Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal.

263 - 318

ARTIKEL

PERAWATAN MATA PADA PASIEN KOMA


DI INTENSIVE CARE UNIT

Nurul Jannah Andriasari, Hanna Rizmadewi Agustina


Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Bandung
nurulandriasari95@gmail.com

Abstrak. Mata merupakan organ penting dan sering kurang diperhatikan pada
saat pasien mengalami penurunan kesadaran dan menggunakan ventilator untuk
bernafas. Pencegahan terjadinya gangguan pada mata sangat penting dengan
cara melindungi mata dengan lapisan yang menutupi permukaan mata dan seca-
ra rutin memeriksa mata pada pasien-pasien di ICU. Pasien yang mendapatkan
obat-obatan sedatif kuat terjadi ketidakmampuan untuk menutup kelopak mata
dengan sempurna. Akan tetapi fenomena perawatan mata yang diabaikan (ne-
gelected eye care) ternyata masih terjadi, karena kemungkinan dampak nega-
tifnya tidak terlihat langsung pada pasien seperti halnya hemodinamik pasien
yang tidak stabil, dampaknya dapat secara langsung terlihat cepat. Dampaknya
akan terlihat setelah pasien pulih dari masa kritisnya, mulai dampak yang ringan
sampai ancaman kebutaan.
Kata kunci : Perawatan Mata, ICU

Abstract. Eyes are the essential organs organ and often less aware of when patients
experienced a decrease in consciousness. The prevention of disorders of the eyes is
very important with how to protect eyes with layers that cover the surface of the eye
and eye checks routinely on patients in the ICU. Patients who are given a strong
sedative effect the inability to close the eyelids completely. However, the
phenomenon of a neglected eye care still occur, due to the possibility of disruptive
not visible directly on patients as well as haemodynamic unstable patients, their
impact can be directly seen quickly. Its impact will look after the patients recovering
from critical period, from mild to impact the threat of blindness.
Keywords : eye care, ICU

PENDAHULUAN gangguan neurologis sampai pasien


Keperawatan kritis adalah suatu mengalami kondisi koma. Kondisi
bidang yang memerlukan perawatan tersebut menimbulkan berbagai ma-
pasien yang berkualitas tinggi dan salah sekunder seperti rendahnya
komprehensif, karena pasien kritis reflek batuk, reflek muntah, penu-
mempunyai tingkat morbiditas dan runan motalitas usus, terbatasnya
mortalitas yang tinggi sehingga me- mobilisasi hingga penurunan reflek
merlukan pemantauan yang canggih mengedip mata (Joyce,2002).
dan terapi yang intensif yang ber-
tujuan mengurangi kesakitan, kom- Pasien diarea kritis sangat
plikasi dan kematian (Hudak & beresiko terhadap terjadinya kom-
Gallo,2010). plikasi pada penglihatannya, yang
lebih banyak terjadi sebagai hasil
Pasien dengan kondisi kritis dari terpaparnya mata oleh ling-
yang dirawat secara intensif memiliki kungan luar dan kekeringan pada
berbagai masalah primer seperti permukaan mata. Hal ini menjadi
gagal nafas yang membutuhkan penting mengingat tidak begitu ba-
bantuan ventilator, gagal jantung, nyak tim kesehatan termasuk pe-

