Anda di halaman 1dari 250

DOKUMEN

LELANG TPA
BLORA

VOLUME 2
SPESIFIKASI TEKNIK

TAHUN 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii

BAGIAN 1 SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1 URAIAN UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN …………………. I-1


Pasal 2 LOKASI DAN KEADAAN PEKERJAAN ………………………….. I-2
Pasal 3 PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN……………………. I-4
Pasal 4 PENUNJUKKAN/TINJAUAN KE LOKASI PROYEK…………….. I-8
Pasal 5 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN ………… I-8
Pasal 6 PEKERJAAN PERSIAPAN ………………..……………………….. I-8
Pasal 7 PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI ………………. I-9
Pasal 8 PEKERJAAN TPA DAN IPL .…………….…………………………. I-13
Pasal 9 PEKERJAAN TURAP ………………………………………………… I-51
Pasal 10 PEKERJAAN BATU KALI ………………………..…………………. I-52
Pasal 11 PEKERJAAN BRONJONG…………………………………………... I-52
Pasal 12 PEKERJAAN BETON ……………………………………………….. I-54
Pasal 13 PEKERJAAN BAJA ………..……………………………………….. I-66
Pasal 14 PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA………………………….. I-71
Pasal 15 PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN ……..………………….. I-71
Pasal 16 PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK …………………………….. I-72
Pasal 17 PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ………………….. I-72
Pasal 18 PEKERJAAN KACA ….……………………………….…………….. I-73
Pasal 19 PEKERJAAN PLAFOND …………..………………………………… I-73
Pasal 20 PEKERJAAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN DAN ATAP ……….. I-74
Pasal 21 PEKERJAAN PENGECATAN……………………………………….. I-77
Pasal 22 PEKERJAAN SANITAIR……………………………………………… I-77
Pasal 23 PEKERJAAN INSTALANSI LISTRIK………………………………. I-78
Pasal 24 URUGAN UNTUK BADAN JALAN…………………………………. I-78
Pasal 25 PERKERASAN KAKU (Cor Jalan Operasi)………………………. I-82
Pasal 26 KERB BETON…………………………………………………………. I-124
Pasal 27 DRAINASE……………………………………………………………... I-127
Spesifikasi Teknis) ii
LAPIS RESAP PENGIKAT ( PRIME COAT ) DAN LAPIS
Pasal 28 I-130
PENGIKAT ( TACK COAT )…………………………………………
Pasal 29 RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, PATOK PENUNJUK………….. I-136
Pasal 30 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA……………………... I-140
Pasal 31 TAMAN/PENGHIJAUAN……………………………………………… I-145
Pasal 32 KOMISIONING IPL……………………………………………………. I-148
Pasal 33 PEKERJAAN PAGAR BRC DAN PAGAR KAWAT BERDURI I-150
DAN PORTAL…………………………………………………………..
Pasal 34 PEKERJAAN PINTU GERBANG DAN PAPAN NAMA TPA……. I-152
Pasal 35 PAGAR PENGAMAN JALAN……………………………………….. I-153
Pasal 36 PEKERJAAN AKHIR…………………………………………………. I-154
Pasal 37 DOKUMENTASI DAN ADMINISTRASI…………………………….. I-154
Pasal 38 KETENTUAN PENUTUP……………………………………………... I-155
BAGIAN 1
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1.
URAIAN UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN:

1.1. Kontraktor harus menyelenggarakan seluruh pekerjaan termasuk mendatangkan


semua bahan - bahan yang diperlukan, pemasangan sampai pembersihan halaman
dan bangunan setelah selesai pekerjaan.

1.2. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar, bestek, syarat -
syarat detail, serta tunduk kepada perintah Konsultan Pengawas sebagai wakil
Pemberi Tugas.

1.3. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup dan memadai sesuai dengan
kebutuhan dan besarnya pekerjaan.

1.4. Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli untuk pelaksana lapangan yang cakap
dan memadai sesuai besarnya pekerjaan.

1.5. Pekerjaan meliputi pengadaan secara memadai untuk Tenaga Ahli, alat – alat
bantu dan bahan material sesuai dengan pekerjaannya.

1.6. Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender.

1.7. Pekerjaan terdiri dari :

A. PEKERJAAN PERSIAPAN
a) Uitzert dan bouwplank
b) Papan nama proyek
c) Penebangan pohon dia.30–50 cm (sampai kedalaman 60 cm)
d) Penebangan pohon dia.50–75 cm (sampai kedalaman 60 cm)
e) Penebangan pohon dia. > 75 cm (sampai kedalaman 60 cm)
f) Mobilisasi dan demobilisasi

A.I. PEKERJAAN SMK2


1. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja, Dan Lain-lain.
1.1. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja, Dan Lain-lain
1.2. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja
2. Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas :

Spesifikasi Teknis Halaman I - 1


2.1. Induksi K3 (Safety Induction) khusus untuk pekerja baru
2.2. Pengarahan K3 (safety briefing : Pertemuan Keselamatan (safety talk dan/atau
Tool Box Meeting); setiap hari
2.3. Pelatihan K3 :
Bekerja di ketinggian
K3 Peralatan Konstruksi dan Penggunaan bahan Kimia (MSDS)
Analysis Keselamatan Kerja
Perilaku Berbasis Keselamatan (Budaya K3)
P3K
2.4. Simulasi K3
2.5. Spanduk (banner)
2.6. Poster
2.7. Papan Informasi K3
3. Alat Pelindung Kerja
3.1. Jaring Pengaman (Safety Net)
3.2. Tali Keselamatan (Life Line)
3.3. Penahan Jatuh (Safety Deck)
3.4. Pagar Pengaman ( Guard Railling)
3.5. Pembatas Area (Restricted Area)
4. Alat Pelindung Diri, terdiri :
4.1. Topi Pelindung (Safety Helmet)
4.2. Pelindung Mata (Goggles Spectales)
4.3. Tameng Muka (Face Shield)
4.4. Masker
4.5. Pelindung Telinga (Ear Plug, Ear Muff)
4.6. Sarung Tangan (Safety Gloves)
4.7. Sepatu Keselamatan (Safety Shoes) untuk staff
4.8. Sepatu Keselamatan (Rubber Safety Shoes_and toe cap)
4.9. Rompi Keselamatan (Safety Vest)
4.10. Celemex (Apron/Coveralls)
4.11. Pelindung Jatuh (Fail Arraster)
5. Asuransi dan Perijinan, terdiri :
5.1. BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja; (berdasarkan KEPMENAKER Nomor
: KEP-196/MEN/1999, untuk Tenaga Harian Proyek)
5.2. Surat Ijin Kelaikan Alat
5.3. Surat Ijin Operator
5.4. Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
6. Personil K3, terdiri atas :
6.1. Ahli K3
6.2. Petugas K3

Spesifikasi Teknis Halaman I - 2


6.3. Assisten Petugas K3/Safety Man/Pengatur Lalu-lintas (Flagman)
7. Fasilitas Sarana Kesehatan
7.1. Peralatan P3K (Kotak P3k, tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka, Perban, dll.
7.2. Peralatan Pengasapan (Fogging)
7.3. Obat Pengasapan
8. Rambu-rambu, terdiri atas :
8.1. Rambu Petunjuk
8.2. Rambu Larangan
8.3. Rambu Peringatan
8.4. Rambu Kewajiban
8.5. Rambu Informasi
8.6. Kerucut Lalu-lintas (Traffic Cone)
8.7. Lampu Putar (Rotary Lamp)
8.8. Lampu Selang Lalu-lintas
9. Lain-lain Terkait Pengendalian Resiko K3
9.1. Alat Pemadam Ringan (APAR); 10 kg
9.2. Sirine
9.3. Bendera K3
9.4. Jalur Evakuasi (Escape route)
9.5. Lampu Darurat (Emergency Lamp)
9.6. Program Inspeksi dan Audit Internal
9.7. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden
10. Protokol Covid - 19
10.1. Biaya Rapid Test
10.2. Peralatan Disinfektan
10.3. Disinfektan Isi Ulang 20 Ltr
10.4. Hand Sanitaizer 5 Ltr
10.5. Hand Sanitaizer 500 ML
10.6. Sarana Cuci Tangan
10.7. Ruang Isolasi

B. PEMBANGUNAN ZONA 1
A.I.PEMBANGUNAN BLOCK LANDFILL
1. PEKERJAAN ZONA LANDFILL
1.1. Galian tanah (mekanis)
1.2. Galian sampah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
1.3. Galian tanah (manual)
1.4. Pemadatan tanah dari sisa galian (mekanis)
1.5. Urugan pasir urug (keliling pipa HDPE dia.8")
1.6. Pemasangan gravel (batu blondos) 3/5 cm, t = 20cm

Spesifikasi Teknis Halaman I - 3


1.7. Pemasangan pipa lindi HDPE dia 8" (dilubangi)
1.8. Pemasangan pipa lindi HDPE dia 6" (dilubangi)
1.9. Pemasangan pipa lindi HDPE dia 8"
1.10. Pemasangan gravel (batu blondos) 3/5 cm (keliling pipa lindi)
1.11. Instalasi penangkap gas mektan (pipa PVC dilubangi)
1.12. Pengadaan geomembrane t=1,50 mm
1.13. Pengadaan geotextile Non Woven t=4 mm
1.14. Pengunci geomembran (blok beton K-175 40x40x40 cm), per 10 m
1.15. Pemasangan manhole 60 cm (pabrikasi)
1.16. Saluran beton U-30 (keliling zona landfill)
2. PEKERJAAN TALUD ZONA LANDFILL
2.1. Galian tanah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
2.2. Pemadatan tanah dari sisa galian (mekanis)
2.3. Tiang pancang terucuk bambu dia.10 cm
2.4. Pasangan Bronjong kawat
2.5. Pengadaan & pemasangan geotextile non woven, t=1,5 mm
2.6. Pasangan batu kali 1 : 4
2.7. Plesteran 1 : 4, t = 20 mm

B.I. PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAH LEACHATE (IPL)


1. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1.1. Galian tanah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
1.2. Tiang pancang terucuk bambu dia.10 cm
1.3. Urugan pasir urug (dipadatkan), t = 10 cm
1.4. Lantai kerja beton K-100, t = 5 cm
1.5. Pemadatan tanah dari sisa galian (mekanis)
2. PEKERJAAN BAK PENGUMPUL
1.1. Plat lantai :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai dasar
1.2. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.3. Water stop
1.4. Waterprofing beton
1.5. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 8"
Tee PVC SDR dia 8"

Spesifikasi Teknis Halaman I - 4


Tee PVC SDR dia 6"
3. PEKERJAAN BAK ANAEROB
1.1. Sloof
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting sloof
1.2. Plat lantai :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai dasar
1.3. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.4. Water stop
1.5. Waterprofing beton
1.6. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 6"
Tee PVC SDR dia 6"
1.7. Pagar BRC h=90 m, dia.8 mm (keliling kolam Anaerob)
1.8. Tiang pagar BRC dia. 2", tebal 2 mm - pjg. 150 cm
1.9. Pintu tunggal BRC t=90 cm,b=80 cm (Hot Dip Galvanis)
4. PEKERJAAN KOLAM FAKULTATIF
1.1. Sloof
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting sloof
1.2. Plat lantai :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai dasar
1.3. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.4. Water stop
1.5. Waterprofing beton
1.6. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 6"
Tee PVC SDR dia 6"
Spesifikasi Teknis Halaman I - 5
1.7. Pagar BRC h=90 m, dia.8 mm (keliling kolam Anaerob)
1.8. Tiang pagar BRC dia. 2", tebal 2 mm - pjg. 150 cm
1.9. Pintu tunggal BRC t=90 cm,b=80 cm (Hot Dip Galvanis)
5. PEKERJAAN KOLAM PEMBAGI
1.1. Sloof
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting sloof
1.2. Plat lantai :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai dasar
1.3. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.4. Water stop
1.5. Waterprofing beton
1.6. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 8"
Knee PVC SDR dia 8"
6. PEKERJAAN KOLAM MATURASI
1.1. Sloof
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting sloof
1.2. Plat lantai :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai dasar
1.3. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.4. Water stop
1.5. Waterprofing beton
1.6. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 6"
7. PEKERJAAN UNIT WETLAND
1.1. Plat lantai :
Spesifikasi Teknis Halaman I - 6
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting lantai IPL
1.2. Plat dinding :
Beton bertulang K-300
Pembesian
Begesting dinding IPL
1.3. Water stop
1.4. Timbunan batu pecah 3-5 cm
1.5. Penanaman Canna Sp
1.6. Penanaman Iris Sp
1.7. Pemasangan pipa dan asesories :
Pipa PVC SDR dia. 6" (dilubangi dibungkus geotekstile t = 1,5 mm)
Pipa PVC SDR dia. 8"
Elbow PVC SDR dia 8"
1.8. Stop Kran PVC dia. 8"
1.9. Klorinasi
8. PEKERJAAN UJI COMISIONING PIPA LEACHET DAN IPL
1.1. Uji kebocoran bak IPL
1.2. Uji aliran pipa Leachet
9. PEKERJAAN TALUD ZONA IPL
1.1. Pasangan Bronjong kawat
1.2. Pengadaan & pemasangan geotextile non woven, t=1,5 mm
10. PEKERJAAN JALAN PAVING KE DAN KELILING IPL
1.1. Urugan sirtu (dipadatkan)
1.2. Pasang paving block K-300, t = 6 cm
1.3. Pasang Kansteen K-200
1.4. Pasangan batu kali 1 : 4
1.5. Plesteran 1:4, t = 20 mm (pasangan batu kali)
1.6. Acian
1.7. Plat beton bertulang tebal 10 cm K-175
1.8. Saluran beton U-20
1.9. Pipa PVC SDR dia. 8"
1.10. Elbow PVC SDR dia 8"
C.I.PEMBANGUNAN JALAN OPERASIONAL
1. PEKERJAAN TANAH
1.1. Galian tanah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
1.2. Urugan kembali dipadatkan
2. PEKERJAAN JALAN OPERASIONAL (JALAN BETON)
1.1. Penyiapan Badan Jalan

Spesifikasi Teknis Halaman I - 7


1.2. Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
1.3. Perkerasan Beton Semen
3. PEKERJAAN JALAN MASUK KE ZONA (JALAN ASPAL)
1.1. Pemadatan tanah dari sisa galian (mekanis)
1.2. LPB (Telford)
1.3. LPA (Agregat klas A), t =20 cm
1.4. Lapis resap pengikat - asphalt cair
1.5. Lapis pengikat - asphalt cair
1.6. Perkerasan AC-BC
4. PEMBANGUNAN TEMPAT AREA CUCI BAN
1.1. Jalan beton
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
Perkerasan Beton Semen
1.2. Dinding beton
Plat beton K-300
Pembesian
Begesting dinding
1.3. Pemasangan besi SCH dia. 3"
1.4. Floordrain
1.5. Pipa PVC dia.4" klas AW
1.6. Knee PVC dia.4" klas AW
1.7. Tee PVC dia.4" klas AW
1.8. Stop kran PVC dia. 4"
1.9. Box valve 4"

D.I.PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE TEPI JALAN OPERASIONAL


1. PEKERJAAN TANAH
1.1. Galian tanah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Urugan pasir urug (dipadatkan) dengan t = 10 cm
1.5. Urugan sirtu di padatkan (dibawah box culvert)
2. PEKERJAAN SALURAN TEPI JALAN OPERASIONAL
1.1. Lantai kerja beton K-100, t = 5 cm
1.2. Beton K-250
1.3. Pembesian
1.4. Begesting
3. PEKERJAAN BOX CULVERT
1.1. Lantai kerja beton K-100, t = 5 cm
1.2. Beton K-300

Spesifikasi Teknis Halaman I - 8


1.3. Pembesian
1.4. Begesting dinding
1.5. Begesting lantai atas
E.I. PEKERJAAN LAMPU PENERANGAN JALAN (LPJ)
1.1. Galian tanah (dengan tenaga)
1.2. Urugan tanah kembali (dipadatkan)
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Pengad.&pemas.lampu jalan LED 70W (Pondasi beton bertulang, tiang lampu,
instalasi kabel dan asesories termasuk perijinan)
F.I. PEKERJAAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
1. PEKERJAAN TANAH
1.1. Galian tanah (dengan tenaga)
1.2. Urugan tanah kembali (dipadatkan)
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
2. PEKERJAAN BUFFER LINGKUNGAN
1.1. Penanaman pohon Sono Keling tinggi 3 m
3. PEMBANGUNAN SUMUR MONITORING
1.1. Galian tanah biasa sampai kedalaman 1 m
1.2. Galian tanah keras kedalaman 2-3 m
1.3. Galian tanah keras kedalaman 4-8 m
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Pengadaan dan pemasangan buis beton dia. 100 cm
1.6. Tutup beton bertulang t = 8 cm
4. PEMBANGUNAN PAGAR KELILING (PAGAR KAWAT DURI)
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Buangan tanah sisa galian
Tiang type 1
1.3. Pondasi beton :
Beton K-175
1.4. Tiang Pagar Kawat Duri, Besi Siku 50.50.5
1.5. Kawat Duri
1.6. Biaya Pemasangan Kawat Duri & Tiang Besi Siku

C. PEKERJAAN SARANA PENDUKUNG


A.I.PEKERJAAN PEMATANGAN LAHAN
1. Galian tanah (manual)
2. Urugan kembali
3. Pemadatan tanah urugan
4. Urugan dari timbunan (dipadatkan dengan alat)
Spesifikasi Teknis Halaman I - 9
5. Buangan tanah sisa galian
6. Pasangan batu kali 1 : 4
7. Pipa wheephole PVC dia.2"+(ijuk&kerikil) per 2 m
8. Plesteran 1:4, t = 20 mm
9. Siaran 1:2

B.I.PEMBANGUNAN GAPURA
1. Bongkaran pasangan
2. Galian tanah (manual)
3. Urugan kembali
4. Pemadatan tanah urugan
5. Buangan tanah sisa galian
6. Urugan Pasir t = 5 cm bawah pondasi
7. Lantai kerja beton K-100, t = 5 cm
8. Pondasi Footplat :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting pondasi
9. Kolom Beton Bertulang 25/25
Beton K-250
Pembesian
Begesting kolom
10. Pondasi batu kali 1 : 4
11. Sloof praktis beton bertulang 15/20
12. Kolom praktis beton beton bertulang 11/11
13. Ring balok praktis beton bertulang 10/15
14. Plat beton, tebal 12 cm
Beton K-250
Pembesian
Begesting plat lantai
15. Plat beton, tebal 15 cm
Beton K-250
Pembesian
Begesting plat lantai
16. Pasangan dinding bata rollag, tebal 1 bata adk. 1 Pc : 4 Ps
17. Plat tangga beton, tebal 10 cm
Beton K-175
Pembesian
Begesting
18. Pasangan dinding bata 1/2 bata, 1 Pc : 4 Ps

Spesifikasi Teknis Halaman I - 10


19. Pasangan dinding bata, 1 bata , 1 Pc : 4 Ps
20. Plesteran 1 Pc : 4 Ps, t = 15 mm
21. Acian
22. Plesteran Sponengan sudut, 1 Pc : 3 Pp
23. Pasangan batu andesit hitam
24. Coating Batu Andesit Hitam
25. Plesteran ciprat
26. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
27. Pintu pagar besi hollow dengan plat bordes
28. Lampu sorot LED 5 W (lengkap dengan dudukan, pelindung, kabel dan instalasi listrik)

29. Rangka gapura dari pipa besi SCH-40


30. Plat zincalume lebar 90 cm, t= 0,4 mm
31. Cat Duco Warna Doff
32. Logo Kementerian PUPERA
33. Logo Kabupaten Blora
34. Ornamen bagian bawah
35. Tulisan identitas di gapuro bahan steinleis
C.I.PEMBANGUNAN JEMBATAN TIMBANG DAN RUANG OPERATOR
1. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Galian tanah (manual) sedalam 2 m/footplat
1.3. Urugan kembali
1.4. Pemadatan tanah urugan
1.5. Urugan dari timbunan
1.6. Pemadatan tanah urugan
1.7. Buangan tanah sisa galian
1.8. Urugan pasir urug untuk alas pondasi dan lantai
2. PEKERJAAN BETON, PASANGAN DAN PLESTERAN
1.1. Aanstamping (pasangan batu kosong)
1.2. Pondasi pasangan batu belah 1 : 4
1.3. Pasangan rollag batu bata, tebal 1 batu adk. 1 : 4
1.4. Pondasi footplat
Lantai kerja, beton K-100
Beton K-250
Pembesian
Bekesting pondasi
1.5. Sloof beton :
Beton K-250
Pembesian

Spesifikasi Teknis Halaman I - 11


Bekesting sloof
1.6. Kolom beton :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting kolom
1.7. Sloof praktis beton bertulang 15/20
1.8. Ringbalk praktis beton bertulang10/15
1.9. Kolom praktis beton bertulang 11 x 11 cm
1.10. Plat beton atas jendela tebal 8 cm
Beton K-175
Pembesian
Begesting lantai
1.11. Pasangan trasram batu bata 1/2 bata 1Pc : 3 Ps
1.12. Pasangan bata merah tebal 1/2 bata, 1Pc : 4 Ps
1.13. Plesteran 1Pc : 4 Ps tebal 1,5 cm
1.14. Plesteran Sponengan, 1 Pc : 3 Pp
1.15. Acian
1.16. Tritisan, beton K175
1.17. Lantai keramik 40 x 40 cm
1.18. Pasang plint / border keramik 10 x 40 cm
3. PEKERJAAN BESI/BAJA
1.1. Rangka Atap
Gording CNP 125.50.20.2,3
Kuda - kuda IWF 250.125.6.9
Kolom IWF 250.125.6.9
Besi plat buhul dan plat sayap tebal 12 mm
Tracstang ø 12 mm
Handle Tracstang
Plat landas kolom t = 22 mm
Angkur M 22, L = 30 cm
1.2. Regel
Baja L 40.40.4
Besi ø 12 mm
4. PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP
1.1. Pasang lisplank GRC lebar 25 cm
1.2. Penutup atap aluminium galvalum 0,55
1.3. Pasang Atap Nok Gavallum/Aluminium
5. PEKERJAAN PLAFOND
1.1. Rangka plafond, besi hollow 1x40.40.2mm (modul 60x60 cm)
1.2. Plafond gypsum, t = 9 mm
Spesifikasi Teknis Halaman I - 12
1.3. List Plafond Gypsum
6. PEKERJAAN KOSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA
1.1. Pasang kusen pintu dan jendela, boven Aluminium
1.2. Pemasangan daun pintu HDF 36x820x2100
1.3. Dinding terawang (glassblock)
1.4. Memasang Kaca mati 5 mm (rayben)
1.5. Engsel pintu
1.6. Handle
1.7. Kunci tanam
1.8. Grendel pintu
1.9. Angkur besi dia. 10
7. PEKERJAAN KAYU DAN CAT
1.1. Cat tembok interior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.2. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.3. Cat plafond (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)-interior
1.4. Cat kayu (1 lps plamir, 1 lps cat dasar & 2 lps cat penutup)
1.5. Cat list plank GRC (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)-eksterior
1.6. Pengecatan permukaan baja dengan menie besi
1.7. Cat besi ( 1 lps cat dasar, 1 lps cat antara, 2 lps cat penutup)
8. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1.1. Lampu Kap Industri LED 50 W lengkap dengan gantungan
1.2. Donwlight LED 18 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.3. Sakelar double ex. Broco
1.4. Sakelar tungal ex. Broco
1.5. Stop Kontak ex.Broco
1.6. Titik instalasi listrik (termasuk kabel dan asesories)
9. PEKERJAAN SANITASI
1.1. Saluran air hujan U-20
1.2. Grill besi
10. PENGADAAN DAN PEMASANGAN JEMBATAN TIMBANG
1.1. Pengadaan dan pemasangan Jembatan Timbang
1.2. Asesories Jembatan Timbang (20% dari bahan)

D.I.PEMBANGUNAN KANTOR PENGELOLA TPA & MUSHOLA


1. PEKERJAAN TANAH
1.1. Galian tanah (manual) sedalam 2 m
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Urugan pasir urug untuk alas pondasi

Spesifikasi Teknis Halaman I - 13


2. PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN
1.1. Pondasi footplat, type 1
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
1.2. Pondasi footplat, type 2
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
1.3. Kolom pedestial 40/40 cm
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
1.4. Kolom pedestial 20/20 cm
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
3. PEKERJAAN BESI/BAJA
1.1. Rangka utama
Sloof 1 profil C double 150 x 50 x 20 x 3,2
Sloof 2 profil C double 100 x 50 x 20 x 3,2
Pengaku Sloof 1 profil C single 100 x 50 x 20 x 3,2
Kolom 1 profil C double 100 x 50 x 20 x 3,2
Kolom 2 profil C double 100 x 50 x 20 x 2,3
Ring balok profil C double 100 x 50 x 20 x 3,2
Pengaku balok profil C single 100 x 50 x 20 x 2,3
Plat landasan single t = 10 mm
1.2. Rangka lantai 100 x 50 x 20 x 2,3
1.3. Angkur, baut dan asesories
1.4. Rangka tangga
1.5. Pemasangan rangka metal stud 75, tebal 0,4 mm, modul 50 x 60 cm, dinding
partisi
1.6. Pasang kuda-kuda baja ringan + reng untuk atap genteng metal
1.7. Pemasangan rangka besi hollow galvanis 40.40.0,4 mm, modul 60 x 60 cm, plafon

4. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING


1.1. Lantai papan semen motif polos t = 20 mm
1.2. Pasang lantai parquet kayu
1.3. Pemasangan plint PVC motif kayu tinggi 10 cm

Spesifikasi Teknis Halaman I - 14


1.4. Tutup dinding luar papan semen motif kayu t = 8 mm
1.5. Tutup dinding dalam papan semen motif polos t = 8 mm
1.6. List papan semen motif polos t = 8 mm
1.7. Railling teras papan semen motif kayu, h = 80 cm
1.8. Railling tangga papan semen motif kayu, h = 80 cm
1.9. Penutup atap genteng metal pasir
1.10. Bubungan genteng metal pasir
1.11. Memasang Talang Datar/Jurai , Seng BJLS 28 Lebar 90 cm
1.12. Pasang lisplank GRC tebal 9 mm uk.25 cm
1.13. Pemasangan plafond gypsum board ukuran (120x240) cm tebal 9 mm
1.14. Pemasangan list langit langit gypsum profil
1.15. Pemasangan plafond kalsi board ukuran (120x240) cm tebal 4,5 mm
1.16. Pemasangan list langit langit kayu profil
5. PEKERJAAN KOSEN, DAUN PINTU DAN DAUN JENDELA
1.1. Pasang kusen pintu dan jendela, boven Aluminium
1.2. Pasang daun pintu - P1
1.3. Pasang daun pintu - P2
1.4. Pasang daun pintu dan jendela - PJ1
1.5. Pasang daun jendela - J1
1.6. Pasang daun jendela - J2
1.7. Pasang daun jendela - J3
1.8. Pasang daun jendela - J4
1.9. Pasang daun jendela - J5
1.10. Anak tangga papan bangkirai 3/25
6. PEKERJAAN CAT
1.1. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.2. Cat tembok interior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.3. Cat Plafond interior
1.4. Cat Plafond eksterior
1.5. Cat list plank GRC - cat eksterior
1.6. Cat kayu warna putih dop ( 1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.7. Pengecatan bidang baja ( 1 lps cat dasar, 1 lps cat antara, 2 lps cat penutup)

7. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


1.1. Donwlight LED 18 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.2. Donwlight LED 10 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.3. Lampu Ornamen Dinding/Pilar LED 7 W warna kuning
1.4. Stop kontak ex. Broco +
1.5. Saklar tunggal ex. Broco
1.6. Saklar Ganda ex. Broco

Spesifikasi Teknis Halaman I - 15


1.7. Titik instalasi listrik (termasuk kabel dan asesories)

E.I. PEMBANGUNAN LANSEKAP KAWASAN KANTOR


1. PEKERJAAN TAMAN
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Urugan pasir urug (dipadatkan)
1.6. Pasangan batu bata, tebal 1 bata adk. 1 : 4
1.7. Sloof praktis 15/20 (penanda kantor)
1.8. Kolom praktis 11/11 (penanda kantor)
1.9. Balok praktis 10/15 (penanda kantor)
1.10. Pasangan batu bata, tebal 1/2 bata adk. 1 : 4
1.11. Plesteran 1 : 4, t = 15 mm
1.12. Acian
1.13. Beton rabat K-100 (pesestrian selasar)
1.14. Pasangan lantai batu lempeng
1.15. Pasangan dinding batu andesit bakar (susun sirih)
1.16. Penanda kantor
1.17. Tanah subur
1.18. Tanaman Bambu Cina, tinggi 60 cm
1.19. Tanaman Palem Sadeng, tinggi 40 cm
1.20. Tanaman Pucuk Merah, tinggi 1 m
1.21. Tanaman Rombusa Gold, tinggi 50 cm
1.22. Tanaman Rombusa Mini, tinggi 25 cm
1.23. Sitting group (sesuai gambar)

2. PEKERJAAN HALAMAN KANTOR & LAMPU SOROT


2.1. Galian tanah (manual) sedalam 1 m
2.2. Urugan kembali
2.3. Pemadatan tanah urugan
2.4. Buangan tanah sisa galian
2.5. Urugan sirtu dipadatkan dengan alat
2.6. Pemadatan dengan alat
2.7. Pasang Paving block K-300, t = 8 cm
2.8. Kansteen K-200, 10/20
2.9. Saluran beton U-20
2.10. Grill besi
2.11. Urugan pasir urug

Spesifikasi Teknis Halaman I - 16


2.12. Beton rabat K-100
2.13. Pondasi footplat
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
2.14. Kolom 20/20 cm
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
2.15. Plat landas, angkur dan baut
2.16. Tiang lampu (sesuai gambar), meliputi :
Pipa besi SCH-50 dia.3" dan dia.2" , cat besi, besi strip 50.5
finishing stainless, pipa PVC dia. 2" dan instalasi kabel
2.17. Sponengan
2.18. Pasangan batu blondos
2.19. Pasangan batu candi
2.20. Lampu sorot LED floodlight 150 W (termasuk kabel dan instalinya)
3. PEKERJAAN SELASAR PENGHUBUNG KM/WC DENGAN KANTOR
3.1. Galian tanah (manual)
3.2. Urugan kembali
3.3. Pemadatan tanah urugan
3.4. Buangan tanah sisa galian
3.5. Urugan pasir urug (dipadatkan)
3.6. Beton rabat K-100 (pesestrian selasar)
3.7. Pondasi footplat
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
3.8. Kolom 20/20 cm
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
3.9. Plat landas, angkur dan baut
3.10. Tiang pipa besi
3.11. Pasangan batu blondos
3.12. Sponengan
3.13. Atap Polycarbonat, tebal 6 mm
3.14. Cat besi
4. PEKERJAAN TEMPAT PARKIR SEPEDA MOTOR
4.1. Galian tanah (manual)
Spesifikasi Teknis Halaman I - 17
4.2. Urugan kembali
4.3. Pemadatan tanah urugan
4.4. Buangan tanah sisa galian
4.5. Urugan pasir urug (dipadatkan)
4.6. Beton rabat K-100 (pesestrian selasar)
4.7. Pondasi footplat
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
4.8. Kolom 20/20 cm
Beton K-250
Pembesian
Bekesting
4.9. Plat landas, angkur dan baut
4.10. Tiang pipa besi
4.11. Pasangan batu blondos
4.12. Sponengan
4.13. Atap Polycarbonat, tebal 6 mm
4.14. Cat besi
F.I. PEMBANGUNAN KM/WC
1. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Urugan tanah dari tanah galian dipadatkan
1.6. Pemadatan tanah urugan
1.7. Urugan pasir urug (dipadatkan), t = 10 cm
2. PEKERJAAN BETON DAN PASANGAN
1.1. Aanstamping (pasangan batu kosong)
1.2. Pondasi pasangan batu belah 1 : 4
1.3. Sloof praktis 15/20 beton bertulang
1.4. Kolom praktis 11/11 beton bertulang
1.5. Ring balk praktis 10/15 beton bertulang
1.6. Pasangan trasram batu bata 1/2 bata 1 Pc : 3 Ps
1.7. Pasangan bata merah tebal 1/2 bata, 1 Pc : 4 Ps
1.8. Plesteran 1Pc : 4 Ps tebal 1,5 cm
1.9. Plesteran 1Pc : 5 Ps tebal 1,5 cm
1.10. Acian
1.11. Pasang dinding terawang (Glass Block)

Spesifikasi Teknis Halaman I - 18


1.12. Rabat Beton K-175, tebal 5 cm (tritisan)
1.13. Rabat Beton K-100, tebal 5 cm (dibawah lantai keramik)
1.14. Plesteran Sponengan
3. PEKERJAAN PLAFOND
1.1. Rangka plafond, besi hollow 1x40.40.2mm (modul 60x60 cm)
1.2. Plafond kalsiboard, t = 6 mm
1.3. List plafond kayu profil
4. PEKERJAAN LANTAI
1.1. Pasang keramik lantai 40 x 40 texture
1.2. Pasang keramik dinding Kamar mandi 20 x 20
1.3. Pasang plint / border keramik 10 x 40 cm
5. PEKERJAAN KOSEN DAN RANGKA ATAP
1.1. Pasang kusen pintu dan jendela, boven Aluminium
1.2. Pasang daun pintu aluminium strip
1.3. Memasang Kaca mati 3 mm ( eskabur )
1.4. Engsel pintu
1.5. Handle
1.6. Kunci tanam
1.7. Grendel pintu
1.8. Angkur besi dia. 10
1.9. Kuda-kuda baja ringan atap genteng metal
1.10. Pasang lisplank GRC KASIPLANK lebar 25 cm
6. PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1.1. Pasang atap genteng metal pasir
1.2. Pas. bubungan atap genteng metal
7. PEKERJAAN CAT-CATAN
1.1. Cat tembok interior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.2. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.3. Cat plafond (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)-interior
1.4. Cat list plank GRC (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)-eksterior
1.5. Cat kayu
8. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1.1. Donwlight LED 10 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.2. Saklar Ganda ex. Broco
1.3. Titik instalasi listrik (termasuk kabel dan asesories)
9. PEKERJAAN SANITASI
1.1. Instalasi air bersih PVC ø 1" AW
1.2. Saluran air kotor PVC ø 4" AW
1.3. Closet Jongkok
1.4. Ember air plastik kap. 40 ltr
Spesifikasi Teknis Halaman I - 19
1.5. Biofill (BF06) kap. 2.000 liter
1.6. Kran air ø 1/2"
1.7. Floor dtain
G.I.PEMBANGUNAN HANGGAR ALAT BERAT DAN TRUK/BENGKEL
1. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Galian tanah (manual) sedalam 2 m/footplat
1.3. Urugan kembali
1.4. Pemadatan tanah urugan
1.5. Buangan tanah sisa galian
1.6. Urugan tanah pada bangunan
1.7. Pemadatan tanah urugan
1.8. Urugan pasir urug (dipadatkan)
2. PEKERJAAN BETON, PASANGAN DAN PLESTERAN
1.1. Aanstamping (pasangan batu kosong)
1.2. Pondasi pasangan batu belah 1 : 4
1.3. Pondasi footplat
Lantai kerja, beton K-100
Beton K-250
Pembesian
Bekesting pondasi
1.4. Sloof beton :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting sloof
1.5. Kolom beton :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting kolom
1.6. Sloof praktis 15/20 beton bertulang
1.7. Ringbalk praktis 15/20
1.8. Kolom praktis 11 x 11 cm
1.9. Pasangan rollag batu bata, tebal 1 bata adk. 1 : 4
1.10. Pasangan trasram batu bata 1/2 bata 1Pc : 3 Ps
1.11. Pasangan bata merah tebal 1/2 bata, 1Pc : 4 Ps
1.12. Plesteran 1 : 3, tebal 15 mm
1.13. Plesteran 1 : 4, tebal 15 mm
1.14. Sponengan
1.15. Acian
1.16. Lantai kerja beton, K-100

Spesifikasi Teknis Halaman I - 20


1.17. Plat beton bertulang K-300
1.18. Penulangan wiremesh M-10 (double)
1.19. Begesting plat dasar
1.20. Plat beton atas jendela tebal 8 cm
Beton K-175
Pembesian
Begesting lantai
1.21. Lantai gudang, beton K-175
1.22. Pasang keramik dinding Kamar mandi 20 x 20
1.23. Pasang keramik lantai Kamar mandi tekstur 20 x 20
1.24. Pasang plint / border keramik 10 x 20 cm
3. PEKERJAAN BESI/BAJA
1.1. Rangka Atap
Gording CNP 125.50.20.2,3
Kuda - kuda IWF 200.100.5.8
Kolom IWF 200.100.5.8
Besi plat buhul dan plat sayap tebal 12 mm
Tracstang ø 12 mm
Handle Tracstang
Plat landas kolom t = 12 mm
Angkur dia.192, L = 30 cm
1.2. Regel
Baja L 40.40.4
Besi ø 12 mm
4. PEKERJAAN RANGKA DAN PENUTUP ATAP
1.1. Pasang lisplank GRC KASIPLANK lebar 25 cm
1.2. Penutup atap aluminium galvalum 0,55
1.3. Pasang Atap Nok Gavallum/Aluminium
5. PEKERJAAN KOSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA
1.1. Pasang kusen pintu dan jendela, boven Aluminium
1.2. Pasang daun pintu double panel
1.3. Daun jendela kaca rangka aluminium
1.4. Kusen dan daun pintu PVC (KM / WC)
1.5. Memasang Kaca mati 5 mm ( polos/bening )
1.6. Engsel pintu
1.7. Handle
1.8. Kunci tanam
1.9. Grendel pintu
1.10. Engsel jendela
1.11. Grendel jendela
Spesifikasi Teknis Halaman I - 21
1.12. Kait angin
1.13. Angkur besi dia. 10
6. PEKERJAAN PLAFOND
1.1. Rangka plafond, besi hollow 1x40.40.2mm (modul 60x60 cm)
1.2. Plafond kalsiboard, t = 6 mm
1.3. List plafond kayu profil
7. PEKERJAAN KAYU DAN CAT
1.1. Cat tembok interior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.2. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.3. Cat plafond (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)-interior
1.4. Cat kayu (1 lps plamir, 1 lps cat dasar & 2 lps cat penutup)
1.5. Pengecatan permukaan baja dengan menie besi
1.6. Cat besi ( 1 lps cat dasar, 1 lps cat antara, 2 lps cat penutup)
8. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1.1. Lampu Kap Industri LED 50 W lengkap dengan gantungan
1.2. Donwlight LED 18 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.3. Donwlight LED 10 W warna putih lengkap dengan amateur dan fitting
1.4. Stop kontak ex. Broco +
1.5. Saklar tunggal ex. Broco
1.6. Saklar Ganda ex. Broco
1.7. Titik instalasi lampu (termasuk kabel dan asesories)
9. PEKERJAAN SANITASI
1.1. Jaringan air bersih PVC ø 1"
1.2. Saluran air hujan U-20
1.3. Grill besi
1.4. Saluran air kotor PVC ø 4"
1.5. Closet Jongkok
1.6. Ember air plastik kap. 40 ltr
1.7. Biofill (BF06) kap. 2.000 liter
1.8. Kran air ø 1/2"
1.9. Floor drain
1.10. Tangki air fiberglass kap. 500 ltr
10. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1.1. Tempat cuci kendaraan
Galian tanah
Buangan tanah sisa galian
Urugan pasir urug
Pasangan batu belah 1 : 4
Plesteran 1 : 4, tebal 20 mm
Beton K-175
Spesifikasi Teknis Halaman I - 22
Pembesian
Bekesting dinding
Floordrain
Pipa PVC dia.4" klas AW
Knee PVC dia.4" klas AW
1.2. Urugan sirtu dipadatkan
1.3. Pemadatan dengan alat
1.4. Pasang Paving block K-300, t = 8 cm
1.5. Kansteen K-200, 10/20
H.I.PEKERJAAN SUMUR BOR DALAM
1. PEKERJAAN PEMBORAN
1.1. Pengeboran dari 0 - 60 m
1.2. Pengeboran dari 60 - 120 m
1.3. Reaming lubang dari 0 - 60 m
1.4. Reaming lubang dari 60 - 120m
1.5. Geoelektrik logging test

2. PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMUR DALAM


1.1. Pengadaan dan pemasangan pipa jambang PVC dia. 4"
1.2. Pengadaan dan pemasangan pipa screen PVC dia. 4"
1.3. Pipa Hisap PVC dia. 2"
1.4. Sock Drat Dalam PVC AW dia. 2"
1.5. Sock Drat Luar PVC AW dia. 2"
1.6. Elbow PVC 90º dia. 2"
1.7. Tee PVC AW dia. 2"
1.8. Stop Kran PVC dia. 2"
3. PEMBERSIHAN DAN PENYEMPURNAAN SUMUR DALAM
1.1. Pembersihan dengan sistem air jetting
1.2. Pembersihan dengan sistem water pumping
1.3. Pemasangan gravel pack
1.4. Grouting (beton K-175)
4. PEKERJAAN POMPA UJI
1.1. Uji pemompaan
5. PEKERJAAN PEMASANGAN POMPA
1.1. Pengadaan & pemasangan pompa submersible kap. 7 m3/jam, H = 100 m, 3 KW,
3 phase
1.2. Kabel listrik NYY 3 x 2,5 mm²
1.3. Kabel NYM 3 x 1,5 mm²
1.4. Pemasangan pipa hisap GIP dia 2"
1.5. Stabilizer 5000 watt

Spesifikasi Teknis Halaman I - 23


1.6. Sling, wheel head, dan elektroda
1.7. Panel pompa
I.I. PEMBANGUNAN GROUND TANK KAP. 5 M3
1. Galian tanah (manual)
2. Urugan kembali
3. Pemadatan tanah urugan
4. Buangan tanah sisa galian
5. Urugan pasir tebal 10 cm
6. Lantai kerja beton K-100 tebal 5 cm
7. Pelat beton K-250 tebal 12 cm
8. Pembesian
9. Begesting lantai bawah
10. Begesting dinding
11. Begesting atap
12. Water stop
13. Waterproofing coating lantai dan dinding
14. Pasangan lantai keramik 20x20 cm
15. Pasangan dinding keramik 20x20 cm
16. Tutup manhole pelat baja 3 mm rangka besi siku 60x60 cm
17. Pengadaan dan pemasangan pompa centrifugal kap.40 ltr, H = 39 m, Daya 750 W
18. Perpipaan
J.I. PEMBANGUNAN MENARA AIR DAN INSTALASI AIR BERSIH
1. PEMBANGUNAN MENARA AIR
1.1. Galian tanah (manual) sedalam 2 m
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Urugan pasir urug (dipadatkan), tebal 10 cm
1.6. Pondasi footplat
Lantai kerja, beton K-100
Beton K-250
Pembesian
Bekesting pondasi
1.7. Sloof beton :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting sloof
1.8. Kolom beton :
Beton K-250
Pembesian

Spesifikasi Teknis Halaman I - 24


Bekesting kolom
1.9. Konstruksi rangka besi siku
1.10. Pelat dudukan , pelat sambung dll
1.11. Plat bordes baja tebal 2,3 mm (dudukan tanki air)
1.12. Tangga monyet
1.13. Tanki air kapasitas 1.000 liter
1.14. Pompa centrifugal kapasitas minimal 50 ltr/mnt
1.15. Panel pompa lengkap dengan instalasinya
1.16. Peralatan otomatis pada tanki air
1.17. Pipa isap PVC AW dia. 1 " (dari Ground Reservoar ke Menara Air)
1.18. Pipa pelimpah PVC dia. 2"
1.19. Pipa penguras PVC dia. 2"
1.20. Tee PVC dia. 2"
1.21. Pasang Y Streiner dia. 1"
1.22. Knee PVC dia. 1"
1.23. Stop kran PVC dia. 2"

2. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH


1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Pemasangan pipa GIP dia 2" (dari sumur ke Ground Reservoar)
1.3. Pemasangan pipa distribusi PVC dia. 3/4" (dari Menara Air ke Kompleks
Perkantoran, Garasi dan titik lainnya)
1.4. Urugan tanah kembali
1.5. Pemadatan tanah urugan
1.6. Buangan tanah sisa galian
1.7. Asesories pipa, dll

K.I.PEMBANGUNAN PAGAR DEPAN DAN REHAB ICON


1. PEMBANGUNAN DAN REHAB PAGAR DEPAN
1.1. Galian tanah (manual)
1.2. Urugan kembali
1.3. Pemadatan tanah urugan
1.4. Buangan tanah sisa galian
1.5. Urugan pasir urug (dipadatkan)
1.6. Pasangan batu kosong/Aanstamping
1.7. Pondasi pasangan batu belah 1 : 4
1.8. Sloof praktis beton uk. 15/20
1.9. Ringbalk praktis beton uk. 10/15
1.10. Kolom praktis beton uk. 11/11
1.11. Pasangan dinding bata 1/2 bata, 1 Pc : 4 Ps

Spesifikasi Teknis Halaman I - 25


1.12. Plesteran 1 Pc : 4 Ps, t = 15 mm
1.13. Acian
1.14. Sponengan sudut
1.15. Pengerokan cat tembok lama
1.16. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.17. Profilan ornamen kolom
2. PEMBANGUNAN TAMAN DAN REHAB ICON
1.1. Pengerokan cat tembok lama
1.2. Cat tembok eksterior (1 lps cat dasar, 2 lps cat penutup)
1.3. Pembersihan dinding pasangan batu blondos
1.4. Coating dinding pasangan batu blondos
1.5. Lampu sorot LED 5 W (lengkap dengan dudukan, pelindung dan instalasi listrik)
1.6. Tanah subur
1.7. Penanaman pohon Pucuk Merah, tinggi 1 m
1.8. Penanaman pohon Palem Sadeng, tinggi 40 cm
1.9. Tanaman rumput Gajah Mini
1.10. Tanaman Rombusa Gold, tinggi 50 cm
1.11. Tanaman Rombusa Mini, tinggi 25 cm
D. MEKANIKAL ELEKTRIKAL
A.I.PEKERJAAN PENAMBAHAN DAYA LISTRIK
1. Biaya Penyambungan (BP) Listrik
2. Uang Jaminan Langganan (UJL)
3. Biaya kepengurusan, perijinan, administrasi & biaya-biaya supervisi lainnya
B.I.PEKERJAAN PANEL LISTRIK (TERMASUK GROUNDING)
1. Box MCB 1 (hanggar alat berat dll)
2. Box MCB 2 (jembatan timbang)
3. Box MCB 3 (perkantoran dan sumur dalam)
4. Box MCB 4 (LPJU)
5. Material Bantu & Testing Commissioning
C.I.PEKERJAAN KABEL FEEDER
1. Kabel dari KWH meter ke MDP
2. Kabel dari MDP ke :
1.1. Box MCB 1 (hanggar alat berat dll)
1.2. Box MCB 2 (jembatan timbang)
1.3. Box MCB 3 (perkantoran & sumur dalam)
D.I.PEKERJAAN PENGADAAN GENSET
1. Pengadaan Genset Silent kapasitas 20 KV ex. Perkins

a. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh
dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan termaksud.

