BloraSPESIFIKASI TEKNISdikonversi
BloraSPESIFIKASI TEKNISdikonversi
LELANG TPA
BLORA
VOLUME 2
SPESIFIKASI TEKNIK
TAHUN 2021
DAFTAR ISI
PASAL 1.
URAIAN UMUM DAN LINGKUP PEKERJAAN:
1.2. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar, bestek, syarat -
syarat detail, serta tunduk kepada perintah Konsultan Pengawas sebagai wakil
Pemberi Tugas.
1.3. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup dan memadai sesuai dengan
kebutuhan dan besarnya pekerjaan.
1.4. Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli untuk pelaksana lapangan yang cakap
dan memadai sesuai besarnya pekerjaan.
1.5. Pekerjaan meliputi pengadaan secara memadai untuk Tenaga Ahli, alat – alat
bantu dan bahan material sesuai dengan pekerjaannya.
1.6. Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 240 (dua ratus empat puluh) hari kalender.
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
a) Uitzert dan bouwplank
b) Papan nama proyek
c) Penebangan pohon dia.30–50 cm (sampai kedalaman 60 cm)
d) Penebangan pohon dia.50–75 cm (sampai kedalaman 60 cm)
e) Penebangan pohon dia. > 75 cm (sampai kedalaman 60 cm)
f) Mobilisasi dan demobilisasi
B. PEMBANGUNAN ZONA 1
A.I.PEMBANGUNAN BLOCK LANDFILL
1. PEKERJAAN ZONA LANDFILL
1.1. Galian tanah (mekanis)
1.2. Galian sampah mekanis dimuat ke dalam DT (Dump Truck)
1.3. Galian tanah (manual)
1.4. Pemadatan tanah dari sisa galian (mekanis)
1.5. Urugan pasir urug (keliling pipa HDPE dia.8")
1.6. Pemasangan gravel (batu blondos) 3/5 cm, t = 20cm
B.I.PEMBANGUNAN GAPURA
1. Bongkaran pasangan
2. Galian tanah (manual)
3. Urugan kembali
4. Pemadatan tanah urugan
5. Buangan tanah sisa galian
6. Urugan Pasir t = 5 cm bawah pondasi
7. Lantai kerja beton K-100, t = 5 cm
8. Pondasi Footplat :
Beton K-250
Pembesian
Bekesting pondasi
9. Kolom Beton Bertulang 25/25
Beton K-250
Pembesian
Begesting kolom
10. Pondasi batu kali 1 : 4
11. Sloof praktis beton bertulang 15/20
12. Kolom praktis beton beton bertulang 11/11
13. Ring balok praktis beton bertulang 10/15
14. Plat beton, tebal 12 cm
Beton K-250
Pembesian
Begesting plat lantai
15. Plat beton, tebal 15 cm
Beton K-250
Pembesian
Begesting plat lantai
16. Pasangan dinding bata rollag, tebal 1 bata adk. 1 Pc : 4 Ps
17. Plat tangga beton, tebal 10 cm
Beton K-175
Pembesian
Begesting
18. Pasangan dinding bata 1/2 bata, 1 Pc : 4 Ps
a. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh
dan lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan termaksud.
2.1. Lokasi pekerjaan akan ditunjukkan pada waktu Aanwijzing dan lokasi ini tidak
akan berubah pada waktu penyerahan Surat Penyerahan Lapangan Pekerjaan.
2.2. Untuk pengamanan bahan - bahan pada waktu membangun, bila perlu dari
kontraktor mengadakan gudang darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan
yang mengharuskan.
PASAL 3.
PERSYARATAN PEKERJAAN PERSIAPAN
3.2. Pengukuran
a. Kontraktor harus sudah memperhitungkan biaya untuk pengukuran atau
penelitian ukuran tata letak atau ketinggian bangunan.
b. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada kepada Konsultan Pengawas agar
dapat ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Gambar Kerja dan Persyaratan Teknis.
Ketentuan Administrasi
a. Aspek lingkungan
Dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan K3 untuk konstruksi jalan dan
jembatan, Penyedia Jasa harus mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bila
dokumen tersebut tidak ada maka perencanaan dan pelaksanaan K3 terutama
terkait dengan aspek lingkungan harus mendapatkan persetujuan dari direksi
pekerjaan.
Tempat kerja dan peralatan
Ketentuan teknis pada tempat kerja dan peralatan pada suatu proyek terkait
dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut :
1) Pintu masuk dan keluar
a) Pintu masuk dan keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
b) Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
2) Lampu / penerangan
a) Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat
penerangan buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh
tempat kerja, termasuk pada gang-gang.
b) Lampu-lampu harus aman, dan terang.
c) Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah
bahaya apabila lampu mati/pecah.
3) Ventilasi
a) Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk
mendapat udara segar.
b) Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara
yang dikotori oleh debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus
dibuatkan ventilasi untuk pembuangan udara kotor.
c) Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang
berbahaya, tenaga kerja harus disediakan alat pelindung diri untuk
mencegah bahaya-bahaya tersebut di atas.
4) Kebersihan
a) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus
dipindahkan ke tempat yang aman.
b) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
c) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-
benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat
orang jatuh atau tersandung (terantuk)
d) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk di tempat kerja.
e) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau sebab
lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
f) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus
dikembalikan pada tempat penyimpanan semula.
Pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran
Untuk dapat mencegah terjadinya kebakaran pada suatu tempat atau proyek dapat
dilakukan pencegahan sebagai berikut :
1) Di tempat-tempat kerja dimana tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia :
a) Alat-alat pemadam kebakaran.
b) Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar.
2) Pengawas dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk
menggunakan alat pemadam kebakaran.
3) Orang-orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam
kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja.
4) Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu
oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya.
5) Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran
yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat
pemadam kebakaran harus selalu dipelihara.
6) Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
7) Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus tersedia di
tempat-tempat sebagaiberikut :
a) di setiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar
disimpan.
b) di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas.
c) pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana
terdapat barang-barang dan alat-alat yang mudah terbakar.
8) Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus
disediakan :
a) di tempat yang terdapat barang-barang/benda-benda cair yang mudah
terbakar.
b) di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang
menggunakan api.
c) di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal.
d) di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang
disebabkan oleh aliran listrik.
9) Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-
kerusakan teknis.
10) Alat pemadam kebakaran yang berisichlorinated hydrocarbon atau karbon
tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang
terbatas (ruangan tertutup, sempit).
11) Jika pipa tempat penyimpanan air(reservoir, standpipe) dipasang di suatu
gedung, pipa tersebut harus :
a) dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan.
b) dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya.
c) dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa dengan
sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi.
d) mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam
Kebakaran.
Perlengkapan keselamatan kerja
Berbagai jenis perlengkapan kerja standar untuk melindungi pekerja dalam
melaksanakan tugasnya antara lain sebagai berikut :
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras
selama mengoperasikan atau memelihara AMP.
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena
licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3) Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras
lainnya.
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator
telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau
mengencangkan baut dan sebagainya.
GAMBAR 2.1.
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
I.2.3. Pedoman untuk pelaku utama konstruksi :
Biaya Umum yang diajukan oleh penyedia jasa sudah harus memperhitungkan K3
dengan acuan volume kegiatan K3 sebagai berikut:
3.6. Dokumentasi
a. Kontraktor Harus memperhitungkan biaya perawatan pembuatan
dokumentasi serta pengirimannya ke Kantor Pemberi Tugas serta pihak-pihak
lain yang diperlukan.
b. Yang dimaksud dalam pekerjaan dokumentasi adalah :
- Laporan-laporan perkembangan pekerjaan.
- Foto - foto pekerjaan,
- Surat - surat dan dokumen lainnya.
c. Foto - foto yang menggambarkan kemajuan pekerjaan hendaknya dilakukan
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan dibuat minimal sebanyak 5
(lima) peristiwa, yaitu : 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%.
4.1. Lokasi Pekerjaan akan ditunjukan Setelah rapat Aawijzing dan nantinya lokasi ini
tidak akan berubah pada waktu penyerahan Surat Penyerahan Pekerjaan
Lapangan.
4.2. Untuk Pengamanan bahan - bahan pada waktu membangun, bila perlu dari pihak
kontraktor mengadakan pagar darurat atas biaya sendiri kecuali ada persyaratan
yang mengharuskan.
4.3. Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan pembersihan site dimulai kontraktor terlebih dahulu minta ijin
kepada Pemberi Tugas lama saat / waktu yang tepat untuk melaksanakan
pekerjaan.
PASAL 5
PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN
Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Konsultan Pengawas dan dalam jangka waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa
perlu mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan
tersebut.
PASAL 6
PEKERJAAN PERSIAPAN:
Pembayaran : Pengukuran dan pembayaran untuk mobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas. Harga lump sum untuk mobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Teknik bahwa mobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis peralatan dan
perlengkapan yang diajukan kontraktor dalam penawarannya. Perkiraan bulanan tentang kemajuan
pekerjaan untuk pembayaran mobilisasi harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang
menunjukkan bahwa mobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam bulan
yang direncanakan. Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas.
2. Pembersihan lokasi
Selama dan setelah proyek berlangsung (sebelum penyerahan pekerjaan kepada pemilik)
Kontraktor harus membersihkan seluruh lapangan. Pekerjaan pembersihan terdiri dari
pembersihan segala macam tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, semak-semak, tanaman
lain, sampah-sampah dan bahan-bahan lain yang menggangu, termasuk pencabutan
akar-akar, sisa-sisa konstruksi, sisa-sisa material dari sisa-sisa pekerjaan, dan hal-hal
lainnya sehubungan dengan persiapan pelaksanaan pekerjaan berikutnya, kecuali bila
direksi menentukan lain.
Pembayaran : Tidak ada pembayaran khusus yang terpisah dilakukan untuk pemeliharaan kantor dan fasilitas
kontraktor. Biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan ini dianggap sudah termasuk dalam satuan harga
lump sum dari item-item pada bab lain yang terdapat dalam Daftar Kuantitas
Pembayaran : Pengukuran dan pembayaran untuk bangunan dan fasilitas kantor kontraktor adalah dalam
satuan harga lump sum, sesuai daftar kuantitas. Pembayaran meliputi kompensasi untuk seluruh biaya
sewa/pengadaan bangunan untuk kantor, workshop, gudang, tempat tinggal staf dan tenaga kerja termasuk
seluruh furniture, penerangan, AC, telepon, utilitas, tempat parkir dan seluruh pekerjaan yang diperlukan bagi
kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan termasuk pemindahan dan pengembalian kondisi bangunan dan
seluruh fasilitas pada saat kontrak sudah selesai. Pembayaran dilakukan dalam pembayaran bulanan yang
seragam selama periode waktu yang ditentukan dalam kontrak. Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih
besar dari total harga lump sum yang terdapat dalam Daftar Kuantitas. Pembayaran progres bulanan dihitung
maksimal 70% x progress bulanan atas item pekerjaan lump sump secara proporsional. Pembayaran akhir
sisa sekurang – kurangnya 30% dari total perhitungan lump sum akan dibayarkan setelah seluruh pekerjaan
selesai sesuai dengan persetujuan Direksi Teknik
4. Gudang, Brak Kerja dan Bedeng Buruh
Kontraktor diharuskan membuat gudang dengan luasan minimal sesuai anggaran yang
diperlukan untuk melindungi material-material dan peralatan-peralatan dari gangguan
cuaca (hujan dan lain-lain) serta menjamin keamanan terhadap pencurian. Selain itu
Kontraktor juga harus membuat Los Kerja, brak kerja, Bedeng buruh dan WC umum untuk
keperluan para pekerja, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang ada.
Pembayaran : Tidak ada pembayaran khusus yang terpisah dilakukan untuk pemeliharaan kantor dan fasilitas
kontraktor. Biaya untuk semua pekerjaan pemeliharaan ini dianggap sudah termasuk dalam satuan harga
lump sum dari item-item pada bab lain yang terdapat dalam Daftar Kuantitas.
PASAL 7.
PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN KEMBALI
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan tanah adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan hasil pengukuran volume padat tanah yang akan digali, seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan galian, serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan
PASAL 8.
PEKERJAAN TPA DAN IPL
8.1.1 Umum
Spesifikasi teknis ini merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Syarat – syarat
(SPESIFIKASI TEKNIS) yang tidak terpisahkan. Semua ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis ini berlaku dalam kaitan, merujuk pada, menjelaskan, serta tidak perlu
mengulangi apa yang terdapat dalam bagian lain dari SPESIFIKASI TEKNIS.
Meskipun Spesifikasi Teknis ini terdiri atas beberapa bagian, semua ketentuan
berlaku saling melengkapi satu sama lain. Pembagian atas bagian tidak membatasi
berlakunya ketentuan dari bagian lainnya. Dalam hal Spesifikasi Teknis ini
bertentangan dengan Gambar SPESIFIKASI TEKNIS, maka yang berlaku adalah
Gambar SPESIFIKASI TEKNIS.
b) Dimensi
Semua dimensi dalam gambar dinyatakan dalam satuan metrik. Tidak ada
tambahan akibat konversi dari satuan lainnya ke sistem metrik. Semua
gambar dan komunikasi harus dinyatakan dalam sistem metrik.
c) Toleransi
Toleransi pengukuran untuk pekerjaan tanah dan sampah ini adalah:
- Pekerjaan Galian
- Vertikal : 0,25 m
- Horisontal : 0,25 m
- Pekerjaan Timbunan
- Vertikal : 0,05 m
- Horisontal : 0,05 m
- Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
- Vertikal : 0,03 m
- Horisontal : 0,03 m
1. Umum
a) Uraian
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan
tanah, humus atau cadas atau material lain.
Pekerjaan ini diperlukan untuk pembentukan tempat kerja sesuai
dengan ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas.
Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini
berlaku untuk seluruh pekerjaan galian yang dilakukan sehubungan
dengan Kontrak, dan seluruh galian dapat merupakan salah satu dari:
- Galian biasa Galian
- Padas
- Galian/dredging sungai
Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian padas atau galian sungai.
Galian padas mencakup galian dari batu dengan volume 1 m3 atau
lebih dan seluruh padas atau bahan lainnya yang digali tanpa
penggunaan alat bertekanan udara, pemboran, atau peledakan.
Galian ini tidak termasuk bahan yang menurut pendapat Konsultan
Pengawas dapat dilepaskan dengan penggaruk yang ditarik oleh
traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto sebesar
180 HP.
Galian/dreging sungai mencakup seluruh pekerjaan dredging pada
daerah sungai.
Data bor dan profil tanah yang disajikan dalam dokumen tender
adalah informasi umum. Variasi dan/atau interpretasi diperbolehkan
sepanjang tidak mempengaruhi kontrak. Sebelum pekerjaan dimulai,
kontraktor harus menyerahkan gambar penampang memanjang yang
menunjukkan tanah dasar yang ada.
Kontraktor dianggap telah memenuhi pekerjaan bila material
substansi yang digali telah dibuang sampai pada batas yang
ditunjukkan dalam gambar atau ketentuan lain.
Kontraktor harus melakukan penggalian dan membuang substansi
apapun yang ditemukan hingga kedalaman yang ditentukan dalam
gambar atau hingga kedalaman yang perlu untuk pelaksanaan
konstruksi yang layak dan penyelesaian pekerjaan.
Kontraktor dianggap telah memasukkan dalam jadwal kecepatan
yang diizinkan untuk melingkupi seluruh faktor yang mungkin timbul
selama atau dalam hubungan dengan penggalian dan pembuangan
sisa-sisa.
b) Survei
c) Peralatan
Peralatan yang digunakan Kontraktor harus memenuhi persyaratan
minimal yang ditentukan.
Jika pemakaian peralatan lain tidak diizinkan oleh Konsultan,
Kontraktor harus menggunakan peralatan yang telah diusulkan dalam
tender atau telah disetujui untuk digunakan ketika kontrak
ditandatangani. Kontraktor harus menyerahkan rencana kerja detail
pelaksanaan pekerjaan sehubungan dengan mobilisasi peralatan.
Peralatan yang dipakai pada saat pelaksanaan harus diajukan pada
rencana kerja dan disetujui oleh Konsultan Pengawas sebelum
dioperasikan.
d) Toleransi Dimensi
Galian harus dilakukan sesuai dengan ukuran, ketinggian, dan
kemiringan seperti yang ditunjukkan dalam gambar dengan kelandaian
akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi dari yang
ditentukan lebih dari 25 cm pada setiap titik.
Permukaan galian yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan
untuk menjamin drainase yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi
genangan atau menggunakan pelindung plastik sebagaimana
tercantum di dalam Gambar SPESIFIKASI TEKNIS.
g) Jadwal Kerja
Perpanjangan jadwal pekerjaan oleh Kontraktor harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
Bila lalu lintas pada jalan terpaksa terganggu karena peledakan atau
operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya terhadap jadwal untuk gangguan tersebut dari penguasa
setempat dan juga dari Konsultan Pengawas.
2. Prosedur Penggalian
a) Prosedur Umum
b) Blasting
Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya boleh digunakan
jika, menurut pendapat Konsultan Pengawas, tidak praktis
menggunakan alat bertekanan udara atau penggaruk hidraulis.
Konsultan Pengawas dapat melarang peledakan dan memerintahkan
padas untuk digali dengan cara lain, jika menurut pendapatnya,
peledakan berbahaya bagi manusia atau struktur yang berdekatan.
Bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan untuk melindungi orang,
benda dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu,
peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan oleh
Konsultan Pengawas.
1. Umum
a) Uraian
b) Survei
Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan ditandatangani oleh
Konsultan dan Kontraktor.
Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk gambar tampak
dan penampang dengan skala yang disetujui oleh konsultan. Gambar
penampang harus pada interval 10 m. Konsultan harus memverifikasi
dan memeriksa gambar tampak dan penampang.
c) Peralatan
Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk output kerja
harian, jumlah, tipe dan kapasitas peralatan yang akan dioperasikan
kepada Konsultan.
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi lapangan dan
lingkungan.