272
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

rawat yang menyadari bahwa mata pasien-pasien di ICU (Ramirez et al.,


pada pasien dengan penurunan 2008)
kesadaran harus diperhatikan. Pasien-pasien di ICU sangat
Pemahaman bahwa pasien di mudah terkena penyakit pada
ruang rawat intensif yang mengalami permukaan mata (ocular surface),
gagal nafas dan harus memakai yang paling berat adalah munculnya
ventilator sehingga harus menda- microbial keratitis (Mercieca et al.,
patkan obat-obatan sedasi dan 2000).
penghambat syaraf dan otot (neu-
romuscular blocker) akan berpe- Keratitis adalah peradangan pa-
ngaruh terhadap reflek mengedip da salah satu dari kelima lapisan
pasien. Terdapat penelitian yang kornea. Peradangan tersebut dapat
menyebutkan bahwa lebih dari 75% terjadi di epitel, membran Bowman,
pasien yang mendapatkan obat- stroma, membran Descemet, atau-
obatan sedatif kuat terjadi ketidak- pun endotel. Peradangan juga dapat
mampuan untuk menutup kelopak melibatkan lebih dari satu lapisan
mata dengan sempurna (Mercieca, kornea. Pola keratitis dapat dibagi
Suresh, Morton& Tullo, 1999). Akan menurut distribusi, kedalaman, loka-
tetapi fenomena perawatan mata si, dan bentuk. Berdasarkan distribu-
yang diabaikan ( negelected eye sinya, keratitis dibagi menjadi kera-
care) ternyata masih terjadi,karena titis difus, fokal, atau multifokal.
kemungkinan dampak negatifnya Berdasarkan kedalamannya, kera-
tidak terlihat langsung pada pasien titis dibagi menjadi epitelial, sub-
seperti halnya hemodinamik pasien epitelialm stromal, atau endotelial.
yang tidak stabil, dampaknya dapat Lokasi keratitis dapat berada di
secara langsung terlihat cepat. Tidak bagian sentral atau perifer kornea,
seperti perawatan mata, yang akan sedangkan berdasarkan bentuknya
terlihat dampaknya nanti setelah terdapat keratitis dendritik, disciform,
pasien pulih dari masa kritisnya, dari dan bentuk lainnya (Ilyas, 2010).
mulai dampak yang ringan sampai Konjungtivitis merupakan radang
ancaman kebutaan yang biasa konjungtiva atau radang selaput
terjadi. lendir yang menutupi kelopak dan
bola mata, dalam bentuk akut mau-
PEMBAHASAN pun kronis (Ilyas, 2011). Konjung-
Mata merupakan organ penting tivitis lebih dikenal sebagai pink eye,
dan sering kurang diperhatikan pada yaitu adanya inflamasi pada kon-
saat pasien mengalami penurunan jungtiva atau peradangan pada kon-
kesadaran dan menggunakan venti- jungtiva, selaput bening yang menu-
lator untuk bernafas. Pencegahan tupi bagian berwarna putih pada
terjadinya gangguan pada mata sa- mata dan permukaan bagian dalam
ngat penting dengan cara melin- kelopak mata. Konjungtivitis terka-
dungi mata dengan lapisan yang dang dapat ditandai dengan mata
menutupi permukaan mata dan se- berwarna sangat merah dan me-
cara rutin memeriksa mata pada

273
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

nyebar begitu cepat dan biasanya konjungtivitis hingga yang paling


menyebabkan mata rusak. berat adalah munculnya microbial
keratitis (Marcieca,2000). Akan
Kondisi mata khususnya Pada tetapi fenomena perawatan mata
pasien kritis dengan gagal nafas dan yang diabaikan (negelected eye
menggunakan bantuan ventilator care) ternyata masih terjadi,karena
serta ditambahnya dengan obat- kemungkinan dampak negatifnya ti-
obatan sedasi (neuromuscular dak terlihat langsung pada pasien
blocker) dapat berpengaruh terha- seperti halnya hemodinamik pasien
dap menurunnya reflek mengedip. yang tidak stabil, dampaknya dapat
Hal tersebut mengakibatkan mata secara langsung terlihat cepat. Tidak
akan mengalami kekeringan, sehing- seperti perawatan mata, yang akan
ga sebaran air mata yang banyak terlihat dampaknya nanti setelah
akan oksigen serta berfungsi untuk pasien pulih dari masa kritisnya, dari
melembabkan mata akan berkurang. mulai dampak yang ringan sampai
Dengan adanya air mata yang ba- ancaman kebutaan yang biasa ter-
nyak kandungan protein termasuk jadi (Ramirez,2008).
lysozym, lactoferrin, lipocalin dan
sekresi IgA semuanya itu untuk Pasien yang berada dalam pe-
mencegah terjadinya infeksi. Selama rawatan intensif sering mengalami
mata berkedip maka sebaran air gangguan hemodinamik diantaranya
mata mampu mencegah evaporasi peningkatan permeabilitas vaskuler,
atau penguapan yang dapat menye- yang dapat menyebabkan konjung-
babkan mudahnya mata terpapar tiva edema sehingga menghalangi
oleh mikroorganisme. Proses peru- penutupan kelopak mata. Kelopak
bahan penguapan airmata tersebut mata yang hanya sebagaian tertutup
mengubah kelembapan pada kon- bahkan tidak tertutup secara lengkap
jungtiva untuk tetap dapat diperta- mengakibatkan kornea mengalami
hankan sehingga perkembangan kekeringan atau dry eyes sehingga
bacterial dapat dicegah. Begitupun dengan mudahnya permukaan mata
saat tidur, penutupan kelopak mata terpapar bakteria atau terjadinya
melindungi kornea agar tetap terjaga oculer surface disorder (OSD).
kelembapannya (Joyce, 2002). Beberapa penelitian telah men-
Hal ini sesuai dengan penelitian jelaskan bahwa ocular surface
yang menyebutkan bahwa lebih dari disorder dapat terjadi pada pasien
75% pasien yang mendapatkan yang mengalami penurunan kesa-
obat-obatan sedatif kuat terjadi ke- daran, diantaranya sebuah pene-
tidakmampuan untuk menutup kelo- litian menyebutkan dari 56 pasien
pak mata dengan sempurna 55,4% diantaranya mengalami gang-
(Suresh, et,.al, 2000). Penutupan ke- guan pada permukaan matanya
lopak mata yang tidak sempurna (Oculer surface disorder), 24 pasien
sangat memungkinkan untuk ter- mengalami gangguan pada konjung-
jadinya dehidrasi pada kornea, dan tiva (conjungtival disorder), 2 pasien
terjadinya infeksi baik ringan seperti mengalami gangguan pada kornea

