Anda di halaman 1dari 126

PANDUAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA I

Tim Dosen Teknik Kimia

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


SEMESTER GENAP 2020/2021
1. Sistem Praktikum
Pada masa pandemi Covid-19 pelaksanaan praktikum laboratorium instruksional
teknik kimia I (Labtek I) akan dilaksanakan secara semidaring. Pelaksanaan
praktikum daring meliputi responsi dengan Dosen Pembimbing, pengambilan dan
pengolahan data, penyususnan laporan dan ujian akhir. Pelaksanaan praktikum
LABTEK 1 mulai dari bulan Februari – Mei 2021. Rincian pelaksanaan praktikum
sesuai dengan jadwal berikut ini,
No Minggu Kegiatan
1 I Sosialisasi Praktikum
2 II Responsi/pembicaraan dengan dosen
3 III Praktikum modul I
4 V Praktikum modul II
5 VII Praktikum modul III
6 IX Praktikum modul IV
7 XI Praktikum modul V
8 XIII Praktikum modul VI
9 XV Pembicaraan akhir

2. Pertemuan Awal dan Responsi dengan Dosen Pembimbing


Pertemuan awal praktikum dengan Dosen pembimbing dilaksanakan seminggu
sebelum pelaksanaan praktikum. Pertemuan dengan dosen pembimbing dengan
ketentuan:
a. Menyiapkan laporan Awal yang terdiri dari : Tujuan Praktikum, Pendahuluan,
Tinjauan Pustaka, Metodelogi Percobaan (Alat, Bahan, Variable percobaan
dan Tabel Data Percobaan yang akan diambil) serta lampiran (MSDS, Job
Safety Analysis, instruksi kerja)
b. Telah memahami praktikum dengan baik
c. Menghubungi Dosen Pembimbing dan melaksanakan pembicaraan awal
3. Pelaksanaan Praktikum
Setiap kelompok mahasiswa yang terdiri dari 3 orang akan mendapatkan data
praktikum dan video pelaksanaan praktikum (sistem daring). Mahasiswa
mengolah data praktikum sesuai dengan tujuan dan variable percobaan yang
diberikan oleh Dosen Pembimbing. Pelaksanaan praktikum online sudah selesai
termasuk pelaporan dan revisi adalah 2 hari sejak mahasiswa diberikan data dan
video percobaan.

4. Pelaporan
Pelaporan praktikum per modul ditulis tangan dengan rapi dan dapat dibaca
dengan jelas, sedangkan laporan akhir merupakan kumpulan dari seluruh laporan
percobaan yang diketik sesuai format. Pengolahan data grafik dengan MS Excel
yang diprint dan/atau ditempel. Ketentuan kertas yang digunakan adalah HVS A4
70 GSM. Format laporan praktikum terdiri dari:
a. COVER

b. Abstrak
Abstrak ditulis dengan format: untuk judul (times new roman 14 pt, bold) dan
untuk isi 1 spasi , times new roman 12 pt.

c. BAB I PENDAHULUAN (times new roman, 14 pt)


Pada bab pendahuluan berisikan praktikum dan latar belakang (times new
roman, 12 pt, 1,5 spasi)

d. BAB II TUJUAN DAN SASARAN (times new roman, 14 pt)


Pada bab ini berisikan tujuan dan sasaran praktikum (times new roman, 12 pt,
1,5 spasi)

e. BAB III METODELOGI PERCOBAAN (times new roman, 14 pt)


Berisikan tentang, alat dan bahan, variable percobaan, prosedur percobaan
(times new roman, 12 pt, 1,5 spasi)

f. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN (times new roman, 14 pt)


Pada bab ini adalah menampilkan hasil dan pembahasan dari percobaan yang
telah dilaksanakan, (times new roman, 12 pt, 1,5 spasi)
g. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN (times new roman, 14 pt)
h. DAFTAR PUSTAKA (times new roman, 14 pt)
i. LAMPIRAN (times new roman, 14 pt)
Lampiran berisikan MSDS, Job safety analysis , data percobaan dan prosedur
perhitungan serta data literatur

5. Ujian Akhir
Pelaksanaan ujian akhir akan diinformasikan lebih lanjut oleh koordinator
praktikum laboratorium instruksional teknik kimia

6. PERATURAN PRAKTIKUM
a. Mahasiswa dapat melaksanakan praktikum jika telah lulus responsi dengan
Dosen Pembimbing
b. Mahasiswa dilarang melakukan plagiat seperti mengetik ulang karya orang
lain walaupun satu kalimat, mengutip gambar tanpa izin serta mengopi data
percobaan milik orang lain.
c. Pengumpulan laporan praktikum dilaksanakan segera mungkin, penyelesaian
pelaporan termasuk revisi adalah 2x24 jam sejak diberikan data dan video oleh
Dosen Pembimbing. Jika mahasiswa tidak dapat menyelesaiakan laporan
maka mahasiswa akan mendapatkan nilai E pada mata kuliah laboratorium
instruksional teknik kimia 1
d. Nilai akhir praktikum adalah
ℎ ℎ
= 70% + 30% ℎ
6
A≥ 85
75 ≤ AB ≥ 84,99
66 ≤ B ≥ 74,99
58 ≤ BC ≥ 65,99
50 ≤ C ≥ 57,99
45 ≤ D ≥ 49,99
D > 45
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

SEDIMENTASI
Tujuan
1. Mempelajari hukum Stokes
2. Menghitung kecepatan sedimentasi partikel padatan
3. Membandingkan konsentrasi suspensi pada percobaan terhadap konsentrasi
menggunakan hukum Kynch
4. Mencari hubungan antara kecepatan sedimentasi partikel padatan dengan
konsentrasi slurry berdasar data percobaan serta membuat grafiknya

Teori
Jika suatu partikel padatan yang mempunyai berat jenis lebih besar dari cairan
dan berada dalam cairan tersebut, maka partikel akan bergerak jatuh ke bawah
dengan percepatan tertentu sampai dicapai suatu kecepatan yang maksimum
(terminal velocity). Resultan gaya ƩF yang bekerja pada padatan tersebut terdiri dari
gaya berat atau gravitasi Fg, gaya dorong ke atas atau apung (bouyanci force) Fb, dan
gaya gesek (drag force) Fd, seperti yang dirumuskan dalam Persamaan (1) dan
diilustrasikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ilustrasi Resultan Gaya pada Benda Padat


dalam Proses Sedimentasi

F  Fg  Fb  Fd (1)
 C D v 2p A p  w 
  pV p g    wV p g   
dv p (2)
mp 
dt  2 
 
 C D v p Ap  w 
2

  p   w V p g  
dv p (3)
mp 
dt  2 
 
Keterangan:
mp : massa partikel (kg)
vp : kecepatan pengendapan partikel (m/s)
t : waktu pengendapan (s)
3
ρp : densitas partikel (kg/m )
3
ρw : densitas cairan/air (kg/m )
1
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

3
Vp : volume partikel (m )
2
g : gaya gravitasi (m/s )
CD : drag coefficient (unitless)
2
Ap : luas tampang lintang partikel pada arah aliran (m )

Pada saat kecepatan mencapai kecepatan terminal (vp(t)), percepatan (dvp/dt) akan
sama dengan nol. Kecepatan terminal dapat diperoleh dari penyelesaian Persamaan
(4).
 C D v 2p t  Ap  w 

0   p  w Vp g  

 

(4)
 2 
 C D v 2p t  Ap  w 

 p  w Vp g  

 

(5)
 2 
Dengan menyusun ulang Persamaan (5), diperoleh Persamaan (6):
2 p   w V p g
v 2p t   (6)
C D Ap  w
Diasumsikan partikel berbentuk bola, maka diketahui:
 
3
4 1
V p    D p   D 3p (4)
3 2  6

Ap  D p2 (6)
4
Jika Persamaan (6) diselesaikan akan diperoleh Persamaan (7).

2 p   w  D 3p  g

v  2  6  (7)
p t 
 2 
CD  Dp  w
4 
4    
w Dp g
v 2p t   (8)
p

3C D  w
4 p   w D p g (9)
v p t  
3C D  w
Untuk aliran laminer CD = 24/Re, sehingga diperoleh:
gDp2  p   w 
v p t   (10)
18 w
Keterangan:
vp(t) : kecepatan terminal partikel (m/s)
2
μw : viskositas cairan/air (N s/m )
Dp : diameter partikel (m)
2
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

Persamaan (10) merupakan persamaan berdasarkan Hukum Stokes.

Sedimentasi merupakan suatu peristiwa turunnya partikel zat padat yang tersebar atau
tersuspensi dalam cairan karena gaya berat sehingga cairan jernih dapat dipisahkan
dari zat padat yang menumpuk didasarnya.

Berdasarkan ukuran partikel, sedimentasi dibedakan menjadi:


1. Discrete particle
Selama proses pengendapan bentuk, ukuran, dan densitas partikel tidak berubah.
2. Flacentate particle
Selama proses pengendapan bentuk, ukuran, dan densitas partikel berubah.

Berdasarkan pengaruh dari partikel lain, sedimentasi dibedakan menjadi:


1. Free settling
Partikel bergerak tidak dipengaruhi oleh partikel lain, dapat diperoleh jika
konsentrasinya rendah atau encer.
2. Hinder settling
Partikel bergerak mendapat pengaruh oleh partikel lain.

Proses sedimentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


1. Keadaan alamiah partikel padatan seperti distribusi ukuran, bentuk, specific
gravity, sifat kimiawi padatan, dll.
Partikel dengan bentuk bola atau mirip bola akan mengendap lebih cepat
dibanding dengan bahan non bola serta suspensi yang membentuk agregate untuk
berat yang sama. Proses flukulasi dan koagulasi akan memperbaiki sifat
mengendap dari partikel padatan yang bentuknya tidak teratur.
2. Konsentrasi slurry
Jika konsentrasi slurry cukup encer, partikel padatan akan turun dengan kecepatan
terminalnya dan berharga tetap seperti ditunjukkan oleh Persamaan 3 atau 4. Pada
keadaan ini densitas dan viskositas slurry akan sama dengan densitas dan viskositas
cairan dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi padatan.
Penambahan konsentrasi slurry akan mengurangi kecepatan jatuh partikel dalam
cairan. Jika konsentrasi cukup tinggi, interaksi antar pertikel akan berpengaruh
terhadap kecepatan pengendapan padatan. Interaksi dapat berupa tumbukan atau
koagulasi. Peristiwa pengendapan dimana konsentrasi slurry cukup tinggi disebut
hindered settling. Pada keadaan ini densitas dan viskositas slurry akan merupakan
densitas dan viskositas bulk yang harganya dipengaruhi oleh konsentrasi padatan.
Viskositas bulk dapat dinyatakan berdasarkan persamaan empiris sebagai:
 p 101,82 (1 x  (11)
 R
w x
Kecepatan pada saat hindered settling menjadi:
3
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

gD2p  p   w  (12)
vH  R
18 w
3. Perlakuan awal
Pada partikel yang mengalami flukolasi, meskipun kecepatan jatuh flock akan lebih
cepat dari kecepatan partikel secara sendirian, ada kemungkinan flock akan
mengandung air yang terperangkap dalam flock yang terbentuk. Bentuk flock dan
densitasnya menjadi sangat kompleks untuk diperkirakan secara matematis.
Kecepatan sedimentasi hanya dapat diperkirakan berdasar data percobaan secara
empiris.