Spesifikasi Teknis Halaman I - 26


b. Pekerjaan harus diselesaikan seperti yang dimaksud dalam RKS, Gambar-gambar Rencana,
Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Agenda yang disampaikan selama
pelaksanaan.
c. Pekerjaan dimaksud diatas meliputi seluruh pekerjaan Struktural, Arsitektural dan Mekanikal-
Elektrikal.

Spesifikasi Teknis Halaman I - 27


PASAL 2
LOKASI DAN KEADAAN PEKERJAAN

2.1. Lokasi pekerjaan akan ditunjukkan pada waktu Aanwijzing dan lokasi ini tidak
akan berubah pada waktu penyerahan Surat Penyerahan Lapangan Pekerjaan.

2.2. Untuk pengamanan bahan - bahan pada waktu membangun, bila perlu dari
kontraktor mengadakan gudang darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan
yang mengharuskan.

2.3. Kondisi Lapangan


a. Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus benar - benar memahami
kondisi / keadaan lapangan atau hal - hal lain yang mungkin akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah memperhitungkan
segala akibatnya.
b. Kontraktor harus memperhatikan secara khusus mengenai pengaturan lokasi
tempat bekerja, penempatan material, pengamanan dan kelangsungan
operasi selama pekerjaan berlangsung.
c. Kontraktor harus mempelajari dengan seksama seluruh bagian gambar,
SPESIFIKASI TEKNIS dan agenda dokumen lelang, guna penyesuaian dengan
kondisi lapangan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik.

2.4. Kebersihan dan Ketertiban


a. Selama berlangsungnya pembangunan, Direksikeet, gudang dan bagian dalam
bangunan yang dikerjakan harus tetap bersih dan tertib, bebas dari bahan
bekas, tumpukan tanah dan lain – lain.
Kelalaian dalam hal ini dapat menyebabkan Konsultan Pengawas atau Direksi
memberi perintah menghentikan seluruh pekerjaan dan kontraktor harus
menanggung seluruh akibatnya.
b. Penimbunan bahan - bahan yang ada dalam gudang - gudang maupun yang
berada di alam bebas, harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kelancaran dan keamanaan pekerjaan / umum dan juga memudahkan
jalannya pemeriksaan dan penelitian bahan-bahan oleh Konsultan Pengawas
maupun oleh Pemberi Tugas.
c. Para pekerja kontraktor tidak diperkenankan untuk :
- Menginap ditempat pekerjaan kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas.
- Memasak ditempat kerja kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas atau
Direksi.
- Membawa masuk pedagang makanan, buah - buahan, minuman rokok dan
sebagainya ketempat pekerjaan.
- Keluar masuk dengan bebas.
2.5. Pemeriksaan, Penyediaan Bahan dan Barang
a. Bila dalam SPESIFIKASI TEKNIS disebutkan nama dan Pabrik pembuat dari
suatu bahan dan barang, maka hal ini dimaksudkan untuk menunjukan
bahan dan barang yang digunakan dan untuk mempermudah kontraktor
mencari barang tersebut.
b. Setiap penggantian nama dan pabrik pembuat dari suatu bahan dan barang
harus disetujui oleh Direksi pekerjaan dan bila ditentukan dalam SPESIFIKASI
TEKNIS serta Gambar Kerja, maka bahan dan barang tersebut diusahakan dan
disediakan oleh Pemberi Tugas, melalui Konsultan Pengawas.
c. Contoh bahan dan barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus segera
disediakan atas biaya Kontraktor, setelah disetujui oleh Pemberi Tugas /
Konsultan Pengawas atau Direksi, harus dianggap bahwa bahan dan barang
tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.
d. Contoh bahan dan barang tersebut, disimpan oleh Konsultan Pengawas atau
Pemberi Tugas untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan
barang yang dipakai tidak sesuai dengan kualitas maupun sifatnya.
e. Dalam pengajuan harga penawaran, kontraktor harus sudah memasukan
sejauh keperluan biaya untuk pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa
mengingat jumlah tersebut, kontraktor tetap bertanggung jawab pula atas
biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi syarat atas perintah
Pemberi Tugas / Konsultan Pengawas atau Direksi.

2.6. Perbedaan dalam Dokumen Lampiran Kontrak


a. Jika terdapat perbedaan - perbedaan antara gambar kerja dan Rencana Kerja
dan Syarat ini, maka kontraktor harus menanyakan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas dan kontraktor harus mentaati keputusan tersebut.
b. Ukuran - ukuran yang terdapat gambar terbesar dan terakhir yang berlaku
dan ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala
dari pekerjaan yang sudah selesai.
c. Apabila terdapat perbedaan antara :
- Gambar dan BOQ, maka yang dipakai sebagai pegangan dalam ukuran
fungsional adalah BOQ,
- Gambar tidak tersedia, sedangan pada BOQ tersedia, maka gambar akan
disiapkan sesuai dengan BOQ.
- Gambar denah dan gambar detail berbeda ukuran, maka yang digunakan
adalah gambar detail.

2.7. Gambar Kerja (Shop Drawing)


a. Jika terdapat kekurangan penjelasan - penjelasan dalam gambar kerja, atau
diperlukan gambar tambahan / gambar detail, atau untuk memungkinkan
Kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan, maka kontraktor harus membuat gambar tersebut dan dibuat
rangkap 3 (tiga) gambar tersebut atas biaya Kontraktor dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
b. Gambar kerja hanya dapat berubah apabila diperintahkan secara tertulis oleh
Pemberi Tugas, dengan mengikuti penjelasan dan pertimbangan dari
Perencana dan Konsultan Pengawas.
c. Perubahan rencana ini harus dibuat gambarnya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas dengan jelas, memperhatikan perbedaan
antara gambar kerja dan gambar perubahan rencana.
d. Gambar tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk
disetujui sebelum dilaksanakan.

2.8. Gambar Sesuai Pelaksanaan (Asbuilt Drawing)


a. Termasuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja, baik karena
penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas / Konsultan
Pengawas, maka kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai
dengan apa yang telah dilaksanakan, dengan memperlihatkan perbedaan
antara gambar kerja dan pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) gambar asli dan
biaya pembuatannya ditanggung oleh kontraktor.

PASAL 3.
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1. Peralatan Kerja, Mobilisasi dan Demobilisasi


a. Kontraktor harus mempersiapkan dan mengadakan peralatan - peralatan
kerja dan peralatan bantu yang akan digunakan di lokasi pekerjaan sesuai
dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungkan segala biaya
pengangkutan.
b. Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat -
alat berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu
lintas.
c. Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas berhak memerintahkan untuk
menambah peralatan atau menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak
memenuhi persyaratan.
d. Bila pekerjaan telah selesai, Kontraktor diwajibkan untuk segera
menyingkirkan alat - alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang
diakibatkannya dan membersihkan bekas - bekasnya.
e. Disamping harus menyediakan alat - alat yang diperlukan seperti yang
dimaksud pada ayat 3.1.a Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu
sehingga dapat bekerja pada kondisi apapun, antara lain tenda-tenda untuk
bekerja pada waktu hari hujan, perancah (scafolding) pada sisi ruang
bangunan atau tempat lain yang memerlukan, serta peralatan lainnya dan
memperhitungkan untuk keperluan tersebut pada harga satuan yang sesuai
dengan pemakaian alat.

3.2. Pengukuran
a. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau
penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan.
b. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada kepada Konsultan Pengawas agar
dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja dan Persyaratan Teknis.

3.3. Sarana Air Kerja dan Penerangan


a. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama pekerjaan berlangsung,
Kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna
keperluan air kerja, air minum untuk pekerja dan air kamar mandi / WC,
selama berlangsungnya pekerjaan.
b. Air yang dimaksud adalah air bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber
air, serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi
keperluan pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Direksikeet, Kantor
Kontraktor, Kamar mandi / WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c. Kontraktor juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan Direksikeet dan penerangan pekerjaan
pada malam hari sebagai keamanan selama pekerjaan berlangsung.
Penyediaan Penerangan / tenaga listrik berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
d. Pengadaan Penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN atau dengan
Generator Set, dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Pengadaan Fasilitas penerangan tersebut
termasuk pengadaan dan pemasangan instalasi dan armatur, stop kontak
serta saklar atau panel.

3.4. Pembuatan Los Kerja dan Bangunan Istirahat


a. Kontraktor harus membuat los kerja dan bangunan untuk tempat istirahat
dan sholat bagi pekerja, serta menempatkan petugas keamanan selama
pekerjaan berjalan.
Juga harus disediakan gudang untuk penyimpanan material yang cukup dan
memenuhi syarat agar material maupun peralatan lain tidak menjadi lembab
atau karena sebab-sebab lain. Bila diperlukan tempat kerja dan tempat
tersebut terletak diluar daerah yang disediakan direksi, maka penyedia
barang/jasa harus menyelesaikan ganti rugi atau biaya-biaya lain sehubungan
hal tersebut dan tidak diperkenankan meminta biaya-biaya tambahan
b. Bangunan tersebut adalah milik Kontraktor dan selesai pekerjaan secepatnya
dibongkar dan dibawa keluar dari site.
3.5. Keselamatan Kerja
a. Kontraktor harus menjamin keselamatan para pekerja sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan dalam peraturan perburuhan atau persyaratan
yang diwajibkan untuk semua bidang pekerjaan.
b. Untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (pppk), lihat SMK2

Ketentuan Pelaksanaan K-3

Ketentuan Administrasi

Kewajiban umum di sini dimaksudkan kewajiban umum bagi perusahaan Penyedia


Jasa Konstruksi, yaitu :
1) Penyedia Jasa berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,
peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa
sehingga tenaga kerja terlindungi dari resiko kecelakaan.
2) Penyedia Jasa menjamin bahwa mesin-mesin peralatan, kendaraan atau alat-
alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan
keselamatan kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat
dipergunakan secara aman.
3) Penyedia Jasa turut mengadakan pengawasan terhadap tenaga kerja, agar
tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan
sehat.
4) Penyedia Jasa menunjuk petugas keselamatan kerja yang karena jabatannya
di dalam organisasi Penyedia Jasa, bertanggung jawab mengawasi koordinasi
pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
5) Penyedia Jasa memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai
dengan keahlian, umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa menjamin bahwa semua tenaga
kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya dari pekerjaannya masing-masing
dan usaha pencegahannya, untuk itu Penyedia Jasa dapat memasang papan-
papan pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana
pencegahan yang dipandang perlu.
7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap
semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan,
lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman.
8) Hal-hal yang menyangkut biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan
keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Penyedia Jasa Konstruksi harus menugaskan secara khusus Ahli K3 dan tenaga K3
untuk setiap proyek yang dilaksanakan. Tenaga K3 tersebut harus masuk dalam struktur
organisasi pelaksanaan konstruksi setiap proyek, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja harus bekerja secara penuh (full-
time) untuk mengurus dan menyelenggarakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
2) Pengurus dan Penyedia Jasa yang mengelola pekerjaan dengan
mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari
sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit pembina K3.
3) Panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja tersebut ini merupakan
unit struktural dari organisasi penyedia jasa yang dikelola oleh pengurus atau
penyedia jasa.
4) Petugas keselamatan dan kesehatan kerja tersebut bersama-sama dengan
panitia pembina keselamatan kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah
koordinasi pengurus atau Penyedia Jasa, serta bertanggung jawab kepada
pemimpin proyek.
5) Penyedia jasa harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Memberikan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja fasilitas-
fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
b) Berkonsultasi dengan panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja
dalam segala hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam proyek.
c) Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada
rekomendasi dari panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Jika 2 (dua) atau lebih Penyedia Jasa bergabung dalam suatu proyek mereka
harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Laporan Kecelakaan
Salah satu tugas pelaksana K3 adalah melakukan pencatatan atas kejadian yang
terkait dengan K3, dimana :
1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus
dilaporkan kepada Instansi yang terkait.
2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut :
a) Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja
masing-masing dan
b) Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya.

Keselamatan Kerja dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama pada kecelakaan harus
dibuat sebelumnya untuk setiap proyek yang meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi dan alat-alat lain
serta jalur transportasi, dimana :
1) Tenaga kerja harus diperiksa kesehatannya.
a) Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali
(pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada
kesehatan fisik dan kesehatan individu),
b) Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan
tersebut.
2) Tenaga kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan
kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara
teratur.
3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan
untuk referensi.
4) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba,
harus dilakukan oleh Dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK).
5) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di
tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan
lain-lain.
6) Alat-alat PPPK atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat
untuk kompres, perban, antiseptik, plester, gunting dan perlengkapan gigitan
ular.
7) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain
selain alat-alat PPPK yang diperlukan dalam keadaan darurat.
8) Alat-alat PPPK dan kotak obat-obatan harus berisi keterangan-
keterangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti.
9) Isi dari kotak obat-obatan dan alat PPPK harus diperiksa secara teratur dan
harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong).
10) Kereta untuk mengangkat orang sakit (tandu) harus selalu tersedia.
11) Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat
penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja.
12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya
risiko tenggelam atau keracunan, alat-alat penyelematan harus selalu tersedia
di dekat tempat mereka bekerja.
13) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut
dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami
kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat lainnya.
14) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik dan
strategis yang memberitahukan antara lain :
a) Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat-alat PPPK, ruang
PPPK, ambulans, tandu untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat
dicari petugas K3.
b) Tempat telepon terdekat untuk menelepon/memanggil ambulans, nomor
telepon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain.
c) Nama, alamat, nomor telepon Dokter, rumah sakit dan tempat penolong
yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat.

Pembiayaan keselamatan dan kesehatan kerja


Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah
diantisipasi sejak dini yaitu pada saat Pengguna Jasa mempersiapkan pembuatan desain
dan perkiraan dalam biaya suatu proyek.
Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu
menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya Penyedia Jasa
harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk
penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut
dengan biaya yang wajar, oleh karena itu baik Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa perlu
memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini agar dapat melakukan
langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.
I.2.2. Ketentuan teknis

a. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan dan
jembatan, Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bila
dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama
terkait dengan aspek lingkungan harus mendapatkan persetujuan dari direksi
pekerjaan.
Tempat kerja dan peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
b) Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara
yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus
dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.
c) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.

4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-
benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat
orang jatuh atau tersandung (terantuk)
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab
lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.
Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran
yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat
pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagaiberikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah terbakar.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah
terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau karbon
tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang
terbatas (ruangan tertutup, sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air(reservoir, standpipe) dipasang di suatu
gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan
sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran.
Perlengkapan keselamatan kerja
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras
selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.

GAMBAR 2.1.
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
I.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi :

Pedoman untuk manajemen puncak


Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian manajemen puncak untuk mengurangi biaya
karena kecelakaan kerja, antara lain :
1) Mengetahui catatan tentang keselamatan kerja dari semua manajer
lapangan. Informasi ini digunakan untuk mengadakan evaluasi terhadap
program keselamatan kerja yang telah diterapkan.
2) Kunjungan lapangan untuk mengadakan komunikasi tentang keselamatan
kerja dengan cara yang sama sebagaimana dilakukan pelaksanaan
monitoring dan pengendalian mengenai biaya dan rencana penjadualan
pekerjaan.
3) Mengalokasikan biaya keselamatan kerja pada anggaran perusahaan dan
mengalokasikan biaya kecelakaan kerja pada proyek yang dilaksanakan.
4) Mempersyaratkan perencanaan kerja yang terperinci sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa peralatan atau material yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam kondisi aman.
5) Para pekerja yang baru dipekerjakan menjalani latihan tentang keselamatan
kerja dan memanfaatkan secara efektif keahlian yang ada pada masing
masing divisi (bagian) untuk program keselamatan kerja.
Pedoman untuk manajer dan pengawas
Untuk para manajer dan pengawas, hal-hal berikut ini dapat diterapkan untuk
mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam pelaksanan pekerjaan bidang
konstruksi :
1) Manajer berkewajiban untuk melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja
konstruksi sehingga harus menerapkan berbagai aturan, standar untuk
meningkatkan K3, juga harus mendorong personil untuk memperbaiki sikap
dan kesadaran terhadap K3 melalui komunikasi yang baik, organisasi yang
baik, persuasi dan pendidikan, menghargai pekerja untuk tindakan-tindakan
aman, serta menetapkan target yang realistis untuk K3.
2) Secara aktif mendukung kebijakan untuk keselamatan pada pekerjaan seperti
dengan memasukkan masalah keselamatan kerja sebagai bagian dari
perencanaan pekerjaan dan memberikan dukungan yang positif.
3) Manajer perlu memberikan perhatian secara khusus dan mengadakan
hubungan yang erat dengan para mandor dan pekerja sebagai upaya untuk
menghindari terjadi kecelakaan dan permasalahan dalam proyek konstruksi.
Manajer dapat melakukannya dengan cara :
a) Mengarahkan pekerja yang baru pada pekerjaannya dan mengusahakan
agar mereka berkenalan akrab dengan personil dari pekerjaan lainnya
dan hendaknya memberikan perhatian yang khusus terhadap pekerja
yang baru, terutama pada hari-harinya yang pertama.
b) Melibatkan diri dalam perselisihan antara pekerja dengan mandor, karena
dengan mengerjakan hal itu, kita akan dapat memahami mengenai titik
sudut pandang pari pekerja. Cara ini bukanlah mempunyai maksud untuk
merusak (“merongrong”) kewibawaan pihak mandor, tetapi lebih
mengarah untuk memastikan bahwa pihak pekerja itu telah diperlakukan
secara adil (wajar).
c) Memperlihatkan sikap menghargai terhadap kemampuan para mandor
tetapi juga harus mengakui suatu fakta bahwa pihak mandor itu pun
(sebagai manusia) dapat membuat kesalahan. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan cara mengizinkan para mandor untuk memilih para pekerjanya
sendiri (tetapi tidak menyerahkan kekuasaan yang tunggal untuk
memberhentikan pekerja).
Pedoman untuk mandor
Mandor dapat mengurangi kecelakaan dan gangguan kesehatan dalam
pelaksanaanpekerjaan bidang konstruksi dengan :
1) Memperlakukan pekerja yang baru dengan cara yang berbeda, misalnya
dengan tidak membiarkan pekerja yang baru itu bekerja sendiri secara
langsung atau tidak menempatkannya bersama-sama dengan pekerja yang
lama dan kemudian membiarkannya begitu saja.
2) Mengurangi tekanan terhadap pekerjanya, misalnya dengan tidak
memberikan target produktivitas yang tinggi tanpa memperhatikan
keselamatan dan kesehatan pekerjanya.
Selanjutnya manajemen puncak dapat membantu para mandor untuk mengurangi
kecelakaan kerja dengan cara berikut ini :
1) Secara pribadi memberikan penekanan mengenai tingkat kepentingan dari
keselamatan kerja melalui hubungan mereka yang tidak formal maupun yang
formal dengan para mandor di lapangan.
2) Memberikan penekanan mengenai keselamatan kerja dalam rapat pada
tataran perusahaan.
Pedoman untuk pekerja
Pedoman yang dapat digunakan pekerja untuk mengurangi kecelakaan dan gangguan
kesehatan dalam pelaksanaan pekerjaan bidang konstruksi antara lain adalah:
1) Permasalahan pribadi dihilangkan pada saat masuk lingkungan kerja.
2) Tidak melakukan pekerjaan bila kondisi kesehatan kurang mendukung.
3) Taat pada aturan yang telah ditetapkan.
4) Memahami program keselamatan dan kesehatan kerja.
5) Memahami lingkup kerja yang diberikan.

Biaya Umum yang diajukan oleh penyedia jasa sudah harus memperhitungkan K3
dengan acuan volume kegiatan K3 sebagai berikut:

NO URIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN


1 Penyiapan RK3K, terdiri :
a. Pembuatan Manual, Prosedur, Instruksi Kerja, Ijin Kerja, Dan Lain- 1 Set
lain
b. Pembuatan Kartu Identitas Pekerja 50 Orang
2. Sosialisasi dan Promosi K3 terdiri atas :
a Induksi K3 (Safety Induction) 50 org
b Pelatihan K3 50 org
c Simulasi K3 50 org
d Spanduk (Banner) 2 bh
e Poster 2 bh
f Papan Informasi K3 1 bh
3. Alat Pelindung Kerja
a. Pagar Pengaman (Safety Railling) 1 Ls
b Pembatas Area (Restricted Area) 1 Ls
4. Alat Pelindung Diri, terdiri:
a. Topi Pelindung (Safety Helmet) 50 Bh
b. Pelindung Mata (Goggle, Safety Glass) 50 Bh
c. Pelindung Pernafasan dan Mulut (Masker) 50 Bh
d. Sarung Tangan (Gloves) 50 Bh
e. Sepatu keselamatan (Safety shoes) untuk staff 10 Bh
f. Sepatu keselamatan (Rubber Safety shoes) 50 Bh
g. Pelindung jatuh (Fall Arrester) 10 Bh
5. Alat Pelindung Diri, terdiri:
a. BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan Kerja 1 ls
b. Surat Ijin Kelaikan Alat 1 Alat/kend
c. Surat Ijin Operator 1 Alat
d. Surat Ijin Pengesahan Panitia Pembina Keselamatan dan 1 Ls
Kesehatan Kerja (P2K3)
6. Personil K3, terdiri atas :
a. Petugas K3 7 OB
b. Petugas P3K 7 OB
c. Petugas Medis 7 OB
7. Fasilitas Sarana Kesehatan
a. Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Tabung Oksigen, Obat Luka , 1 Ls
Perban, ddd)
b. Ruang P3K (Tempat tidur pasien, stetoskop, timbangan berat 1 Ls
badan, tensi meter, dll)
c. Peralatan Pengasapan 1 bh
d. Obat Pengasapan 6 Kali
8. Rambu-rambu, terdiri atas :
a. Rambu Petunjuk 15 Bh
b. Rambu Larangan 15 Bh
c. Rambu Peringatan 15 Bh
d. Rambu Kewajiban 15 Bh
e. Rambu Informasi 5 Bh
9. Lain-lain Terkait Pengendalian Resiko K3
a. Alat Pemadam Ringan (APAR); 10 kg 5 Bh
b. Program Inspeksi dan Audit Internal 1 Bh
c. Pelaporan dan Penyelidikan Insiden 1 Ls

3.6. Dokumentasi
a. Kontraktor Harus memperhitungkan biaya perawatan pembuatan
dokumentasi serta pengirimannya ke Kantor Pemberi Tugas serta pihak-pihak
lain yang diperlukan.
b. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah :
- Laporan-laporan perkembangan pekerjaan.
- Foto - foto pekerjaan,
- Surat - surat dan dokumen lainnya.
c. Foto - foto yang menggambarkan kemajuan pekerjaan hendaknya dilakukan
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sebanyak 5
(lima) peristiwa, yaitu : 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.

3.7 Papan nama kegiatan


1. Penyedia barang/jasa harus membuat dan memasang Papan Nama Kegiatan
pada lokasi pekerjaan dengan ukuran 120 cm x 80 cm, sebagai Papan Nama
Pemberitahuan yang berisikan informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan,
pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan dan nama penyedia barang/jasa
pekerjaan.
2. Bahan-bahan harus ditempatkan pada tempat yang tidak akan mengganggu
lalu lintas dan selambat-lambatnya dalam waktu satu kali 24 jam.
3. Setiap kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian penyedia barang/jasa
memberi pengamanan seperti tersebut diatas sepenuhnya tanggung jawab
penyedia barang/jasa.
4. Sebelum melaksanakan pekerjaan lokasi harus dibersihkan dari segala kotoran
dan setelah pekerjaan selesai harus dibersihkan dari segala sisa bahan dan
lain-lain.

3.8 Penyediaan Tenaga, peralatan dan lampu Penerangan


1. Tenaga yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri
oleh penyedia barang/jasa dengan jumlah dan kapasitas yang sesuai dengan
pekerjaan yang dilaksanakan, yaitu seorang tenaga teknis dengan pendidikan
minimal sarjana muda sipil dengan pengalaman lebih dari 5 tahun dan
memiliki SKA/SKT serta seorang tenaga administrasi dengan pendidikan
minimal SLTA dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. dan harus disetujui
oleh direksi.
Hierarki Organisasi Pelaksanaan adalah sebagai berikut:

Persyaratan Personil dalam Organisasi Pelaksanaan yang dipersayaratkan


dalam SDP adalah sebagai berikut:
No Jabatan dalam Pendidikan Pengalam Sertifikasi Kompetensi Kerja
pekerjaan yang an kerja
dilaksanakan (tahun)
1. Manajer S1 Teknik Sipil 10 SKA Ahli Madya
Pelaksanaan/Proyek Manajemen Konstruksi/
Proyek
2. Manajer Teknik S1 Teknik 8 SKA Ahli Madya Ahli Teknik
Lingkungan Sanitasi dan Limbah
3. Manajer Keuangan S1 Akintasi 10 -
4. Ahli K3 Konstruksi S1 Teknik Sipil 5 SKA Ahli Madya
K3 Konstruksi
2. Penyedia barang/jasa harus mengajukan daftar peralatan secara terperinci
yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
disetujui direksi. Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan alat- alat
tersebut yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau
diganti sehingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai/dilanjutkan yaitu
Memiliki:
Jenis Alat Kapasitas Jumlah

1 Excavator /Backhoe 0,8 – 1 M3 ≥2 unit


2 Bulldozer Blade 3m ≥1 unit
3 Dump Truck ≥ 4 M3 ≥3 unit
4 Stamper 60 – 100 kg ≥2 unit
5 Concrete Mixer/Mollen ≥ 0,350 M3 ≥2 unit
6 Theodolit Waterpass ≥1 unit

Penyedia barang/jasa harus mnyediakan lampu-lampu penerangan apabila


pekerjaan tersebut dilaksanakan pada waktu malam hari

3.9 Penyediaan Air


Air yang diperlukan harus disediakan oleh penyedia barang/jasa termasuk
penyediaan peralatan dan perpipaan antara ukuran dan gambarnya, maka segera
diminta petunjuk direksi untuk menetapkan ukuran yang benar.

3.10 Penyediaan Material


1. Penyedia barang/jasa harus menyediakan sendiri material seperti yang
disebutkan dalam daftar volume pekerjaan. Material-material yang disediakan
oleh direksi atau pemberi perintah akan ditentukan tersendiri dalam syarat-
syarat khusus atau dalam rapat penjelasan.

2. Penyedia barang/jasa harus memeriksa terlebih dahulu meterial-meterial


tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi
pekerjaan. Penyedia barang/jasa harus mengganti kalau material itu rusak
yang diakibatkan oleh cara pengangkutan yang salah, hilang atau
berkurangnya material yang diangkut kelalaian penyedia barang/jasa

3.11 Perlindungan Terhadap Cuaca


Penyedia barang/jasa harus mengusahakan atas tanggungannya sendiri, langkah-
langkah peralatan yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang
digunakan agar tidak rusak atau berkurangnya mutu karena pengaruh cuaca.

3.12 Rencana kerja


Penyedia barang/jasa harus menyiapkan status rencana kerja dan harus
disampaikan kepada direksi, rencana kerja tersebut harus mencakup:
1. Tanggal mulai, serta selesai pekerjaan konstruksi dan atau pemasangan
kegiatan pekerjaan termasuk pengujiannya.
2. Jam kerja bagi tenaga yang disediakan oleh penyedia barang/jasa
3. Jumlah dari tenaga yang dipakai pada setiap tahap pekerjaan dengan disertai
latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja.
4. Macam serta jumlah mesin-mesin serta alat-alat yag akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
5. Cara pelaksanaan pekerjaan atau metode.
PASAL 4
PENUNJUKAN/TINJAUAN KE LOKASI PROYEK

4.1. Lokasi Pekerjaan akan ditunjukan Setelah rapat Aawijzing dan nantinya lokasi ini
tidak akan berubah pada waktu penyerahan Surat Penyerahan Pekerjaan
Lapangan.

4.2. Untuk Pengamanan bahan - bahan pada waktu membangun, bila perlu dari pihak
kontraktor mengadakan pagar darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan
yang mengharuskan.

4.3. Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan pembersihan site dimulai kontraktor terlebih dahulu minta ijin
kepada Pemberi Tugas lama saat / waktu yang tepat untuk melaksanakan
pekerjaan.

PASAL 5
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Konsultan Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa
perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan
tersebut.

PASAL 6
PEKERJAAN PERSIAPAN:

Pada tahap awal pembangunan, terdapat kemungkinan adanya aktivitas di lokasi


pekerjaan sedang berlangsung. Berkaitan dengan hal ini, maka Kontraktor harus
melakukan koordinasi dan kerjasama dalam pengaturan kegiatan dengan pihak-pihak
yang terkait dengan aktivitas yang masih ada.
Tahap pembangunan TPA harus diawali dengan pembersihan lapangan dan
pembongkaran bangunan-bangunan di lokasi sesuai dengan rencana (jika ada). Semua
bahan-bahan material hasil bongkaran yang masih dapat dimanfaatkan harus dapat
diamankan dan dilindungi untuk diserahkan kepada pihak pemilik proyek.
1. Mobilisasi Peralatan
Kontraktor harus mempersiapkan seluruh peralatan yang akan dipergunakan di tempat
kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dan memperhitungkan biaya pengangkutannya
baik peralatan tersebut milik sendiri maupun sewa.

Pembayaran : Pengukuran dan pembayaran untuk mobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas. Harga lump sum untuk mobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Teknik bahwa mobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis peralatan dan
perlengkapan yang diajukan kontraktor dalam penawarannya. Perkiraan bulanan tentang kemajuan
pekerjaan untuk pembayaran mobilisasi harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang
menunjukkan bahwa mobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam bulan
yang direncanakan. Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas.
2. Pembersihan lokasi
Selama dan setelah proyek berlangsung (sebelum penyerahan pekerjaan kepada pemilik)
Kontraktor harus membersihkan seluruh lapangan. Pekerjaan pembersihan terdiri dari
pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman
lain, sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang menggangu, termasuk pencabutan
akar-akar, sisa-sisa konstruksi, sisa-sisa material dari sisa-sisa pekerjaan, dan hal-hal
lainnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila
direksi menentukan lain.

Pembayaran : Tidak ada pembayaran khusus yang terpisah dilakukan untuk pemeliharaan kantor dan fasilitas
kontraktor. Biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan ini dianggap sudah termasuk dalam satuan harga
lump sum dari item-item pada bab lain yang terdapat dalam Daftar Kuantitas

3. Kantor Sementara dan perlengkapannya


Kontraktor wajib menyediakan direksi kit, barak kerja, gudang barang, dan KM/WC dengan
ukuran sebagaimana dalam anggaran, yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor.

Kontraktor diwajibkan membuat bangunan sementara antara lain :

a. Direksi keet ukuran miminal 7 x 5 m2.


b. Barak kerja ukuran miminal 6 x 4 m2
c. Gudang barang dan alat-alat ukuran miminal 6 x 4 m2
d. Kamar mandi/WC dengan ukuran luas miminal 2 m2
e. Perlengkapan kerja meliputi :
1) Meja tulis dan 2 buah kursi kerja.
2) 1 buah meja rapat dan kursi rapat dengan jumlah memadai.
3) 1 buah papan tulis (white board) ukuran 120 x 240 cm.
4) 1 buah almari/rak kayu untuk contoh barang.
5) Perlengkapan lapangan untuk kebutuhan tamu, pengawas/wakil-wakilnya
minimum 5 (lima) pasang, terdiri dari sepatu lapangan, topi lapangan dan jas hujan.
6) Air minum.
7) Perlengkapan P3K.
8) Penyejuk ruangan

Kontraktor juga wajib menyediakan gudang bahan material yang memerlukan


perlindungan dalam penyimpanannya. Setelah selesai proyek, seluruh bangunan
sementara dan pelengkapnya wajib dipindahkan oleh Kontraktor sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan / Pengawas.

Pembayaran : Pengukuran dan pembayaran untuk bangunan dan fasilitas kantor kontraktor adalah dalam
satuan harga lump sum, sesuai daftar kuantitas. Pembayaran meliputi kompensasi untuk seluruh biaya
sewa/pengadaan bangunan untuk kantor, workshop, gudang, tempat tinggal staf dan tenaga kerja termasuk
seluruh furniture, penerangan, AC, telepon, utilitas, tempat parkir dan seluruh pekerjaan yang diperlukan bagi
kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk pemindahan dan pengembalian kondisi bangunan dan
seluruh fasilitas pada saat kontrak sudah selesai. Pembayaran dilakukan dalam pembayaran bulanan yang
seragam selama periode waktu yang ditentukan dalam kontrak. Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih
besar dari total harga lump sum yang terdapat dalam Daftar Kuantitas. Pembayaran progres bulanan dihitung
maksimal 70% x progress bulanan atas item pekerjaan lump sump secara proporsional. Pembayaran akhir
sisa sekurang – kurangnya 30% dari total perhitungan lump sum akan dibayarkan setelah seluruh pekerjaan
selesai sesuai dengan persetujuan Direksi Teknik
4. Gudang, Brak Kerja dan Bedeng Buruh
Kontraktor diharuskan membuat gudang dengan luasan minimal sesuai anggaran yang
diperlukan untuk melindungi material-material dan peralatan-peralatan dari gangguan
cuaca (hujan dan lain-lain) serta menjamin keamanan terhadap pencurian. Selain itu
Kontraktor juga harus membuat Los Kerja, brak kerja, Bedeng buruh dan WC umum untuk
keperluan para pekerja, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang ada.

Pembayaran : Tidak ada pembayaran khusus yang terpisah dilakukan untuk pemeliharaan kantor dan fasilitas
kontraktor. Biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan ini dianggap sudah termasuk dalam satuan harga
lump sum dari item-item pada bab lain yang terdapat dalam Daftar Kuantitas.
PASAL 7.
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI

1) Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan pengupasan


dan penimbunan atau pembuangan tanah, batu-batu atau material lain dari
atau ke tempat proyek, atau pembongkaran dan pembersihan bekas- bekas
saluran air, selokan parit dan pembuangan bekas- bekas tanah longsor dan
yang berhubungan dengan pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi, menurut gambar pelaksanaan atau petunjuk direksi.
2) Pada lokasi yang akan diurug, Penyedia Jasa harus melakukan stripping
terlebih dahulu, sehingga mendapatkan permukaan tanah asli yang bebas dari
segala bentuk kotoran, humus, akar-akar atau sisa-sisa material lain yang
dapat membusuk.
3) Bila yang akan didirikan bangunan kontraktor harus melakukan pengupasan,
ketebalan pengupasan ini minimum 30 cm dari permukaan tanah asli untuk
tanah yang cukup baik tetap memperhatikan syarat-syarat tersebut diatas.
Tanah bekas stripping ini harus dibuang/disingkirkan sesuai dengan petunjuk
direksi.
4) Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus
menggunakan tanah yang baik dan bersih dari tanaman, akar - akaran,
brangkal-brangkal, puing- puing dan segala macam kotoran lainnya.
5) Pekerjaan pengurugan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah, sesuai dengan
syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan pada SPESIFIKASI TEKNIS ini dan
gambar-gambar pelaksanaan yang disetujui direksi. Gambar pelaksanaan
menunjukkan antara lain gambar- gambar profil melintang memanjang,
kemiringan dan dimensi-dimensi dengan jelas.

7.2. Sumber dan Penggunaan:


1) Material untuk timbunan site/lokasi terdiri dari material-material yang sesuai
untuk keperluan itu dan disetujui oleh direksi.
2) Apabila tanah untuk pengurugan harus diambil dari luar site, maka tanah yang
diambil harus dari satu sumber dan harus dilakukan test laboratorium
meliputi: compactor (standar proctor) kandungan bahan-bahan organik,
plastisitas dan harus mendapat persetujuan direksi.
3) Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai harus dibuang sesuai
dengan ketentuan yang telah dicantumkan dalam SPESIFIKASI TEKNIS ini atau
menurut petunjuk direksi. Material yang ada dalam keadaan basah, dimana
dalam keadaan kering dapat dipakai harus dikeringkan lebih dahulu/sampai
mencapai kadar air optimum baru kemudian digunakan untuk timbunan.
4) Material penimbunan dari tanah asli yang didatangkan dengan memenuhi
persyaratan material penimbunan jalan, standar Bina Marga antara lain:
- Bukan termasuk tanah lempung (clay)
- Memenuhi persyaratan plastisitas
- Bersih dari bahan-bahan organic
- CBR rendaman laboratorium minimal 4%.
5) Kepadatan yang harus dicapai di lapangan CBR minimal 1-4% Kepadatan
lapangan 95% dari kepadatan standard proctor laboratorium pada kadar air
yang optimum.
6) Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, direksi dapat memerintahkan untuk
pemadatan permukaan yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang
telah dicantumkan dalam SPESIFIKASI TEKNIS ini.

7.3. Tanah Dasar Material Kurang baik


Bila direksi menghendaki, Penyedia Jasa harus menggali tanah yang kurang baik
mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup oleh direksi sebelum pekerjaan
konstruksi timbunan maupun bangunan dimulai. Sebelum pekerjaan pengurugan
dimulai, direksi dapat memerintahkan untuk memadatkan permukaan tanah yang
telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang tercantum dalam SPESIFIKASI TEKNIS
ini.

7.2. Galian Tanah:


a. Galian tanah untuk pondasi / landasan sloof, harus sesuai ukuran - ukurannya
dan dituangkan ukuran tersebut pada bouwplank. Penempatan tanah bekas
galian diletakan dengan baik sehingga tidak mengganggu jalannnya
pekerjaan.
b. Galian saluran air hujan dibuat sesuai gambar kerja, baik kedalaman maupun
arahnya.
c. Semua galian atas kehendak kontraktor untuk maksud yang tidak tercantum
dalam kontrak harus ditutup dan dipadatkan kembali.
d. Kelebihan galian dari yang telah ditetapkan tidak diadakan biaya tambahan,
apabila kelebihan galian ini membahayakan konstruksi, maka kontraktor wajib
memperbaikinya atas biaya sendiri.

7.3. Pekerjaan Urugan/Timbunan


a. Pengurugan tanah bekas galian pondasi, pelaksanaanya harus lapis demi lapis
dan dipadatkan, Max. setiap 20 cm harus dipadatkan, tanah harus dipilih yang
baik dan tidak mengandung lumpur, daun dan akar.
b. Urugan pasir dengan pasir urug harus kualitas yang baik dan memenuhi
persyaratan, ketebalan padat sesuai seperti yang ditunjukan pada gambar.

7.4. Penghamparan dan Pemadatan


a. Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah disetujui direksi akan
dihamparkan berlapis-lapis dengan ketebalan perlapis 20 cm lalu dipadatkan.
Untuk pekerjaan pemadatan ini, Penyedia Jasa harus melaksanakan
sedemikian rupa, sehingga kepadatan yang direncanakan dapat tercapai,
dengan memperhatikan kadar air optimum dari material timbunan tersebut.
b. Untuk melaksanakan hamparan, maka Penyedia Jasa harus melindungi dari
curahan hujan, panas matahari yang mengakibatkan perubahan kadar air
optimum. Bila hamparan ini kena hujan, maka Penyedia Jasa harus mengupas
kembali hamparan tersebut.
c. Dalam pekerjaan penghamparan dan pemadatan ini Penyedia Jasa harus
melaksanakannya dengan sistem pentahapan atau pembagian lokasi per zone.
Untuk itu Penyedia Jasa harus menyampaikan rencananya kepada direksi
untuk disetujui pelaksanaannya.

7.5. Pekerjaan Pemadatan


a. Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis. Tiap lapis tidak boleh lebih
dari 25 cm tebal sebelum dipadatkan atau 20 cm setelah dipadatkan.
b. Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping) dilakukan dengan
blade graders dan 3 wheel power roller yang beratnya 8 ton sampai 10 ton,
atau pneumatic roller lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari direksi
sebelum tanah harus dipadatkan dengan sheep foot roller.
c. Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90% kepadatan maksimum yang
dapat dicapai pada keadaan kadar air optimum yang ditentukan dengan
modified AASTHO T-99.
d. Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya, sebelum pemadatan
kadar air dari fill material harus sama dengan kadar air optimum dari hasil test
compaction modified proctor dari contoh fill material.
e. Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari kadar air
optimum, maka fill material harus diberi air sehingga menyamai kadar
optimum. Sebaliknya apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih
besar dari kadar air optimum maka fill material harus dikeringkan terlebih
dahulu atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.
f. Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai 100% compacted dari
modified proctor (untuk lapisan sub grade setebal 30 cm di bawah su base)
tetapi tidak mencapai nilai soaked CBR=4%, maka tanah (sub grade) tersebut
harus diganti dengan fill material yang fill 100% compacted mencapai nilai
soaked CBR minimum = 5%.
g. Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan dan terjadi
penggenangan air maka pemadatan harus dihentikan, diusahakan supaya air
dapat mengalir dengan membuat saluran-saluran drainase.
h. Setiap lapisan dari daerah yang dipadatkan harus ditest dengan field density
test untuk mengetahui kepadatan tanah yang dicapai serta moisture content.
Dapat dilakukan satu test untuk setiap 1500 m2 per lapis field density test
dengan cara sand cone.
i. Apabila tanah yang telah dipadatkan tidak mencapai 1,6 ton/m3, maka tanah
tersebut harus diganti dengan tanah lain atau dicampur pasir, sehingga tanah
tersebut menjadi 1,6 ton/m3.
7.6. Pemadatan Tanah pada daerah “Cut “
 Pemadatan tanah pada daerah “Cut”
Untuk daerah cut, maka tanah digaru/digali lagi minimum sedalam 30 cm
kemudian dipadatkan hingga mencapai 100% compacted dari modified
proctor. Syarat pemadatan dengan daerah fill.
 Khusus untuk pemadatan pada daerah jalan
- Kontraktor harus melakukan pemadatan daerah cut/fill pada badan jalan
sampai dengan peil permukaan sub base.
- Harus selalu dihindarkan terjadinya genangan-genangan air pada daerah
badan jalan selama lapisan-lapisan konstruksi jalan tersebut dikerjakan.
 Percobaan Pemadatan
 Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya, Penyedia Jasa
harus mengirimkan sampel tanah urug yang akan dipakai, dan setelah
disetujui direksi kemudian diadakan test di laboratorium untuk
mendapatkan nilai kadar air optimum dan standar penggilasan dengan
road roller/walls yang akan digunakan.
 Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang
akan dipakai dan hubungan antara jumlah penggilasan dengan kepadatan
yang dapat dicapai contoh material urugan tersebut.
 Penyedia Jasa wajib melaksanakan field density test sesuai dengan ASTM D
1556 (sand cone method) di lokasi pemadatan yang dilaksanakan.
 Lokasi tempat test ini akan ditentukan oleh direksi. Lapisan pemadatan
berikutnya belum dapat dilaksanakan sebelum field density test dilakukan.
Semua biaya laboratorium/test adalah tanggung jawab Penyedia Jasa.
 Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan
Kepadatan yang dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut : Tiap
lapisan tanah setinggi 20 cm harus dipadatkan sampai 95% dari kepadatan
(kering) maximum yang dipakai test ASTM D 1556 (san cone method).
 Kadar Air
 Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup untuk dapat
mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat
penyemprot (sprinkler) dan dicampur sampai kadar air lebih tinggi dari
seharusnya, tidak boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan
disetujui direksi untuk dipakai. Cara-cara mengeringkan tanah basah
tersebut dapat dengan cara digelar/dihampar atau cara- cara lain yang
umum dipakai.
 Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes yang cepat dan
disediakan oleh Penyedia Jasa.
 Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar
air optimum sesuai dengan sifat-sifat dan alat-alat pemadat yang
tersedia.
 Pada pelaksanaan, Penyedia Jasa harus mengambil langkah- langkah yang
diperlukan agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan
lancar dan harus dipersiapkan kemungkinan adanya pengerutan atau
pengembangan.
 Urugan Pasir
 Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar dengan stemper
hingga padat.
 Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar dengan
tebal urugan sesuai dengan gambar, termasuk lantai rabat, sehingga
diperoleh peil-peil yang dikehendaki.
 Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah dalam
bangun dengan ketebalan sesuai dengan gambar rencana, dan di bawah
pondasi, pipa dan lain-lain sesuai dengan gambar.

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan tanah adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan hasil pengukuran volume padat tanah yang akan digali, seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan galian, serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan

PASAL 8.
PEKERJAAN TPA DAN IPL

8.1 Pekerjaan TPA dan Bangunan IPL

8.1.1 Umum

Spesifikasi teknis ini merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Syarat – syarat
(SPESIFIKASI TEKNIS) yang tidak terpisahkan. Semua ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis ini berlaku dalam kaitan, merujuk pada, menjelaskan, serta tidak perlu
mengulangi apa yang terdapat dalam bagian lain dari SPESIFIKASI TEKNIS.
Meskipun Spesifikasi Teknis ini terdiri atas beberapa bagian, semua ketentuan
berlaku saling melengkapi satu sama lain. Pembagian atas bagian tidak membatasi
berlakunya ketentuan dari bagian lainnya. Dalam hal Spesifikasi Teknis ini
bertentangan dengan Gambar SPESIFIKASI TEKNIS, maka yang berlaku adalah
Gambar SPESIFIKASI TEKNIS.