274
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

(corneal disorder) dan 5 pasien me- secara rutin memeriksa mata pada
ngalami kombinasi ketiganya (eksu- pasien-pasien di rawat di ICU
dat, oedema, dan kekeringan). (Ramirez, 2008). Melakukan mana-
Sekitar 67,5% dari pasien-pasien jemen perawatan mata pada pasien
tersebut mengalami gangguan dari sejak hari pertama pasien dirawat di
hari pertama atau kedua dirawat di ruang intensif mampu mengurangi
ICU (I.Desalu, 2008). angka kejadian exposure keratopaty.
Seperti dalam penelitian Suresh, et
Penelitian yang dilakukan di
al., (2000) mereka mengevaluasi ke-
India menunjukan bahwa 42% pa-
efektifan dan efisiensi dari algoritma
sien di ICU mempunyai gangguan
yang mereka bangun dalam men-
pada permukaan matanya (oculer
cegah gangguan mata pada pasien
surface disorder) termasuk paparan
yag tidak sadar di ruang perawatan
pada kornea (Suresh et al., 2000).
intensif. Penelitian tersebut menun-
Serta kejadian abrasi kornea sekitar
jukan bahwa dengan penggunaan
60% dari pasien-pasien yang ada,
algoritma secara benar, prevalensi
dengan puncak insiden antara 2
kejadian gangguan pada mata me-
sampai 7 hari setelah masuk ruang
nurun sekitar 8,7% .
intensif (lenart & Garrity,2000).
Beberapa metoda dan peng-
Demikian pula penelitian yang
gunaan alogaritma dalam pena-
dilakukan Parkin & Cook (2000),
nganan perawatan mata pada pa-
bahwa 40% pasien menunjukan ke-
sien dengan kesadaran rendah an-
jadian superficial keratopati selama
tara lain metoda penutupan dengan
mereka di rawat di ICU, organisme
kassa lembab (moist chamber
yang sering bertanggung jawab atas
closer), pemberian air mata buatan
munculnya bacterial keratitis adalah
(Artificial Tear), pemberian salep
pseudomonas aerugionosa, yang
mata (lubricating ointment), penutup-
menghasilkan secara cepat dan in-
an mata hanya menggunakan ples-
feksi berat yang bisa menyebabkan
ter hingga penutupan mata meng-
perforasi kornea. Pseudomaonas
gunakan polyethylene film. Bebera-
keratitis dan kolonisasi di saluran
pa metoda perawatan mata telah
pernafasan sering terjadi bersama-
dilakukan penelitian untuk melihat
an, hal ini diyakini bahwa terjadinya
keefektifan metoda yang tepat yang
kolonisasi pada konjungtiva dihasil-
dapat digunakan dengan mengguna-
kan dari adanya penghisapan sekret
kan algoritma sebagai pedoman da-
pasien yang terintubasi di ICU.
lam menentukan metoda yang akan
Berdasarkan data di atas bahwa digunakan. Sehingga dengan ada-
pasien dengan tingkat kesadaran nya alogaritma perawatan mata ke-
yang rendah perlu mendapatkan pe- jadian keratitis dapat diturunkan
rawatan mata secara intensif. Pen- (Briggs,2002.)
cegahan terjadinya gangguan pada
Penelitian Dawson pada tahun
mata sangat penting dengan cara
2005 mengatakan bahwa memba-
melindungi mata dengan lapisan
ngun algoritma untuk mengatasi
yang menutupi permukaan mata dan

