Pedoman Survei Dan Pemetaan Tanah
Pedoman Survei Dan Pemetaan Tanah
Pengarah:
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Penanggungjawab:
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Penyusun:
Wahyunto, Hikmatullah, Erna Suryani, Chendy Tafakresnanto, Sofyan Ritung,
Anny Mulyani, Sukarman, Kusumo Nugroho, Yiyi Sulaeman, Suparto,
Rudi Eko Subandiono, Teddy Sutriadi, Dedi Nursyamsi
Nara Sumber:
Irsal Las, D. Subardja, Fahmuddin Agus, Santun R.P. Sitorus,
Nurwadjedi, Haryono, Widiatmaka, M. Noor
Diterbitkan oleh:
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Jl. Tentara Pelajar No. 12, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Bogor 16114
E-mail: bbsdlp@litbang.pertanian.go.id; csar@indosat.net.id
Website: http://bbsdlp.litbang.pertanian.go.id
ISBN 978-602-6759-14-6
Cara Mengutip/Sitasi:
Wahyunto, Hikmatullah, E. Suryani, C. Tafakresnanto, S. Ritung, A. Mulyani, Sukarman,
K. Nugroho, Y. Sulaeman, Suparto, R.E. Subandiono, T. Sutriadi, D. Nursyamsi.
2016. Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah Tingkat Semi
Detail Skala 1:50.000. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 44 hal.
KATA PENGANTAR
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh bahan yang diperlukan dalam pemetaan semi detail: (a) Data digital
elevation model (DEM), (b) Peta rupa bumi (RBI), (c) Citra Landsat dan (d)
Peta geologi .................................................................................................... 7
2. Peralatan lapangan yang diperlukan dalam survei dan pemetaan tanah ......... 9
3. Diagram alir pelaksanaan survei dan pemetaan tanah skala 1:50.000 ........... 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
v
vi
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
1. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan data dan informasi geospasial, seperti peta tanah dan peta-peta
turunannya akhir-akhir ini meningkat pesat seiring dengan meningkatnya laju
pembangunan di sektor pertanian. Undang Undang RI No. 4 tahun 2011 tentang Informasi
Geospasial, Kepres tentang kebijakan menggunakan satu sumber peta dasar (one map
policy movement), Peraturan Menteri Pertanian No. 50 tahun 2012 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, dan
kebijakan lainnya menuntut ketersediaan data geospasial sumberdaya lahan dan hanya
satu peta yang digunakan secara nasional. Informasi geospasial dibutuhkan oleh semua
Kementerian/ Lembaga, Lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum untuk
meningkatkan kualitas perencanaan dan pengambilan keputusan di seluruh tingkatan dan
segala aspek dari pembangunan nasional.
Peta tanah sebagai salah satu Informasi Geospasial Tematik (IGT) disusun dari hasil
kegiatan survei dan pemetaan tanah (soil survey and mapping), yaitu kegiatan penelitian
di laboratorium dan lapangan untuk melakukan identifikasi, karakterisasi, dan evaluasi
potensi sumberdaya lahan/tanah dan fisik lingkungannya di suatu wilayah, yang didukung
oleh data hasil analisis laboratorium. Peta tanah menyajikan informasi geospasial sifat-
sifat tanah dan penyebarannya pada bentang lahan (landscape) di suatu wilayah. Peta
tanah dilengkapi dengan keterangan legenda peta, keterangan karakteristik tanah yang
berkembang di daerah yang dipetakan, lampiran data lapangan dan data analisis
laboratorium.
Kedetilan informasi yang disajikan pada peta tanah dicerminkan oleh skala peta.
Sesuai dengan Undang Undang No. 4 tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, untuk
perencanaan di tingkat provinsi atau nasional diperlukan peta tanah tingkat tinjau skala
1:250.000, sedangkan untuk perencanaan tingkat kabupaten diperlukan peta tanah tingkat
semi detail skala 1:50.000. Saat ini peta tanah skala 1:250.000 sudah diselesaikan untuk
seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan peta tanah skala 1:50.000 saat ini baru mencapai
sekitar 60% dari luas daratan Indonesia (± 191 juta ha) yang dilaksanakan oleh BBSDLP
dan instansi lainnya, sisanya 40% harus segera diselesaikan penyusunannya pada tahun
anggaran 2016-2017.
