PTERYGIUM
Oleh:
Florenza Octavia Rahayu
61111060
Pembimbing :
dr. Moh. Samsudin Sp.M
KEPANITERAAN KLINIK PENYAKIT DALAM
RUMKITAL DR. MIDIYATO SURATANI TANJUNG PINANG
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI KONJUNGTIVA
ANATOMI
ANATOMI
BAB III
PATOGENESIS DAN DIAGNOSIS
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Pertumbuhan
jaringan
fibrovaskular
berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah
konjungtiva menuju kornea pada daerah
interpalpebra. Pterygium tumbuh berbentuk
sayap pada konjungtiva bulbi. Asal kata
pterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu
pteron yang artinya sayap.
Definisi
Epidemiologi
Etiologi
Epidemiologi
Faktor Resiko
di
Faktor Resiko
Patofisiologi
Klasifikasi
Klasifikasi
Manifestasi
Klinis
Klasifikasi
Manifestasi
Klinis
3.
4.
Manifestasi
Klinis
Komplikasi
Prognosis
Pterygium
merupakan
suatu
neoplasma
konjungtiva benigna, umumnya prognosisnya baik
secara kosmetik maupun penglihatan, namun hal itu
juga tergantung dari ada tidaknya infeksi pada daerah
pembedahan.
Untuk
mencegah
kekambuhan
pterigium (sekitar 50-80 %) sebaiknya dilakukan
penyinaran dengan Strontium yang mengeluarkan
sinar beta, dan apabila residif maka dapat dilakukan
pembedahan ulang. Pada beberapa kasus pterigium
dapat berkembang menjadi degenerasi ke arah
keganasan jaringan epitel.
BAB IV
PENATALAKSANAAN
Penatalaksana
an
Konservatif
Tindakan Operatif :
- Mengaggu Visus
- Mengaggu pergerakan bola
mata
- Kosmetik
- Berkembang progresif
BAB IV
PENATALAKSANAAN
Penatalaksana
an
BAB V
RINGKASAN
Pterygium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang
tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra.
Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Asal kata
pterygium adalah dari bahasa Yunani, yaitu pteron yang artinya sayap.
Pasien di bawah umur 15 tahun jarang terjadi pterygium. Prevalensi pterygium
meningkat dengan umur, terutama dekade ke-2 dan ke-3 dari kehidupan.
Insiden tinggi pada umur antara 20 dan 49. Kejadian berulang (rekuren) lebih
sering pada umur muda daripada umur tua. Laki-laki 4 kali lebih resiko dari
perempuan dan berhubungan dengan merokok, pendidikan rendah, riwayat
terpapar lingkungan di luar rumah.
Prinsip penanganan pterygium dibagi 2, yaitu cukup dengan pemberian obatobatan jika pterygium masih derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan bedah
dilakukan pada pterygium yang melebihi derajat 2. Tindakan bedah jugu
dipertimbangkan pada pterygium derajat 1 atau 2 yang telah mengalami
gangguan penglihatan.1 Pengobatan tidak diperlukan karena bersifat rekuren,
terutama pada pasien yang masih muda. Bila pterygium meradang dapat
diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan.
Daftar
Pustaka
TERIMA KASIH