4. Tangki tempat sedimentasi berlangsung


Adanya dinding tangki akan mengurangi kecepatan sedimentasi. Jika rasio antara
diameter dinding tangki dengan diameter partikel lebih dari 100, maka
pengaruhnya dapat diabaikan. Jika diameter tangki tetap sepanjang tinggi tangki,
bentuk tangki tidak berpengaruh terhadap kecepatan sedimentasi. Akan tetapi jika
diamter tangki berubah dengan ketinggian, pengaruh ketinggian harus
dipertimbangkan. Contoh untuk kasus ini adalah pada high capacyty thickner.
Perancangan alat thickner didasarkan pada data percobaan sedimentasi secara
batch. Percobaan dilakukan dengan mengamati penurunan interface antara
padatan dan cairan dalam suatu tabung kaca.

Gambar 2. Mekanisme sedimentasi secara batch

Pada Gambar 2, gambar pertama menunjukkan slurry dengan konsentrasi seragam di


seluruh bagian tabung. Segera sesaat setelah sedimentasi berlangsung, zona-zona
konsentrasi mulai terbentuk. Zona D akan berisi partikel yang paling berat. Zona C’
merupakan zona transisi dimana akan terjadi saluran sehingga cairan akan naik. Fluida
ini akan naik karena terdesak dalam zona D yang mengalami pemampatan. Zona C
adalah daerah konsentrasi yang tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi yang
kira-kira sama dengan konsentrasi awal. Zona A adalah daerah bening.
4
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

Keterangan:
A : cairan bening
B : zona konsentrasi seragam
C : zona ukuran butir tidak seragam
C’ : zona transisi
D : zona dengan partikel padat terendapkan

Selama sedimentasi berlangsung, ketinggian daerah konsentrasi berubah. Zona A


dan D akan tumbuh besar dan B menjadi hilang. Seluruh padatan akan berada di zona
D dan cairan di zona A. keadaan dimana tepat terjadi z ke arah konsentrasi disebut
critical point. Sedimentasi yang terjadi tinggal pemampatan padatan pada zona D dan
berlangsung sangat lambat.
Perancangan thickner didasarkan atas identifikasi dari konsentrasi pada lapisan
yang mempunyai kapasitas terendah untuk lewatnya padatan pada kondisi operasi.
Lapisan semacam ini disebut dengan rate limiting layer.

Gambar 3. Rate limiting layer pada sedimentasi secara batch

Asumsi dasar teori Kynch:


1. Konsentrasi partikel seragam pada tiap lapisan horizontal
2. Pengaruh dari dinding dapat diabaikan
3. Tidak ada perubahan bentuk, ukuran, dan komposisi partikel pada akhir
pengendapan
4. Kecepatan pengendapan partikel hanya tergantung dari konsentrasi partikel itu
sendiri
5. Konsentrasi awal akan meningkat seiring dengan turunnya endapan

Gambar 3 menunjukkan suatu lapisan dengan konsentrasi c di dalam suatu test


batch. Lapisan itu diasumsikan merupakan rate limiting layer, sehingga dipandang naik
dengan kecepatan vL. Padatan akan mengendap masuk lapisan ini dari atasnya
mempunyai konsentrasi c-dc dan kecepatan v+dv terhadap kolom dan v+dv+vL
terhadap lapisan. Padatan mengendap keluar dari lapisan ini dengan kecepatan v
5
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

terhadap dinding dan v+vL terhadap lapisan. Jika lapisan diasumsikan mempunyai
padatan yang tetap, maka neraca massanya adalah:
c  dcv  dv  vL At  cv  vL At (13)
dengan:
A : luas penampang tabung
t : waktu sedimentasi
c : konsentrasi
v : kecepatan sedimentasi
Dengan cara substitusi dan integrasi, maka didapat Persamaan (14):
c0 Z 0
c (14)
Z  vt
Berdasarkan percobaan dapat diperoleh hubungan antara tinggi interface dengan
waktu sedimentasi. Dari slope dapat diperoleh Persamaan (15):
Z Z (15)
v  tg   i atau Z i  Z  vt
t
Dari Persamaan (14) dan (15) diperoleh Persamaan (16):
Z0 (16)
c  c0
Zi
keterangan:
c0 : konsentrasi slurry awal
Z0 : tinggi interface awal

Gambar 3. Hubungan antara tinggi interface dengan waktu sedimentasi

6
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

Bahan Percobaan
1. Kalsium karbonat (bubuk kapur)
2. Aquadest

Alat Percobaan
1. Tabung gelas berskala
2. Gelas ukur
3. Stop watch
4. Neraca Ohaus
5. Gelas pengaduk
6. Alat-alat gelas lainnya

Langkah Kerja

A. Variasi konsentrasi slurry


1. Ayaklah bahan (bubuk kapur) menggunakan ayakan dengan ukuran mesh
tertentu.
2. Buatlah slurry dengan konsentrasi 20%.
3. Buatlah koagulan dengan konsentrasi 10%.
4. Campur dan masukkan slurry dan koagulan ke dalam tabung gelas berskala.
5. Catat tinggi interface dan waktu sedimentasi setiap saat.
6. Percobaan dihentikan setelah tinggi interface relatif tetap (tidak turun lagi).
7. Buat grafik hubungan antara waktu versus tinggi interface.
8. Buat grafik kecepatan pengendapan versus konsentrasi slurry.
9. Ulangi langkah 1-8 menggunakan konsentrasi slurry yang berbeda.

B. Variasi jenis bahan


1. Ayaklah bahan (bubuk kapur) menggunakan ayakan dengan ukuran mesh
tertentu.
2. Buatlah slurry dengan konsentrasi 20%.
3. Buatlah koagulan dengan konsentrasi 10%.
4. Campur dan masukkan slurry dan koagulan ke dalam tabung gelas berskala.
5. Catat tinggi interface dan waktu sedimentasi setiap saat.
6. Percobaan dihentikan setelah tinggi interface relatif tetap (tidak turun lagi).
7. Buat grafik hubungan antara waktu versus tinggi interface.
8. Buat grafik kecepatan pengendapan versus konsentrasi slurry.
9. Ulangi langkah 1-8 menggunakan jenis bahan yang berbeda.

Variasi konsentrasi koagulan


1. Ayaklah bahan (bubuk kapur) menggunakan ayakan dengan ukuran mesh
tertentu.
2. Buatlah slurry dengan konsentrasi 20%.
7
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

3. Buatlah koagulan dengan konsentrasi 10%.


4. Campur dan masukkan slurry dan koagulan ke dalam tabung gelas berskala.
5. Catat tinggi interface dan waktu sedimentasi setiap saat.
6. Percobaan dihentikan setelah tinggi interface relatif tetap (tidak turun lagi).
7. Buat grafik hubungan antara waktu versus tinggi interface.
8. Buat grafik kecepatan pengendapan versus konsentrasi slurry.
9. Ulangi langkah 1-8 menggunakan konsentrasi koagulan yang berbeda.

Daftar Pustaka
Putra, S., Sutopo, A., Megasari, K., Swantomo, D., dan Giyatmi, 2018, Petunjuk
Praktikum Mekanika Fluida, Yogyakarta: Jurusan Teknokimia Nuklir, STTN-BATAN
Perry R. H., dan Green D., 1988, Perry’s Chemical Engineer’s Hand Book, Sixth Edition,
Tokyo: McGraw-Hill
Brown G. G., 1978, Unit Operation, Fourteenth Printing, New York: John Wiley and
Sons Inc

8
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

Lampiran A TABEL DATA PERCOBAAN

Konsentrasi slurry: Konsentrasi slurry:


Jenis bahan sedimen: Jenis bahan sedimen:
Konsentrasi koagulan: Konsentrasi koagulan:
Waktu (s) Tinggi Interface (cm) Waktu (s) Tinggi Interface (cm)

Konsentrasi slurry: Konsentrasi slurry:


Jenis bahan sedimen: Jenis bahan sedimen:
Konsentrasi koagulan: Konsentrasi koagulan:
Waktu (s) Tinggi Interface (cm) Waktu (s) Tinggi Interface (cm)

9
Modul Praktikum Lab. Instruksional Teknik Kimia

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN

Pengolahan data yang diperlukan pada percobaan dapat dilakukan dengan mengikuti
langkah berikut:
1. Buat grafik hubungan tinggi interface terhadap waktu pengendapan, kemudian
bahas pada bab hasil dan pembahasan.
2. Hitung kecepatan pengendapan saat tertentu (vi) menggunakan Persamaan (15).
3. Hitung konsentrasi slurry saat tertentu (ci) menggunakan Persamaan (16) (hukum
Kynch), kemudian analisis perbandingan konsentrasi slurry tersebut terhadap
konsentrasi yang digunakan pada percobaan.
4. Buat grafik hubungan kecepatan pengendapan (poin 2) terhadap konsentrasi
slurry (poin 3), kemudian bahas pada bab hasil dan pembahasan.