Karena tuntutan pembangunan pertanian yang sangat pesat, tuntutan penyediaaan
data/ informasi sumberdaya tanah pertanian semakin banyak dan cepat, maka diperlukan
percepatan penyediaan data/ informasi sumberdaya tanah pada tingkat semi detail, melalui
pengembangan metodologi yang lebih cepat dan efisien berdasarkan ketersediaan
sumberdaya yang ada. Dengan demikian, untuk menunjang kelancaran survei dan
pemetaan tanah, baik untuk tujuan identifikasi, karakterisasi sifat-sifat tanah serta
1
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
2
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
penyebaran dari masing-masing satuan peta tanah yang digambarkan juga semakin.
Kerincian dari data dan informasi yang dihasilkan sangat ditentukan oleh intensitas
pengamatan di lapangan dan skala peta. Sukardi et al. (1989) telah membagi jenis peta
tanah di Indonesia kedalam tujuh jenis peta tanah (Tabel 1).
3
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
berisi semua parameter yang dapat diukur di lapangan dari setiap tempat pengamatan.
Parameter yang disimpan berisi semua informasi yang diperlukan untuk penilaian atau
evaluasi kesesuaian lahan.
4
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
5
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Peta RBI ini juga digunakan untuk membantu kegiatan survei dan pemetaan di
lapangan, karena menyajikan informasi jaringan jalan, nama tempat, elevasi, liputan lahan
(land cover), pemukiman, dll.
b. Data DEM
Data Digital Elevation Model (DEM) dapat diturunkan dari data SRTM resolusi 30 m
atau dari peta kontur digital. Data DEM digunakan untuk membantu analisis dan delineasi
satuan lahan (landform, litologi, bentuk wilayah/lereng, pola drainase dls).
d. Peta Geologi
Peta geologi hard copy atau digital skala 1: 250.000, 1:100.000 atau 1:50.000 yang
dapat diperoleh dari Puslitbang Geologi Bandung atau dari sumber pustaka lainnya.
Informasi geologi diperlukan untuk menduga jenis batuan induk (litologi) yang mungkin
dijumpai di lapangan, karena bahan induk/litologi menjadi salah satu komponen/faktor
pembentuk tanah serta salah satu parameter yang digunakan dalam analisis satuan lahan.
Apabila data digital belum tersedia, maka peta geologi hard copy dapat di-scan dan dibuat
file .jpg untuk selanjutnya di-overlay-kan dengan data layer lainnya untuk analisis
menduga bahan induk tanah suatu daerah.
e. Data dan Peta Tanah Hasil Survei dan Pemetaan Tanah Terdahulu (legacy
soil date)
Peta tanah hasil-hasil survei dan pemetaan tanah terdahulu (legacy soil data) di
wilayah yang akan dipetakan perlu dihimpun dan dipelajari untuk dijadikan acuan dalam
analisis satuan lahan dan tanah. Data yang diperlukan dari peta tanah terdahulu adalah
informasi jenis dan macam tanah serta sifat-sifatnya. Peta tanah yang sudah tersedia
adalah peta tanah tingkat tinjau skala 1:250.000 seluruh Indonesia, dan sebagian peta
tanah skala 1:50.000.
6
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
f. Data Dukung
Data dukung lain yang diperlukan adalah data iklim terutama curah hujan, suhu
udara, kelembaban udara, dan evapotranspirasi rata-rata bulanan selama 5-10 tahun
terakhir. Data tersebut diperoleh dari stasiun pengamat iklim/pencatat curah hujan di
wilayah kabupaten bersangkutan. Instansi pencatat data iklim adalah BMKG atau instansi
lain yang berkepentingan terhadap data tersebut, antara lain PU dan Dinas Pertanian. Data
curah hujan rata-rata bulanan diklasifikasikan menurut zone agroklimat Oldeman et al.
(1975; 1977; 1978; 1980), tipe hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951). Data lahan
sawah juga diperlukan karena tanah-tanah sawah sering tergenang dan mempunyai
karakteristik khusus (lapisan tapak bajak), sehingga dapat digunakan sebagai satuan peta
tanah tersendiri. Contoh data dukung disajikan pada Gambar 1.
