Anda di halaman 1dari 3

Penjelasan Karya Sastra Melayu Klasik Beserta Ciri, Jenis, Nilai Dan Contohnya

Jun 20 2016 - 12:09pm hisam sam


« PREVIOUS
| NEXT »
DosenPendidikan.Com – Karya sastra melayu klasik sebenarnya merupakan bagian dari
cerita rakyat yang berkembang di daerah melayu. Untuk perbedaan karya sastra melayu
klasik dan cerita rakyat ialah karna karya sastra melayu klasik merupakan cikal bakal sastra
Indonesia modern, sedangkan cerita rakyat ialah cerita yang berkembang di daerah masing-
masing. Agar lebih memahami atau lebih jelasnya membedakannya simak ulasannya berikut
ini.

Karya Sastra Melayu Klasik

Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik


Berkembang secara statis dan memiliki rumus baku.
1. Bentuk prosanya sering menggunakan kata-kata klise, seperti sahibul hikayat menurut
empunya cerita, konon, dan sejenisnya.
2. Bentuk puisinya terikat oleh aturan-aturan seperti banyaknya lirik pada setiap bait, banyak
suku kata pada setiap lirik dan pola rima akhir, aturan-aturan itu dapat anda lihat dalam
pantun atau syair.

Biasanya tidak sesuai dengan logika umum.


Kisahnya berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan atau tokoh-tokoh
mulia lainnya.
Disampaikan secara lisan atau dari mulut ke mulut. Oleh karena itu tidak mengherankan
apabila karya sastra melayu klasik memiliki banyak versi sesuai orang yang
menceritakannya.
Nama penciptanya tidak diketahui ( anonim ), hal tersebut disebabkan oleh sifat karya sastra
klasik yang menganggap karya sastra merupakan milik bersama masyarakat.

Jenis-Jenis Karya Sastra Melayu Klasik


Sastra melayu klasik yang merupakan sastra lama yang lahir di masyarkat lama atau
tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh adat istiadat. Nah
berikut ini untuk lebih memahami tentang jenis-jenis sastra melayu klasik sebagai berikut.

Perbedaan Sastra Melayu Klasik Dan Sastra Baru


Sastra Melayu Klasik ( Lama ) Yaitu :
Puisi berbentuk terikat dan kaku
Bersifat statis
Cerita berkisah kerajaan, istana sentries, bersifat feudal
Bentuknya hikayah, tambo, dongeng, pembaca dibawa ke alam khayal
Dipengaruhi kesusastraan Hindu dan Arab
Cerita sering bersifat anonym
Sastra Baru Yaitu :
Puisi bersifat bebas, baik bentuk maupun isi
Bersifat dinamis
Cerita seputar masyarakat sentris ( kehidupan masyarakat sehari-hari )
Bentuknya roman, novel, cerpen, kisah, drama dan berlandaskan pada dunia yang nyata
Dipengaruhi oleh kesusastraan barat
Diketahui siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
Jenis-Jenis Karya Sastra Melayu Klasik ( Lama )
Mantra ( puisi yang berisi dunia gaib )
Pantun
Pantun berkait / seloka ( setiap bait saling berkaitan )
Talibun ( pantun yang berisi enam, delapan, sepuluh baris )
Pantun kilat / karmina ( pantun dua baris )
Gurindam / sajak peribahasa ( pantun berisi dua baris )
Syair
Peribahasa
Teka-teki
Hikayat
Cerita sejarah / tambo
Dongeng ( mite, sage, fable, legenda, dongeng lucu )
Nilai-Nilai Karya Sastra Melayu Klasik
Nilai Budaya
Nilai yang berhubungan dengan budaya melayu
Nilai Moral
Nilai yang berhubungan dengan masalah moral
Nilai Agama
Nilai yang berhubungan dengan masalah keagama
Nilai Pendidikan
Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang /
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
latihan.
Nilai Psikologis
Nilai yang berhubungan dengan sifat ke jiwa manusia
Contoh Karya Sastra Melayu Klasik
Hang Tuah lahir dari ibu yang bernama Dang Merduwati, sementra Ayahnya bernama Hang
Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja
bersemayam dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan hidup
sangat sederhana.

Semua sahabat Hang Tuah berani, mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir
dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Ditengah lautan
dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik,
membawa mereka ke darat disana mereka melakukan perlawanan.
Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa
orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah
Gajah Mada di Majapahit.
Sebenarnya merka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang
membawa mereka tersesat di Malaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-
kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika
ada orang yang mengamuk di pasar, orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang
dapat membunuh orang itu.

Hang Tuah lalu diangkat menjadi biduan istana ( pelayan raja ), saat itu dia minta
menyerang ke Palembang yang diduduki orang Siantan dan Jemala. Hang Tuah sukses,
lalu diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri, Tiongkok,
Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik Haji. Akhir hayatnya Hang Tuah berkhalwat di
Tanjung Jingara.

Anda mungkin juga menyukai