10
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA

TANGKI BERPENGADUK

TIM PENYUSUN

Arysca Wisnu Satria

Dennis Farina Nury

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020

TK3001-02 1
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. 3

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 5

BAB II TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN.............................................................. 6

BAB III RANCANGAN PERCOBAAN ............................................................................... 7

BAB IV PROSEDUR KERJA............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11

LAMPIRAN A .................................................................................................................... 12

LAMPIRAN B .................................................................................................................... 14

LAMPIRAN C .................................................................................................................... 17

TK3001-02 2
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Penentuan Densitas dan Viskositas Air Keran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Tabel 2. Dimensi Tangki Berpengaduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Tabel 3. Data Karakteristik Impeller . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Tabel 4. Data Percobaan Utama . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Tabel 5. Gambar Observasi Pola Aliran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

TK3001-02 3
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Sederhana Tangki Pengaduk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Gambar 2. Jenis Pengaduk : (a) propeller, (b) turbine, (c) paddle . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

Gambar 4. Diagram Alir Percobaan Utama . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

TK3001-02 4
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

BAB I

PENDAHULUAN

Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari bahan bahan yang
diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak, atau komponennya menyebar
(terdispersi). Secara umum, pengadukan bertujuan untuk mencampur dua cairan yang saling
melarut, melarukan padatan dalam cairan, mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk
gelembung, atau mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan
jaket pada dinding banana.

Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan pencampuran, antara lain:
konfigurasi tangki, jenis dan geometri pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran
pengaduk, dan sifat fisik fluida yang diaduk. Jenis dan geometri pengaduk erat kaitannya
dengan pola aliran pengadukan yang terjadi. Pencampuran dalam tangki terjadi karena
adanya gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida. Gerak pengaduk ini ‘memotong’ fluida
tersebut dan dapat menimbulkan arus eddy yang berak ke seluruh sistem fluida tersebut.
Pemilihan jenis dan geometri pengaduk biasanya berdasarkan sifat fisik fluida, terutama
viskositas. Kecepatan pengadukan juga dapat mempengaruhi pola aliran melingkar.
Kecepatan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pusaran atau biasa disebut vorteks.
Vorteks adalah hal yang tidak diharapkan dalam pengadukan karena menyebabkan kualitas
pengadukan buruk, masuknya udara ke dalam fluida, dan tumpahnya fluida akibat naiknya
permukaan fluida.

TK3001-02 5
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

BAB II

TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan modul tangki berpengaduk adalah:

1. Mempelajari proses pencampuran dalan fluida yang diselenggarakan di dalam sistem


tangki berpengaduk.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pencampuran.

Sasaran percobaan ini adalah praktikan mampu :

1. Menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran melalui analisis


bilangan tak berdimensi,

2. Menurunkan korelasi waktu pencampuran dengan kecepatan putaran dan waktu


melalui analisis bilangan tak berdimensi,

3. Melaksanakan observasi visual pola aliran dan memberikan analisis terhadap pola
aliran yang terjadi, dan

4. Menentukan kondisi optimum pencampuran.

TK3001-02 6
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

BAB III

RANCANGAN PERCOBAAN

Skema sederhana dari sistem tangki berpengaduk terdapat dalam gambar 1.

Gambar 1 Skema Sederhana Tangki Pengaduk

keterangan :
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
Dt = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk

Jenis pengaduk yang digunakan terdapat dalam gambar 2.

TK3001-02 7
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

(a) (b) (c)

Gambar 2. Jenis Pengaduk : (a) propeller, (b) turbine, (c) paddle

Pada percobaan pendahuluan, peralatan yang digunakan adalah piknometer berukuran 25 mL


dan viskometer Oswald. Sedangkan pada percobaan utama, peralatan yang digunakan adalah
tangki berpengaduk.

Secara ringkas, alat-alat yang dibutuhkan untuk praktikum ini adalah:

1. Set alat tangki berpengaduk 6. Voltmeter

2. Stopwatch 7. Multimeter sebagai amperemeter

3. Viskometer 8. Pipet

4. Piknometer 9. Impeller

5. Gelas ukur

Daftar bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan praktikum ini adalah:

1. Air keran

2. Aqua DM

3. Butiran padat yang tidak larut dalam air

4. Pewarna

TK3001-02 8
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

BAB IV

PROSEDUR KERJA

Variasi yang dilakukan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Kecepatan putaran pengaduk
2. Jenis dan ukuran pengaduk, yaitu propeller, turbin, dan paddle.
3. Posisi impeller yaitu center dan off-center.
4. Penggunaan baffle atau tidak.
5. Ketinggian impeller

Percobaan terdiri dari 2 bagian yaitu percobaan pendahuluan dan percobaan utama.
Pengukuran sifat fisik cairan dalam tangki berpengaduk dilakukan pada percobaan
pendahuluan. Sifat fisik yang akan diukur ialah densitas dan viskositas cairan. Pengukuran
densitas cairan dilakukan dengan menggunakan piknometer sedangkan penentuan viskositas
dilakukan dengan menggunakan viskometer Ostwald. Alat ini dipilih karena sederhana dan
dapat dipakai untuk cairan yang tidak kental.

Pada percobaan utama, data yang diamati adalah mixing time, waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai keseragaman komponen fluida di dalam tangki. Mixing time ini dapat dianalisa dari
pengamatan kehomogenan warna. Kecepatan pengadukan diatur dengan speed regulator
(tetapi kecepatan tercatat adalah yang tertera dalam speed display), dan daya yang diperlukan
dapat diukur dari tegangan dan arus. Pengukuran tegangan dan arus dilakukan dengan
menggunakan amperemeter dan voltmeter yang terpasang pada pengaduk. Setelah mengukur
mixing time, percobaan dilanjutkan dengan pengamatan pola aliran. Pengamatan dilakukan
dengan mengamati pergerakan butiran didalam fluida saat pengadukan berlangsung.

Diagram alir percobaan tangki berpengaduk terdapat dalam gambar 3 dan gambar 4.

TK3001-02 9
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

Percobaan pendahuluan:

Ukur temperatur fluida


dengan termometer

penentuan densitas fluida penentuan viskositas fluida


dengan piknometer dengan viscometer Ostwald

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan Pendahuluan

Percobaan utama:
Persiapan alat dan bahan

Impeller dipasangkan pada sumbu pengaduk. Sumbu pengaduk


dipasangkan ke motor pengaduk. Sambungkan ke listrik dan dinyalakan.

Kecepatan pengaduk diatur sesuai variasi yang direncanakan

Pembacaan arus awal (Io) dan tegangan awal (Vo)

Air keran dimasukkan ke dalam tangki sesuai volume yang ditetapkan.


Pewarna dimasukkan sesuai volume yang ditetapkan. Waktu pencampuran
hingga homogen dicatat.

Pembacaan arus akhir (I) dan tegangan akhir (V)

Butiran padat dimasukkan untuk pengamatan pola aliran. Pola aliran


kemudian digambar dan atau direkam.

Rangkaian percobaan di atas diulang untuk variasi jenis pengaduk,


kecepatan pengaduk, posisi sumbu, dan penggunaan baffle atau tidak.

Gambar 4. Diagram Alir Percobaan Utama

TK3001-02 10
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition, McGraw-Hill Book
Co., New York, 1978
2. Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 6th
Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
3. Brodley, and Hershey, Transport Phenomena: A Unified Approach, McGaw-Hill Book
Co., New York, 1988, Chapter: Application of Mixing
4. Moo-Young et al., The Blending Efficiencies of Some Impellers in Batch Mixing, AIChEJ,
18 (1), 1972, pp. 178-182
5. Tatterson, and Gary, B., Fluid Mixing and Gas Dispersion in Agitated Tanks, McGraw-
Hill Book Co., New York, 1991, Chapter 1,2, and 4

TK3001-02 11
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

LAMPIRAN A

TABEL DATA MENTAH

A.1. Penentuan Densitas dan Viskositas Air Keran

Tabel 1. Data Penentuan Densitas dan Viskositas Air Keran

I II

Temperatur aqua dm (oC)

Massa piknometer kosong (g)

Massa piknometer + aqua dm (g)

Massa piknometer + air keran (g)

Waktu retensi aqua dm (s)

Waktu retensi air keran (s)

A.2. Konfigurasi Alat

Tabel 2. Dimensi Tangki Berpengaduk


Karakteristik Nilai
Diameter
Tinggi tangki
Jumlah baffle
Lebar baffle
Tebal baffle
Panjang baffle

Tabel 3. Data Karakteristik Impeller


Jenis Turbin Paddle Propeller
Diameter
Jumlah daun
Lebar daun
Panjang daun
Tebal daun

TK3001-02 12
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

A.3. Percobaan Utama

Tabel 4. Data Percobaan Utama

Jenis pengaduk :

Posisi pengaduk :

Baffle/non-baffle :

N (rpm) Vo (volt) Io(mA) Vo (volt) Io(mA) waktu (s)

A.4. Observasi Pola Aliran

Tabel 5. Gambar Observasi Pola Aliran

Jenis Pengaduk :

Kecepatan Tinggi Kecepatan rendah

( ...rpm) (...rpm)

Baffle Centre

Off-centre

Non-baffle Centre

Off-centre

TK3001-02 13
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

LAMPIRAN B

PROSEDUR PERHITUNGAN

B.1. Penentuan Densitas dan Viskositas

B.2. Analisis Bilangan Tidak Berdimensi


1. Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan
antara gaya inersia dan gaya viskos. Untuk sistem dengan pengadukan:

keterangan: ρ = densitas fluida


μ = viskositas fluida
D = diameter pengaduk

Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis rejim aliran yaitu laminar, transisi dan turbulen.
Rejim aliran laminar terjadi pada bilangan Reynolds 10, sedangkan turbulen terjadi pada
bilangan Reynolds 104 [Broadkey, 1988].

2. Bilangan Fraude
Bilangan Fraude menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi.
Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut:

TK3001-02 14
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

keterangan : Fr = bilangan Fraude


N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan gravitasi

Bilangan Fraude bukan merupakan variable yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan unbaffled. Pada sistem ini bentuk permukaan cairan
dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi sehingga membentuk vorteks. Vorteks menunjukkan
keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia.

3. Bilangan Power
Bilangan Power menunjukkan perbandingan antara perbedaan daya yang dihasilkan aliran
dengan gaya inersianya. Perubahan tekanan akibat distribusi pada permukaan pengaduk dapat
diintegrasikan menghasilkan torsi total dan kecepatan pengaduk.

keterangan : Po = bilangan Power


N = kecepatan putaran pengaduk
ρ = densitas fluida

Untuk perhitungan daya menggunakan daya efektif, yaitu:


Peff = V.I – Vo.Io
Korelasi antara bilangan Power dengan Reynold serta Fraude ditunjukkan pada persamaan-
persamaan berikut:
Untuk sistem tanpa baffle: Po = a Reb Frc
Untuk sistem dengan baffle: Po = a Reb
a, b, c = konstanta eksperimental
Persamaan di atas dapat dijadikan bentuk linear dengan logaritma natural untuk
mempermudah perhitungan.