2. Pekerjaan Timbunan
a) Lingkup
b) Toleransi Dimensi
Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah pemadatan tidak
akan melebihi tinggi 30 mm lebih rendah dari yang ditentukan atau
disetujui.
Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung harus cukup
halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup untuk
menjamin pengaliran bebas dari air permukaan.
Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan berbeda dari
garis profil yang ditentukan dengan melebihi 100 mm dari ketebalan
yang dipadatkan.
Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan lapisan yang
dipadatkan melebihi 300 mm.
c) Bahan-Bahan
1. Sumber bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui.
2. Bahan Timbunan
Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang digali dan
disetujui oleh Konsultan sebagai bahan- bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen. Material
yang digunakan adalah material silty clay yang memenuhi
klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM (khusus untuk
timbunan di bawah muka air tanah). Clay fraction (< 0.002 mm)
bahan-bahan timbunan harus memenuhi minimal 25% yang
ditunjukkan dari hasil analisis saringan
Tanah yang mempunyai sifat mengembang (shrinkage) sangat
tinggi yang mempunyai suatu nilai aktivitas lebih besar daripada
1,0 atau suatu derajat pengembangan yang digolongkan oleh
AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan timbunan secara langsung kecuali
apabila dilakukan perbaikan tanah terlebih dahulu sesuai usulan
seorang Ahli Geoteknis. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah Liat (AASHTO
T88).
Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan harus
lebih kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih kecil dari 45%
(AASHTO T90).
Material yang telah dipadatkan menurut Modified Proctor, harus
memiliki:
i. Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah yang
dijenuhkan lebih besar dari 50 kPa atau sample tanah kering
setelah dipadatkan > 120 kPa. Specific Grafity (Gs) lebih besar
dari 2,6
ii. Kepadatan kering minimum harus mencapai kepadatan
minimal 95 % Modified Proctor maximum density untuk
bahan timbunan umum, dan 98 % Modified Proctor maximum
density untuk bahan timbunan subgrade jalan.
Bahan Lapisan Kedap harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
i. Jenis tanah MH, Ml, CH, CL.
ii. Prosentase butiran halus > 50%
iii. Liquid Limit 35 % – 60 %
iv. Indeks plastisitas vs liquid limit > garis A
v. Permeabilitas lebih kecil dari 1 x 10-7 cm/det.
Bahan lapisan penutup harian dan lapisan antara dan akhir
i. Bahan penutup harian dan antara harus
memiliki permeabilitas maksimum 1 x 10-6
cm/det.
ii. Sedangkan untuk bahan penutup akhir harus
memiliki permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10-7
cm/det.
2. Penempatan Timbunan
Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi ketebalan lapisan yang diberikan. Di mana
lebih dari satu lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah galian
tambahan ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan
cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan
selama musim hujan, dan pada waktu lainnya hanya dengan izin
tertulis dari Konsultan.
Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut pasir
atau bahan-bahan drainase porous lainnya, maka harus
diperhatikan untuk menghindari pencampuran adukan dari
kedua bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan drainase
vertikal, maka suatu pemisah yang luas antara kedua bahan-
bahan tersebut harus dijamin dengan menggunakan acuan
sementara dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan drainase
porous dilaksanakan.
Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng timbunan yang
ada harus dipersiapkan dengan mengeluarkan semua tumbuhan
permukaan dan harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan
sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan yang ada
hingga sesuai kontrak. Timbunan yang diperlebar kemudian
harus dibangun dalam lapisan horisontal sampai pada ketinggian
tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan sepraktis dan
secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan dan
kemungkinan peretakan permukaan.
Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput dan
tumbuhan harus dibuang dari permukaan atas di mana timbunan
tersebut ditempatkan dan permukaan yang sudah dibersihkan
dihancurkan dengan pembajakan atau pengupasan sampai
kedalaman minimum 20 cm.
3. Pemadatan
Apabila diperlukan pelaksanaan pekerjaan pemadatan harus
dilakukan pada musim kering guna mendapatkan kualitas
pemadatan yang disyaratkan.
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan maka
setiap lapisan harus dipadatkan secara menyeluruh dengan alat
pemadat yang cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan
sampai suatu kepadatan yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila kadar air
bahan-bahan berada dalam batas antara 2 % lebih daripada
kadar air optimum (wet of optimum). Kadar air optimum
tersebut harus ditentukan sebagai kadar air di mana kepadatan
kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadatkan
sesuai dengan AASHTO T-180.
Semua timbunan batuan harus ditutup dengan lapisan dengan
tebal 200 mm dari bahan-bahan yang bergradasi baik yang berisi
batu-batu tidak lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi
semua sela- sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup
ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk timbunan
tanah.
Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus dipadatkan
sebagaimana ditentukan, diuji untuk kepadatan dan diterima
oleh Konsultan sebelum lapisan berikutnya ditempatkan.
Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan
dilanjutkan ke arah sumbu timbunan dengan suatu cara yang
sedemikian rupa sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki oleh
alat pemadat biasa, harus ditempatkan dalam lapisan horisontal
dari bahan- bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal dan
seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat pemadat
tangan mekanis (mechanical tamper) yang disetujui. Perhatian
khusus harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan di bawah dan di tepi pipa untuk menghindari
rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
4. Perlindungan Timbunan yang Sudah Dipadatkan
Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan yang sudah
dipadatkan dari segala pengaruh yang merusak mutu timbunan.
Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan terhadap
terjadinya longsoran lokal pada talud. Apabila terjadi
kelongsoran lokal pada talud, maka Kontraktor harus
memperbaikinya dalam waktu 24 jam setelah ada instruksi dari
Konsultan Pengawas. Semua biaya perbaikan talud yang
diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
Apabila Konsultan Pengawas memandang perlu, maka Konsultan
Pengawas berhak memerintahkan pengujian tambahan pada
sebagian atau keseluruhan timbunan yang sudah diuji dan
diterima. Apabila terbukti bahwa timbunan tersebut mengalami
penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi Teknis ini,
maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki
timbunan tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini, maka
Kontraktor wajib atas biayanya sendiri memperbaiki timbunan
tersebut sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini dan
menanggung biaya pengujian yang diperintahkan Konsultan
Pengawas.
5. Jaminan Kualitas
Pengawasan Kualitas Bahan
Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang diperlukan
untuk persetujuan awal kualitas bahan- bahan harus
sebagaimana diarahkan oleh Konsultan Pengawas, tetapi harus
termasuk semua pengujian yang relevan yang telah ditentukan,
sekurang- kurangnya tiga contoh yang mewakili sumber bahan-
bahan yang diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari sumber tersebut.
Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan- bahan
timbunan yang diajukan, maka pengujian kualitas bahanbahan
tersebut harus diulangi lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan,
dalam hal mengenai perubahan yang diamati pada bahan-bahan
tersebut atau pada sumbernya.
Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu bahanbahan
harus dilaksanakan untuk mengendalikan keanekaragaman
bahan yang dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian
tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan tetapi
untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber.
Persyaratan Pemadatan Untuk Timbunan
Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan dipadatkan
adalah 300 mm.
Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan harus
mencapai kepadatan minimal 95 % Modified Proctor maximum
density pada kadar air optimum + 2%.
Lapisan yang lebih dari 300 mm di atas ketinggian elevasi muka
air rata-rata harus dipadatkan sampai 95 % dari standar
maksimum kepadatan kering tanah yang mengandung lebih dari
10 % bahan- bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch,
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus disesuaikan
untuk bahanbahan yang berukuran lebih besar sebagaimana
diarahkan oleh Tenaga Ahli/Insinyur.
Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus dilaksanakan
untuk setiap 500 m2 pada setiap lapisan timbunan yang
dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan bahwa kepadatan kurang dari
kepadatan yang disyaratkan maka Kontraktor harus
membetulkan pekerjaan tersebut.
Percobaan Pemadatan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemilihan peralatan
dan metoda untuk mencapai tingkat pemadatan yang
ditentukan. Dalam hal bahwa Kontraktor tidak mampu untuk
mencapai kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan
berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan seizin
Konsultan Pengawas.
Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan jumlah
lintasan alat pemadat dan kadar air harus diubahubah sampai
kepadatan yang ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan.
Hasil percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang disyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang
selanjutnya.
6. Pengukuran
Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan- bahan
yang dipadatkan yang diterima lengkap di tempat. Volume yang
diukur harus didasarkan pada gambar penampang melintang
yang disetujui dari profil tanah atau profil galian sebelum suatu
timbunan ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan
ketinggian dari pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan dan
disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-bahan harus
merupakan metoda luas bidang ujung rata-rata, dengan
menggunakan penampang melintang dari pekerjaan yang
berjarak tidak lebih dari 25 meter.
Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap tambahan timbunan
yang diperlukan sebagai akibat pekerjaan terasing atau
pengikatan timbunan pada lereng yang ada atau sebagai akibat
penurunan pondasi, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kecuali:
i. Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan yang
kurang sesuai atau lunak atau untuk mengganti bahan-
bahan batuan atau keras lainnya.
ii. Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan
pekerjaan yang kurang memuaskan atau kurang stabil atau
gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak dianggap
bertanggung jawab.
Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan biasa
dinyatakan sebagai bagian dari pos pekerjaan tanah tidak akan
diukur untuk pembayaran sebagai timbunan di bawah bab ini.
Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari konstruksi
timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan yang tidak
memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak akan dimasukkan
dalam pengukuran timbunan.
Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan, maka
bahan-bahan ini akan dibayar sebagai timbunan.
Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh Konsultan
sebagai drainase porous akan diukur dan tidak akan dimasukkan
ke dalam pengukuran timbunan di dalam bab ini.
Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap meter
kubik timbunan. Biaya tersebut sudah termasuk pekerjaan
persiapan, penyelesaian dan penempatan material, keuntungan
jasa kontraktor serta semua kegiatan untuk mencapai hasil kerja
yang sebaik-baiknya.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan tanah adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan hasil pengukuran volume padat tanah yang akan digali, seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material dan tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan galian, serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk
penyelesaian pekerjaan
8.2 Pekerjaan Pengumpul/Penyaluran Pipa Lindi
1. Lingkup
a) Umum
b) Standar
Semua pekerjaaan harus dilakukan dengan baik dan penuh keahlian
sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar perencanaan.
Pelaksanaannya harus mentaati semua standar untuk hal yang relevan
yang berlaku di Indonesia.
2. Pekerjaan Sistem Pengumpul dan Penyalur Lindi
a) Persyaratan Umum
Pekerjaan perpipaan lindi hendaknya mengikuti persyaratan-persyaratan
yang tercantum dalam Pedoman Plumbing Indonesia tahun 1974, serta
persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu bahan
harus baik dan telah diuji oleh lembaga yang berwenang. Gambar-gambar
rencana instalasi pipa bersifat garis besar, letak persyaratan instalasi dan
jalur pemasangan pipa harus disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Jaringan perpipaan terdiri dari 1 (satu) sistem, yaitu:
Perpipaan yang melayani TPA Zona Landfill mengumpulkan lindi dari
masing-masing cabang pipa (pipa sekunder) untuk selanjutnya menuju
pipa tengah (pipa primer) yang selanjutnya untuk dialirkan ke pengolah
lindi di bagian hilir dari siteplan.
4) Pengetesan Pipa
Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh
pengawas untuk selanjutnya bila telah diterima/memenuhi
syarat untuk dibuatkan berita acara.
Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian dari
panjang pipa maksimum 100 m.
Pengetesan pipa induk (penyalur) harus dilakukan dengan
tekanan minimal enam (6) atmosfir dan apabila selama satu (1)
jam tekanan tidak berubah/turun, test dapat dinyatakan berhasil
dan dapat diterima.
Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi
tanggungan kontraktor.
Apabila pengetesan tidak berhasil, kontraktor harus mencari
sebab-sebabnya, kemudian memperbaikinya, kalau perlu
diadakan pembongkaran dan perbaikan kembali adalah
tanggungan kontraktor.
6) Pekerjaan Tanah
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan, pengupasan
lapisan tanah, penebangan tanaman, pembabatan semak,
penutupan lubang, penimbunan daerah rendah, pemindahan
batu, pembuangan humus dan tanah yang mengandung organis
minimum sedalam 30 cm serta pembongkaran bangunan, semua
dikerjakan dalam area seluas daerah pelaksanaan. Pekerjaan
penimbunan dilakukan untuk mencapai peil yang disyaratkan.
Dalam minimum dan tempat galian untuk pemasangan pipa
berikut peralatannya, begitupula bangunan yang nyata-nyata
termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan
gambar pelaksanan, atau bila tidak ada digunakan ketentuan-
ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk
pemasangan pipa dari pabrik dan peralatan yang bersangkutan
(khusus untuk dalamnya galian). Patokan/pedoman yang dipakai
untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa sampai ke
muka jalan/tanah asal, ditambah tebal lapisan pasir di bawah
pipa. Galian dinyatakan selesai setelah diperiksa/disetujui oleh
pengawas.
Penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus
dilaksanakan serentak dengan diikuti pelaksanaan pemasangan
pipa dan perlengkapannya dan harus diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan segera sesuai dengan
cara-cara yang disetujui direksi.
Pekerjaan ini meliputi:
- Pengerjaan galian tanah untuk pemasangan pipa
- Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa
- Mengatur kemiringan dan pengontrolan drainase
- Penggalian dan penimbunan
- Pemadatan
- Pemindahan material-material yang tak berguna dan puing-
puing
- Menyediakan material-material pengisi yang baik.
Peralatan untuk pekerjaan tanah
Agar didapat hasil yang baik, maka kontraktor harus
menyediakan alat-alat yang memenuhi syarat untuk pekerjaan
tanah. Apabila perlu pembuangan, maka kontraktor harus
menyediakan sarana pengangkutan tersebut ke tempat-tempat
pembuangan.
Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa:
- Tanah urugan yang boleh dipakai adalah tanah yang tidak
mengandung bahan organis dipadatkan lapis demi lapis tiap
20 cm sampai rata dan padat dengan alat penimbris dari besi
berat 10 kg. Apabila tanah setempat tidak memenuhi
persyaratan di atas maka kontraktor harus mendatangkan
tanah tersebut.
- Urugan tanah untuk pemasangan pipa harus dilaksanakan
setelah pengurugan kerikil pasir di sekeliling pipa yang
dipasang telah selesai dan harus mendapatkan persetujuan
pengawas terlebih dahulu sebelum dilaksanakan (lihat gambar
pelaksanaan).
Pengerjaan urugan pasir untuk Pemasangan Pipa
- Urugan pasir dilakukan lapis demi lapis setebal 15 cm dengan
penyiraman air, sehingga rata dan padat sampai ketinggian
yang dibutuhkan alat-alat penimbris dari besi dengan berat
minimum 10 kg.
- Urugan kerikil dan pasir dilakukan pada sekeliling pipa, tebal
10 cm kecuali pipa- pipa yang memotong jalan yang harus
diurug penuh dengan pasir. Untuk bangunan lainnya
disesuaikan dengan gambar pelaksanaan.
- Agar peletakan pipa tepat pada peilnya, pengurugan pasir
baru dapat dinyatakan selesai/disetujui oleh pengawas yaitu
bila peil tersebut sudah tepat pada tempatnya
Pengerjaan Galian
- Pekerjaan galian harus sesuai dengan gambar kerja, tetapi
dengan grade level yang lebih tinggi dari final grade untuk
memperhitungkan pengaruh pemadatan. Penggalian yang
dilakukan tidak boleh menyimpang dari kemiringan
(gradient) yang ditentukan pada gambar kerja. Apabila pada
waktu melakukan penggalian bertemu dengan batukarang,
batubatuan lainnya, maka material-material tadi harus
dipindahkan dengan seijin pengawas. Lubang bekas material
yang dikeluarkan tadi harus diisi kembali dengan tanah yang
disetujui oleh pengawas yang nantinya akan dipadatkan.
- Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan
ukuran gambar kerja, datar dan dibersihkan dari kotoran.
Bilamana kontraktor melakukan penggalian yang melebihi
dari apa yang telah ditetapkan, kontraktor harus menutupi
kelebihan tersebut dengan urugan tanah yang terlebih
dahulu mendapat persetujuan pengawas. Urugan
dipadatkan dan ditimbris air setiap ketebalan 15 cm, lapis
demi lapis sampai mencapai ketinggian/ukuran yang
dibutuhkan dan semua biaya tambahan ditanggung oleh
kontraktor.
Pengerjaan Urugan/penimbunan
- Penimbunan dilakukan sampai peil dan kemiringan yang
ditentukan pada gambar kerja.
- Penimbunan baru dilaksanakan setelah tanah yang dikupas
dipadatkan sampai 100% kepadatan maksimum compaction
modified proctor.
- Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah yang
berbutir-butir bagus serta bebas dari humus/akar-
akaran/bahan-bahan organis lainnya.
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan kolam pengumpul efluen dari TPA (merupakan pipa efluen ke bak
ini) mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan pondasi
- Pekerjaan beton
- Pembuatan kolam pengumpul efluen
- Pemasangan alat ukur Thomson
- Pemasangan pipa.
3. Perpipaan
a. Pipa influen dan efluen dibuat dan ditetapkan sebagaimana tercantum di
dalam gambar rencana.
b. Pipa dari bahan baja atau besi tuang
c. Pipa ini dipasang menembus dinding bak dan ruang inlet pada posisi
ketinggian seperti yang ditunjukkan di dalam gambar perencanaan.
4. Valve
a. Setiap cabang pipa dari pertemuan antara pipa-pipa dari bangunan
pengolahan sebelumnya dilengkapi dengan valve.
b. Ukuran dan diameter valve sesuai dengan diameter pipanya
c. Valve yang dipilih adalah valve yang terbuat dari besi cor.
d. Setiap valve dilengkapi dengan manhole yang dilengkapi dengan konstruksi
penutup.
e. Penutup dibuat dari pelat baja yang bisa dibuka dan dilengkapi
dengan kunci gembok.
