Anda di halaman 1dari 18

I.

MAKSUD DAN TUJUAN


1.1 Maksud
Mampu melakukan penyempurnaan tahan kusut terhadap kain kapas,
poliester dan campuran poliester-kapas.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh resin anti kusut (Self Cross Linking) paling baik
terhadap ketahanan kusut, kekakuan dan kekuatan kain kapas, poliester dan
campuran poliester-kapas dengan pencucian dan tanpa pencucian.

II. DASAR TEORI


2.1 Serat Kapas
Serat kapas merupakan salah satu serat yang berasal dari tanaman
dengan kandungan utama selulosa. Tanaman ini tumbuh dengan baik
didaerah lembab dan banyak disinari oleh matahari. Sifat dan kualitas kapas
tergantung pada tempat tumbuh dan berkembang. Walaupun saat ini telah
banyak serat regenerasi selulosa maupun serat buatan yang memiliki sifat
merip dengan selulosa telah banyak diproduksi, kapas tetap memegang
peranan penting dalam perindustrian tekstil ± 51%.

Tabel 1. Komposisi Serat Kapas

Komposisi % pada serat % pada dinding primer


Selulosa 88 - 96 52
Pektin 0,7 - 1.2 12
Lilin 0,4 - 1,0 7,0
Protein 1,1 - 1,9 12
Abu 0,7 - 1,6 3
Senyawa Organik 0,5 - 1,0 14
Gambar 1. Penampang Membujur dan Melintang Serat Kapas

Sifat kimia serat kapas


 Terhidrolisis dalam asam kuat
 Oksidator berlebih menghasilkan oksiselulosa
 Menggembung dalam larutan alkali

Sifat fisika serat kapas


 Warna kapas tidak benar-benar putih, agak sedikit cream
 Kekuatan 3 gram/denier, akan meningkat 10% ketika basah
 Mulur berkisar antara 4-13% bergantung pada jenisnya dengan
mulur rata-rata 7%
 MR 7-8,5%
 Mudah kusut, untuk mengatasi kekusutan biasanya dicampur dengan
serat poliester
Gambar 2. Struktur Selulosa Serat Kapas

Struktur selulosa merupakan rantai dari glukosa yang panjang dan


membentuk cincin yang dihubungkan oleh atom-atom oksigen. Pada ujung
rantai yang mengandung aldehida yang mempunyai gugus pereduksi,
sedangkan pada rantai bagian tengah mempunyai gugus hidroksil. Bila rantai
tersebut dipecah menjadi dua atau lebih dengan suatu proses kimia maka
ujung-ujung rantai akan terhapus membentuk gugusan aldehida atau
karboksilat.

2.2 Serat Poliester


Serat poliester adalah serat sintetik yang umunya terbentuk dari reaksi
antara etilena glikol dan asam tereftalat. Poliester merupakan polimer yang
diperoleh dari reaksi senyawa asam dan alkohol. Serat ini merupakan serat
yang popular diantara serat lainnya karena mudah perawatannya (ease of
care), bersifat cuci-pakai (wash and wear), tahan kusut, mempunyai
kekuatan yang baik, elastis, awet, ketahanan terhadap zat-zat kimia,
mikrobiologi, tahan panas yang baik dan lain-lain. Keuntungan yang dimiliki
pada serat poliester sukar dikotori oleh kotoran yang larut dalam air dan juga
cepat kering.
Serat poliester mempunyai kekurangan yaitu sifatnya sangat hidrofob
dengan kandungan air (moisture regain) kurang lebih 0,4%, sifatnya keras
dan kaku sehingga perlu dilakukan proses penyempurnaan untuk
memperoleh sifat yang lebih baik serta meningkatkan kenyamanan dalam
pemakaian, sukar dicelup dan mudah menimbulkan listrik statik. Poliester
lebih mudah menimbulkan listrik statik dibandingkan dengan serat-serat lain
yang bersifat peka terhadap panas. Listrik statis tersebut bersifat mudah
menarik bulu halus pada permukaan pakaian, sehingga kain yang berwarna
tua, sukar untuk lebih rapi atau bersih. Kain-kain poliester yang baru masih
sering mengandung zat anti statik, tetapi zat tersebut dapat hilang saat
pencucian.
Kekuatan poliester dalam keadaan basah hampir sama dengan keadaan
saat kering. Kekuatan polyester tinggi disebabkan oleh proses peregangan
dingin pada waktu pemintalannya akan menyebabkan terjadinya
pengkristalan molekul dengan baik, sehingga berat molekunya akan tinggi.
Poliester memiliki sifat yang khas, yaitu dalam pengerjaan dengan larutan
kaustik soda bagian permukaannya akan larut/terkikis, sehingga diperoleh
kain, benang atau serat yang lebih tipis dengan tidak mengubah serat secara
hebat. Pengerjaan ini membuat kain polyester mempunyai sifat pegangan
seperti sutera. Pada umumnya kehilangan berat sebesar 5% dianggap cukup
baik. Serat polyester pada umumnya tahan terhadap asam maupun basa yang
lemah, tetapi kurang tahan terhadap basa kuat dan dapat dikelantang dengan
zat pengelantangan kapas.