TK3001-02 15
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

B.3. Pembuatan Grafik


Kurva korelasi waktu pencampuran dan aliran pengadukan dibuat dengan mengalurkan ln
(N.t) terhadap ln (NRe). Kurva korelasi kebutuhan daya terhadap aliran pengadukan
merupakan aluran ln (NPo) terhadap ln(NRe), sedangkan kondisi optimum merupakan titik
potong antara grafik N terhadap t dan P terhadap t.

TK3001-02 16
Laboratorium Teknologi Kimia 1 Tangki Berpengaduk

LAMPIRAN C

DATA LITERATUR

C.1. Data Densitas Air pada Berbagai Temperatur

Sumber : Perry’s Chemical Engineers’ Handbook

TK3001-02 17
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan Simulasi


1. Jenis larutan :
 Larutan Teh Sisri
2. Jenis Impeller :
 Disk Turbin
6 blade
3. Jumlah Baffle :
 Tanpa Baffle
 2 Baffle
4. E/H :
 2/10
 5/10
5. Kecepatan Putaran (N) :
 170 rpm
 270 rpm
 370 rpm

III.2 Tahapan Penggunaan Visimix Turbulent


1. Buka aplikasi Visimix Turbulent dengan memilih menu project, kemudia pilih new.

III-1
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III
2. Simpan file

3. Pilih jenis tangki flat bottom

III-2
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

4. Input data-data dimensi tangki.

5. Pilih jenis baffle

III-3
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

6. Input data-data dimensi baffle

7. Pilih jenis impeller: disk turbin.

III-4
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

8. Input data-data dimensi impeller.

9. Input data densitas.

III-5
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

10. Input data viskositas.

11. Setelah data sudah terisi, pilih menu hydrodinamics kemudian general flow pattern
untuk melihat profil aliran fluida. Selain itu menu-menu yang ada pada pilihan
hydrodinamics juga dapat dipilih untuk mengetahui parameter-parameter lainnya.

III-6
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

12. Tampilan profil aliran fluida

13. Tampilan parameter yang dicari.

III-7
Link download: https://visimix.com/free-visimix/
BAB III

III-8
MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

PERPINDAHAN PANAS
(Fluida Cair)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Panas atau kalor merupakan suatu bentuk energi yang berpindah karena adanya
perbedaan temperatur. Panas atau kalor tersebut akan bergerak dari temperatur tinggi ke
temperatur yang lebih rendah. Ketika panas atau kalor bergerak maka akan terjadi pertukaran
panas dan kemudian akan berhenti ketika kedua tempat tersebut sudah memiliki temperatur
yang sama. Contohnya, kopi panas ke lingkungan yang mempunyai temperatur 20°C, hingga
terjadi kesetimbangan atau kesamaan temperatur pada gelas dan lingkungan (Syaichurrozi
dll, 2014).

Ada beberapa jenis heat exchanger, yaitu :


1. Shell and tube heat exchanger
2. Double pipe heat exchanger
3. Extended purpose heat exchanger
4. Cool inbox coals heat exchanger
5. Air cool heat exchanger

Menurut cara penghantar dayanya, perpindahan panas dibedakan menjadi :


1. Konduksi
2. Konveksi
3. Radiasi

Terdapat dua aliran penukaran panas yaitu penukaran panas dengan aliran searah (co-
current) dan penukaran panas dengan aliran berlawanan arah (counter-current).
1. Aliran Co-Current
Penukaran panas jenis ini , kedua fluida (dingin dan panas) masuk pada sisi penukar
yang sama, mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada sisi yang sama pula.
Karakter penukar panas jenis ini, temperatur fluida dingin yang keluar dari alat penukar
panas tidak dapat melebihi temperatur fluida panas yang keluar dari alat penukar panas,
sehingga diperlukan media pendingin/pemanas yang banyak.
Gambar 1. Profil Temperatur Aliran co-current (Syaichurrozi dll, 2014)

2. Aliran Counter-current
Penukar panas jenis ini, kedua fluida (panas dan dingin) masuk dan keluar pada sisi yang
berlawanan. Temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas lebih tinggi
dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar kalor, sehingga dianggap
lebih baik dari aliran searah.

Gambar 2. Profil Temperatur Aliran counter-current (Syaichurrozi dll, 2014)

3. Plate and Frame Heat Exchanger


Alat penukar panas plate and frame ini terdiri dari pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau
profil lainnya. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak. Pelat-pelat dari
sekat ditentukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut pelat terdapat lubang
pengalir fluida, fluida mengalir pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir
melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada sekat (Syaichurrozi dll, 2014).
Gambar 3. Rangkaian alat plate and frame heat exchanger TIUS-TITC

Perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tergantung pada beda temperatur
rata-rata logaritma (LMTD), luas permukaan perpindahan panas (A), dan koefisien
perpindahan panas overall (U).
q = U . A . ΔTLMTD

Persamaan ini hanya berlaku untuk keadaan:


1. Cairan dalam keadaan steady state dan kecepatan aliran konstan
2. U dan A konstan
3. Cp konstan walau temperatur berubah
4. Panas yang hilang di sekeliling di abaikan
5. Berlaku untuk co-current dan counter-current
6. Tidak berlaku untuk aliran silang
7. Dalam system tidak ada perbedaan fase
BAB II TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

2.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan nilai ∆T LMTD
2. Menentukan harga koefisien perpindahan panas overall (U) sistem dua fluida.
3. Menentukan Number of Transfer Unit (NTU), Bilangan Reynold dan Effectiveness
suatu penukar kalor

2.2. Sasaran Percobaan


Sasaran-sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari pengaruh variabel laju alir fluida terhadap koefisien panas overall (U).
2. Mempelajari pengaruh temperatur fluida terhadap koefisien panas overall (U).
3. Mempelajari pengaruh arah aliran fluida terhadap koefisien panas overall (U).
4. Membandingkan harga koefisien perpindahan panas overall (U) secara praktikum,
Edibon dan Aspen Plus.
BAB III RANCANGAN PERCOBAAN

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

3.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian plate and frame heat exchanger tipe TIUS – TITC Edibon
b. Pompa
c. Termometer

3.2. Bahan/Zat Kimia


Bahan-bahan maupun zat kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
d. Aqua DM
e. Batu es suntuk menurunkan temperatur fluida dingin HCl 37%

3.3. Kondisi Percobaan


Di dalam pelaksanaan pelaksanaan percobaan terdapat kondisi operasi dan parameter
percobaan yang dibuat tetap serta variabel bebas yang diubah-ubah dan variabel terikat yang
diamati.

3.3.1. Kondisi Operasi/Parameter Percobaan


Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah sebagai berikut:
a. Tekanan ruangan (660 – 760 mmHg)
b. Temperatur ruangan (23 – 30 C)
c. Laju alir fluida panas dan fluida dingin
d. Temperatur tangki pemanas
e. Temperatur fluida pendingin
f. Tekanan pompa fluida panas dan fluida dingin

3.3.2. Variabel Bebas


Adapun variabel bebas yang divariasikan adalah sebagai berikut:
a. Temperatur fluida panas
b. Arah Aliran
c. Laju alir fluida panas dan fluida dingin
3.3.3. Variabel Terikat
Dengan menggunakan parameter percobaan dan variabel bebas yang ditentukan, variabel
terikat yang harus diamati di dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Temperatur fluida panas dan dingin pada saat masuk dan keluar
b. Laju alir
c. Tegangan kerja
d. Arus kerja
e. Temperatur elektrolit

3.4. Rangkaian Alat


Rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat seperti ilustrasi pada Gambar
1.

Gambar 1 Rangkaian Alat

1. Tangki air panas berbahan stainless steel dilengkapi dengan sensor temperatur (T-16).
2. Pressure Regulator (RP-1).
3. Pompa sentrifugal untuk air panas (AB-1).
4. Katub baypass (VR-1).
5. Katub pengatur laju aliran air dingin (VR-2).
6. Katub pengatur laju aliran air panas (VR-3).
7. Katub yang menghubungkan air dari base unit ke area kerja (V-1 dan V-6).
8. Katub aliran air panas maupun dingin masuk dan keluar (V-2, V-3, V-4 dan V-5).
9. SC-1 = sensor aliran air panas.
10. SC-2 = sensor aliran air dingin.
Aliran Co-Current

Aliran Counter Current


BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV
PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja pada percobaan ini dijelaskan sebagai berikut:


1. Pastikan seluruh valve dalam keadaan terbuka sesuai dengan konfigurasi yang telah
ditetapkan
2. Periksa level tanki air panas
3. Nyalakan pompa
4. Set pemanas sesuai dengan variable yang diinginkan (ST16)
5. Set laju alir air panas dan atur aliran air dingin hingga tercapai keadaan steady state.
6. Catat pembacaan T dan flow
7. Ulangi Langkah 5 dan 6 untuk T air panas yang berbeda
8. Hitung : panas yang dilepaskan air panas dan panas yang diserap air dingin, hilang
panas, LMTD dan U

counter-current flow Parallel flow


AV-2 Valve Close AV-2 Valve Open
AV-3 Valve Open AV-3 Valve Close
AV-4 Valve Open AV-4 Valve Close
AV-5 Valve Close AV-5 Valve Open
DAFTAR PUSTAKA

Brown G. G., 1978, Unit Operation, Fourteenth Printing, New York: John Wiley and Sons
Inc
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Perry R. H., dan Green D., 1988, Perry’s Chemical Engineer’s Hand Book, Sixth Edition,
Tokyo: McGraw-Hill
Syaichurrozi, I., Karina, A M., Imanuddin, A., 2014, “Kajian Performa Alat Penukar Panas
Plate and Frame : Pengaruh Laju Alir Massa, Temperatur Umpan dan Arah Aliran terhadap
Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh”, Eksergi, Vol XI, No. 02, 11-18
LAMPIRAN A TABEL DATA MENTAH

LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH

TABEL DATA PERCOBAAN


Test 1 Test 2 Test 3 Test 4
ST16 (OC)
ST1 (OC)
ST2 (OC)
ST3 (OC)
ST4 (OC)
SC1 (l/min)
SC2 (l/min)
LAMPIRAN B PROSEDUR PERHITUNGAN

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN

Dibuat grafik Hubungan antara Temperatur dengan Q


Grafik Hubungan antara Temperatur dengan LMTD
Grafik Hubungan antara Temperatur dengan U

Contoh Simulasi menggunakan Aspen Plus.