7
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
8
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
4. Mata bor tanah tipe 5. Mata bor gambut 6. Munsell warna tanah
Belgia
10. Kompas geologi 11. pH lakmus dan pH meter 12. Pisau lapang
Gambar 2. Peralatan lapangan yang diperlukan dalam survei dan pemetaan tanah
9
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
2.3.1 Landform
Delineasi satuan landform dilakukan dari data DEM yang di-overlay-kan dengan data
citra landsat, peta kontur/RBI, dan peta geologi. Secara makro Grup Landform dibedakan
atas Grup Aluvial (A), Marin (M), Fluvio-Marin (B), Gambut (G), Karst (K), Tektonik
(T), Volkanik (V) dan Aneka (X). Selanjutnya grup landform dibedakan menjadi sub-
landform. Grup landform diberi simbol berupa huruf besar, sedangkan sub-landform
diberi simbol berupa angka Arab dibelakang huruf besar. Sebagai acuan, digunakan buku
Pedoman Klasifikasi Landform (Marsoedi Ds et al., 1997) seperti Lampiran 1.
2.3.2 Litologi
Informasi dan delineasi jenis litologi atau batuan induk diperoleh dari peta geologi
dengan teknik tumpang tepat (overlay) dengan data DEM dan citra satelit/landsat serta
peta RBI. Setiap jenis litologi/bahan induk diberi simbol huruf kecil yang mengacu
kepada Pedoman Klasifikasi Landform (Marsoedi Ds et al., 1997) seperti Lampiran 1.
Apabila dalam satuan formasi geologi memiliki lebih dari satu jenis litologi/ bahan induk,
maka dipilih 2 jenis batuan yang pertama. Sebagai contoh, dalam satu satuan formasi
geologi disebutkan jenis litologi/ bahan induk komposisinya terdiri dari batupasir,
batulanau, napal, batugamping, dan konglomerat, maka dipilih 2 jenis yang pertama, yaitu
batupasir (kasar) dan batulanau (halus), dan diberi simbol: fq. Hasil interpretasi litologi
harus dicek (diverifikasi) kebenaran disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Pengelompokan jenis bahan induk/ litologi untuk penyusunan Peta Tanah Analisis
disajikan pada Lampiran 2.
10
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
11
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
1. PERSIAPAN
Analisis DEM/SRTM, Studi
citra satelit, RBI, geologi, pustaka
peta tanah tinjau
2. SURVEI LAPANGAN
Survei lapangan: pengamatan
satuan lahan dan tanah, fisik
lingkungan, landuse, iklim, dan
pengambilan contoh tanah.
Basisdata spasial
Interpretasi hasil
dan tabular
analisis contoh tanah
Peta Tanah (final)
skala 1: 50.000
Gambar 3. Diagram alir pelaksanaan survei dan pemetaan tanah skala 1:50.000
12
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
13
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Pengamatan tanah dilakukan dengan cara: (a) pemboran tanah, (b) penggalian lubang
minipit, dan (c) pembuatan profil tanah. Pengamatan sifat-sifat morfologi tanah dan fisik
lingkungannya di lapangan mengacu pada Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah (Balai
Penelitian Tanah (2004) dan Pedoman Pengamatan Tanah di Lapangan (Sukarman et al.,
2016). Pembuatan profil tanah pewakil dilakukan pada lokasi yang mewakili Satuan
Tanah sampai kedalaman 150 cm atau sampai bahan induk. Cara pembuatan profil tanah,
minipit dan bor untuk diskripsi sifat-sifat morfologi tanah disajikan pada Lampiran 4.
Koordinat setiap titik pengamatan ditetapkan dengan GPS (UTM atau geografis) dan
diplotkan pada peta satuan lahan hasil interpretasi skala 1: 50.000. Semua data deskripsi
hasil pemboran, minipit dan profil tanah di lapangan dicatat dalam formulir isian
pengamatan lapang untuk selanjutnya di-entri ke dalam komputer. Contoh formulir isian
pengamatan lapang disajikan pada Lampiran 5.
14
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
urut satuan peta tanah (SPT), 2) satuan tanah pada tingkat macam tanah, termasuk sifat-
sifat fisika dan kimia tanah, serta proporsinya, 3) satuan landform, 4)satuan bahan induk,
5) satuan bentuk wilayah/lereng, dan 6) luasan masing-masing SPT (dalam ha dan %).
Satuan tanah terdiri dari: macam tanah, kedalaman tanah, drainase, tekstur, reaksi tanah
(pH), kapasitas tukar kation (KTK) tanah, dan kejenuhan basa (KB). Satuan tanah pada
setiap SPT dapat lebih dari satu macam tanah, dan penyebarannya dinyatakan dalam
proporsi, yaitu: sangat dominan (P > 75%), dominan (D = 50-75%), sedang (F = 25-49%),
sedikit (M = 10-24%) dan sangat sedikit (T=<10%) (CSR/FAO, 1983). Contoh Legenda
Peta Tanah Semi Detail disajikan pada Tabel 3.
Penjelasan dan kriteria unsur-unsur satuan tanah tersebut disajikan dalam Lampiran 6.
No Relief Luas
Satuan tanah Proporsi Landform Bahan induk
SPT (% lereng)
ha %
1 Gleisol Eutrik, dalam, D Dataran Endapan liat Agak datar 1.245 20,89
terhambat, halus, agak aluvial (1-3)
masam, KTK-tinggi, KB
sedang
(Typic Endoaquepts)
15
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
16
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
17
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
18
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
19
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pedoman Pengamatan Tanah. Edisi 1.
Puslitbang Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Bogor. 117 hal.
Buurman, P. and Tom Balsem. 1988. Land Unit Classification for the Reconnaissance
Soil Survey of Sumatra. Technical Report No. 2 Version 2.1. Land Resources
Evaluation and Planning Proj. Centre for Soil and Agroclimate Research. Bogor.
CSR/FAO. 1983. Reconnaissance Land Resource Survey 1:250.000 Scale. Atlas Format
Procedures. Land Resources Evaluation with Emphasis on Outer Island Project.
CSR/FAO Indonesia AGOFANS/78/006. Mannual 4 version 1.
Dent, D. and A.Young.1981. Soil Survey and Land Evaluation. George Allen and Unwin,
London.
FAO. 1978. Guidelines for Soil Profile Description. FAO/UNESCO. Rome.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.
Ismangun. 1991. Pemanfaatan produksi peta satuan lahan dan tanah dari LREP part-II.
Hlm 57-70. Dalam Prosiding Expose Hasil penelitian Proyek Perencanaan dan
Evaluasi Sumberdaya Lahan (LREPP Part-II) Sumatera Bagian Utara, Medan, 12-
13 Desember 1990.
Marsoedi Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul S.W.P., S. Hardjowigeno, J. Hof, dan
E.R. Jordan. 1997. Pedoman Klasifikasi Landform. Laporan Teknis No. 5, Versi 3.
LREP Project. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1994. Panduan Survei Tanah. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor.
Subardja, D. dan S. Ritung, Markus Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono.
Petunjuk Teknis Klasifikasi Tanah Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta.
Soekardi, M., N. Suharta, dan S. Ritung. 1989. Macam-macam peta tanah dan
kegunaannya. Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk dan Lahan. Pusat Penelitian
Tanah. Bogor.
Sukarman dan S. Ritung.2013. Perkembangan dan strategi percepatan pemetaan
sumberdaya tanah di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan 7(1):1-14.
Suparto, S. Ritung, K. Nogroho, E. Suryani, dan C. Tafakresnanto. 2016. Pedoman
Klasifikasi Landform Indonesia untuk Pemetaan Tanah. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.
Van Wambeke, A. and T. Forbes. 1986. Guidelines for Using Soil Taxonomy in The
Names of Soil Map Units. Soil Management Support Services. Technical
Monograph No. 10.
20
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
21
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 1. (Lanjutan)
22
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 1. (Lanjutan)
23
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 1. (Lanjutan)
24
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
25
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
26
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 4. Cara pembuatan profil tanah, minipit dan bor untuk deskripsi sifat-sifat
morfologi tanah
A. Profil tanah
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Buat lubang berbentuk persegi panjang atau bujur-sangkar dengan ukuran: panjang x
lebar x dalam 1,0 x 1,0 x 1,5 m3, dengan sisi bidang penampang yang akan
dideskripsi atau diamati terkena/ menghadap sinar matahari. Bagian atas/permukaan
tanah dari bidang yang akan diamati tersebut jangan ditimbun tanah galian atau
diinjak.
3. Ratakan secara vertikal keempat sisi-sisi bidang tersebut.
4. Selama penggalian lubang berlangsung, amati dan catat apa yang tercantum dalam
form isian bagian depan (Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Deskripsi penampang tanah dimulai dengan mengkorek atau menusuk-nusuk
permukaan bidang tanah sedikit-sedikit dari atas sampai bawah dengan pisau tanah
(pisau belati yang tumpul).
6. Tentukan batas-batas setiap lapisan atau horison dengan pisau tersebut berdasarkan
perbedaan kenampakan warna tanah, tekstur dan/atau struktur, konsistensi, mulai
dari lapisan atas sampai bawah.
7. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah untuk setiap lapisan, meliputi: ketebalan lapisan,
warna matriks, warna karatan (kalau ada), tekstur, struktur, konsistensi, bahan kasar
(kalau ada), dan pH tanah. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B
(Deskripsi Penampang Tanah).
8. Untuk lapisan di bawah 1,5 m, lakukan pemboran dengan alat bor untuk setiap
ketebalan 20 cm (satu mata bor), sampai mencapai dalam 2,0 m dari permukaan
tanah. Lalu tentukan sifat-sifat morfologinya seperti di atas.
9. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
10. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah, dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
B. Pengamatan minipit
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Buat lubang berbentuk persegi panjang atau bujur-sangkar dengan ukuran: panjang x
lebar x dalam 1,0 x 1,0 x 0,5 m3, dengan sisi bidang penampang yang akan
dideskripsi atau diamati terkena/ menghadap sinar matahari. Bagian atas/permukaan
tanah dari bidang yang akan diamati tersebut jangan ditimbun tanah galian atau
diinjak.
3. Ratakan secara vertikal keempat sisi-sisi bidang tersebut.
27
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
4. Selama penggalian lubang berlangsung, amati dan catat apa yang tercantum dalam
form isian bagian depan (Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Deskripsi penampang tanah dimulai dengan mengkorek atau menusuk-nusuk
permukaan bidang tanah sedikit-sedikit dari atas sampai bawah dengan pisau tanah
(pisau belati yang tumpul).
6. Tentukan batas-batas setiap lapisan atau horison dengan pisau tersebut berdasarkan
perbedaan kenampakan warna tanah, tekstur dan/atau struktur, konsistensi, mulai
dari lapisan atas sampai bawah.
7. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah untuk setiap lapisan, meliputi: ketebalan lapisan,
warna matriks, warna karatan (kalau ada), tekstur, struktur, konsistensi, bahan kasar
(kalau ada), dan pH tanah. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B
(Deskripsi Penampang Tanah).
8. Untuk lapisan di bawah 0,5 m, lakukan pemboran dengan alat bor untuk setiap
ketebalan 20 cm (satu mata bor), sampai mencapai dalam 1,5 m dari permukaan
tanah. Lalu tentukan sifat-sifat morfologinya seperti di atas.
9. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
10. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
C. Pengamatan bor
1. Tentukan lokasi/site yang masih alami, atau jika lahan pertanian (sudah diolah), pilih
yang permukaannya rata. Hindari lokasi bekas timbunan atau galian.
2. Lakukan pemboran dengan memutar kearah kanan (sesuai jarum jam) sedalam setiap
20 cm (satu mata bor), lalu angkat/tarik (jangan diputar), keluarkan tanah dengan
tangan atau pisau dan tempatkan pada lahan rata.
3. Ulangi/teruskan pemboran tersebut untuk setiap 20 cm, sampai kedalaman 120 cm
atau sampai bahan induk atau batuan, jika kurang dari 120 cm. Tempatkan tanah
hasil pemboran secara berurutan dari lapisan atas ke bawah.