8.1.2 Dimensi Geometrik

a) Elevasi dan Bench Mark


Semua elevasi yang dimaksud adalah terhadap LWS, kecuali dinyatakan lain.
Semua elevasi harus dinyatakan dalam meter dengan ketelitian sampai dua
desimal. Kontraktor wajib membuat sedikitnya 6 (enam) buah bench mark di
sekitar lokasi proyek yang ditunjuk Konsultan Pengawas. Bench mark yang
terpasang harus diikatkan terhadap referensi yang ada yang disetujui
Konsultan. Ikatannya harus merupakan ikatan sempurna dari poligon
tertutup. Bila diperlukan, Kontraktor harus menambahkan sendiri bench mark
tambahan untuk pelaksanaan pekerjaan.

b) Dimensi
Semua dimensi dalam gambar dinyatakan dalam satuan metrik. Tidak ada
tambahan akibat konversi dari satuan lainnya ke sistem metrik. Semua
gambar dan komunikasi harus dinyatakan dalam sistem metrik.

c) Toleransi
Toleransi pengukuran untuk pekerjaan tanah dan sampah ini adalah:
- Pekerjaan Galian
- Vertikal : 0,25 m
- Horisontal : 0,25 m
- Pekerjaan Timbunan
- Vertikal : 0,05 m
- Horisontal : 0,05 m
- Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
- Vertikal : 0,03 m
- Horisontal : 0,03 m

8.1.3 Pekerjaan Galian sel

1. Umum
a) Uraian
 Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan
tanah, humus atau cadas atau material lain.
 Pekerjaan ini diperlukan untuk pembentukan tempat kerja sesuai
dengan ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
 Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini
berlaku untuk seluruh pekerjaan galian yang dilakukan sehubungan
dengan Kontrak, dan seluruh galian dapat merupakan salah satu dari:
- Galian biasa Galian
- Padas
- Galian/dredging sungai
 Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian padas atau galian sungai.
 Galian padas mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau
lebih dan seluruh padas atau bahan lainnya yang digali tanpa
penggunaan alat bertekanan udara, pemboran, atau peledakan.
 Galian ini tidak termasuk bahan yang menurut pendapat Konsultan
Pengawas dapat dilepaskan dengan penggaruk yang ditarik oleh
traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar
180 HP.
 Galian/dreging sungai mencakup seluruh pekerjaan dredging pada
daerah sungai.
 Data bor dan profil tanah yang disajikan dalam dokumen tender
adalah informasi umum. Variasi dan/atau interpretasi diperbolehkan
sepanjang tidak mempengaruhi kontrak. Sebelum pekerjaan dimulai,
kontraktor harus menyerahkan gambar penampang memanjang yang
menunjukkan tanah dasar yang ada.
 Kontraktor dianggap telah memenuhi pekerjaan bila material
substansi yang digali telah dibuang sampai pada batas yang
ditunjukkan dalam gambar atau ketentuan lain.
 Kontraktor harus melakukan penggalian dan membuang substansi
apapun yang ditemukan hingga kedalaman yang ditentukan dalam
gambar atau hingga kedalaman yang perlu untuk pelaksanaan
konstruksi yang layak dan penyelesaian pekerjaan.
 Kontraktor dianggap telah memasukkan dalam jadwal kecepatan
yang diizinkan untuk melingkupi seluruh faktor yang mungkin timbul
selama atau dalam hubungan dengan penggalian dan pembuangan
sisa-sisa.

b) Survei

 Pada waktu yang telah disepakati untuk memulai pekerjaan galian,


Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan, harus memeriksa dan
melakukan survei dengan peralatan yang disetujui pada lokasi
pekerjaan.
 Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Konsultan dan Kontraktor.

c) Peralatan
 Peralatan yang digunakan Kontraktor harus memenuhi persyaratan
minimal yang ditentukan.
 Jika pemakaian peralatan lain tidak diizinkan oleh Konsultan,
Kontraktor harus menggunakan peralatan yang telah diusulkan dalam
tender atau telah disetujui untuk digunakan ketika kontrak
ditandatangani. Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja detail
pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan mobilisasi peralatan.
 Peralatan yang dipakai pada saat pelaksanaan harus diajukan pada
rencana kerja dan disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
dioperasikan.
d) Toleransi Dimensi
 Galian harus dilakukan sesuai dengan ukuran, ketinggian, dan
kemiringan seperti yang ditunjukkan dalam gambar dengan kelandaian
akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih dari 25 cm pada setiap titik.
 Permukaan galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan
untuk menjamin drainase yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi
genangan atau menggunakan pelindung plastik sebagaimana
tercantum di dalam Gambar SPESIFIKASI TEKNIS.

e) Pelaporan dan Pencatatan


 Untuk setiap pekerjaan galian, sebelum memulai pekerjaan Kontraktor
harus menyerahkan gambar perincian potongan melintang yang
menunjukan tanah asli sebelum operasi pembabatan dan penggarukan
dilakukan kepada Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan pengawas gambar
perincian dari seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang
diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, turap, cofferdam, dan
tembok penahan dan harus memperoleh persetujuan Konsultan
Pengawas dari gambar tersebut sebelum melaksanakan pekerjaan
galian yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur yang diusulkan
tersebut.
 Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau fondasi
selesai, Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas, dan
bahan landasan atau meterial lain tidak boleh dipasang sebelum
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

f) Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian


 Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian serta
penduduk sekitar.
 Selama masa pekerjaan galian, suatu lereng yang harus mampu
menahan aktivitas pekerjaan disekitarnya, termasuk struktur atau
mesin harus dipertahankan sepanjang waktu. Skor serta turap yang
memadai harus dipasang, jika tepi permukaan galian tidak stabil.
 Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan
lainnya tidak boleh diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat dari
1,5 m dari tepi galian terbuka.
 Tembok ujung cofferdam atau cara lainnya untuk menghindarkan air
dari daerah galian harus dirancang dengan benar dan cukup kuat untuk
menjamin tidak terjadi keruntuhan mendadak, yang mungkin dapat
membanjiri tempat kerja secara cepat.
 Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya berada dalam
galian yang mengharuskan kepala mereka berada di bawah permukaan
tanah, Kontraktor harus menempatkan Konsultan keamanan pada
tempat kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan
keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja
galian.
 Bahan Peledak yang diperlukan untuk galian padas harus disimpan,
ditangani, dan digunakan secara hati-hati dan ketat sesuai dengan
Peraturan Perundangan dari Pemerintah. Kontraktor harus
bertanggung jawab untuk pencegahan pengeluaran atau penggunaan
yang tidak tepat dari bahan peledak dan harus menjamin bahwa yang
menangani peledakan harus dipercayakan
hanya kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung jawab.

g) Jadwal Kerja
 Perpanjangan jadwal pekerjaan oleh Kontraktor harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
 Bila lalu lintas pada jalan terpaksa terganggu karena peledakan atau
operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya terhadap jadwal untuk gangguan tersebut dari penguasa
setempat dan juga dari Konsultan Pengawas.

h) Kondisi Tempat Kerja


 Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus
menyediakan seluruh material dan peralatan (pompa) yang diperlukan
serta buruh untuk pengeringan, pengalihan saluran air dan
pembangunan saluran sementara. Pompa agar siap di tempat kerja
pada setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur
pengeringan dengan pompa.
 Bila pekerjaan sedang dilakukan pada daerah saluran yang ada atau
tempat lain dimana aliran air tanah mungkin tercemari, Kontraktor
harus setiap saat menyediakan pada tempa

i) Perbaikan Pekerjaan Galian yang Tidak Memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam
harus diperbaiki oleh Kontraktor sebagai berikut:
 Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian lebih lanjut.
 Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak atau lepas, harus
diurug kembali dengan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat
seperti yang diperintahkan Konsultan Pengawas.
j) Penambahan Kedalaman Galian
 Apabila dalam pelaksanaan galian Konsultan Pengawas merasa perlu
untuk memperdalam galian, maka Konsultan Pengawas berhak
memerintahkan kepada Kontraktor untuk menambah kedalaman
galian.
 Penambahan biaya penambahan kedalaman galian hanya dihitung, jika
penambahan tersebut diperintahkan Konsultan Pengawas atau
Konsultan.
 Penambahan kedalaman galian diukur dengan cara yang ditetapkan
Konsultan disesuaikan dengan kondisi setempat. Pengukuran
dibulatkan ke bawah sampai dengan 25 cm.
 Jika penambahan pekerjaan berupa penambahan kedalaman
membutuhkan waktu tambahan dari time schedule, Kontraktor
diijinkan memperpanjang jadwal pekerjaan tersebut, selama waktu
tambahan yang logis dengan jalan mengirim permohonan tertulis
kepada Konsultan Pengawas.

k) Pengurangan Kedalaman Galian


 Konsultan Pengawas atas persetujuan Konsultan Perencana berhak
memerintahkan Kontraktor untuk menghentikan galian sebelum
kedalaman rencana jika dianggap perlu.
 Pengukuran pengurangan volume pekerjaan akibat pengurangan
kedalaman galian sama dengan cara perhitungan penambahan
kedalaman galian.
 Kontraktor tidak diijinkan menyimpan sisa waktu akibat pengurangan
kerja ini untuk time schedule-nya.

l) Penggunaan dan Pembuangan Material Galian


 Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan
cakupan proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif
untuk formasi timbunan atau urugan kembali.
 Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, peat, sejumlah
besar akar, atau benda tumbuhan lain serta tanah yang kompresif yang
menurut pendapat Konsultan Pengawas akan menyulitkan pemadatan
dari material pelapisan atau yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak
memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan
permanen.
 Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan atau
tiap material yang tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas sebagai
bahan timbunan harus dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis
oleh Kontraktor daerah yang diperintahkan Konsultan Pengawas.
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan
biaya untuk pembuangan material yang berlebihan atau tidak
memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari
pemilik tanah dimana pembuangan dilakukan.

m) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara


 Material bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap
merupakan milik dari Kontraktor atau bila memenuhi syarat yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas, dapat dipergunakan untuk
pekerjaan permanen dan dibayar dalam Mata Pembayaran yang
bersangkutan dalam Daftar Penawaran.
 Setiap pemakaian material galian yang bersifat sementara waktu
diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak
menganggu saluran air.
 Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang
digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapi
dengan tepi dan lereng yang stabil.

2. Prosedur Penggalian
a) Prosedur Umum

 Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang


ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas
dan harus mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk
apapun yang dijumpai, termasuk tanah, padas, batu bata, batu, beton,
tembok dan perkerasan yang lama.
 Dimana material yang terbuka pada garis formasi atau permukaan
lapis tanah dasar atau fondasi dalam keadaan lepas atau tanah gambut
material lainnya yang tak memenuhi dalam pendapat Konsultan
Pengawas, maka material tersebut harus dipadatkan dengan benar
atau seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Konsultan Pengawas.
 Galian lapisan tanah atas setebal + 30 cm atau material tanah yang
mengandung humus harus diletakkan ditempat yang telah ditentukan
oleh Konsultan Pengawas.
 Jika material padas atau lapisan keras yang sukar dibongkar dijumpai
pada garis formasi untuk selokan berpasangan atau untuk fondasi
struktur, maka material tersebut harus digali 15 cm lebih dalam hingga
ke permukaan yang mantap dan merata. Tidak boleh ada tonjolan-
tonjolan padas dari permukaan tersebut dan seluruh pecahan padas
yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang, dan harus
diurug lagi dengan material yang dipadatkan yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
 Penggalian padas harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tepi dari
galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin.
Padas yang lepas yang dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan
bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang.

b) Blasting
 Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan
jika, menurut pendapat Konsultan Pengawas, tidak praktis
menggunakan alat bertekanan udara atau penggaruk hidraulis.
Konsultan Pengawas dapat melarang peledakan dan memerintahkan
padas untuk digali dengan cara lain, jika menurut pendapatnya,
peledakan berbahaya bagi manusia atau struktur yang berdekatan.
 Bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan untuk melindungi orang,
benda dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu,
peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh
Konsultan Pengawas.

c) Penggalian Untuk Sumber Material


 Galian untuk mendapatkan sumber material harus digali sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini.
 Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau pengoperasian
yang lama harus diperoleh dari Konsultan Pengawas secara tertulis
sebelum operasi penggalian dimulai.
 Galian tidak boleh dilakukan pada daerah yang dilindungi atau daerah
yang diperlukan untuk keperluan lainnya.
 Galian tidak boleh mengganggu drainase alam atau rancangan lainnya.

d) Pengukuran dan Pembayaran


 Prestasi akhir penggalian dihitung dengan membandingkan peta situasi
pengukuran awal dan sesudah digali. Volume yang dipakai untuk
pembayaran termin dihitung dari gambar kerja yang diberikan dan
penambahan maupun pengurangan volume galian.
 Bagi keperluan perhitungan prestasi pekerjaan yang berhubungan
dengan pembayaran tahapan termin, pengukuran dilaksanakan oleh
kontraktor dan dilakukan bersama-sama dengan Konsultan.
 Pengukuran peta situasi awal dan peta situasi akhir dilaksanakan
berdasarkan referensi yang sama. Referensi ditentukan Konsultan
Pengawas.
 Ukuran satuan untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan yang
digunakan untuk galian yang ditentukan di sini adalah dalam lump
sum. Jadwal yang dimasukkan dalam Bill of Quantity harus memuat
semua biaya untuk transportasi peralatan dari dan menuju lokasi dan
depresiasi selama periode yang diperlukan. Jika tidak dinyatakan
dalam kontrak, ukuran tersebut harus dianggap termasuk biaya pajak,
asuransi dan semua tagihan/biaya yang diperlukan untuk prosedur -
prosedur yang berhubungan dengan pekerjaan ini.
 Ukuran satuan untuk galian harus dalam meter kubik insitu dari tanah
yang digali, dihitung berdasarkan level yang disepakati dan pekerjaan
selesai. Kecuali adanya penambahan dan pengurangan yang
diperintahkan Konsultan Pengawas. Kelebihan ataupun kekurangan
galian tidak diperhitungkan jika galian yang terselesaikan tidak dalam
toleransi yang ditentukan. Schedule rate harus dimasukkan ke dalam
Bill of Quantity, kecuali biaya dalam pembayaran terpisah, biaya untuk
material, tenaga kerja, dan semua pekerjaan lain yang dibutuhkan.

8.1.4 Pekerjaan Timbunan Dan Pemadatan (Talud Dan Tanggul)

1. Umum
a) Uraian

 Istilah timbunan apabila tidak dijelaskan secara khusus, berarti


dimaksudkan untuk timbunan tanah dan atau timbunan sampah.
 Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan
dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk
konstruksi timbunan atau untuk timbunan umum yang diperlukan
untuk membuat bentuk dimensi timbunan, antara lain ketinggian yang
sesuai dengan persyaratan atau penampang melintangnya.
 Segala perubahan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan secara
tertulis kepada Konsultan dan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Konsultan untuk memulai pekerjaan.
 Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi
menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa dan timbunan pilihan.
Timbunan pilihan akan digunakan di daerah berair dan lokasi serupa
dimana material yang plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik.
Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau
pekerjaan pelebaran jika diperlukan lereng yang curam karena
keterbatasan ruang, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana
kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.
 Pekerjaan timbunan dengan material yang dipasang sebagai landasan
pada saluran beton, juga tidak termasuk material drainase berpori
yang dipakai untuk maksud drainase bawah permukaan atau untuk
mencegah hanyutnya butir halus akibat filtrasi.

b) Survei
 Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Konsultan dan Kontraktor.
 Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak
dan penampang dengan skala yang disetujui oleh konsultan. Gambar
penampang harus pada interval 10 m. Konsultan harus memverifikasi
dan memeriksa gambar tampak dan penampang.

c) Peralatan
 Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja
harian, jumlah, tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan
kepada Konsultan.
 Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan
lingkungan.

2. Pekerjaan Timbunan
a) Lingkup

 Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan, penempatan


dan pemadatan tanah atau bahan- bahan butiran yang disetujui untuk
timbunan atau pengurugan kembali pada lokasi timbunan badan jalan.
Galian dan urugan atau timbunan, pada umumnya diperlukan sesuai
garis kelandaian dan ketinggian dari penampang melintang yang telah
disetujui.
 Timbunan/urugan kering (di atas elevasi HWS) memakai material
lempung seperti yang disyaratkan dan memenuhi kepadatan yang
disyaratkan pada spesifikasi ini.

b) Toleransi Dimensi
 Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak
akan melebihi tinggi 30 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
 Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup
halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk
menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
 Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari
garis profil yang ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan
yang dipadatkan.
 Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 300 mm.

c) Bahan-Bahan
1. Sumber bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan
 Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan
disetujui oleh Konsultan sebagai bahan- bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material
yang digunakan adalah material silty clay yang memenuhi
klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM (khusus untuk
timbunan di bawah muka air tanah). Clay fraction (< 0.002 mm)
bahan-bahan timbunan harus memenuhi minimal 25% yang
ditunjukkan dari hasil analisis saringan
 Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat
tinggi yang mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada
1,0 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh
AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan timbunan secara langsung kecuali
apabila dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sesuai usulan
seorang Ahli Geoteknis. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO
T88).
 Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus
lebih kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45%
(AASHTO T90).
 Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus
memiliki:
i. Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang
dijenuhkan lebih besar dari 50 kPa atau sample tanah kering
setelah dipadatkan > 120 kPa. Specific Grafity (Gs) lebih besar
dari 2,6
ii. Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan
minimal 95 % Modified Proctor maximum density untuk
bahan timbunan umum, dan 98 % Modified Proctor maximum
density untuk bahan timbunan subgrade jalan.
 Bahan Lapisan Kedap harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
i. Jenis tanah MH, Ml, CH, CL.
ii. Prosentase butiran halus > 50%
iii. Liquid Limit 35 % – 60 %
iv. Indeks plastisitas vs liquid limit > garis A
v. Permeabilitas lebih kecil dari 1 x 10-7 cm/det.
 Bahan lapisan penutup harian dan lapisan antara dan akhir
i. Bahan penutup harian dan antara harus
memiliki permeabilitas maksimum 1 x 10-6
cm/det.
ii. Sedangkan untuk bahan penutup akhir harus
memiliki permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10-7
cm/det.

d) Penempatan dab Pemadatan Timbunan


1. Persiapan Tempat Kerja
 Sebelum menempatkan timbunan pada suatu daerah maka
semua operasi pembersihan dan pembongkaran, termasuk
penimbunan lubang yang tertinggal pada waktu pembongkaran
akar pohon harus telah diselesaikan dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan sebagaimana
telah diperintahkan oleh Konsultan. Seluruh areal harus
diratakan secukupnya sebelum penimbunan dimulai.
 Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter atau
kurang, maka daerah pondasi timbunan tersebut harus
dipadatkan secara penuh (termasuk penggarukan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan
atas 150 mm dari tanah memenuhi persyaratan kepadatan
yang ditentukan untuk timbunan yang akan ditempatkan di
atasnya.
 Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi bukit atau
ditempatkan pada timbunan yang ada, maka lereng-lereng yang
ada harus dipotong untuk membentuk terasering dengan
ukuran lebar yang cukup untuk menampung peralatan
pemadatan sewaktu timbunan ditempatkan dalam lapisan
horisontal.

2. Penempatan Timbunan
 Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana
lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
 Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian
tambahan ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan
cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan
selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin
tertulis dari Konsultan.
 Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir
atau bahan-bahan drainase porous lainnya, maka harus
diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase
vertikal, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-
bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan
sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase
porous dilaksanakan.
 Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang
ada harus dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan
permukaan dan harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan
sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada
hingga sesuai kontrak. Timbunan yang diperlebar kemudian
harus dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada ketinggian
tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan
kemungkinan peretakan permukaan.
 Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan
tumbuhan harus dibuang dari permukaan atas di mana timbunan
tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah dibersihkan
dihancurkan dengan pembajakan atau pengupasan sampai
kedalaman minimum 20 cm.

3. Pemadatan
 Apabila diperlukan pelaksanaan pekerjaan pemadatan harus
dilakukan pada musim kering guna mendapatkan kualitas
pemadatan yang disyaratkan.
 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka
setiap lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat
pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan
sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
 Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air
bahan-bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada
kadar air optimum (wet of optimum). Kadar air optimum
tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana kepadatan
kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T-180.
 Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan
tebal 200 mm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi
batu-batu tidak lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi
semua sela- sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup
ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan
tanah.
 Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima
oleh Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
 Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan
dilanjutkan ke arah sumbu timbunan dengan suatu cara yang
sedemikian rupa sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama.
 Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh
alat pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal
dari bahan- bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal dan
seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian
khusus harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari
rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
4. Perlindungan Timbunan yang Sudah Dipadatkan
 Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah
dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak mutu timbunan.
 Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap
terjadinya longsoran lokal pada talud. Apabila terjadi
kelongsoran lokal pada talud, maka Kontraktor harus
memperbaikinya dalam waktu 24 jam setelah ada instruksi dari
Konsultan Pengawas. Semua biaya perbaikan talud yang
diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
 Apabila Konsultan Pengawas memandang perlu, maka Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan pengujian tambahan pada
sebagian atau keseluruhan timbunan yang sudah diuji dan
diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut mengalami
penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi Teknis ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki
timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini, maka
Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan
tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini dan
menanggung biaya pengujian yang diperintahkan Konsultan
Pengawas.

5. Jaminan Kualitas
Pengawasan Kualitas Bahan
 Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan
untuk persetujuan awal kualitas bahan- bahan harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan Pengawas, tetapi harus
termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan,
sekurang- kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-
bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
 Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan- bahan
timbunan yang diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan
tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan,
dalam hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan
tersebut atau pada sumbernya.
 Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahanbahan
harus dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman
bahan yang dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian
tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber.
Persyaratan Pemadatan Untuk Timbunan
 Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan
adalah 300 mm.
 Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus
mencapai kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum
density pada kadar air optimum + 2%.
 Lapisan yang lebih dari 300 mm di atas ketinggian elevasi muka
air rata-rata harus dipadatkan sampai 95 % dari standar
maksimum kepadatan kering tanah yang mengandung lebih dari
10 % bahan- bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch,
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan
untuk bahanbahan yang berukuran lebih besar sebagaimana
diarahkan oleh Tenaga Ahli/Insinyur.
 Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan
untuk setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang dari
kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor harus
membetulkan pekerjaan tersebut.

Percobaan Pemadatan
 Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan
dan metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang
ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan
berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin
Konsultan Pengawas.
 Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah
lintasan alat pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai
kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan.
Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang
selanjutnya.

6. Pengukuran
 Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan- bahan
yang dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang
diukur harus didasarkan pada gambar penampang melintang
yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum suatu
timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan
ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan dan
disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan
menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang
berjarak tidak lebih dari 25 meter.
 Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan
yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasing atau
pengikatan timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat
penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kecuali:
i. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang
kurang sesuai atau lunak atau untuk mengganti bahan-
bahan batuan atau keras lainnya.
ii. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan
pekerjaan yang kurang memuaskan atau kurang stabil atau
gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak dianggap
bertanggung jawab.
 Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa
dinyatakan sebagai bagian dari pos pekerjaan tanah tidak akan
diukur untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
 Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi
timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan yang tidak
memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan dimasukkan
dalam pengukuran timbunan.
 Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka
bahan-bahan ini akan dibayar sebagai timbunan.
 Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan
sebagai drainase porous akan diukur dan tidak akan dimasukkan
ke dalam pengukuran timbunan di dalam bab ini.
 Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter
kubik timbunan. Biaya tersebut sudah termasuk pekerjaan
persiapan, penyelesaian dan penempatan material, keuntungan
jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil kerja
yang sebaik-baiknya.

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan tanah adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan hasil pengukuran volume padat tanah yang akan digali, seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan galian, serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan
8.2 Pekerjaan Pengumpul/Penyaluran Pipa Lindi

1. Lingkup
a) Umum

Sistem Pengelolaan lindi dan biogas untuk TPA:


1. Sistem pengumpul dan penyalur lindi
2. Sistem pengolahan lindi
3. Sistem resirkulasi lindi
4. Sistem penyalur biogas
Keempat sistem ini dapat dikatakan saling berhubungan, seperti
ditunjukkan dalam gambar kerja.

Pembangunan sistem ini dikerjakan sekaligus secara bertahap yaitu:


Masing-masing penahapan tersebut kemudian dibagi lagi menjadi
beberapa sub penahapan sesuai arahan direksi.
Sistem pengumpul dan pengolah lindi terdiri dari sub sistem perpipaan
yaitu:
- Pengumpul lindi: menangkap dan mengumpulkan lindi yang berada di
daerah tangkapannya menuju penyalur lindi.
- Penyalur lindi: menyalurkan lindi yang terkumpul menuju unit
pengolah lindi; perpipaan ini dapat pula berfungsi sebagai pengumpul
lindi. Sistem pengolah lindi terdiri dari sub sistem pengolahan, yaitu:
- Kolam penyeimbang yang menangkap dan sebagai kolam stabilisasi
sekaligus kolam anaerob dengan input mikroorganisme dari kolam
seeding
- Kolam fakultatif mekanis
- Kolam maturase
- Kolam biofilter/lahan sanitasi.

Sistem resirkulasi lindi terdiri dari:


- Bak penampung lindi
- Pompa resirkulasi
- Pipa fleksibel resirkulasi lindi.

b) Standar
Semua pekerjaaan harus dilakukan dengan baik dan penuh keahlian
sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar perencanaan.
Pelaksanaannya harus mentaati semua standar untuk hal yang relevan
yang berlaku di Indonesia.
2. Pekerjaan Sistem Pengumpul dan Penyalur Lindi
a) Persyaratan Umum
Pekerjaan perpipaan lindi hendaknya mengikuti persyaratan-persyaratan
yang tercantum dalam Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1974, serta
persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu bahan
harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang. Gambar-gambar
rencana instalasi pipa bersifat garis besar, letak persyaratan instalasi dan
jalur pemasangan pipa harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Jaringan perpipaan terdiri dari 1 (satu) sistem, yaitu:
Perpipaan yang melayani TPA Zona Landfill mengumpulkan lindi dari
masing-masing cabang pipa (pipa sekunder) untuk selanjutnya menuju
pipa tengah (pipa primer) yang selanjutnya untuk dialirkan ke pengolah
lindi di bagian hilir dari siteplan.

b) Persyaratan Teknis Perpipaan


 Kecuali ditentukan lain oleh direksi, maka perpipaan yang digunakan
dalam pekerjaan ini adalah dari jenis pipa HDPE.
 Sistem perpipaan terdiri dari 1 jenis, yaitu:
Perpipaan yang berfungsi sebagai penangkap/pengumpul lindi dengan
pipa beroperasi. Perpipaan yang berfungsi sebagai penyalur semua sistem
perpipaan mengalirkan lindi secara gravitasi.
 Seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus mengikuti
standar-standar yang berlaku untuk pipa air buangan.
 Coupling (sambungan pipa) yang digunakan adalah jenis sambungan
dengan lem yang biasa digunakan dalam pipa HDPE.
 Setiap pipa dan accesories yang digunakan harus jelas berisi informasi
tentang:
- Jenis pipa
- Diameter pipa (mm)
- Tekanan pipa (bar)
- Nilai kekuatan pipa
- Merk
- Nomor produksi, tanggal dan tanda-tanda lain
- Sudut (derajat) dari fitting
 Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan sesuai
dengan gambar dengan alat yang tidak akan merusak kekuatan pipa.

c) Lingkup Pekerjaan Pemasangan Pipa


Pekerjaan pemasangan pipa yang selanjutnya disebut pekerjaan
pemipaan meliputi:
 Pekerjaan pengukuran
 Pekerjaan patok ukur
 Pekerjaan galian tanah
 Pekerjaan urugan tanah (perataan)
 Pekerjaan perpipaan.

1) Pekerjaan dan rencana kerja


 Pekerjaan pengukuran
Yang dimaksud dengan pekejaan pengukuran dalam pekerjaan
ini adalah pengukuran arah memanjang dan pekerjaan
pemipaan.
 Rencana Kerja
Berdasarkan pengukuran tersebut, kontraktor harus membuat
rencana kerja pekerjaan pemipaan yang berisi:
- Elevasi permukaan tanah
- Elevasi dasar tanah (dari galian yang harus dilaksanakan)
- Elevasi peletakan pipa
- Elevasi permukaan tanah setelah selesai pekerjaan urugan
dan atau pembuatan jalan
- Letak dan atau posisi perpipaan yang lurus, bend piping,
trust block

2) Pekerjaan Galian Tanah


Untuk pengalian tanah (trench cutting) diberlakukan hal-hal khusus:
 Profil ekonomis
Untuk melaksanakan pekerjaan galian tanah, kotraktor hanya
diperkenankan melakukannya berdasarkan profil galian
seperlunya.
 Galian tanah dan konstruksi pelindung
Untuk kedalaman yang lebih dari 1,2 meter dan pada tanah
yang biasa (yaitu tanah yang bercampur lempung atau pasir
atau batu-batu kecil), maka kontraktor harus melakukan
perlindungan terhadap galian tersebut. Konstruksi pelindung
galian terbuat dari konstruksi kayu atau baja (selanjutnya
disebut konstruksi pelindung). Konstruksi pelindung tersebut
harus benar- benar kuat, aman serta memudahkan manuver
kerja dan peralatan para pekerja dan petugas dalam galian.
 Pembongkaran bekisting
Pada pelaksanaan pembongkaran konstruksi pelindung, bahan
konstruksi tidak diperkenankan tertinggal dalam galian dan
harus dikeluarkan dari lubang galian.
 Tanah dari jenis lain
Untuk pekerjaan galian tanah dari jenis lain, kontraktor harus
membicarakannya dengan direksi pengawas untuk
mendapatkan hasil galian dengan profil yang kuat, aman dan
semurah-murahnya.

3) Hal-hal yang perlu Diperhatikan


 Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar
mengenai kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta pada peil
yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada batu-
batu (puing-puing) atau benda- benda keras yang memungkinkan
rusaknya pipa dikemudian hari.
 Pada waktu pemasangan pipa, pasir galian harus dalam keadaan
kering tidak boleh ada air sama sekali dan dalam pipa harus
diperiksa kembali kebersihannya.
 Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan dapat
dilakukan kontraktor dengan persetujuan pengawas dan harus
dilakukan dan harus dilaksanakan dengan alat yang sesuai untuk
pipa yang dipakai.

4) Pengetesan Pipa
 Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh
pengawas untuk selanjutnya bila telah diterima/memenuhi
syarat untuk dibuatkan berita acara.
 Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian dari
panjang pipa maksimum 100 m.
 Pengetesan pipa induk (penyalur) harus dilakukan dengan
tekanan minimal enam (6) atmosfir dan apabila selama satu (1)
jam tekanan tidak berubah/turun, test dapat dinyatakan berhasil
dan dapat diterima.
 Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi
tanggungan kontraktor.
 Apabila pengetesan tidak berhasil, kontraktor harus mencari
sebab-sebabnya, kemudian memperbaikinya, kalau perlu
diadakan pembongkaran dan perbaikan kembali adalah
tanggungan kontraktor.

5) Perubahan Arah Peletakan Pipa


Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus
dilaksanakan dengan bantuan alat penyambung bend/elbow yang
sesuai, begitu pula untuk percabangan harus dengan tee atau tee-
cross (sesuai kebutuhannya). Membengkokkan atau mengubah
bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan (secara
mekanis maupun cara pemanasan).

6) Pekerjaan Tanah
 Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan, pengupasan
lapisan tanah, penebangan tanaman, pembabatan semak,
penutupan lubang, penimbunan daerah rendah, pemindahan
batu, pembuangan humus dan tanah yang mengandung organis
minimum sedalam 30 cm serta pembongkaran bangunan, semua
dikerjakan dalam area seluas daerah pelaksanaan. Pekerjaan
penimbunan dilakukan untuk mencapai peil yang disyaratkan.
 Dalam minimum dan tempat galian untuk pemasangan pipa
berikut peralatannya, begitupula bangunan yang nyata-nyata
termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan
gambar pelaksanan, atau bila tidak ada digunakan ketentuan-
ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk
pemasangan pipa dari pabrik dan peralatan yang bersangkutan
(khusus untuk dalamnya galian). Patokan/pedoman yang dipakai
untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa sampai ke
muka jalan/tanah asal, ditambah tebal lapisan pasir di bawah
pipa. Galian dinyatakan selesai setelah diperiksa/disetujui oleh
pengawas.
 Penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus
dilaksanakan serentak dengan diikuti pelaksanaan pemasangan
pipa dan perlengkapannya dan harus diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan segera sesuai dengan
cara-cara yang disetujui direksi.
 Pekerjaan ini meliputi:
- Pengerjaan galian tanah untuk pemasangan pipa
- Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa
- Mengatur kemiringan dan pengontrolan drainase
- Penggalian dan penimbunan
- Pemadatan
- Pemindahan material-material yang tak berguna dan puing-
puing
- Menyediakan material-material pengisi yang baik.
 Peralatan untuk pekerjaan tanah
Agar didapat hasil yang baik, maka kontraktor harus
menyediakan alat-alat yang memenuhi syarat untuk pekerjaan
tanah. Apabila perlu pembuangan, maka kontraktor harus
menyediakan sarana pengangkutan tersebut ke tempat-tempat
pembuangan.
 Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa:
- Tanah urugan yang boleh dipakai adalah tanah yang tidak
mengandung bahan organis dipadatkan lapis demi lapis tiap
20 cm sampai rata dan padat dengan alat penimbris dari besi
berat 10 kg. Apabila tanah setempat tidak memenuhi
persyaratan di atas maka kontraktor harus mendatangkan
tanah tersebut.
- Urugan tanah untuk pemasangan pipa harus dilaksanakan
setelah pengurugan kerikil pasir di sekeliling pipa yang
dipasang telah selesai dan harus mendapatkan persetujuan
pengawas terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (lihat gambar
pelaksanaan).
 Pengerjaan urugan pasir untuk Pemasangan Pipa
- Urugan pasir dilakukan lapis demi lapis setebal 15 cm dengan
penyiraman air, sehingga rata dan padat sampai ketinggian
yang dibutuhkan alat-alat penimbris dari besi dengan berat
minimum 10 kg.
- Urugan kerikil dan pasir dilakukan pada sekeliling pipa, tebal
10 cm kecuali pipa- pipa yang memotong jalan yang harus
diurug penuh dengan pasir. Untuk bangunan lainnya
disesuaikan dengan gambar pelaksanaan.
- Agar peletakan pipa tepat pada peilnya, pengurugan pasir
baru dapat dinyatakan selesai/disetujui oleh pengawas yaitu
bila peil tersebut sudah tepat pada tempatnya
 Pengerjaan Galian
- Pekerjaan galian harus sesuai dengan gambar kerja, tetapi
dengan grade level yang lebih tinggi dari final grade untuk
memperhitungkan pengaruh pemadatan. Penggalian yang
dilakukan tidak boleh menyimpang dari kemiringan
(gradient) yang ditentukan pada gambar kerja. Apabila pada
waktu melakukan penggalian bertemu dengan batukarang,
batubatuan lainnya, maka material-material tadi harus
dipindahkan dengan seijin pengawas. Lubang bekas material
yang dikeluarkan tadi harus diisi kembali dengan tanah yang
disetujui oleh pengawas yang nantinya akan dipadatkan.
- Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan
ukuran gambar kerja, datar dan dibersihkan dari kotoran.
Bilamana kontraktor melakukan penggalian yang melebihi
dari apa yang telah ditetapkan, kontraktor harus menutupi
kelebihan tersebut dengan urugan tanah yang terlebih
dahulu mendapat persetujuan pengawas. Urugan
dipadatkan dan ditimbris air setiap ketebalan 15 cm, lapis
demi lapis sampai mencapai ketinggian/ukuran yang
dibutuhkan dan semua biaya tambahan ditanggung oleh
kontraktor.
 Pengerjaan Urugan/penimbunan
- Penimbunan dilakukan sampai peil dan kemiringan yang
ditentukan pada gambar kerja.
- Penimbunan baru dilaksanakan setelah tanah yang dikupas
dipadatkan sampai 100% kepadatan maksimum compaction
modified proctor.
- Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang
berbutir-butir bagus serta bebas dari humus/akar-
akaran/bahan-bahan organis lainnya.

7) Pekerjaan Bak Pertemuan Aliran


 Pekerjaan tersebut dari konstruksi beton dengan ketebalan
dinding sesuai dengan gambar. Saluran setengah pipa harus
dipasang pada manhole dengan material dan spesifikasinya
sesuai dengan jalur pipanya. Jika kontraktor tidak berhasil
mendapatkannya, maka kontraktor harus mengusulkan alternatif
lain yang sesuai untuk saluran air buangan. Selama pipa tegak
biogas belum dihubungkan pada Bak Pertemuan Aliran ini.

8.3 Pekerjaan Pembuatan Instalasi Pengolah Lindi

8.3.1 Bak Kontrol Efluen IPL

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan kolam pengumpul efluen dari TPA (merupakan pipa efluen ke bak
ini) mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan pondasi
- Pekerjaan beton
- Pembuatan kolam pengumpul efluen
- Pemasangan alat ukur Thomson
- Pemasangan pipa.

Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, pekerjaan beton dan pekerjaan


pondasi dapat dilihat dalam uraian Bab II (Spesifikasi Teknis Pekerjaan Sipil).
Bak pengumpul efluen ini terbuat dari pasangan beton bertulang, sesuai
dengan gambar perencanaan.

2. Alat ukur Thomson


Alat ukur Thomson sebanyak 2 (dua) unit terbuat dari plat baja 3 mm, masing-
masing dengan s udut 60˚ dan 90˚. Alat ukur ambang ini dapat
dipasang dan dilepas pada bak pengumpul efluen melalui celah yang dibuat
pada dinding bak. Di sisi bak juga kemudian dipasang mistar ukur berskala
centimeter, dengan titik nol berada tepat pada ambang terendah dari alat
ukur tersebut.

3. Perpipaan
a. Pipa influen dan efluen dibuat dan ditetapkan sebagaimana tercantum di
dalam gambar rencana.
b. Pipa dari bahan baja atau besi tuang
c. Pipa ini dipasang menembus dinding bak dan ruang inlet pada posisi
ketinggian seperti yang ditunjukkan di dalam gambar perencanaan.

4. Valve
a. Setiap cabang pipa dari pertemuan antara pipa-pipa dari bangunan
pengolahan sebelumnya dilengkapi dengan valve.
b. Ukuran dan diameter valve sesuai dengan diameter pipanya
c. Valve yang dipilih adalah valve yang terbuat dari besi cor.
d. Setiap valve dilengkapi dengan manhole yang dilengkapi dengan konstruksi
penutup.
e. Penutup dibuat dari pelat baja yang bisa dibuka dan dilengkapi
dengan kunci gembok.

8.3.2 Kolam Stabilisasi/Anaerob

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam stabilisasi/ anaerob mencakup pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai beton bertulang
d. Pekerjaan dinding beton bertulang
e. Pembuatan bak pengendap dan struktur inlet
f. Pembuatan konstruksi pelimpah (sesuai gambar rencana)
g. Pembuatan saluran pembuang influen dan efluen Spesifikasi teknis tentang
pekerjaan tanah, lantai kerja, dan beton dapat dilihat pada bab II.

2. Kolam Stabilisasi/Anaerob
a. Kolam stabilisasi terbuat dari konstruksi beton, sesuai dengan gambar
perencanaan. Bak yang dibuat dengan posisi sesuai dengan gambar site
plan instalasi pengolahan lindi.
b. Inlet merupakan saluran terbuka yang langsung dihubungkan dari bak
pengumpul efluen melalui pintu-pintu air.
c. Outlet dari kolam stabilisasi/anaerob terdiri dari 2 elevasi sesuai dengan
gambar, masing-masing melalui pintu air yang berbeda. Level dari pintu air
tersebut harus diletakkan secara akurat, agar fungsi pengaturan aliran
sesuai dengan yang diinginkan.

8.3.3 Kolam Fakultatif

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam fakultatif meliputi:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai dan dinding beton bertulang
d. Pemasangan perpipaan

2. Bak fakultatif
a. Bak fakultatif terbuat dari konstruksi beton.
b. Sudut-sudut samping dasar bak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat
miring seperti tertera pada gambar perencanaan.
c. Lantai kerja terbuat dari beton dengan ketebalan 30 cm sesuai dengan
gambar perencanaan.

3. Pemasangan pipa
a. Pemasangan pipa inlet yang masuk ke dalam tangki fakultatif harus
dilakukan dengan teliti.
b. Posisi ketinggian pipa dari muka tanah maupun dari dasar bak fakultatif
harus sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar perencanaan.
c. Bahan pipa adalah pipa PVC AW
d. Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara mekanis, yaitu
menggunakan flange diameter yang sesuai.

4. Kontruksi pelimpah
a. Konstruksi pelimpah dari bak fakultatif ini adalah ambang pelimpah yang
dipasang selebar bak.
b. Ukuran lebar dan tinggi saluran pelimpah mengikuti apa yang tercantum
pada gambar perencanaan.
c. Pelimpah terbuat dari bahan papan kayu yang lurus. Papan ini dipasang di
atas ketebalan dinding pelimpah yang terbuat dari beton bertulang seperti
diperlihatkan pada gambar perencanaan. Pemasangan papan pelimpah ini
pada beton dilakukan dengan hati- hati dan rapi. Agar tidak terjadi
kebocoran maka setiap penempelan harus diberi lem dan karet.
d. Guna memudahkan pemasangan dan pencabutan papan pelimpah, maka
dibutuhkan jembatan (bordes) operasi, yang terbuat dari baja. Posisi dan
ukuran bordes tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.

8.3.4 Kolam Maturasi

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan bak maturasi mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai beton bertulang
d. Pekerjaan dinding beton bertulang
e. Pemasangan pipa overflow
f. Pembuatan pipa underdrain

2. Kolam Biofilter/Wetland
Kolam kontrol merupakan lahan sanitasi yang dibatasi oleh dinding beton
dengan konstruksi yang biasa digunakan di daerah tersebut. Bentuk dan letak
dari kolam ini dapat dilihat pada gambar-gambar teknis. Pembuatan kolam
biofilter:
a. Kolam sorpsi terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran sesuai dengan
gambar perencanaan. Pada dinding keluar (efluen), digunakan pipa PVC
berlubang di seluruh bidangnya guna memungkinkan penyaluran air.
b. Pengisian media pasir halus dan kerikil atau bahan sorpsi lain sesuai
dengan gambar perencanaan.

8.4 Pekerjaan Sistem Linear

1. Lingkup
Pekerjaan yang tercakup oleh bab ini meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan, dan pengawasan untuk pekerjaan pemasangan
sistem liner. Pemakaian komponen-komponen dalam sistem liner ini harus
berasal dari produk satu pabrikan (atau komponen tertentu dapat atas
rekomendasi oleh satu pabrikan). Demikian juga untuk pemasangan sistem
liner ini wajib dilakukan sekaligus dalam satu paket dengan pembelian sistem
liner oleh pihak pabrikan/supplier, dan tidak boleh dilakukan terpisah oleh
pihak yang tidak ahli di bidangnya. Hal ini penting dicantumkan, mengingat
pemasangan sistem liner memerlukan keahlian khusus.

2. Liner
Geosintetis

a. Bahan
Kontraktor harus menyerahkan usulan rinci yang dilengkapi dengan
sertifikat pengujian dan 8 lembar contoh base lining system pada landfill
yang diusulkan berukuran 400 x 400 mm2 kepada Direksi. Penyerahan ini
tidak boleh kurang dari 1 (satu) bulan sebelum pemasangan dilakukan.
Tidak ada base lining system pada landfill yang dipasang sebelum ada
persetujuan dari Direksi.

Usulan Konkrit Penggunaan Material Geosynthetics untuk TPA Lubuk


Binjau Kota Lubuklinggau adalah sebagai berikut: dengan memperhatikan
dan menimbang pada uraian teknis tersebut diatas dan juga mengacu pada
standard / aturan international untuk Landfill Base Liner, maka berikut ini
adalah usulan konkrit kami sebagai berikut:
- Lapisan clay (tanah setempat)
- Lapisan geomembrane yang terbuat dari High Density Polypropylene 1,5
mm (spesifkasi teknis terlampir).
- Lapisan geotextile 4 mm
- Drainage layer merupakan alternatif dari mineral material layer (gravel)
(spesifikasi teknis sesuai gambar desain). Usulan alternatif sistem liner
untuk TPA Kota Lubuklinggau lebih detail dapat dilihat pada berikut,
sedangkan spesifikasi teknis lebih detail tentang spesifikasi teknis
masing-masing lapisan pada sistem liner ini dapat dilihat pada bahasan
berikutnya.

b. Detail Base Lining Landfill

Ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhitungkan dalam


melakukan detail desain untuk base lining system pada landfill, terutama
yang berhubungan dengan struktur bangunan landfill dan lingkungan
secara keseluruhan.
- Penentuan parameter base lining yang sesuai dengan kriteria /
kebutuhan akhir yang dikehendaki / ditentukan oleh consultant
engineer (misalnya: safety factor, permeabilitas liner, capasitas
drainase, lifetime dari struktur sesuai dengan perkiraan fungsinya, dan
lain-lain).
- Analisa stabilitas struktur bangunan landfill dan material pendukungnya
dengan mempertimbangkan gaya-gaya yang bekerja pada bidang /
struktur tersebut. Dalam hal ini, perlu diperhatikan juga kondisi pada
saat landfill tersebut masih pada masa konstruksi maupun setelah
beroperasi, sehubungan dengan adanya beban statis dan dinamis.
- Analisa stabilitas pertemuan antar material (secara khusus ditentukan
oleh koefisien geser), baik antara material natural dengan material
sintetis, ataupun antar material sintetis.
- Analisa bahan material dan aplikasinya sesuai parameter (a).

Dalam melakukan suatu desain pada base lining landfill, hal pertama yang
harus dilakukan oleh consultant engineering adalah menentukan
parameter-parameter yang mutlak harus dipenuhi dalam desain.
Parameter-parameter tersebut antara lain adalah:
- Usia yang diharapkan (Expected Design Lifetime) dari struktur
bangunan tersebut.
- Angka keamanan (safety factor), baik untuk struktur, base lining,
dan slope lining.
- Koefisien permeabilitas masing-masing lapisan.
- Puncture resistance dari material pelindung.

Sesuai dengan tujuan utama dari landfill system, yaitu menghindari polusi
pada tanah, air tanah dan air permukaan, maka kegagalan, sekecil apapun
tidak dapat ditolerir. Setiap hal yang berhubungan dengan stabilitas harus
dianalisa, baik stabilitas struktur bangunan (subgrade dan lereng), maupun
interaksi antara material lining dengan struktur tersebut. Stabilitas ini
harus sudah memperhitungkan gaya-gaya statis dan dinamis yang bekerja
pada bidang itu. Dua hal pokok yang penting di lakukan perhitungan
stabilitas adalah:
- Pada saat konstruksi, maka harus diperhitungkan gaya-gaya yang
ditimbulkan akibat alat-alat berat yang bekerja pada struktur tersebut
termasuk momen-momen yang terjadi akibat perputaran roda dan
komponen lainnya.
- Ketika telah beroperasi, harus diperhitungkan gaya-gaya akibat moda
pengangkut (truk) dan excavator yang bekerja pada bangunan tersebut,
berikut momen-momen yang terjadi pada saat moda transportasi
tersebut melakukan aktifitasnya.

Khusus untuk desain base lining system yang berhubungan dengan


material sintetis, ada beberapa parameter penting yang harus
diperhitungkan dalam menentukan kriteria / spesifikasi material, yaitu
dengan mengacu pada fungsi-fungsi seperti tersebut di bawah ini :
- Fungsi Penutup / Sealing (lapisan impermeable)
- Fungsi Pelindung / Protection
- Fungsi Filtrasi dan Separasi
- Fungsi Pengikat / Reinforcement.
Salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah menentukan bahan
material yang akan digunakan. Pada umumnya, alternative material yang
dapat digunakan bisa dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu : material
natural dan material sintetis (geosynthetics).

Untuk jenis material natural, ada 2 (dua) hal utama yang perlu menjadi
pertimbangan, yaitu:
- Ketersediaan (supply) material
- Tingkat kesulitan dan biaya dalam hal aplikasi material tersebut sesuai
dengan parameter yang telah ditentukan.

Misalnya, ketersediaan material clay pada lokasi setempat, serta analisa


biaya dan jaminan kualitas (quality assurance) untuk aplikasi material clay
tersebut sesuai dengan koefisien permeabilitas yang telah ditentukan.
Untuk jenis material geosynthetics, hal utama adalah seperti tersebut pada
poin di atas. Dan selain itu analisa bahan dan metode aplikasi harus
dilakukan satu per satu untuk didapatkan bahan / jenis material yang
terbaik. Dalam hal ini, beberapa kriteria yang perlu dijadikan sebagai
pertimbangan utama adalah:
- Creep factor, yaitu angka / koefisien yang merupakan parameter kunci
untuk menentukan usia desain dari struktur bangunan landfill (expected
design lifetime). Dalam hal ini uji material jangka panjang dari lembaga
international yang independen mutlak diperlukan.
- Koefisien geser antar material geosynthetics dan dengan material
natural.
- Cara / metode produksi material, dimana hal ini sangat menentukan
kualitas akhir suatu material.
- Data teknis material sesuai dengan fungsinya dan parameter yang
diperlukan (poin a), misalnya: koefisien permeabilitas bahan untuk GCL
(sealing element), puncture resistance untuk material geotextile
pelindung (protection element), opening size untuk material geotextile
untuk filtrasi (filtration element) dan kapasitas drainase untuk beban
tertentu (drainage element). Sehubungan dengan hal ini, data teknis
dari supplier / pabrikan mutlak diperlukan.

c. Penyimpanan, Pemasangan dan Perbaikan


Komponen material base lining system pada landfill harus disimpan
sedemikian rupa sehingga tidak terkena sinar matahari langsung.
Kontraktor bertanggungjawab terhadap pengadaan dan pemasangan base
lining system, tetapi untuk pemasangannya harus merupakan satu paket
dengan pemasangannya, jadi kontraktor tidak boleh melakukan
pemasangan sendiri, jadi pemasangan harus dilakukan oleh pihak
pabrikan/supplier yang memang mempunyai keahlian khusus dalam hal
pemasangan base lining system pada landfill. Tetapi tanggungjawab
pemasangan base lining system pada landfill tetap merupakan
tanggungjawab kontraktor.