Laboratorium Teknik Kimia Perpindahan Panas (Fluida Cair) 2021

LAMPIRAN C SPESIFIKASI LITERATUR

LAMPIRAN C
SPESIFIKASI LITERATUR

Spesifikasi Alat
Four ports or connections of hot and cold water input and output.
Maximum flow : 12 m³/h.
Maximum work pressure : 10 bar.
Maximum work temperature : 100 °C.
Minimum work temperature : 0 °C.
Maximum number of plates : 20.
Internal circuit capacity : 0.176 l.
External circuit capacity : 0.22 l.
Area : 0.32 m².
Plate: Depth : 500mm
High : 300mm
Width : 100mm
Max Flow : 12 m3/h
Max P : 10 bar

Data dari SCADA

Halaman 1 dari 20
Laboratorium Teknik Kimia Perpindahan Panas (Fluida Cair) 2021

Halaman 2 dari 20
MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

DINAMIKA PENGOSONGAN TANGKI

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

DAFTAR ISI

Halaman 1 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

DAFTAR TABEL

Halaman 3 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

Pabrik kimia merupakan rangkaian berbagai unit pengolahan yang terintegrasi secara
sistematik dan rasional. Tujuan pengoperasian pabrik secara keseluruhan adalah
mengubah bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai guna. Dalam
pengoperasiannya, pabrik akan selalu mengalami gangguan (disturbance) dari
lingkungan eksternal. Selama beroperasi, pabrik harus terus mempertimbangkan aspek
teknis, keekonomian, dan kondisi sosial untuk mengurangi pengaruh signifikan dari
perubahan-perubahan eksternal tersebut.
Dinamika proses menunjukkan unjuk kerja proses yang profilnya selalu berubah terhadap
waktu, terjadi selama sistem proses belum mencapai kondisi tunak. Keadaan dinamika
terjadi ketika ada gangguan terhadap kondisi proses tunak. Agar proses selalu stabil,
karakteristik dinamika sistem proses dan sistem pemroses harus diidentifikasi.
Pemahaman terhadap dinamika peralatan dan perlengkapan operasi akan memudahkan
pengendalian, pencegahan kerusakan, dan pemonitoran tempat terjadi kerusakan pada
kondisi unjuk kerja peralatan berkurang atau peralatan bekerja tidak sesuai dengan
spesifikasi operasinya. Pembelajaran tentang dinamika proses juga penting untuk
meramalkan kelakuan proses dalam suatu kondisi tertentu.

Halaman 4 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

BAB II TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

2.1. Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan dinamika proses tangki ini adalah mempelajari dinamika (perilaku)
proses tidak tunak (unsteady state) melalui sistem fisik sederhana. Praktikan diharapkan
mampu mengenali dan mendefinisikan keadaan tunak dan tidak tunak untuk sistem-
sistem fisik sederhana, membangun model metematika untuk sistem-sistem fisik
sederhana yang berada dalam keadaan tidak tunak dan menentukan parameter-parameter
model matematika yang telah dibangun dari rangkaian data percobaan.

Halaman 5 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

BAB III RANCANGAN PERCOBAAN

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Gelas kimia 1000 mL
b. Gelas ukur 500 mL
c. Stopwatch
d. Air

3.2. Kondisi Percobaan


Di dalam pelaksanaan pelaksanaan percobaan terdapat kondisi operasi dan parameter
percobaan yang dibuat tetap serta variabel bebas yang diubah-ubah dan variabel terikat
yang diamati.

3.3. Skema Rangkaian Alat


Skema rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat seperti ilustrasi pada
Gambar 1.

Gambar 1 Rangkaian Alat

Halaman 6 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV
PROSEDUR KERJA DAN PERHITUNGAN

4.1. Prosedur Kerja


Untuk melakukan kalibrasi luas penampang tangki, tangki mula – mula dikosongkan,
kemudian diisi dengan sejumlah air yang volumenya telah diketahui menggunakan gelas
ukur. Tinggi permukaan air dalam tangki pada setiap volume air tertentu dicatat.
Percobaan diulangi sebanyak minimal 6 kali. Luas penampang tangki diketahui dengan
mengalurkan data volume air terhadap ketinggian air dalam tangki.
Untuk mengetahui laju alir input, mula-mula tangki dikosongkan, valve output ditutup,
dan valve input dibuka dengan bukaan tertentu. Kemudian dilakukan pencatatan waktu
untuk setiap penambahan ketinggian air tertentu. Ketinggian air dalam tangki
dikorelasikan dengan volume air dengan mengalikan ketinggian air dan luas penampang
tangki. Laju alir volumetrik input diperoleh dengan mengalurkan volume air terhadap
waktu. Prosedur ini diulangi untuk variasi bukaan valve lainnya.
Untuk menentukan laju alir output dan parameter model matematika, tangki mula-mula
diisi hingga penuh, kemudian valve output dibuka dengan bukaan tertentu dan dilakukan
pencatatan waktu untuk setiap penurunan ketinggian air tertentu. Volume air dalam tangki
dikorelasikan dengan ketinggian air di dalam tangki dengan mengalikan ketinggian air
dan luas penampang tangki. Laju alir volumetrik output diperoleh dengan mengalirkan
data volume air terhadap waktu. Parameter k dan n diperoleh dari pengolahan data-data
hasil percobaan. Prosedur dapat diulang untuk beberapa variasi bukaan valve.
Percobaan simulasi gangguan dilakukan dengan menjaga laju alir salah satu tangki
bernilai konstan. Tangki 1 mula-mula dikosongkan dan semua valve ditutup. Kemudian
valve input (Q1) dan valve output (Q3) dibuka secara bersamaan dengan bukaan tertentu.
Ketinggian air setiap rentang waktu tertentu kemudian dicatat. Pencatatan dilakukan
hingga kondisi tunak, yaitu saat ketinggian air dalam tangki tidak berubah lagi. Setelah
mencapai keadaan tunak, kondisi ini diberi gangguan. Gangguan dapat berupa
penambahan atau pengurangan bukaan valve input atau valve output, selain itu gangguan

Halaman 7 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

juga dapat berupa penambahan aliran input dengan membuka valve gangguan (Q2).
Setelah diberi gangguan, dilakukan kembali pencatatan ketinggian air setiap rentang
waktu tertentu dan pencatatan dihentikan pada saat sistem mencapai kondisi tunak.

4.2. Prosedur Perhitungan


a. Perhitungan laju alir input dan output
Perubahan volume dapat dihitung dengan persamaan berikut:
= Δh = Q x Δt …(1)
Dengan ΔV adalah perubahan volume, Δh adalah perubahan ketinggian air, Q
adalah laju alir air dan Δt adalah selang waktu.
b. Penentuan parameter k dan n
1) Metode linierisasi
Hubungan antara laju perubahan ketinggian air terhadap ketinggian air
ditunjukkan dengan persamaan:
− = ℎ …(2)

Dengan h adalah ketinggian air, t adalah waktu, k dan n adalah parameter.


Linearisasi persamaan (2) dapat dinyatakan sebagai berikut:

ln − = x ln ℎ + ln …(3)

2) Metode integrasi
Dari rumus hubungan antara perubahan ketinggian terhadap ketinggi air,
dapat dicari ketinggian air pada saat tertentu dengan cara integral.

∫ − ℎ=− ∫ …(4)

ℎ= ℎ − (1 − ) …(5)

Halaman 8 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

DAFTAR PUSTAKA

Halaman 9 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

LAMPIRAN A TABEL DATA MENTAH

LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH

Halaman 10 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

LAMPIRAN B PROSEDUR PERHITUNGAN

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN

Halaman 11 dari 13
Laboratorium Teknik Kimia Elektrolisis Air 2021

LAMPIRAN C SPESIFIKASI LITERATUR

LAMPIRAN C
SUPLEMENT

Halaman 12 dari 13
MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA

ALIRAN FLUIDA

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 3

DAFTAR TABEL...................................................................................................................... 4

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5

BAB II TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN................................................................. 7

2.1. Tujuan Percobaan ........................................................................................................ 7

2.2. Sasaran Percobaan ....................................................................................................... 7

BAB III RANCANGAN PERCOBAAN................................................................................... 8

3.1. Perangkat dan Alat Ukur ............................................................................................. 8

3.2. Bahan ........................................................................................................................... 8

3.3. Skema Alat .................................................................................................................. 8

BAB IV PROSEDUR KERJA ................................................................................................. 10

4.1. Penentuan Densitas Air Keran .................................................................................. 10

4.2. Penentuan Viskositas Air Keran ............................................................................... 11

4.3. Prosedur Start Up ...................................................................................................... 12

4.4. Prosedur Shut Down .................................................................................................. 13

PUSTAKA ............................................................................................................................... 14

LAMPIRAN A TABEL DATA MENTAH ............................................................................. 15

LAMPIRAN B PROSEDUR PERHITUNGAN ...................................................................... 17

LAMPIRAN C SPESIFIKASI LITERATUR ......................................................................... 19

2
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Alat perpipaan SOLTEQ ....................................................................................... 9

Gambar C.1. Moody Diagram ................................................................................................. 19

3
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Keterangan Gambar 3.1 ............................................................................................ 9

Tabel A.1. Pengukuran head loss alat ukur / fitting / pipa ...................................................... 15

Tabel A.2. Pengukuran densitas air keran ............................................................................... 15

Tabel A.3. Pengukuran viskositas air keran............................................................................. 16

Tabel C.1. Data Diameter Pipa, Fitting, dan Valve ................................................................. 20

4
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

BAB I
PENDAHULUAN

Fluida merupakan suatu jenis zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara
permanen, sehingga apabila terjadi perubahan bentuk di dalam fluida, maka akan terbentuk
lapisan-lapisan yang mengalir di atas lapisan lain dan terbentuklah lapisan baru. Pada proses
tersebut terdapat tegangan geser yang besarnya tergantung pada viskositas fluida dan laju alir
fluida relatif terhadap suatu arah. Tegangan geser ini akan hilang setelah fluida mencapai
keadaan kesetimbangan.

Berdasarkan densitas, fluida dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: fluida compressible dan
fluida incompressible. Fluida compressible mempunyai densitas yang peka terhadap
perubahan temperatur dan tekanan (misalnya: gas), dan fluida incompressible kebalikan dari
fluida compressible (misalnya: zat cair).