4. Selama pemboran tanah berlangsung, lakukan pengamatan dan catat keadaan
lingkungan setempat seperti yang tercantum dalam form isian bagian depan
(Deskripsi Fisik Lingkungan).
5. Tentukan sifat-sifat morfologi tanah hasil pemboran dimulai dari ketebalan horizon,
warna tanah, tekstur, konsisensi dan gejala lainnya. Ukur pH tanah untuk setiap
horison. Catat semua data tersebut pada form isian pada bagian B (Deskripsi
Penampang Tanah).
6. Bandingkan hasil deskripsi dari lokasi tersebut dengan hasil-hasil deskripsi lainnya
dari suatu transek satuan lahan untuk melihat kemungkinan ada perbedaan sifat-
sifatnya.
7. Tentukan klasifikasi tanah di lapangan menurut BBSDLP (2014) sampai Macam
Tanah dan Taksonomi Tanah (2014) sampai tingkat subgrup.
28
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
LOCATION DESCRIPTION: \.
5. SITE IDENTIFICATION:date \...:.../....:..../....:.../ init \....:....:...../ obs.nr. \.....:.....:...../ map sheet \.....:.....:.....:...../ \.....:...../ \....../ trans.nr. \....:...:..../
29
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
HORIZON DESCRIPTION
30
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
1. Macam Tanah mengacu pada sistem Klasifikasi Tanah Nasional (BBSDLP, 2014).
31
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
32
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 7. Kriteria penilaian hasil analisis contoh tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983)
Sangat Sangat
Parameter tanah* Satuan Rendah Sedang Tinggi
rendah tinggi
C % <1,0 1,0-2,0 2,1-3,0 3,1-5,0 >5,0
N % <0,1 0,1-0,2 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75
C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25
P2O5 (HCl 25%) mg/100g <15 15-20 21-40 41-60 >60
P2O5 (Bary 1) ppm <10 10-15 16-25 25-35 >35
P2O5 (Olsen) ppm <10 10-25 26-45 46-60 >60
K2O (HCl 25%) mg/100g <10 10-20 21-40 41-60 >60
K2O (Morgan) ppm <8 8-12 12-21 21-36 >36
KTK tanah cmol (+)/kg <5 5-16 17-24 25-40 >40
Susunan kation:
Ca2+ cmol (+)/kg <2 2-5 6-10 11-20 >20
Mg2+ cmol (+)/kg <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0
K+ cmol (+)/kg <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na+ cmol (+)/kg <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Kejenuhan basa % <20 20-35 36-60 61-80 >80
Kejenuhan % <5 5-20 21-30 31-60 >60
Aluminium
Cadangan mineral % <5 5-10 11-20 21-40 >40
Salinitas/DHL dS/m <1 1-2 2-3 3-4 >4
Persentase Na-tukar/ % <2 2-3 4-10 11-15 >15
ESP
Reaksi tanah Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
masam masam alkalis
pH-tanah (H2O) <4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5
*) Penilaian ini hanya didasarkan pada sifat umum secara empiris.
33
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
34
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Rutil + Anatas
Kuarsa bening
Kuarsa keruh
SiO2 organik
Anorthoklas
Hidrargilit
Labradorit
Mikroklin
Andalusit
Muskovit
Hiperstin
Turmalin
Bitownit
Limonit
Lapisan
Enstatit
Sanidin
Zirkon
Epidot
Olivin
Zeolit
Biotit
Augit
Opak
Pro-
fil
……………………………………………….. % ………………………………………………..
SLK
I 76 - 10 8 5 - sp - sp - - - - - - - - - - - - - 1 - - -
9
II 74 - 12 9 5 - sp sp sp - - - - - - - - - - - - - sp - - -
III 61 - 17 12 3 sp 2 1 2 - - - - - - - - - - - - - 2 - - -
IV 70 - 15 10 3 sp 1 sp sp - - - - - - - - - - - - - 1 - - -
35
Petunjuk Teknis Pedoman Survei dan Pemetaan Tanah
Lampiran 10. Format dan layout Peta Tanah Semi Detail skala 1:50.000
(dibuat berbasis wilayah Kabupaten dengan skala garis).
36