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam stabilisasi/ anaerob mencakup pekerjaan-
pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai beton bertulang
d. Pekerjaan dinding beton bertulang
e. Pembuatan bak pengendap dan struktur inlet
f. Pembuatan konstruksi pelimpah (sesuai gambar rencana)
g. Pembuatan saluran pembuang influen dan efluen Spesifikasi teknis tentang
pekerjaan tanah, lantai kerja, dan beton dapat dilihat pada bab II.
2. Kolam Stabilisasi/Anaerob
a. Kolam stabilisasi terbuat dari konstruksi beton, sesuai dengan gambar
perencanaan. Bak yang dibuat dengan posisi sesuai dengan gambar site
plan instalasi pengolahan lindi.
b. Inlet merupakan saluran terbuka yang langsung dihubungkan dari bak
pengumpul efluen melalui pintu-pintu air.
c. Outlet dari kolam stabilisasi/anaerob terdiri dari 2 elevasi sesuai dengan
gambar, masing-masing melalui pintu air yang berbeda. Level dari pintu air
tersebut harus diletakkan secara akurat, agar fungsi pengaturan aliran
sesuai dengan yang diinginkan.
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam fakultatif meliputi:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai dan dinding beton bertulang
d. Pemasangan perpipaan
2. Bak fakultatif
a. Bak fakultatif terbuat dari konstruksi beton.
b. Sudut-sudut samping dasar bak berbentuk 90˚ akan tetapi dibuat
miring seperti tertera pada gambar perencanaan.
c. Lantai kerja terbuat dari beton dengan ketebalan 30 cm sesuai dengan
gambar perencanaan.
3. Pemasangan pipa
a. Pemasangan pipa inlet yang masuk ke dalam tangki fakultatif harus
dilakukan dengan teliti.
b. Posisi ketinggian pipa dari muka tanah maupun dari dasar bak fakultatif
harus sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar perencanaan.
c. Bahan pipa adalah pipa PVC AW
d. Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara mekanis, yaitu
menggunakan flange diameter yang sesuai.
4. Kontruksi pelimpah
a. Konstruksi pelimpah dari bak fakultatif ini adalah ambang pelimpah yang
dipasang selebar bak.
b. Ukuran lebar dan tinggi saluran pelimpah mengikuti apa yang tercantum
pada gambar perencanaan.
c. Pelimpah terbuat dari bahan papan kayu yang lurus. Papan ini dipasang di
atas ketebalan dinding pelimpah yang terbuat dari beton bertulang seperti
diperlihatkan pada gambar perencanaan. Pemasangan papan pelimpah ini
pada beton dilakukan dengan hati- hati dan rapi. Agar tidak terjadi
kebocoran maka setiap penempelan harus diberi lem dan karet.
d. Guna memudahkan pemasangan dan pencabutan papan pelimpah, maka
dibutuhkan jembatan (bordes) operasi, yang terbuat dari baja. Posisi dan
ukuran bordes tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan bak maturasi mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:
a. Pekerjaan tanah
b. Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
c. Pekerjaan lantai beton bertulang
d. Pekerjaan dinding beton bertulang
e. Pemasangan pipa overflow
f. Pembuatan pipa underdrain
2. Kolam Biofilter/Wetland
Kolam kontrol merupakan lahan sanitasi yang dibatasi oleh dinding beton
dengan konstruksi yang biasa digunakan di daerah tersebut. Bentuk dan letak
dari kolam ini dapat dilihat pada gambar-gambar teknis. Pembuatan kolam
biofilter:
a. Kolam sorpsi terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran sesuai dengan
gambar perencanaan. Pada dinding keluar (efluen), digunakan pipa PVC
berlubang di seluruh bidangnya guna memungkinkan penyaluran air.
b. Pengisian media pasir halus dan kerikil atau bahan sorpsi lain sesuai
dengan gambar perencanaan.
1. Lingkup
Pekerjaan yang tercakup oleh bab ini meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan, dan pengawasan untuk pekerjaan pemasangan
sistem liner. Pemakaian komponen-komponen dalam sistem liner ini harus
berasal dari produk satu pabrikan (atau komponen tertentu dapat atas
rekomendasi oleh satu pabrikan). Demikian juga untuk pemasangan sistem
liner ini wajib dilakukan sekaligus dalam satu paket dengan pembelian sistem
liner oleh pihak pabrikan/supplier, dan tidak boleh dilakukan terpisah oleh
pihak yang tidak ahli di bidangnya. Hal ini penting dicantumkan, mengingat
pemasangan sistem liner memerlukan keahlian khusus.
2. Liner
Geosintetis
a. Bahan
Kontraktor harus menyerahkan usulan rinci yang dilengkapi dengan
sertifikat pengujian dan 8 lembar contoh base lining system pada landfill
yang diusulkan berukuran 400 x 400 mm2 kepada Direksi. Penyerahan ini
tidak boleh kurang dari 1 (satu) bulan sebelum pemasangan dilakukan.
Tidak ada base lining system pada landfill yang dipasang sebelum ada
persetujuan dari Direksi.
Dalam melakukan suatu desain pada base lining landfill, hal pertama yang
harus dilakukan oleh consultant engineering adalah menentukan
parameter-parameter yang mutlak harus dipenuhi dalam desain.
Parameter-parameter tersebut antara lain adalah:
- Usia yang diharapkan (Expected Design Lifetime) dari struktur
bangunan tersebut.
- Angka keamanan (safety factor), baik untuk struktur, base lining,
dan slope lining.
- Koefisien permeabilitas masing-masing lapisan.
- Puncture resistance dari material pelindung.
Sesuai dengan tujuan utama dari landfill system, yaitu menghindari polusi
pada tanah, air tanah dan air permukaan, maka kegagalan, sekecil apapun
tidak dapat ditolerir. Setiap hal yang berhubungan dengan stabilitas harus
dianalisa, baik stabilitas struktur bangunan (subgrade dan lereng), maupun
interaksi antara material lining dengan struktur tersebut. Stabilitas ini
harus sudah memperhitungkan gaya-gaya statis dan dinamis yang bekerja
pada bidang itu. Dua hal pokok yang penting di lakukan perhitungan
stabilitas adalah:
- Pada saat konstruksi, maka harus diperhitungkan gaya-gaya yang
ditimbulkan akibat alat-alat berat yang bekerja pada struktur tersebut
termasuk momen-momen yang terjadi akibat perputaran roda dan
komponen lainnya.
- Ketika telah beroperasi, harus diperhitungkan gaya-gaya akibat moda
pengangkut (truk) dan excavator yang bekerja pada bangunan tersebut,
berikut momen-momen yang terjadi pada saat moda transportasi
tersebut melakukan aktifitasnya.
Untuk jenis material natural, ada 2 (dua) hal utama yang perlu menjadi
pertimbangan, yaitu:
- Ketersediaan (supply) material
- Tingkat kesulitan dan biaya dalam hal aplikasi material tersebut sesuai
dengan parameter yang telah ditentukan.
Kontraktor harus memperbaiki base lining system pada landfill yang rusak.
Metoda perbaikan harus mendapat persetujuan Direksi. Apabila Direksi
merasa bahwa perbaikan itu tidak memuaskan, maka Kontraktor harus
menggantinya dengan yang baru.
1. Umum
4. Persyaratan Spesifikasi
Geomembran yang digunakan harus berwarna hitam dan halus pada
kedua sisi serta harus memenuhi semua persyaratan seperti yang
tersebut dibawah ini melalui metoda pengujian yang sama:
Area (lokasi) yang akan di-lining diharapkan untuk diukur secara akurat
dan gambar lapangan atau sketsa, detail panel, dan lokasi sambungan
atau susunannya.
a) Susunan panel harus direncanakan untuk meminimalkan potongan,
panjang total yang memerlukan pengelasan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik.
b) Kegunaan dari bagian prafabrikasi liner harus betul-betul
dipertimbangkan.
c) Secara umum, panel geomembran harus diorientasikan pararel
terhadap garis maksimal lereng, tidak melintang terhadap lereng atau
dengan kata lain sambungannya direncanakan memotong lereng
tegak lurus dari atas ke bawah.
- Panel dapat digelar secara horizontal memotong lereng hanya bila
panjang total material mencukupi ke arah bawah lereng sampai
kaki lereng tidak lebih dari lebar roll material.
- Panel tidak pernah diorientasikan menuju arah yang memerlukan
penyambungan melintang memotong lereng.
- Lokasi penyambungan material tidak boleh dilakukan di atas
lereng.
5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar geomembrane
yang terpasang, lokasi pemasangan, tanggal penggelaran, waktu mulai
dan selesai, dan ukuran geomembran yang terpasang.
Pabrikan harus memiliki sertifikat ISO 9001 (2000). Setiap roll harus
memiliki nomor identifikasi produksi dan supplier diwajibkan untuk
melampirkan laporan QA/QC hasil tes pada saat produksi. Frekuensi tes
pada hasil akhir produksi tidak boleh kurang dari:
Thickness (DIN 53370) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kualitas permukaan (DIN 16925) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kepadatan (ISO 1183) setiap 1 per shift @ 8 jam
Penyusutan akibat suhu setiap 1 per shift @ 8 jam
Index leleh (MFI) (ISO-R1133) setiap 1 per shift @ 8 jam
6. Metoda Pengukuran
Lembaran geomembran diukur dalam meter persegi untuk tiap luas
areal yang dipasang.
1. Umum
Geotekstil sebagai lapisan proteksi harus memenuhi persyaratan
spesifikasi, yaitu harus dapat melindungi lapisan pengedap dari
kerusakan fisik akibat material timbunan. Selain berfungsi sebagai
lapisan proteksi, material ini juga dapat digunakan untuk lapisan filtrasi,
untuk filter lindi sebelum jatuh ke gravel dan dalam hal ini material ini
mempunyai fungsi ganda sebagai penahan sampah agar tidak masuk ke
pori -pori gravel sehingga tidak menghambat laju aliran lindi menuju
pipa lindi.
2. Sifat-Sifat Fisik
- Untuk mencapai ketebalan tertentu dengan puncture resistance yang
cukup, Geotekstil harus dari jenis yang tidak dianyam (non woven),
dan dibuat terdiri dari continuous filament (serabut menerus), bukan
dari staple fiber (seratpendek).
- Geotekstil yang dipasang sebagai pelindung geomembrane sering kali
terkena cahaya matahari dalam waktu lama, sehingga harus
mempunyai ultra violetresistance >70% strength retention sesudah 3
bulan expose baik untuk Tensile Strength Retention dengan method
pengujian ISO 10319, maupun untuk Puncture Strength Retention
dengan method pengujian ISO 12236.
- Karena terbentuknya Leachate seperti pada TPA sampah, maka
geotextile harus mempunyai chemical resistance yang baik, tidak
terpengaruh akibat asam, alkali dan zat kimia dalam rentang pH 2 –
13. Dan tidak mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
- Setiap roll geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus dilengkapi
data merk dan tipe yang tertera jelas pada pembungkus luar. Data
merk dan tipe harus tercetak pula secara teratur sepanjang lembaran
geotextile untuk pemeriksaan visual.
5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar geotekstil yang
terpasang, lokasi pemasangan, tanggal penggelaran, waktu mulai dan
selesai, dan ukuran geotekstil yang terpasang. Pencatatan juga
mencakup penyambungan lembaran geotekstil.
6. Metoda Pengukuran
Lembaran geotekstil diukur dalam meter persegi untuk tiap luas areal
yang dipasang.
1. Umum
Batu yang dipergunakan adalah batu kali yang bulat, keras, tidak porous,
bukan batu pecah, bersih dari sedimen dan dengan ukuran 3/5 dan 5/7.
2. Prosedur Pemasangan
- Batu bulat (gravel) yang diperoleh atau diambil dari sungai dengan ukuran
3/5 dan 5/7, harus dalam kondisi bersih dari sedimen dengan mencuci
terlebih dahulu.
- Batu bulat (gravel) tidak boleh bertekstur kasar atau pecah, dikarenakan
dapat merusak lapisan geomembran dan geotekstile.
- Penghamparan batu bulat (gravel) dengan menggunakan alat berat
maupun sejenisnya harus hati-hati, jangan sampai merusak lapisan
geomembran dan geotekstile.
- Apabila terjadi kerusakan lapisan geomembran dan geotekstile akibat
kelalaian dari penyedia jasa, maka di wajibkan penyedia jasa harus
memperbaiki kembali kerusakan tersebut sesuai dengan spesifikasi
pemasangan geomembran dan geotekstile.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton adalah dalam satuan meter kubik (m3), sesuai
dengan kelas dan mutu beton dan sesuai dengan fungsi struktur dari beton yang di pasang, seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan,
material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan beton, pengecoran, pemadatan
dan perawatan serta pekerjaan lain yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan bekesting adalah dalam satuan meter persegi (m2),
seperti yang disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh
peralatan, material dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan bekesting.
PASAL 9
PEKERJAAN TURAP
9.1 Pekerjaan Pasangan Batu belah yang dimaksudkan sebagai pondasi tertera di
dalam gambar kerja. Pasangan batukali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1982, SII-0079-79.
9.2 Batu belah yang dipakai harus merupakan batukali belah yang keras, padat dan
memiliki struktur yang kompak, dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat,
serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan
SII.0079-79. Batukali bulat tidak boleh dipakai.
9.3 Semen portland yang dipakai harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
ayat sebelumnya, pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras serta
memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1970.
9.4 Pondasi batu belah harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
semen portland : 5 bagian pasir pasang dan adukan 1 bagian semen portland : 4
bagian pasir pasang, harus dipasang sedemikian rupa sehingga didapatkan gigitan
yang memadai di antara batu-batu dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus membuat dan memasang kayu-
kayu pembantu (kayu profil) dan merentangkan benang pembantu dengan bentuk
sesuai dengan bentuk dan ukuran pondasi yang akan dipasang.
9.5 Sebelum pasangan batu belah terpasang, permukaan galian harus dirapihkan dan
diberikan pasir urug padat setebal 10 cm dengan maksud agar air dari bawah
tanah tidak masuk ke lapisan batu belah di atasnya.
PASAL 10.
PEKERJAAN BATU KALI
10.1 Pekerjaan Pasangan Batu belah yang dimaksudkan sebagai pondasi tertera di
dalam gambar kerja. Pasangan batukali harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1982, SII-0079-79.
10.2 Batu belah yang dipakai harus merupakan batukali belah yang keras, padat dan
memiliki struktur yang kompak, dengan warna yang cerah dan bebas dari cacat,
serta harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum di dalam PUBI 1982 dan
SII.0079-79. Batukali bulat tidak boleh dipakai.
10.3 Semen portland yang dipakai harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada
ayat sebelumnya, pasir pasang yang dipakai harus bersih dan keras serta
memenuhi persyaratan yang tercantum di dalam PUBI 1970.
10.4 Pondasi batu belah harus dilaksanakan dengan menggunakan adukan 1 bagian
semen portland : 5 bagian pasir pasang dan adukan 1 bagian semen portland : 4
bagian pasir pasang, harus dipasang sedemikian rupa sehingga didapatkan gigitan
yang memadai di antara batu-batu dengan ruang kosong sekecil mungkin.
Sebelum pemasangan dilakukan, kontraktor harus membuat dan memasang kayu-
kayu pembantu (kayu profil) dan merentangkan benang pembantu dengan bentuk
sesuai dengan bentuk dan ukuran pondasi yang akan dipasang.
10.5 Sebelum pasangan batu belah terpasang, permukaan galian harus dirapihkan dan
diberikan pasir urug padat setebal 10 cm dengan maksud agar air dari bawah
tanah tidak masuk ke lapisan batu belah di atasnya.
PASAL 11.
PEKERJAAN BRONJONG
a. Standar Rujukan
d. Anyaman kawat
Anyaman kawat harus dibuat dengan mesin penganyam, membentuk segi
enam yang masing-masing sama ukurannya, dengan cara melilit setiap
pasangan kawat sebanyak 3 (tiga) setengah lilitan sedemikian rupa agar
terhindar dari kekusutan.
Kerapatan pada lilitan tersebut harus sedemikian, agar kekuatannya tidak
kurang dari 1.7 kN bila kawat ditarik untuk memisahkan satu dan lainnya, asal
setiap kawat terhindar dari puntiran, tegangan dan kawat harus pada bidang
yang sama.
PASAL 12.
PEKERJAAN BETON
Keterangan:
□ fy = tegangan lelah karakteristik
BJTP = Baja Tulangan Plos
BJTD = Baja Tulangan Deform
2) Penggantian Diameter
- Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas persetujuan
tertulis dari direksi.
- Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang diperlukan tidak
boleh kurang dari yang tercantum dalam gambar atau perhitungan.
- Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan terhadap yang ada
gambar sejauh bukan kesalahan gambar adalah tanggungan Penyedia Jasa.
3) Pelaksanaan
- Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari kotoran-kotoran,
karat, cat, kulit giling serta bahan lain yang akan mengurangi daya lekat
terhadap beton.
- Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin serta dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar.
- Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat sehingga tidak
berubah tempat atau bergeser sebelum dan selama pengecoran. Selimut
tulangan minimum mengikuti aturan SNI Beton.
- Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus sesuai buku
pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur
tembok bertulang untuk gedung sesuai dengan SNI Beton.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari
lapangan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari direksi.
- Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau sama dengan
20 mm baik untuk kolom maupun balok, setiap panjang 6 m selang seling
dilakukan sesuai dengan buku pedoman perencanaan untuk struktur
tembok bertulang untuk gedung SNI Beton.
4) Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah terjadinya karat,
dengan cara meletakkannya di atas papan atau balok kayu sehingga tidak
langsung di atas tanah, untuk penyimpanan waktu lama maka besi beton
harus disimpan di bawah atap.
- Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan harus sesuai
dengan pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494 Chemical Admixtures
for Concrete.
- Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan sesuai ASTM
C 494.
2) Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan
lain yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai
air bersih yang dapat diminum.
3) Mutu Beton
Mutu beton yang dipergunakan adalah:
Kolom : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3
Mpa Pelat Lantai/Slab : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3
Mpa Pelat Dinding/Wall: f’c 26,4 Mpa dan f’c
19,3 Mpa
a) Penyedia Jasa harus menyediakan alat -alat yang diperlukan dan tempat
untuk melakukan percobaan berikut:
- Slump test
- Test specimens
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
Penyedia Jasa juga menyediakan peralatan untuk menentukan moisture
content dari agregat halus, timbangan dan alat lain. Alat yang perlu
untuk melakukan percobaan-percobaan berikut.
b) Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari mixer
minimum 5 cm dan maksimum 10 cm untuk campuran koral beton dan
maksimum 12 cm untuk campuran dengan crushed stones.
c) Atas biaya sendiri Penyedia Jasa harus membuat, merawat dan
mengangkut semua test specimens ke laboratorium yang
ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk dilakukan
compresion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
d) Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap dengan nomor
kode dan hari pembuatan, bersama-sama dengan tanda dari bagian
pekerjaan mana sample diambil. Sistem dari pengukuran dan
penandaan dari kubus akan ditentukan oleh direksi pelaksanaan.
e) Penyedia Jasa harus memberikan material untuk pembuatan sample,
dari semua test yang diperlukan pada bagian ini dalam spesifikasi.
Kontraktor harus menyampaikan semua hasil test tersebut kepada
direksi secara rutin. Segala hal biaya yang menyangkut pengetesan
tersebut adalah biaya kontraktor.
2) Campuran Tambahan
Selain bahan seperti sudah ditentukan pada ayat 3.6.7. SPESIFIKASI TEKNIS ini,
bahan campuran lainnya yang digunakan hanya jika disetujui oleh direksi
secara khusus dan tertulis.
3) Pengadukan
Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk molen
yang berkapasitas tidak kurang dari 600 liter dan dilengkapi dengan alat
timbangan berat
a) Bahan
- Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari plywood dengan
tebal 12 mm dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood
ini diberi perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari bekisting
tersebut.
- Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan persetujuan direksi.
- Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus dibuat dari kayu klas II
tebal sesuai kebutuhan dan dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran
beton, acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari
bekisting tersebut.
- Untuk perkerasan bekisting (acuan) tersebut, apabila diperlukan direksi
dapat meminta kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui
direksi.
b) Konstruksi
- Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku mencegah
pergeseran atau perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan
bekisting halus-halus dan rata, tidak boleh melendut atau cekung.
Sambungan-sambungan bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata
dalam arah horisontal dan vertikal.
- Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus dibuat sebaik mungkin
dan mampu menunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya
kerusakan atau overstress ataupun pergeseran tempat pada bagian
konstruksi yang dibebani.
- Struktur dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi
sedemikian rupa, sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku
untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban yang berada di
atasnya selama pelaksanaan.
- Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar, bekisting untuk semua
balok dan pelat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut.
- Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar bentang pada tengah-
tengah bentang. Semua balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari
bentang, dihitung dari ujung bebas.
c) Baut
Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan- ikatan dalam beton harus
diatur sedemikian rupa sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka
semua besi tulangan akan berada 4 cm dari permukaan beton. Kawat
pengikat tidak diizinkan pada beton exposed yang akan berhubungan
langsung dengan keadaan alam, dimana dapat menimbulkan warna yang
tidak merata. Semua bekisting harus dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat menggunakan paku tanpa merusak beton.
d) Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum dipergunakan. Pekerjaan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kemungkinan
adanya beton yang keropos dan lain-lain kerusakan/cacat pada beton.
Segera sebelum beton dicor pada beberapa bagian dari bekisting, bagian
dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua material lain, termasuk
air. Tiap-tiap bagian dari bekisting, bagian-bagian yang struktural harus
diperiksa oleh direksi pelaksanaan segera sebelum beton dicor di bagian
itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi,
pada tepi bawahnya harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk
mengeluarkan kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding
tersebut. Bukaan ini boleh ditutup setelah diperiksa dan disetujui oleh
direksi pelaksanaan.
e) Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting yang dipergunakan
untuk beton yang tidak diplester lagi (exposed concrete) harus dilapisi
dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton. Bekisting
untuk beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya) harus dibasahi
air dengan seksama sebagai pengganti minyak sebelum beton dicor.
f) Pembongkaran
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau
pembebanan yang melebihi beban dengan rencana pembongkaran
bekisting pada beton. Pertanggungjawaban atas keselamatan pada waktu
pembongkaran tiap bagian bekisting atau penyangga berada dipihak
Penyedia Jasa.
g) Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian - bagian struktur ditentukan dari
percobaan selinder benda uji yang memberikan kuat desak minimum
sebagai berikut:
b) Musim Hujan
- Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang
baru dicor harus segera dilindungi dari curahan hujan. Sambungan harus
dilindungi seperti yang dijelaskan dalam spesifikasi ini.
- Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang
terkena hujan/aliran air hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan
dulu dari beton- beton yang tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran
selanjutnya harus mendapat izin direksi pelaksanaan terlebih dahulu.
12.15 Perawaratan
a) Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari kerusakaan yang
disebabkan oleh alat - alat. Semua beton hendaknya selalu dalam keadaan
basah, selama paling sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa
yang berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan beton itu
selalu dalam keadaan basah.
b) Bekisting kayu dibiarkan terpasang agar beton itu tetap basah selama
perawatan untuk mencegah retak pada sambungan dan pengeringan beton
yang terlalu cepat. Air yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan
sama sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan kerusakan
atau perubahan warna pada beton.
Pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan beton adalah dalam satuan meter kubik (m3), seperti yang
disebutkan dalam daftar kuantitas. Pembayaran merupakan kompensasi penuh dari seluruh peralatan, material
dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan tersebut.
PASAL 13.
PEKERJAAN BAJA
13.2 Referensi
Kecuali dinyatakan lain dalam syarat-syarat teknis ini, maka seluruh persyaratan
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti ketentuan - ketentuan yang tercantum
dalam standart dan peraturan dibawah ini :
1. PUBI - 1982
2. JIS
3. AISC
4. AWS, ASTM, SSPC, dll.
5. PPBBI - 1983 ( Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia )
6. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung ( NI - 18 ) 1981.
7. Syarat dan petunjuk dari pabrik / produsen pembuat.
8. Persyaratan Teknis.
Material Baja
Baja profil dan pipa sesuai dengan Fe-360 atau BJ-37 menurut PPBBI atau ASTM A-
36, dengan tegangan leleh sebesar 2400 kg/cm2.
- Baut Baja biasa sesuai ASTM A-307
- Baut Baja tegangan tinggi sesuai dengan ASTM A-325 F (High Strength Friction
Grip) dan Bout HTB F.10.T ASTM
- Elektroda las mengikuti AWS E-70XX atau mutu lebih tinggi.
13.4 Pabrikasi
Umum
Tukang-tukang yang digunakan harus dari tenaga-tenaga ahli pada bidangnya dan
melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan petunjuk-petunjuk Konsultan
Pengawas dan ketelitian utama diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat
cocok satu dengan yang lainnya pada waktu pemasangan.
Direksi / Konsultan Pengawas mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu
melakukan pemeriksaan pekerjaan.Tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan
untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui. Setiap pekerjaan yang cacat atau tidak
sesuai dengan gambar rencana atau spesifikasi ini akan ditolak dan harus segera
diperbaiki.
Kontraktor pabrikasi harus menyediakan atas biaya sendiri semua pekerjaan, alat-alat
perancah dan sebagainya yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan.
Kontraktor pabrikasi harus memperkenalkan Kontraktor Montase untuk sewaktu-waktu
memeriksa pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara dan lain-
lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan ditempat pekerjaan.
Kontraktor Montase tidak mempunyai wewenang untuk memberikan instruksi-instruksi
mengenai cara penyelenggaraan pabrikasi.
1. Pola Pengukuran
Pola (mal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor pabrikasi.
Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja yang telah
disetujui, ukuran-ukuran dari pekerjaan baja yang tertera pada gambar rencana
dianggap ukuran pada 25°C.
a. Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka pada semua pelat harus
diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus
bebas dari puntiran, bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun
akan terlihat rapat seluruhnya.
b. Memotong
Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunting, menggergaji atau dengan
las pemotong.
Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan harus diselesaikan siku
terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang diperlukan.
c. Pekerjaan mesin perkakas dan gerinda yang diperkenankan
Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotongan, maka
pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3
mm, pada pelat setebal 6 mm pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.
d. Memotong dengan Las Pemotong
Las pemotongan digerakkan secara mekanis dan diarahkan dengan sebuah mal
serta bergerak dengan kecepatan tetap.
Pinggir yang dihasilkan oleh las pemotong harus bersih serta lurus dan untuk
menghaluskan tepi yang dipotong itu harus digunakan gerinda.
Gerinda bergerak searah dengan arah las pemotong, tepi harus diselesaikan
sedemikian sehingga bebas dari seluruh bekas kotoran besi.
e. Pekerjaan Las & Pengawasan Pekerjaan Las
1) Pelat-pelat yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran besi, minyak,
cat, karet atau lapisan lain yang dapat memperngaruhi mutu las. Pengelasan
harus dilaksanakan dengan las busur listrik dan batang las harus dari bahan
yang sama campurannya dengan bahan yang akan dilas.
2) Pengelasan harus dilakukan oleh tenaga - tenaga ahli yang berpengalaman
dan dengan ketepatan tinggi. Kontraktor wajib menyerahkan sertifikat
keahlian dari masing - masing tukang lasnya sesuai dengan peraturan.
3) Pengelasan hanya boleh dilakukan pada tempat - tempat yang dinyatakan
dalam Gambar Kerja dan Rencana Kerja & Syarat - syarat ini. Ukuran las yang
tercantum dalam gambar adalah ukuran - ukuran efektif.
4) Setelah pengelasan selesai, maka sisa - sisa kerak las harus dibersihkan
dengan baik.
5) Pengawas memberi tanda untuk pemasangan akhir setelah montase
percobaan serta setelah mendapat persetujuan Direksi
13.6 Pengecatan
1. Pengecatan seluruh pekerjaan sesuai dengan NI 3 dan NI 4 atau sesuai dengan
spesifikasi dan anjuran dari pabrik.
2. Cat merupakan produksi dari pabrik terkenal antara lain ICI, Nippon Paint atau
setara.
3. Cat yang akan digunakan harus berada dalam kaleng yang masih disegel, tidak
pecah dan bocor serta mendapat persetujuan konsultan Pengawas. Seluruh
permukaan harus dibersihkan dengan sikat baja untuk menghilangkan karat,
sisa - sisa serpihan las sebelum dimulai pengecatan.
Besi / baja :
Primer (meni) : Menie satu lapis
Cat dasar : Cat dasar satu lapis
Cat akhir : Cat mengkilap / gloss dua lapis
14.2 Bahan-bahan
Bahan batu bata harus baru, terbakar merata, keras terbuat dari tanah liat yang
terpilih sesuai persyaratan dalam NI-10, 1973. Bilamana tidak terdapat bahan -
bahan yang tidak sesuai standar tersebut diatas maka ahli dapat menentukan
jenis - jenis lain pasaran lokal dengan persyaratan - persyaratan yang telah
ditentukan.
PASAL 15.
PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
16.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan lantai, Kontraktor wajib meneliti dan mengukur
kembali ketinggian peil lantai dan kemiringannya, sesuai gambar rencana.
PASAL 17
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA:
17.3 Bahan-bahan
a. Bahan kusen pintu dan jendela seluruhnya dari bahan Alumunium. Bahan
alumunium yang dipakai harus mempunyai kualitas yang baik dan sesuai
dengan ketentuan dalam Gambar dan Bestek, tidak cacat seperti pecah-pecah
atau retak.
b. Untuk daun pintu dari kaca tempered, sedangkan untuk pintu KM/WC
menggunakan pintu type PVC (pabrikasi).
c. Daun pintu dan Jendela rangka Alumunium lengkap dengan kaca tempered
tebal 6 mm.
d. Selama masa pelaksanaan mutu bahan Alumunium harus dijaga dengan cara
menyimpan ditempat - tempat yang kering dan terlindung dari hujan.
e. Untuk pasangan kaca polos digunakan kaca dengan ketebalan 5 mm.
PASAL 18.
PEKERJAAN KACA
18.1 Semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar, uraian dan
syarat pekerjaan dalam buku ini.
18.2 Toleransi ukuran panjang dan lebar tidak boleh melampaui toleransi yang
ditentukan oleh pabrik.
18.3 Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximun yang diperkenankan
adalah 1,5 mm permeter.
18.4 Bahan kaca dari jenis kaca tempered tebal 6 mm dan kaca ribben tebal 8 mm,
kaca yang digunakan harus sesuai dengan SII 0.189/78 dan PBVI 1982, atau
setaraf produk PT. ASAHI MAS.
18.5 Hubungan kaca dengan kaca atau kaca dengan material lain tanpa melalui kusen,
harus diisi dengan lem silikon warna transparan, cara pemasangan dan persiapan-
persiapan pemasangan harus mengikuti petunjuk yang dikeluarkan pabrik.
18.6 Kaca harus terpasang rapi, sisi tepi harus lurus dan rata, tidak diperkenankan retak
dan pecah pasa sealant / tepinya, bebas dari segala noda dan bekas goresan.
PASAL 19
PEKERJAAN PLAFOND
19.1 Bahan:
a. Bahan rangka plafond dari kayu borneo 5/7 seperti yang tercantum dalam
gambar.
b. Bahan penutup plafond adalah triplek tebal 4 mm
PASAL 20
PEKERJAAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN DAN ATAP
21.1 Bahan.
a. Pengertian cat disini meliputi cat dasar, cat perantara dan cat akhir.
b. Cat harus masih berada dalam kaleng, dimana tertera nama pembuatnya,
petunjuk pemakaian, formula, warna, nomor seri dan tanggal pembuatan.
c. Mutu cat
- Cat setara VINILEX digunakan pada plafond.
- Cat setara ICI digunakan pada dinding dan kolom beton.
- Cat kayu setaraf GLOTEX digunakan pada listplank kayu, sedangkan untuk
daun pintu dipakai melamik
21.3 Cara Pelaksanaan (Masing - masing jenis cat digunakan referensi dari masing -
masing pabrik).
PASAL 22
PEKERJAAN SANITAIR
PASAL 24
URUGAN UNTUK BADAN JALAN
24.1 Definisi
Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan mengurug tanah guna keperluan badan
jalan sesuai dengan syarat - syarat dalam spesifikasi ini dan ketentuan – ketentuan
yang tercantum pada gambar rencana atau petunjuk Direksi, yang meliputi
kedudukan, kemiringan, penampang dan ukuran – ukuran.
Pasal 25
PERKERASAN KAKU (Cor Jalan Operasi)
25.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan yang disyaratkan harus mencakup penyiapan bahan campuran,
yaitu agregat, semen dan air yang dicampur di suatu tempat,
penghamparan beton semen di atas pondasi yang sudah siap sesuai
dengan spesifikasi untuk pembuatan seluruh perkerasan beton semen,
termasuk tulangan dan struktur komposit sesuai dengan persyaratan,
garis elevasi, ketebalan, kelandaian, penampang melintang dan dimensi
yang ditunjukan dalam gambar rencana sebagaimana diperlukan oleh
Direksi/pengawas .
b. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja dimana
pekerjaan perkerasan beton semen akan ditempatkan, termasuk bagian
yang harus dibongkar, galian pondasi bawah, penyiapan dan
pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton, pemompaan atau
tindakan lain agar pondasi tetap kering, dan urugan kembali disekeliling
struktur perkerasan beton semen dengan urugan tanah yang dipadatkan.
c. Kelas dari beton semen yang akan digunakan pada masing-masing bagian
dari pekerjaan dalam kontrak haruslah seperti yang diminta dalam
gambar atau pasal lain yang berhubungan dengan persyaratan ini atau
sebagaimana yang diperhitungkan oleh Konsultan Pengawas, kekuatan
tanah dasar dinyatakan dengan parameter berikut:
Modulus reaksi tanah dasar (k) dalam satuan kilogram/cm3 dan
dibatasi minimum 2 kg/cm3.
Kekuatan beton yang dinyatakan dengan kuat lentur (Modulus of
Rupture, MR) dengan satuan kg/cm2 dan dibatasi untuk umur 21 hari
minimum 30 kg/cm2 atau dianjurkan minimum 40 kg/cm2;
3. Jaminan Mutu
Mutu material yang dikirim, campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta
hasil akhir harus dimonitor dan dikendalikan.
4. Toleransi
a. Toleransi dimensi blok beton :
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 meter adalah 5
mm Panjang keseluruhan lebih dari 6 meter adalah 15 mm
b. Toleransi bentuk :
Selisih panjang diagonal adalah 10 mm;
Kelurusan panjang lebih dari 3 meter adalah 12 mm;
Kelurusan panjang antara 3 - 6 meter adalah 15 mm;
Kelurusan panjang 6 meter adalah 20 mm.
c. Toleransi ketinggian (elevasi) :
Puncak beton penutup di atas pondasi adalah 10 mm;
Puncak beton penutup pada permukaan adalah 10 m.
d. Toleransi untuk penutup / selimut beton tulangan
Selimut beton sampai 3 cm adalah maksimum 5 mm;
Selimut beton 3 cm - 5 cm adalah maksimum 10 mm;
Selimut beton 5 cm - 10 cm adalah 10 mm.
5. Sumber Standar
SNI Beton 2847 Tahun 2019 Persyaratan Beton Struktural
SNI - 1972 - 2008 Metoda Pengujian Slump Beton;
SK SNI M - 105 - 1990 – 03 Metoda Pengujian Kehalusan Semen Portland;
SK SNI M - 106 - 1990 – 03 Metoda Pengujian berat jenis Semen Portland;
SK SNI M - 111 - 1990 – 03 Metoda Pengujian Kekuatan Mortar Semen
Portland untuk Pekerjaan Sipil;
SK SNI M - 112 - 1990 - 03 Metoda Pengujian Konsistensi Normal Semen
Portland dengan Alat Vicat untuk Pekerjaan Sipil;
SK SNI M - 60 - 1990 - 03 Metoda Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
AASHTO M 85 - 70 Semen Portland
AASHTO M 173 - 60 Pengedap sambungan beton jenis elastis yang
dituang panas;
AASHTO M 213 - 74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk lapisan
beton dan konstruksi struktur;
AASHTO T 11 - 78 Jumlah material yang lebih halus dari saringan
0,075 mm dalam agregat;
SK SNI M - 01 1991 - 03 Metoda Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton;
SNI 1974 - 1990 - F Kuat tekan dari contoh beton Silindris;
AASHTO T 23 - 76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk
pengujian kuat tekan dan kuat lentur di lapangan.
AASHTO T 26 - 72 Mutu air yang akan digunakan dalam beton;
SNI 03 - 2417 - 1991 Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan
mesin Los Angeles;
AASHTO T 104 - 77 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan
sodium sulfat;
AASHTO T 112 - 78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat
pecah dalam agregat;
SNI 03 - 2493 - 1991 Pembuatan dan perawatan contoh untuk
pengujian beton di laboratorium;
SNI T 141 - 74 Pengambilan contoh beton segar.
6. Pelaporan
a. Kontraktor harus mengirimkan contoh yang diambil dari seluruh material
yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat material yang disyaratkan.
b. Kontraktor harus mengirimkan rancangan campurannya untuk masing-
masing jenis beton yang diusulkan untuk digunakan, pada saat 30 hari
sebelum awal pekerjaan pengecoran beton.
c. Kontraktor harus mengirim secara tertulis hasil dari seluruh pengujian
pengendalian mutu yang disyaratkan segera setelah siap atau bila diminta
oleh Konsultan Pengawas; Dalam hal ini pengujian kuat tekan, hal ini akan
meliputi pengiriman hasil pengujian kuat tekan 3 - hari, 7 - hari, dan 28 -
hari.
d. Kontraktor harus mengirim gambar terperinci dari seluruh perancah yang
akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas
sebelum memulai setiap pekerjaan perancah.
e. Kontraktor harus memberi tahu Konsultan Pengawas secara tertulis
paling sedikit 24 jam sebelum memulai melakukan pencampuran atau
pengecoran beton.
25.2 Bahan
Bahan untuk perkerasan kaku beton semen terdiri dari agregat berupa batu pecah
atau kerikil pecah, pasir atau batu-batu, semen dan air. Untuk keperluan khusus
maka campuran bahan-bahan tersebut dapat ditambah dengan bahan lainnya
yang terbukti dapat meningkatkan kekuatan, dan keawetan serta kemudahan
dalam pelaksanaan berdasarkan hasil pengujian laboratorium serta dapat diterima
baik oleh Konsultan Pengawas.
Semua bahan harus berasal dari sumber yang telah diketahui serta dipersiapkan
jumlahnya dan dibuktikan harus memenuhi syarat-syarat uji mutu. Bahan yang
digunakan harus mengikuti persyaratan yang diuraikan di dalam spesifikasi ini,
kecuali apabila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi mutu
hasil pekerjaan.
1. Semen
Semen yang digunakan harus memenuhi persyaratan SII 0013 - 18;
Cara penyimpanan semen harus dilakukan sesuai dengan cara
penyimpanan yang benar.
Terkecuali diijinkan oleh Konsultan Pengawas, maka hanya satu produk
merk yang dapat digunakan di dalam proyek.
2. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas
dari minyak, garam, asam, gula, bahan organis, bahan nabati, lanau, lumpur
atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan dan
memenuhi kriteria AASHTO T 26.
Air harus dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi peryaratan
sebagai berikut pada Tabel dibawah ini. Air bening dapat terbukti diketahui
dapat diminum, dapat digunakan tanpa pengujian.
Tabel 1:
Persyaratan Air
JENIS PENGUJIAN PERYARATAN CARA PENGUJIAN
- Ph 4,5 - 8,5
- Bahan padat total maks 2.000 ppm
- Bahan tersuspensi maks 2.000 ppm
- Bahan Organik maks 2.000 ppm SK SNI M - 71 - 1990 - 03
- Minyak Mineral 2 % berat semen SK SNI M - 68 - 1990 - 03
- Ion Sulfat, Na2sO4 10.000 ppm SK SNI M - 12 - 1990 - F
- Ion Chlor, NaCl 20.000 ppm SK SNI M - 17 - 1990 - F
3. Agregat
a. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih,
keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan padas atau batu, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.
b. Agregat harus bebas dari material organis dan harus memenuhi
persyaratan mutu sebagai berikut pada Tabel 2 di bawah:
Tabel 2:
Persyaratan Mutu Agregat Halus dan Agregat Kasar
ASSHTO BATAS MAKSIMUM
SIFAT YANG DIIJINKAN
TEST AGREGA AGREGAT
T HALUS KASAR
Kehilangan akibat abrasi pada
500 putaran dengan Mesin Los T 96 - 40 %
Angeles
Kehilangan akibat penentuan
mutu dengan sodium sulfat T 104 10 % 12 %
setelah 5 siklus
Presentase dari gumpalan
lempung dan partikel yang dapat T 112 0.5 % 2%
pecah
Material yang lolos saringan # T 11 3% 1%
200
Tabel 3:
Syarat-syarat Gradasi Agregat
Ukuran Ayakan Presentase berat yang lolos
Standar Inchi Agregat Pilihan Agregat Kasar
(mm) (in) halus
50 2 - 100 - - -
37 1.1/2 - 95 - 100 - -
100
25 1 - - 95 - 100 -
100
19 3/4 - 35 - 70 - 90 - 100 100
1 1/2 - - 25 - 60 - 90 - 100
10 3,0 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70
4.5 #4 95 - 0-5 0 - 10 0 - 10 0 - 15
100
2.36 #8 - - 0-5 0-5 0-5
1.18 # 16 45 - 85 - - - -
0.3 # 50 10 - 30 - - - -
0.15 # 100 2 - 10 - - - -
5. Bahan Perekat
Bahan perawat harus memenuhi persyaratan di bawah ini :
a. Lembar Penutup
Lembar penutup yang terbuat dari goni, pada waktu digunakan
harus dalam keadaan baik, tidak berlubang, tidak kotor, tidak
berlumpur atau tidak mengandung bahan lain yang menggunakan
daya serapnya.
Lembar penutup tersebut juga harus tidak mengandung bahan-
bahan yang dapat mengganggu / merusak beton.
Lembar penutup yang tidak segera menyerap air (bila disemprotkan
atau direndam) dan beratnya kurang dari 240 gram/m2 dalam
keadaan bersih dan kering tidak boleh digunakan.
Lembar penutup yang berbentuk jaringan kasar harus digunakan
secara hati-hati untuk menghindari cacat pada permukaan.
b. Kertas atau Lembar yang kedap air
Kertas atau lembar kedap air harus dapat mencegah penguapan air
dalam beton, sesuai dengan ketentuan ASTM C-171 - 79 / AASHTO M
171-79.
c. Selaput Air (liquid membrance - forming compounds)
Selaput air harus sesuai dengan persyaratan ASTM C-309/AASHTO M
171-79, jenis 2, berwarna putih umumnya digunakan untuk perkerasan
kaku. Jenis 1, bening atau tembus cahaya, dan jenis 3, warna abu-abu
muda, juga dapat digunakan.
10. Kertas Penutup Tanah Dasar dan Pencegah Penguapan (Subgrade Paper and
Vapor Barriers)
Bila diperlukan kertas atau lembar kedap air yang harus dipasang di bawah
plat, maka lembar tersebut harus memenuhi spesifikasi AASHTO M-74 atau
ASTM C-171.
Tidak
7 hari 28 hari 7 hari 28 hari Digetarkan
Digetarkan
Tabel: 5
Perbandingan campuran air, agregat dan semen
Perbandingan Campuran
40 Kg Semen
Air Agregat
Jenis Beton Jenis Agregat Kasar
Maks (Kg)
(Liter) Halus Kasar
Biasa (Plain) Koral (Round Gravel) 17,6 17,8 155,5
Biasa (Plain) Koral / Batu Pecah
(Crushed Gravel of Stone) 19,6 85,2 142,7
Biasa (Plain) Terak Pecah (Crushed 21,2 93,7 140,7
Slag)
Mengandung
Udara (Air Koral (round gravel) 16,0 68,2 155,4
Entrained)
Mengandung Koral/Batu pecah
Udara (Air (crushed gravel or stone) 17,6 76,7 142,2
Entrained)
Mengandung
Udara (Air Terak Pecah (crushed 19,6 83,1 110,7
Entrained) slag)
Catatan :
Campuran dengan 335 kg/m3 semen dengan slump 38 - 76 mm,
cocok untuk mesin penghampar biasa. Bila digunakan alat getar
maka slump dapat menjadi 13 - 50 mm dan takaran diatur dan
disesuaikan untuk mendapatkan dan faktor semen yang sama.
Kandungan udara dianggap 1 % untuk campuran beton biasa
dan 5,5 % untuk campuran beton mengandung udara.
Berat agregat didasarkan pada anggapan berat jenis bulk jenis
kering permukaan, untuk pasir, kerikil, batu pecah = 2,65; terak =
2,25. Untuk agregat yang mempunyai berat jenis yang tidak sama
dengan anggapan ini, maka beratnya harus disesuaikan dengan
perbandingan berat jenisnya.
Dianggap bahwa agregat halus adalah pasir bergradasi baik
dengan modulus kehalusannya (fineness modulus) 2,6-2,9.
Dalam beberapa hal maka proporsi material dan berat penakaran harus
ditentukan dengan menggunakan metoda yang disyaratkan dalam PBI
dan sesuai dengan batasan yang diberikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel: 6
Perbandingan Air terhadap Campuran
Kelas Beton Perbandingan Maksimum Jumlah Semen, Kg / M3
Air / Semen (Berat) Terhadap campuran
Minimum Maksimum
K 350 0.45 315 365
K 300 0.45 300 350
K 250 0.50 290 340
K 175 0.57 220 300
4. Campuran Percobaan
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta material yang
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan dengan
disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan peralatan dan
perlengkapan dengan jenis yang sama seperti yang akan digunakan untuk
pekerjaan. Campuran percobaan untuk dapat diterima asalkan memenuhi
sifat campuran yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan.
5. Penyesuaian Campuran
a. Penyesuaian sifat mudah dikerjakan
Bila dijumpai tak mungkin memperoleh beton dengan sifat mudah
dikerjakan dan dicor pada proporsi yang semula direncanakan oleh
Konsultan Pengawas, maka akan dibuat perubahan-perubahan pada
agregat sebagaimana diperlukan, asal dalam hal apapun kadar semen
yang semula direncanakan tidak diubah, juga tidak menambah besar
faktor air / semen yang telah ditetapkan berdasarkan pengujian kuat
tekan yang telah menghasilkan kuat tekan yang memadai.
Pengadukan kembali beton yang sudah dicampur dengan cara
menambahkan air atau cara lain yang diperkenankan. Zat tambahan
untuk meningkatkan sifat mudah dikerjakan hanya diizinkan bila secara
khusus telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
b. Penyesuaian Kekuatan
Bila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan atau disetujui,
kadar semen harus ditingkatkan sebagaimana diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas.
c. Penyesuaian untuk Material Baru
tidak boleh ada perubahan dalam sumber atau sifat dari material yang
disyaratkan tanpa pemberitahuan tertulis kepada Konsultan Pengawas
dan tidak boleh ada material baru yang boleh digunakan sampai
Konsultan Pengawas menerima material tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru yang didasarkan atau hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Kontraktor.
6. Penakaran Agregat
a. Seluruh beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan semen
kantongan, Kuantitas penakaran harus sedemikian rupa sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah sama dengan satu atau
kebulatan dari jumlah kantung semen. Agregat harus diukur secara
terpisah beratnya. Ukuran masing - masing takaran tidak boleh melebihi
kapasitas terpasang dari pengaduk.
b. Sebelum penakaran, agregat harus dibuat jenuh air dan dipertahankan
dalam kondisi lembab, pada kadar air yang mendekati kering permukaan
jenuh. dengan secara berkala menyiram timbunan agregat dengan air.
pada saat - saat penakaran, penyiraman terakhir dari agregat haruslah
paling sedikit 12 jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang
memadai dari timbunan agregat.
7. Pencampuran
a. Beton harus dicampur dalam mesin yang dioperasikan secara mekanis
dari jenis ukuran yang disetujui dan akan menjamin distribusi yang
merata dari bahan.
b. Pencampuran harus dilengkapi dengan penampung air yang cukup dan
peralatan untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan secara teliti dalam masing - masing penakaran.
c. Alat pencampuran pertama - tama harus diisi dengan agregat dan
semen yang telah ditakar, dan selanjutnya pencampuran dimulai
sebelum air ditambahkan.
d. Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukan ke
dalam campuran material kering. seluruh air pencampuran harus
dimasukan sebelum seperempat waktu pencampuran telah berlalu.
Waktu pencampuran untuk mesin dengan kapasitas 3/4 m3 atau kurang
haruslah 1.5 menit. Untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk setiap tambahan 0.5 m3 dalam ukuran.
e. Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Konsultan
Pengawas dapat menyetujui pencampuran beton dengan tenaga
manusia sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran dengan tenaga manusia harus dibatasi pada beton non
struktural.
25.4 Beton Dengan Kuat Awal Tinggi (High Early – Strength Concrete)
Metoda produksi (Methods of Production) pada bagian perkerasan tertentu yang
harus segera dapat berfungsi atau karena pertimbangan - pertimbangan lainnya,
mungkin diperlukan penggunaan beton dengan kuat awal tinggi. Beton dengan
kuat awal tinggi dapat diproduksi dengan cara :
1. Menggunakan semen portland kuat awal tinggi jenis III dan II A, dengan cara
penentuan proporsi campuran khusus, sebagai pengganti semen portland
biasa ((Jenis I atau I A atau jenis II atau II A), atau
Menggunakan faktor air semen dengan menaikkan jumlah semen biasa.
Menggunakan CALCIUM CHLORIDA sebagai salah satu bahan dasar dalam
jumlah antara 0.40 - 0.80 Kg (untuk CALCIUM CHLORIDA jenis I) atau 0.32
- 0.64 Kg (untuk CALCIUM CHLORIDA jenis II) pada setiap 40 Kg semen.
CALCIUM CHLORIDA harus ditambahkan dalam bentuk larutan. Larutan ini
dapat dibuat dengan cara melarutkan 0.47 Kg CALCIUM CHLORIDA jenis I
atau 3.38 Kg CALCIUM CHLORIDA jenis II dalam I liter air.
Perlu diketahui bahwa penggunaan CALCIUM CHLORIDA cenderung untuk
mengurangi kemampuan beton dalam melindungi baja tulangan, batang
pengikat atau ruji terhadap korosi.
Menggunakan bahan tambahan kimia yang memenuhi ASTM C - 494.
2. Pengecoran
a. Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas/Direksi secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum mulai pengecoran beton atau
meneruskan pengecoran beton bila operasi telah ditunda untuk lebih dari
24 jam. Pemberitahuan harus meliputi lokasi pekerjaan, macam
pekerjaan, kelas dari beton dan tanggal serta waktu pencampuran.
Konsultan Pengawas/Direksi akan memberi tanda terima dari
pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa cetakan dan tulangan dan
dapat mengeluarkan persetujuan secara tertulis untuk pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Kontraktor tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis Konsultan
Pengawas/Direksi untuk memulai.
b. Tidak bertentangan dengan pengeluaran suatu persetujuan untuk
memulai, tidak ada beton yang boleh dicor bila Konsultan
Pengawas/Direksi atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi
pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
c. Sesaat sebelum beton dicor, cetakan harus dibasahi dengan air atau di
bagian dalamnya dilapisi dengan minyak mineral yang tak akan
membekas.
d. Tidak ada beton yang boleh digunakan bila tidak dicor pada posisi
akhirnya dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau
dalam waktu secepatnya sesuai petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi
atas dasar pengamatan sifat - sifat mengeras semen yang digunakan.
e. Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi yang telah disetujui sebelumnya atau sampai
pekerjaan selesai.
f. Beton harus dicor sedemikian rupa agar terhindar dari segregasi
(pemisah) partikel kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor
dalam cetakan sedekat mungkin ke tempat akhirnya untuk mencegah
pengaliran dan harus tidak boleh mengalir lebih dari 1 meter dari tempat
awal pengecoran.
g. Bila dicor kedalam struktur yang memiliki cetakan yang sulit dan tulangan
yang rapat, beton harus dicor dalam lapis - lapis horizontal yang tak lebih
dari 15 cm tebalnya.
h. Beton tidak boleh jauh bebas ke dalam cetakan dari ketinggian lebih dari
150 cm.
i. Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga
beton yang telah berada di tempat masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan beton segar.
j. Air tidak boleh dialirkan ke atas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan
beton dalam waktu 24 Jam setelah pengecoran.
k. Peralatan pengecoran harus mampu mengalirkan adukan beton dari
mesin pengaduk atau alat pengangkut dan menuangkannya pada setiap
tempat tanpa pemisah butir (segregasi) dan tanpa merusak ke permukaan
yang dicor. Pada pekerjaan besar, pengecoran sering kali menuntut
penggunaan ulir (screw), ban berjalan (belt) atau wadah (hopper) sebagai
alat penghampar adukan. Peralatan ini biasanya beroperasi dari bahu
dan menuangkan adukan keseluruh lebar permukaan yang telah
dibentuk. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di
tempat, penuangan adukan beton ke mesin penghampar, dapat dilakukan
dengan menggunakan wadah (bucket) dan talangan (wadah).
Apabila pengecoran digunakan mesin pengaduk berjalan (Transit Mixer)
dan untuk menuangkan adukan hanya tersedia tang (chute), maka
disarankan dilakukan penghamparan jalur sesaat (lane at a time). Apabila
beton tanpa tulangan tidak dilaksanakan dengan mesin penghampar
acuan gelincir, maka biasanya adukan dituangkan (diatas permukaan)
didepan mesin penghampar dengan menggunakan truk pelimpah (dump
truck).
l. Situasi Khusus (Special Situations)
Apabila lebar penghamparan tidak sama (misalnya pada jalan masuk /
ramp, persimpangan), maka metoda pengecoran yang biasa tidak selalu
dapat diterapkan. Meskipun demikian, perlu diperhatikan agar untuk
mencapai kedudukan akhir, adukan jangan dituang sedorongan /
perataan secara manual perlu dilakukan, untuk menghindari pemisahan
butir.
3. Penghamparan (Spreading)
a. Peralatan
Pada pekerjaan besar, biasanya harus disediakan baik penghampar
jenis dayung (paddle) atau ulir (auger) atau ban berjalan, maupun jenis
wadah (hopper) dan ulir (auger), kecuali apabila digunakan
penghamparan acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir,
peralatan penghamparan (spreader) merupakan bagian yang sudah
melekat (built in). Untuk mengurangi pemisahan berbutir, semua
peralatan harus dioperasikan secara seksama.
Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan peralatan manual, dalam hal apapun,
beton harus dihampar dengan ketebalan yang cukup untuk pemadatan
dan penyelesaian akhir.
b. Penghamparan Dua Lapis (Two Course Construction)
Apabila tulangan terdiri dari anyaman dan harus diletakkan dengan
tangan, maka beton di bawah anyaman harus dihampar tersendiri (struck
off), kemudian anyaman diletakkan dan selanjutnya lapisan berikutnya
dihampar.
Pada pekerjaan besar, kadang-kadang digunakan dua buah mesin
penghampar apabila tulangan yang berbentuk anyaman akan dimasukan pada
kedudukkan yang dikehendaki dengan cara menggetarkan atau menekannya
dengan mesin, maka beton dapat dihampar langsung untuk seluruh total.
4. Pemadatan (Consolidation)
a. Umum
Pemadatan pada sambungan dan tepi - tepi, penekanan (screeding),
pemadatan secara tumbuk (tamper), dan pemadatan secara getar,
sampai tingkat tertentu cukup efektif, tapi tidak secara otomatis
menjamin kepadatan beton, mesin getar, baik jenis permukaan (pan atau
tube) dapat memberikan hasil yang baik.
b. Prosedur
Seluruh perkerasan harus dipadatkan seefektif dengan prosedur sebagai
berikut :
Perhatian khusus harus diberikan terhadap tepi - tepi sepanjang
sumbu, dan pada sambungan - sambungan lainnya.
Mesin pemasangan anyaman dapat memberikan sebagian
kepadatan. Penggetar internal di operasikan di dalam beton untuk
mengeluarkan udara sewaktu mesin penghampar bergerak.
Mesin penggetar harus diberhentikan apabila mesin penghampar
berhenti.
Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis yang digerakkan
dari dalam atau luar yang telah disetujui. Bila diperlukan dan bila
disetujui Konsultan Pengawas, penggetaran harus ditambah dengan
penusukan batang dengan tangan dengan alat yang cocok untuk
menjamin pemadatan yang tepat dan memadai, Penggetar tak boleh
digunakan untuk memidahkan campuran beton dari satu titik ke titik
lama cetakan.
Harus dilakukan tindakan hati - hati pada waktu pemadatan untuk
menentukan bahwa semua sudut dan diantara dan sekitar besi
tulangan benar - benar diisi tanpa pemindahan kerangka penulangan,
dan setiap rongga udara dan gelembung udara sudah terisi.
Penggetar harus dibatasi lama penggunaannya, sehingga
menghasilkan pemadatan yang diperlukan tanpa menyebabkan
segregasi dari agregat.
Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari luar harus sanggup
menghasilkan sekurang - kurangnya 500 putaran permenit dengan
berat efektif 0.25 Kg, dan boleh diletakkan di atas kerangka cetakan
supaya dapat menghasilkan getaran yang rata.
Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis
pulsa dan harus sanggup menghasilkan sekurang - kurangnya 5000
putaran permenit apabila digunakan dengan beton yang mempunyai
slump 2.5 cm atau kurang.
Setiap alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus
dimasukan tegak kedalam beton basah supaya tembus ke dasar
beton yang baru dicor dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
kedalam seksi itu. Alat penggetar kemudian harus ditarik pelan -
pelan dan dimasukan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jauhnya. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk menggeser
campuran beton ke lokasi lain dan tidak boleh menyentuh tulangan
beton.
c. Keadaan Khusus
Sekitar ruji dan dudukan. pada tepi - tepi dan sudut - sudut atau sekitar
pembuangan air (drains). dan pada pelat - pelat tidak beraturan pada
jalan masuk (ramps) dan persimpangan. Diperlukan ketelitian khusus
untuk menjamin kepadatan yang baik.
10. Acuan
a. Umum
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan, Suatu pengujian untuk mengetahui kekuatan acuan yang
terbuat dari baja harus mensyaratkan bahwa acuan harus tidak melendut
lebih besar dari 0,64 cm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan
bentang 3 m (10 ft) dan beban yang dengan berat mesin penghampar
atau peralatan pelaksanaan lainya yang akan bergerak diatasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 0,64 cm (1/4 inch) dan 0,8
cm (5/16 inch).
Acuan harus dilengkapi sedemikian rupa sehingga setelah terpasang
cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran
alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol
keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Acuan jadi yang berukuran kecil, tidak dianjurkan untuk pekerjaan-
pekerjaan dengan luas perkerasan lebih dari 1670 m2 (2000 yd persegi),
Dalam hal digunakan acuan jadi, penambahan ketinggian semula.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan
bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3
m(10 ft) panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari
0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3m (10 ft) panjang, Ujung-ujung acuan
yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk
menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Pada lengkungan dengan jari-jari 30 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokan (Flexiblefrom) atau acuan
melengkung.
Cetakan dari tanah, bila disetujui oleh Konsultan Pengawas harus
dibentuk dengan galian, dan diisi serta dasarnya harus dipotong sesuai
dengan ukuran yang diperlukan . Seluruh kotoran tanah lepas harus
dibuang sebelum pengecoran beton.
Cetakan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan kedap
terhadap adukan dan cukup kokoh untuk mempertahankan posisi yang
diperlukan dalam pengecoran, pemadatan dan perawatan.
Kayu yang tidak dihaluskan dapat digunakan untuk permukaan yang tidak
akan tampak pada struktur akhir, tetapi kayu yang dihaluskan dengan
tebal yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang tampak.
Cetakan harus menyediakan pembulatan pada seluruh sudut-sudut tajam.
Cetakan harus dibangun sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa
merusak beton.
b. Pemasangan Acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen
dan ketinggian jalan yang bersangkutan, sehingga acuan pada saat
dipasang, dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan
terletak pada elevasi yang benar, Pembuatan galian untuk meletakkan
acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknya dilakukan secara
mengupas/mengeruk.
Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan
kembali lapis demi lapis dengan tebal setiap lapisan tidak boleh lebih
besar 1,25 cm (1/2 inch).
Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa, dan bila perlu diperbaiki
menjelang menghampar beton. Bila terdapat acuan yang rusak atau
sesudah pondasi yang tidak stabil diperbaiki, acuan harus disetel kembali .
Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton
sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan dipasang
pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua
sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik,
menggunakan alat mesin atau manual.
Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak
pada setiap 3 m (10 ft) panjang, Setiap bagian acuan harus benar-benar
terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak,. Pada setiap titik acuan tidak
boleh menyimpang lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) dari garisnya.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan
akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum dilakukan penghamparan sisi
dalam acuan harus dibersihkan dan diminyaki.
c. Pembongkaran Acuan
Acuan harus tetap dipasang selama paling sedikit 8 jam setelah
penghamparan beton. setelah acuan dibongkar, tepi-tepi beton yang
terbuka harus segera dirawat.
d. Pembentukan Permukaan (Establishment of Grade)
Setelah lapis pondasi bawah dihampar dan dipadatkan sesuai kepadatan
yang disyaratkan, permukaan yang akan ditutup beton, dibentuk sesuai
dengan gambar rencana.
Apabila kepadatan lapisan pondasi bawah terganggu oleh pekerjaan
pembentukan, maka lapisan pondasi bawah tersebut harus diperbaiki
dengan melakukan pemadatan tambahan sebelum penghamparan beton.
Pembentukan harus dilakukan cukup awal sebelum penghamparan beton,
sehingga kedua lapisan tersebut tidak saling menggangu. Pada pekerjaan
besar, pembentukan akhir biasanya dilakukan dengan peralatan otomatis
yang dikontrol dengan kawat lurus. Bila lalu-lintas diijinkan untuk lewat
diatas permukaan yang sudah dibentuk. maka permukaan tersebut harus
diperiksa dan diperbaiki segera sebelum penghamparan beton.
2. Sambungan Melintang
a. Semua sambungan melintang harus dibuat sejalur untuk seluruh lebar
perkerasan, Bidang-bidang permukaan sambungan harus dibuat tegak
lurus terhadap bidang permukaan perkerasan.
b. Dalam pembuatan sambungan, perhatian khusus perlu diberikan, juga
menghindari ketidakrataan permukaan pada sambungan tersebut.
Apabila pada sambungan perlu atau diijinkan perapihan tepi (edging),
maka harus digunakan mistar 3 m (10 ft) untuk menjamin kerataan pada
sambungan tersebut.
c. Pembentukan sambungan yang ditempatkan di depan perata (screed)
dapat tenggelam, sedangkan ditempatkan dibelakang perata (screed)
maka akan menonjol pada permukaan.
d. Apabila diperlukan lidah alur, lidah alur tersebut harus dicetak secara
teliti dengan bahan cetakan yang cukup kuat agar didapat bentuk lidah
alur yang sempurna. Sambungan lidah alur juga bisa dibentuk secara
sempurna dengan menggunakan mesin penghampar acuan gelincir.
e. Apabila diperlukan atau diizinkan sambungan melintang dengan cara
menggergaji, dan bila seluruh lebar perkerasan harus dikerjakan dengan
beberapa lintasan penghamparan, maka penggergajian sambungan
melintang di luar penghamparan pertama hanya diijinkan bila
penggergajian tersebut dapat menunjukkan bahwa retak awal
(premature cracking) dapat dicegah.
Baut dibengkokkan dan digabung (joint hook bolts) yang memenuhi syarat
dapat digunakan. Baut dibengkokkan dan digabung harus dilengkapi
dengan mur untuk mengencangkan pada acuan agar posisinya tidak
berubah selama pengecoran.
Mesin penghampar acuan gelincir harus dilengkapi dengan peralatan
(device) yang cocok untuk pemasangan batang pengikat atau pengikat
jenis lain yang dapat memegang jalur - jalur berdampingan tetap pada
posisinya.
c. Sambungan Muai (Expansion Joints)
Sambungan muai ditempatkan diantara pertemuan bangunan (misal
lubang got / manhole, bak penampung) dengan alat perkerasan beton .
kecuali apabila tidak disebutkan lain gambar rencana, maka sambungan
harus terbuat dari jenis sambungan jadi (Preloaded) dengan ketebalan
tidak kurang dari 0.6 cm.
25.8 Pengerjaan Penyiapan Tanah Dasar Atau Lapis Pondasi Dan Yang Distabilisasi
1. Umum
Pasal ini menguraikan masalah pembentukan akhir dari tanah dasar, lapis
pondasi bawah, bahan pilihan, atau lapis pondasi bawah dari bahan stabilisasi
yang berkaitan dengan penghamparan beton.
Penjelasan lebih terperinci mengenai hal-hal lain yang berhubungan dengan
penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan,
pengupasan, pembongkaran , penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan
lapis pondasi khusus dengan atau tanpa bahan pengikat, dapat dilihat dalam
peraturan pelaksanaan pembangunan jalan raya edisi terakhir atau spesifikasi
standar pelaksanaan lainya yang diakui. Tanah dasar harus disiapkan sesuai
dengan persyaratan ini.
Persiapan penting sebelum penghamparan beton, meliputi berbagai hal
seperti membentuk, membuat penyesuaian seperlunya pada permukaan
tanah dasar atau lapis pondasi bawah , dan bila perlu , menambahkan air dan
memadatkan kembali permukaan akhir disesuaikan dengan alinyemen dan
potongan melintang seperti ditunjukan dalam gambar rencana. Pembentukan
permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi
jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Bila digunakan metode Acuan gelincir, dianjurkan agar lapis pondasi bawah
dibuat paling sedikit 60 cm lebih lebar pada masing-masing sisi memanjang
hamparan, sebagai landasan roda rantai mesin penghampar.
2. Pembentukan Akhir Permukaan (Fine Grading)
Apabila dalam pelaksanaan penghamparan digunakan acuan tetap,
pembentukan akhir permukaan biasanya dilakukan dengan alat yang bergerak
di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana Alinyemen Gambar.
Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga ketinggian
yang dikehendaki.
Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan
persaratan pemadatan.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistim pengatur ketinggian otomatis,
maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan
dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras(yang biasanya berlangsung antara 4
sampai 6 jam)
3. Persyaratan Dan Pemeriksaan Bentuk Akhir
Sebelum dilakukan penghamparan beton , tanah dasar atau lapis pondasi
bawah harus diperiksa kepadatan dan tampang melintangnya.
Apabila tanah dasar atau bahan sebagai pondasi bawah menunjukkan
kerusakan sebelum masa kontrak habis, maka harus dipertimbangkan untuk
stabilisasi dengan semen (Portland Cement) dengan perbandingan dan
persyaratan-persyaratan pada tabel.
Tampang melintang dapat diperiksa dengan mistar (Template) yang telah
disetujui yang dijalankan di atas acuan dalam hal tidak digunakan acuan,
dapat menggunakan tali.
Kecuali apabila disyaratkan penggunaan kertas kedap air atau pencegah-
pencegah penguapan lainya, maka lapis di bawah beton harus dibasahi
secukupnya sebelum penghamparan beton dimulai, agar pada waktu
dihampar lapis tersebut tetap lembab.
Lapisan di bawah beton harus senantiasa bebas dari benda-benda asing, sisa-
sisa beton dan kotoran-kotoran lainnya.
4. Pemasangan Lembar Kedap Air
Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air, maka lembar tersebut harus
dipasang diatas permukaan yang telah siap.
Lembar-lembar yang berdampingan dipasang tumpang tindih dengan lembar
tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah
memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga harus diperhatikan
kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
25.9 Pengerjaan Akhir
1. Pembongkaran Kerangka Cetakan
a. Cetakan tidak boleh dibongkar dari arah bidang vertikal lebih awal 30 jam
setelah pengecoran beton atau hingga pengujian menunjukkan bahwa
paling sedikit 60 % dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
b. Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, cetakan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi pekerjaan lanjutan yang tampak harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari
30 jam tergantung keadaan cuaca.
2. Tampak Permukaan
a. Kecuali diperintahkan lain, permukaan dari beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran cetakan. Seluruh perangkatan kawat atau logam
yang telah digunakan untuk memegang cetakan di tempat dan cetakan
yang melewati struktur beton harus dibuang atau dipotong ke sebelah
dalam paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan dan
ketidak rataan beton lainya yang disebabkan oleh cetakan harus dibuang.
b. Konsultan Pengawas harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran cetakan dan dapat memerintahkan penambalan ketidak
sempurnaan kecil yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi
lainya dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-
lubang kecil dan lekukan dengan adukan.
c. Bila Konsultan Pengawas menyetujui pengisian lubang besar berbentuk
bujur sangkar, pekerjaan harus dipahat sampai kebagian yang baik,
membentuk permukaan yang tegak ke permukaan benda kerja. Lubang
harus dibasahkan dengan air dan sedikit adukan semen tipis (semen dan
air tanpa pasir) harus dipasang pada permukaan lubang. Lubang
selanjutnya harus diisi dan ditumbuk dengan adukan yang kental yang
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir yang harus disusutkan
sebelumnya dengan mencampurnya kira-kira 30 menit sebelum dipakai.
d. Bagian atas pelat dan permukaan mendatar lainya bebas digaru dengan
mal besi atau kayu atau pembuat tekstur permukaan baik memanjang
maupun melintang tergantung persetujuan yang diperintahkan oleh
Konsultan Pengawas untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang
diperlukan segera setelah pengecoran beton atau besi atau cara lain yang
tepat sebelum beton mulai mengeras.
e. Perataan permukaan horizontal untuk kerb atau trotoir tidak boleh
menjadi licin tetapi harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan
atau metode lain sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas
pada saat beton mulai mengeras.
3. Perawatan
a. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi secara dini, suhu yang
terlalu panas dan gangguan mekanis lainnya. Beton harus dipertahankan
dengan kehilangan kelembaban minimal dan suhu yang relatif tetap
untuk suatu periode yang disyaratkan untuk menjamin hidrasi yang baik
dari semen dan pengeras betonnya.
b. Beton harus dirawat setelah mengeras secukupnya, dengan menyelimuti
memakai lembaran-lembaran yang menyerap air yang selalu basah untuk
periode paling sedikit 3 hari. Seluruh lembaran atau selimut untuk
merawat beton harus cukup diberati atau diikat ke bawah untuk
mencegah permukaan
c. Terbuka terhadap aliran udara. Bila cetakan kayu digunakan, cetakan
harus diperhatikan basah pada setiap saat sampai dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan pada pengeringan beton. Lalu - lintas
tidak boleh diizinkan pada permukaan beton untuk selama 7 hari setelah
beton dicor.
Perbandingan
Benda Uji Ukuran Kekuatan Tekan
Silinder 15 x 30 cm 1.00
Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.20
Kubus 20 x 20 x 20 cm 1.14
d. Toleransi Tebal
Semua lapis permukaan dan lapis pondasi harus dibuat dengan tebal sesuai
dengan Gambar Rencana.