Dalam suatu sistem perpipaan transportasi fluida, terdapat beberapa komponen atau peralatan
umum yang digunakan, seperti: pipa/tabung, valve, blower, pompa, dll. Pipa merupakan
tempat mengalirnya fluida, dan valve dipasang untuk mengatur laju alir/bukaan fluida. Dalam
suatu sistem perpipaan dibutuhkan penambahan energi mekanik untuk mempercepat laju alir
fluida. Alat yang dapat digunakan antara lain pompa, blower, kipas, dan kompresor. Peralatan
pemindah fluida dibagi menjadi dua, berdasarkan cara kerja menggunakan tekanan langsung
ke fluida, atau dengan membangkitkan rotasi menggunakan momen punter.

Untuk menganalisis sistem pipa digunakan persamaan Bernoulli:


𝑃𝐵 𝑔 × 𝑧𝐵 𝛼𝐵 × 𝑣𝐵 2 𝑃𝐴 𝑔 × 𝑧𝐴 𝛼𝐴 × 𝑣𝐴 2
𝜂 𝑊𝑃 = ( + + )−( + + )
𝜌 𝑔𝐶 2 × 𝑔𝐶 𝜌 𝑔𝐶 2 × 𝑔𝐶
Keterangan:
A : bagian hisap pompa
B : bagian keluaran pompa
∆𝑃 𝑔 × ∆𝑧 𝛼 (𝑣𝐵 2 − 𝑣𝐴 2 )
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑒𝑎𝑑: 𝐻 = ( + + )
𝜌 𝑔𝐶 2 × 𝑔𝐶

5
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

Jumlah kerja dari pompa bergantung pada kapasitas dan head. Kapasitas adalah laju alir
massa per volume fluida yang dialirkan, sedangkan head adalah perbedaan total tekanan
masuk dan keluar alat, yang dinyatakan dalam tinggi kolom fluida pada kondisi adiabatik.
Efisiensi pompa dinyatakan sebagai perbandingan daya output terhadap input. Dalam operasi
pompa harus dihindari fenomena kavitasi, yaitu fenomena berubahnya sebagian fluida
menjadi uap akibat tekanan hisap yang lebih tinggi dibandingkan tekanan uap fluida yang
menyebabkan timbulnya gelembung yang dapat merusak pompa. Agar tidak terjadi kavitasi,
nilai (NPSH)R harus terpenuhi. (NPSH)R merupakan total head cairan pada garis pusat
pompa, dikurangi tekanan uap P. NPSH dapat dihitung menggunakan persamaan:
𝑔𝐶 𝜌𝐴 − 𝜌𝑣
𝑁𝑃𝑆𝐻 = ( − ℎ𝑓𝑠 ) − 𝑧𝐴
𝑔 𝜌
(NPSH)A dalam instalasi pompa harus lebih besar atau sama dengan (NPSH) R untuk kapasitas
yang diinginkan.

Laju alir fluida dapat diukur dengan berbagai jenis alat ukur, contohnya pitot tube,
orificemeter, dan venturimeter. Ketiga alat ini menggunakan prinsip Bernoulli untuk
menentukan laju alir fluida.

6
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

2.1. Tujuan Percobaan


Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari karakteristik sistem perpipaan,
serta fluida yang mengalir di dalamnya.

2.2. Sasaran Percobaan


Dari praktikum ini praktikan diharapkan dapat:
 Menentukan hubungan laju alir dan head loss
 Menentukan hubungan bilangan Reynold dengan pipe friction coefficient
 Menentukan nilai K masing-masing fitting
 Menghitung konstanta yang diperlukan pada perhitungan laju alir fluida

7
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

3.1. Perangkat dan Alat Ukur


Perangkat dan alat ukur yang digunakan pada percobaan ini adalah:
a) Satu set peralatan SOLTEQ
b) Viskometer Ostwald
c) Piknometer
d) Stopwatch
e) Gelas ukur 1 Liter
f) Neraca analitis
g) Ember, lap bersih, dan tissue

3.2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah:
a) Aqua dm
b) Air keran

3.3. Skema Alat


Rangkaian alat yang digunakan pada percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 3.1, dan
dengan keterangan yang ditampilkan pada Tabel 3.1.

8
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

A
B
C
D
E

F
G

J K L
C

H
I
C

R Q P O N M
C

S
T

Gambar 3.1. Alat perpipaan SOLTEQ

Tabel 3.1. Keterangan Gambar 3.1

Kode Keterangan Kode Keterangan

A 6 mm smooth bore pipe K In-line y strainer


B Sudden contraction L 90o elbow
C 10 mm smooth bore pipe M 90o bend
D Sudden enlargement N 90o T
E 17 mm smooth bore pipe O Pitot static tube
F 17 mm artificial roughened pipe P Venturimeter
G 45o elbow Q Orificemeter
H 45o Y R Outlet control valve
I Gate valve S Water manometer
J Globe valve T Digital manometer

9
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

BAB IV
PROSEDUR KERJA

Berikut merupakan langkah kerja praktikum modul Aliran Fluida.

4.1. Penentuan Densitas Air Keran

Mulai

Piknometer dan
aseton disiapkan

Piknometer dicuci, dan


dikeringkan

Piknometer kosong Massa


ditimbang; massa piknometer
dicatat kosong

Aqua dm dimasukkan ke Piknometer ditutup Dinding luar piknometer


dalam piknometer hingga rapat hingga aqua dm dikeringkan dengan tissue
tepat penuh meluap atau lap kering yang bersih

Diulang Suhu aqua dm Piknometer berisi


menggunakan air dalam piknometer aqua dm ditimbang;
keran diukur massa dicatat

Temperatur Massa
aqua dm piknometer
+ fluida

Piknometer dikosongkan;
Densitas air keran
dibilas dengan aseton; Selesai
dihitung
keringkan

Densitas
air keran

10
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

4.2. Penentuan Viskositas Air Keran

Mulai

Bersihkan dan keringkan


viskometer

Masukkan aqua dm ke
dalam viskometer

Cairan dihisap dari ujung atas


reservoir B hingga melewati m

Cairan dibiarkan mengalir; waktu dari Waktu m


titik m ke n dicatat ke n

Ulangi prosedur untuk mencari


waktu m ke n air keran

Viskositas air keran dicari


Viskositas
dengan membandingkan
air keran
terhadap viskositas aqua dm

Selesai

11
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

4.3. Prosedur Start Up

Mulai

Alat disiapkan

Isi bak penampung air dengan air


hingga mencapai setengah atau
lebih tinggi bak penampung

Buka seluruh keran; pompa dan


manometer disambungkan ke
power supply

Power supply
dinyalakan

Selesai

12
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

4.4. Prosedur Shut Down

Mulai

Seluruh valve dibuka

Power supply
dimatikan

Isi bak penampung


dikuras dan
dikeringkan

Bereskan peralatan

Selesai

13
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

PUSTAKA

Geankoplis, C. J., 2003, Transport Process and Separation 4th edition, USA: Prentice Hall
(halaman 90 – 107; 136 – 149)
SOLTEQ, Fluid Friction Measurements Apparatus Model : FM 100, Equipment for
Engineering Education & Research, 2011

14
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH

Contoh tabel pengamatan yang digunakan pada percobaan adalah sebagai berikut.

CONTOH

Tabel A.1. Pengukuran head loss alat ukur / fitting / pipa

Variasi Laju Alir ke- Volume (mL) Waktu (s) Head Loss (mm H2O)

Tabel A.2. Pengukuran densitas air keran

Massa piknometer kosong (g)


Massa piknometer kosong + aqua dm (g)
Massa piknometer kosong + air keran (g)
Temperatur aqua dm (oC)

15
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

Tabel A.3. Pengukuran viskositas air keran

Waktu tempuh aqua dm (s)


Waktu tempuh air keran (s)
Temperatur aqua dm (oC)

16
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN

Perhitungan yang dilakukan pada modul Aliran Fluida ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :

1. Perhitung densitas air keran


Densitas aqua dm diperoleh dari data literatur hubungan densitas terhadap temperatur
aqua dm. Densitas air keran dapat dihitung dengan persamaan berikut :
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑛 ) − (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
𝜌𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑛 = 𝜌𝑎𝑞𝑢𝑎 𝑑𝑚
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑎𝑞𝑢𝑎 𝑑𝑚) − (𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)

2. Perhitungan viskositas air keran


Viskositas aqua dm diperoleh dari data literatur hubungan viskositas terhadap
temperatur aqua dm. Viskositas air keran dapat dihitung dengan persamaan berikut :
𝜇𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑛 (𝜌𝑡)𝑎𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑛
=
𝜇𝑎𝑞𝑢𝑎 𝑑𝑚 (𝜌𝑡)𝑎𝑞𝑢𝑎 𝑑𝑚

3. Perhitungan hubungan laju alir dengan head loss pada pipa halus
Pertama-tama hitung kecepatan aliran fluida dalam pipa (u) dan hubungkan dengan
head loss (Δh) dengan menggunakan plot regresi linear sehingga diperoleh persamaan
berikut :
𝑢 = 𝑘 (∆ℎ)
Hubungan laju alir dengan head loss dapat diketahui dengan menghitung nilai k

4. Perhitungan hubungan bilangan Reynold terhadap koefisien friksi pada pipa kasar
Hitung bilangan Reynold pada aliran pipa kasar dengan persamaan berikut :
𝜌𝑢𝑑
𝑅𝑒 =
𝜇
Dengan 𝜌 = densitas air keran (kg/m3), 𝑢 = kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/s),
d = diameter pipa (m), 𝜇 = viskositas air keran (kg/m.s)
Setelah itu, hubungkan bilangan Reynold dengan koefisien friksi yang ada pada
Moody diagram yang terletak pada Lampiran C. Sehingga dapat diperoleh persamaan
hubungan antara bilangan Reynold dengan koefisien friksi pipa kasar secara linear.

17
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

5. Perhitungan karakteristik fitting dan valve


Hitung nilai hv (velocity head) terlebih dahulu dengan persamaan :
𝑢2
ℎ𝑣 =
2𝑔
Dengan u = laju alir linear (m/s), dan g = konstanta percepatan gravitasi = 9,8 m/s 2
Setelah didapat nilai hv, plotkan hv terhadap h (head loss bacaan) secara linear agar
didapatkan nilai K ( = h / h v)

6. Karakteristik alat ukur


Hitung nilai Q (debit aliran air keran (m3/s)) dan hubungkan dengan plot secara linear
terhadap akar dari head loss (√Δh (m1/2)) agar didapatkan nilai k ( = Q/√Δh)

18
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

LAMPIRAN C
SPESIFIKASI LITERATUR

Gambar C.1. Moody Diagram

19
Laboratorium Teknik Kimia Aliran Fluida

Tabel C.1. Data Diameter Pipa, Fitting, dan Valve

Section Diameter (cm)


6 mm smooth bore pipe 0,6
Sudden contraction 0,25 0,1
10 mm smooth bore pipe 0,1
Sudden enlargement 0,1 0,25
17 mm smooth bore pipe 0,17
17 mm artificial roughened pipe 0,17
45o elbow 2,5
45o Y 2,5
Gate valve 2,5
Globe valve 2,5
In-line y strainer 2,5
90o elbow 2,5
90o bend 2,5
90o T 2,5
Pitot static tube 2,5
Venturimeter 2,5
Orificemeter 2,5

20
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

MODUL PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

KESETIMBANGAN UAP CAIR

TIM

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

KUC i
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... i


DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II: TUJUAN DAN SASARAN ......................................................................................... 2
2.1 Tujuan............................................................................................................................... 2
2.2 Sasaran ............................................................................................................................. 2
BAB III: RANCANGAN PERCOBAAN ................................................................................. 3
3.1. Perangkat dan Alat Ukur ................................................................................................. 3
3.2. Bahan ............................................................................................................................... 3
3.3 Skema Alat Ebuliometer .................................................................................................. 3
BAB IV: PROSEDUR KERJA .................................................................................................. 5
4.1 Diagram Alir Percobaan ................................................................................................... 5
4.2 Prosedur Kerja Penggunaan Ebuliometer ........................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8
LAMPIRAN A ........................................................................................................................... 9
LAMPIRAN B ......................................................................................................................... 12

KUC ii
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Skema Alat Ebuliometer………………………………………………………… 4


Gambar 4.1 Diagram Alir Percobaan........................................................................................ 5
Gambar A.1 .Contoh Kurva Kalibrasi Refraktometer............................................................. 10

KUC iii
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

DAFTAR TABEL

Tabel A.1 Kalibrasi Refraktometer…………………………………………………………. 9


Tabel A.2 Tabel Percobaan…………………………………………………………………. 9
Tabel A.3 Contoh Kalibrasi Refraktometer………………………………………………… 10
Tabel A.4 Contoh Data Percobaan………………………………………………………...... 11

KUC iv
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

BAB I
PENDAHULUAN

Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika yang diperlukandalam


perancangan dan pengoperasian kolom-kolom distilasi. Contoh nyata penggunaan data
termodinamika kesetimbangan uap cair dalam berbagai metoda perancangan kolom distilasi
packed column dan tray column dapat dilihat pada Treyball 1982 dan King 1980. Data
kesetimbangan uap cair dapat diperoleh melalui eksperimen dan pengukuran. Namun,
percobaan langsung yang betul-betul lengkap baru dapat diperoleh dari serangkaian metoda
pengukuran. Percobaan langsung yang betul-betul lengkap memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar, sehingga cara yang umum ditempuh adalah mengukur data tersebut pada
beberapa kondisi kemudian meringkasnya dalam bentuk model-model matematik yang relatif
mudah diterapkan dalam perhitungan-perhitungan komputer. Pengembangan model
matematik tersebut juga harus memiliki landasan teoretik yang tepat sehingga penerapannya
di luar batas-batas pengembangannya dapat dipertanggung jawabkan.
Percobaan ini bertujuan memperoleh data kesetimbangan uap cair sistem biner. Data
yang diperoleh dikorelasikan dalam bentuk model-model termodinamik. Penaksiran
parameter-parameter model dilaksanakan dengan regresi tidak linear berdasarkan kriteria
jumlah kuadrat terkecil.
Agar sasaran percobaan di atas dapat tercapai dengan baik, sebagai persiapan
pembicaraan awal praktikan harus menguasai materi sebagai berikut:
1. Teori kesetimbangan uap cair (Daubert 1985, Smith dan Van Ness 1987, Sandler
1989,Prausnitz dkk 1986, dan lain-lain)
2. Teknik-teknik pengukuran kesetimbangan uap cair (kesetimbangan fasa Walas 1985,
Black 1987)
3. Pengujian konsistensi data kesetimbangan uap cair (Lu 1960)
4. Teknik minimasi multivariabel dengan menggunakan metoda Simpleks
(Reklaitis1982, Edgar dan Himmelblau 1988, diktat kuliah teknik optimasi
Soerawidjaja, 1990)
5. Metoda analisis kromatografi gas dan index bias

KUC 1
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN
2.1 Tujuan
Dengan melakukan praktikum Modul Kesetimbangan Uap Cair, praktikan mempelajari
kesetimbangan fasa uap-cair sistem biner.

2.2 Sasaran
Setelah melakukan praktikum diharapkan:
1. Praktikan mempunyai pengalaman sehingga terampil dalam percobaan pengukuran
kesetimbangan uap-cair.
2. Praktikan mampu melakukan perhitungan kesetimbangan uap-cair berdasarkan salah
satu model termodinamika di literatur.
3. Praktikan dapat menentukan parameter-parameter model termodinamika di atas.

KUC 2
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN
3.1. Perangkat dan Alat Ukur
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah sebagai berikut:

1. SOLTEQ Vapor Liquid Equilibrium, terdiri dari kondenser, evaporator, penampung


produk bawah, pressure relief valve, control panel, top sampel collector, rotameter,
dan heater.
2. Termometer Gelas
3. Gelas Ukur
4. Gelas Kimia
5. Refraktometer
6. Selang Air
3.2. Bahan
Campuran bineretanol/metanol/aseton air,untuk setiap percobaan dibutuhkan 5 L
campuran.

3.3 Skema Alat Ebuliometer


Dalam percobaan ini, data yang diukur berupa data isobarik pada kondisi atmosfer.
Pengambilan data kesetimbangan dilakukan dengan menggunakan alat ebuliometer seperti
pada Gambar 3.1.

KUC 3
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

Gambar 3.1 Skema Alat Ebuliometer

KUC 4
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Diagram Alir Percobaan
Secara umum, percobaan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah dalam diagram alir
yang ditmapilkan pada Gambar 4.1.

Mulai

Kalibrasi
Refraktometer

Start Up alat
SOLTEQ VLE

Masukkan umpan,
Buat Umpan
Nyalakan heater

Pengambilan
sampel, dicek
dengan
Data
refraktometer
hingga data sama 3
kali berturut-turut

Data VLE literatur Pengolahan data.


Cocokkan data
dengan Literatur

Selesai

Gambar 4.1 Diagram Alir Percobaan

KUC 5
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

4.2 Prosedur Kerja Penggunaan Ebuliometer


Alat utama percobaan, yaitu ebuliometer, dioperasikan dengan mengikuti beberapa tahapan,
sebagai berikut:
Start-up :
1. Cek kondisi semua valve, valve harus dalam keadaan tertutup.
2. Cek kondisi heater, heater harus dalam kondisi off.
3. Nyalakan alat dengan menyambungkannya dengan stop kontak.
4. Main switch dinyalakan.
Prosedur :
1. Buka penutup umpan, masukkan umpan, lalu tutup kembali penutup umpan tersebut.
2. Buka valve 13 dan valve 14, cek level dari umpan, pastikan level berada pada ¾ level
maksimal, lalu tutup valve 13 dan valve 14 kembali.
3. Cek kondisi valve 8, pastikan valve 8 dalam kondisi terbuka agar berada pada tekanan
atmosferik.
4. Keran air pendingin dinyalakan, kondensor dinyalakan.
5. Buka valve 10, cek apakah air pendingin melaju antara 5-10 LVM dan tunggu hingga
konstan. Tunggu hingga aliran mendekati konstan.
6. Set temperatur awal sebesar 100⁰C pada TT01.
7. Nyalakan heater.
8. Tunggu selama 5 menit, catat temperatur yang tertera pada TT02, lalu keluarkan
sampel.
9. Untuk mengambil sampel yang berisi kondensat dari gas dengan cara:
a. Buka valve 5 dan 6. Pastikan valve 5 terbuka hingga seluruh kondensat telah
masuk, lalu tutup valve tersebut.
b. Buka valve 7 untuk mengambil sampel.
10. Untuk mengambil sampel liquid dengan cara:
a. Buka valve 12.
b. Buka valve 4 dan valve 2.
c. Tunggu sebentar, lalu tutup valve 2.
d. Buka valve 3 untuk mengambil sampel.
Shut Down :
1. Matikan heater.
2. Buka valve 11.

KUC 6
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

3. Tunggu hingga angka yang tertera pada TT02 ≤ 50⁰C.


4. Buka valve 2 dan valve 3, tamping seluruh cairan yang ada dalam wadah yang
disediakan.
5. Buka valve 6 dan valve 7, tamping seluruh cairan dan masukkan pada wadah cairan
yang disediakan.
6. Bilas Ebuliometer dengan cara memasukkan selang tempat air pendingin masuk ke
valve 3 dan tunggu hingga air naik sampai ¾ level maksimal. Lalu matikan keran air
pendingin dan tutup valve 3 secara bersamaan. Selang dimasukkan ketempat semula.
Buka valve 3 hingga air didalamnya habis.

KUC 7
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

DAFTAR PUSTAKA

1. Smith, V., Van Ness, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics,


4thEdition, McGraw-Hill, Singapore, 1987, Chapter 10, 11, 12
2. Larrinaga, L., Graphically Determining the Wilson Parameters, Chemical
Engineering,April 1981, pp. 87-91
3. Silverman, N., and Tassios, D., The NUmber of Roots in thr Wilson Equation and
ItsEffect on Vapor Liquid Equilibrium Calculations, Ind. Eng. Chem. Proc. Des.
Dev.,16(1), 1977

KUC 8
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH
Komponen A = __________ KomponenB = ___________
Densitas A = __________ Densitas B = ___________
Mr A = __________ Mr B = ___________
Tabel A.1 Kalibrasi Refraktometer
Volume Volume Fraksi Indeks
A B Mol wt% Bias

Tabel A.2 Tabel Percobaan


P VA (L) VB (L) Temperatur (oC) Indeks Bias Komposisi (wt%)
Liquid Vapor Liquid Vapor Liquid Vapor

KUC 9
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

Contoh:
Misal: Komponen A = Metanol 99,9% Komponen B = Air
Densitas A = 0,79 g/mL Densitas B = 1 g/mL
Mr A = 32,04 g/mol Mr B = 18 g/mol
Tabel A.3 Contoh Kalibrasi Refraktometer
Volume Volume Fraksi Indeks
A B Mol wt% Bias
0 10 0.0000 0.00 1.3334
1 9 0.0470 8.07 1.3354
2 8 0.0999 16.49 1.3369
3 7 0.1598 25.29 1.3404
4 6 0.2283 34.50 1.3414
5 5 0.3074 44.13 1.3425
6 4 0.3997 54.23 1.3417
7 3 0.5087 64.83 1.3406
8 2 0.6397 75.96 1.3387
9 1 0.7998 87.67 1.3342
10 0 1.0000 100.00 1.33

1.344
1.342
1.34
1.338
Indeks Bias

1.336
1.334
1.332
1.33
1.328
1.326
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
Fraksi Mol

Gambar A.1 .Contoh Kurva Kalibrasi Refraktometer

KUC 10
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

Tabel A.4 Contoh Data Percobaan


P VA VB Temperatur Indeks Bias Komposisi KomposisiLiter Eror (%)
o
(atm) (L) (L) ( C) (wt%) atur (wt%)
Liq Vap Liq Vap Liq Vap Liq Vap Liq Vap
1 1 3 86.2 83. 1.3 1.341 0.10 0.49 0.12 0.53 12.5 6.04
3 379 0 5 8
1 2 3 82.8 79. 1.3 1.338 0.15 0.61 0.17 0.61 11.7 -
9 394 7 0 5 6 0.82
1 3 3 78.1 77. 1.3 1.336 0.21 0.71 0.3 0.67 30.0 -
8 410 4 0 5 6.72
1 2 1 73.7 72. 1.3 1.334 0.47 0.78 0.480 0.79 2.08 1.01
7 415 8 0 2
1 3 1 72.0 71. 1.3 1.333 0.52 0.85 0.560 0.83 7.14 -
0 407 3 0 0 2.41
1 5 1 70.1 69. 1.3 1.332 0.68 0.88 0.650 0.88 -5.38 0.00
3 371 6 5 0

KUC 11
Laboratorium teknologi Kimia Kesetimbangan Uap Cair

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN
Pengolahan data yang diperlukan pada percobaan dapat dilakukan dengan mengikuti langkah
berikut:

1. Siapkan grafik Txy sesuai dengan literatur


2. Perhitungan Densitas:
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 (𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑇) = . 𝜌𝑎𝑖𝑟 (𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑇)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑖𝑟
3. Perhitungan Fraksi Mol
%𝐴 𝑉𝐴 𝜌𝐴
𝑀𝑟𝐴
𝑋𝐴 =
%𝐴 𝑉𝐴 𝜌𝐴 (1−%𝐴 )𝑉𝐴𝜌𝐵 𝑉𝐵 𝜌𝐵
(( )+ )+
𝑀𝑟𝐴 𝑀𝑟𝐵 𝑀𝑟𝐵

KUC 12
MODUL PRAKTIKUM
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SIFAT FISIK CAMPURAN


MULTIKOMPONEN

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 1
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................... 2
DAFTAR TABEL............................................................................................................................... 2
2.1. Tujuan Percobaan.......................................................................................................... 4
2.2. Sasaran Percobaan ........................................................................................................ 4
3.1. Alat ................................................................................................................................ 5
3.2. Kondisi Percobaan......................................................................................................... 5
DUR KERJA..................................................................................................................................... 5
4.1. Penentuan Densitas dan Viskositas............................................................................... 6
4.2. Penentuan Titik Didih.................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 14
LAMPIRAN A TABEL DATA MENTAH............................................................................................ 15
LAMPIRAN B PROSEDUR PERHITUNGAN .................................................................................... 16
LAMPIRAN C SPESIFIKASI LITERATUR.......................................................................................... 17

Halaman 1 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAHULUAN

Halaman 2 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

BAB I
PENDAHULUAN

Proses yang terjadi di industri kimia, perminyakan dan farmasi umumnya


melibatkan fluida multikomponen (campuran gas atau larutan). Fluida multikomponen
terbentuk oleh perubahan fasa dan reaksi kimia larutan akibat proses pencampuran dan
pemisahan.
Campuran fluida multikomponen dapat disebut ideal jika fugasitas komponen
pada kondisi murni ( ) sama dengan fugasitas komponen pada kondisi tercampur ( )
dengan komponen lain.
=
Untuk campuran multikomponen fasa cair, larutan dapat disebut ideal jika pada
tekanan dan temperatur tertentu volume komponen pada kondisi murni ( ) sama dengan
volume komponen pada kondisi tercampur ( ) dengan komponen lain.
=
Berdasarkan sifat tersebut, dapat dinyatakan suatu larutan bersifat ideal apabila
volume campuran merupakan fungsi linear dari volume cairan komposisi penyusunnya.
Hal tersebut menjadi korelasi yang mendasari sifat fisik seperti, densitas,
viskositas dan titik didih dari suatu campuran multikomponen ideal.
Berbeda dengan campuran ideal, campuran multikomponen non-ideal tidak
memenuhi ketiga persamaan di atas sehingga perlu dilakukan koreksi dalam penentuan
sifat fisiknya.



Perbedaan ini disebabkan oleh adanya interaksi antarkomponen yang terkandung
dalam campuran. Pada percobaan yang akan dilakukan pada Laboratorium Operasional
Teknik Kimia ini, sifat fisik ini dapat diketahui keidealan dari larutan atau campuran
multikomponen fasa cair tersebut.

Halaman 3 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

RAN PERCOBAAN

BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

2.1. Tujuan Percobaan


Percobaan ini bertujuan untuk memahami karakteristik sifat fisik campuran
multikomponen fasa cair.

2.2. Sasaran Percobaan


Sasaran-sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Pratikan dapat menentukan densitas sampel campuran multikomponen
2. Pratikan dapat menentukan viskositas sampel campuran multikomponen
3. Pratikan dapat menentukan titik didih sampel campuran multikomponen
4. Pratikan dapat memahami hubungan densitas, viskositas dan titik didih campuran
multikomponen terhadap konsentrasi komponen penyusunnya
5. Pratikan dapat memahami keidealan campuran multikomponen fasa cair

GAN PERCOBAAN

Halaman 4 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

3.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Laptop/Notebook
b. Aspen Plus

3.2. Kondisi Percobaan


Di dalam pelaksanaan pelaksanaan percobaan terdapat kondisi operasi dan parameter
percobaan yang dibuat tetap serta variabel bebas yang diubah-ubah dan variabel terikat
yang diamati.

3.2.1. Kondisi Operasi/Parameter Percobaan


Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah sebagai berikut:
a. Temperatur (25 C)
b. Tekanan (1 atm)
c. Vapor Fraction

3.2.2. Variabel Bebas


Adapun variabel bebas yang divariasikan adalah sebagai berikut:
a. Laju alir mol (1 – 3 kmol/hr)
b. Temperatur (25 – 75 C)
c. Tekanan ( 1 – 3 atm)
d. Fraksi mol (0,1 – 0,5 mol)

3.2.3. Variabel Terikat


Dengan menggunakan parameter percobaan dan variabel bebas yang ditentukan, variabel
terikat yang harus diamati di dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Densitas sampel
b. Viskositas sampel
c. Titik didih sampel

DUR KERJA

Halaman 5 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

BAB IV
PROSEDUR KERJA

Prosedur kerja pada percobaan sifat multikomponen menggunakan Aspen Plus ialah
sebagai berikut:

4.1. Penentuan Densitas dan Viskositas


Langkah kerja untuk penentuan densitas dan viskositas dengan Aspen Plus ialah
sebagai berikut
a. Membuat Blank Simulation

b. Menentukan komponen campuran

c. Memilih Peng-Rob sebagai base method, lalu klik Next

Halaman 6 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

d. Klik Parameter, lalu binary interaction dan rubah source menjadi APV110 EOS-LIT.
Selanjutnya klik Run

e. Membuat Simulasi

Halaman 7 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

f. Memasukkan data pada setiap aliran


Dimana kondisi operasi : Temperature 25 oC dan Tekanan 1 atm

Halaman 8 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

g. Klik Run, lalu klik Stream Summary untuk dapat melihat hasil

Halaman 9 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

4.2. Penentuan Titik Didih


a. Membuat Blank Simulation

b. Menentukan komponen campuran

Halaman 10 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

c. Memilih Peng-Rob sebagai base method, lalu klik Next

d. Klik Parameter, lalu binary interaction dan rubah source menjadi APV110 EOS-LIT.
Selanjutnya klik Run

e. Membuat simulasi

Halaman 11 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

f. Memasukkan data pada aliran 1


Dimana kondisi operasi : Tekanan 1 atm dan Vapor Fraction 0

g. Memasukkan spesifikasi Mixer

h. Klik Run, lalu klik Stream Summary untuk dapat melihat hasil

Halaman 12 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

Halaman 13 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

DAFTAR PUSTAKA

Halaman 14 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

LAMPIRAN A TABEL DATA MENTAH

LAMPIRAN A
TABEL DATA MENTAH

A.1. Penentuan Densitas Sampel


Sampel A Sampel B Sampel C
Run I Run II Run I Run II Run I Run II

A.2. Penentuan Viskositas Sampel


Sampel A Sampel B Sampel C
Run I Run II Run I Run II Run I Run II

A.3. Penentuan Titik Didih


Sampel A Sampel B Sampel C
Run I Run II Run I Run II Run I Run II

Halaman 15 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

LAMPIRAN B PROSEDUR PERHITUNGAN

LAMPIRAN B
PROSEDUR PERHITUNGAN

Perhitungan yang digunakan dalam pratikum ini diantaranya adalah :


1. Perhitungan penentuan densitas sampel
2. Perhitungan penentuan viskositas sampel
3. Perhitungan berbagai sifat fisik (viskositas, densitas dan titik didih)
campuran multikomponen dan hubungannya dnegan perubahan
komposisi
4. Pembuatan kurva densitas, viskositas dan titik didih terhadap
komposisi campuran multikomponen

titik didih
densitas

viskositas

x x x

Halaman 16 dari 18
Laboratorium Teknik Kimia Sifat Fisik Campuran Multikomponen 2021

LAMPIRAN C SPESIFIKASI LITERATUR

LAMPIRAN C
SPESIFIKASI LITERATUR

Halaman 17 dari 18

Anda mungkin juga menyukai