Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SASTRA MELAYU KLASIK

Disusun oleh :

1. Hengki Raharjo (14)


2. Oki Firmansyah (24)
3. Rohmad Nur W (29)
4. Sakti Fahrurozi (30)

SMA NEGERI 1 WONOSARI


Jln. Brigjen Katamso 04, Wonosari, Gunungkidul, DIY.
Kode Pos : 55813 Tlp : (0274)391079
SASTRA MELAYU KLASIK

A. PENGERTIAN
Sastra melayu klasik adalah karya-karya sastra yang tercipta dan berkembang pada
periode sastra tradisional atau sastra lama sebelum periode 1920-an.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sastra melayu klasik adalah sastra yang
berkembang sebelum adanya pertemuan dan pengaruh kebudayaan barat.

Menurut buku Sejarah Sastra Indonesia Lama, sastra melayu klasik adalah sastra bahasa
Melayu yang berkembang dan tersebar di daerah yang berbahasa Melayu sampai sekitar abad
ke-18.

B. BENTUK-BENTUK

1) Mantera adalah puisi yang diresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib.
Contoh :
Hai si Jambu Rakai sambut pekiriman,
Putri Runduk di Gunung Ledang,
Ambacang masak sebiji bulat,
Penyikat tujuh penyakit,
Pengarang tujuh pengarang,
Diorak dikumbang jangan,
Luhur atau ditelan,
Kalau tidak kausambut,
Dua hari, jangan ketiga,
Mati mampek mati mawai,
Mati tersadai pangakalan tambang.
Kalau kausambut,
Ke darat kau dapat makan,
Ke laut kau dapat minum,
Aku tahu asal kau jadi,
Tanah liat asal kau jadi,
Darahku gula, dadaku upih,
Gigiku tunjang berrembang,
Ridipkau cucuran atap.

2) Pantun adalah puisi yang disusun dengan pedoman :


- Tiap baitnya terdiri atas 4 baris yang sajak akhirnya silang a-b-a-b
- Dua baris awalnya berupa sampiran dan dua baris terakhirnya merupakan isi
- Terdiri atas 8 hingga 12 suku kata
Contoh :
Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata

3) Seloka adalah sastra melayu klasik yang tiap bait bait terdiri atas 4 larik, tiap larik terdiri
atas 8-12 suku kata dan keempat lariknya berima seperti syair (a-a-a-a).
Contoh :
Persahabatan kuat bertambah kuasa,
antara sapi dengan singa.
Membuat serigala di dalam rimba,
mati tersungkur karena rakusnya.
Lebih baik musuh yang bijaksana,
dari kedunguan sahabat kita.
Karena bodohnya seekor kera,
dalam bermimpi wafat anak raja.
Ibu sama, bapaku sama,
dengan burung yang disana
aku kemari dibawa pertapa,
pemakan sapi angkut dia ke sana.

4) Talibun adalah pantun yang jumlah baris tiap baitnya lebih dari empat dan berjumlah
genap
Contoh :
Ayam kurik rambaian tadung,
ekor melawat dalam padi,
ambillah sayak berilah makan.
Dalam daerah tujuh kampung,
tuan seorang tempat hati,
yang lain jadi diharamkan.

5) Karmina adalah pantun yang hanya terdiri atas dua baris dalam tiap baitnya. Baris
pertamanya sampiran dan baris keduanya isi dan sajak akhirnya lurus (a-a)
Contoh :
Dahulu parang sekarang besi,
dahulu saying sekarang benci.

6) Gurindam adalah puisi yang ditulis dengan pedoman :


- Tiap baitnya terdiri atas dua baris dengan sajak akhirnya yang lurus (a-a)
- Kedua barisnya merupakan isi dimana baris pertamanya berupa syarat dan baris
keduanya berupa akibat
- Isinya berupa ajakan, budi pekerti, atau nasihat keagamaan
Contoh :

Kalau terpelihara mata,


kuranglah cita-cita.

Kalau terpelihara kuping,


kabar yang jahat tiada damping.

Awal diingat akhir tidak,


alamat badan akan rusak.

7) Syair adalah puisi zaman Melayu Klasik yang dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
Ciri syair dalam kesusastraan Indonesia:
- Tiap bait terdiri atas 4 larik.
- Jumlah suku kata setiap lariknya 8-12, pada umumnya 10 suku kata.
- Berima aaaa, sempurna atau tidak sempurna.
- Keempat larik kalimatnya mempunyai perhubungan arti.
- Isi syair: nasihat, dongeng, atau cerita.
Umumnya, syair panjang-panjang (berbait-bait) mengutamakan isi bukan keindahan
ikatannya.
Contoh :
Berhentilah kisah raja Hindustan,
tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka sultan,
duduklah baginda bersuka-sukaan.

Abdul Muluk putera baginda,


besarlah sudahbangsawan muda,
cantik majelis usulnya syahda,
tiga belas tahun umurnya ada.
Parasnya elok amat sempurna,
petah majelis bijak usulnya,
memberi hati bimbang gulana,
kasih kepadanya mulia dan hina.

8) Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya
mengiaskan maksud tertentu. Isi peribahasa berupa nasihat, sindiran, ataupun pujian.
Contoh :
Bagai pinang dibelah dua.

Air beriak tanda tak dalam.


9) Hikayat adalah bentuk karya sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng,
maupun sejarah.
Contoh :
Hikayat Si Miskin, Hikayat Langlang Buana, Hikayat Hang Tuah (merupakan hikayat
Melayu Asli), Hikayat Panji Semirang, Hikayat Cekel Waneng Pati, Hikayat Seri Rama,
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Bahtiar.

C. KARAKTERISTIK

Adapun karakteristik karya sastra Melayu Klasik sebagai berikut :


a. Berbahasa Melayu Klasik.
b. Puisi berbentuk terikat dan kaku.
c. Istana sentries, maksudnya adalah kehidupan istana menduduki peranan penting dan
mendominasi isi cerita.
d. Anonim, maksudnya nama pengarang tidak diketahui.
e. Pralogis, maksudnya isi cerita tidak sesuai dengan logika umum, kadang-kadang isi
ceritanya tidak terduka.
f. Statis, bersifat baku atau tetap. Isi ceritanya tetap, orang yang baik di akhir cerita
nasibnya pun baik, sedangkan orang yang jahat di akhir cerita akan mendapat
balasannya.
g. Klise, dalam hikayat banyak terdapat kata-kata seperti syahdan, arkian, hatta, maka,
dan sebagainya.

D. UNSUR-UNSUR INTRINSIK
Unsur-unsur intrinsik karya sastra Melayu Klasik hampir sama dengan karya sastra
lainnya, seperti tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, amanat, dan gaya bahasa.
a. Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak dalam penyusunan cerita.
b. Alur/Plot adalah struktur penceritaan yang didalamnya berisi rangkaian kejadian atau
peristiwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada
yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
c. Tokoh adalah pelaku, sedangkan penokohan adalah pelukisan atau pendeskripsian atau
perwatakan tokoh-tokoh adalam cerita.
d. Latar/Setting merupakan tempat, waktu, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
e. Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan dalam cerita.
f. Gaya bahasa, karya sastra Melayu Klasik menggunakan bahasa Melayu Klasik, dengan
peribahasa, pepatah, dan perumpamaan.

Anda mungkin juga menyukai