Kontraktor harus menyerahkan usulan rinci cara pemasangan base lining


system pada landfill kepada Direksi untuk mendapat persetujuannya.
Sambungan harus dijahit, atau disambung dengan cara lain yang disetujui
Direksi.

Kontraktor harus memperbaiki base lining system pada landfill yang rusak.
Metoda perbaikan harus mendapat persetujuan Direksi. Apabila Direksi
merasa bahwa perbaikan itu tidak memuaskan, maka Kontraktor harus
menggantinya dengan yang baru.

d. Spesifikasi Material Base Lining

Landfill Geomembrane Sebagai Lapisan Pengedap

1. Umum

Geomembran yang dipergunakan untuk fungsi lapisan pengedap pada


suatu sistem kolam/tempat penampungan akhir sampah harus
memenuhi persyaratan spesifikasi, yaitu menjaga agar tidak terjadi
kebocoran pada kolam agar tidak mencemari lingkungan sekitar.

Kontraktor diharuskan untuk menunjukkan contoh material yang


disertai dengan spesifikasi teknik material kepada pemberi tugas dan
atau konsultan yang ditunjuk untuk diperiksa dan disetujui.

Material yang digunakan haruslah sudah sering digunakan di Indonesia


dan pihak kontraktor harus melampirkan daftar proyek-proyek di
Indonesia yang telah menggunakan material geomembran ini.

Kontraktor harus mempunyai pengalaman dalam pemasangan material


geomembran ini dan telah melakukan pemasangan material
geomembran yang sama untuk proyek- proyek di Indonesia.

Kontraktor wajib melampirkan brosur geomembran yang akan


digunakan pada saat penawaran, jika ridak melampirkan atau
ketidaksesuain brosur yang dilampirkan dengan spesifikasi dapat
menggugurkan penawaran.
2. Sifat-Sifat Fisik
- Geomembran harus terbuat dari resin dengan kepadatan (ASTM D-
1505) > 0,932 g/ cc dan kandungan carbon black antara (2,0 – 3,0)%
sehingga menghasilkan lembar HDPE (High Density Polyothlene)
smooth dengan density (ASTM D-1505) >0,94 g/ cc.
- Untuk meminimalkan jumlah jalur sambungan sebagai area yang
rawan bocor dan effisiensi penggunaan bahan, maka lebar roll
geomembrane minimal 8,0 m sebagai lebar standar yang umum
diproduksi dan tidak menimbulkan kesulitan dalam transportasi dan
pemasangan.
- Material Geomembran hharus memenuhi spesifikasi Carbon Black
Dispersion (ASTM D-5596) category 1 / category 2 dan Oxidation
Induction Time (ASTM D-3895) minimum average 100 min.
- Untuk antisipasi kondisi pemakaian expose, bahan geomembrane
harus memenuhi spesifikasi dimensional stability (A STM D-1204) +/-
2%, Stress Crack Resistance SP- NCTL (ASTM D5397) 400 Hr.

Geomembrane harus memenuhi spesifikasi Oven Aging 0% Retained


sesudah 90 hari (ASTM D-5721) dan HP OIT (ASTM D-5885) minimum
Average 80%. Geomembrane harus memenuhi spesifikasi Ultra Violet
Resistance 0% Retained sesudah 1.600 jam GRI-GM-11 HP-OIT,
minimum average 50%.

- Setiap roll geomembran yang dikirimkan ke lapangan, harus


dilengkapi stiker data merk dan tipe yang dibuat oleh pabrik. Data
merk dan tipe/ ketebalan harus tercetak pula secara teratur
sepanjang lembaran geomembrane untuk pemeriksaan visual.

3. Penyimpanan dan Pemasangan


- Geomembran yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan
dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak geomembran dan dari
pengaruh sinar matahari langsung (untuk jangka waktu yang lama).
- Geomembran yang dipasang sesuai dengan rekomendasi/petunjuk
yang dikeluarkan pabrik, dan harus dipasang pada lokasi seperti yang
dicantumkan pada gambar rencana atau atas petunjuk Engineer.
- Permukaan tanah tempat geomembran akan digelar, haruslah kering
dan bersih dari benda-benda pengrusak seperti lumpur, bebatuan,
akar pohon, batang pohon, dan lain-lain yang dapat menimbulkan
kerusakan pada geomembran. Tanah dibawah tempat geomembran
akan digelar diusahakan kepadatannya seragam atau atas
persetujuan Engineer.
- Lokasi penyimpanan material sebaiknya berdekatan dengan lokasi
kerja untuk meminimalkan transportasi dan penanganan. Material
liner harus disimpan di tempat dengan permukaan halus dan bebas
dari batu atau benda lain yang dapat merusak material.
- Akses ke lokasi pekerjaan harus diperiksa jika ada pembatasan-
pembatasan yang akan menentukan keputusaan penggunaan alat,
awal lokasi mulai kerja, jadwal pelaksanaan, atau metoda
penggelaran.
- Pola cuaca/iklim setempat perlu dimasukkan sebagai pertimbangan
untuk memutuskan jika dibutuhkan penggantian untuk mencegah
kontraksi tegangan berlebihan dan pengangkatan liner atau
membentuk ruang kosong pada kaki lereng. Kompensator adalah
kerutan atau lipatan dari tambahan material yang digunakan untuk
pembentukan ke dalam liner untuk kontraksi yang akan dating dari
liner yang dapat diijinkan.
- Tidak dianjurkan untuk mencoba menggelar material selama periode
musim angin besar, hujan, atau kondisi lainnya yang menghalangi
keberhasilan pengelasan geomembran.
- Front end loader sangat direkomendasikan untuk digunakan
menggelar material geomembran, atau tipe lain peralatan yang dapat
digunakan adalah all terrain forklift atau crane. Peralatan yang dapat
digunakan untuk penggelaran roll lebar 7 meter adalah mempunyai
kapasitas untuk mengangkat sambil berjalan minimal seberat 2.000
kg.
- Batang penggelar roll dipasang pada front end loader atau peralatan
lain dan digunakan untuk batang as untuk menggelar material liner:
 Batang penggelar terbuat dari baja profil I atau pipa.
 Batang as terbuat dari pipa baja berdiameter 15 cm.
 Batang penggelar dan as minimum 1 meter lebih panjang dari
lebar rol dan mempunyai kapasitas untuk mendukung roll material
secara keseluruhan.
- Material geomembran dapat digelar dengan beberapa metoda. Yang
manapun metoda yang digunakan tidak boleh merusak liner, dan
material tidak melipat, terlipat, dan mengkerut selama penggelaran:
 Sangat dianjurkan untuk menggunakan metoda penggelaran yang
terbaik, yaitu untuk membuka material menggunakan spreader
dan axle bar dan menempatkan rol pada permukaan tanah dan
ditarik dengan mesin menuju belakang alat.
 Metoda lain adalah rol diangkat lebih tinggi dari tanah dan
material ditarik dari roll dimana mesin/alat dalam keadaan tetap.
Rol dengan axle bar juga dapat digunakan dan ditempatkan pada
suatu perancah tetap dan material ditarik keluar. Metoda ini dapat
digunakan untuk proyek kecil dengan jumlah material yang tidak
terlalu banyak.
- Panel geomembran harus segera diperiksa sesudah penggelaran dan
jika ditemukan kerusakan atau cacat pabrik secepatnya diberi tanda
untuk diperbaiki.
- Penyambungan geomembran harus dilakukan dengan cara yang
benar guna mengantisipasi kebocoran yang terjadi, dan juga harus
dilakukan pemeriksaan terhadap sambungan.
- Pengisian material diatas geomembran harus dilakukan secara hati-
hati guna menghindari kerusakan pada geomembran dan harus
dihindari penjatuhan material timbunan langsung ke atas
geomembran. Untuk lokasi-lokasi tertentu dimana penjatuhan
langsung tidak dapat dihindari, geomembran harus dilindungi
misalnya dengan geotekstil dan atau lapisan pasir/tanah.

4. Persyaratan Spesifikasi
Geomembran yang digunakan harus berwarna hitam dan halus pada
kedua sisi serta harus memenuhi semua persyaratan seperti yang
tersebut dibawah ini melalui metoda pengujian yang sama:

Data Metoda Tes Satuan Nilai Keterangan


Ketebalan ASTM D 5199 mm 1,5 Minimal
Kuat Tarik
- Tegangan saat leleh ASTM D 6693 kN/m 23 Minimal
- Kemuluran saat leleh ASTM D 6693 % 13 Minimal
- Tegangan saat putus ASTM D 6693 kN/m 43 Minimal
- Kemuluran saat putus ASTM D 6693 % 700 Minimal
Ketahanan terhadap ASTM D 1004 N 187 Minimal
sobek/tear ressistance
Ketahanan terhadap ASTM D 4833 N 530 Minimal
jebol/puncture Ressistance

Area (lokasi) yang akan di-lining diharapkan untuk diukur secara akurat
dan gambar lapangan atau sketsa, detail panel, dan lokasi sambungan
atau susunannya.
a) Susunan panel harus direncanakan untuk meminimalkan potongan,
panjang total yang memerlukan pengelasan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
b) Kegunaan dari bagian prafabrikasi liner harus betul-betul
dipertimbangkan.
c) Secara umum, panel geomembran harus diorientasikan pararel
terhadap garis maksimal lereng, tidak melintang terhadap lereng atau
dengan kata lain sambungannya direncanakan memotong lereng
tegak lurus dari atas ke bawah.
- Panel dapat digelar secara horizontal memotong lereng hanya bila
panjang total material mencukupi ke arah bawah lereng sampai
kaki lereng tidak lebih dari lebar roll material.
- Panel tidak pernah diorientasikan menuju arah yang memerlukan
penyambungan melintang memotong lereng.
- Lokasi penyambungan material tidak boleh dilakukan di atas
lereng.

5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar geomembrane
yang terpasang, lokasi pemasangan, tanggal penggelaran, waktu mulai
dan selesai, dan ukuran geomembran yang terpasang.

Pabrikan harus memiliki sertifikat ISO 9001 (2000). Setiap roll harus
memiliki nomor identifikasi produksi dan supplier diwajibkan untuk
melampirkan laporan QA/QC hasil tes pada saat produksi. Frekuensi tes
pada hasil akhir produksi tidak boleh kurang dari:
Thickness (DIN 53370) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kualitas permukaan (DIN 16925) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kepadatan (ISO 1183) setiap 1 per shift @ 8 jam
Penyusutan akibat suhu setiap 1 per shift @ 8 jam
Index leleh (MFI) (ISO-R1133) setiap 1 per shift @ 8 jam

6. Metoda Pengukuran
Lembaran geomembran diukur dalam meter persegi untuk tiap luas
areal yang dipasang.

7. Persetujuan Materail dan Sub Kontraktor (Aplikator)


Agar material yang dipergunakan di lapangan sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan oleh perencana. Kontraktor wajib mengajukan
persetujuan material dan sub kontraktor (aplikator) kepada Konsultan
dan Direksi terlebih dahulu sebelum pemesanan barang/penunjukan
sub kontraktor dengan ketentuan sebagai berikut:
- Material yang diajukan harus dilengkapi dengan surat keterangan asli
dari manufaktur yang menyatakan bahwa material yang disuplai
harus sesuai dengan spesifikasi teknis terlampir diatas, dan juga
pernyataan bahwa sub kontraktor/aplikator yang ditunjuk adalah
agen resmi untuk di Indonesia.
- Sampel material harus disertakan dalam pengajuan tersebut.
- Sub kontraktor yang akan ditunjuk harus melampirkan surat
pernyataan memiliki perlengkapan untuk aplikasi dan tes di lapangan
sebagai berikut:
 Mesin hot air welding, dengan 2 line welding sekaligus (dengan
saluran tes udara ditengahnya).
 Mesin extrusion.
 Mesin hand welding.
 Alat tes kompresi udara (air test channel).
 Alat vacuum test, untuk perbaikan dan sudut.
 Alat tensio meter untuk peel dan shear test daripada material dan
overlap sesuai dengan ASTM D638. Tes ini harus dilakukan setiap
hari sebelum pekerjaan dimulai di lapangan, dan harus dicatat dan
diberikan kepada Direksi dan Konsultan.
Untuk aplikasi di lapangan, sub kontraktor wajib melakukan tes untuk
hasil pekerjaan sesuai dengan standar tes yang tercantum dalam
dokumen ini.

e. Spesifikasi Teknis Geotextile Non Woven (Geonet) Sebagai Lapisan proteksi


dan Filtrasi

1. Umum
Geotekstil sebagai lapisan proteksi harus memenuhi persyaratan
spesifikasi, yaitu harus dapat melindungi lapisan pengedap dari
kerusakan fisik akibat material timbunan. Selain berfungsi sebagai
lapisan proteksi, material ini juga dapat digunakan untuk lapisan filtrasi,
untuk filter lindi sebelum jatuh ke gravel dan dalam hal ini material ini
mempunyai fungsi ganda sebagai penahan sampah agar tidak masuk ke
pori -pori gravel sehingga tidak menghambat laju aliran lindi menuju
pipa lindi.

Kontraktor diminta untuk menunjukkan contoh material yang disertai


dengan sertifikasi pabrik pembuat kepada Direksi untuk diperiksa dan
disetujui. Contoh-contoh ini harus diseleksi oleh Direksi bersama-sama
dengan contoh dari lapangan untuk disetujui.

Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang geotekstil non woven


seperti yang tertera pada gambar atau ditentukan oleh Konsultan dan
Direksi. Pemakaian geotekstil non woven sudah umum dalam pekerjaan
teknik sipil, diantaranya sebagai filter, lapisan pelindung, lapisan
pemisah tanah untuk mencegah bercampurnya tanah/material
timbunan dengan tanah lunak, dan drainase dibawah tanah.

2. Sifat-Sifat Fisik
- Untuk mencapai ketebalan tertentu dengan puncture resistance yang
cukup, Geotekstil harus dari jenis yang tidak dianyam (non woven),
dan dibuat terdiri dari continuous filament (serabut menerus), bukan
dari staple fiber (seratpendek).
- Geotekstil yang dipasang sebagai pelindung geomembrane sering kali
terkena cahaya matahari dalam waktu lama, sehingga harus
mempunyai ultra violetresistance >70% strength retention sesudah 3
bulan expose baik untuk Tensile Strength Retention dengan method
pengujian ISO 10319, maupun untuk Puncture Strength Retention
dengan method pengujian ISO 12236.
- Karena terbentuknya Leachate seperti pada TPA sampah, maka
geotextile harus mempunyai chemical resistance yang baik, tidak
terpengaruh akibat asam, alkali dan zat kimia dalam rentang pH 2 –
13. Dan tidak mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
- Setiap roll geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus dilengkapi
data merk dan tipe yang tertera jelas pada pembungkus luar. Data
merk dan tipe harus tercetak pula secara teratur sepanjang lembaran
geotextile untuk pemeriksaan visual.

3. Penyimpanan dan Pemasangan


- Geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk
melindungi material tersebut terutama dari sinar matahari.
Penyimpanan dan pemasangan gulungan geotekstil tersebut tidak
boleh mengakibatkan kerusakan fisik.
- Geotekstil dipasang sesuai dengan rekomendasi/petunjuk yang
dikeluarkan pabrik, dan harus dipasang pada lokasi seperti yang
dicantumkan pada gambar rencana atau atas petunjuk Engineer.
- Penyambungan geotekstil yang overlap harus tepat, baik lebar
maupun posisinya agar geotekstil dapat berfungsi selama waktu
pelaksanaan dan selama umur rencana dari struktur. Alternatif lain
dari overlap dapat dilakukan dengan cara menjahit dengan
menggunakan mesin jahit ketik ganda portabel.
- Penyambungan geotekstil dengan cara menjahit harus dengan
jahitan ganda, dengan jarak 50 mm sampai dengan 100 mm dari tepi
lembaran geotekstil yang disambung. Sambungan diusahakan
sesedikit mungkin dan harus dengan persetujuan dari Engineer.
- Penempatan material timbunan setelah penggelaran geotekstil harus
dilakukan dengan baik sehingga geotekstil tidak mengalami beban
melebihi tegangan ijinnya. Kerusakan geotekstil selama penempatan
material timbunan harus diperbaiki atas petunjuk Engineer.

4. Sifat-Sifat Mekanik dan Hidrolik


Geotekstil harus memenuhi atau melampaui semua persyaratan seperti
yang tersebut di bawah ini melalui metoda pengujian yang sama :
No Data Teknis Test Method Satuan Nilai Ket
1 Weight ASTM D5261 Gr/m2 500 Minimal
2 Tensile properties by wide
strip method
MD/CD ASTM KN/m 14.8 Minimal
Elongation MD/CD D4595/ISO % 80 Minimal
10319
3 Grab Breaking Load and
Elongation ASTM D4632 KN 1.22 Minimal
MD/CD % 80 Minimal
Elongation MD/CD
4 Trapezoidal Tearing Strength
MD/CD ASTM D4533 N 550 Minimal
5 Static Pincture Resistence
Puncture Resistence, Fp ASTM N 2480 Minimal
D6241/ISO
12236
6 Water Permeability of
geotextiles by permittivity ASTM D4491 S-1 0.95 Minimal
Permittivity
7 Nominal Thickness ASTM Mm 4 Minimal
D5199/ISO
9863

5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar geotekstil yang
terpasang, lokasi pemasangan, tanggal penggelaran, waktu mulai dan
selesai, dan ukuran geotekstil yang terpasang. Pencatatan juga
mencakup penyambungan lembaran geotekstil.
6. Metoda Pengukuran
Lembaran geotekstil diukur dalam meter persegi untuk tiap luas areal
yang dipasang.

8.5 Urugan Batu Bulat

1. Umum
Batu yang dipergunakan adalah batu kali yang bulat, keras, tidak porous,
bukan batu pecah, bersih dari sedimen dan dengan ukuran 3/5 dan 5/7.

2. Prosedur Pemasangan
- Batu bulat (gravel) yang diperoleh atau diambil dari sungai dengan ukuran
3/5 dan 5/7, harus dalam kondisi bersih dari sedimen dengan mencuci
terlebih dahulu.
- Batu bulat (gravel) tidak boleh bertekstur kasar atau pecah, dikarenakan
dapat merusak lapisan geomembran dan geotekstile.
- Penghamparan batu bulat (gravel) dengan menggunakan alat berat
maupun sejenisnya harus hati-hati, jangan sampai merusak lapisan
geomembran dan geotekstile.
- Apabila terjadi kerusakan lapisan geomembran dan geotekstile akibat
kelalaian dari penyedia jasa, maka di wajibkan penyedia jasa harus
memperbaiki kembali kerusakan tersebut sesuai dengan spesifikasi
pemasangan geomembran dan geotekstile.

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan kelas dan mutu beton dan sesuai dengan fungsi struktur dari beton yang di pasang, seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan,
material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan beton, pengecoran, pemadatan
dan perawatan serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan bekesting adalah dalam satuan meter persegi (m2),
seperti yang disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh
peralatan, material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan bekesting.

PASAL 9
PEKERJAAN TURAP

9.1 Pekerjaan Pasangan Batu belah yang dimaksudkan sebagai pondasi tertera di
dalam gambar kerja. Pasangan batukali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1982, SII-0079-79.
9.2 Batu belah yang dipakai harus merupakan batukali belah yang keras, padat dan
memiliki struktur yang kompak, dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat,
serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan
SII.0079-79. Batukali bulat tidak boleh dipakai.
9.3 Semen portland yang dipakai harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
ayat sebelumnya, pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras serta
memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1970.
9.4 Pondasi batu belah harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
semen portland : 5 bagian pasir pasang dan adukan 1 bagian semen portland : 4
bagian pasir pasang, harus dipasang sedemikian rupa sehingga didapatkan gigitan
yang memadai di antara batu-batu dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus membuat dan memasang kayu-
kayu pembantu (kayu profil) dan merentangkan benang pembantu dengan bentuk
sesuai dengan bentuk dan ukuran pondasi yang akan dipasang.
9.5 Sebelum pasangan batu belah terpasang, permukaan galian harus dirapihkan dan
diberikan pasir urug padat setebal 10 cm dengan maksud agar air dari bawah
tanah tidak masuk ke lapisan batu belah di atasnya.

PASAL 10.
PEKERJAAN BATU KALI

10.1 Pekerjaan Pasangan Batu belah yang dimaksudkan sebagai pondasi tertera di
dalam gambar kerja. Pasangan batukali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1982, SII-0079-79.
10.2 Batu belah yang dipakai harus merupakan batukali belah yang keras, padat dan
memiliki struktur yang kompak, dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat,
serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan
SII.0079-79. Batukali bulat tidak boleh dipakai.
10.3 Semen portland yang dipakai harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
ayat sebelumnya, pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras serta
memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1970.
10.4 Pondasi batu belah harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
semen portland : 5 bagian pasir pasang dan adukan 1 bagian semen portland : 4
bagian pasir pasang, harus dipasang sedemikian rupa sehingga didapatkan gigitan
yang memadai di antara batu-batu dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus membuat dan memasang kayu-
kayu pembantu (kayu profil) dan merentangkan benang pembantu dengan bentuk
sesuai dengan bentuk dan ukuran pondasi yang akan dipasang.
10.5 Sebelum pasangan batu belah terpasang, permukaan galian harus dirapihkan dan
diberikan pasir urug padat setebal 10 cm dengan maksud agar air dari bawah
tanah tidak masuk ke lapisan batu belah di atasnya.

PASAL 11.
PEKERJAAN BRONJONG

11.1 Pasangan Bronjong

a. Standar Rujukan

1. BS 1052/80 : Kawat baja lunak untuk keperluan umum


2. BS 443/82 : Kawat baja berlapis seng
3. SII 0381/80 atau : Pengujian bronjong dan Kawat
brojong SNI 03/0090/87
4. 511 2536/90 atau : Pengujian bronjong dan kawat
bronjong SNI 03/3046/92 berlapis PVC
b. Spesifikasi bahan
Sesuai dengan daftar rujukan diatas untuk semua bronjong digunakan kawat
baja berlapis seng.
c. Ketentuan
Bronjong adalah keranjang kawat baja berlapis galvanis tebal berbentuk kotak
dalam berbagai ukuran. Selanjutnya di lapangan, keranjang tersebut diisi
dengan batu yang bersih dan keras.
Berdasarkan perencanan disyaratkan diameter kawat 6,00 mm dengan
ketebalan lap seng minimum 310 gram/m 2.

d. Anyaman kawat
Anyaman kawat harus dibuat dengan mesin penganyam, membentuk segi
enam yang masing-masing sama ukurannya, dengan cara melilit setiap
pasangan kawat sebanyak 3 (tiga) setengah lilitan sedemikian rupa agar
terhindar dari kekusutan.
Kerapatan pada lilitan tersebut harus sedemikian, agar kekuatannya tidak
kurang dari 1.7 kN bila kawat ditarik untuk memisahkan satu dan lainnya, asal
setiap kawat terhindar dari puntiran, tegangan dan kawat harus pada bidang
yang sama.

Diameter kawat serta ukuran bukaananyaman harus sebagai berikut:


Lebar bukaan Diameter kawat
Tebal kotak (m)
anyaman bronjong (cm) (mm)
8x9 0.50 atau 1.00 6,00

11.2 Batu Untuk pengisian Bronjong


a. Material yang akan dipakai untuk mengisi bronjong harus berupa batu blondos,
harus batu yang bersih, keras dan dapat tahan lama.
b. Batu belah yang akan digunakan untuk pekerjaan ini berasal dari batu kali /
batu gunung harus bebas/bersih dari tanah / lumpur dan dari batu jenis
andesit. Batu yang tidak memenuhi persyaratan teknis seperti batu kapur harus
ditolak dan secepatnya disingkirkan dari lokasi pekerjaan.
c. Batuan besar tidak boleh melebihi ukuran maksimum dibawah dan sekurang-
kurangnya 90% dari agregat tersebut harus mempunyai ukuran yang sama atau
lebih besar dari ukuran minimal yang diberikan dibawah ini dan tidak ada
agregat yang diijinkan melewati lubang anyaman.
d. Ukuran agregat yang diijinkan pada lubang anyaman akan ditunjukkan sebagai
berikut:

Lebar Bukaan Anyaman Ukuran Batu


(cm) Minimum (cm) Maximum (cm)
8x9 20 30
11.3 Pelaksanaan
a. Permukaan tanah dimana bronjong akan ditempatkan harus digali dan
dipersiapkan sesuai gambar atau ditentukan lain oleh direksi.
b. Masing-masing keranjang bronjong harus dirakit sesuai dengan instruksi
pabrik dengan cara mengikat (menjahit) semua ujung-ujungnya dengan kawat
pengikat atau penyambung.
c. Kawat pengikat atau penyambung harus diikatkan kuat-kuat mengelilingi tiap
lubang anyaman sepanjang lipatan sedemikian rupa sehingga terbentuk ikatan
tunggal dan ganda secara bergantian.
d. Apabila bronjong harus diletakkan di bawah permukaan air, maka
pemasangannya dilaksanakan dengan bantuan tiang-tiang kayu agar posisinya
tepat. Tetapi apabila masih kesulitan melakukan pemasangannya, maka perlu
dilakukan pengeringan dengan pembuatan kistdam atau dengan pembelokan
aliran air.

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan bronjong adalah dalam satuan


meter kubik (m2), seperti yang disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran
merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan bronjong.

PASAL 12.
PEKERJAAN BETON

12.1 Pekerjaan Beton Meliputi


1. Beton bertulang
Dilaksanakan pada semua konstruksi beton yang bersifat struktur dan praktis
dengan ukuran dan bentuk penampang seperti tercantum pada gambar kerja.
Konstruksi beton bersifat struktur meliputi bagian - bagian konstruksi,
diantaranya:
a. Perkerasan jalan
b. balok struktur
c. Lantai generator
d. Ring balok praktis
2. Beton cor
Dilaksanakan pada :
a. Lantai kerja K 100
b. Lantai kerja
c. Beton locis Yang dilaksanakan sesuai dengan gambar kerja.
12.2 Semua pekerjaan beton harus mengikuti persyaratan ketentuan yang tercantum
pada:
1. Persyaratan Beton Struktural No. 2847 Tahun 2019
2. PBI NI-2 Tahun 1971 terutama mengenai :
a. Syarat - syarat bahan untuk semua pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2: Bagian
II Bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9)
b. Syarat - syarat pelaksanaan pekerjaan beton (PBI 1971 NI-2 : Bagian Bab 4-
5-6 seluruh Pasal)
c. Syarat - syarat pekerjaan tulangan (PBI 1971 NI-2 : Bagian IV Bab 8 seluruh
Pasal).

12.3 Persyaratan Beton


1. Untuk beton bertulang mutu beton yang digunakan adalah minimal
mempunyai kekuatan, tekan karakteristik sebesar 225 kg/cm2, dengan
campuran beton yang disyaratkan.
2. Untuk beton tidak bertulang, adukan dibuat dengan karakteristik sebesar 100
kg/cm2 (minimal).

12.4 Persyaratan Bahan


1. S e m e n
Semen yang digunakan harus terdiri dari satu jenis merek dari mutu yang baik
dan disetujui oleh Direksi yaitu sekualitas dengan semen lokal atau setara
merek TONASA, semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak
diperkenankan untuk digunakan. Untuk menghindari terjadinya hal - hal
tersebut di atas, Kontraktor harus memperhatikan syarat - syarat
penyimpanan semen yang baik.
2. Pasir Beton
Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butir - butirnya yang bersih dan
bebas dari bahan - bahan organis, lumpur dan sebagainya sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam SNI.
3. Koral/Kerikil Beton
Koral / kerikil beton yang digunakan harus bersih dari segala macam kotoran
serta mempunyai Gradasi dan kekerasan sesuai dengan persyaratan yang
tercantum di dalam SNI Beton (ukuran 2/3 dan 1/2)
4. A i r
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dari bahan - bahan organis;
minyak, garam alkalis, asam yang dapat merusak beton. Apabila diperlukan,
Direksi dapat meminta kepada kontraktor untuk memeriksakan air yang dapat
digunakan ke Laboratorium Pemeriksaan yang resmi dan sah, atas biaya
kontraktor.
5. Baja Tulangan
Mutu tulangan sesuai SNI Baja Tulangan Beton No. 07-2052-2017 yang
digunakan adalah U-24, untuk diameter ≤ 12 mm dan U-39 untuk diameter
>
12 mm yaitu tulangan dengan tegangan leleh Karakteristik sebesar 2400 kg /
cm2 dan 3900 kg/cm2. Tulangan yang akan digunakan, harus bebas dari
kotoran - kotoran (lumpur, lemak, karat). Kawat pengikat tulangan harus
terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan
terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng. Kualitas tulangan yang digunakan
adalah sekualitas keluaran Pabrik Baja Krakatau Steel.

12.5 Persyaratan Acuan/Perancah/Bekisting


1. Bahan-bahan yang akan digunakan, harus memenuhi ketentuan / persyaratan
yang tercantum di dalam SNI Beton No. 2847 Tahun 2019. Tebal papan kayu /
kayu lapis yang digunakan minimal 2 cm dengan balok - balok penyangga
berukuran 5/7 atau diameter 8 cm, yang digunakan adalah jenis kayu kelas II
yang keras.
2. Acuan harus dibuat dan dipasang sedemikian rupa sehingga ukuran
penampang beton yang diperlukan seperti yang tercantum pada gambar
kerja, dapat tercapai secara tepat.
3. Apabila digunakan papan, maka penampang papan acuan sebelah dalam
harus diserut rata untuk dapat menghasilkan permukaan beton yang rata atau
multiplek 12 mm.
4. Celah - celah terjadi (pada sudut pertemuan atau ditengah) harus cukup rapat
sehingga pada waktu pengecoran dilakukan, tidak ada air semen yang keluar.
5. Sebelum pengecoran dilakukan, sisi - sisi dalam dari acuan harus bebas dari
segala macam kotoran dan harus disiram dengan air yang rata.
6. Pembongkaran acuan dapat dilakukan setelah beton mengalami periode
pengerasan sesuai dengan persyaratan di dalam SNI 2487 Tahun 2019.

12.6 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan


1. Pembengkokan, pemotongan, dan penempatan tulangan, harus sesuai
dengan gambar kerja dan mengikuti persyaratan yang tercantum di dalam SNI
2847 Tahun 2019.
2. Pengikatan antara tulangan pokok dan tulangan sengkang, harus dilakukan
dengan kuat, sehingga menjamin tulang - tulangan tersebut tidak berubah
tempat selama pengecoran dan penggetaran.
3. Untuk Pemasangan tulangan pokok lebih dari satu lapis antara lapis yang
satu dengan lapis yang lainnya, harus dipisahkan dengan potongan besi
beton / agregat kasar sehingga terdapat jarak sebesar 2,5 cm (minimum).
4. Pengecoran beton baru dapat dilakukan setelah:
a. Direksi / Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan menyetujui acuan /
bekisting yang dibuat.
b. Direksi / Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan menyetujui
pembersihan yang akan di cor.
5. Apabila pengecoran beton akan dihentikan untuk diteruskan pada hari
berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetujui oleh Direksi /
Pengawas Lapangan (khusus beton struktur).

12.7 Baja Tulangan


1) Bahan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai dengan SNI 07-2052-
2017. Mutu, ukuran dan jenis tersebut di atas adalah sebagai berikut:

Diameter Jenis Batang Mutu fy


Lebih kecil atau sama BJTP U. 24 2.400 kg/cm2
dengan (<) 12 mm
Lebih besar atau sama BJTD U. 39 3.900 kg/cm2
dengan (>) 12 mm

Keterangan:
□ fy = tegangan lelah karakteristik
BJTP = Baja Tulangan Plos
BJTD = Baja Tulangan Deform

Baja tulangan yang dipakai harus ber SNI


Kawat beton: Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat dari baja lunak
dengan diameter minimal 1 mm yang telah dipijarkan terlebih dahulu, dan
tidak bersepuh seng.

2) Penggantian Diameter
- Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan
tertulis dari direksi.
- Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak
boleh kurang dari yang tercantum dalam gambar atau perhitungan.
- Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada
gambar sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan Penyedia Jasa.

3) Pelaksanaan
- Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran,
karat, cat, kulit giling serta bahan lain yang akan mengurangi daya lekat
terhadap beton.
- Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin serta dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
- Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak
berubah tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut
tulangan minimum mengikuti aturan SNI Beton.
- Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku
pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur
tembok bertulang untuk gedung sesuai dengan SNI Beton.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari direksi.
- Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan
20 mm baik untuk kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang seling
dilakukan sesuai dengan buku pedoman perencanaan untuk struktur
tembok bertulang untuk gedung SNI Beton.

4) Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat,
dengan cara meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak
langsung di atas tanah, untuk penyimpanan waktu lama maka besi beton
harus disimpan di bawah atap.

5) Test dan sertifikat


- Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan sesuai
dengan SPESIFIKASI TEKNIS ini, maka pada saat pemesanan baja tulangan
Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium.
- Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan test
periodik minimal 3 contoh untuk setiap diameter batang baja tulangan.
Pengambilan contoh baja tulangan akan ditentukan oleh direksi.

12.8 Pekerjaan Pengisi dilatasi (Bila diperlukan)

1) Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setara sikaflexla atau


feabseal 2 part dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:
- Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation)
Warna : Abu-abu
Elastisitas : Permanen
Kekerasan : Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan
pada beton tetap baik dalam jarak suhu 20 sampai 60
derajat celcius. Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan
bahan yang berasal dari Hydrocarbon. Memenuhi
standar: DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757
- Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering, maka lobang
delatasi segera dibersihkan dari segala macam kotoran.
- Pasang back up material (stirr up foam)
- Pasang masking tape pada sisi beton
- Priming dengan sika primer
- Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang tersebut
dengan mengikuti petunjuk dari pabriknya
- Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced applicator.

Bahan Campuran Tambahan

- Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan harus sesuai
dengan pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures
for Concrete.
- Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM
C 494.

2) Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan
lain yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai
air bersih yang dapat diminum.

3) Mutu Beton
Mutu beton yang dipergunakan adalah:
Kolom : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3
Mpa Pelat Lantai/Slab : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3
Mpa Pelat Dinding/Wall: f’c 26,4 Mpa dan f’c
19,3 Mpa

Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai beton ready


mixed.

4) Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)

- Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, Penyedia


Jasa harus membuat design procedure dan prelimary test atas biaya
sendiri untuk mendapatkan mutu seperti yang disyaratkan. campuran
harus menggunakan perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil, dan
air.
- Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI ayat 4.6.
dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat 4.5.
- Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari semen dan/atau
agregat diganti, maka harus dicari lagi campuran yang baru sehingga
tetap memenuhi syarat, sesuai ayat-ayat di atas. Jumlah semen yang
dipakai 340 kg per m3 beton, dan pada pondasi, pipa caps dan luifel atap
jumlah minimum tersebut adalah 375 kg/m3 beton.
- Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat – syarat
dalam standard spesification for ready mixer concrete AASHTO
designation H. 157-74 harus dipenuhi.
5) Pengujian Beton dan Peralatannya

a) Penyedia Jasa harus menyediakan alat -alat yang diperlukan dan tempat
untuk melakukan percobaan berikut:
- Slump test
- Test specimens
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
Penyedia Jasa juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture
content dari agregat halus, timbangan dan alat lain. Alat yang perlu
untuk melakukan percobaan-percobaan berikut.
b) Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer
minimum 5 cm dan maksimum 10 cm untuk campuran koral beton dan
maksimum 12 cm untuk campuran dengan crushed stones.
c) Atas biaya sendiri Penyedia Jasa harus membuat, merawat dan
mengangkut semua test specimens ke laboratorium yang
ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk dilakukan
compresion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
d) Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor
kode dan hari pembuatan, bersama-sama dengan tanda dari bagian
pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari pengukuran dan
penandaan dari kubus akan ditentukan oleh direksi pelaksanaan.
e) Penyedia Jasa harus memberikan material untuk pembuatan sample,
dari semua test yang diperlukan pada bagian ini dalam spesifikasi.
Kontraktor harus menyampaikan semua hasil test tersebut kepada
direksi secara rutin. Segala hal biaya yang menyangkut pengetesan
tersebut adalah biaya kontraktor.

12.9 Beton Bertulang


1) Kekuatan dan Penggunaan Beton
a) Beton struktural
Meliputi beton konstruksi plat atas, dinding dan plat dasar. Untuk
mencapai mutu K.250, Penyedia Jasa wajib membuat adukan sesuai
dengan proporsi trial mix yang disetujui.
b) Beton non struktural
- Beton dengan mutu K 100 meliputi beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak
dicor ke dalam cetakan.
- Beton dengan mutu K 100 meliputi rabat beton, sesuai dengan gambar
kerja.
- Beton dengan mutu K 225 meliputi kolom atau beton bertulang yang
mempunyai ukuran maksimal 15 cm, kanstin, neut kaki kusen kayu,
pengisi lubang angker dan sudut-sudut beton dan lain-lain.
- Beton mortal dengan mutu K 250 adalah tegangan tekan hancur
karakteristik untuk silender beton diameter 15 cm pada usia 28 hari.
Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan
yang terdapat dalam SNI Beton.

2) Campuran Tambahan
Selain bahan seperti sudah ditentukan pada ayat 3.6.7. SPESIFIKASI TEKNIS ini,
bahan campuran lainnya yang digunakan hanya jika disetujui oleh direksi
secara khusus dan tertulis.

3) Pengadukan
Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk molen
yang berkapasitas tidak kurang dari 600 liter dan dilengkapi dengan alat
timbangan berat

a) Bahan
- Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan
tebal 12 mm dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood
ini diberi perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting
tersebut.
- Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan direksi.
- Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II
tebal sesuai kebutuhan dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran
beton, acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari
bekisting tersebut.
- Untuk perkerasan bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan direksi
dapat meminta kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui
direksi.

b) Konstruksi
- Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah
pergeseran atau perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan
bekisting halus-halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung.
Sambungan-sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata
dalam arah horisontal dan vertikal.
- Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin
dan mampu menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya
kerusakan atau overstress ataupun pergeseran tempat pada bagian
konstruksi yang dibebani.
- Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi
sedemikian rupa, sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku
untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang berada di
atasnya selama pelaksanaan.
- Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua
balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut.
- Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah-
tengah bentang. Semua balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari
bentang, dihitung dari ujung bebas.

c) Baut
Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan- ikatan dalam beton harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka
semua besi tulangan akan berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat
pengikat tidak diizinkan pada beton exposed yang akan berhubungan
langsung dengan keadaan alam, dimana dapat menimbulkan warna yang
tidak merata. Semua bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat menggunakan paku tanpa merusak beton.

d) Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunakan. Pekerjaan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan
adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan/cacat pada beton.
Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting, bagian
dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk
air. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang struktural harus
diperiksa oleh direksi pelaksanaan segera sebelum beton dicor di bagian
itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi,
pada tepi bawahnya harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk
mengeluarkan kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding
tersebut. Bukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa dan disetujui oleh
direksi pelaksanaan.

e) Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan
untuk beton yang tidak diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi
dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. Bekisting
untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi
air dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor.

f) Pembongkaran
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau
pembebanan yang melebihi beban dengan rencana pembongkaran
bekisting pada beton. Pertanggungjawaban atas keselamatan pada waktu
pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada dipihak
Penyedia Jasa.
g) Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian - bagian struktur ditentukan dari
percobaan selinder benda uji yang memberikan kuat desak minimum
sebagai berikut:

Bagian Struktur Waktu Minimum Pembongkaran


Bekisting (Hari)
Sisi balok dan dinding 1
Penyanggah plat lantai 21
Penyanggah Balok 21

12.10 Pembuatan Beton dan Peralatannya


a) Penyedia Jasa bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan campuran
beton yang baik/unform dan memenuhi syarat- syarat yang ditentukan. Untuk
memenuhi syarat - syarat ini, Penyedia Jasa atas biaya sendiri harus
menyediakan dan menggunakan, mesin pencampur beton (beton molen) yang
baik, volumetric system untuk mengukur air dengan tepat yang disetujui
direksi.
b) Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran material-
material harus dengan persetujuan direksi.
c) Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan berat
(timbangan), tidak diperbolehkan.
d) Mixer harus betul-betul kosong sebelum menampung/menerima material
untuk adukan selanjutnya, harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak
dipakai lebih lama dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Mixer juga
harus dibersihkan dan dikosongkan lebih dulu, bila beton yang akan dibuat
berbeda mutunya.
e) Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah terjatuh/mengeras
tidak diizinkan. Demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah
jadi (dari hasil mixer) dengan tujuan memudahkan pengerjaan dan sebagainya
tidak diizinkan.

12.11 Penolakan Pekerjaan Beton


a) Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi syarat. Penyedia Jasa
harus mengganti atau memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak
memenuhi syarat, atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi yang diberikan
oleh direksi pelaksanaan.
b) Percobaan compressive strength dari pengujian selinder
12.12 Pengangkutan dan Pengecoran Beton
a) Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum direksi memeriksa dan
menyetujui cetakan, bekisting (formwork), tulangan, angkerangker dan lain-
lain, dimana beton akan dituangkan/dicor. Tempat dimana beton akan
dituangkan harus bebas dari segala macam kotoran, puing-puing, potongan-
potongan, kayu, air dan sebagainya.
b) Air (genangan) harus dibuang dari tempat/ruangan yang akan diisi/dicor
beton. Air yang mengalir ke dalam galian harus dikontrol/dibuang dengan cara
yang disetujui direksi pelaksanaan.
c) Isi dari mixer yang dikeluarkan pada suatu operasi continous harus diangkut
tanpa menimbulkan degradasi. Beton harus diangkut dalam gerobak yang
bersih dan kedap air. Metoda yang digunakan harus disetujui direksi
pelaksanaan, setelah Penyedia Jasa mengajukan proposal/usulan cara-cara
pengangkutan.
d) Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus
diberikan dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih lama dari 30 menit dan pada
setiap akhir pekerjaan. Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus
diletakkan/dicor dan dipadatkan pada tempatnya dalam waktu 40 menit
setelah penuangan air ke dalam mixer.
e) Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan bebas/dituangkan dari
ketinggian lebih besar dari 1,5 m. pengecoran harus dilaksanakan dengan
menghindari timbulnya degradasi dan menjamin suatu pengecoran yang tidak
terputus. Beton harus diletakkan dalam lapisan tidak lebih dari 60 cm tebalnya
dan dipadatkan sesuai ketentuan di bawah ini tanpa timbulnya
degradasi/pemisahan. pengecoran dari satu unit atau bagian dari pekerjaan
harus dilaksanakan dengan satu operasi yang continous atau sampai
construction joint tercapai.
f) Beton, acuan atau penulangan tidak boleh diganggu selama minimal 24 jam
setelah pengecoran, kecuali dengan izin direksi pelaksanaan. Semua
pengecoran harus dilaksanakan di siang hari dan pengecoran beton dari suatu
bagian pekerjaan jangan dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada siang
hari, kecuali atas izin Direksi Pelaksanaan boleh dikerjakan pada malam hari.
Izin ini tidak boleh diberikan, bila sistem penerangan yang dipersiapkan
Penyedia Jasa belum disetujui Direksi Pelaksanaan.
g) Dalam hal dinding, kolom beton atau bagian-bagian yang dianggap tinggi,
tidak boleh dicor dari atas, tetapi harus dari samping melalui satu bukaan
pada ketinggian yang disetujui. Saluran curah untuk pengecoran tidak boleh
dipergunakan, kecuali jaraknya dekat dan hanya dengan persetujuan direksi
pelaksanaan. Bila hal ini disetujui direksi pelaksanaan, maka saluran itu harus
dibuat dari logam (metal) atau bahan dihaluskan, agar dapat mengalirkan
adukan beton dengan lancar, sedangkan kemiringan saluran/talang tersebut
tidak lebih curam dari perbandingan 1 (satu) tegak dan 2 (dua) mendatar.
h) Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga tidak banyak
mengurangi kekuatan konstruksi. Bila siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan
dalam gambar-gambar rencana, maka tempat-tempatnya harus disetuji oleh
direksi.
i) Penyimpanan tempat siar daripada yang dinyatakan dalam gambar harus
disetujui direksi.
j) Penempatan air (penyambungan pengecoran) pada dinding yang berfungsi
menampung air, harus dipasang water stop dari type yang terlebih dahulu
disetujui direksi.

12.13 Pemadatan Beton


a) Beton harus dipadatkan keseluruhan dengan mechanical vibrator yang
dikerjakan oleh orang-orang yang berpengalaman dan telah mendapatkan
trainning untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan beton yang telah selesai harus
merupakan suatu massa yang bebas dari lubang-lubang degradasi atau
kropos-kropos (honey combing).
b) Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance dengan frekuensi
tidak kurang dari 6.000 cycles per menit. harus diperhatikan agar pemadatan/
penggetaran semua bagian beton tidak menyebabkan degradasi dari material-
material akibat over vibration. Vibration tidak boleh dipergunakan pada
tulang-tulang, terutama tulang-tulangan yang telah masuk pada beton yang
mulai mengeras.
c) Banyaknya vibrator yang dipergunakan harus disesuaikan dengan volume dan
kecepatan pengecoran. Penyedia Jasaan juga harus menyediakan paling
sedikit 1 vibrator tambahan/cadangan untuk mengganti yang rusak pada
waktu yang sedang dipakai.

12.14 Perlindungan Terhadap Cuaca Alam


a) Cuaca Panas
Bila perlu dipergunakan rangkaian instalasi penahanan angin, naungan, fog
spraying, memerciki dengan air, menggenangi dengan air ataupun menutup
dengan penutup basah yang berwarna muda dapat dibuat bagian yang telah
selesai dicor, dan tindakan perlindungan yang sedemikian harus segera
diambil setelah pengecoran dan pekerjaan akhir selesai dikerjakan.

b) Musim Hujan
- Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang
baru dicor harus segera dilindungi dari curahan hujan. Sambungan harus
dilindungi seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.
- Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang
terkena hujan/aliran air hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan
dulu dari beton- beton yang tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran
selanjutnya harus mendapat izin direksi pelaksanaan terlebih dahulu.
12.15 Perawaratan
a) Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang
disebabkan oleh alat - alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan
basah, selama paling sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa
yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu
selalu dalam keadaan basah.
b) Bekisting kayu dibiarkan terpasang agar beton itu tetap basah selama
perawatan untuk mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton
yang terlalu cepat. Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan
sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan
atau perubahan warna pada beton.

12.16 Cacat pada Beton


Meskipun hasil pengujian selinder-selinder memuaskan, pemberi tugas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut.
a) Konstruksi beton yang sangat keropos.
b) Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan
atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan oleh gambar.
c) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d) Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya

Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton adalah dalam satuan meter kubik (m3), seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material
dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.