275
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

gangguan pada mata dari 31 pasien dari artificial tear (air mata), moist
terjadi 20,8 pada pasien dengan chamber (kassa lembab) dan penu-
penutupan mata yang tidak sem- tup polyethylene film, terhadap pen-
purna. Aspek penting dawson’s eye cegahan keratopati (Shan & Min,
care guidline adalah menekankan 2010).
pada penatalaksanaan dari diag-
Penelitian yang dilakukan di
nosis dari pasien yang mengalami
Brisbane Australia oleh Koroloff dan
gangguan pada matanya.
kawan-kawan pada tahun 2004 me-
Selain algoritma diperlukan juga ngatakan bahwa polyethylene co-
standarisasi dalam perawatan mata. vers sama efektifnya kombinasi la-
Standarisasi dalam perawatan mata crilube dan hypromellose untuk men-
di luar negeri telah memiliki bebe- cegah kejadain rusaknya kornea
rapa alogaritma perawatan mata di pada pasien-pasien di ruang pera-
ruang intensif, mulai dari pengkajian watan intensif. Penelitian lain dika-
mata, intervensi perawatan mata takan bahwa penggunaan penu-
hingga evaluasi hal ini untuk men- tupan mata secara lembab dengan
cegah terjadinya exposure kerato- polyethylene dapat mengurangi ang-
paty. Standar Perawatan mata di ka kejadian keratopati. Hasil tersebut
ruang intensif terutama pada pasien sama halnya dengan hasil penelitian
yang terpasang ventilator dan ber- yang menyebutkan bahwa peng-
kurangnya reflek mengedip, sejak gunaan polyethylene film merupakan
hari pertama masuk ruang intensif best practice dalam perawatan mata
pasien harus segera mendapatkan pada pasien yang dirawat di ruang
perawatan mata, dimulai dengan intensif dengan resiko tinggi terjadi
membersihkan mata menggunakan corneal injury (Alvaranga, 2012).
cairan steril atau normal saline
Alasan Penggunaan polyethy-
kemudian memasangkan poly-
lene film dalam manajemen mata
ethylene film untuk menutupi kedua
selain untuk mengurangi dari ter-
mata, dan di ganti setiap delapan
paparnya bacterial keratitis, juga di-
jam atau jika perlu, jika mata terlihat
tinjau dari perbandingan biaya dan
kering dapat diberikan lubrikasi
efektifitas dua metoda dalam pera-
setiap 2-4 jam (Hua, 2008).
watan mata penggunaan ocular lu-
Penggunaan polyethylene bricant (Lacrilube) dan Polyacry-
film sebagai pilihan penutup mata lamide hydrogel dressing (Geliperm)
telah banyak diteliti seperti penelitian bahwa geliprem sama efektifnya de-
yang dilakukan oleh shan Hua dkk ngan lacrulube, hanya dari sisi biaya
pada tahun 2008, menunjukan geliprem lebih mahal dari lacrilube
bahwa penggunaan penutup poly- (Ezra et al., 2009). Sedangkan
ethylene lebih efektif dan membuat penggunaan poly-ethylene film
waktu untuk terpaparnya kerusakan selain efektif dan mu-rah mampu
kornea lebih lama pada pasien yang mengurangi biaya perawatan mata
dirawat diruang intensif. Penelitian hingga 1000 dollar pertahun.
ini bertujuan untuk melihat efektivitas

