garis C1C5 merupakan garis
kerja R1 dan R5 (lihat gambar 21 dan 23) dan garis C1C5 sejajar dengan garis 00’.
Dengan cara yang sama akan terbukti juga bahwa C1C4 sejajar dengan 00’; C1C3
sejajar dengan 00’; dan C1C2 sejajar dengan 00’.

E. Soal – Soal

1.Tentukan besar dan letaknya resultan dari gaya P1 = 2 kN, P2 = 3 kN, dan

P3 = 5 kN (lihat gambar 33 )
P1 = 5 kN
0,5 m

P2 = 10 kN

4m

P3 = 15 kN

Gambar 33
2. Hitunglah besar dan arah gaya P3 dan P4 secara grafis dan analitis dari susunan
gaya seperti gambar 34.
P1 = 8 kN

800
P3

P2 =10 kN 700
900
Gambar 34
P4
24

3. Hitunglah besar, arah , dan letak resultan gaya P1, P2, P3 dan P4, secara grafis
dan analitis dari susunan gaya seperti gambar 35.

P1 = 4 kN P2 =7 kN P1 = 6 kN P2 =12 kN

Gambar 35
3m 2m 1m

4. . Diketahui gaya P = 8 kN, diminta besar dan arah gaya pengganti P1 dan P2

P =8 kN P1

300
S0 P2

Gambar 36

5. Sebuah gaya P = 6 kN akan diganti menjadi gaya P1, P2, dan P3 yang garis
kerjanya masing–masing l1, l2, dan l3. Tentukan besar dan arah gaya pengganti
tersebut.
P2 =6 kN

3m

2m 5m

Gambar 37

6. Tentukan letak titik berat penampang berlubang gambar 38 berikut ini.

SB Y
25cm 50 cm 30 cm

20 cm

30 cm

10cm
SB X

25cm 30 cm 50 cm

Gambar 38
25

7. Hitunglah besar resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada kuda-kuda


dibawah ini secara grafis. Gaya akibat angin dari kiri berturut-turut 5kN,
10 kN, 10 kN, 5 KN, 2 kN, 4 kN, 4 kN, dan 2 kN dengan arah seperti gambar
30.

5 kN 2 kN

10 kN 4 kN
10 kN 4 kN

3m 5 kN 2 kN

2m 2m 2m 2m 2m 2m

Gambar 39

Anda mungkin juga menyukai