PASAL 13.
PEKERJAAN BAJA

13.1 Lingkup Pekerjaan


1. Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan semua bahan, tenaga kerja dan
peralataan konstruksi baik di lapangan untuk melaksanakan seluruh pekerjaan
konstruksi baja termasuk pemasangan alat - alat dan benda - benda yang
terletak dan berkaitan dengannya, yang meliputi :
a. Menyediakan semua tenaga / pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
yang harus berpengalaman, ahli dan profesional yang dinyatakan dengan
sertifikat dan pengalaman / referensi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b. Kontraktor harus mempersiapkan dan membuat gambar kerja (shop
drawing ), material, detail sambungan dari komponen - komponen yang
sebelum pelaksanaan harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas.
c. Pekerjaan pengecatan primer, dasar sampai dengan lapisan akhir seluruh
konstruksi baja ang harus dilakukan di pabrik dan penyempurnaan serta
perbaikannya di lapangan.
d. Pekerjaan besi dan baja dilaksanakan untuk semua atap dengan bahan
baja dan kolom komposit .

13.2 Referensi
Kecuali dinyatakan lain dalam syarat-syarat teknis ini, maka seluruh persyaratan
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan - ketentuan yang tercantum
dalam standart dan peraturan dibawah ini :
1. PUBI - 1982
2. JIS
3. AISC
4. AWS, ASTM, SSPC, dll.
5. PPBBI - 1983 ( Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia )
6. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung ( NI - 18 ) 1981.
7. Syarat dan petunjuk dari pabrik / produsen pembuat.
8. Persyaratan Teknis.
Material Baja
Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau ASTM A-
36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.
- Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
- Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strength Friction
Grip) dan Bout HTB F.10.T ASTM
- Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.

13.3 Pekerjaan Persiapan Baja Struktur


1. Kesempurnaan Pelaksanaan
Perencanaan, pembuatan dan pemasangan pekerjaan konstruksi baja ini
harus dilaksanakan dengan teknik - teknik pelaksanaan yang paling baik.
Sedapat mungkin semua pekerjaan konstruksi baja ini dibuat dibengkel
konstruksi yang mempunyai peralatan lengkap, terlindung dari pengaruh
cahaya luar, seperti hujan, banjir, angin dan sebagainya.
Sebelum pekerjaan ini dapat dilaksanakan, maka Konsultan Pengawas akan
memeriksa bengkel tersebut dan apakah bengkel tersebut memenuhi
persyaratan sebelum menetapkan persetujuannya. Konsultan Pengawas
berhak untuk mengadakan inspeksi ke bengkel setiap saat dan kontraktor
harus menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pemeriksaan.
Pelaksanaan pekerjaan harus menggunakan tenaga / pekerja harus
berpengalaman, ahli dan profesional sesuai dengan bidang pekerjaannya
yang dinyatakan dengan sertiifikat dari lembaga pengujian yang berwenang
disertai daftar pengalaman / referensi pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Gambar kerja
a. Gambar kerja (shop drawings) sebanyak 3 (tiga ) set harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas dan harus secara jelas menunjukan:
 Dimensi, layout dalam satuam metrik (mm)
 Type dan lokasi sambungan
 Daftar baut, las secara terinci
 Dimensi bagian - bagian konstruksi, detail, bentuk konstruksi dan
berat unit dan berat keseluruhan.
 Metoda atau cara pemasangannya
 Hal - hal lain yang dianggap penting
b. Walaupun semua gambar telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, hal ini
tidak berarti bahwa tanggung jawab Kontraktor menjadi berkurang
apabila terdapat kesalahan atau ketidaksesuaian dengan keadaan
lapangan atau gambar rencana. Tanggung jawab atas ketepatan ukuran -
ukuran selama fabrikasi dan erection tetap berada pada Kontraktor.
c. Pengukuran dalam skala gambar rencana tidak diperkenankan.

13.4 Pabrikasi
Umum
Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk Konsultan
Pengawas dan ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat
cocok satu dengan yang lainnya pada waktu pemasangan.
Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu
melakukan pemeriksaan pekerjaan.Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan
untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak
sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.
Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-alat
perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
Kontraktor pabrikasi harus memperkenalkan Kontraktor Montase untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-
lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan ditempat pekerjaan.
Kontraktor Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-instruksi
mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.
1. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor pabrikasi.
Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah
disetujui, ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana
dianggap ukuran pada 25°C.
a. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka pada semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus
bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun
akan terlihat rapat seluruhnya.
b. Memotong
Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji atau dengan
las pemotong.
Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku
terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.
c. Pekerjaan mesin perkakas dan gerinda yang diperkenankan
Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan, maka
pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3
mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
d. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap.
Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus dan untuk
menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan gerinda.
Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus diselesaikan
sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.
e. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las
1) Pelat-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak,
cat, karet atau lapisan lain yang dapat memperngaruhi mutu las. Pengelasan
harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang las harus dari bahan
yang sama campurannya dengan bahan yang akan dilas.
2) Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga - tenaga ahli yang berpengalaman
dan dengan ketepatan tinggi. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat
keahlian dari masing - masing tukang lasnya sesuai dengan peraturan.
3) Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat - tempat yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja dan Rencana Kerja & Syarat - syarat ini. Ukuran las yang
tercantum dalam gambar adalah ukuran - ukuran efektif.
4) Setelah pengelasan selesai, maka sisa - sisa kerak las harus dibersihkan
dengan baik.
5) Pengawas memberi tanda untuk pemasangan akhir setelah montase
percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi

13.5 Pemotongan Dan Penyambungan


1. Pemotongan Profil
Pemotongan material baja harus menggunakan mesin potong atau dengan
las potong yang cukup memadai. Ujung dari potongan harus digerinda halus,
sehingga mendapatkan permukaan yang rata.
2. Pembuatan lubang - lubang atau penyambungan atau baut angker.
a. Sebelum pekerjaan las dimulai, maka harus ada jaminan bahwa bidang -
bidang yang akan disambung dengan sambungan las tidak boleh
bergerak sampai pekerjaan las selesai dilakukan.
b. Bagian - bagian yang akan dilas sebaiknya dalam keadaan datar, dan bila
ada yang harus dilas tegak, maka pengelasan harus dimulai dari bawah
kemudian kearah atas.
c. Bagian ujung dari suatu las tumpul harus mendapat jaminan bahwa
sambungan dilaksanakan dalam keadaan penuh. Untuk itu sebaiknya
dipakai batang - batang penyambungan pada bagian ujung dari
sambungan tersebut agar pengelasan dapat dilaksanakan dengan penuh.
d. Sebelum pekerjaan las dimulai, Kontraktor wajib menyerahkan prosedur
kerja cara - cara pengelasan yang akan dikerjakan dilapangan. Usulan ini
harus diperiksa dan disetujui Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan
pengelasan ini dapat dimulai.

13.6 Pengecatan
1. Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau sesuai dengan
spesifikasi dan anjuran dari pabrik.
2. Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal antara lain ICI, Nippon Paint atau
setara.
3. Cat yang akan digunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak
pecah dan bocor serta mendapat persetujuan konsultan Pengawas. Seluruh
permukaan harus dibersihkan dengan sikat baja untuk menghilangkan karat,
sisa - sisa serpihan las sebelum dimulai pengecatan.

13.7 Cat Logam


1. Permukaan yang akan dicat harus dibebaskan dari kotoran - kotoran, karet -
karet dan sebagainya dengan ampelas. Bila perlu dengan sikat kawat tetapi
harus dijaga jangan sampai merusak lapisan / permukaan penutup logam yang
bersangkutan.
2. Untuk menghilangkan gemuk, minyak dan semacamnya digunakan bahan
Solvent.

Besi / baja :
 Primer (meni) : Menie satu lapis
 Cat dasar : Cat dasar satu lapis
 Cat akhir : Cat mengkilap / gloss dua lapis

Seng / besi galvanise :


 Primer (meni) : Zinchromate satu lapis
 Cat dasar : Epolux Zinchromate satu lapis
 Cat akhir : Cat mengkilap / gloss dua lapis
Pasal 14
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA

14.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi hal - hal yang mengenai pengadaan bahan - bahan dan
pemasangan semua pekerjaan pasangan batu belah dan pasangan batu - bata
seperti yang terteran pada gambar. Pelaksanaan pemasangan harus benar - benar
mengikuti garis - garis, bentuk - bentuk sesuai persyaratan.

14.2 Bahan-bahan
Bahan batu bata harus baru, terbakar merata, keras terbuat dari tanah liat yang
terpilih sesuai persyaratan dalam NI-10, 1973. Bilamana tidak terdapat bahan -
bahan yang tidak sesuai standar tersebut diatas maka ahli dapat menentukan
jenis - jenis lain pasaran lokal dengan persyaratan - persyaratan yang telah
ditentukan.

14.3 Cara pelaksanaan


Pasangan tembok bata ukuran besar baik dipasang dengan adukan / spesi 1 : 5
dan 1 : 3 trasram dipergunakan mulai sloof sampai dengan 20 cm (atau sesuai
denganukuran yang tertera pada gambar kerja) diatas permukaan lantai,
sedangkan untuk dinding KM / WC sesuai ukuran yang tertera pada gambar
detail. Bata sebelum dipasang harus direndam kedalam air terlebih dahulu sampai
tidak bergelembung, demikian juga setelah dipasang harus dibasahi air sampai
pasangan berumur 10 hari. Pasangan bata 1/2 batu ini diberi penguat kolom
beton bertulang ukuran sesuai dengan gambar. Pasangan harus tegak lurus dan
tidak bergelombang supaya bidang yang diplester supaya rapih dan rata. Pasangan
yang belum kering tidak boleh kena beban dan juga tidak boleh diplester terlebih
dahulu.

PASAL 15.
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

15.1 Pada umumnya plesteran dipakai campuran 1 : 5, dan 1 : 3 untuk Trasram.


Plesteran harus rata, tidak bergelombang, dan tebalnya rata - rata 1,5 cm.
Plesteran harus didiamkan selama 1 minggu baru boleh diaci, pada waktu akan
diaci plesteran harus dicuci dan dibasahi supaya betul - betul bisa menempel
dengan baik dan daya ikatnya kuat.
Acian baru boleh diplamur setelah acian berumur 2 minggu atau 10 hari, dan
setelah diplamur lalu diamplas dan seterusnya dicat dengan cat tembok sampai 3
(tiga) kali atau sampai kelihatannya rata benar.
PASAL 16
PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK

16.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan lantai, Kontraktor wajib meneliti dan mengukur
kembali ketinggian peil lantai dan kemiringannya, sesuai gambar rencana.

16.2 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini meliputi hal - hal yang mengenai bahan dan pemasangan dengan
kualitas yang baik. Pelaksanaan pemasangan harus benar - benar mengikuti garis -
garis, bentuk - bentuk sesuai persyaratan.

16.3 Bahan - bahan


Bahan harus baru, yang terpilih sesuai persyaratan dalam NI-10, 1978. Pasangan
Ubin Keramik ukuran 30 x 30 DN corak pada lantai dan keramik 20 x 20 Corak anti
slip pada lantai KM/WC, dan keramik 20 x 25 Corak bermotif untuk dinding KM /
WC. Merk keramik yang digunakan setara ROMAN atau sesuai persyaratan bahan
bangunan.

PASAL 17
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA:

17.1 Lingkup Pekerjaan


Bagian ini mencakup hal - hal mengenai pengadaan bahan Alumunium Natural,.
seperti kusen, daun pintu, kusen pintu, kusen jemdela dan sebagainya.

17.2 Pengendalian Pekerjaan


Seluruh pekerjaan kusen alumunium harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya,
sehingga mendapat hasil yang memuaskan.

17.3 Bahan-bahan
a. Bahan kusen pintu dan jendela seluruhnya dari bahan Alumunium. Bahan
alumunium yang dipakai harus mempunyai kualitas yang baik dan sesuai
dengan ketentuan dalam Gambar dan Bestek, tidak cacat seperti pecah-pecah
atau retak.
b. Untuk daun pintu dari kaca tempered, sedangkan untuk pintu KM/WC
menggunakan pintu type PVC (pabrikasi).
c. Daun pintu dan Jendela rangka Alumunium lengkap dengan kaca tempered
tebal 6 mm.
d. Selama masa pelaksanaan mutu bahan Alumunium harus dijaga dengan cara
menyimpan ditempat - tempat yang kering dan terlindung dari hujan.
e. Untuk pasangan kaca polos digunakan kaca dengan ketebalan 5 mm.
PASAL 18.
PEKERJAAN KACA

18.1 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini.

18.2 Toleransi ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi yang
ditentukan oleh pabrik.

18.3 Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximun yang diperkenankan
adalah 1,5 mm permeter.

18.4 Bahan kaca dari jenis kaca tempered tebal 6 mm dan kaca ribben tebal 8 mm,
kaca yang digunakan harus sesuai dengan SII 0.189/78 dan PBVI 1982, atau
setaraf produk PT. ASAHI MAS.

18.5 Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon warna transparan, cara pemasangan dan persiapan-
persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.

18.6 Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak
dan pecah pasa sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.

PASAL 19
PEKERJAAN PLAFOND

19.1 Bahan:
a. Bahan rangka plafond dari kayu borneo 5/7 seperti yang tercantum dalam
gambar.
b. Bahan penutup plafond adalah triplek tebal 4 mm

19.2 Macam Pekerjaan.


Menyediakan bahan, alat dan memasang plafond pada tempat - tempat yang
dinyatakan dalam gambar.

19.3 Cara Pelaksanaan.


a. Rangka plafond baru boleh dipasang apabila semua instalasi diatas plafond
sudah selesai dipasang dan ditest.
b. Seluruh struktur rangka harus kuat hubungannya ditahan dengan baik oleh
struktur diatasnya, dinding dan penggantung.
c. Sebelum dicat, pada nat - natnya harus diplamur dulu sampai permukaan
sambungan nampak rapih, kemudian baru boleh dicat.
d. Pola pemasangan harus sesuai dengan gambar rencana plafond dan petunjuk
dari Konsultan Pengawas.
e. Apabila setelah terpasang terdapat cacat akibat cara pemasangan kurang
baik, maka kontraktor harus membongkar dan mengganti dengan yang baru
atas biaya penuh dari kontraktor.
f. Sebelum terpasang Kontraktor harus meminta ijin dari Pengawas / Direksi
Lapangan.
g. Pinggir plafond dipasang lis kayu profil ukuran 5 cm.

PASAL 20
PEKERJAAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN DAN ATAP

20.1 Ketentuan Umum dan Lingkup Pekerjaan


a. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan penutup atap, kontraktor harus
memeriksa terlebih dahulu apakah seluruh rangka telah selesai dipasang dan
sudah diberi cat dasar sesuai dengan jenisnya menurut ketentuan dalam
persyaratan teknis ini ataukah belum. Pelaksanaan pekerjaan ini baru dapat
dimulai setelah diijinkan oleh Konsultan Pengawas
b. Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian (assembling)
dan ereksi (erection). Seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti
tercantum dalam gambar kerja meliputi:
- Pekerjaan rangka atap (roof truss)
- Pekerjaan reng (batten)
- Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)
c. Lingkup pekerjaan tidak meliputi: pemasangan penutup atap, pemasangan kap
finishing atap, talang selain talang jurai dalam dan aksesoris atap

20.2 Persyaratan Bahan


Material struktur rangka atap meliputi:
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properties):
- baja mutu tinggi G550
- tegangan leleh minimum (minimum yield strength) : 550 Mpa
- Modulus Elastisitas : 2,1 x 105 MPa
- Modulus Geser : 8 x 104 MPa
b. Lapisan pelindung terhadap korosi (protective Coating) meliputi lapis
pelindung seng dan alumunium (zincalume/Az) dengan komposisi sebagai
berikut:
- 55% alumunium (al)
- 53,5% seng (Zinc)
- 1,5 % Silicon (Si)
Ketebalan pelapisan: 50 gr/m2 (AZ 50)
c. Profil Material:
- Rangka atap: profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip-
channel:
a. C75.100 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 1,00 mm), berat 1,29
kg/m2,
b. C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 0,75 mm), berat 0,97
kg/m2
- Reng (batten) menggunakan profil top hat (U terbalik) dengan TS. 41.055
(tinggi profil 41 mm dan tebal dasar baja 0,55 mm), berat 0,66 kg/m2
- Talang jurai dalam (valley gutter) adalah talang jurai dalam dengan
ketebalan dasar baja 0,45 dan telah dibentuk menjadi talang lembah
d. Persyaratan Desain:
- desain atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta
memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard
batas desain struktur baja cetak dingin (limit state cold formed steel
structure design). Desain harus menggunakan software komputer khusus
untuk aplikasi baja cetak dingin, yang telah mendapat rekomendasi dari
Himpunan ahli Konstruksi Indonesia.
- Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat pabrik (mill certificate) dari
material baja yang akan digunakan serta dokumen data-data produk.
e. Persyaratan Pra-konstruksi
- Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja . Pada
prinsipnya ukuran pada gambar kerja adalah ukuran jadi/finish. Demikian
juga untuk ring balok harus berada dalam kondisi level/rata.
- Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang
diakibatkan oleh kurang teliti dan kelalaian kontraktor akan ditolak dan
harus diganti kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan
kesalahan maupun kekurangan lain akibat kontraktor tidak teliti dan
cermat dalam koordinasi dengan gambar pelengkap dari Arsitek, Struktur,
Mekanikal, dan Elektrikal. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambah
dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya kontraktor tidak dapat diklaim
sebagai biaya tambah.
- Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke
Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis. Seua perubahan yang disetujui dapat
dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak,
kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang akan
diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang
- Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan
difabrikasi di woSpesifikasi Teknishop, baik woSpesifikasi Teknishop
permanen atau woSpesifikasi Teknishop sementara. Kontraktor
bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketetapan
pemasangan semua komponen struktur konstruksi baja ringan.
f. Persyaratan Konstruksi
Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi
dan instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan
spesifikasi sebagai berikut:
1. Kelas Ketahanan Korosi Minimum (Minimum Corrosion Rating) kelas 2
2. Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener) adalah type 12-
14X20 dengan ketentuan sebagai berikut:
- Diameter Ulir : 12 gauge (5,5 mm)
- Jumlah ulir perinchi (Threads per inch/TPI) : 14 TPI
- Panjang : 20mm
- Ukuran kepala baut : 5/16’’(8mm hex.socket)
- Material : AISI 1022 Heat
treatedcarbon steel
- Kuat geser rata-rata (Shear,Average) : 8.8 kN
- Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
- Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm
3. Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16X16,
dengan ketentuan sebagai berikut:
- Diameter Ulir :10 gauge (4,87 mm)
- Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 16 TPI
- Panjang : 16mm
- Ukuran kepala baut : 5/16’’ (8mm hex.socket)
- Material : AISI 1022 Heat
treated carbon steel
- Kuat geser rata-rata (Shear,Average) : 6.8 kN
- Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
- Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm
4. Pemasangan baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar
kerja.
5. Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.
Pemotongan material
a. Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan
peralatan yang sesuai, alat potong listrik dan gunting, dan telah
ditentukan oleh pabrik.
b. Alat potong harus dalam kondisi baik.
c. Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
d. Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
PASAL 21
PEKERJAAN PENGECATAN :

21.1 Bahan.
a. Pengertian cat disini meliputi cat dasar, cat perantara dan cat akhir.
b. Cat harus masih berada dalam kaleng, dimana tertera nama pembuatnya,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
c. Mutu cat
- Cat setara VINILEX digunakan pada plafond.
- Cat setara ICI digunakan pada dinding dan kolom beton.
- Cat kayu setaraf GLOTEX digunakan pada listplank kayu, sedangkan untuk
daun pintu dipakai melamik

21.2 Macam Pekerjaan.


Mengecat dengan cat tembok pada semua bidang dinding exterior dan interior
serta plafond seperti dinyatakan dalam gambar.

21.3 Cara Pelaksanaan (Masing - masing jenis cat digunakan referensi dari masing -
masing pabrik).

PASAL 22
PEKERJAAN SANITAIR

22.1 Lingkup Pekerjaan


a. Sistim pemipaan air bersih dari pipa air di dekat bangunan ke fixture - fixture
dalam bangunan lengkap dengan sambungan-sambungan, belokan - belokan,
tikungan, fitting - fitting dan perlengkapan lain yang diperlukan.
b. Semua fixture yang direncanakan untuk dipasang termasuk kran-kran, lengkap
dengan sambungan - sambungan, belokan - belokan, tikungan, fitting - fitting
dan perlengkapan lain yang diperlukan.

22.2 Standard Bahan


a. Kran air yang digunakan adalah setara merk SUN-EI atau merk lain yang setaraf
dan disetujui.
b. Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, fixture - fixture dan peralatan
yang akan dipasang pada instalasi ini harus mempunyai tanda - tanda merk
yang jelas dari pabrik pembuatnya.
c. Bahan - bahan, peralatan - peralatan dan peralatan tambahan yang disediakan
harus baru dan dapat diterima.
PASAL 23
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Pekerjaan listrik meliputi Instalasi seluruh bangunan dan peneranganjalan dengan


bok panel.
2. Pekerjaan harus dikerjakan dengan seksama dan harus dilakukan oleh Instalatur yang
diakui oleh PLN setempat.
3. Stop Kontak, Stop Kontak AC, sparing dan Sakelar.
4. Kabel yang dipakai jenis yang mempunyai standard SII & LMK.
5. Semua lampu dipakai setara merk Phillips.

PASAL 24
URUGAN UNTUK BADAN JALAN

24.1 Definisi
Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan mengurug tanah guna keperluan badan
jalan sesuai dengan syarat - syarat dalam spesifikasi ini dan ketentuan – ketentuan
yang tercantum pada gambar rencana atau petunjuk Direksi, yang meliputi
kedudukan, kemiringan, penampang dan ukuran – ukuran.

24.2 Sumber dan Penggunaan Material


Material untuk timbunan badan jalan (embankment) terdiri dari material-material
yang sesuai untuk keperluan itu dan disetujui Direksi, digali menurut ketentuan-
ketentuan yang disebutkan pada nomor-nomor sebelumnya. Galian tambahan
hanya boleh dikerjakan bila tidak ada material yang cukup baik dari hasil galian
untuk keperluan badan jalan. Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai
harus dibuang. Material yang dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering
dapat dipakai, harus dikeringkan terlebih dahulu, sebelum digunakan untuk
timbunan. Material hasil garukan (scrified material) dari badan jalan lama yang
memenuhi syarat, dapat juga untuk digunakan untuk timbunan dengan pekerjaan
yang lebih teliti, dalam lapisan yang lebih tipis, dengan persetujuan Direksi. Tidak
akan diberikan pembayaran material yang atas kehendak Kontraktor sendiri untuk
tidak dipakai, atau penggunaan galian tambahan ditempat itu.

24.3 Tanah Dasar Dari Macam Material yang kurang baik


Bila Direksi menghendaki, Kontraktor harus menggali tanah tufa atau material
tanah yang kurang baik mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup oleh
Direksi. Pekerjaan ini dihitung sebagai galian biasa. Sebelum pekerjaan konstruksi
timbunan dimulai pada daerah/tempat yang telah selesai dibabat dan dibersihkan,
harus mengerjakan pengisian lubang-lubang yang disebabkan karena pencabutan
akar-akar pohon, belukar sumur/saluran dan sebagainya dengan menggunakan
material yang baik sesuai dengan petunjuk Direksi dan harus segera dilakukan
perataan pada permukaan tanah tersebut. Pekerjaan ini tidak akan dibayar
tersendiri tetapi dianggap sebagai bagian kewajiban kontraktor.
Untuk itu disediakan cara pembayaran pada mata pembiayaan
“pengurugan badan jalan”. Sebelum pekerjaan pengurugan di mulai, Direksi
dapat memerintahkan untuk memadatkan tanah permukaan yang telah
dibersihkan itu,yang kepadatannya sesuai dengan persyaratan dibawah ini.
Pemadatan ini akan dihitung menurut ketentuan mata pembiayaan
“pemadatan tanah dasar untuk urugan tanah dalam jalan”.

24.4 Penghamparan dan Pemadatan


a. Material untuk urugan yang didapat dengan jenis yang disetujui oleh Direksi,
akan dihampar pada lapisan horizontal dengan tebal yang sama meliputi lebar
yang akan ditentukan oleh Direksi dan sesuai dengan kedudukan, kemiringan
penampang melintang dan ukuran seperti tercantum dalam Gambar Rencana.
Lapisan dari material lepas selain dari material batu-batuan, tebalnya tidak
boleh lebih dari 20 cm, kecuali bila tersedia alat pemadat (compaction
equipment) yang dapat memadatkan lebih tebal dari 20 cm, sampai mencapai
kepadatan yang merata untuk seluruh tebalnya. Dalam hal ini Kontraktor tidak
dibatasi untuk menghampar dan memadatkan material bukan batu-batuan
dengan tebal lapisan yang diinginkan. Setelah mengatur kadar air agar dapat
dicapai kepadatan yang maksimum, material lepas harus segera dipadatkan
sehingga dicapai kepadatan yang dipersyaratkan.
b. Bila urugan jalan dilaksanakan dalam keadaan sebagai berikut:
1) Terletak dilereng gunung
2) Urugan batu disamping urugan lama
3) Urugan dikerjakan secara setengah lebar jalan
Maka harus diusahakan agar lebar urugan baru dapat menampung alat
pemadat yang digunakan, bila perlu lereng tanah asli atau urugan tanah lama
dipotong secukupnya. Pada pengukuran hasil pekerjaan, urugan hasil galian
lereng tanah asli atau galian lama guna keperluan penempatan alat-alat
pemadat, tidak diperhitungkan. Hanya volume tanah yang diperlukan untuk
seluruh urugan yang akan dihitung.
c. Untuk menghindarkan kerusakan kontruksi dari pembuatan kepala jembatan
dan tembok sayap, Kontraktor harus menunda pekerjaan urugan seperti yang
akan ditentukan oleh Direksi, sampai pada saat pekerjaan konstruksi itu cukup
kuat sehingga tidak lagi tergantung dengan pekerjaan-pekerjaan urugan
tersebut. Penundaan pekerjaan itu (urugan pada oprit) harus sudah
diperhitungkan dan termasuk pembiayaan sesuai dengan mata pembiayaan
urugan badan jalan yang tercantum pada Harga Penawaran. Pada pelaksanaan
urugan diatas jembatan (jembatan-jembatan batang pendek, gorong-gorng
atau pipa-pipa drainase) ketelitian harus diperhatikan agar urugan tersebut
dikerjakan secara merata dan bersama-sama pada kedua sisi dan diatas
konstruksi-konstruksi itu.
d. Material-material urugan yang karena letaknya pada konstruksi tidak
memungkinkan untuk dipadatkan dengan alat-alat besar, harus dihamparkan
lapis demi lapis masing-masing tebal maksimum 10 cm (keadaan lepas) dan
dipadatkan dengan mesin temper.

24.5 Percobaan Pemadatan


Sebelum dimulai pekerjn pemadatan yang sesungguhnya, Kontraktor harus
mengadakan percobaan pemadatan atas petunjuk Direksi, pada jalur dengan
panjang tertentu, dengan alat-alat dan bahan yang sama seperti yang akan
digunakan pada pekerjaan pemadatan yang sesungguhnya. Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan
antara jumlah penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai untuk jenis
bahan urugan tertentu. Tidak diadakan pembayaran tersendiri untuk percobaan
ini.

24.6 Kepadatan yang disyaratkan


Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai berikut:
Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgade harus dipadatkan
sampai 90% dari kepadatan (kering) maksimum yang dipakai dengan percobaan
menurut MPBJ No. 0111 – 76. Untuk semua jenis tanah kecuali tanah batu-batuan
yang mengandung material butir-butir kasar (kerikil, koral) yang tinggal saring
¾” lebih dari 10%, kepadatan (kering) maksimum yang dicapai harus diperiksa dan
disesuaikan dengan adanya butir-butir kadar tersebut sesuai dengan petunjuk
Direksi. Lapisan berikutnya tidak boleh dihampar sebelum lapisan yang terdahulu
selesai dipadatkan dan disetujui Direksi. Lapisan dibawah lapis tanah dasar
sedalam 30 cm atau kurang, harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan
(kering) maksimum menurut MPBJ No. PB 011 – 76.

24.7 Kadar Air


Bahan urugan yang tidak mempuyai kadar yang cukup untuk dapat mencapai
kepadatan yang dikehendaki, harus ditambah air dengan alat penyemprot
(sprinklers) dan dicampur/diaduk sampai merata (homogen). Bahan urugan yang
mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari seharusnya tidak boleh dipadatkan
sebelum dikeringkan dengan cukup dan disetujui oleh Direksi untuk dipakai. Cara-
cara mengeringkan sebelum dikeringkan tanah basah dapat dengan cara digelar
atau dengan cara-cara lain yang umum dipakai. Pekerjaan pemedatan tanah
urugan tanah tadi harus dilaksanakan pada kadar air optimum sesuai dengan sifat
alat-alat pemadat yang tersedia. Pada pelaksanaan, Kontraktor harus mengambil
langkah-langkah yang perlu agar pada pekerjaan tersebut air huja dapat mengalir
dengan lancar dan harus disiapkan kemungkinan adanya penyusutan atau
pengembangan (swelling) tanah.
24.8 Timbunan
a. Material batu-batuan tidak boleh dipergunakan sebelum rencana pekerjaan
galian dan timbunan disetujui Direksi. Untuk dapat mencapai permukaan
akhir yang dikehendaki (grade level), material yang akan digunakan untuk
menutup timbunan batu-batuan harus disediakan dari galian badan jalan. Bila
material yang tersedia tidak disimpan/dijaga dengan baik sehingga tidak dapat
dipergunakan dan sebagai akibatnya harus mengadakan galian tambahan
untuk mencapai permukaan akhir (grade level) yang disyaratkan, maka untuk
galian tambahan tersebut tidak akan tambahan pembayaran.
b. Urugan batu-batuan harus dikerjakan sampai lapisan tebal maksimum 60 cm
dan dipadatkan dengan cara seperti dibawah ini:
Lapisan atas dari timbunan tebal tidak lebih dari 20 cm harus diisi dengan
batu-batu kunci atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi dan kemudian
baru dapat dipadatkan.
c. Urugan batuan akan dihitung sebagai batu-batuan bila tanah atau material
berbutir kecil lainya tidak cukup untuk mengisi rongga kosong dari butir-butir
besar tersebut, sehingga butir-butir tersebut saling bersinggungan dan
mewujudkan bentuk yang kokoh. Bila kenyataan tidak demikian, maka
material tersebut tanah biaya dan akan dikerjakan dengan cara yang telah
disebutkan di atas (penghamparan dam pemadatan).
d. Bila material batu-batuan merupakan bagian dari konstruksi timbunan yang
terdiri dari tanah atau material yang lepas lainnya, maka ukuran batu-batuan
tersebut tidak boleh lebih dari 75% dari tebal lapisan.
e. Harus disediakan tanah yang cukup untuk menutup timbunan batu sehingga
dicapai bentuk permukaan akhir yang baik (uniform).

24.9 Material Campuran untuk Urugan


Bila material tersebut terdiri dari material – material yang sifat – sifatnya sangat
berbeda seperti lempung, kapur atau pasir dan didapat dari sumber asal yang
berbeda – beda maka harus dihampar lapis demi lapis menurut jenisnya lebar
badan jalan dengan ketebalan yang akan ditentukan oleh Direksi.
Batu – batuan, lempung atau material lain yang berupa bongkah – bongkahan
besar harus dihancurkan dan tidak diperbolehkan adanya pengumpulan bongkah
– bongkah tersebut pada kaki timbunan. Bila galian batu – batuan berakhir pada
lapisan tanah yang merupakan lapisan tanah yang menutupi batuan – batuan,
pada bagian ini Kontraktor harus menggali pada kedalaman tertentu yang
diperhitungkan cukup untuk ketebalan perkerasan berdasarkan nilai CBR tanah
dasar di tempat itu sesuai petunjuk Direksi.
Untuk keperluan tersebut akan dianggap sebagai galian tanah biasa dan lapisan
batu – batuan tadi dianggap sebagai urugan batu atau urugan tanah biasa
menurut keadaannya.
24.10 Peraturan Permukaan Jalan Lama
Sebelum melaksanakan urugan pada jalan lama, jalan lama tersebut harus
diratakan terlebih dahulu dengan cara menggali, membongkar, mengupas dengan
alat – alat yang sesuai dengan tercapai sesuatu kerataan yang dianggap cukup
oleh Direksi.
Tanah sisa, bekas aspal, atau material lain yang dapat sebagai hasil pekerjaan itu
akan dipertimbangkan oleh Direksi dapat atau tidaknya untuk digunakan kembali
sebagai material urugan. Dalam keadaan tertentu, material tersebut dapat
digunakan untuk mengurug konstruksi timbunan yang berdekatan dan akan
diperhitungkan sesuai dengan mata pembiayaan yang disebut pada pasal ini.

24.11 Penyelesaian Tanah Dasar


a. Penurunan
Bila diakibatkan oleh penurunan, timbunan memerlukan tambahan material
tidak lebih dari 30 cm hingga dapat dicapai kembali permukaan yang
ditentukan bagian atas dari konstruksi timbunan tersebut harus digaruk
sebelum material tambahan tersebut dihampar.
b. Permukaan Akhir (Final Grade Level )
Pemukaan akhir yang dicapai harus diperbaiki kembali sesuai dengan
keperluan miring tikungan, kemiringan melintang, dan sebagainya menurut
ketentuan dari Spesifikasi ini
c. Talud Samping
Talud samping harus dibentuk sedemikian sesuai dengan Gambar Rencana
dan petunjuk Direksi.
d. Stabilitas Timbunan
Kontraktor bertangguang jawab atas stabilitas dari timbunan dan harus
mengganti bagian-bagian yang rusak, yang menurut Direksi diakibatkan
karena kecerobohan atau keterledoran dari Kontraktor dan atau akibat dari
aliran air, tapi tidak karena disebabkan oleh gerakan tanah dasar timbunan.
Selama pelaksanaan, badan jalan harus tetap dijaga bentuknya dan diusahan
agar terhidnar dari bahaya air. Bila Material yang tidak memenuhi syarat
digunakan untuk konstruksi timbunan maka kontraktor harus membongkar
dan menggantinya dengan material yang memenuhi syarat dimana untuk itu
tidak diadakan tambahan biaya.

Pasal 25
PERKERASAN KAKU (Cor Jalan Operasi)
25.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan yang disyaratkan harus mencakup penyiapan bahan campuran,
yaitu agregat, semen dan air yang dicampur di suatu tempat,
penghamparan beton semen di atas pondasi yang sudah siap sesuai
dengan spesifikasi untuk pembuatan seluruh perkerasan beton semen,
termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan,
garis elevasi, ketebalan, kelandaian, penampang melintang dan dimensi
yang ditunjukan dalam gambar rencana sebagaimana diperlukan oleh
Direksi/pengawas .
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana
pekerjaan perkerasan beton semen akan ditempatkan, termasuk bagian
yang harus dibongkar, galian pondasi bawah, penyiapan dan
pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton, pemompaan atau
tindakan lain agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling
struktur perkerasan beton semen dengan urugan tanah yang dipadatkan.
c. Kelas dari beton semen yang akan digunakan pada masing-masing bagian
dari pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam
gambar atau pasal lain yang berhubungan dengan persyaratan ini atau
sebagaimana yang diperhitungkan oleh Konsultan Pengawas, kekuatan
tanah dasar dinyatakan dengan parameter berikut:
 Modulus reaksi tanah dasar (k) dalam satuan kilogram/cm3 dan
dibatasi minimum 2 kg/cm3.
 Kekuatan beton yang dinyatakan dengan kuat lentur (Modulus of
Rupture, MR) dengan satuan kg/cm2 dan dibatasi untuk umur 21 hari
minimum 30 kg/cm2 atau dianjurkan minimum 40 kg/cm2;

2. Pekerjaan yang berkaitan dengan persyaratan dibagian lain.


(a) Material dan penyimpanan
(b) Baja tulangan untuk beton
(c) Adukan Semen

3. Jaminan Mutu
Mutu material yang dikirim, campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta
hasil akhir harus dimonitor dan dikendalikan.

4. Toleransi
a. Toleransi dimensi blok beton :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 meter adalah  5
mm Panjang keseluruhan lebih dari 6 meter adalah  15 mm
b. Toleransi bentuk :
Selisih panjang diagonal adalah 10 mm;
Kelurusan panjang lebih dari 3 meter adalah 12 mm;
Kelurusan panjang antara 3 - 6 meter adalah 15 mm;
Kelurusan panjang  6 meter adalah 20 mm.
c. Toleransi ketinggian (elevasi) :
Puncak beton penutup di atas pondasi adalah  10 mm;
Puncak beton penutup pada permukaan adalah  10 m.
d. Toleransi untuk penutup / selimut beton tulangan
Selimut beton sampai 3 cm adalah maksimum 5 mm;
Selimut beton 3 cm - 5 cm adalah maksimum 10 mm;
Selimut beton 5 cm - 10 cm adalah  10 mm.

5. Sumber Standar
SNI Beton 2847 Tahun 2019 Persyaratan Beton Struktural
SNI - 1972 - 2008 Metoda Pengujian Slump Beton;
SK SNI M - 105 - 1990 – 03 Metoda Pengujian Kehalusan Semen Portland;
SK SNI M - 106 - 1990 – 03 Metoda Pengujian berat jenis Semen Portland;
SK SNI M - 111 - 1990 – 03 Metoda Pengujian Kekuatan Mortar Semen
Portland untuk Pekerjaan Sipil;
SK SNI M - 112 - 1990 - 03 Metoda Pengujian Konsistensi Normal Semen
Portland dengan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
SK SNI M - 60 - 1990 - 03 Metoda Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
AASHTO M 85 - 70 Semen Portland
AASHTO M 173 - 60 Pengedap sambungan beton jenis elastis yang
dituang panas;
AASHTO M 213 - 74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan
beton dan konstruksi struktur;
AASHTO T 11 - 78 Jumlah material yang lebih halus dari saringan
0,075 mm dalam agregat;
SK SNI M - 01 1991 - 03 Metoda Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton;
SNI 1974 - 1990 - F Kuat tekan dari contoh beton Silindris;
AASHTO T 23 - 76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk
pengujian kuat tekan dan kuat lentur di lapangan.
AASHTO T 26 - 72 Mutu air yang akan digunakan dalam beton;
SNI 03 - 2417 - 1991 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan
mesin Los Angeles;
AASHTO T 104 - 77 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan
sodium sulfat;
AASHTO T 112 - 78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat
pecah dalam agregat;
SNI 03 - 2493 - 1991 Pembuatan dan perawatan contoh untuk
pengujian beton di laboratorium;
SNI T 141 - 74 Pengambilan contoh beton segar.
6. Pelaporan
a. Kontraktor harus mengirimkan contoh yang diambil dari seluruh material
yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat material yang disyaratkan.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk masing-
masing jenis beton yang diusulkan untuk digunakan, pada saat 30 hari
sebelum awal pekerjaan pengecoran beton.
c. Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta
oleh Konsultan Pengawas; Dalam hal ini pengujian kuat tekan, hal ini akan
meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3 - hari, 7 - hari, dan 28 -
hari.
d. Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang
akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum memulai setiap pekerjaan perancah.
e. Kontraktor harus memberi tahu Konsultan Pengawas secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai melakukan pencampuran atau
pengecoran beton.

7. Penyimpanan dan Perlindungan Material


Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang
tahan terhadap cuaca, kedap udara dan mempunyai lantai kayu yang cukup
tinggi dan ditutup dengan lembar polyehylenen (plastik); sepanjang waktu
penyimpanan, tumpukan kantung semen harus ditutup dengan lapis selubung
plastik.

8. Kondisi tempat Kerja


Kontraktor harus menjaga kondisi seluruh material khususnya agregat kasar
pada tingkat yang setinggi mungkin dan tidak boleh melakukan pengecoran
bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas untuk tidak melakukan
pengecoran selama periode hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

9. Perbaikan dari Pekerjaan Beton yang tidak memuaskan


a. Perbaikan dan pekerjaan beton tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan di atas, atau tidak memiliki hasil akhir permukaan yang
memuaskan, atau tidak memenuhi kebutuhan syarat mutu campuran
yang dipersyaratkan di atas, harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas yaitu meliputi :
 Perubahan dalam proporsi campuran untuk sisa pekerjaan
 Tambahan peralatan pada bagian dari struktur yang dari hasil
pengujian ternyata gagal .
 Perkuatan atau pembongkaran menyeluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dipandang tidak memuaskan.
 Penambahan dari cacat-cacat kecil .
b. Dalam hal adanya perselisihan dalam kwalitas pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan Pengawas
dapat meminta kontraktor melakukan pengujian tambahan yang
diperlukannya untuk menjamin penilaian yang wajar pada mata
pekerjaan yang telah dilaksanakan. Pengujian tambahan tersebut harus
atas biaya kontraktor.

25.2 Bahan
Bahan untuk perkerasan kaku beton semen terdiri dari agregat berupa batu pecah
atau kerikil pecah, pasir atau batu-batu, semen dan air. Untuk keperluan khusus
maka campuran bahan-bahan tersebut dapat ditambah dengan bahan lainnya
yang terbukti dapat meningkatkan kekuatan, dan keawetan serta kemudahan
dalam pelaksanaan berdasarkan hasil pengujian laboratorium serta dapat diterima
baik oleh Konsultan Pengawas.
Semua bahan harus berasal dari sumber yang telah diketahui serta dipersiapkan
jumlahnya dan dibuktikan harus memenuhi syarat-syarat uji mutu. Bahan yang
digunakan harus mengikuti persyaratan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini,
kecuali apabila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi mutu
hasil pekerjaan.

1. Semen
 Semen yang digunakan harus memenuhi persyaratan SII 0013 - 18;
 Cara penyimpanan semen harus dilakukan sesuai dengan cara
penyimpanan yang benar.
 Terkecuali diijinkan oleh Konsultan Pengawas, maka hanya satu produk
merk yang dapat digunakan di dalam proyek.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas
dari minyak, garam, asam, gula, bahan organis, bahan nabati, lanau, lumpur
atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan dan
memenuhi kriteria AASHTO T 26.
Air harus dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi peryaratan
sebagai berikut pada Tabel dibawah ini. Air bening dapat terbukti diketahui
dapat diminum, dapat digunakan tanpa pengujian.

Tabel 1:
Persyaratan Air
JENIS PENGUJIAN PERYARATAN CARA PENGUJIAN
- Ph 4,5 - 8,5
- Bahan padat total maks 2.000 ppm
- Bahan tersuspensi maks 2.000 ppm
- Bahan Organik maks 2.000 ppm SK SNI M - 71 - 1990 - 03
- Minyak Mineral 2 % berat semen SK SNI M - 68 - 1990 - 03
- Ion Sulfat, Na2sO4 10.000 ppm SK SNI M - 12 - 1990 - F
- Ion Chlor, NaCl 20.000 ppm SK SNI M - 17 - 1990 - F

3. Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari material organis dan harus memenuhi
persyaratan mutu sebagai berikut pada Tabel 2 di bawah:

Tabel 2:
Persyaratan Mutu Agregat Halus dan Agregat Kasar
ASSHTO BATAS MAKSIMUM
SIFAT YANG DIIJINKAN
TEST AGREGA AGREGAT
T HALUS KASAR
Kehilangan akibat abrasi pada
500 putaran dengan Mesin Los T 96 - 40 %
Angeles
Kehilangan akibat penentuan
mutu dengan sodium sulfat T 104 10 % 12 %
setelah 5 siklus
Presentase dari gumpalan
lempung dan partikel yang dapat T 112 0.5 % 2%
pecah
Material yang lolos saringan # T 11 3% 1%
200

c. Persyaratan Gradasi Agregat Halus dan Agregat Kasar

Tabel 3:
Syarat-syarat Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Presentase berat yang lolos
Standar Inchi Agregat Pilihan Agregat Kasar
(mm) (in) halus
50 2 - 100 - - -
37 1.1/2 - 95 - 100 - -
100
25 1 - - 95 - 100 -
100
19 3/4 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1 1/2 - - 25 - 60 - 90 - 100
10 3,0 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
4.5 #4 95 - 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15
100
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 # 16 45 - 85 - - - -
0.3 # 50 10 - 30 - - - -
0.15 # 100 2 - 10 - - - -

d. Persyaratan Ukuran maksimum Agregat


Ukuran Maksimum Agregat harus lebih kecil atau sama dengan 1/3
tebal pelat dan lebih kecil atau sama dengan 3/4 jarak bersih minimum
antara tulangan.

4. Bahan Tambah (Admixtures)


Penggunaan bahan tambahan dapat dilakukan, apabila pekerjaan tertentu
memerlukan perubahan sifat beton yang lebih cocok seperti :
 Kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi, atau
 Pengikatan beton yang lebih cepat, sehingga penyelesaian akhir,
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu lintas dapat dipercepat,
atau;
 Pengikatan yang lebih lambat, misal pada pembetonan masal.
Berhubung bahan tambah sangat peka terhadap komponen beton lainnya dan
lingkungan, maka sebelum bahan tersebut digunakan harus dilakukan
percobaan/pengujian agar dapat diperoleh proporsi campuran yang tepat.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi Spesifikasi sebagai
berikut:
 ASTM C-260/AASHTO M 154 - 79 Spesifikasi bahan tambah air entraining.
 ASTM C-168 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang
digunakan dalam Beton Semen Portland.
 ASTM D-98/AASHTO M 144 - 78 Spesifikasi untuk Calcium Chlorida.
 ASTM C-49/AASHTO M 194 - 82 Spesifikasi untuk bahan tambah kimia.

5. Bahan Perekat
Bahan perawat harus memenuhi persyaratan di bawah ini :
a. Lembar Penutup
 Lembar penutup yang terbuat dari goni, pada waktu digunakan
harus dalam keadaan baik, tidak berlubang, tidak kotor, tidak
berlumpur atau tidak mengandung bahan lain yang menggunakan
daya serapnya.
 Lembar penutup tersebut juga harus tidak mengandung bahan-
bahan yang dapat mengganggu / merusak beton.
 Lembar penutup yang tidak segera menyerap air (bila disemprotkan
atau direndam) dan beratnya kurang dari 240 gram/m2 dalam
keadaan bersih dan kering tidak boleh digunakan.
 Lembar penutup yang berbentuk jaringan kasar harus digunakan
secara hati-hati untuk menghindari cacat pada permukaan.
b. Kertas atau Lembar yang kedap air
Kertas atau lembar kedap air harus dapat mencegah penguapan air
dalam beton, sesuai dengan ketentuan ASTM C-171 - 79 / AASHTO M
171-79.
c. Selaput Air (liquid membrance - forming compounds)
Selaput air harus sesuai dengan persyaratan ASTM C-309/AASHTO M
171-79, jenis 2, berwarna putih umumnya digunakan untuk perkerasan
kaku. Jenis 1, bening atau tembus cahaya, dan jenis 3, warna abu-abu
muda, juga dapat digunakan.