Pemeriksaan yang teliti terhadap elevasi acuan dan pengukuran ketebalan
terhadap permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah dengan
menggunakan benang dipandang cukup memadai. Apabila dipandang perlu
memeriksa tebal perkerasan setelah penghamparan, maka tebal perkerasan
dapat ditentukan dengan cara pemboran (core drill). Pemboran harus
dilakukan pada interval yang disyaratkan. Contoh pemboran harus
mempunyai diameter minimum 100 mm.
Pengukuran untuk tiap contoh harus dilaksanakan sesuai dengan cara ASTM -
174.
Pasal 26
KERB BETON
26.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini tediri pembuatan Kerb beton, pracetak atau cetak di tempat,
sampai memenuhi kualitas, bentuk dan ukuran yang diperlukan yang telah
ditetapkan, dan memasangnya pada lokasi jalan, garis dan ketinggian
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan Direksi.
2. Toleransi Ukuran
Kerb beton pracetak
Bila diuji dengan batang lurus 3 meter, suatu Kerb dengan satu ketidak rataan
permukaan lebih dari 5mm, atau lubang permukaan dengan diameter lebih
dari 15 mm akan ditolak.
Kerb dicetak ditempat
Bila diuji dengan batang lurus 3 meter, setiap ketidak rataan lebih dari 5 mm
dari panjang 3 m akan ditolak.
Garis dan ketinggian
Bila diuji untuk garis dan ketinggian diatas 25 mm, setiap kesalahan melebihi
10 mm harus dikoreksi menurut petunjuk Direksi.
3. Contoh Bahan
a. Bila Kerb dibuat pracetak, dua contoh yang menggambarkan Kerb
tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas paling sedikit 14
hari sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan catatan kualitas
campuran sesuai dengan persyaratan spesikasi ini.
b. Bila Kerb dicetak di tempat, contoh-contoh agregat beton tersebut harus
diserahkan kepada Direksi untuk untuk menunjukkan kecocokannya
dengan pesyaratan gradasi dan mutu Spesikasi ini.
4. Bahan – Bahan
Kerb Beton Pracetak
a. Kerb beton pracetak harus dibuat dengan beton kelas K 175 dan harus
mematuhi persyaratan Konstruksi Beton.
b. Ukuran Kerb harus sesuai dengan gambar standar, ialah sebagai
berikut : Panjang = 60 cm
Tinggi = 30 cm
Lebar dasar = 21 cm
c. Unit-unit Kerb yang lainnya, harus dicetak tersendiri, seperti Kerb air
masuk (inlet) untuk mengeluarkan air permukaan.
Baja Tulangan
Jika diminta demikian atau ditunjukkan dalam Gambar, harus dipasang baja
tulangan ringan mematuhi persyaratan Penulangan Beton sebagai penulangan
dan di cor dalam Kerb tersebut.
Adonan Semen.
Adonan semen yang digunakan untuk sambungan-sambungan dan kelas Kerb
beton harus harus memenuhi persyaratan SNI.
Sambungan Muai.
Bila ditetapkan, sambungan muai jadi (yang dibentuk sebelumnya) yang
memenuhi persyaratan AASHTO M153 harus disediakan untuk digunakan
sebagai sambungan Kerb ditempat.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
tempat
a. Penggalian harus dibuat sampai lebar dan dalam yang diperlukan,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar serta sampai ke garis dan
ketinggian yang diatur dilapangan. Semua galian bahan-bahan lunak,
harus dibuang sebagaimana diperintahkan dan diganti dengan urugan
pilihan yang akan dipadatkan dengan baik sehingga disetujui Direksi.
b. Bila diperintahkan Direksi, satu lapisan pasir dan kerikil yang bersih atau
bahan butiran tembus air yang disetujui lainnya harus dipasang sampai
ketebalan 10 cm membentuk lapisan dasar bagi Kerb
6. Pengendalian Mutu
Test Laboratorium untuk Bahan-bahan
Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan Kerb pracetak dan
cetak di tempat, termasuk semen, agregat beton dan air, harus memenuhi
persyaratan mutu dan gradasi yang relevan sebagaimana ditetapkan pada
Uraian Konstruksi Beton.
Pengendalian Lapangan
Kerb beton akan dipasang memenuhi syarat-syarat toleransi dan kualitas
yang diuraikan dalam Spesikasi ini dan diperiksa selama proses pelaksanaan
dan pada penyelesaian. Kerb yang dalam pendapat Direksi tidak mmenuhi
persyaratan Spesikasi ini akan ditolak dan diganti atas biaya Kontraktor.
Pasal 27
DRAINASE
27.1 Umum
1. Uraian
Yang dimaksud dengan pekerjaan drainase jalan ialah semua pekerjaaan
pemasangan gorong–gorong selokan–selokan dan pekerjaan–pekerjaan
lainnya untuk keperluan pengaliran air.
Gorong–gorong, selokan–selokan dan pekerjaan drainase lainnya harus sudah
dapat perfungsi sepenuhnya sebelum pekerjaan yang menyangkut
pembentukan badan jalan, lapis tanah dasar, lapis pondasi dan bahu jalan
selesai.
2. Jenis dan Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan drainase meliputi jenis – jenis pekerjaan pemasangan gorong –
gorong, selokan – selokan, dan saluran air baik saluran diatas maupun
dibawah permukaan tanah, sesuai dengan spesifikasi, dalam batas – batas
kedudukan, kemiringan dan ukuran – ukuran sebagaimana tertera dalam
gambar rencana dan petunjuk – petunjuk lebih lanjut dari Direksi.
Gorong – gorong yang dimaksud delam pasal ini adalah gorong – gorong pipa
beton atau U ditch. Selokan terbuka dari tanah diperhitungkan sebagai
pekerjaan Galian Konstruksi yang tergantung kepada jenis tanah.
3. Petunjuk Konsultan Pengawas/Direksi
a. Direksi dapat memberikan petunjuk – petunjuk tambahan.
b. Mutu dan jumlah bahan yang diperguankan harus disetujui berdasarkan
hasil pemeriksaaan dengan jumlah dan cara yang ditetapkan.
c. Bila terjadi ketidak sesuaian dengan persyaratan ataupun ketentuan –
ketentuan yang telah ditetapkan, Kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki / menyempurnakan sesuai petunujuk Direksi.
Segala biaya dan resiko sebaagi akibat perbaikan perbaikan / penyempurnaan
tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Pasal 28
LAPIS RESAP PENGIKAT ( PRIME COAT ) DAN
LAPIS PENGIKAT ( TACK COAT )
28.1 Umum
1. Uraian
Pekerjaan ini akan terdiri dair penyediaan dan pengguanan bahan bitumen
pada permukaan yang dipersiapkan sebelumnya dalam persiapan untuk
penghamparan atas Laston atas Perata. Laston atas atau pelapisan atas
permukaan, pada umumnya prime coat akan digunakan diimana permukaan
yang akan dilapisi adalah non – bitumen ( misal aggregate base ), sementara
tack coat akan digunakan pada permukaan – permukaan bahan bitumen
( seperti penetrasi makadam yang ada, beton aspal , NACAS, asphalt treated
base, pelapisan aspal permukaan dan lain – lainnya ).
2. Standar Rujukan
AASHTO M 81-75 Cut – back asphalt ( jenis rawat cepat )
AASHTO M 82-75 Cut – back asphalt ( jenis rawat menengah)
AASHTO M 140-70 Aspal Emulasi
AASHTO M 28 – 72 Aspal Emulsi Kationik
AASHTO M 179 – 76 Bahan Aspal ( Thin – filem Oven Test )
3. Pembatasan Cuaca
Lapis Resap Pengikat hanya akan digunakan pada permukaan – permukaan
yang dikeringkan atau agak lembab, dan lapis Pengikat hanya akan digunakan
lapi resap pengikat atau lapis pengikat tidak akan berlangsung dalam keadaan
angin besar, selama hujan atau bila hujan akan turun.
4. Kualitas Pekerjaan dan Pembetulan Pekerjaan yang kurang memuaskan.
Lapisan yang selesai harus secara keseluruhan menutupi daerah yang
dierlukan dan harus mempunyai penampilan yang merata, tanpa daerah –
daerah yang tidak terkena atau coreng – coreng, atau daerah – daerah tebal
dengan bitumen yang terkumpul. Dalam hal lapis pengikat, maka permukaan
tersebut harus layak untuk ditempel pada waktu penerapan lapisan yang
menutup diatasnya. Pembentukan lapis resap pengikat lapis pengikat yang
kurang memuaskan harus pembuangan bahan yang berlebihan. Penggunaan
bahan pengering cairan, atau penggunaan lapisan – lapisan tambahan
sebagaimana diperlukan. Sebagai tambahan, jika distribusi bahan bitumen
diketemukan ada kesalahan, maka mesin bahan bitumen harus ditarik dari
pekerjaan dan dikalibrasi kembali dalam suatu cara yang memuaskan
Engeneering sebelum dikembalikan pada pekerjaan.
5. Pengajuan
a. Suatu contoh dari setiap bahan bitumen yang diusulkan Kontraktor untuk
digunakan dalam pekerjaan , bersama dengan suatu pernyataan sumber
dan data pengujiannya, yang memberikan sifat – sifatnya, harus diajukan
pada Engeneer dan disetujui olehnya sebelum konstruksi dimulai. Data
pengujian yang tersedia harus meliputi sifat – sifat berikut kedua –
duanya sebelum dan sesudah Thin Film Oven Test ( AASHTO T 179 ) :
b. Penetrasi pada 25 0 C
c. Penetrasi pada 35 0 C
d. Ring and Ball Softening Point ( Titik Lembek )
e. Viskositas pada 60 0 C
f. Viskositas pada 135 0 C
g. Grafik – grafik kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara kecepatan,
tekanan semprotan dan angka penggunaan bagi distributor bitumen yang
digunakan bersama dengan suatu grafik yang menunjukan dalamnya
tangki distributor terhadap volume tangki pada tinggi permukaan ini
harus diajukan pada Engineer sebelum pekerjaan dimulai.
6. Kondisi Pekerjaan
a. Pekerjaan harus dilaksanakan dalam suatu cara yang sedemikian hingga
memberikan ketidak enakan / kesusahan yang paling sedikit pada lalu
lintas dan untuk memungkinkan lalu lintas satu arah tanpa kerusakan
pada pekerjaan.
b. Permukaan – permukaan bangunan atau pohon – pohon atau hak milik
yang berdampingan pada daerah – daerah yang sedang diperlukan harus
dilindungi sedemikian seperti mencegah pengotoran aau
penghamburannya.
c. Tidak ada bahan bitumen akan dibuang kedalam suatu selokan samping
atau saluran.
d. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara di tempat proyek dimana
bitumen sedang dipanaskan, pencegah dan pengendalian kebakaran yang
layak, juga penyediaan dan fasilitas pertolongan pertama.
7. Bahan – Bahan
a. Bahan – bahan Untuk Lapis Resap Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis resap pengikat akan merupakan salah satu
dari yang berikut, sebagaiana diarahkan oleh Engeneer :
b. Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 82
c. Cutback bitumen jenis rawat menengah sesuai dengan AASHTO M 81
Bahan penyerap untuk lapis resap pengikat harus berupa pasir bersih dan
kering atau abu creusher, bebas dari setiap zat kohesif atau organik.
d. Bahan – bahan Untuk Lapis Pengikat
Bahan bitumen untuk lapis pengikat harus merupakan salah satu dari
yang berikut, sebagaimana diarahkan oleh Engeneer :
1) Cutback asphalt sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 81 atau
M 82.
2) Aspal emulsi sesuai dengan persyaratan–persyaratan AASHTO M140
atau M208.
e. Peralatan
1) Persyaratan Umum
Peralatan yang digunakan oleh Kontraktor akan termasuk suatu sapu
bermesin (power broom) dan atau suatu alat penghembus bermesin
(power blower), distributor bahan bitumen yang bertekanan, dan jika
dapat digunakan peralatan untuk memanaskan bahan bitumen.
2) Distributor Bitumen
Distributor harus mempunyai ban – ban berisi angin dengan ukuran
lebar dan jumlah yang sedemikian hingga beban yang dihasilkan pada
permukaan jalan tidak akan melebihi 100 Kg per cm lebar ban. Dan
harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa hingga bahan bitumen pada panas yangmerata
dapat diterapkan secara merata pada ukuran lebar permukaan yang
dikehendaki sampai 5 meter pada angka yag siap ditentukan dan
terkendali antara 0,2 sampai 2,2 liter / meter persegi dan terkendali
merata dan dengan suatu variasi yang dapat dipekenankan dari
setiap angka yang ditetapkan tidak melebihi 0,1 liter / meter persegi.
Distributor harus dilengkapi dengan suatu unit tenaga yang terpisah
untuk ponpa, dan batang penyemprot sirkulasi yang akan dapat
disesuaikan secara mendatar dan vertikal.
Suatu pipa semprot harus dipasang pada ujung batang penyemprot
untuk menyediakan angka bitumen yang diperlukan dimana tumpang
tindih pancaran tidak terjadi atau akan terjadi dengan leawatan
beriut : secara alternatif lebar yang disemprot harus ditingkatkan
dengan jumlah yang cocok.
3) Intrumentasi
Peralatan distributor harus meliputi sebuah tachometer, alat
pengukur tekanan, alat–alat pengukur volume yang akurat atau
tangki yang dikalibrasi, sebuah thermometer untuk mengukur
temperatur isi tangki, dan suatu instrumen untuk mengukur
kecepatan perjalanan secara tepat pada kecepatan rendah. Semua
peralatan pengukuran pada distributor harus telah dikalibrasi baru
–
baru ini dan suatu catatan yang akurat dan memuaskan dari
kalibrasi yang demikian harus disediakan bagi Engeneer.
8. Pelaksanaan
a. Persiapan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Penambalan, pengembalian kebentuk semula dari perkerasan jalan yang
ada, dan setiap pekerjaan lain yang meliputi Konstruksi dari pada
permukaan yang akan dilapisi harus dilengkapi dan diterima sebelum
penerapan pelapisan.
Segera sebelum menggunakan bahan bitumen, semua kotoran yang
lepas, kulit permukaan dan bahan lain yang tidak dikehendaki harus
dibuang dari permukaan dengan suatu permukaan agregat yang akan
diberi lapis resap pengikat, maka Engeneer dapat mengarahkan bahwa
permukaan dikupas tipis dan digilas segera sebelum penerapan bahan
bitumen. Dalam hal mana penyepuhan atau penghembusan tidak akan
diperlukan penggunaan sedikit air harus dilaksanakan pada permukaan
agregat lais pondasi atas segera sebelum penerapan lapis resap pengikat.
b. Angka Dan Temperaur Penggunaan Bahan Bitumen
1) Kontraktor harus melaksanakan percobaan – percobaan lapangan
dibawah pengawasan engeneer untuk menetapkan angka
penggunaan yang sesuai dan percobaan– percobaan semacam itu
harus diulangi, sebagaimana diarahkan oleh Engineer. Bilama jenis
permukaan yang akan dilapisi aau jenis bahan bitumen berubah.
Pada umumnya angka penggunaan yang ditetapkan demikian harus
berada dalam batas antara berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,0 liter per m2
Lapis Pengikat 0,25 sampai 0,45 liter per m2
2) Temperatur bahan bitumen yang akan disemprotkan harus
sebagaimana diarahkan oleh Engineer dan harus sedemikian hingga
mengahasilkan suatu viskositas bitumen dalam batas anatara 0.3
poise sampai 0,6 digunakan. Temperatur penyemprotan yang sesuai
harus ditetapkan selama percobaan – percobaan lapangan, tetapi
suatu pedoman yang diperkirakan untuk beberapa bitumen diberikan
dalam Tabel dibawah ini.
Pasal 29
RAMBU-RAMBU LALU LINTAS, PATOK PENUNJUK
29.1 Umum
1. Uraian
a. Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, perakitan dan pemasangan atau
penggantian rambu lalu lintas, patok-patok penunjuk dan patok-patok
kilometer pada lokasi jalan sebagaimana diperintahkan Direksi.
b. Pekerjaan pemasangan akan meliputi semua penggalian pondasi, urugan
kembali, pengakeran, penunjangan dan penguncian ikatan.
2. Contoh Bahan
Jika tidak dinyatakan lain, contoh bahan-bahan berikut yang diuraikan dalam
Spesikasi ini, harus diserahkan kepada Direksi untuk memdapat persetujuan
paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai.
a. Satu liter kaleng dari setiap jenis dan warna cat, bersama-sama dengan
data pabrik pembuat mengenai komposisi, cara pemakaian, usia pakai
dan umur kalengan.
b. Sebuah patok baja bulat galvanisasi untuk rambu lalu lintas.
c. Sebuah plat tanda dengan pengecatan yang sudah selesai.
d. Sebuah patok kilometer.
Standar Referensi
Rambu lalu lintas harus dari ukuran, warna, jenis dan bidang mengkilat yang
diuraikan sebelumnya oleh DLLAJR dan seperti ditunjukkan pada Gambar
Standar.
Penjadwalan Pekerjaan
Tanda-tanda dan patok-patok yang harus disediakan dibawah kontrak ini,
harus dipasok dan dipasang sesuai dengan program pekerjaan yang
disediakan oleh Direksi.
Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Setiap item yang harus dipasok di bawah kontrak ini yang tidak memenuhi
persyaratan spesikasi atau dalam pendapat Direksi dianggap tidak
memuaskan, harus diperbaiki oleh Kontraktor atas beban biaya Kontraktor.
3. Bahan - Bahan
Penyimpanan Bahan
Penyimpanan cat dan bahan-bahan lain harus memenuhi persyaratan
“Bahan dan Penyimpanan”.
Plat Rambu Lalu Lintas
Plat rambu lalu lintas harus diprabikasi dengan lembaran datar alumunium
campuran keras No. 5052-H3K mematuhi standar spesikasi ini ASTM B209,
dan memiliki satu ketebalan minimum 2 mm. Lembaran-lembaran tersebut
harus diproses secara baik sebelum digunakan sebagai plat rambu lalu lintas
serta dibuat sesuai dengan standar Gambar Rencana.
Rangka Plat Rambu Lalu Lintas
Rangka plat harus diprabikasi dengan alumunium campuran potongan
menonjol No. 6063-T6 mematuhi ASTM B221. Penguatan plat rambu lalu
lintas akan diperlukan bilamana ukuran tanda tersebut melebihi satu meter.
Patok-patok Rambu Lalu Lintas
Patok rambu akan dibuat dari pipa baja dengan tebal minimum 3,7 mm,
galvanisasi celup panas, memenuhi ASTM A 120 dengan diameter antara 40–
60 mm dan dari berbagai panjang total untuk memenuhi jenis rambu
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar. Semua ujung terbuka akan diberi topi
(penutup) untuk memcegah masuknya air dan patok tersebut akan dipasok
lengkap dengan pipa fitting dan tutup patok, semua sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar Standar.
Skrup, Mur, Baut dan Cincin
Barang-barang ini harus dipabrikasi dengan aluminium atau baja
tegangan tinggi.
Cat
Semua pelapisan, cat dan email yang digunakan dalam persiapan rambu,
patok-patok dan fitting, harus dari mutu paling baik, khususnya dibuat untuk
tujuan yang dilayaninya, dan dari jenis dengan merek dagang yang dapat
diterima Direksi. Cat untuk bagian-bagian baja harus dari kandungan oxida
seng tinggi berisikan minimum tujuh kilogram oxida seng per seratus liter cat.
Untuk menjamin kecocokannya, cat dasar, cat bawah dan cat penyelesaian,
dimana mungkin harus dari pabrik yang sama. Semua bahan harus digunakan
didalam batas waktu yang ditetapkan oleh pabrik.
Lapis Mengkilap
Lapis mengkilap harus dari mutu keteknikan “Scotchlite” atau bahan
pemantul warna lainnya yang disetujui. Wajah dari masing-masing tanda
harus memantulkan cahaya yang sesuai dengan persyaratan DLLAJR dan
wajah masing-masing patok penunjuk harus memantulkan cahaya.
Patok Beton
a. Patok-patok beton yang digunakan sebagai patok-patok penunjuk harus
pracetak dari beton kelas K175, dibuat sesuai dengan persyaratan
Konstruksi Beton.
b. Patok-patok tersebut harus dicetak dengan akuran yang memenuhi
Gambar Standar dari keseluruhan ukuran berikut :
1) Patok KM standar
Panjang total 160 cm
Potongan (persegi) 30 cm
Rabat atas 30 cm
2) Patok HM standar (Gambar E1/2)
Panjang total 80 cm
Potongan (segitiga) 14 cm
Pemasangan Patok-patok
a. Patok baja untuk rambu lalu lintas harus dipasang tegak dalam posisi di dalam
cetakan blok pondasi sebelum pengecoran beton dan harus didukung yang
baik dengan penunjang untuk mencegah gerakan selama pengecoran dan
pemadatan beton. Patok-patok tersebut harus ditempatkan seperti
ditunjukkan pada Gambar rencana atau sebagaimana ditunjukkan dilapangan
oleh Direksi.
Blok pondasi beton tersebut harus dicetak menurut ukuran dan bentuk yang
ditunjukkan pada Gambar standar dengan tinggi total 55 cm dan potongan
persegi 40 x 40 cm. Blok pondasi tersebut harus ditanam sekitar 35 cm masuk
ke tanah.
b. Patok kilometer dan petunjuk dari beton akan dipasang seperti ditnjukkan
pada Gambar Standar dan ditanam masuk kedalam tanah pada kedalaman
sebagai berikut :
Patok KM Standar tinggi 160 cm = 60 cm
Patok HM Standar tinggi 80 cm = 35 cm
Patok beton Standar tinggi 100 cm = 80 cm
Pemasangan Panel Rambu
a. Panel-panel rambu harus dipasang oleh Kontraktor sesuai dengan rincian yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana. Setiap pecah-pecah atau bengkok-
bengkok panel rambu tersebut akan merupakan alasan Direksi untuk meminta
penggantian panel tersebut atas beban Kontraktor.
b. Bagian-bagian yang nonjol dari penguncian-penguncian pada permukaan
rambu harus dicat dengan email menyamakan dengan warna latar belakang
yang utama.
c. Semua rambu lalu lintas yang baru dipasang harus ditutup dengan kantong
sampai pembukaanya diperintahkan oleh Direksi.
Pengecatan Patok-patok dan Plat Rambu
Pada umumnya satu lapis cat dasar, satu lapis cat bawah dan satu lapis
penyelesaian harus dilapiskan. Semua cat harus diperiksa mengenai kecocokannya
dengan jenis barang yang harus dicat dan harus memenuhi persyaratan Spesikasi
ini, beserta satu warna yang dapat diterima seperti diuraikan pada Gambar
Standar.
a. Patok beton harus dicat yang sesuai dengan daftar lokasi dan rambu yang
harus dipasok untuk kontrak khusus.
b. Patok baja harus dibersihkan seluruhnya, bebas dari lemak, karatan dan kerak,
serta dicat menurut warna dan penyelesaian yang diminta Direksi. Kecuali
diperintahkan lain, cat dasar harus dari cat dasar pencegah karat.
c. Plat rambu lalu lintas harus bersih dan siap pakai, dan cat dilapiskan kepada
permukaan kering dengan semprotan bertekanan yang membentuk satu film
yang rata dan halus. Pengeringan cat tersebut harus dengan panas lampu. Plat
rambu harus dibuat sesuai dengan satu jadwal yang disiapkan untuk kontrak
khusus.
Pasal 30
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang sifatnya hanya dilakukan
satu kali. Pada umumnya proyek konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek.
Didalam rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya terdapat suatu
proses yang berfungsi untuk mengolah sumber daya proyek sehingga dapat
menjadi suatu hasil kegiatan yang menghasilkan sebuah bangunan (Soeharto,
2001).
Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi karena lemah nya
pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang disiplin nya tenaga kerja dalam
mematuhi ketentuan K3 dan kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat
perlindungan diri di proyek konstruksi.
Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
konstruksi adalah akibat dari beberapa hal berikut:
- Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan penggunaan metode
pelaksanaan yang kurang tepat.
- Lemahnya pengawasan K3
- Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan peralatan pelindung
diri
- Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan mengenai K3.
Sepatu Kerja
Kaca mata
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu,
atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel- partikel
debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh
karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan yang
membutuhkan kacamata adalah mengelas.
Sarung Tangan
Helm
Gambar: helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya
dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala
dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
Sabuk Pengaman
Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.
Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara
bising tanpa penutup telinga ini.
Masker
Gambar : Masker
Tangga
Gambar: Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan. Pemilihan
dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu dalam posisi
aman harus menjadi pertimbangan utama.
P3K
Gambar : P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada
pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di
proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang
digunakan untuk pertolongan pertama. Demikianlah peralatan standar K3 di
proyek yang memang harus ada dan disediakan oleh kontraktor dan harusnya
sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif jauh lebih baik untuk
mengurangi resiko kecelakaan.
Pasal 31
TAMAN/PENGHIJAUAN
b. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaannya terdiri Pemupukan dan Penggantian Bunga pada
taman lokasi taman sesuai dengan gambar.
Kontraktor menanam tanaman sesusi permintaan dalam gambar dan RAB dan
melakukan pemupukan pada tanah.
Dosis penggunaan pupuk sesuai dengan aturan pakai yang dianjurkan oleh
Pabrik.
Tanah atau tempat penanaman bunga terhindar material, zat atau
senyawa yang dapat merusak tanaman itu sendiri.
Kontraktor diharuskan melapor kepada Direksi/pengawas apabila terdapat
pekerjaan yang masih kurang jelas.
b. Pelaksanaan
Penyiraman pohon di lokasi dilakukan pada waktu sesusi kontrak setiap
hari jam kerja dengan tidak menggangu aktifitas laju kendaran dan pejalan
kaki disekitar taman.
Penyiraram air tidak menggenangi permukaan tanah tempat tanaman
bunga.
Percikan air tanah yang menyebabkan dinding bangunan kotor pada sekitar
taman harus dibersihkan.
Penyiraman bunga dilakukan secara perlahan-lahan menggunakan selang
atau alat lainnya dengan kekuatan air secukupnya tanpa membuat tanah
pinggiiran tanaman
b. Bahan/Alat
Penebangan Ranting Pohon dilakukan sesuai kontrak
Pemotongan ranting pohon menggunakan alat seperti parang atau
sejenisnya.
Hasil potongan pada pohon seperti ranting daun dan lapisan kulit ranting
harus di bersihkan dan dipindahkan dari lokasi pekerjaan.
Pemotongan ranting pohon dilakukan pada ranting yang sejajar lurus
bidang vertikal dari sumbung jalan.
Pada saat penebangan ranting pohon segera dipindah dari jalan.
c. Pelaksanaan
Penebangan/pemotongan ranting/dahan pohon dilakukan secara pelahan-
lahan dengan potongan kecil,
Ranting/dahan pohon dengan diameter besar di ikat dengan tali guna
mempermudah pekerjaan.
3. Pelaksanaan
Kontraktor, antara lain:
Pembersihkan perkarangan halaman dari pada sampah, daun kayu
ranting, kayu dan kotoran lainnya.
Pembersihan menggunakan alat yang mudah digunakan dan praktis.
Pekerjaan dilakukan pada pagi hari dan sore, tanpa mengganggu aktivitas
laju pengguna jalan pada halaman.
32.2 Pengujian dilakukan sebelum pipa ditimbun tanah namun posisinya sudah
terpasang secara sempurna di dalam galian di atas hamparan pasir urug.
32.3 Pengujian pipa dilakukan pada posisi pipa yang lurus dan tanpa belokan.
32.4 Pada masing-masing ujung pipa dipasangkan bend/knee pipa yang sesuai dengan
jenis pipa terpasang yang akan diuji, kemudian di sambungkan pipa tambahan
diatas bend/knee, yang panjangnya disesuikan dengan kedalaman galian dengan
tujuan pada saat pengujian, posisi air di ujung pipa bisa terlihat dengan jelas dan
pada saat dilakukan penambahan air (jika terjadi penurunan) bisa dilakukan
dengan leluasa.
32.5 Setelah pipa terpasang dan siap diuji, dilakukan pengisian air sampai penuh pada
pipa dan di diamkan selama 60 menit dan sampai tidak terjadi lagi proses saturasi
pada pipa.
32.6 Setelah air terisi penuh dan didiamkan selama 60 menit, dilakukan pengecekan
ketinggian muka air pada ujung pipa. Jika terjadi penurunan ditambahkan air dari
gelas ukur, dan dicatat berapa volume air yang ditambahkan ke dalam pipa.
32.7 Proses ini dilakukan dalam rentang waktu 30 menit, dan penambahan air
dilakukan dalam rentang waktu per 5 menit. Hasil akhir dari penambahan air
dihitung dan tidak boleh melebihi batas toleransi kehilangan air yang di ijinkan.
32.8 Semua penambahan air di catat, dan dihitung untuk di ambil nilai rata-ratanya
1 2 3 4 5 6
5 mnt 10 mnt 15 mnt 20 mnt 25 mnt 30 mnt
... ml ... ml ... ml ... ml ... ml ... ml
b) K = πxd
= 3,14 x 150 = 471,429 m
Sketsa Pipa:
Pasal 33
PEKERJAAN PAGAR BRC DAN PAGAR KAWAT BERDURI DAN PORTAL
33.1 Umum
Kawat Berduri sendiri merupakan salah satu material dalam bangunan yang
berfungsi sebagai alternatif sistem pagar pengaman. Selain sebagai pembatas,
Kawat Duri ini juga memiliki fungsi sebagai pengaman.
Kawat Berduri memiliki bentuk berupa kawat yang bulat, dengan jarak ujung duri
yang runcing sekitar per 5-10 cm.
Kawat Duri atau kawat berduri, pada saat ini banyak digunakan untuk material
pengaman bangunan. Penggunaan Kawat Berduri ini dikarenakan dapat mudah
ditemukan, maupun mudah dalam proses pemasangan Kawat Berduri.
Selain itu, pengerjaan pagar dengan menggunakan Kawat Berduri dapat
menjadikan bangunan lebih aman.
b) Lingkup pekerjaan
Memasang Pondasi batu kali untuk tiang besi baja siku
Ukuran Pondasi sesuai gambar
Dimensi Pondasi Sesuai Gambar
Tiang besi dari baja siku dengan dimensi sesuai gambar
Jarak antara tiang sesuai gambar
Hamparan kawat dengan jarak sesuai gambar
Bentuk tiang dibengkokan diatas sesuai gambar
c) Spesifikasi Kawat Berduri
Spesifikasi Kawat Berduri atau kawat berduri yang tersedia ada berbagai
macam ketebalan dan ukuran. Spesifikasi diameter Kawat Berduri antara lain
adalah kawat utamanya = 2,1mm. Sedangkan untuk spesifikasi diameter Duri
nya sendiri adalah 2,8 mm. Untuk ukuran panjang Kawat Berduri yang sering
digunakan dalam proses pembangunan adalah Kawat Berduri dengan panjang
25 dan 30 meter.
e) Mata Pembayaran
1. Pembayaran dilakukan secara bertahap
2. Kontraktor akan dibayar sesuai dengan kemajuan pekerjaan menguliti
pekerjaan utama
3. Prinsip nya opname pekerjaan dapat dilakukan setiap minggu
4. Kontraktor dapat mengajukan pembayaran setiap akhir minggu sesuai
dengan kemajuan pekerjaan
33.3 Portal
a) Penjelasan
Portal yang bisa dipasang ada 2 pilihan yaitu 1) portal otomatis 2) portal
manual
Untuk TPA dipasang portal manual yang dikendalikan oleh Petugas dibantu
dengan tali dan dipanggkal palang portal diberi pemberat agar portal dapat
tebuka jika tali pengendali di kendorkan. Fungsi portal adalah untuk
mengendalikan kendaraan yang akan masuk TPA
b) Lingkup pekerjaan
Memasang Pondasi batu kali untuk tiang besi baja siku
Ukuran Pondasi sesuai gambar
Dimensi Pondasi Sesuai Gambar
Tiang besi dari baja siku dengan dimensi sesuai gambar
Jarak antara tiang sesuai gambar
Hamparan kawat dengan jarak sesuai gambar
Bentuk tiang dibengkokan diatas sesuai gambar
d) Mata Pembayaran
Pasal 34
PEKERJAAN PINTU GERBANG DAN PAPAN NAMA TPA
34.1 Umum
Pintu gerbang merupakan salah satu bangunan penunjang di TPA dan merupakan
icon dari TPA dan ada sebagian menampilkan budaya local dengan bagunan
gapura yang khas.
Papan nama bisa dibuat dengan pemasangan didepan pagar TPA dengan ukuran
yang memadai dan menginformasikan, nama TPA, lokasi
.
34.2 Pintu Gerbang
a. Pintu gerbang dibuat dengan ukuran seperti gambar
b. Bahan bangunan gerbang dengan tiang gapura beton bertulang
c. Tinggi gapura minimal dapat dilewati truk sampah yang terisi sampah
d. Lebar gerbang sesuai gambar dan minimal lebar 8.00 m
Pasal 36
PEKERJAAN AKHIR
Pasal 37
DOKUMENTASI DAN ADMINISTRASI
Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir, pekerjaan akan
diterima apabila sudah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
- Pihak Penyedia Jasa sudah melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap
kerusakan/cacat–cacat dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh pelaksana
tersebut sudah dapat diterima oleh Pemberi Pekerjaan dalam kualitas/kuantitas sesuai
dengan syarat-syarat teknis.
- PIHAK PENYEDIA JASA sudah mengajukan permohonan tertulis sebelum tanggal
ditetapkan penyerahan II (KEDUA) pekerjaan kepada Pemberi Tugas, untuk diadakan
pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada buku harian sewaktu
penyerahan (PERTAMA) pekerjaan.
- Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap 0 %, 50 % dan 100
% dengan pengambilan gambar pada sudut pandang yang sama, termasuk tahapan
pekerjaan yang penting. Dokumentasi ini dibuat 3 (tiga) set dan disusun rapi pada
album sesuai urutan dan jenis pekerjaan.
- As Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan laporan kemajuan pekerjaan
(harian, mingguan dan bulanan), serta back up data harus dipersiapkan pada saat
penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan pemeriksaan dan harus sudah
diserahkan pada Direksi pada saat penyerahan kedua, sebanyak 3 rangkap (1 asli + 2
salinan), semuanya atas biaya Penyedia Jasa.
- Penyedia Jasa wajib memiliki Kontrak (SPK) lengkap dengan gambar bestek, perubahan
Kontrak (Amandemen) lengkap dengan Gambar Perubahan (Bila Ada).
Pasal 38
KETENTUAN PENUTUP:
37.1 Harus diperhatikan betul oleh kontraktor segala pekerjaan angkutan bahan -
bahan, puing - puing bekas pekerjaan dan pembersihan setelah bangunan selesai.
37.2 Segala peraturan yang tercantum dalam bestek ini dan gambar-gambar serta
risalah Aanwijzing merupakan lampiran dari Kontrak yang tidak dapat dipisahkan
dan merupakan satu kesatuan, untuk hal ini kontraktor dianggap mengerti.
37.3 Kontraktor diharuskan mengikuti peraturan dari Departemen Tenaga Kerja untuk
mengatur upah para buruhnya.
37.4 Lampiran Bill Off Quantity yang diberikan ini hanya perkiraan saja.
Kontraktor harus tetap menghitung sendiri apabila dalam perhitungan
Perencanaan Bill Of Quantity dirasa kurang, maka kontraktor boleh merubah
volume yang diberikan menambah atau mengurangi yang mengikat adalah
Gambar dan Bestek.
37.5 Peraturan ini sebagai pedoman dari pelaksanaan pembangunan dan sebagai
landasan Kontrak. Dengan sendirinya hasilnya akan tergantung pada
pelaksanaannya.