276
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

Penatalaksanaan perawatan ma- SIMPULAN


ta di luar negeri telah sedemikian ru-
Prevelensi kejadian keratitis pa-
pa ditunjang dengan penelitian-
da pasien dengan pemasangan ven-
penelitian betapa pentingnya pera-
tilator mekanis ataupun paska peng-
watan mata pada pasien dengan
gunaan obat sedasi yang dirawat di
penurunan kesadaran mulai dari
unit perawatan intensif menunjukan
standar pelaksanaannya hingga pi-
angka yang cukup tinggi, dimana
lihan penggunaan polyethylene se-
pasien dapat mengalami kondisi
bagai alaternatif pilihan yang efektif
keratitis sejak awal masuk ke ruang
dan murah.
intensif. Hal ini di mungkinkan dika-
Pelaksanaan perawatan mata
renakan reflek mengedip pada mata
pada pasien koma yang dilakukan
pasien mengalami penurunan bah-
oleh perawat merupakan salah satu
kan tidak ada, sehingga mata me-
intervensi dalam melaksanakan
ngalami kekeringan dan terpaparnya
asuhan keperawatan khususnya pa-
dengan keratitis.
da pasien yang terjadi penurunan
Jika pasien telah mengalami ter-
kesadaran mata akan mengalami
papar dengan keratitis, dalam be-
komplikasi yaitu keratitis. Seperti
berapa penelitian disebutkan bahwa
yang disebutkan Feroz (2012) bah-
pasien kemungkinan akan menda-
wa perawatan mata merupakan
patkan masalah dari ringan hingga
komponen penting dala manajemen
yang berat yaitu kebutaan. Dasar
pasien kritis sehingga dibutuhkan
inilah yang harus menjadi perhatian
standar perawatan mata untuk men-
perawat selama memberikan asuhan
cegah komplikasi kornea. Kondisi
keperawatan pada pasien di unit
inilah di butuhkan peran perawat
intensif untuk mencegah terpapar-
untuk mampu merawat kebutuhan
nya dari keratopaty. Oleh sebab itu
pasien khususnya pada perawatan
beberapa penelitian telah disebutkan
mata, oleh sebab itu dibutuhkan
pentingnya perawatan mata pada
keterampilan dan pengetahuan yang
pasien yang masuk ke ruang intensif
baik tentang perawatan mata de-
sejak dini.
ngan dibangunnya sebuah prosedur
Beberapa metoda perawatan
yang benar (Linda, 2003).
mata telah dilakukan dan penggu-
Saat ini isu global yang sangat naan polyethyelene film sebagai
penting dalam pelayanan kesehatan salah satu metoda yang sangat
adalah keselamatan pasien (patient efektif mampu mencegah dan me-
safety). Perawatan mata diperlukan ngurangi kejadian keratitis pada
sebagai tindakan preventif atau pen- pasien koma yang dirawat di ruang
cegahan terhadap timbulnya kompli- intensif.
kasi yang mengancam pada keca-
catan sehingga kejadian tidak diha- DAFTAR PUSTAKA
rapkan (KTD) atau adverse event Andre Grixti, MDemail (2011).
dapat dihindari. Common Ocular Surface Dis-
orders in Patients in Intensive
Care Units