6. Bahan Pengisi Sambungan Pemuaian (Exspantion Joint Filler)


Tergantung pada keperluannya bahan pengisi sambungan pemuaian harus
dari jenis yang ditetapkan dan memenuhi salah satu spesifikasi di bawah ini :
a. ASTM D-175/AASHTO M 213-81, spesifikasi untuk bahan pengisi
sambungan pemuaian yang siap pakai.
b. ASTM D-1752, spesifikasi untuk bahan pengisi sambungan pemuaian yang
berbentuk tirus dan karet berongga yang siap pakai (Performed Sponge
Rubber and Cork)
c. ASTM D-994/AASHTO M 33-81, spesifikasi untuk bahan pengisi
sambungan pemuaian yang siap pakai (dari jenis aspal.

7. Bahan Penutup Sambungan


Spesifikasi bahan penutup sambungan yang berlaku dewasa ini diantaranya :
a. ASTM D-1850, spesifikasi untuk bahan penutup sambungan pelaksanaan
dingin (Cold Application Type).
b. ASTM D-1190/AASHTO M 173 - 60, spesifikasi untuk bahan pengisi
sambungan pelaksanaan panas (Hot Poured Elastic Type)
c. ASTM D-2628, spesifikasi untuk bahan penutup sambungan
Polychloroprence Elastomeric dan ASTM D 2835, spesifikasi untuk
pelumasan dalam pemasangan bahan penutup jadi yang ditekan
(Lubricant for Installation of Perfomed Compression Seal in Concrete
Pavement)
8. Pita Polyethylene
Pengendalian retak pada sambungan memanjang atau sambungan lainnya
dapat dilakukan dengan memasang pita polyethlene yang mempunyai tebal
cukup. Pita ditanam dengan menggunakan mesin, ke dalam beton yang masih
plastis sampai kedalaman tertentu.

9. Baja tulangan dan perlengkapannya (Reinforcing Steel and Accessories)


Jenis Baja tulangan dan perlengkapannya harus ditetapkan sesuai persyaratan
dan spesifikasi sebagai berikut:
a. Baja Tulangan berbentuk anyaman dari kawat (Steel wire fabric
reinforcement)
ASTM A-185/AASHTO M 35-81, spesifikasi untuk tulangan dari kawat baja
dilas berbentuk anyaman atau ASTM A-497/AASHTO M 221-81,
spesifikasi tulangan untuk tulangan dari kawat baja diprofilkan dilas
berbentuk anyaman.
b. Anyaman Batang Baja (Bar Mats)
ASTM A-184/AASHTO M 54-81, spesifikasi untuk anyaman batang baja.
Ukuran serta jarak batang harus ditunjukkan dalam gambar rencana.
Setiap pertemuan batang memanjang dan melintang hendaknya diikat
dengan kawat, dijepit atau dilas di tempat pembuatan.
c. Batang Tulangan (Reinforcing Bars)
Batang tulangan harus memenuhi persyaratan SII 0136-80 dan SII 1292-
80 sebagaimana tercantum pada lampiran II-5 atau ASTM A615/AASHTO
M 31-82, spesifikasi untuk batang baja bilet yang diprofilkan dan polos
Grade 40 atau Grade 60.
ASTM A616/AASHTO M 42, spesifikasi untuk batang rel yang diprofilkan
dan polos Grade 50 dan Grade 60.
ASTM A617/AASHTO M 53-81, spesifikasi untuk batang as yang
diprofilkan dan polos Grade 40 dan Grade 60.
d. Kondisi Permukaan Baja (Surface Condition)
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan
organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang
dapat menimbulkan kerugian yang lainnya. Pengaruh karat, kerak atau
gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, seta sifat-sifat
fisik yang dihasilkan melalui pemeriksaan benda uji dengan sikat kawat,
tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang diisyaratkan dalam
ASTM.
e. Batang Pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja yang diprofilkan yang
memenuhi spesifikasi untuk batang tulangan.
Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka baja
tersebut harus dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa
mengalami kerusakan.
Baja pengikat dapat terdiri dari berbagai bentuk sesuai dengan metode
pemasangan:
 Lurus untuk pemasangan dari permukaan
 Bengkok, untuk membentuk pegangan pada waktu pra pemasangan
pada daerah landai
 Berbentuk gelombang, untuk mendapatkan lekatan bila dimasukkan
kedalam bagian tepi beton yang masih plastis (yang dihampar
dengan metode acuan gelincir/slipform).
f. Ruji (dowels)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos bulat (plain round bars) dan
memenuhi untuk batang polos bulat, sesuai dengan SII 0136-80, SII 0292-
80 atau ASTM A615/AASHTO M 31-81, ASTM A616/AASHTO M42-81,
ASTM A-61/AASHTO M 53-81.
Ruji harus bulat dan tidak kasar sehingga tidak mengurangi kebebasan
bergerak ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung pemuaian dari logam, (metal expansion
cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji tidak kurang
dari 50 mm dan tidak lebih dari 75 mm. Pelindung harus memberikan
ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu
pelaksanaan tidak rusak.
g. Dudukan (Chairs)
Dudukan untuk penyangga tulangan, ruji atau batang pengikat yang
diletakkan pada pondasi bawah granular, harus cukup kuat untuk
penahan pergeseran atau deformasi sebelum dan pelaksanaan.
h. Batang Penahan (Stake)
Batang penahan yang digunakan untuk menahan bahan pengisi
sambungan muai harus dari logam yang cukup panjang dan kaku untuk
menjaga agar bahan pengisi selama pelaksanaan tidak berubah
kedudukannya.

10. Kertas Penutup Tanah Dasar dan Pencegah Penguapan (Subgrade Paper and
Vapor Barriers)
Bila diperlukan kertas atau lembar kedap air yang harus dipasang di bawah
plat, maka lembar tersebut harus memenuhi spesifikasi AASHTO M-74 atau
ASTM C-171.

25.3 Pencampuran Dan Penakaran


1. Umum
Perkerasan beton, termasuk lapis pondasi beton, memerlukan perlakuan yang
sangat teliti. Disamping tumbukan akibat lalu-lintas, banyak faktor lain yang
cenderung merusak perkerasan jenis tersebut. Faktor-faktor lain tersebut,
antara lain perubahan suhu secara menyolok, pengausan, adanya garam
ataupun ketidakseragaman daya dukung tanah dasar.
Dengan demikian, dan sudah barang tentu untuk pertimbangan ekonomi,
diperlukan perhatian khusus dalam penentuan perbandingan bahan.
Metoda apapun yang diterapkan dalam penentuan perbandingan, beton yang
dihasilkan harus memenuhi nilai kekuatan yang sesuai dengan yang digunakan
dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang
dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah dimana beton akan
digunakan. Beton harus mempunyai faktor air semen yang tidak lebih besar
dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin
terjadi.

2. Sifat-sifat Perkerasan dan Lapis Pondasi


a. Kadar Air dan Kandungan Udara (Water and Air Content).
Untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan rongga udara
sesuai dengan persyaratan, kadar air harus dijaga serendah mungkin
(dalam batas kemudahan kerja).
b. Mutu Agregat
Bila mutu agregat tidak menentu, maka pengamatan terhadap beton
yang sudah ada disekitar lokasi pekerjaan yang menggunakan agregat
yang sama akan sangat membantu dalam menilai agregat tersebut.
c. Bahan Tambahan (Admixtures)
Dalam banyak hal-hal, satu atau lebih jenis bahan tambah dapat
membantu, tapi menggunakan bahan tambah apapun baru boleh
dilakukan hanya apabila sudah dilakukan penilaian yang teliti. Penilaian
sebaiknya dilakukan dengan percobaan penakaran skala penuh.
d. Kekesatan (Skid Resistance)
Faktor air semen yang rendah sangat membantu dalam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton. Beberapa jenis agregat lebih
mudah aus (menjadi licin) dibandingkan dengan agregat lain. Pengalaman
setempat pada daerah-daerah dengan lalu-lintas tinggi dapat dijadikan
dasar penilaian agregat tersebut.
e. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan dan slump yang dibutuhkan seperti disyaratkan dalam Tabel 4, atau
yang disetujui oleh Direksi, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-2458-1991, AASHTO T-23, AASHTO T-126
dan SNI 1974-1990-F.
Tabel: 4
Syarat-syarat sifat Campuran

Kuat Tekan Karakteristik Minimum


(kg/cm2) Slump (mm)
Kubus Silinder
Kelas
15 Cm 15 x 30 cm
Beton

Tidak
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetarkan
Digetarkan

K 350 250 350 210 290 20 - 50 50 – 100

K 300 215 300 180 250 20 - 50 50 - 100

K 250 180 250 150 210 20 - 50 50 - 100

K 175 115 175 95 145 30 - 60 50 – 100

f. Beton yang tidak memenuhi persyaratan slump umumnya tidak boleh


ditempatkan pada pekerjaan, kecuali Konsultan Pengawas dalam
beberapa hal menyetujui penggunaan secara terbatas dari sedikit jumlah
beton tersebut pada bagian tertentu yang sedikit dibebani. Sifat mudah
dikerjakan serta tekstur dari campuran harus sedemikian rupa sehingga
beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga atau
menahan rongga atau buih air sedemikian rupa sehingga pada
pembongkaran acuan menghasilkan permukaan yang merata, halus dan
padat.
g. Bila hasil dari pengujian 7 hari menghasilkan kuat beton di bawah nilai
yang disyaratkan, Kontraktor tidak diperbolehkan mencor beton lebih
lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat dipastikan
dan sampai diambil tindakan-tindakan yang akan menjamin produksi
beton memenuhi syarat secara memuaskan. Beton yang tidak memenuhi
kuat tekan 28 hari yang disyaratkan harus dipandang tidak memuaskan
dan pekerjaan harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan dalam Pasal
6.8.1.(10) di atas. Kekuatan beton akan cenderung lebih kecil dari
persyaratan kekuatan bilamana setiap contoh benda uji dari bagian
pekerjaan yang depertanyakan adalah lebih kecil dari keperluan yang
diberikan dalam Tabel 6.8.3(3) atau selain disetujui lain oleh Konsultan
Pengawas yang karena kebijaksanaannya hasil perhitungan statistik
dipertimbangkan atau karena adanya kesalahan pengambilan contoh atau
persiapan benda uji yang kurang baik atau faktor-faktor lainnya.
h. Konsultan Pengawas dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau
memerintahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk

Spesifikasi Teknis Halaman I - 93


meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil uji kuat tekan tiga hari.
Dalam keadaan demikian kontraktor harus segera menghentikan
pengecoran beton yang dipertanyakan tetapi dapat memilih menunggu
sampai hasil pengujian 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan
perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan Pengawas akan menelaah
kedua hasil pengujian 3 hari dan 7 hari, dan dapat segera memerintahkan
penerapan dari tindakan perbaikan apapun yang dipandang perlu.
i. Perbaikan dari pekerjaan beton yang tak mungkin yang melibatkan
pembongkaran menyeluruh dan penggantian beton tidak boleh
didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan 3 hari saja, kecuali kantor dan
Konsultan Pengawas keduanya sepakat pada perbaikan tersebut.

3. Rancangan Campuran dan Proporsi Bahan


a. Rancangan Campuran
Spesifikasi harus dapat memberikan batas - batas faktor - faktor dasar
dalam menentukan perbandingan campuran, seperti faktor air semen
maksimum atau kekuatan minimum atau kadar semen minimum.
Disamping itu persyaratan kandungan udara minimum dan maksimum,
slump maksimum, dan ukuran butir maksimum dari agregat, harus
ditetapkan.
Perkiraan perbandingan dapat diperoleh berdasarkan pengalaman, tabel -
tabel atau percobaan penakaran skala kecil. Terlepas dari bagaimana
perbandingan awal ditentukan, perbandingan akhir harus didasarkan
pada penakaran secara penuh awal pekerjaan.
Apabila kadar semen minimum ditetapkan sebagai kriteria mutu
perkerasan beton, maka disarankan untuk menggunakan semen
minimum 335 Kg / M3, kecuali bila pengalaman setempat menunjukkan
bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.

Apabila dipilih salah satu faktor penentuan perbandingan campuran,


seperti kekuatan yang disyaratkan, sesuai dengan kandungan udara dan
slump yang telah ditetapkan, maka kemungkinan dapat digunakan semen
lebih sedikit, terutama apabila bahan tambah dan atau bahan pencampur
semen tertentu (POZZOLAN, FLY ASH, DLL) digunakan dalam pekerjaan.
Disarankan kekuatan beton yang telah ditentukan untuk tujuan
perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari tidak boleh mempunyai
kuat lentur lebih kecil 45 kg/cm2 (untuk keadaan terpaksa).
Spesifikasi batasan statistik untuk pengendalian mutu dapat dilihat pada
Peraturan Beton Indonesia.

Bila dalam perencanaan dimasukan paramater lain dari beton, maka


kebutuhan semen per M3 beton berdasarkan pengalaman. Dalam hal

Spesifikasi Teknis Halaman I - 94


apapun kadar semen tidak boleh kecil dari 280 kg/m3 (dalam metoda
kuat minimum).

Bila prosedur perencanaan campuran beton yang disarankan tidak


praktis, misalnya dalam hal volume pekerjaan kecil, maka perbandingan
campuran dapat ditentukan berdasarkan tabel sebagai berikut:

Tabel: 5
Perbandingan campuran air, agregat dan semen
Perbandingan Campuran
40 Kg Semen
Air Agregat
Jenis Beton Jenis Agregat Kasar
Maks (Kg)
(Liter) Halus Kasar
Biasa (Plain) Koral (Round Gravel) 17,6 17,8 155,5
Biasa (Plain) Koral / Batu Pecah
(Crushed Gravel of Stone) 19,6 85,2 142,7
Biasa (Plain) Terak Pecah (Crushed 21,2 93,7 140,7
Slag)
Mengandung
Udara (Air Koral (round gravel) 16,0 68,2 155,4
Entrained)
Mengandung Koral/Batu pecah
Udara (Air (crushed gravel or stone) 17,6 76,7 142,2
Entrained)
Mengandung
Udara (Air Terak Pecah (crushed 19,6 83,1 110,7
Entrained) slag)

Catatan :
 Campuran dengan 335 kg/m3 semen dengan slump 38 - 76 mm,
cocok untuk mesin penghampar biasa. Bila digunakan alat getar
maka slump dapat menjadi 13 - 50 mm dan takaran diatur dan
disesuaikan untuk mendapatkan dan faktor semen yang sama.
 Kandungan udara dianggap 1 % untuk campuran beton biasa
dan 5,5 % untuk campuran beton mengandung udara.
 Berat agregat didasarkan pada anggapan berat jenis bulk jenis
kering permukaan, untuk pasir, kerikil, batu pecah = 2,65; terak =
2,25. Untuk agregat yang mempunyai berat jenis yang tidak sama
dengan anggapan ini, maka beratnya harus disesuaikan dengan
perbandingan berat jenisnya.
 Dianggap bahwa agregat halus adalah pasir bergradasi baik
dengan modulus kehalusannya (fineness modulus) 2,6-2,9.
Dalam beberapa hal maka proporsi material dan berat penakaran harus
ditentukan dengan menggunakan metoda yang disyaratkan dalam PBI
dan sesuai dengan batasan yang diberikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel: 6
Perbandingan Air terhadap Campuran
Kelas Beton Perbandingan Maksimum Jumlah Semen, Kg / M3
Air / Semen (Berat) Terhadap campuran
Minimum Maksimum
K 350 0.45 315 365
K 300 0.45 300 350
K 250 0.50 290 340
K 175 0.57 220 300

4. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan dengan
disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan peralatan dan
perlengkapan dengan jenis yang sama seperti yang akan digunakan untuk
pekerjaan. Campuran percobaan untuk dapat diterima asalkan memenuhi
sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan.

5. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian sifat mudah dikerjakan
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah
dikerjakan dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh
Konsultan Pengawas, maka akan dibuat perubahan-perubahan pada
agregat sebagaimana diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen
yang semula direncanakan tidak diubah, juga tidak menambah besar
faktor air / semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat
tekan yang telah menghasilkan kuat tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang sudah dicampur dengan cara
menambahkan air atau cara lain yang diperkenankan. Zat tambahan
untuk meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya diizinkan bila secara
khusus telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas.
c. Penyesuaian untuk Material Baru
tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang
disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas
dan tidak boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai
Konsultan Pengawas menerima material tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru yang didasarkan atau hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.

6. Penakaran Agregat
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kantongan, Kuantitas penakaran harus sedemikian rupa sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau
kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara
terpisah beratnya. Ukuran masing - masing takaran tidak boleh melebihi
kapasitas terpasang dari pengaduk.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan
dalam kondisi lembab, pada kadar air yang mendekati kering permukaan
jenuh. dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air.
pada saat - saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari timbunan agregat.

7. Pencampuran
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanis
dari jenis ukuran yang disetujui dan akan menjamin distribusi yang
merata dari bahan.
b. Pencampuran harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan
peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan secara teliti dalam masing - masing penakaran.
c. Alat pencampuran pertama - tama harus diisi dengan agregat dan
semen yang telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran dimulai
sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukan ke
dalam campuran material kering. seluruh air pencampuran harus
dimasukan sebelum seperempat waktu pencampuran telah berlalu.
Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas 3/4 m3 atau kurang
haruslah 1.5 menit. Untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk setiap tambahan 0.5 m3 dalam ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan
Pengawas dapat menyetujui pencampuran beton dengan tenaga
manusia sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non
struktural.
25.4 Beton Dengan Kuat Awal Tinggi (High Early – Strength Concrete)
Metoda produksi (Methods of Production) pada bagian perkerasan tertentu yang
harus segera dapat berfungsi atau karena pertimbangan - pertimbangan lainnya,
mungkin diperlukan penggunaan beton dengan kuat awal tinggi. Beton dengan
kuat awal tinggi dapat diproduksi dengan cara :
1. Menggunakan semen portland kuat awal tinggi jenis III dan II A, dengan cara
penentuan proporsi campuran khusus, sebagai pengganti semen portland
biasa ((Jenis I atau I A atau jenis II atau II A), atau
 Menggunakan faktor air semen dengan menaikkan jumlah semen biasa.
 Menggunakan CALCIUM CHLORIDA sebagai salah satu bahan dasar dalam
jumlah antara 0.40 - 0.80 Kg (untuk CALCIUM CHLORIDA jenis I) atau 0.32
- 0.64 Kg (untuk CALCIUM CHLORIDA jenis II) pada setiap 40 Kg semen.
CALCIUM CHLORIDA harus ditambahkan dalam bentuk larutan. Larutan ini
dapat dibuat dengan cara melarutkan 0.47 Kg CALCIUM CHLORIDA jenis I
atau 3.38 Kg CALCIUM CHLORIDA jenis II dalam I liter air.
Perlu diketahui bahwa penggunaan CALCIUM CHLORIDA cenderung untuk
mengurangi kemampuan beton dalam melindungi baja tulangan, batang
pengikat atau ruji terhadap korosi.
 Menggunakan bahan tambahan kimia yang memenuhi ASTM C - 494.

PENGADUKAN BETON (MIXING CONCRETE)


1. Unit Penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri dari bak - bak ruang - ruang terpisah untuk setiap fraksi
agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak penimbang
(Weigting Hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran (batching
controls).
Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak
boleh ditimbang kumulatif dengan agregat.
Timbangan harus cukup mampu menimbang bahan satu adukan dengan sekali
menimbang.
Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti dan
seragam. Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara
berkala selama pelaksanaan.
2. Pengukuran dan Penanganan Bahan (Measurement and Handling of
Materials).
 Baik semen curah ataupun semen kemasan dapat digunakan, tapi kedua
jenis semen tersebut tidak boleh digunakan secara bersamaan dengan
penakaran yang berada. semen harus ditimbang dengan penyimpanan
maksimum 1 %. Apabila digunakan semen kemasan, maka jumlah semen
dalam satu adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam zak.
 Agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2 %.
 Air pencampuran dapat ditakar dalam volume atau berat dengan
penyimpangan maksimum 1 %. Penggunaan air bekas mencuci sebagai
bagian dari air pencampuran, tidak boleh digunakan sebagai air
pencampur.
 Bahan tambahan, selain FLY ASH dan POZZOLAND, harus digunakan
dalam bentuk cairan yang dapat ditakar dalam berat atau volume dengan
batas ketelitian sebesar 3 %. Untuk menakar dan menyemprot cairan
bahan tambah diperlukan peralatan yang teliti. Bila digunakan bahan
tambahan udara (air entraining admixture) bersamaan dengan bahan
tambahan kimia, maka masing - masing bahan tambah harus ditakar dan
ditambahkan kedalam adukan secara terpisah, untuk menghindari
kontrak satu sama lainnya sebelum bahan - bahan tersebut sampai di
campuran beton. FLY ASH dan POZZOLAND lainnya harus ditakar dalam
berat dengan batas ketelitian 3%.

3. Beton yang diaduk Secara Terpusat (Central Mixed Concrete)


a. Unit pengadukan terpusat harus memenuhi standard tertentu. Tanpa
melihat ukuran pengadukan, dalam pengadukan. minimum untuk setiap
unit pengadukan ditetapkan berdasarkan percobaan pengadukan. Lama
pengadukan tidak boleh kurang dari 50 detik. Bila percobaan pengadukan
tidak dilakukan, maka lama pengadukan minimum 75 detik asalkan
bentuk campuran pada waktu dituangkan dapat disetujui oleh pengawas
ahli. Untuk mendapatkan adukan yang seragam dalam jumlah besar dan
lama pengadukan yang singkat, maka perlu dilakukan pengadukan awal
(PRE BLENDING).
Pengadukan beton harus berlangsung secara menerus selama masa
pengadukan, sejak seluruh bahan, termasuk air (dan bahan tambahan bila
bahan tambahan tersebut ditambahkan bersama air) berada dalam ruang
pengadukan, sampai saat adukan dituangkan. Bila digunakan drum
pengaduk ganda, maka waktu yang digunakan untuk memindahkan
adukan dari satu drum ke drum lainnya. harus diperhitungkan sebagai
bagian dari lama pengadukan.
b. Lama pengadukan maksimum yang diizinkan tidak boleh lebih dari lama
pengadukan minimum yang telah ditetapkan ditambah 60 detik.
c. Pengadukan Adukan Beton
Bila pengangkutan adukan beton ke lokasi penghamparan dilaksanakan
dengan alat angkut tanpa pengaduk (NO AGITATING HAULING
EQUIPMENT), maka penuangan adukan harus sudah selesaikan dalam
waktu 45 menit sesudah pengadukan . Dalam keadaan darurat, lama
pengangkutan dapat diperpanjang, asalkan nilai slump tidak turun. Pada
keadaan dimana beton akan mengeras lebih cepat atau bila suhu beton
pada saat penuangan dilapangan 30 C atau lebih, maka selisih waktu
antara pengadukan dan penghamparan tidak boleh lebih dari 30 menit.
4. Pengadukan di Lapangan (Mixing at Site)
a. Pengadukan dari tempat penakaran ke tempat pengadukan
Kendaraan angkutan dari tempat penakaran ke tempat pengadukan harus
mempunyai hak yang terdiri ruangan - ruangan yang mempunyai
kapasitas yang cukup untuk mengangkut setiap takaran (satu kali
pengadukan) ke alat pengadukan secara terpisah utuh. Sekat pemisah
antara ruangan - ruangan untuk tiap takaran harus cukup kuat untuk
mencegah tercampurnya bahan antar ruangan.
Semen dapat diangkut dalam kotak - kotak tertutup yang terpisah, atau
bercampur dengan agregat.
Bila semen diangkut bercampur dengan agregat, maka pengadukan harus
sudah dimulai dalam waktu 1.5 jam setelah semen ditambahkan pada
agregat.
b. Mesin Pengadukan (Paving Mixers)
Mesin pengadukan beton yang digunakan di lapangan harus memenuhi
persyaratan yang telah diakui. Pengadukan harus dilengkapi wadah
(hopper), penampung air, pengukur air, penyemprotan cairan bahan
tambah. Mesin pengadukan harus dilengkapi dengan pengatur dan
pengendalian otomatis, sehingga air hanya mengalir, pada waktu
pengadukan sedang diisi dan kemudian ditutup secara otomatis sampai
selesai pengadukan. Cairan bahan tambah harus dimasukan kedalam air
yang sedang mengalir kedalam pengadukan. Pengadukan harus
dilengkapi dengan papan petunjuk dari pabrik yang menyatakan kapasitas
dan jumlah putaran per menit yang dianjurkan.
Selama pengadukan berlangsung, pengaduk harus diputar dengan
kecepatan putaran sesuai dengan petunjuk pabrik.
Volume bahan untuk kali pengadukan tidak boleh lebih 10 % lebih besar
dari kapasitas yang disarankan oleh pabrik.
Mesin pengaduk harus mengaduk secara merata dalam waktu yang telah
ditentukan dan dapat menuangkan adukan tanpa mengalami pemisah
berbutir. Setiap kali pengadukan harus berlangsung selama 1 menit atau
lebih, setelah seluruh bahan padat berada dalam drum pengaduk.
Bahan - bahan harus dimasukkan kedalam pengaduk dengan urutan
tertentu sehingga sebagian air akan masuk sebelum agregat dan semen.
Seluruh air harus sudah berada dalam drum pengaduk sebelum
seperempat masa pengadukan selesai.
Seluruh adukan dalam drum harus dituangkan setelah pengadukan
selesai. Penuangan beton ke permukaan tanah dasar atau lapis pondasi
bawah harus dilakukan dengan talang dan wadah (Bucket).
Beton hanya boleh diaduk dalam jumlah yang diperlukan untuk
penghamparan yang segera. Beton yang sudah mulai mengeras sehingga
tidak dapat dihampar secara sempurna tidak boleh digunakan. Pelunakan
beton yang sudah mulai mengeras, dengan menambah dan mengaduk
kembali, tidak diizinkan.
Suhu pengaduk yang lepas atau mengalami keausan 1.9 cm atau lebih
harus diperbaiki atau diganti.

5. Beton Siap Hampar (Ready - Mixed Concrete)


Beton siap hampar harus diaduk, ditangani dan diangkut ke lapangan sesuai
dengan Spesifikasi beton siap hampar (ASTM C - 94).
Truk pengaduk harus memenuhi persyaratan yang berlaku, untuk
menyalurkan beton dari kendaraan pengangkut dan untuk menuangkannya
secara seragam ke permukaan yang telah dibentuk tanpa mengalami pemisah
berbutir, harus disediakan peralatan yang cocok.

25.5 Pengecoran Dan Penghamparan


1. Penyiapan Tempat Kerja
a. Kontraktor harus membongkar struktur yang ada akan diganti dengan
pekerjaan beton baru atau yang harus dibongkar untuk dapat
memungkinkan dapat pelaksanaan pekerjaan beton baru. pembongkaran
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan syarat yang dipersyaratkan.
b. Kontraktor harus menggali atau mengurug pondasi atau formasi untuk
pekerjaan beton hingga garis yang ditunjuk dalam gambar atau seperti
yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas /Direksi dan harus
membersihkan dan menggaru tempat yang cukup sekeliling dari
pekerjaan beton tersebut untuk menjamin dapat dicapai seluruh sudut
pekerjaan. Jalan kerja yang kokoh juga harus disediakan jika perlu untuk
menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diamati dengan mudah
dan aman.
c. Seluruh landasan pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dipertahankan kering dan beton tidak boleh di cor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau dalam air.
d. Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukan kedalam beton (seperti pipa atau saluran)
harus sudah ditempatkan dan diikat kuat sehingga tidak bergeser sewaktu
pengecoran.
e. Direksi / Konsultan Pengawas akan memeriksa seluruh galian dan pondasi
yang disiapkan sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja
tulangan atau beton dan dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan
pengujian pemantekan dalam, pengujian kepadatan atau penyelidikkan
lainnya untuk memastikan cukupnya daya dukung dari tanah di bawah
pondasi. Dalam hal dijumpai kondisi tidak memuaskan, Kontraktor dapat
diperintahkan untuk mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan
atau menggali dan mengganti daerah yang lunak, mendapatkannya atau
melakukan tindakan yang stabilisasi lainnya sebagaimana diperintahkan
oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

2. Pengecoran
a. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas/Direksi secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum mulai pengecoran beton atau
meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari
24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi pekerjaan, macam
pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran.
Konsultan Pengawas/Direksi akan memberi tanda terima dari
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa cetakan dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas/Direksi untuk memulai.
b. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk
memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Konsultan
Pengawas/Direksi atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c. Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau di
bagian dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan
membekas.
d. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor pada posisi
akhirnya dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau
dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi
atas dasar pengamatan sifat - sifat mengeras semen yang digunakan.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi
(pemisah) partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah
pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari 1 meter dari tempat
awal pengecoran.
g. Bila dicor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus dicor dalam lapis - lapis horizontal yang tak lebih
dari 15 cm tebalnya.
h. Beton tidak boleh jauh bebas ke dalam cetakan dari ketinggian lebih dari
150 cm.
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga
beton yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan beton segar.
j. Air tidak boleh dialirkan ke atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan
beton dalam waktu 24 Jam setelah pengecoran.
k. Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari
mesin pengaduk atau alat pengangkut dan menuangkannya pada setiap
tempat tanpa pemisah butir (segregasi) dan tanpa merusak ke permukaan
yang dicor. Pada pekerjaan besar, pengecoran sering kali menuntut
penggunaan ulir (screw), ban berjalan (belt) atau wadah (hopper) sebagai
alat penghampar adukan. Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu
dan menuangkan adukan keseluruh lebar permukaan yang telah
dibentuk. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di
tempat, penuangan adukan beton ke mesin penghampar, dapat dilakukan
dengan menggunakan wadah (bucket) dan talangan (wadah).
Apabila pengecoran digunakan mesin pengaduk berjalan (Transit Mixer)
dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia tang (chute), maka
disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time). Apabila
beton tanpa tulangan tidak dilaksanakan dengan mesin penghampar
acuan gelincir, maka biasanya adukan dituangkan (diatas permukaan)
didepan mesin penghampar dengan menggunakan truk pelimpah (dump
truck).
l. Situasi Khusus (Special Situations)
Apabila lebar penghamparan tidak sama (misalnya pada jalan masuk /
ramp, persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu
dapat diterapkan. Meskipun demikian, perlu diperhatikan agar untuk
mencapai kedudukan akhir, adukan jangan dituang sedorongan /
perataan secara manual perlu dilakukan, untuk menghindari pemisahan
butir.

3. Penghamparan (Spreading)
a. Peralatan
Pada pekerjaan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar
jenis dayung (paddle) atau ulir (auger) atau ban berjalan, maupun jenis
wadah (hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan
penghamparan acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir,
peralatan penghamparan (spreader) merupakan bagian yang sudah
melekat (built in). Untuk mengurangi pemisahan berbutir, semua
peralatan harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual, dalam hal apapun,
beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan
dan penyelesaian akhir.
b. Penghamparan Dua Lapis (Two Course Construction)
Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan dengan
tangan, maka beton di bawah anyaman harus dihampar tersendiri (struck
off), kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya
dihampar.
Pada pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin
penghampar apabila tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukan pada
kedudukkan yang dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya
dengan mesin, maka beton dapat dihampar langsung untuk seluruh total.

4. Pemadatan (Consolidation)
a. Umum
Pemadatan pada sambungan dan tepi - tepi, penekanan (screeding),
pemadatan secara tumbuk (tamper), dan pemadatan secara getar,
sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara otomatis
menjamin kepadatan beton, mesin getar, baik jenis permukaan (pan atau
tube) dapat memberikan hasil yang baik.
b. Prosedur
Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif dengan prosedur sebagai
berikut :
 Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi - tepi sepanjang
sumbu, dan pada sambungan - sambungan lainnya.
 Mesin pemasangan anyaman dapat memberikan sebagian
kepadatan. Penggetar internal di operasikan di dalam beton untuk
mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak.
 Mesin penggetar harus diberhentikan apabila mesin penghampar
berhenti.
 Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan
dari dalam atau luar yang telah disetujui. Bila diperlukan dan bila
disetujui Konsultan Pengawas, penggetaran harus ditambah dengan
penusukan batang dengan tangan dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai, Penggetar tak boleh
digunakan untuk memidahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lama cetakan.
 Harus dilakukan tindakan hati - hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan diantara dan sekitar besi
tulangan benar - benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan,
dan setiap rongga udara dan gelembung udara sudah terisi.
 Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga
menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan
segregasi dari agregat.
 Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar harus sanggup
menghasilkan sekurang - kurangnya 500 putaran permenit dengan
berat efektif 0.25 Kg, dan boleh diletakkan di atas kerangka cetakan
supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
 Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurang - kurangnya 5000
putaran permenit apabila digunakan dengan beton yang mempunyai
slump 2.5 cm atau kurang.
 Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus
dimasukan tegak kedalam beton basah supaya tembus ke dasar
beton yang baru dicor dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalam seksi itu. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan -
pelan dan dimasukan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jauhnya. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk menggeser
campuran beton ke lokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan
beton.

c. Keadaan Khusus
Sekitar ruji dan dudukan. pada tepi - tepi dan sudut - sudut atau sekitar
pembuangan air (drains). dan pada pelat - pelat tidak beraturan pada
jalan masuk (ramps) dan persimpangan. Diperlukan ketelitian khusus
untuk menjamin kepadatan yang baik.

5. Penyelesaian Akhir (Finishing)


a. Mesin Penghampar Acuan Gelincir (Slipforms Pavers)
Mesin penghampar acuan gelincir dirancang untuk sekali lintasan dapat
menghampar, memadatkan, membentuk permukaan dan meratakan
beton yang masih plastis. sehingga dapat memberikan beton yang padat,
seragam. dan untuk mendapatkan permukaan yang disyaratkan, hanya
memerlukan penyelesaian akhir (dengan tangan) yang minimum.
Mesin penghampar harus menggetarkan beton pada seluruh lebar dan
ketebalan. Penggetaran biasanya dilakukan dengan jenis “spud”
penggetar internal.
Mesin penghampar acuan gelincir sedapat mungkin dioperasikan dengan
gerakan menerus. dan seluruh operasi pengadukan, pengangkutan, dan
penghamparan harus terkoordinir agar supaya dapat dicapai kecepatan
yang seragam dan penghentian mesin penghantar yang minimum.
Apabila mesin penghampar perlu diberhentikan , maka elemen
getarannyapun harus dihentikan.
Mesin penghampar acuan gelincir mampu mengatasi kesalahan bentuk
permukaan lapis pondasi bawah atau tanah dasar secara teliti. dengan
menggunakan peralatan otomatis atau dengan pengindra melalui kawat.
b. Peralatan
Persyaratan untuk peralatan penyelesaian akhir harus tidak terlalu ketat
agar supaya tidak menutup kemungkinan penggunaan peralatan baru
yang lebih baik. Apabila digunakan secara tepat. alat penyelesaian akhir
yang berbentuk pipa (tube) bisa cukup efektif.
c. Prosedur
Terlepas dari jenis alat yang digunakan, hasil yang baik dapat dicapai bila
semua peralatan dikoordinasi , di stel secara tepat, dan di operasikan oleh
petugas yang berpengalaman. Pada setiap operasi senantiasa terdapat
sejumlah kecil beton di depan peralatan penyelesaian akhir.

6. Pembentukan Tekstur Permukaan (Texturing of Surface)


Permukaan perkerasan harus mencakup tekstur halus dan kasar. Tekstur halus
diperoleh dari pasir dalam mortar semen. Tekstur kasar dibentuk dengan cara
sebagaimana yang diuraikan di bawah.
Berbagai jenis pola tekstur kasar dapat diterapkan pada permukaan beton .
Pada suatu pekerjaan, mungkin diperlukan tekstur yang berbeda.
Metode pembentukan tekstur harus dipertimbangkan terhadap
lingkungan.kecepatan dan kepadatan lalu- lintas, topografi serta geometrik
perkerasan.
Tekstur yang kesat dapat diciptakan pada perkerasan beton dengan
menerapkan satu atau lebih metode sebagai berikut : menarik lembar goni,
menyapu permukaan, menggores dengan sisir kawat atau metode lainnya.
Kekesatan yang sangat tinggi mungkin diperlukan untuk mendapatkan
keamanan tambahan pada daerah- daerah kritis, misal sekitar gerbang tol,
persimpangan padat, atau lokasi lain dimana frekuensi pengereman,
percepatan, atau pembelokkan sering terjadi. Hal ini dapat diatasi dengan
pembentuk tekstur yang lebih dalam dari pada biasanya,
pengaluran(grooving), atau jika diperlukan dengan memberikan aluminium,
atau jika silicon carvbide, atau partikel-partikel lain yang tahan aus ke
permukaan beton.

7. Perapihan Tepi (Edging)


Tepi-tepi sepanjang garis cetakan dan pada sambungan muai harus dirapihkan
dengan peralatan pembentuk tepi.
Sambungan susut, kecuali apabila yang dibentuk dengan cara menggergaji
juga harus dirapihkan. Kadang-kadang sambungan pelaksanaan juga perlu
dirapihkan, kecuali apabila sambungan tersebut akan ditakik dan diisi.

8. Jalan Masuk dan Persimpangan (Ramp & Intersections)


Biasanya pada jalan masuk dan persimpangan digunakan pelat-pelat tak
bentuk tak lazim untuk menghindarkan penggunaan alat mekanik yang rumit.
Meskipun bagian perkerasan ini harganya hampir dua kali harga bagian
perkerasan utama, tapi kekuatannya jarang menyamai dan cenderung rusak
lebih awal dibandingkan dengan bagian perkerasan lainnya. Diperlukan usaha
tambahan untuk menghampar dan menyelesaikan beton pada jalan masuk
dan persimpangan tanpa memaksakan diri menggunakan beton dengan slump
sangat tinggi atau cara-cara lainnya yang masih layak.
Setiap usaha harus dilakukan untuk men-standar-kan lebar jalan masuk pada
lebar maksimum yang masih mungkin sesuai dengan perkiraan lalu-lintas.
Perencanaan jalan masuk yang mengijinkan pengangkutan beton diatas lapis
pondasi bawah, juga akan mengurangi biaya pelaksanaan yang diakibatkan
oleh ruang pengangkutan yang terbatas pada sebagian besar jalan masuk.

9. Persyaratan Permukaan (Surface Requirement)


a. Perkerasan pada Jalur Utama.
Pada jalur utama, permukaan perkerasan arah memanjang harus
mempunyai perbedaan kerataan maksimum 3 mm apabila diukur dengan
mistar 3 m. Peyimpangan yang lebih dari 3 mm tapi lebih kecil atau sama
dengan 13 mm, harus diperbaiki dengan cara menggerinda sedemikian
rupa, sehingga tidak memberikan permukaan yang licin. Jika lebih dari 13
mm, perkerasan harus diganti atau jika mungkin diberi lapis tambah.
Dalam arah melintang, penyimpangan sampai 6,5 mm dalam 3 m masih
diizinkan.
b. Jalan Masuk dan Persimpangan.
Pada jalan masuk persimpangan, toleransi permukaan untuk jenis
perkerasan ini, sulit dipenuhi. Usaha tambahan harus dilakukan dengan
menggunakan teknik pelaksanaan yang dapat menghasilkan toleransi
kerataan permukaan seperti pada jalur utama.
Atas dasar pertimbangan tersebut, toleransi kerataan permukaan arah
memanjang sampai 3 meter dapat dinaikkan menjadi maksimum 6,5 mm.

10. Acuan
a. Umum
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan, Suatu pengujian untuk mengetahui kekuatan acuan yang
terbuat dari baja harus mensyaratkan bahwa acuan harus tidak melendut
lebih besar dari 0,64 cm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan
bentang 3 m (10 ft) dan beban yang dengan berat mesin penghampar
atau peralatan pelaksanaan lainya yang akan bergerak diatasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 0,64 cm (1/4 inch) dan 0,8
cm (5/16 inch).
Acuan harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga setelah terpasang
cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran
alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol
keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Acuan jadi yang berukuran kecil, tidak dianjurkan untuk pekerjaan-
pekerjaan dengan luas perkerasan lebih dari 1670 m2 (2000 yd persegi),
Dalam hal digunakan acuan jadi, penambahan ketinggian semula.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan
bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3
m(10 ft) panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari
0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3m (10 ft) panjang, Ujung-ujung acuan
yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk
menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Pada lengkungan dengan jari-jari 30 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokan (Flexiblefrom) atau acuan
melengkung.
Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
dibentuk dengan galian, dan diisi serta dasarnya harus dipotong sesuai
dengan ukuran yang diperlukan . Seluruh kotoran tanah lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan kedap
terhadap adukan dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan dalam pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak.
Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.

b. Pemasangan Acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen
dan ketinggian jalan yang bersangkutan, sehingga acuan pada saat
dipasang, dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan
terletak pada elevasi yang benar, Pembuatan galian untuk meletakkan
acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknya dilakukan secara
mengupas/mengeruk.
Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan
kembali lapis demi lapis dengan tebal setiap lapisan tidak boleh lebih
besar 1,25 cm (1/2 inch).
Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa, dan bila perlu diperbaiki
menjelang menghampar beton. Bila terdapat acuan yang rusak atau
sesudah pondasi yang tidak stabil diperbaiki, acuan harus disetel kembali .
Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton
sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan dipasang
pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik,
menggunakan alat mesin atau manual.
Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak
pada setiap 3 m (10 ft) panjang, Setiap bagian acuan harus benar-benar
terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak,. Pada setiap titik acuan tidak
boleh menyimpang lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) dari garisnya.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan
akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum dilakukan penghamparan sisi
dalam acuan harus dibersihkan dan diminyaki.
c. Pembongkaran Acuan
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah
penghamparan beton. setelah acuan dibongkar, tepi-tepi beton yang
terbuka harus segera dirawat.
d. Pembentukan Permukaan (Establishment of Grade)
Setelah lapis pondasi bawah dihampar dan dipadatkan sesuai kepadatan
yang disyaratkan, permukaan yang akan ditutup beton, dibentuk sesuai
dengan gambar rencana.
Apabila kepadatan lapisan pondasi bawah terganggu oleh pekerjaan
pembentukan, maka lapisan pondasi bawah tersebut harus diperbaiki
dengan melakukan pemadatan tambahan sebelum penghamparan beton.
Pembentukan harus dilakukan cukup awal sebelum penghamparan beton,
sehingga kedua lapisan tersebut tidak saling menggangu. Pada pekerjaan
besar, pembentukan akhir biasanya dilakukan dengan peralatan otomatis
yang dikontrol dengan kawat lurus. Bila lalu-lintas diijinkan untuk lewat
diatas permukaan yang sudah dibentuk. maka permukaan tersebut harus
diperiksa dan diperbaiki segera sebelum penghamparan beton.

25.6 Pekerjaan Sambungan Dan Penulangan


1. Umum
Jadual pembetonan harus disiapkan untuk setiap struktur secara lengkap dan
direksi Teknik harus menyetujui lokasi dari sambungan konstruksi pada jadual
tersebut, atau harus diletakkan seperti yang ditujukan pada gambar.
sambungan konstruksi tidak boleh diletakkan pada pertemuan bagian
konstruksi terkecuali persyaratan demikian.
a. Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Seluruh
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tegangan
dan pada umumnya harus diletakkan pada titik gaya geser minimum.
b. Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus terus melewati
sambungan sedemikian sehingga membuat struktur monolit.
c. Alur sambungan paling sedikit 4 cm dalamnya harus disediakan pada
seluruh sambungan konstruksi pada pelat. Untuk pelat yang berada
diatas, sambungan harus diletakkan sedemikian sehingga membagi pelat
menjadi luas yang kurang dari 40 m2, dengan ukuran yang terbesar tidak
lebih dari 1,2 kali lebar yang terkecil.
d. Kontraktor harus menyediakan tambahan buruh dan material
sebagaimana diperlukan untuk membuat tambahan sambungan
konstruksi dalam hal penghentian pekerjaan yang tidak direncanakan dari
pekerjaan yang disebabkan oleh hujan atau macetnya pengadaan beton
atau penghentian oleh Konsultan Pengawas.
e. Sambungan dipasang pada perkerasan beton untuk mengendalikan
penyebaran retakan, atau dimasukan juga untuk menampung pemuaian
pelat akibat perubahan suhu atau kelembaban.
f. Semua sambungan memanjang dan melintang harus dibuat sesuai
dengan detail dan letak pada gambar rencana.
g. Gambar rencana Dan Spesifikasi harus secara jelas menunjukkan letak
dan jenis sambungan pada persimpangan-persimpangan dan pada
tempat dimana jarak sambungan normal tidak bisa dilaksanakan atau
pada sambungan pelaksanaan darurat

2. Sambungan Melintang
a. Semua sambungan melintang harus dibuat sejalur untuk seluruh lebar
perkerasan, Bidang-bidang permukaan sambungan harus dibuat tegak
lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.
b. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, juga
menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut.
Apabila pada sambungan perlu atau diijinkan perapihan tepi (edging),
maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada
sambungan tersebut.
c. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di depan perata (screed)
dapat tenggelam, sedangkan ditempatkan dibelakang perata (screed)
maka akan menonjol pada permukaan.
d. Apabila diperlukan lidah alur, lidah alur tersebut harus dicetak secara
teliti dengan bahan cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah
alur yang sempurna. Sambungan lidah alur juga bisa dibentuk secara
sempurna dengan menggunakan mesin penghampar acuan gelincir.
e. Apabila diperlukan atau diizinkan sambungan melintang dengan cara
menggergaji, dan bila seluruh lebar perkerasan harus dikerjakan dengan
beberapa lintasan penghamparan, maka penggergajian sambungan
melintang di luar penghamparan pertama hanya diijinkan bila
penggergajian tersebut dapat menunjukkan bahwa retak awal
(premature cracking) dapat dicegah.

3. Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)


a. Sambungan dengan Penampang Diperlemah
Takikan Palsu (dummy groove) atau sambungan dengan penampang
diperlemah dalam arah memanjang dapat dibuat pada beton dengan
salah satu cara sebagaimana yang akan diuraikan di bawah. Cara
manapun yang diterapkan pelaksanaan tetap harus dilakukan secara hati-
hati untuk menjamin agar dalamnya celah pemisah cukup untuk
mencegah terjadinya retak acak. Disarankan didalamnya celah pemisah
minimum adalah sebesar 1/4 tebal pelat. Dalam segala hal penutup celah
harus diselesaikan sebelum lalu-lintas diijinkan lewat, termasuk lalu-lintas
selama pelaksanaan.
1). Penggergajian (Sawing)
Penggergajian dapat dilakukan apabila tidak menimbulkan
pengumpulan pada beton muda, atau sebelum terjadi retak-retak.
Apabila retak telah terjadi, Maka penggergajian jangan dilakukan
dengan cara penggergajian manapun, apakah dengan menggunakan
mata gergaji intan (diamond blades), bilah pengikis basah (wet
abrasive blades), Maka penggergajian dilakukan secara perlahan-
lahan, untuk mencegah terjadinya sambungan yang kasar.
Kecenderungan retak acak akibat keterlambatan penggergajian
pada sambungan memanjang lebih kecil dibanding pada sambungan
melintang.
2). Sekat Pemisah Tipis (Thin Parting Strips)
Sekat pemisah dari polyethylene atau bahan lainya yang
mempunyai tebal kurang dari 0,33 mm, dapat disisipkan kedalam
beton plastis dengan mesin. Sekat pemisah harus terpasang secara
vertikal. Penyisipan jangan sampai mengakibatkan seluruh sekat
terbenam di bawah permukaan plat atau jangan sampai
menimbulkan pelepasan butir (ravelling). Sambungan ini jangan
ditutup (sealed).
Dalam segala hal sekat pemisah polyethylene tidak dapat
mengendalikan terjadinya retak memanjang.
3). Sekat Pemisah Lainya (Other Parting Strip)
Sekat pemisah lainya yang secara keseluruhan atau sebagian bisa
dicabut sebelum sambungan ditutup, dapat digunakan.
b. Sambungan pelaksanaan (Construction Joints)
Sehubungan pelaksanaan lidah alur arah memanjang (diantara jalur - jalur
penghampar yang terpisah) dapat dibentuk baik dengan cara acuan
tergelincir atau dengan baja cetakan standar.
Apabila digunakan lapis pondasi di bawah dengan Stabilisasi, maka
sambungan lidah alur dapat ditiadakan. Pada sambungan perlu
disediakan tempat untuk pemasangan batang pengikat. Apabila
diperlukan atau diijinkan oleh spesifikasi maka batang pengikat dapat
menggunakan baut berulir atau batang pengikat jadi, atau batang
pengikat yang dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali.
Spesifikasi ASTM untuk batang tulangan tidak menjamin bahwa tulangan
dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan
/ pecah. Dengan demikian, apabila metoda tersebut disyaratkan, maka
harus dilakukan langkah - langkah pencegahan untuk menjamin hasil yang
baik.
Salah satu cara untuk mencegah kerusakan batang pengikat akibat
pembengkokkan dan pelurusan kembali adalah sebagai berikut :
 Batang pengikat dipasang miring membentuk 60° dengan bidang
sambungan
 Batang pengikat dibengkokkan 60° rata dengan permukaan bidang
sambungan

Baut dibengkokkan dan digabung (joint hook bolts) yang memenuhi syarat
dapat digunakan. Baut dibengkokkan dan digabung harus dilengkapi
dengan mur untuk mengencangkan pada acuan agar posisinya tidak
berubah selama pengecoran.
Mesin penghampar acuan gelincir harus dilengkapi dengan peralatan
(device) yang cocok untuk pemasangan batang pengikat atau pengikat
jenis lain yang dapat memegang jalur - jalur berdampingan tetap pada
posisinya.
c. Sambungan Muai (Expansion Joints)
Sambungan muai ditempatkan diantara pertemuan bangunan (misal
lubang got / manhole, bak penampung) dengan alat perkerasan beton .
kecuali apabila tidak disebutkan lain gambar rencana, maka sambungan
harus terbuat dari jenis sambungan jadi (Preloaded) dengan ketebalan
tidak kurang dari 0.6 cm.

1) Sambungan Muai Melintang (Transverse Expansion Joint)


Jika tidak ditentukan lain, maka sambungan muai melintang harus
dibuat tegak lurus sumbu perkerasan, dan harus dibuat selebar
perkerasan.
 Sambungan Muai pada Ujung - ujung Jembatan (Expansion Joint
at Bridge Ends)
Ujung - ujung jembatan harus dilindungi dari tekanan - tekanan
yang berlebih yang diakibatkan oleh permuaian perkerasan,
dengan cara membuat sambungan muai yang cukup lebar antara
perkerasan dan ujung - ujung jembatan. Cara lain adalah dengan
menjangkar ujung - ujung pelat yang umumnya dibuat untuk
menahan sebagian atau seluruh gerak pelat.
Untuk memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kepala
jembatan, maka bagian perkerasan antara balok jangkar dan
kepala jembatan (Sepanjang 10 - 15 m) dapat terdiri dari plat
beton disambung atau perkerasan lentur.
 Sambungan Muai dengan Ruji
Sambungan terdiri dari sistem penyalur beban, dudukan, pengatur
gerak dan bahan pengisi sambungan. Penyalur beban harus terdiri
dari ruji yang dilas pada dudukan dan salah satu ujung ditutup
dengan topi ruji. Pengisi sambungan dapat terdiri dari bahan
pengisi jadi atau bahan lain yang disetujui. Bahan pengisi harus
dipasang sampai dasar plat perkerasan.
Jika tidak disyaratkan lain, maka bagian atas pengisi sambungan
harus terletak 1.3 cm di bawah permukaan plat.
Bagian atas pengisi sambungan harus dilindungi dengan logam
berbentuk kanal pada saat beton dihampar.
Setiap bagian sistem sambungan harus dilindungi dari kerusakan
sampai selesainya pekerjaan sambungan. Bagian sistem
sambungan yang rusak selama pengangkutan atau karena
penanganan dan penyimpangan yang tidak benar harus diganti
atau diperbaiki.

4. Bahan Pengisi Sambungan (Joint Filler)


Bahan pengisi sambungan harus dilubangi atau dibor dengan diameter yang
tepat pada tempat yang akan dipasang ruji.
Bahan pengisi sambungan harus mempunyai panjang yang sama dengan lebar
jalur penghampar. Jika bahan pengisi sambungan harus disambung maka
ujung - ujung sambungan harus tetap mengikuti bentuk yang benar.
Pemotongan bahan pengisi yang diperlukan selama penghamparan, misalnya
untuk menampung sayap roda mesin penghampar, harus dilakukan secara
hati - hati agar tidak mengakibatkan penyumbatan sambungan oleh beton.

5. Sambungan Susut Dengan Penampang Diperlemah (Weakened Plane


Contraction Joints)
Sambungan melintang dengan takikan palsu atau penampang diperlemah,
harus dibuat dengan cara yang sama seperti pada sambungan memanjang
dengan penampang diperlemah, kecuali apabila diperlukan penyalur beban
untuk melayani lalu - lintas dengan volume yang tinggi dan beban yang berat.
Dalam hal apapun. sebagai penyalur beban harus digunakan ruji.
Bila pada perkerasan untuk lalu - lintas berat digunakan lapis pondasi mutu
tinggi, misalnya stabilisasi semen atau aspal, maka sambungan tanpa ruji pun
bisa melayani lalu - lintas secara memuaskan. Namun demikian secara umum,
sambungan jenis ini, tetap dianjurkan menggunakan penyalur beban.
Ruji harus dipegang kuat pada posisinya dengan cara mengelasnya pada
dudukan dan pengatur jarak atau dengan cara penempatan dengan mesin.
Penempatan ruji secara tepat harus menjamin, agar ruji dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Sistem pemberian tanda secara tepat dapat
diterapkan untuk menjamin agar penggergajian atau pembuatan takikan tepat
berada ditengah ruji . Takikan tidak boleh kurang dari seperlima tebal pelat.
6. Sambungan Pembelokkan Dengan Penampang diperlemah (Weakened
Plane Warping Joints)
Apabila diperlukan, sambungan pembengkokkan penampang diperlemah,
harus dibuat pada tempat yang ditunjuk pada Gambar Rencana dengan cara
yang sama seperti pada sambungan susut dengan penampang diperlemah,
kecuali bila penyalur beban ditiadakan atau penulangan harus dilanjutkan
melalui sambungan.

7. Sambungan Pelaksanaan Melintang (Transverse Construction Joints)


Sambungan pelaksanaan melintang harus dibuat pad akhir pelaksanaan tiap
hari atau pada tempat akhir pekerjaan yang disebabkan oleh adanya
gangguan pelaksanaan, kecuali pada tempat tersebut sudah ada sambungan
melintang yang telah diuraikan dimuka. Letak sambungan pelaksanaan
melintang harus diusahakan sama dengan letak sambungan susut.
Keadaan cuaca akan mempengaruhi lamanya batas keterlambatan yang
diizinkan dalam pemasangan sambungan. Keterlambatan selama 30 menit
dipandang sebagai batas yang bisa diterima untuk cuaca panas, kering dan
berangin, sedangkan keterlambatan sampai 1 jam masih bisa diterima pada
cuaca yang tidak membahayakan.
Sambungan pelaksanaan melintang harus dibentuk dengan cara
menempatkan sekat yang mempunyai bentuk dan ukuran yang tepat dan
mempunyai lubang untuk menempatkan ruji.
Arah sambungan pelaksanaan melintang kurang dari 3 m (10 ft) harus
dihindarkan.
Jika adukan beton tidak mencukupi untuk membuat pelat dengan panjang
paling sedikit 3 m (10 ft), maka sambungan pelaksanaan harus dibuat pad
tempat sambungan sebelumnya.
Jarak sambungan melintang yang berikutnya harus diukur dari sambungan
susut melintang yang terakhir.

8. Sistem Penyalur beban (Load Transfer Devices)


a. Ruji (Dowels)
Barang ruji harus mempunyai diameter yang sesuai dengan tebal pelat
dan ditempatkan ditengah ketebalan pelat.
Posisi ruji pada arah horizontal dan vertikal harus dijamin dengan
menggunakan perlengkapan atau dengan cara penempatan dengan
mesin yang telah teruji.
Kepadatan beton yang baik disekeliling ruji sangat dituntut agar supaya
ruji bisa berfungsi secara sempurna.
b. Pelapisan Ruji (Dowel Coating)
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan
pencegah karat.
Sesudah bahan pencegah korosi kering, maka bagian ini harus dilapisi
tipis pelumas (dengan cara menyapukan) segera sebelum ruji dipasang.
Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan
topi atau penutup ruji.
Pelapisan ruji dari jenis plastik yang telah teruji dapat digunakan sebagai
pengganti pelumas, atau penggunaan jenis pelapisan lainnya yang
dimaksudkan untuk mencegah lekatan dan atau karat dapat juga
dipertimbangkan.

9. Pemasangan Perlengkapan Ruji (Installing of Dowel Assemblies)


Perlengkapan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah
dasar yang sudah dipersiapkan.
Perlengkapan ruji arah melintang harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
kecuali ditentukan lain pada Gambar Rencana. Sambungan dengan ruji yang
diperlukan atau diijinkan untuk dipasang tidak tegak lurus sumbu jalan,
memerlukan pendetailan dan pemasangan yang sangat teliti guna menjamin
pergerakan yang bebas. Ruji dipegang dengan kuat pada posisi yang telah
ditetapkan.
Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan
harus sedemikian rupa sehingga penempatannya sedapat mungkin
mempunyai jarak sama dari tepi - tepi pelat.
Sambungan harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus
dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok - patok (stakes)
dengan peralatan atau dengan metoda lainnya yang juga telah teruji.
Ruji harus dipasang sedemikian rupa sehingga tekanan beton tidak akan
menggangu kedudukan.
Apabila sambungan dibuat secara bagian demi bagian maka sambungan
tersebut harus merupakan satu kesatuan.
Batang uji harus diperiksa posisinya, segera setelah perlengkapan sambungan
dipasang pada tanah dasar atau lapis pondasi bawah dan sistem sambungan
harus diperiksa untuk mengetahui apakah sudah terpegang kuat.
Setiap sistem sambungan yang tidak terpegang kuat, harus diperbaiki. Kawat
atau batang baja yang digunakan untuk mengikat perlengkapan pada
pengangkutan dan diperkirakan dapat menghambat penyusutan awal beton,
harus disingkirkan sebelum beton dihampar.

10. Penutup sambungan (Joint Sealing)


a. Bagian atas sambungan muai dan sambungan yang digergaji harus
ditutup dengan bahan penutup yang disyaratkan, sebelum lalu - lintas
diijinkan melewati perkerasan. Celah sambungan harus dibersihkan dari
bahan - bahan asing sebelum bahan penutup dipasang. Semua bidang
celah sambungan harus bersih dan bahan - bahan lepas dan bila
digunakan bahan penutup dituangkan panas, permukaannya harus
kering.
b. Bahan penutup harus dipasang dalam celah sambungan sesuai detail yang
ditunjukan pada gambar rencana. Pemasangan harus dilakukan
sedemikian. Sehingga bahan penutup tidak melimpah atau mencuat di
atas permukaan pelat. Setiap kelebihan bahan penutup pada permukaan
pelat, harus segera disingkirkan dan permukaan pelat dibersihkan.
c. Bahan penutup sambungan yang dituangkan tidak boleh dituangkan pada
suhu yang dapat mencegah kesempurnaan pemasangan. Petunjuk dari
pembuat bahan penutup dapat digunakan dalam mempersiapkan batas -
batas spesifikasi.
d. Jika digunakan bahan - bahan penutup sambungan jadi, seperti
NEOPRENE (penutup jadi yang ditekan), maka bahan penutup harus
dapat menyesuaikan lebarnya dengan lebar celah sambungan yang
diperkirakan akan terjadi. Peralatan pemasangan harus menjamin bahwa
penutup tidak akan mulur lebih dari 5 % karena pemuluran yang lebih
besar akan memperpendek umur dibahan tersebut.
e. Penghamparan lapis pertama harus mencakup seluruh lebar dengan
panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dengan panjang
penuh dapat digelar dengan pada kedudukan akhir tanpa terjadi
penyimpangan lebih jauh. Untuk mencegah pergeseran. anyaman yang
berdampingan harus diikat.
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas tulangan.
Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh
dibiarkan terbuka, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin.
Biasanya 30 menit merupakan jangka waktu maksimum yang masih diijinkan.
Pemasangan tulangan selama penghamparan harus selalu diperiksa dan
apabila dipandang perlu harus dilakukan perbaikan.
a. Apabila beton dibuat dengan penghamparan satu lapis maka lebar
anyaman kawat atau anyaman batang baja dapat diletakkan diatas
permukaan hamparan, kemudian anyaman tersebut dimasukan (dengan
mesin) dengan cara menggetarkan atau menekannya sampai elevasi yang
dikehendaki.
Pada pemasangan tersebut harus diperhatikan agar beton diatas kawat /
batang baja tidak pecah atau retak atau mengakibatkan perubahan
kedudukan anyaman dari yang semestinya. Pada setiap sambungan
melintang harus selalu diperiksa untuk memastikan tersedianya jarak
antara sambungan dengan tepi anyaman.
b. Apabila di kehendaki beton menerus dengan tulangan, sebagaimana yang
tercantum dalam Gambar Rencana maka tulangan harus dipasang
sedemikian rupa sehingga mempunyai selimut tidak kurang dari 5 cm (2
inch) dan tulangan melintang (sebagai anggota anyaman) tidak boleh
terletak di bawah tengah - tengah tebal pelat, kecuali apabila dikehendaki
lain atau ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Apabila beton dibuat dengan penghamparan satu lapis, maka tulangan
harus diletakkan pada dudukan agar pada saat penggecoran tulangan
tersebut dapat ditahan pada kedudukan yang telah ditentukan.
Pemasangan tulangan dapat juga dilakukan dengan mesin.
Apabila tidak digunakan batang melintang, tulangan dapat dipasang
melalui pipa yang terpasang pada mesin penghampar.
Apabila pelat dibuat dengan penghampar dua lapis, cara pelaksanaannya
harus mengikuti petunjuk yang telah diuraikan.
Tumpangan pada sambungan untuk batang tulangan, anyaman batang
baja atau anyaman kawat di las yang dibuat di pabrik biasanya ditunjukan
pad Gambar Rencana dan harus diperiksa selama pelaksanaan.
Tumpangan yang cukup dan yang semestinya adalah sangat penting.
Bahaya kerusakan pada sambungan tulangan pada umur muda dapat
dikurangi dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau
bertangga dari satu tepi perkerasan ke tepi lainnya.
Panjang tumpangan tulangan pada sambungan harus diperlihatkan pada
gambar rencana atau spesifikasi dan harus tidak kurang dari 30 kali
diameternya, tapi tidak boleh kurang dari 40 cm (16 inch).

25.7 Perawatan Dan Perlindungan Beton (Curing And Protecting Of Concrete)


1. Perawatan (curing)
Setelah penyelesaian akhir selesai dan lapisan air menguap dari permukaan
segera setelah pelekatan dengan beton tidak terjadi maka seluruh permukaan
beton harus segera ditutup dan dipelihara sesuai dengan salah satu metoda
yang diuraikan di bawah.
Dalam semua hal, dimana perawatan memerlukan penggunaan air, maka
operasinya perawatan harus titik beratkan pada penyediaan air.
Biasanya masa perawatan dilakukan selama 7 hari, tapi waktu tersebut dapat
diperpendek bila 70 % kekuatan tekan atau lentur beton dapat dicapai lebih
awal.
a. Perawatan dengan selaput (Membrane Curing)
Setelah lapisan air menguap dari permukaan perkerasan, maka
permukaan beton harus segera dilapisi secara merata dengan bahan
perawatan selaput cairan dengan menggunakan mesin penyemprot yang
sudah teruji dengan jumlah tidak kurang dari 0.27 lt per m2
Untuk menjamin kekentalan dan penyebaran pigmen yang merata dalam
bahan perawatan dalam tangki penampung harus diaduk menjelang
dipindahkan kedalam penyemprotan dan selama penyemprotan harus
tetap diaduk. Pada bagian - bagian perkerasan dimana penggunaan mesin
penyemprotan manual yang telah teruji.
Bidang - bidang tepi perkerasan harus segera dilapis paling lambat 60
menit setelah acuan dibongkar.
Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan terjadi
kerusakan lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
b. Perawatan Dengan Lembar Goni atau Terpal (Burlap of Cotton Mats)
Permukaan dan bidang tegak beton harus seluruhnya ditutup dengan
lembar goni / terpal. Sebelum ditutup, lembar penutup harus dibuat
jenuh air. Lembar penutup harus diletakkan sedemikian sehingga
menempel dengan permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan.
Selama masa perawatan, lembar penutup harus tetap dalam keadaan
basah dan tetap pada tempatnya.
c. Perawatan Dengan Kertas Kedap Air (Waterproof Paper)
Setelah beton cukup mengeras (untuk mencegah pelekatan), maka
seluruh permukaan beton harus ditutup dengan kertas kedap air. Tepi -
tepi lembar kertas yang satu menumpang 30 cm dengan tepi - tepi lembar
kertas lainnya berdampingan. Kertas kedap air harus cukup lebar untuk
menutup seluruh lebar perkerasan termasuk bidang - bidang tegak
setelah acuan dibongkar. Kertas perawat harus ditepatkan dan dijaga
dalam keadaan menempel pada permukaan dan bidang - bidang tegak
selama masa perawat.
Kertas yang sobek tidak bisa ditambal atau diperbaiki, harus dibuang.
Kertas perawat halus diletakkan hanya pada permukaan yang lembab.
Apabila permukaan beton tampak kering maka permukaan tersebut harus
dibasahi dengan cara menyemprot secara halus untuk mencegah
kerusakan pada beton mudah.
d. Perawatan Dengan Lembar Polyethylene Putih (White Polyethylene
Sheeting)
Permukaan dan bidang - bidang tegak perkerasan harus seluruhnya
ditutup dengan lembar polyethylene putih yang harus diletakkan ketika
permukaan beton masih lembab.
Jika permukaan tampak kering, maka permukaan harus dibasahi dengan
cara menyemprot harus sebelum lembat dipasang. Lembar - lembar yang
berdampingan harus mempunyai lembar tumpangan 45 cm dan harus
diberati sedemikian rupa agar tetap menempel pada permukaan.
Lembar penutup harus mempunyai lebar cukup untuk dapat menutup
permukaan dan bidang - bidang tegak setelah acuan dibongkar.
Lembar polyethylene harus tetap pada tempatnya selama masa
perawatan. Untuk memudahkan penanganan, tebal minimum lembar
polyethylene sebaik 0.1 mm.
e. Perawatan Celah Gergajian
Selama perawatan celah gergaji perkerasan harus dilindungi dari
pengeringan yang cepat. Hal ini sering kali dilakukan dengan pilihan
kertas, atau bahan lainnya yang teruji.
2. Perlindungan Perkerasan yang sudah selesai (Protection of Finished
Pavement)
Perkerasan yang sudah selesai dan perlengkapannya harus dilindungi dari lalu
lintas umum dan lalu - lintas pelaksanaan. Perlindungan ini termasuk
penyediaan petugas untuk mengatus lalu-lintas, memasang dan memelihara
rambu peringatan, lampu-lampu, rintangan, jembatan penyeberangan. Setiap
kerusakan yang terjadi pada perkerasan sebelum dibuka untuk lalu - lintas
umum, harus diperbaiki atau diganti sebagaimana yang diuraikan pada butir 5
14.1.2.
3. Perlindungan terhadap hujan
Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan,
maka setiap saat harus tersedia bahan untuk melindungi beton tersebut,
seperti lembar goni, terpal, kertas perawat atau lembar plastik. Disamping itu
apabila digunakan metoda acuan gelincir maka harus direncanakan
penaggulangan darurat untuk melindungi permukaan dan tepi. Apabila
diperkirakan akan segera turun hujan maka semua petugas harus mengambil
langkah - langkah yang perlu guna memberikan perlindungan menyeluruh
kepada beton yang belum mengeras.

25.8 Pengerjaan Penyiapan Tanah Dasar Atau Lapis Pondasi Dan Yang Distabilisasi
1. Umum
Pasal ini menguraikan masalah pembentukan akhir dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah, bahan pilihan, atau lapis pondasi bawah dari bahan stabilisasi
yang berkaitan dengan penghamparan beton.
Penjelasan lebih terperinci mengenai hal-hal lain yang berhubungan dengan
penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan,
pengupasan, pembongkaran , penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan
lapis pondasi khusus dengan atau tanpa bahan pengikat, dapat dilihat dalam
peraturan pelaksanaan pembangunan jalan raya edisi terakhir atau spesifikasi
standar pelaksanaan lainya yang diakui. Tanah dasar harus disiapkan sesuai
dengan persyaratan ini.
Persiapan penting sebelum penghamparan beton, meliputi berbagai hal
seperti membentuk, membuat penyesuaian seperlunya pada permukaan
tanah dasar atau lapis pondasi bawah , dan bila perlu , menambahkan air dan
memadatkan kembali permukaan akhir disesuaikan dengan alinyemen dan
potongan melintang seperti ditunjukan dalam gambar rencana. Pembentukan
permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi
jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Bila digunakan metode Acuan gelincir, dianjurkan agar lapis pondasi bawah
dibuat paling sedikit 60 cm lebih lebar pada masing-masing sisi memanjang
hamparan, sebagai landasan roda rantai mesin penghampar.
2. Pembentukan Akhir Permukaan (Fine Grading)
Apabila dalam pelaksanaan penghamparan digunakan acuan tetap,
pembentukan akhir permukaan biasanya dilakukan dengan alat yang bergerak
di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana Alinyemen Gambar.
Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga ketinggian
yang dikehendaki.
Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan
persaratan pemadatan.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistim pengatur ketinggian otomatis,
maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan
dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras(yang biasanya berlangsung antara 4
sampai 6 jam)
3. Persyaratan Dan Pemeriksaan Bentuk Akhir
Sebelum dilakukan penghamparan beton , tanah dasar atau lapis pondasi
bawah harus diperiksa kepadatan dan tampang melintangnya.
Apabila tanah dasar atau bahan sebagai pondasi bawah menunjukkan
kerusakan sebelum masa kontrak habis, maka harus dipertimbangkan untuk
stabilisasi dengan semen (Portland Cement) dengan perbandingan dan
persyaratan-persyaratan pada tabel.
Tampang melintang dapat diperiksa dengan mistar (Template) yang telah
disetujui yang dijalankan di atas acuan dalam hal tidak digunakan acuan,
dapat menggunakan tali.
Kecuali apabila disyaratkan penggunaan kertas kedap air atau pencegah-
pencegah penguapan lainya, maka lapis di bawah beton harus dibasahi
secukupnya sebelum penghamparan beton dimulai, agar pada waktu
dihampar lapis tersebut tetap lembab.
Lapisan di bawah beton harus senantiasa bebas dari benda-benda asing, sisa-
sisa beton dan kotoran-kotoran lainnya.
4. Pemasangan Lembar Kedap Air
Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air, maka lembar tersebut harus
dipasang diatas permukaan yang telah siap.
Lembar-lembar yang berdampingan dipasang tumpang tindih dengan lembar
tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah
memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan
kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
25.9 Pengerjaan Akhir
1. Pembongkaran Kerangka Cetakan
a. Cetakan tidak boleh dibongkar dari arah bidang vertikal lebih awal 30 jam
setelah pengecoran beton atau hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 60 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
b. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, cetakan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi pekerjaan lanjutan yang tampak harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari
30 jam tergantung keadaan cuaca.
2. Tampak Permukaan
a. Kecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran cetakan. Seluruh perangkatan kawat atau logam
yang telah digunakan untuk memegang cetakan di tempat dan cetakan
yang melewati struktur beton harus dibuang atau dipotong ke sebelah
dalam paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan
ketidak rataan beton lainya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
b. Konsultan Pengawas harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran cetakan dan dapat memerintahkan penambalan ketidak
sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi
lainya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-
lubang kecil dan lekukan dengan adukan.
c. Bila Konsultan Pengawas menyetujui pengisian lubang besar berbentuk
bujur sangkar, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang baik,
membentuk permukaan yang tegak ke permukaan benda kerja. Lubang
harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen tipis (semen dan
air tanpa pasir) harus dipasang pada permukaan lubang. Lubang
selanjutnya harus diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir yang harus disusutkan
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
d. Bagian atas pelat dan permukaan mendatar lainya bebas digaru dengan
mal besi atau kayu atau pembuat tekstur permukaan baik memanjang
maupun melintang tergantung persetujuan yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang
diperlukan segera setelah pengecoran beton atau besi atau cara lain yang
tepat sebelum beton mulai mengeras.
e. Perataan permukaan horizontal untuk kerb atau trotoir tidak boleh
menjadi licin tetapi harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan
atau metode lain sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
pada saat beton mulai mengeras.
3. Perawatan
a. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi secara dini, suhu yang
terlalu panas dan gangguan mekanis lainnya. Beton harus dipertahankan
dengan kehilangan kelembaban minimal dan suhu yang relatif tetap
untuk suatu periode yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik
dari semen dan pengeras betonnya.
b. Beton harus dirawat setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti
memakai lembaran-lembaran yang menyerap air yang selalu basah untuk
periode paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk
merawat beton harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk
mencegah permukaan
c. Terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan
harus diperhatikan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan pada pengeringan beton. Lalu - lintas
tidak boleh diizinkan pada permukaan beton untuk selama 7 hari setelah
beton dicor.

25.10 Pengendalian Mutu Lapangan


Bahan harus diuji menurut metoda yang sesuai dengan spesifikasi atau prosedur
standar lainnya yang telah diakui
a. Pengujian untuk sifat mudah dikerjakan
Satu pengujian slump atau lebih sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan
Pengawas harus dilaksanakan pada setiap takaran beton yang dihasilkan, dan
pengujian harus tidak dipandang telah dikerjakan terkecuali Konsultan
Pengawas atau wakilnya.
b. Pengujian Kuat Lentur Beton
Pengujian Kuat Lentur Beton sebagai dasar perencanaan memerlukan
prosedur pengujian kuat lentur yang akan digunakan sebagai dasar
perencanaan campuran beton, yang harus dicetak dan dirawat sesuai dengan
metoda pengujian Kuat Lentur Beton, ASTM C - 78.
c. Kuat Tekan Beton
Benda uji untuk mengetahui kuat beton yang digunakan dalam perencanaan
harus dibuat dan dirawat sesuai dengan metoda standar ASTM C - 192, dan
pengujian dilakukan dengan Metoda Standar Pengujian Kuat Tekan Benda
Uji Silinder (ASTM - C 39).
Kontraktor harus melaksanakan tidak kurang dari satu pengujian kuat tekan
untuk setiap 60 m3 beton yang di cor dan dalam segala hal tidak kurang dari
satu pengujian untuk setiap kelas beton atau setiap yang dicor terpisah pada
tiap satu hari pekerjaan.
Setiap pengujian harus meliputi pembuatan 3 contoh yang sama, yang
pertama untuk pengujian kuat tekan 3 hari, kedua 7 hari dan ketiga 28 hari.

Perbandingan
Benda Uji Ukuran Kekuatan Tekan
Silinder 15 x 30 cm 1.00
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.20
Kubus 20 x 20 x 20 cm 1.14

d. Toleransi Tebal
Semua lapis permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai
dengan Gambar Rencana.
Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran ketebalan
terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan
menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang perlu
memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan
dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus
dilakukan pada interval yang disyaratkan. Contoh pemboran harus
mempunyai diameter minimum 100 mm.
Pengukuran untuk tiap contoh harus dilaksanakan sesuai dengan cara ASTM -
174.

1) Toleransi Tebal untuk lapis permukaan lapis pondasi


Pemerintahan hasil pekerjaan antara lain, harus didasarkan pada hasil
pengujian contoh (core) yang diambil dari pekerjaan yang sudah diuji.
Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar pembayaran angsuran pada
kontrak harga satuan per m2 hasil pekerjaan melalui penyesuaian harga
harus didasarkan pada Pedoman Spesifikasi Untuk Pembangunan Jalan
Raya dari AASHTO .
2) Pembukaan untuk Lalu - Lintas dan Pembatasan Lalu - lintas Pelaksanaan.
Perkerasan yang sudah jadi harus dilindungi terhadap kerusakan akibat
operasi lalu - lintas pelaksanaan sampai saat penyerahan hasil pekerjaan.
Pengoperasian peralatan pada jalur yang sudah selesai harus mengikuti
ketentuan yang akan diuraikan di bawah ini. berat kendaraan tidak boleh
melebihi bahan sumbu rencana.
Dalam hal apapun, peralatan pengangkutan adukan, atau mesin
pengaduk dilapangan, truk pengangkut adukan hanya diijinkan lewat atas
jalur yang baru selesai, setelah perkerasan sudah dirawat paling sedikit 4
hari dari beton mencapai KEKUATAN LENTUR MINIMUM 39 KG / CM 2.
Sambungan melintang dan memanjat harus ditutup, atau dilindungi
dengan cara lain sebelum lalu - lintas perkerasan diijinkan lewat.
Peralatan pelaksanaan lainnya seperti, pembentuk tanah dasar (Subgrade
Trimmer, mesin penyelesai akhir, dan peralatan yang sejenis dapat
diijinkan lewat disamping perkerasan yang sudah selesai, apabila
mempunyai KEKUATAN LENTUR MINIMUM 28 KG / CM2.
Semua tepi pelat harus dilindungi dari kerusakan. Perkerasan yang
dilewati peralatan pelaksanaan harus tetap bersih dari ceceran beton
atau bahan lainnya harus segera disingkirkan.
Lalu - lintas umum harus dicegah masuk dengan memasangdan
memelihara rintangan dan rambu - rambu sampai beton berumur paling
sedikit 14 hari atau lebih lama bila diperlukan untuk memperoleh
kekuatan yang cukup.
Lalu - lintas tidak diijinkan masuk selama sambungan belum ditutup.
Setiap bagian perkerasan yang rusak akibat lalu - lintas / peralatan
pelaksanaan atau karena hal lainnya sebelum penerimaan hasil
pekerjaan, harus diperbaiki atau diganti dengan metoda yang telah teruji.

Pasal 26
KERB BETON

26.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini tediri pembuatan Kerb beton, pracetak atau cetak di tempat,
sampai memenuhi kualitas, bentuk dan ukuran yang diperlukan yang telah
ditetapkan, dan memasangnya pada lokasi jalan, garis dan ketinggian
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan Direksi.

2. Toleransi Ukuran
Kerb beton pracetak
Bila diuji dengan batang lurus 3 meter, suatu Kerb dengan satu ketidak rataan
permukaan lebih dari 5mm, atau lubang permukaan dengan diameter lebih
dari 15 mm akan ditolak.
Kerb dicetak ditempat
Bila diuji dengan batang lurus 3 meter, setiap ketidak rataan lebih dari 5 mm
dari panjang 3 m akan ditolak.
Garis dan ketinggian
Bila diuji untuk garis dan ketinggian diatas 25 mm, setiap kesalahan melebihi
10 mm harus dikoreksi menurut petunjuk Direksi.

3. Contoh Bahan
a. Bila Kerb dibuat pracetak, dua contoh yang menggambarkan Kerb
tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas paling sedikit 14
hari sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan catatan kualitas
campuran sesuai dengan persyaratan spesikasi ini.
b. Bila Kerb dicetak di tempat, contoh-contoh agregat beton tersebut harus
diserahkan kepada Direksi untuk untuk menunjukkan kecocokannya
dengan pesyaratan gradasi dan mutu Spesikasi ini.
4. Bahan – Bahan
Kerb Beton Pracetak
a. Kerb beton pracetak harus dibuat dengan beton kelas K 175 dan harus
mematuhi persyaratan Konstruksi Beton.
b. Ukuran Kerb harus sesuai dengan gambar standar, ialah sebagai
berikut : Panjang = 60 cm
Tinggi = 30 cm
Lebar dasar = 21 cm
c. Unit-unit Kerb yang lainnya, harus dicetak tersendiri, seperti Kerb air
masuk (inlet) untuk mengeluarkan air permukaan.

Baja Tulangan
Jika diminta demikian atau ditunjukkan dalam Gambar, harus dipasang baja
tulangan ringan mematuhi persyaratan Penulangan Beton sebagai penulangan
dan di cor dalam Kerb tersebut.

Agregat untuk Kerb Beton.


Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan untuk pembuatan Kerb
beton harus disediakan yang sesuai dengan persyaratan Konstruksi Beton.

Adonan Semen.
Adonan semen yang digunakan untuk sambungan-sambungan dan kelas Kerb
beton harus harus memenuhi persyaratan SNI.

Sambungan Muai.
Bila ditetapkan, sambungan muai jadi (yang dibentuk sebelumnya) yang
memenuhi persyaratan AASHTO M153 harus disediakan untuk digunakan
sebagai sambungan Kerb ditempat.

5. Pelaksanaan Pekerjaan

Kerb Beton di cor

tempat
a. Penggalian harus dibuat sampai lebar dan dalam yang diperlukan,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar serta sampai ke garis dan
ketinggian yang diatur dilapangan. Semua galian bahan-bahan lunak,
harus dibuang sebagaimana diperintahkan dan diganti dengan urugan
pilihan yang akan dipadatkan dengan baik sehingga disetujui Direksi.
b. Bila diperintahkan Direksi, satu lapisan pasir dan kerikil yang bersih atau
bahan butiran tembus air yang disetujui lainnya harus dipasang sampai
ketebalan 10 cm membentuk lapisan dasar bagi Kerb

Spesifikasi Teknis Halaman I - 125


c. Cetakan penunjang yang akan berisi beton harus dibuat dan diatur di
tempat mencapai bentuk dan ukuran yang benar sebagaimana

Spesifikasi Teknis Halaman I - 126


ditunjukkan dalam Gambar dan sampai panjang yang diperlukan
memenuhi jadwal pelaksanaan, dan akan diperiksa mengenai garis dan
ketinggiannya sebelum di cor beton. Bila Kerb dibuat melengkung,
cetakan tersebut harus dibentuk secara akurat mencapai lengkungan
yang ditunjukan pada Gambar.
d. Beton kelas K175 harus dicampur dan di cor yang sesuai dengan
persyaratan mengenai Konstruksi Beton mencapai ketebalan yang penuh
yang diperlukan. Permukaan beton tersebut akan dihaluskan dan dikulir
halus dengan ujung-ujung yang dibulatkan memenuhi jari-jari yang
ditunjukkan. Sebelum penyelesaian, permukaan tersebut akan diuji
dengan batang lurus 3 meter dan juga diperiksa sampai kegaris dan
ketinggiannya, dan setiap ketidak rataan harus dibetulkan.
e. Kerb tersebut akan dibuat dalam bagian-bagian yang seragam yang
panjangnnya tidak lebih dari 25 m. Bagian-bagian yang lebih pendek
akkan dipasang sebagai penutup pekerjaan, tetapi tidak ada bagian yang
lebih pendek dari 2 meter, kecuali untuk Kerb inlet yang dicetak secara
terpisah memenuhi standar ukuran yang ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
f. Sambungan muai akan dibuat didalam Kerb pada interval sekitar 25 m.
g. Cetakan tersebut akan dibongkar 2 hari setelah beton selesai di cor,
kecuali diperintahkan lain oleh Direksi. Cacat-cacat kecil akan diperbaiki
dengan adonan semen campuran 1:2. Bagian-bagian Kerb dengan cacat
yang banyak terhadap toleransi atau kualitasnya akan disingkirkan dan
diganti sebagaimana diperintahkan Direksi.
h. Segera setelah mengendap dan mengeras, permukaan Kerb beton
tersebut disiram dengan air dan satu permukaan yang basah dijaga
sampai paling sedikit 3 hari perawatan.
i. Urugan kembali dengan bahan bahu jalan pilihan, akan dipasang
dibelakang Kerb bila beton tersebut telah cukup terpasang dan mengeras
serta tidak kurang dari 10 hari setelah pengecoran selesai.

Kerb Beton Pracetak


a. Penggalian dan persiapan harus dilakukan seperti yang diuraikan untuk
Kerb dicor ditempat.
b. Sebuah alas beton tebal 10 cm dari beton campuran 1:2:4 (atas volume)
akan dipasang sampai kemiringan dan ketinggian yang diperlukan sebagai
lapisan dasar Kerb pracetak.
c. Satu lapisan 3 cm adonan semen dengan campuran 1:3 akan dipasang
diatas dasar beton tersebut, dan kemudian Kerb pracetak tersebut
ditanam kedalam adonan semen serta diatur mencapai garis dan
ketinggian yang benar.
d. Sambungan-sambungan antara Kerb-Kerb yang berurutan akan dibuat
serapat mungkin dan tidak lebih dari 3 mm – 5 mm lebarnya serta akan

Spesifikasi Teknis Halaman I - 126


diisi dengan adonan semen campuran 1:2. Adonan sambungan tersebut
akan diperluas sampai potongan penuh Kerb dan akan dirapikan sampai
rata benar dengan permukaan Kerb.
e. Kerb beton pracetak tersebut setelah terpasang akan diperiksa mengenai
ketidak rataan,terhadap toleransi dan kualitasnya, dan setiap Kerb yang
dalam pendapat Direksi tidak memenuhi persyaratan Spesikasi ini akan
ditolak dan harus diganti.

6. Pengendalian Mutu
Test Laboratorium untuk Bahan-bahan
Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan Kerb pracetak dan
cetak di tempat, termasuk semen, agregat beton dan air, harus memenuhi
persyaratan mutu dan gradasi yang relevan sebagaimana ditetapkan pada
Uraian Konstruksi Beton.
Pengendalian Lapangan
Kerb beton akan dipasang memenuhi syarat-syarat toleransi dan kualitas
yang diuraikan dalam Spesikasi ini dan diperiksa selama proses pelaksanaan
dan pada penyelesaian. Kerb yang dalam pendapat Direksi tidak mmenuhi
persyaratan Spesikasi ini akan ditolak dan diganti atas biaya Kontraktor.

Pasal 27
DRAINASE

27.1 Umum
1. Uraian
Yang dimaksud dengan pekerjaan drainase jalan ialah semua pekerjaaan
pemasangan gorong–gorong selokan–selokan dan pekerjaan–pekerjaan
lainnya untuk keperluan pengaliran air.
Gorong–gorong, selokan–selokan dan pekerjaan drainase lainnya harus sudah
dapat perfungsi sepenuhnya sebelum pekerjaan yang menyangkut
pembentukan badan jalan, lapis tanah dasar, lapis pondasi dan bahu jalan
selesai.
2. Jenis dan Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan drainase meliputi jenis – jenis pekerjaan pemasangan gorong –
gorong, selokan – selokan, dan saluran air baik saluran diatas maupun
dibawah permukaan tanah, sesuai dengan spesifikasi, dalam batas – batas
kedudukan, kemiringan dan ukuran – ukuran sebagaimana tertera dalam
gambar rencana dan petunjuk – petunjuk lebih lanjut dari Direksi.
Gorong – gorong yang dimaksud delam pasal ini adalah gorong – gorong pipa
beton atau U ditch. Selokan terbuka dari tanah diperhitungkan sebagai
pekerjaan Galian Konstruksi yang tergantung kepada jenis tanah.
3. Petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi
a. Direksi dapat memberikan petunjuk – petunjuk tambahan.
b. Mutu dan jumlah bahan yang diperguankan harus disetujui berdasarkan
hasil pemeriksaaan dengan jumlah dan cara yang ditetapkan.
c. Bila terjadi ketidak sesuaian dengan persyaratan ataupun ketentuan –
ketentuan yang telah ditetapkan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki / menyempurnakan sesuai petunujuk Direksi.
Segala biaya dan resiko sebaagi akibat perbaikan perbaikan / penyempurnaan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.

27.2 Gorong – Gorong Pipa Beton


1. Bahan dan Pelaksanaan
Pipa beton harus dibuat dari tipe dan ukuran – ukuran seperti tertera dalam
gambar rencana, dan dibuat dari beton K-175 dan K-225. Kontraktor dapat
juga mempergunakan pipa-pipa beton pracetak dengan diameter dalam dan
tebal sesuai gambar rencana dan disetujui Direksi.
2. Pengukuran Hasil Pekerjaan
Jumlah yang akan dijumlahkan dinilai dalam jumlah panjang gorong – gorong
sesuai dengan ukurannya. Pengukuran dilakukan pada as gorong – gorong
terhadap jarak ujung – ujung gorong – gorong yang telah terpasang denga
sempurna dan disetujui oleh Direksi.
3. Dasar Pembayaran
Jumlah yang diukur seperti tersebut diatas, akan dibayar menurut harga
satuan pada Harga Penawaran. Untuk masing – masing mata pembiayaan
seperti tersebut dibawah ini, harga sudah termasuk penyelesaian dan
penempatan semua bahan, adukan (spesi) untuk sambungan ( bila pipa beton
cetak yang digunakan ) dan biaya lain yang biasa diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini secara sempurna. Pembiyaan untuk penggalian
dan tembok penahan, tembok sayap dan kolam olahan tidak termasuk dalam
mata pembiayaan ini.

Nomor Uraian Satuan


Pipa Beton
1 diameter dalam 20 cm Meter Panjang
2 diameter dalam 30 cm Meter Panjang
3 diameter dalam 40 cm Meter Panjang
Gravel U Tidak Bertulang (1/2 lingkaran)
4 diameter dalam 20 cm Meter Panjang
5 diameter dalam 30 cm Meter Panjang
6 diameter dalam 40 cm Meter Panjang

27.3 Gorong – Gorong Pipa Beton Bertulang


1. Bahan dan Pelaksanaan
Pipa beton bertulang harus dibuat dari tipe dan ukuran – ukuran seperti
tertera dalam Gambar Rencana.
Beton dibuat dari beton K.125 dan K.175 dan baja tulangan harus memenuhi
persyaratan.
2. Pengukuran Hasil Pekerjaan
Jumlah yang akan dibayarkan dinilai dalam jumlah panjang gorong – gorong
sesuai dengan ukurannya. Pengukuran dilakukan pada as gorong –gorong
yang telah terpasang dengan sempurna dan disetujui oleh Direksi.
3. Dasar Pembayaran
Jumlah yang diukur seperti tersebut diatas, akan dibayar menurut harga
satuan pada Harga Penawaran. Untuk masing – masing mata pembiayaan
seperti tersebut dibawah ini, harga sudah termasuk penyelesaian dan
penempatan semua bahan, adukan (spesi) untuk sambungan ( bila pipa beton
cetak yang digunakan ) dan biaya lain yang biasa diperlukan untuk
penyelesaian menyelesaikan pekerjaan secara sempurna. Pembiayaan untuk
penggalian dan tembok penahan, tembok sayap dan kolam olahan tidak
termasuk dalam mata pembayaran ini.
Nomor Uraian Satuan
1 Pipa Beton Bertulang
(1) diameter dalam 60 cm Meter Panjang
(2) diameter dalam 80 cm Meter Panjang
(3) diameter dalam 100 cm Meter Panjang
(4) diameter dalam 140 cm Meter Panjang

27.4 Selokan Terbuka Dari Pasangan Batu


1. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan selokan dari pasangan batu dengan
bentuk, kemiringan dan ukuran – ukuran seperti yang tertera dalam Gambar
Rencana.
2. B a h a n
- Batu yang dipergunakan harus terdiri dari batu keras dengan permukaan
kasar.
- Adukan yang dipergunakan terdiri dari campuran semen Portland dan
pasir dengan perbandingan 1 : 3, kecuali ditentukan lain oleh Direksi.
3. Pelaksanaan
- Lubang galian dibuat dengan bentuk dan kemiringan yang dikehendaki
sepeti tertera dalam Gambar Rencana.
- Apabila dinding–dinding dan dasar galian masih dalam keadaan gembur,
harus dilakukan pemadatan seperlunya agar didapat permukaan yang
stabil dan padat.
- Batu–batu yang telah dipecah dengan ukuran terpanjang + 3 / 4 tebal
dinding dan tidak lebih dari 25 cm dipasangkan setelah terlebih dahulu
diberi lapisan adukan yang cukup. Batu–batu yang lebih kecil ditempatkan
untuk mengisi rongga – rongga agar pasangan tidak goyah dan tebal
adukan diantara batu – batu tidak menjadi terlalu tebal. Permukaan luar
harus diatur sedemikian rupa agar didapat permukaan rata dan rapih.
Pada umumnya tebal pasangan tidak lebih kurang dari 20 cm kecuali ada
petunjuk dari Direksi.
- Setelah pemasangan cukup keras dan kokoh, pekerjaan siar dilakukan
dengan adukan yang terdiri dari campuran semen Portland dan pasir
halus 1 : 2. Sebelum dan sesudah pekerjaan siar dilakukan pembasahan
sesuai keperluan untuk mencapai daya lekat dan mencegah retak – retak
pada bidang siar.