Gambar 2. penampang membujur dan melintang serat poliester


Sumber : Arena Tekstil Volume 22 No.1-Februari 2007:1-46

Tabel 2. Sifat Fisika Serat Poliester


Sumber : Arena Tekstil Volume 22 No.1-Februari 2007:1-46

2.3 Penyempurnaan Tahan Kusut


Penyempurnaan tahan kusut merupakan salah satu bentuk aplikasi
penyempurnaan resin yang ditujukan untuk memperbaiki sifat ketahanan
kusut kain-kain selulosa seperti kapas dan rayon yang diketahui memang
mudah kusut dalam pemakaian dan berakibat mengurangi nilai estetikanya.
Kain-kain tersebut dipilih terutama karena kenyamanannya, namun demikian
pada saat yang sama orang juga menginginkan agar perawatannya lebih
mudah seperti halnya pada kain-kain yang terbuat dari serat-serat sintetik
semisal poliester.

2.3.1 Aplikasi Resin pada Proses Penyempurnaan Tahan Kusut


Resin-resin untuk penyempurnaan tahan kusut tidak digunakan
dalam bentuk polimernya, melainkan dalam bentuk prakondensat, yaitu
hasil reaksi polimerisasi kondensasi setengah jalan antara monomer-
monomer penyusun resin, yang memiliki ukuran cukup kecil untuk
berpenetrasi ke dalam serat melalui pori-pori, yaitu bagian amorf. Pada
saat pemanasawetan prakondensat dari jenis reaktan akan bereaksi
membentuk ikatan silang dengan rantai molekul serat dan menjadi
bagian dari polimer serat, sedangkan prakondensat dari jenis self-
crosslinking membentuk polimer tiga dimensi yang mengisi ruang antar
rantai molekul pada bagian amorf dan mencegah pergeseran relatif rantai
molekul dengan cara menutup ruang geraknya (blocking)
2.3.2 Proses Penyempurnaan Resin
Proses penyempurnaan resin secara umum meliputi proses-proses
persiapan kain, persiapan larutan resin, rendam peras, pengeringan,
pemanasawetan, dan pencucian. Berbagai variasi dari proses pokok
dapat dilakukan misalnya dengan menambahkan zat pelemas ke dalam
larutan resin untuk mendapatkan kain yang tidak kaku.
 Persiapan Kain
Daya serap kain yang merata sangat berpengaruh pada hasil
penyempurnaan resin. Untuk itu kain yang akan diproses penyempurnaan
resin, perlu dikerjakan lebih dulu dengan pengerjaan-pengerjaan
persiapan penyempurnaan meliputi: pembakaran bulu, penghilangan
kanji, pemasakan, pemutihan, merserisasi atau kaustisasi, pencucian dan
pengeringan.
Selain itu, zat-zat yang ditambahkan pada proses sebelum finishing
(proses persiapan penyempurnaan dan pencelupan) harus sudah
dihilangkan dengan tujuan supaya terjadi efisiensi penggunaan resin.
 Larutan penyempurnaan Kain
Larutan penyempurnaan resin pada umumnya terdiri atas tiga
komponen sebagai berikut:
a) Prakondensat
Saat ini banyak prakondensat yang telah diproduksi oleh pabrik-
pabrik kimia dengan berbagai nama dagang misalnya turunan dari
urea, etilena urea, triazon, dan hidroksietilena urea. Resin untuk
penyempurnaan tesktil dapat digolongkan ke dalam dua kelompok
sebagai berikut :
1) Resin self crosslinking misalnya dimetilol urea (DMU),
cenderung berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-ruang
antar molekul selulosa dengan resin yang sangat kompleks tapi
hanya sedikit membentuk ikatan silang.
2) Reaktan, misalnya dimetiloletilena urea (DMEU), dimetilol
dihidroksietilena urea (DMDHEU), cenderung membentuk
polimer pendek tapi banyak berikatan silang dengan molekul
selulosa.
Senyawa-senyawa tersebut umumnya memiliki dua gugus
hidroksil sehingga bersifat bifungsional yang dapat membentuk
ikatan silang dengan selulosa. Kelompok self-crosslinking
cenderung berpolimerisasi sendiri dan mengisi ruang-ruang antar
molekul selulosa dengan resin yang sangat kompleks, tetapi hanya
sedikit membentuk ikatan silang. Reaksi pembentukkan ikatan
silang resin DMDHEU dengan selulosa:
Ikatan silang membentuk:
 Pembentukkan jembatan metilen:
HOHC CHOH HOHC CHOH
Sel O C N N C N N C O Sel
H2 H2 H2

O O

 Pembentukkan jembatan eter:


HOHC CHOH HOHC CHOH
Sel O C N N C O C N N C O Sel
H2 H2 H2 H2

O O

b) Katalis
Zat terpenting dalam penyempurnaan resin adalah katalis, yaitu
suatu senyawa yang mempercepat reaksi kimia, dalam hal ini reaksi
polimerisasi dan pembentukan ikatan silang pada saat pemanasawetan.
Pemilihan dan pemakaiannya ditentukan oleh beberapa faktor berikut:
1) Jenis dan kereaktifan resin (atau pengikat silang)
2) Jenis serat
Walaupun prakondensat resin akan berpolimer membentuk senyawa
resin kompleks dengan pemanasan pada umumnya lebih menguntungkan
menambahkan katalis untuk mempercepat reaksi dan hingga batas
tertentu mengendalikan reaksinya. Katalis yang ditambahkan umumnya
asam atau bahan yang dapat melepaskan asam pada kondisi
pemanasawetan.
Selain mampu mempercepat pembentukan resin, katalis harus
memenuhi persyaratan seperti tidak menurunkan stabilitas larutan
prakondensat yang ditandai pembentukan endapan. Katalis juga tidak
mempercepat polimerisasi prakondensat dalam larutan sehingga
partikelnya menjadi terlalu besar untuk dapat masuk kedalam serat.
Larutan prakondensat akan lebih stabil bila katallis yang digunakan tidak
dalam bentuk asam bebas melainkan sebagai garam dari basa lemah dan
asam kuat yang dapat terdisosiasi pada kondisi yang sesuai dan berfungsi
sebagai asam.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan katalis yaitu : jenis dan
kereaktifan resin, jenis serat, kondisi pemanasawetan, sifat yang
diinginkan pada kain, dan pengaruhnya terhadap derajat putih atau warna
bahan.
c) Pemanasawetan (curing)
Proses pemanasawetan merupakan proses yang paling banyak
dipakai karena alasan ekonomi. Prosesnya meliputi rendam peras–
pengeringan-pemanasawetan(pad-dry-cure). Teknik ini menghasilkan
ketahanan kusut basah dan kering yang sangat baik walaupun penurunan
kekuatan dan ketahanan gosok mencapai 30-50% untuk serat selulosa.
Proses pemansawetan dilakukan pada suhu 160oC. Kecepatan kain
(waktu pengerjaan) ditentukan oleh jenis resin dan katalis, jenis serat,
dan konstruksi kain.

III. PERCOBAAN
3.1 Alat
 Gelas beker 500 ml
 Pengaduk kayu
 Gelas ukur 100 ml
 Neraca analitik
 Pipet ukur 1 ml
 Nampan plastik
 Mesin stenter
 Mesin padder
 Stiffnes tester
 Crease Recovery Tester
 Dinamo meter
3.2 Bahan
 Resin (Self Cross Linking)
 Katalis
 Sabun Netral
 Kain kapas
 Kain poliester
 Kain T/C
 Air
3.3 Fungsi Zat
 Resin (SCL) berfungsi memberikan lapisan film pada permukaan kain
dengan berpolimerisasi antar resin
 Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dan membantu polimerisasi
resin
 Sabun netral digunakan untuk proses pencucian guna menghilangkan
sisa resin yang tidak berpolimerisasi
 Natrium karbonat membantu proses penyabunan/pencucian

3.4 Diagram Alir


Padding

Drying

Curing

Pencucian

Drying

Evaluasi
 Ketahanan Kusut
 Kekakuan
 Kekuatan Tarik
3.5 Skema Proses
3.6 Resep
3.6.1 Resep Penyempurnaan
 Resin (SCL) : 80 g/L
 Katalis :12% dari resin
 WPU : 70%
 Drying : 100°C 2 menit
 Curing : 170°C 2 menit
3.6.2 Resep Pencucian
 Sabun Netral : 1 /L
 Na2CO3 : 1 ml/L
 Suhu : 70°C
 Waktu : 10 menit

IV. HASIL PERCOBAAN


4.1 Ketahanan Kusut
Kain T/C Poliester Katun

Tanpa cuci 155° 152° 135° 145° 110° 105°

Cuci 152° 145° 110° 125° 105° 105°

4.2 Kekakuan
4.2.1 Gramasi
Kain Tanpa cuci Dengan cuci
T/C Berat = 0,31 g Berat = 0,29 g
100 x 100 100 x 100
Gramasi = 0,31 Gramasi = 0,29
5x 5 5x 5

= 124 g/m2 = 116 g/m2


C Berat = 0,30 g Berat = 0,30 g
100 x 100 100 x 100
Gramasi = 0,30 Gramasi = 0,30
5x 5 5x 5

= 120 g/m2 = 120 g/m2


P Berat = 0,37 g Berat = 0,36 g
100 x 100 100 x 100
Gramasi = 0,37 Gramasi = 0,36
5x 5 5x 5

= 148 g/m2 = 144 g/m2

4.2.2 Panjang Lengkung


 Tanpa pencucian

Sisi
Kain Jumlah Rata-
1 2 3 4 rata
T/C 4 3,4 3,5 3,65 14,55 3,64
Poliester 3,6 3,8 4 3,75 15,15 4,7

Katun 2,75 2,4 2,7 2,75 10,6 2,65


 Dengan pencucian

Sisi
Kain Jumlah Rata-
rata
1 2 3 4

T/C 2,9 2,7 2,65 2,6 10,85 3,36

Poliester 2,7 2,8 2,7 2,8 11 3,45

Katun 2,5 2,6 2,5 2,55 10,15 2,54

Kekakuan Kain
0,1 x gramasi x (rata-rata panjang lengkung)3

Kain Tanpa cuci Dengan cuci


T/C 0,1 x 124 x (3,64) 3 0,1 x 116 x (3,36) 3
= 12,4 x 48,228 = 11,6 x 37,9
= 598 mgcm = 439,6 mgcm
4.3
3 3
C 0,1 x 120 x (2,65) 0,1 x 120 x (2,54)
= 12 x 18,61 = 12 x 16,39
= 223 mgcm = 197 mgcm

P 0,1 x 148 x (4,7) 3 0,1 x 144 x (3,45) 3


= 14,8 x 103 = 14,4 x 41,1
= 1536 mgcm = 592 mgcm

Kekuatan Tarik

T/C Poliester Kapas


Kain
M B (Kg) M B (Kg) M B (Kg)
Tanpa 3,1 33 4,2 32 2,6 26
pencucian
Dengan 3,7 29 4,4 28 2,8 22
pencucian
Mulur

Kain T/C Poliester Katun


Tanpa cuci 3,1 4,2 2,6
x 100 % x 100 % x 100 %
7,5 7,5 7,5
= 41,3 % = 56 % = 34,7 %

Dengan pencucian 3,7 4,4 2,8


x 100 % x 100 % x 100 %
7,5 7,5 7,5
= 49 % = 58,7 % = 37,3 %

V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penyempurnaan tahan kusut menggunakan
resin (self cross linking) dengan variasi jenis serat yakni kapas, poliester dan
campuran poliester-kapas untuk mengetahui ketahanan kusut, kekakuan dan
kekuatan tarik yang paling baik. Hal ini dilakukan agar diperoleh kondisi terbaik
dalam penggunaan serat dan jenis resin untuk penyempurnaan tahan kusut dengan
proses pencucian ataupun tanpa pencucian.
Resin self cross linking (SCL) merupakan jenis resin yang hanya melapisi
bagian permukaan serat saja sebab resin cenderung berpolimerisasi dengan
sesama resin saja tidak dengan serat. Resin SCL akan membuat ikatan 3 dimensi
dengan molekulnya sendiri dan mengisi ruang-ruang kosong pada serat yang
menyebabkan serat lebih kaku dan mencegah serat untuk kusut atau menggeser
ikatan hidrogen antar serat. Resin SCL dapat membentuk senyawa yang sangat
kompleks dengan molekulnya sendiri dan membentuk polimer yang panjang
sehingga dapat mengisi daerah amorf pada serat.
Proses polimerisasi dibantu dengan katalis garam asam. Hal ini dikarenakan
proses polimerisasi terjadi pada saat curing (pemanasawetan) yang terjadi dengan
syarat suhu tinggi dan suasana asam. Garam asam ini hanya dapat melepaskan H +
pada suhu tinggi. Pemakaian garam asam ini juga dilakukan agar tidak terjadi
polimerisasi dini sehingga resin sulit masuk kedalam serat serta dapat
menimbulkan kerusakan serat apabila yang diproses penyempurnaan adalah serat
selulosa.
Proses penyempurnaan dilakukan dengan metode pad-dry-cure. Proses pad
merupakan proses yang singkat sehingga untuk menempelkan larutan pada kain
resin dipaksa masuk kedalam dengan menekannya melalui rol-rol mangel/padder.
Pada penekanan ini diatur wet pick up/jumlah larutan yang dibawa oleh kain
adalah 70%. Besarnya wet pick up ini tergantung dengan MR atau penyerapan
serat. Setelah itu kain dikeringkan (dry) untuk menguapkan air sebab berpengaruh
pada handling atau pegangan. Lalu proses cure agar terjadi polimerisasi.

Ketahanan Kusut
180
160
140
120
ᵒ(derajat)

100
80
60
40
20
0
T/C PES COTTON

Ketentuan dari sudut kusut (x):


X > 135 baik
125 - 135 baik sekali
115 - 125 cukup
X < 115 kurang
Evaluasi pertama yang dilakukan adalah ketahan kusut terhadap kain kapas,
T/C dan poliester yang diproses pencucian maupun tanpa pencucian. Grafik
diatas diperolah dari pengujian rata-rata 2 sampel masing-masing kain uji. Dapat
dilihat pada grafik diatas, ketahanan kusut paling baik dimiliki oleh kain
campuran poliester-kapas yang diproses tanpa maupun dengan pencucian
memiliki nilai sudut kekusutan lebih dari 135°. Serat poliester memiliki derajat
kristalinitas yang tinggi sehingga ketika terlapisi dan bagian amorf serat kapas
terisi resin SCL, serat memiliki ketahan kusut yang semakin bagus. Bagian amorf
serat kapas terisi resin dengan berikatan tiga antar resin membuat ikatan hidrogen
pada bagian serat tidak dapat bergerak kembali. Serat poliester memiliki
ketahanan kusut yang lebih baik daripada kain kapas sebab derajat
kristalinitasnya yang tinggi (molekulnya rapat) dan tidak memiliki gugus OH
seperti kapas yang mudah berikatan hidrogen dengan molekul lainnya sehingga
lebih tahan terhadap kekusutan.
Kekakuan Kain
1800
1600
1400
1200
1000
mgcm
800
600
400
200
0
T/C PES COTTON

Evaluasi juga dilakukan terhadap kekakuan kain. Kain yang diproses


pencucian memiliki kekakuan yang lebih rendah dibandingkan yang diproses
tanpa pencucian. Hal ini mungkin disebabkan sebagian resin tersabunkan saat
pencucian. Dapat dilihat pada grafik diatas, kain poliester yang diproses tanpa
pencucian memiliki kekakuan yang sangat tinggi. Meskipun resin bereaksi
dengan serat kapas yang seharusnya juga menambah kekakuan kain, tetap
kekakuannya tidak melebihi serat poliester. Hal ini mungkin disebabkan serat
poliester memiliki derajat kristalinitasnya sangat tinggi sehingga struktur
molekulnya lebih rapat membuat kainnya lebih kaku (langsainya kurang) serta
dilapisi oleh resin SCL yang berpolimerisasi 3 dimensi pada permukaan serat.

Kekuatan Tarik
35
30
25
20
Kg

15
10
5
0
T/C PES COTTON
Berdasarkan grafik hasil evaluasi diatas, kekuatan tarik paling baik dimiliki
oleh kain T/C tanpa proses pencucian. Hal ini dikarenakan resin SCL telah
mengisi bagian amorf pada serat, serta kain poliester dengan derajat kristalinitas
yang sangat tinggi membuat strukturnya lebih rapat sehingga membantu serat
dalam mengemban beban tarikan. Sedangkan serat kapas memiliki kekuatan tarik
yang paling jelek. Hal ini mingkin disebabkan terjadi kerusakan serat akibat
proses dilakukan pada suasana asam dan curing dengan suhu yang tinggi.

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh kesimpulan bahwa resin Self Cross
Linking (SCL) paling baik digunakan untuk penyempurnaan kain campuran
poliester kapas yang diproses tanpa pencucian.

VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Diktat Teknologi Penyempurnaan. Institut Teknologi Tekstil :
Bandung
Seoprijono, P., Poerwanti, Widayat, & Jumaeri. 1974. Serat-serat Tekstil.
Bandung: Institut Teknologi Tekstil
Susyami, N.M., Mohamad Widodo dan Hardianto. Bahan Ajar Praktek
Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
Susyami, N.M. 2017. Teknologi Penyempurnaan 1. Bandung : Politeknik
STTT Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN 1
Pengaruh Resin Tahan Kusut (Self Cross Linking) terhadap Ketahanan Kusut,
Kekakuan dan Kekuatan Tarik Kain Kapas, Poliester dan Campuran poliester-
kapas.

Oleh :

Kelompok 1

Nama : M. Wahyudi (16020005)

Yessy Arya Saputri (16020013)

Ririn Anjasni Surya Dewi (16020015)

Monika Pebriani (16020023)

Asri Indriyani(16020029)

Grup : 2-K1

Dosen : Wulan S. S.ST., MT.

Asisten : Sukirman S.ST., MIL.

Desti M., S.ST.


KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2018

Anda mungkin juga menyukai