277
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

Andreza Werli-Alvarenga, Flávia Desalu, I., Akinsola, F., Adekola, O.,


Falci E, T. Heather Herdman, Akinbami, O., Kushimo, O., &
Tânia Couto Machado Chianc. Adefule-Ositelu, A.(2008). Ocular
(2012). Nursing Interventions for surface disorders in intensive
Adult Intensive Care Patients care unit patients in a Sub-
With Risk for Corneal Injury: A Saharan teaching hospital. The
Systematic Review. International Internet Journal of Emergency
Journal of Nursing Knowledge. andIntensive Care Medicine, 11
Volume 24, Issue 1, pages 25– (1).
29. Dua HS.(1998). Bacterial keratitis in
Andrea P. Marshall RN, MN the critically illand comatose
,Rosalind Elliott RN, MN., Kaye patient. Lancet ; 351:387–388
Rolls RN ACC BAS, Suzanne Ezra,D.G., Chan, M.P.Y.,et al.
Schacht RNd, Martin Boyle (2009). Randomised trial
Rne.(2008). Eyecare in the comparing ocular lubricants and
critically ill Clinical practice polyacrylamide hydrogel dres-
guideline. Australian Critical Care sings in the prevention of
, 21, 97—109 exposure keratopathy in the
Bates J, Dwyer R, O’Toole L, et critically ill. Intensive Care Med
al.(2004). Corneal protection in 35:455–461 DOI 10.1007/s00134
critically ill patients: A ran- -008-1284-4.
domized controlled trial of three Ezra DG, Lewis G, Healy M, et
methods. Clin Intensive Care. al.(2005).Preventing exposure
2004;15:23–26 keratopathy in the critically ill
Cibis GW, Beaver HA, Johns K, et Aprospective study comparing
al.(2006). Fundamentals and eye care regimes.Br J Oph-
Principles of Ophthalmology, thalmol; 89:1068 –1069
Basic and Clinical Science Ezra DG, Healy M, Coombes A.
Course. San Francisco,American (2005). Assessment of corneal
Academy of Ophthalmology. epitheliopathy in the critically ill
Chiang, V., Tam, S., Chan, D., Fung, Intensive Care Med ; 31:313
G.G., Pang, A., Luk, H.W., Kwan, Fernando Ramírez, Sergio Ibarra,
J., Wong, K.B.,& Yu, K. (2007). Joseph Varon, Rosa Tang,
Eye care nursing practice of (2008). The Neglected Eye:
unconscious / non-blinking pa- Ophthalmological Issues in the
tients in ICU. Message presented Intensive Care Unit.
to the First Nursing Forum in the Farrell, M., & Wray, F. (1993). Eye
University of Hong Kong. care for ventilated patients.
Dawson D.(2005).Development of a Intensive and Critical
new eye careguideline for Care Nursing, 9 (2), 137-141.
critically ill patients. Intensive Crit Feroz Azfar, Mohammad; Faisal
Care Nurs. 21:119–122 Khan, Muhammad; Alzeer,
Darren G. Gregory, MD. (2004). Abdulaziz H. (2013). Proto-
Eyecare for Patients in Critical colized eye care prevents
Care Units. University of corneal complications in
Colorado Health Sciences ventilated patients in a medical
Center Department of Ophthal- intensive care unit.Saudi Journal
mology — Rocky Mountain Lions of Anaesthesia; Jan-Mar, Vol. 7
Eye Institute Issue 1, p33

278
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

Gipson IK. (2007). The ocular sur- epithelial breakdown in the semi-
face: The challengeto enable and conscious intensive care patient.
protect vision: The Friedenwald Intensive Care Med ; 6:1122–
lecture. Invest Ophthalmol Vis 1126.
Sci; 48:4391–4398 Lenart & Garrity,(2000). Eye care for
Hilton E. (1983). Nosocomial bac- patients receiving neuromuscular
terial eye infectionsin intensive blocking agents or propofol
care units. Lancet 13:1318– during mechanical ventilation.
1320 Am J Crit Care ,9:188–191
Hua,S.,& Du,M. (2010). Prevention Lightman,S.2005. Eye care protocol
of exposure keratopathy in for patients in icu
intensive care Unit.Int J Oph- Linda.D.urden & Kathleen,M,Stacy.
thalmol ; 3(4): 346–348. (2010). Critical care nursing:
Hudak & Gallo. (2010). Keperawatan Diagnosis and Manajemen.
Kritis: Pendekatan holistik,edisi Mosby an imprint of Elsevier.Inc.
8, EGC: Jakarta ISBN: 978-0-323-05740-6
Ignativicium, D. D., & Workman, L. Linda Hart,Anna Chu. (2003). Eye
M. (2006). Medical Surgical Care Practice:Eye Care on an
Nursing : Critical Thingking For Adult Intensive Care Unit
Collaborative Care (5 ed. Vol. 2): Evidence Based, Foundation of
Elsevier Sauders. Nursing Studies Dissemination
Ilyas HS, Yulianti SR. (2012). Ilmu Series Supplement 1
Penyakit Mata Edisi ke 4. Marshall, A.P., Elliott, R., Rolls, K.,
Jakarta: FKUI, Schacht, S., & Boyle, M. (2008).
Imanaka H, Taenaka N, Nakamura Eyecare in the critically ill:
J, et al. (1997). Ocular surface Clinical practice guideline.
disorders in the critically ill Australian Critical Care, 21, 97-
Anesth Analg; 85:343–346 109.
Joyce, N. (2002). Eye care for Mercieca F, Suresh P, Morton A, et
intensive care patients: a Sys- al.(1999). Ocularsurface disease
tematic Review No. 21. Adelaide: in intensive care unit patients.
The Joanna Briggs Institute for Eye; 13:231–236
Evidence Based Nursing and McHugh J, Alexander P, Kalhoro A,
Midwifery. et al. (2007). Screening for
Johnson, J.L., Sagraves, S.G., Field ocular surface disease in
C.J., Block E.F.J., & Cheatham, theintensive care unit. Eye Aug
M.L. (2000). Anunusual case of 24 Sit M, Weisbrod DJ, Naor J,
corneal perforation secondary to et al: Cornealgraft outcome
pseudomonas keratitis compli- study. Cornea 2001; 20:129–133
cating a patient’s surgical / Ti SE, Scott JA, Janardhanan P, et
trauma intensive care unit al (2007). Therapeutic kerato-
stay.American Surgeon, 66 (10), plasty for advanced suppurative
972-974. keratitis. Am J Ophthalmol ;
Koroloff N, Boots R, Lipman J, et al. 143:755–762
(2004) A randomized controlled Parkin B, Cook S: A clear view.
study of the efficacy of hypro- (2000). The wayforward for eye
mellose and Lacri-lube com- care on ICU. Intensive CareMed
bination versus polyethylene / ; 2:155–156
Cling wrap to prevent corneal

279
Jurnal Husada Mahakam Volume III No. 6, Nopember 2013, hal. 263 - 318

Prince of Wales Hospital. (2009). critically ill. Intensive Care Med;


Clinical Practice Guidelines Eye 2:162–166
Care for Unconscious and So HM, Lee CC, Leung AK, et
Sedated Patients Adult Intensive al.(2008). Comparing the effec-
care tiveness of polyethylene covers
Patricia, Kunz, Howard & Rebecca. (Gladwrap) with lanolin
(2010). Emergency Nursing (Duratears) eye ointment to
Principles and practice, edisi ke prevent corneal abrasions in
dua, lsivier.Inc, ISBN: 978-0-323- critically ill patients: A
05585-7 randomized controlled study. Int
Price, S., & Wilson, L. (2010). Pato- Journal Nurs Stud. 45:1565–
fisiologi Konsep Klinis Proses- 1571.
Proses Penyakit (Vol. satu). Shan, H., & Min, D. (2010). Pre-
Jakarta: EGC. vention of exposure keratopathy
Polit D.F & Beck C.T. (2006). in intensive care Internasiona
Nursing Research Methods, lOphatomology, 3(4), 346-348.
Appraisal, and Utilizationa (6th Sivasankar, S; Jasper, S; Simon, S;
Ed.). Philadelphia : Lippincott Jacob, P; George, John; Raju,
Williams & Wilkins. R(2006). Eye care in ICU. Indian
Ramirez. (2008). The Neglected Eye J Crit Care Med January-March
ophthalmological Issues in the Vol 10 Issue 1
Intensive Care Unit.Crit Care & Smith, I. (1998). Eye care- 4:
Shock 11, 72 - 82. Irrigation of the eye. Nursing
Rosenberg JB, Eisen LA.(2008). Times, 94 (40), suppl 1-2.
Eye care in the intensive care Terry, Lee, Cynthia and Weaver
unit: Narrative review and meta- Aurora, (2011), Critical Care
analysis. Crit Care Med.2;36: Nursing. Mc Graw-Hill
3151–3155. Companies,
Sivasankar S, Jasper S, Simon S, et The Joanna Briggs Institute. (2002).
al. (2006). Eyecare in ICU. Indian Eye Care for the Intensive Care
J Crit Care Med ;10:11–14 Patient. A systematic review,
Suresh P, Mercieca F, Morton A, et Number 21.
al. (2000). Eyecare for the

280

Anda mungkin juga menyukai