Pasal 28
LAPIS RESAP PENGIKAT ( PRIME COAT ) DAN
LAPIS PENGIKAT ( TACK COAT )

28.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dair penyediaan dan pengguanan bahan bitumen
pada permukaan yang dipersiapkan sebelumnya dalam persiapan untuk
penghamparan atas Laston atas Perata. Laston atas atau pelapisan atas
permukaan, pada umumnya prime coat akan digunakan diimana permukaan
yang akan dilapisi adalah non – bitumen ( misal aggregate base ), sementara
tack coat akan digunakan pada permukaan – permukaan bahan bitumen
( seperti penetrasi makadam yang ada, beton aspal , NACAS, asphalt treated
base, pelapisan aspal permukaan dan lain – lainnya ).
2. Standar Rujukan
AASHTO M 81-75 Cut – back asphalt ( jenis rawat cepat )
AASHTO M 82-75 Cut – back asphalt ( jenis rawat menengah)
AASHTO M 140-70 Aspal Emulasi
AASHTO M 28 – 72 Aspal Emulsi Kationik
AASHTO M 179 – 76 Bahan Aspal ( Thin – filem Oven Test )
3. Pembatasan Cuaca
Lapis Resap Pengikat hanya akan digunakan pada permukaan – permukaan
yang dikeringkan atau agak lembab, dan lapis Pengikat hanya akan digunakan
lapi resap pengikat atau lapis pengikat tidak akan berlangsung dalam keadaan
angin besar, selama hujan atau bila hujan akan turun.
4. Kualitas Pekerjaan dan Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan.
Lapisan yang selesai harus secara keseluruhan menutupi daerah yang
dierlukan dan harus mempunyai penampilan yang merata, tanpa daerah –
daerah yang tidak terkena atau coreng – coreng, atau daerah – daerah tebal
dengan bitumen yang terkumpul. Dalam hal lapis pengikat, maka permukaan
tersebut harus layak untuk ditempel pada waktu penerapan lapisan yang
menutup diatasnya. Pembentukan lapis resap pengikat lapis pengikat yang
kurang memuaskan harus pembuangan bahan yang berlebihan. Penggunaan
bahan pengering cairan, atau penggunaan lapisan – lapisan tambahan
sebagaimana diperlukan. Sebagai tambahan, jika distribusi bahan bitumen
diketemukan ada kesalahan, maka mesin bahan bitumen harus ditarik dari
pekerjaan dan dikalibrasi kembali dalam suatu cara yang memuaskan
Engeneering sebelum dikembalikan pada pekerjaan.
5. Pengajuan
a. Suatu contoh dari setiap bahan bitumen yang diusulkan Kontraktor untuk
digunakan dalam pekerjaan , bersama dengan suatu pernyataan sumber
dan data pengujiannya, yang memberikan sifat – sifatnya, harus diajukan
pada Engeneer dan disetujui olehnya sebelum konstruksi dimulai. Data
pengujian yang tersedia harus meliputi sifat – sifat berikut kedua –
duanya sebelum dan sesudah Thin Film Oven Test ( AASHTO T 179 ) :
b. Penetrasi pada 25 0 C
c. Penetrasi pada 35 0 C
d. Ring and Ball Softening Point ( Titik Lembek )
e. Viskositas pada 60 0 C
f. Viskositas pada 135 0 C
g. Grafik – grafik kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara kecepatan,
tekanan semprotan dan angka penggunaan bagi distributor bitumen yang
digunakan bersama dengan suatu grafik yang menunjukan dalamnya
tangki distributor terhadap volume tangki pada tinggi permukaan ini
harus diajukan pada Engineer sebelum pekerjaan dimulai.
6. Kondisi Pekerjaan
a. Pekerjaan harus dilaksanakan dalam suatu cara yang sedemikian hingga
memberikan ketidak enakan / kesusahan yang paling sedikit pada lalu
lintas dan untuk memungkinkan lalu lintas satu arah tanpa kerusakan
pada pekerjaan.
b. Permukaan – permukaan bangunan atau pohon – pohon atau hak milik
yang berdampingan pada daerah – daerah yang sedang diperlukan harus
dilindungi sedemikian seperti mencegah pengotoran aau
penghamburannya.
c. Tidak ada bahan bitumen akan dibuang kedalam suatu selokan samping
atau saluran.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara di tempat proyek dimana
bitumen sedang dipanaskan, pencegah dan pengendalian kebakaran yang
layak, juga penyediaan dan fasilitas pertolongan pertama.
7. Bahan – Bahan
a. Bahan – bahan Untuk Lapis Resap Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis resap pengikat akan merupakan salah satu
dari yang berikut, sebagaiana diarahkan oleh Engeneer :
b. Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 82
c. Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 81
Bahan penyerap untuk lapis resap pengikat harus berupa pasir bersih dan
kering atau abu creusher, bebas dari setiap zat kohesif atau organik.
d. Bahan – bahan Untuk Lapis Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis pengikat harus merupakan salah satu dari
yang berikut, sebagaimana diarahkan oleh Engeneer :
1) Cutback asphalt sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 81 atau
M 82.
2) Aspal emulsi sesuai dengan persyaratan–persyaratan AASHTO M140
atau M208.
e. Peralatan
1) Persyaratan Umum
Peralatan yang digunakan oleh Kontraktor akan termasuk suatu sapu
bermesin (power broom) dan atau suatu alat penghembus bermesin
(power blower), distributor bahan bitumen yang bertekanan, dan jika
dapat digunakan peralatan untuk memanaskan bahan bitumen.
2) Distributor Bitumen
Distributor harus mempunyai ban – ban berisi angin dengan ukuran
lebar dan jumlah yang sedemikian hingga beban yang dihasilkan pada
permukaan jalan tidak akan melebihi 100 Kg per cm lebar ban. Dan
harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa hingga bahan bitumen pada panas yangmerata
dapat diterapkan secara merata pada ukuran lebar permukaan yang
dikehendaki sampai 5 meter pada angka yag siap ditentukan dan
terkendali antara 0,2 sampai 2,2 liter / meter persegi dan terkendali
merata dan dengan suatu variasi yang dapat dipekenankan dari
setiap angka yang ditetapkan tidak melebihi 0,1 liter / meter persegi.
Distributor harus dilengkapi dengan suatu unit tenaga yang terpisah
untuk ponpa, dan batang penyemprot sirkulasi yang akan dapat
disesuaikan secara mendatar dan vertikal.
Suatu pipa semprot harus dipasang pada ujung batang penyemprot
untuk menyediakan angka bitumen yang diperlukan dimana tumpang
tindih pancaran tidak terjadi atau akan terjadi dengan leawatan
beriut : secara alternatif lebar yang disemprot harus ditingkatkan
dengan jumlah yang cocok.
3) Intrumentasi
Peralatan distributor harus meliputi sebuah tachometer, alat
pengukur tekanan, alat–alat pengukur volume yang akurat atau
tangki yang dikalibrasi, sebuah thermometer untuk mengukur
temperatur isi tangki, dan suatu instrumen untuk mengukur
kecepatan perjalanan secara tepat pada kecepatan rendah. Semua
peralatan pengukuran pada distributor harus telah dikalibrasi baru

baru ini dan suatu catatan yang akurat dan memuaskan dari
kalibrasi yang demikian harus disediakan bagi Engeneer.
8. Pelaksanaan
a. Persiapan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Penambalan, pengembalian kebentuk semula dari perkerasan jalan yang
ada, dan setiap pekerjaan lain yang meliputi Konstruksi dari pada
permukaan yang akan dilapisi harus dilengkapi dan diterima sebelum
penerapan pelapisan.
Segera sebelum menggunakan bahan bitumen, semua kotoran yang
lepas, kulit permukaan dan bahan lain yang tidak dikehendaki harus
dibuang dari permukaan dengan suatu permukaan agregat yang akan
diberi lapis resap pengikat, maka Engeneer dapat mengarahkan bahwa
permukaan dikupas tipis dan digilas segera sebelum penerapan bahan
bitumen. Dalam hal mana penyepuhan atau penghembusan tidak akan
diperlukan penggunaan sedikit air harus dilaksanakan pada permukaan
agregat lais pondasi atas segera sebelum penerapan lapis resap pengikat.
b. Angka Dan Temperaur Penggunaan Bahan Bitumen
1) Kontraktor harus melaksanakan percobaan – percobaan lapangan
dibawah pengawasan engeneer untuk menetapkan angka
penggunaan yang sesuai dan percobaan– percobaan semacam itu
harus diulangi, sebagaimana diarahkan oleh Engineer. Bilama jenis
permukaan yang akan dilapisi aau jenis bahan bitumen berubah.
Pada umumnya angka penggunaan yang ditetapkan demikian harus
berada dalam batas antara berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,0 liter per m2
Lapis Pengikat 0,25 sampai 0,45 liter per m2
2) Temperatur bahan bitumen yang akan disemprotkan harus
sebagaimana diarahkan oleh Engineer dan harus sedemikian hingga
mengahasilkan suatu viskositas bitumen dalam batas anatara 0.3
poise sampai 0,6 digunakan. Temperatur penyemprotan yang sesuai
harus ditetapkan selama percobaan – percobaan lapangan, tetapi
suatu pedoman yang diperkirakan untuk beberapa bitumen diberikan
dalam Tabel dibawah ini.

Pedoman untuk Temperatur Penyemprotan


JENIS BITUMEN TEMPERATUR PENGGUNAAN ( 0 C )
MC – 250 75 – 90
MC – 70 50 – 65
MC – 30 30 – 40

3) Pemanasan yang melebihi dari pada yang disyaratkan atau


pemanasan yang berkepanjagan pada temperatur tinggi harus
dihindarkan. Setiap bahan yang menurut pendapat Engineer telah
rusak karena pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus diganti
atas biaya Kontraktor.
4) Jika digunakan emulsi – emulsi untuk lapis pengikat, jika Engineer
dapat mengarahkan agar angka penggunaan pelapisan dikendalikan
dengan pencairan emulsi dengan bersih.
c. Penerapan Pelapisan
Panjang permukaan yang akan disemprot oleh setiap lewatan distributor
harus diukur dan diberi tanda pada tanah. Penerapan penyemprotan
harus dimulai pada secarik pelindung diatas kertas karton tebal yang
diletakkan melintang diatas permukaan sebelumnya.
Untuk menjamin bahwa pada waktu bahan yang disemprotkan mencapai
perkerasan jalan, maka keluar tepat sepanjang lebar sepenuhnya dari
semprotan tersebut. Distributor harus mulai bekerja sebelum lokasi
Distributor harus mulai bekerja sebelum lokasi kertas sedemikian rupa
hingga kecepatan yang diperlukan tercapai sebelum semprotan –
semprotan dimulai. Kertas harus juga digunakan oada akhir lewatan
penyemprot untuk menjamin suatu potongan persegi dan menghindari
suatu genangan atau kelebihan pada titik ini.
d. Bila bahan digunakan untuk lebih dari pada dua jalur maka harus
diperhatikan sambungan memanjang untuk menhindari suatu kelebihan
atau kekurangan bahan disebabkan kesalhanan lapisan tumpang tindih,
lebar lapisan tumpang tindih harus berada dalam batas anatar 50 mm
sampai 100 mm.
e. Batang – batang penyemprot pada distirbutor harus dikendalikan oleh
pengendara pda bagian belakang hingga operasi pelaksanaan semua
semprotan berada dalam pangdangn sepenuhnya. Tinggi batang
semprotan harus disesuaikan untuk memberikan suatu lapisan hamparan
berganda yang tepat yaitu satu pipa semprot yang berdampingan.
Penyemprotan melintang harus dicek dilapangan dan variasi dari arat -
rata tidak akan melebihi 10 %.
f. Pada umumnya lapis pengikat atau lapis resap pengikat akan diterapkan
dalam suatu operasi penyemprotan tunggal. Tetapi dimana kelambatan
pengeringan merupakan suatu masalah, atau dimana lapisan cenderung
mengalir keluar dari permukaan, maka jumlah pelapisan yang disetujui
dapat diterapkan dalam dua operasi penyemproytan., lapisan pertama
dibiarkan mengering dahulu sebelum penerapan yang kedua.
g. Dalam daerah – daerah kecil atau terbatas, dimana penggunaan
distributor kurang praktis, dan dalam daerah – daerah yang tidak
disemprot secara memuaskan selama satu lewatan distributorr, maka
Engineer dapat menyetujui penggunaan terbatas alat penyemprot
tangan.
9. Pemeliharaan dan Pembukaan untuk Lalu Lintas
a. Lapis Resap Pengikat
1) Kontraktor harus memelihara permukaan yang sudah diberi resap
pengikat selama minimum dua hari sebelum menutupnya dengan
lapisan diatasnya. Setiap daerah yang mengandung kelebihan atau
kekurangan lapis resap pengikat harus diperbaiki dengan bahan –
bahan penyerap ( pasir halus ) atau bahan bitumen sebagaimana
diarahan oleh Engineer. Sebelum penerapan lapisan diatasnya, maka
setiap keretakan permukaan harus ditambal dan semua bahan
penyerap yang berlebihan, kotoran dan bahan lainnya yang tidak
dikehendaki harus dibuang dengan sapu.
2) Lalau lintas tidak akan diijinkan berada pada permukaan yang diberi
lapis resap pengikat sampai bahan bitumen telah merembes,
mengering dan dirawat menurut kepuasn Engineer. Dalam keadaan
pengecualian dimana diperlukan untuk mengijinkan lalu lintas
sebelum waktunya tetapi dalam hal manapun tidak lebih cepat dari
4 jam setelah penerapan bahan bitumen, bahan penyerap akan
digunakan sebagaimana diarahkan oleh engineer dan lalu lintas akan
diijinkan untuk menggunakan jalur–jalur yang diperlukan demikian.
Bahan penyerap harus dihampar dari truk didalam cara yang
demikian bahwa tidak ada roda akan lewat pada bahan bitumen
basah yang tertutup. Waktu penerapan bahan penyerap pada suatu
jalur yang diperlukan yang menghubungkan suatu jalur yang masih
akan dikerjakan, suatu jalur kecil sekurang–kurangnya 200 mm lebar
sepanjang tempo penghubung harus dibuka bila jalur kedua sedang
mengijinkan suatu lapisan penutup tumpang tindih dari bahan
bitumen sebagaimana disyaratkan dalam pasal diatas.
b. Lapis Pengikat
Lapis pengikat hanya akan diterapkan sebegitu jauh sebelum penempatan
lapisan bitumen diatasnya sebagaimana diperlukan untuk memperoleh
suatu kondisi penempatan yang sesuai. Lapisan bitumen diatasnya harus
diterapkan sebelum lapis pengikat kehilangan daya tempelnya melalui
pengeringan berlebihan , Okksidasi, Debu yang ditiup angin atau
sebaliknya. Semnetara lapis pengikat tetap terbuka, maka Kontraktor
harus melindungi dari kerusakan dan mencegah kontak dengan lalu -
lintas.
10. Pengujian
a Pengujian Distributor Bitumen
Bila diarahkan demikian oleh engineer, maka kontraktor harus
menyediakan distributor dengan peralatannya serta pada operator
untuk mengadakan pengujian lapangan dan harus menyediakan suatu
bantuan lainnya yang diperlukan untuk maksud ini. Setipa distributpr
yang tidak beroperasi secara memuaskan menurut pendapat Engineer
atau tidak sesuai dengan persyaratan – persyaratan dari spesifikasi
dalam semua hal dapat ditolak oleh engineer untuk suatu penggunaan
lebih lanjut dijalan.
b. Distribusi Melintang dari Bitumen Yang Disemprot
Kontraktor menguji distribusi melintang air angka penggunaan bitumen
yang dihasilkan oleh distributor dengan melewatkan batang – batang
penyemprot diatas suatu daerah pengujian yang diletaki dengan
lembaran – lembaran kertas karton tebal 500 x 500 mm, yang ditimbang
sebelum dan sesudah penerapan semprotan. Perbedaan dalam berat
dikalikan dengan 4 memberikan angka penyemprotan dalam Kg / m2
yang diterapkan sebenarnya pada setiap lembaran., dan variasi dari
lembaran ke lembaran melintang ukuran lebar sepenuhnya yang
disemprot harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan sebelumnya.

Pasal 29
RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, PATOK PENUNJUK

29.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, perakitan dan pemasangan atau
penggantian rambu lalu lintas, patok-patok penunjuk dan patok-patok
kilometer pada lokasi jalan sebagaimana diperintahkan Direksi.
b. Pekerjaan pemasangan akan meliputi semua penggalian pondasi, urugan
kembali, pengakeran, penunjangan dan penguncian ikatan.

2. Contoh Bahan
Jika tidak dinyatakan lain, contoh bahan-bahan berikut yang diuraikan dalam
Spesikasi ini, harus diserahkan kepada Direksi untuk memdapat persetujuan
paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai.
a. Satu liter kaleng dari setiap jenis dan warna cat, bersama-sama dengan
data pabrik pembuat mengenai komposisi, cara pemakaian, usia pakai
dan umur kalengan.
b. Sebuah patok baja bulat galvanisasi untuk rambu lalu lintas.
c. Sebuah plat tanda dengan pengecatan yang sudah selesai.
d. Sebuah patok kilometer.
Standar Referensi
Rambu lalu lintas harus dari ukuran, warna, jenis dan bidang mengkilat yang
diuraikan sebelumnya oleh DLLAJR dan seperti ditunjukkan pada Gambar
Standar.
Penjadwalan Pekerjaan
Tanda-tanda dan patok-patok yang harus disediakan dibawah kontrak ini,
harus dipasok dan dipasang sesuai dengan program pekerjaan yang
disediakan oleh Direksi.
Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Setiap item yang harus dipasok di bawah kontrak ini yang tidak memenuhi
persyaratan spesikasi atau dalam pendapat Direksi dianggap tidak
memuaskan, harus diperbaiki oleh Kontraktor atas beban biaya Kontraktor.

3. Bahan - Bahan
Penyimpanan Bahan
Penyimpanan cat dan bahan-bahan lain harus memenuhi persyaratan
“Bahan dan Penyimpanan”.
Plat Rambu Lalu Lintas
Plat rambu lalu lintas harus diprabikasi dengan lembaran datar alumunium
campuran keras No. 5052-H3K mematuhi standar spesikasi ini ASTM B209,
dan memiliki satu ketebalan minimum 2 mm. Lembaran-lembaran tersebut
harus diproses secara baik sebelum digunakan sebagai plat rambu lalu lintas
serta dibuat sesuai dengan standar Gambar Rencana.
Rangka Plat Rambu Lalu Lintas
Rangka plat harus diprabikasi dengan alumunium campuran potongan
menonjol No. 6063-T6 mematuhi ASTM B221. Penguatan plat rambu lalu
lintas akan diperlukan bilamana ukuran tanda tersebut melebihi satu meter.
Patok-patok Rambu Lalu Lintas
Patok rambu akan dibuat dari pipa baja dengan tebal minimum 3,7 mm,
galvanisasi celup panas, memenuhi ASTM A 120 dengan diameter antara 40–
60 mm dan dari berbagai panjang total untuk memenuhi jenis rambu
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar. Semua ujung terbuka akan diberi topi
(penutup) untuk memcegah masuknya air dan patok tersebut akan dipasok
lengkap dengan pipa fitting dan tutup patok, semua sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar Standar.
Skrup, Mur, Baut dan Cincin
Barang-barang ini harus dipabrikasi dengan aluminium atau baja
tegangan tinggi.
Cat
Semua pelapisan, cat dan email yang digunakan dalam persiapan rambu,
patok-patok dan fitting, harus dari mutu paling baik, khususnya dibuat untuk
tujuan yang dilayaninya, dan dari jenis dengan merek dagang yang dapat
diterima Direksi. Cat untuk bagian-bagian baja harus dari kandungan oxida
seng tinggi berisikan minimum tujuh kilogram oxida seng per seratus liter cat.
Untuk menjamin kecocokannya, cat dasar, cat bawah dan cat penyelesaian,
dimana mungkin harus dari pabrik yang sama. Semua bahan harus digunakan
didalam batas waktu yang ditetapkan oleh pabrik.
Lapis Mengkilap
Lapis mengkilap harus dari mutu keteknikan “Scotchlite” atau bahan
pemantul warna lainnya yang disetujui. Wajah dari masing-masing tanda
harus memantulkan cahaya yang sesuai dengan persyaratan DLLAJR dan
wajah masing-masing patok penunjuk harus memantulkan cahaya.
Patok Beton
a. Patok-patok beton yang digunakan sebagai patok-patok penunjuk harus
pracetak dari beton kelas K175, dibuat sesuai dengan persyaratan
Konstruksi Beton.
b. Patok-patok tersebut harus dicetak dengan akuran yang memenuhi
Gambar Standar dari keseluruhan ukuran berikut :
1) Patok KM standar
 Panjang total 160 cm
 Potongan (persegi) 30 cm
 Rabat atas 30 cm
2) Patok HM standar (Gambar E1/2)
 Panjang total 80 cm
 Potongan (segitiga) 14 cm

3) Patok Beton standar


 Panjang total 100 cm
 Potongan (persegi) 20 cm

c. Semua patok harus dilengkapi dengan ujung yang dibentuk serong


(tumpul) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar dan ditandai yang
cocok serta cat.
d. Patok beton tersebut harus diberi tulangan dengan batang-batang baja
yang dibentuk, dibengkok dan dikait sebagaiman ditunjukkan pada
Gambar, dengan batang tulangan memanjang 8 m dan begel (batang
keliling) 6 mm. Baja tulangan tersebut harus sesuai dengan persyaratan
Spesikasi ini.
Pondasi Beton
Beton yang diperlukan untuk blok pondasi harus campuran berdasarkan
volume dengan perbandingan 1:2,5:5 yang sesuai dengan persyaratan
“Konstruksi Beton”.

29.2 Pelaksanaan Pemasangan


Pondasi Beton
a. Lubang-lubang harus digali sampai kedalaman dan bentuk yang diperlukan
untuk pondasi beton bagi rambu lalu lintas dan untuk dasar patok-patok
beton, seperti ditunjukkan pada Gambar Rencana atau sebagaimana
diperintahkan Direksi dilapangan.
b. Urugan kembali akan dilaksanakan dengan menggunakan bahan yang cocok
yang disetujui Direksi dan harus dipadatkan dalam lapisan-lapisan 15 cm.
Bahan penggalian yang berlebih harus dibuang oleh Kontraktor menurut
petunjuk Direksi.

Pemasangan Patok-patok
a. Patok baja untuk rambu lalu lintas harus dipasang tegak dalam posisi di dalam
cetakan blok pondasi sebelum pengecoran beton dan harus didukung yang
baik dengan penunjang untuk mencegah gerakan selama pengecoran dan
pemadatan beton. Patok-patok tersebut harus ditempatkan seperti
ditunjukkan pada Gambar rencana atau sebagaimana ditunjukkan dilapangan
oleh Direksi.
Blok pondasi beton tersebut harus dicetak menurut ukuran dan bentuk yang
ditunjukkan pada Gambar standar dengan tinggi total 55 cm dan potongan
persegi 40 x 40 cm. Blok pondasi tersebut harus ditanam sekitar 35 cm masuk
ke tanah.
b. Patok kilometer dan petunjuk dari beton akan dipasang seperti ditnjukkan
pada Gambar Standar dan ditanam masuk kedalam tanah pada kedalaman
sebagai berikut :
 Patok KM Standar tinggi 160 cm = 60 cm
 Patok HM Standar tinggi 80 cm = 35 cm
 Patok beton Standar tinggi 100 cm = 80 cm
Pemasangan Panel Rambu
a. Panel-panel rambu harus dipasang oleh Kontraktor sesuai dengan rincian yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Setiap pecah-pecah atau bengkok-
bengkok panel rambu tersebut akan merupakan alasan Direksi untuk meminta
penggantian panel tersebut atas beban Kontraktor.
b. Bagian-bagian yang nonjol dari penguncian-penguncian pada permukaan
rambu harus dicat dengan email menyamakan dengan warna latar belakang
yang utama.
c. Semua rambu lalu lintas yang baru dipasang harus ditutup dengan kantong
sampai pembukaanya diperintahkan oleh Direksi.
Pengecatan Patok-patok dan Plat Rambu
Pada umumnya satu lapis cat dasar, satu lapis cat bawah dan satu lapis
penyelesaian harus dilapiskan. Semua cat harus diperiksa mengenai kecocokannya
dengan jenis barang yang harus dicat dan harus memenuhi persyaratan Spesikasi
ini, beserta satu warna yang dapat diterima seperti diuraikan pada Gambar
Standar.
a. Patok beton harus dicat yang sesuai dengan daftar lokasi dan rambu yang
harus dipasok untuk kontrak khusus.
b. Patok baja harus dibersihkan seluruhnya, bebas dari lemak, karatan dan kerak,
serta dicat menurut warna dan penyelesaian yang diminta Direksi. Kecuali
diperintahkan lain, cat dasar harus dari cat dasar pencegah karat.
c. Plat rambu lalu lintas harus bersih dan siap pakai, dan cat dilapiskan kepada
permukaan kering dengan semprotan bertekanan yang membentuk satu film
yang rata dan halus. Pengeringan cat tersebut harus dengan panas lampu. Plat
rambu harus dibuat sesuai dengan satu jadwal yang disiapkan untuk kontrak
khusus.

29.3 Pengendalian Mutu


Pengendalian mutu akan dilaksanakan oleh Direksi sejauh yang diperlukan untuk
menjamin bahwa syarat-syarat kualitas yang mengacu kepada Spesikasi ini
dipatuhi. Data uji yang cukup dan sertifikat pabrik harus disediakan oleh
Kontraktor untuk pelulusan dan persetujuan bahan-bahan tersebut.

Pasal 30
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

30.1 Proyek Konstruksi


Proyek adalah sebuah kata yang sering digunakan untuk sebuah pekerjaan
didalam sebuah program kegiatan, akan tetapi kata ini mempunyai arti dimana
sebuah pekerjaan besar yang berkemungkinan besar tidak akan terulang kembali
pada jangka waktu tertentu dimasa yang akan dating. Setiap proyek harus
memiliki start dan finish yang jelas, sekumpulan aktivitas yang berurutan diantara
dua kejadian itu, berikut adanya suatu sasaran tertentu.

Suatu proyek adalah suatu usaha sementara yang dilaksanakan untuk


menghasilkan suatu produk atau jasa yang unik. Setiap proyek memiliki tanggal
mulai dan selesai yang tertentu. Unik diartikan bahwa produk atau jasa yang
dihasilkan adalah berbeda dari produk atau jasa sejenis lainnya. Tidak ada dua
proyek yang 100% sama (Evha, 2010).

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan
satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek.
Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu
proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat
menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan (Soeharto,
2001).

Sedangkan menurut Gould (2002) mendefinisikan proyek konstruksi sebagai suatu


kegiatan yang bertujuan untuk mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan
sumber daya baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan. Proyek konstruksi
dilakukan secara detail dan tidak berulang.
Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat dijabarkan beberapa karakteristik
proyek sebagai berikut:
- Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek dan
waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.
- Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan
produk rutin/berulang (Pabrikasi).
- Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal
sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.
- Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan dan
pelaksanaan).
- Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.
- Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah
ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.
- Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan,
alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus
memenuhi prosedur persyaratan tersebut.

30.2 Faktor-faktor penyebab kecelakaan konstruksi


Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di luar negeri umumnya adalah metode
pelaksanaan konstruksi yang kurang tepat mengakibatkan gedung runtuh yang
menewaskan banyak korban.

Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena lemah nya
pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja dalam
mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat
perlindungan diri di proyek konstruksi.

Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
konstruksi adalah akibat dari beberapa hal berikut:
- Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan metode
pelaksanaan yang kurang tepat.
- Lemahnya pengawasan K3
- Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatan pelindung
diri
- Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3.

30.3 Perlengkapan, Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


- Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian
tubuh dari adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
NomorPer.08/MEN/VII/2010).
Pakaian
Kerja

Gambar: pakaian Kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap


pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya
menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

Sepatu Kerja

Gambar: sepatu Kerja

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap


pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa
bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau
kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup
keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari atas.

Kaca mata

Gambar: kacamata Kerja

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel- partikel
debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh
karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang
membutuhkan kacamata adalah mengelas.

Sarung Tangan

Gambar: sarung tangan


Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan
utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-
benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan
yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu.
Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus
-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan
besi pada gerobak.

Helm

Gambar: helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri.

Sabuk Pengaman

Gambar: Sabuk Pengaman


Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan
tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah
menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya
saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.

Penutup Telinga

Gambar : Penutup Telinga

Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara
bising tanpa penutup telinga ini.

Masker

Gambar : Masker

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi


mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi
berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan,
misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengamplas, mengerut
kayu.

Tangga
Gambar: Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan
dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi
aman harus menjadi pertimbangan utama.

P3K

Gambar : P3K

Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di
proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang
digunakan untuk pertolongan pertama. Demikianlah peralatan standar K3 di
proyek yang memang harus ada dan disediakan oleh kontraktor dan harusnya
sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif jauh lebih baik untuk
mengurangi resiko kecelakaan.

Pasal 31
TAMAN/PENGHIJAUAN

31.1 Pembersihan Area Rencana Pananaman Pohon

 Pembersihan area rencana pembuatan taman dan penanaman pohon sesuai


gambar rencana.
 Sebelum melakukan pekerjaan Kontraktor melapor kepada pengawas.
 Pembersihan dilakukan menggunakan alat yang tidak merusak permukaan
tanah.
 Pemotongan dan pemangkasan rumput tidak merusak tanah pekarangan
taman, permukaan taman terlihat rapi.
 Hasil potongan pembersihan lahan dikumpulkan dan di pindahkan kelokasi
tempat pembuangan yang tidak mengganggu/merusak lingkungan hidup.
 Hasil pembersihan lahan tidak boleh berada di lokasi pekerjaan lebih dari 3
(tiga) hari.

31.2 Pemupukan Dan Penanaman Pohon dan Bunga


a. Lingkup Pekerjaan
 Pemupukan sesuai dengan gambar.
 Penanaman pohon dan bunga seperti yang tercantum dalam gambar
 Galian tanah untuk tanaman dengan kedalaman tanah sedalam 30 – 40
cm, dan melakukan urugan tanah kembali pada galian.

b. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaannya terdiri Pemupukan dan Penggantian Bunga pada
taman lokasi taman sesuai dengan gambar.
Kontraktor menanam tanaman sesusi permintaan dalam gambar dan RAB dan
melakukan pemupukan pada tanah.
 Dosis penggunaan pupuk sesuai dengan aturan pakai yang dianjurkan oleh
Pabrik.
 Tanah atau tempat penanaman bunga terhindar material, zat atau
senyawa yang dapat merusak tanaman itu sendiri.
 Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi/pengawas apabila terdapat
pekerjaan yang masih kurang jelas.

31.3 Penyiraman Pohon


a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan Penyiraman Bunga mencakup pada tanaman yang terdapat pada
taman kantor sesuai dengan gambar. Penyiraman bunga menggunakan air yang
bersih, jernih dan tidak berbau.

b. Pelaksanaan
 Penyiraman pohon di lokasi dilakukan pada waktu sesusi kontrak setiap
hari jam kerja dengan tidak menggangu aktifitas laju kendaran dan pejalan
kaki disekitar taman.
 Penyiraram air tidak menggenangi permukaan tanah tempat tanaman
bunga.
 Percikan air tanah yang menyebabkan dinding bangunan kotor pada sekitar
taman harus dibersihkan.
 Penyiraman bunga dilakukan secara perlahan-lahan menggunakan selang
atau alat lainnya dengan kekuatan air secukupnya tanpa membuat tanah
pinggiiran tanaman

31.4 Menebang Dan Membuang Ranting Pohon


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Menebang dan Membuang Ranting Pohon dilakukan pada lokasi
Taman sesuai gambar.

b. Bahan/Alat
 Penebangan Ranting Pohon dilakukan sesuai kontrak
 Pemotongan ranting pohon menggunakan alat seperti parang atau
sejenisnya.
 Hasil potongan pada pohon seperti ranting daun dan lapisan kulit ranting
harus di bersihkan dan dipindahkan dari lokasi pekerjaan.
 Pemotongan ranting pohon dilakukan pada ranting yang sejajar lurus
bidang vertikal dari sumbung jalan.
 Pada saat penebangan ranting pohon segera dipindah dari jalan.

c. Pelaksanaan
 Penebangan/pemotongan ranting/dahan pohon dilakukan secara pelahan-
lahan dengan potongan kecil,
 Ranting/dahan pohon dengan diameter besar di ikat dengan tali guna
mempermudah pekerjaan.

31.5 Menyapu dan membersihan area taman


a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan mencakup:
 Menyampu Taman
 Pembersihan terhadap daun Kayu, Ranting, Sampah

3. Pelaksanaan
Kontraktor, antara lain:
 Pembersihkan perkarangan halaman dari pada sampah, daun kayu
ranting, kayu dan kotoran lainnya.
 Pembersihan menggunakan alat yang mudah digunakan dan praktis.
 Pekerjaan dilakukan pada pagi hari dan sore, tanpa mengganggu aktivitas
laju pengguna jalan pada halaman.

31.6 Pekerjaan Lain-Lain


 Kontraktor pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan yang telah
selesai
 Lingkup Kegiatan dikerjakan seluas yang ditentukan pada waktu pekerjaan
dilapangan.
 Kontraktor pelaksana harus memperbaiki kerusakan-kerusakan pada daerah–
daerah
 yang dilalui dimana kerusakan yang diakibatkan saat pelaksanaan pekerjaan.
 Pekerjaan yang belum tercantum pada spesifikasi umum ini secara terperinci
dan khusus akan dibuat dalam spesifikasi khusus dengan mengetahui
persetujuan Pengawas.
Pasal 32
KOMISIONING IPL

32.1 Alat yang diperlukan:


- Pipa terpasang yang akan di uji;
- Pipa pantau/sambung @ 2 Bh, L : 1 s/d 5 M
- Bend 90º (sesuai jenis & diameter pipa) @ 2 Bh
- Air bersih – sesuai keperluan
- Gelas ukur @ 1 Bh

32.2 Pengujian dilakukan sebelum pipa ditimbun tanah namun posisinya sudah
terpasang secara sempurna di dalam galian di atas hamparan pasir urug.

32.3 Pengujian pipa dilakukan pada posisi pipa yang lurus dan tanpa belokan.

32.4 Pada masing-masing ujung pipa dipasangkan bend/knee pipa yang sesuai dengan
jenis pipa terpasang yang akan diuji, kemudian di sambungkan pipa tambahan
diatas bend/knee, yang panjangnya disesuikan dengan kedalaman galian dengan
tujuan pada saat pengujian, posisi air di ujung pipa bisa terlihat dengan jelas dan
pada saat dilakukan penambahan air (jika terjadi penurunan) bisa dilakukan
dengan leluasa.

32.5 Setelah pipa terpasang dan siap diuji, dilakukan pengisian air sampai penuh pada
pipa dan di diamkan selama 60 menit dan sampai tidak terjadi lagi proses saturasi
pada pipa.

32.6 Setelah air terisi penuh dan didiamkan selama 60 menit, dilakukan pengecekan
ketinggian muka air pada ujung pipa. Jika terjadi penurunan ditambahkan air dari
gelas ukur, dan dicatat berapa volume air yang ditambahkan ke dalam pipa.

32.7 Proses ini dilakukan dalam rentang waktu 30 menit, dan penambahan air
dilakukan dalam rentang waktu per 5 menit. Hasil akhir dari penambahan air
dihitung dan tidak boleh melebihi batas toleransi kehilangan air yang di ijinkan.

32.8 Semua penambahan air di catat, dan dihitung untuk di ambil nilai rata-ratanya

1 2 3 4 5 6
5 mnt 10 mnt 15 mnt 20 mnt 25 mnt 30 mnt
... ml ... ml ... ml ... ml ... ml ... ml

32.9 Contoh Perhitungan Uji Kebocoran Pipa:

32.10 Contoh Perhitungan Test Uji Kebocoran:


a) Test uji kebocoran pipa hulu = 1 m (min. 1 m, maks. 5 m)
Pipa yang di uji Ø (d) = 150 mm (diameter dalam pipa)
Panjang (l) = 10 m

b) K = πxd
= 3,14 x 150 = 471,429 m

c) Luas (L) = (K) x (l)


= 471,429 x 10 = 4.714,29 m2

d) Vol < 0,15 l/m2 (syarat yang harus dipenuhi)


A = L x Vol = 4,71 x 0,15 = 707,14 l (maks air yang boleh
dituang dalam pipa)

Waktu (menit) 5 5 5 5 5 5 Total Air


Total Waktu (menit) 5 10 15 20 25 30 (ml)
Penambahan Air (ml) 500 250 250 250 250 250 1.750

Total air = 1.750 ml = 1,75 Ltr


= total air / luas = 1,75 / 4714,29 = 0,00037 l/m 2 ; < 0,15 l/m2
(Lulus / Tidak Lulus)

Sketsa Pipa:
Pasal 33
PEKERJAAN PAGAR BRC DAN PAGAR KAWAT BERDURI DAN PORTAL

33.1 Umum

Kawat Berduri sendiri merupakan salah satu material dalam bangunan yang
berfungsi sebagai alternatif sistem pagar pengaman. Selain sebagai pembatas,
Kawat Duri ini juga memiliki fungsi sebagai pengaman.

Kawat Berduri memiliki bentuk berupa kawat yang bulat, dengan jarak ujung duri
yang runcing sekitar per 5-10 cm.
Kawat Duri atau kawat berduri, pada saat ini banyak digunakan untuk material
pengaman bangunan. Penggunaan Kawat Berduri ini dikarenakan dapat mudah
ditemukan, maupun mudah dalam proses pemasangan Kawat Berduri.
Selain itu, pengerjaan pagar dengan menggunakan Kawat Berduri dapat
menjadikan bangunan lebih aman.

33.2 Pagar kawat berduri


a) Penjelasan
Ukuran panjang Kawat Berduri yang umum dipasarkan untuk bahan pagar
antara lain:
 Kawat Berduri panjang 25 meter.
 Kawat Berduri panjang 30 meter.
 Kawat Berduri panjang 50 meter.
Semuanya dikemas dalam bentuk
rol.

Umumnya juga panjang Kawat Berduri dapat disesuaikan dengan pesanan


yang dibutuhkan oleh pemesan.

b) Lingkup pekerjaan
 Memasang Pondasi batu kali untuk tiang besi baja siku
 Ukuran Pondasi sesuai gambar
 Dimensi Pondasi Sesuai Gambar
 Tiang besi dari baja siku dengan dimensi sesuai gambar
 Jarak antara tiang sesuai gambar
 Hamparan kawat dengan jarak sesuai gambar
 Bentuk tiang dibengkokan diatas sesuai gambar
c) Spesifikasi Kawat Berduri
Spesifikasi Kawat Berduri atau kawat berduri yang tersedia ada berbagai
macam ketebalan dan ukuran. Spesifikasi diameter Kawat Berduri antara lain
adalah kawat utamanya = 2,1mm. Sedangkan untuk spesifikasi diameter Duri
nya sendiri adalah 2,8 mm. Untuk ukuran panjang Kawat Berduri yang sering
digunakan dalam proses pembangunan adalah Kawat Berduri dengan panjang
25 dan 30 meter.

d) Kelebihan Penggunaan Kawat Berduri


Kelebihan dari penggunaan Kawat Duri antara lain:
Bahan Kawat Duri akan tahan lama karena dilapisi dengan antikarat.
1. Murah dan ekonomis.
2. Memberikan pengamanan lebih.
3. Dibandingkan dengan metode pagar kayu dan beton yang konvensional,
penggunaan Kawat Duri akan menjadikan pengerjaan menjadi lebih efisien,
ekonomis, mudah dan cepat.
4. Pemasangannya mudah.

e) Mata Pembayaran
1. Pembayaran dilakukan secara bertahap
2. Kontraktor akan dibayar sesuai dengan kemajuan pekerjaan menguliti
pekerjaan utama
3. Prinsip nya opname pekerjaan dapat dilakukan setiap minggu
4. Kontraktor dapat mengajukan pembayaran setiap akhir minggu sesuai
dengan kemajuan pekerjaan

33.3 Portal
a) Penjelasan
Portal yang bisa dipasang ada 2 pilihan yaitu 1) portal otomatis 2) portal
manual
Untuk TPA dipasang portal manual yang dikendalikan oleh Petugas dibantu
dengan tali dan dipanggkal palang portal diberi pemberat agar portal dapat
tebuka jika tali pengendali di kendorkan. Fungsi portal adalah untuk
mengendalikan kendaraan yang akan masuk TPA
b) Lingkup pekerjaan
 Memasang Pondasi batu kali untuk tiang besi baja siku
 Ukuran Pondasi sesuai gambar
 Dimensi Pondasi Sesuai Gambar
 Tiang besi dari baja siku dengan dimensi sesuai gambar
 Jarak antara tiang sesuai gambar
 Hamparan kawat dengan jarak sesuai gambar
 Bentuk tiang dibengkokan diatas sesuai gambar

c) Spesifikasi Pintu Portal

d) Mata Pembayaran

Pasal 34
PEKERJAAN PINTU GERBANG DAN PAPAN NAMA TPA

34.1 Umum
Pintu gerbang merupakan salah satu bangunan penunjang di TPA dan merupakan
icon dari TPA dan ada sebagian menampilkan budaya local dengan bagunan
gapura yang khas.
Papan nama bisa dibuat dengan pemasangan didepan pagar TPA dengan ukuran
yang memadai dan menginformasikan, nama TPA, lokasi
.
34.2 Pintu Gerbang
a. Pintu gerbang dibuat dengan ukuran seperti gambar
b. Bahan bangunan gerbang dengan tiang gapura beton bertulang
c. Tinggi gapura minimal dapat dilewati truk sampah yang terisi sampah
d. Lebar gerbang sesuai gambar dan minimal lebar 8.00 m

34.3 Papan Nama


a. Papan nama dibuat seperti gambar
b. Tiang papan nama harus terbuat dari pipa baja dengan kualitas sesuai gambar
c. Narasi yang ditulis di papan nama dibuat dari cat hitam yang berkualitas
setara dengan cat merk Decolit
d. Ukuran Tulisan sesui dengan gambar
PASAL 35
PAGAR PENGAMAN JALAN

35.1 Pekerjaan Pagar Besi Dan Pengelasan.


Besi yang digunakan sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia (SII) dengan
mengacu kepada gambar konstruksi.
Kontraktor harus mengajukan Sertifikat Pabrik yang menunjukkan kualitas baja,
pengelasan dan sebagainya
Bagian-bagian Pagar Besi harus ditangani dengan hati-hati dan disimpan diatas
blok, rak atau pelat sedemikian rupa hingga tidak mengadakan hubungan dengan
tanah dan harus dilindungi dari karat. Bahan-bahan harus dijaga dari kotoran,
minyak, lemak dan bahan asing lainnya.
Selama pengangkutan, penyimpanan, penanganan atau pemasangan yang
mengalami kerusakan besar harus diganti. Bagian yang mengalami kerusakan pada
pengelasan harus segera diperbaiki dan digalvanisasi lagi.
Seluruh biaya perbaikan yang diperintah oleh Direksi sebagai akibat adanya
komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
Pengelasan harus dilakukan oleh pelaksana yang terampil dengan
mempertimbangkan sepenuhnya sifat bahan-bahan. Tonjolan yang tampak harus
dipahat, digerinda, dikikir dan dibersihkan untuk memberikan suatu penampilan
yang rapih siap untuk digalvanisir. Pelat dasar harus dilas pada tiang untuk
memperhitungkan setiap kelandaian yang diberikan pada Gambar dengan cara
yang sedemikian hingga tiang tersebut adalah vertikal bila berada dalam posisi
akhir mereka. Alat, kawat, bahan dilas harus sepadan (sesuai).
Pemasangan Pagar harus dipasang dengan hati-hati menurut garis dan ketinggian
yang ditunjukan pada Gambar.Pagar harus secara seksama disesuaikan sebelum
pemasangan ditempat untuk menjamin penyesuaian yang layak pada sambungan
kepala, garis dan lingkungan yang tepat pada seluruh ukuran panjang. Sebelum
penyetelan akhir, maka harus diperiksa dan disetujui oleh Engineer

35.2 Pekerjaan Besi Angkur


Besi untuk angkur menggunakan tulangan besi diameter 12 mm dengan ukuran
yang dijelaskan dalam gambar rencana, dipasang pada beton existing yang
maksudnya untuk menyatukan susunan pagar dengan beton dan menambah
kekuatan.

35.3 Pekerjaan Pengecatan


Seluruh permukaan dari pekerjaan pagar besi harus bersih dan diampleas atau
cara lain yang disetujui direksi, agar menjadi logam yang bersih, dengan
menyingkirkan seluruh gemuk oli, karatan, lumpur atau lain – lain yang melekat
padanya. Luas bidang permukaan yang dibersihkan harus segera ditutup dengan
cat dasar sebelum terjadi oksidasi. Bila terjadi oksodadi (karatan), permukaan
harus dibersihkan kembali sebelum pengecatan dasar dilakukan.
Pengecatan dapat menggunakan kwas tangan yang disetujui atau dengan cara
yang disyaratkan dengan Direksi. Pengecatan tidak dapat dilakukan pada cuaca
berkabut, lembab atau berdebu atau pada cuaca lain jelek, kecuali diusahakan
tindakan tindakan seperlunya yang sesuai dengan petunjuk direksi untuk melawan
pengaruh – pengaruh cuaca terhadap pekerjaan.
Permukaan yang akan dicat harus kering tidak berdebu. Lapisan berikutnya tidak
dapat ditambah sebelum lapisan cat terdahulu telah kering betul. Lapisan penutup
tidak boleh ditambah diatas cat dasar kurang dari 6 jam tetapi tidak boleh lebih
dari 48 jam setelah pengecatan dasar. Bila terjadi demikian maka permukaan baja
perlu dibersihkan kembali atau dicat dasar lagi seperti diuraikan diatas.
Cat ( termasuk penyemprotan bila diperintahkan oleh Direksi ) harus disapu
dengan kwas pada permukaan baja, sekitar paku keling, baut – baut pada setiap
sudut – sudut, sambungan plat, lekuk – lekuk dan sebagainya. Kemudian
diratakan dengan baik. Setiap
bagian yang dapat menampung air, atau yang dapat dirembesi air, diisi dengan cat
yang tebal atau bila diperintahkan oleh Direski dengan menggunakan semen
kedap air, atau bahan lain yang disetujui sebelum penyelesaian cat dasar.
Setiap lapisan yang telah selesai harus tampak sama dan rata. Pemakaian cat yang
rata ialah 12 ½ sampai 15 m 2/ liter untuk cat dasar, dan 15 sampai 20 m2 / liter
untuk lapisan berikutnya.

Pasal 36
PEKERJAAN AKHIR

Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh


pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik selesai. Kontraktor diwajibkan membuang semua
sisa-sisa bahan yang tidak terpakai dari lokasi proyek, yang diakibatkan oleh adanya
pelaksanaan konstruksi fisik.

Pasal 37
DOKUMENTASI DAN ADMINISTRASI

Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir, pekerjaan akan
diterima apabila sudah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
- Pihak Penyedia Jasa sudah melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap
kerusakan/cacat–cacat dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh pelaksana
tersebut sudah dapat diterima oleh Pemberi Pekerjaan dalam kualitas/kuantitas sesuai
dengan syarat-syarat teknis.
- PIHAK PENYEDIA JASA sudah mengajukan permohonan tertulis sebelum tanggal
ditetapkan penyerahan II (KEDUA) pekerjaan kepada Pemberi Tugas, untuk diadakan
pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada buku harian sewaktu
penyerahan (PERTAMA) pekerjaan.
- Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap 0 %, 50 % dan 100
% dengan pengambilan gambar pada sudut pandang yang sama, termasuk tahapan
pekerjaan yang penting. Dokumentasi ini dibuat 3 (tiga) set dan disusun rapi pada
album sesuai urutan dan jenis pekerjaan.
- As Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan laporan kemajuan pekerjaan
(harian, mingguan dan bulanan), serta back up data harus dipersiapkan pada saat
penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan pemeriksaan dan harus sudah
diserahkan pada Direksi pada saat penyerahan kedua, sebanyak 3 rangkap (1 asli + 2
salinan), semuanya atas biaya Penyedia Jasa.
- Penyedia Jasa wajib memiliki Kontrak (SPK) lengkap dengan gambar bestek, perubahan
Kontrak (Amandemen) lengkap dengan Gambar Perubahan (Bila Ada).

Pasal 38
KETENTUAN PENUTUP:

37.1 Harus diperhatikan betul oleh kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan -
bahan, puing - puing bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai.

37.2 Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta
risalah Aanwijzing merupakan lampiran dari Kontrak yang tidak dapat dipisahkan
dan merupakan satu kesatuan, untuk hal ini kontraktor dianggap mengerti.

37.3 Kontraktor diharuskan mengikuti peraturan dari Departemen Tenaga Kerja untuk
mengatur upah para buruhnya.

37.4 Lampiran Bill Off Quantity yang diberikan ini hanya perkiraan saja.
Kontraktor harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan
Perencanaan Bill Of Quantity dirasa kurang, maka kontraktor boleh merubah
volume yang diberikan menambah atau mengurangi yang mengikat adalah
Gambar dan Bestek.

37.5 Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai
landasan Kontrak. Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada
pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai