Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI PT. MADUBARU

BIDANG K3 LISTRIK, KONSTRUKSI


DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE 16 TAHUN 2019

KELOMPOK 2

1. BAGUS ADY SUKA PRAWATA

2. BRIAN GALAXY A. NAINGGOLAN

3. DIYAN SUSANTO

4. GUNAWAN SANTOSO

5. OKNIS PUSPITASARI

6. TENGKU MUHAMMAD FAISAL KAMAL

PT. MUARA ARTHA PERSADA


Yogyakarta, 30 Oktober 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga laporan praktik kerja lapangan ini dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun berdasarkan hasil kunjungan lapangan pada PT. Madubaru

Yogyakarta, yang sebagai salah satu syarat kelulusan dalam pelatihan calon Ahli

K3 Umum. Selama pelatihan, perusahaan PKL dan penyusunan laporan, penyusun

telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, terkait hal tersebut, kami

menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam kepada:

1. Seluruh staff PT. Madubaru Yogyakarta yang telah memberikan izin

untuk melakukan kegiatan kunjungan lapangan.

2. Seluruh staff di PT. MUARA ARTHA PERSADA selaku

penyelenggara pelatihan Ahli K3 Umum, yang telah memberikan

bimbingan dan saran untuk menyelesaikan kegiatan praktik kerja

lapangan (PKL) dan peyusunan laporan.

3. Rekan-rekan peserta pelatihan Ahli K3 Umum angkatan 16 tahun 2019

yang telah mampu menjaga suasana pelatihan yang kondusif dan dapat

mewujudkan kerjasama yang baik.

Penyusunan laporan ini dikerjakan dalam kurun waktu yang relatif singkat,

sehingga sangat wajar apabila masih banyak kekurangannya. Akhir kata,

penyusun berharap semoga laporan ini dapat memenuhi syarat yang telah

ditetapkan oleh penyelenggara pelatihan dan bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Yogyakarta, 30 Oktober 2019

Penyusun,

KELOMPOK 2

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………………………............... ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………........................... iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………….......... 1
1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………………………………... 2
1.3 Ruang Lingkup………………………………………………………………………………….......... 2
1.4 Dasar Hukum…………………………………………………………………………………............. 2
BAB II KONDISI PERUSAHAAN……………………………………………………………….….… 4
2.1 Gambaran Umum Perusahaan………………………………………………………………….…….. 4
2.2 Temuan – temuan dilapangan………………………………………………………………………… 8
1) Temuan positif…………………………………………………………………………….……...... 8
2) Temuan negatif…………………………………………………………………………………... 9
BAB III ANALISA 10
1) Analisa temuan positif dan negatif pada bidang K3 Kelistrikan, Konstruksi dan Kebakaran…… 10
2) Temuan positif kelistrikan……………………………………………………………………….. 10
3) Temuan positif konstruksi……………………………………………………………………….. 12
4) Temuan positif kebakaran……………………………………………………………………….. 15
5) Temuan negatif kelistrikan………………………………………………………………………. 17
6) Temuan negatif konstruksi……………………………………………………………………….. 19
7) Temuan negatif kebakaran……………………………………………………………………….. 20
BAB IV PENUTUP 23
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………... 23
B. Saran…………………………………………………………………………………………. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan menjadi sangat penting
karena K3 berkaitan dengan persoalan yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan, yaitu
kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja merupakan fenomena yang sering terjadi dalam dunia
kerja dan dapat terjadi baik pada pekerjaan di lapangan maupun di kantor.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya mencegah timbulnya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal- hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Laporan Kunjungan Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu kegiatan
observasi yang dilakukan untuk melakukan penerapan ilmu K3 di perusahaan, dan kegiatan
PKL ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi perundang–undangan tentang K3. Serta
persyaratan untuk mendapatkan sertifikat AK3 Umum yang diadakan oleh PT. Muara Artha
Persada kerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tujuan dari dibuatnya program K3 untuk mengurangi biaya perusahaan apabila
timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Melaksanakan program K3 di tempat kerja
diantaranya mempunyai tujuan untuk menjaga agar pekerja tetap sehat dan selamat selama
bekerja.
Berdasarkan Permen No: per-01/men/1980 Tentang Kontruksi Bangunan, Permen
No: per-04/men/1980 Tentang Syarat-syarat Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan,
Permen No: per-186/men/1999 Tentang Penanggulangan Kebekaran Ditempat Kerja,
Permen No: per-02/men/1989 Tentang Pengawasan Instalasi Pengendali Petir, Permen No:
per-75/men/2002 Tentang Penyesuaian Standar Nasional Indonesia No.04-0225/2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 200) Ditempat Kerja, Dan
Undang-undang No.01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka perusahaan wajib
menerapkan perundang-undangan tersebut guna melindungi tenaga kerja serta orang lain
di tempat kerja agar proses produksi berjalan dengan lancar.
Dilatar belakangi oleh hal tersebut, maka pada tanggal 30 Oktober 2019, kami
melakukan Kunjungan Prakterk Kerja Lapangan di PT. Madubaru Yogyakarta, perusahaan
produksi gula pasir dan alkohol berjenis etanol.

1.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah:
1) Untuk mempraktikan teori yang telah diterima selama kegiatan pembinaan.
2) Untuk mendapatkan gambaran dan pemahaman mengenai aplikasi K3 di lapangan
khususnya di bidang Listrik, Konstruksi, dan Penanggulangan Kebakaran
3) Sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi peserta Calon Ahli K3 Umum.
4) Calon peserta Ahli K3 Umum dapat mengidentifikasi,menganalisadan memberikan saran
atau rekomendasi.
1.3 RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Kerja Praktik Lapangan ini adalah:


1) Pelaksanaan K3 di Bidang Listrik
2) Pelaksanaan K3 di Bidang Konstruksi
3) Pelaksanaan K3 di Bidang Penanggulangan Kebakaran

1.4 DASAR HUKUM


1) Dasar Hukum K3 Konstruksi
a. UU No. 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan konvensi Organisasi
Perburuhan Internasional Nomor 120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan
Kantor-Kantor (lembaga negara No.14 Tahun 1969)
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigasi RI Per-01/MEN/1980 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan
d. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.25/PRT/M/2007 tentangPedoman
Sertifikasi Layak Fungsi Bangunan Gedung
e. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
f. Permenaker no. 9 tahun 2016 tentang keselamatan dan kesehatan kerja dalam
pekerjaan ketinggian
g. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No KEP.
174/MEN/1986 dan No.104/KPTS/1986 tentang K3 pada kegiatan produksi.
h. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. KEP
20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikasi Kompentensi Keselamatan Kesehatan Kerja
Bidang Konstruksi Bangunan.

2.
2) Dasar Hukum K3 Listrik
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per-02/MEN/1989 Tentang Pengawasan Instalasi
Penyalur Petir
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.12/MEN/2015 tentang Keselamatan Kerja
Listrik di Tempat Kerja.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di
Tempat kerja. Keputusan Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep. 407/BW/1999 tentang Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban
Teknisi Lift.

e. Keputusan Jendral Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan


No. Kep. 311/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Teknisi Listrik.
3) Dasar Hukum K3 Kebakaran
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat- Syarat Pemasangan
Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alat Alarm
Kebakaran Automatik.
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No: Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan
Kebakaran.
e. Instruktur Menteri TenagaKerja No.Ins.11/M/BM/1997 tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran

f. SNI 03-6570-2001 Tentang instalasi pompa yang dipasang untuk proteksi kebakaran

3.
BAB II

KONDISI PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Tempat Kerja


PT. Madubaru merupakan perusahaan yang memproduksi gula dan spiritus.
PT. Madubaru memiliki pabrik gula dan spiritus. PT. Madubaru yang terletak di Desa
Padokan Kelurahan Tirtonimolo Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah
Istimewa Yogyakarta. Pabrik PT. Madubaru berdiri pada tahun 1955. Pabrik gula
mulai beroperasi tahun 1958, sedangkan pabrik spirtus mulai beroperasi tahun 1959.
Kepemilikan saham PT. Madubaru pada awal berdirinya sebesar 75%
dipegang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan 25 % dipegang oleh pemerintah
Indonesia (Departemen Pertanian Republik Indonesia). Namun, sejak 4 Maret 1984
kepemilikan saham PT. Madubaru berubah menjadi 65% dipegang oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan 35% dipegang oleh BUMN (PT. Rajawali Nusantara
Indonesia)

Produk samping dari PT. Madubaru adalah alkohol yang dikelola oleh PS.
Madukismo dengan memanfaatkan tetes tebu dari PG. Madukismo. Produk spiritus
bakar dengan kadar murni 94% dan alkohol murni dengan kadar mencapai 95%,
dengan pemantauan oleh Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT.
Sucofindo Indonesia.

a. Alkohol Prima
Alkohol prima merupakan alkohol yang memiliki kadar minimal 95%. Jumlahnya
mencakup lebih dari 70% total produksi alkohol rata-rata. Alkohol jenis ini
digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman keras serta sebagai bahan
pelengkap dalam industri kosmetik, farmasi, dan sebagainya.

b. Alkohol Teknis
Alkohol teknis memiliki kadar 94% yang akan diolah lebih kanjut menjadi spiritus
dengan menambahkan denaturan dan zat pewarna. Spiritus biasanya digunakan
sebagai bahan bakar untuk pemanasan dan penerangan.

4.
1.) Sejarah PT. Madubaru
PT. Madubaru mengalami beberapa kali perubahan status. Kronologi perubahan
status PT. Madubaru adalah sebagai berikut:
a. Tahun 1952-1962: Perusahaan Swasta
b. Tahun 1963-1965 Adanya kebijakan pemerintah Indonesia yang mengambil alih
semua perusahaan perkebunan di Indonesia, maka PT. Madubaru bergabung
dengan Perusahaan Negara dibawah Badan Pimpinan Umum Perusahaan
Perkebunan Negara (BPU- PPN).
c. Tahun 1966-awal 1984 Pada tahun 1966 BPU-PPN dibubarkan dan PT.
Madubaru kembali menjadi perusahaan swasta dengan Sri Sultan Hamengku
Buwono sebagai presiden direktur.
d. Tahun 1984-sekarang
e. PT. Madubaru memiliki visi yaitu PT. Madubaru menjadi perusahaan agro
industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati.

2.) Misi Perusahaan


Misi perusahaan ini adalah sebagai berikut:

a. Menghasilkan gula dan etanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan


masyarakat dan industri di Indonesia
b. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara professional dan inovatif memberikan pelayanan yang
prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani
c. Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti
d. Menempatkan karyawan dan stakeholder lainnya sebagai bagian terpenting dalam
proses penciptaan keunggulan produksi dan pencapaian shareholder value
3.) Proses Produksi PT Madubaru
Jumlah tenaga kerja di PT. Madubaru berjumlah sekitar 1420 orang. Dengan
jumlah pekerja tetap 704 orang dan pekerja tidak tetap 716 orang. Jumlah tenaga kerja
mayoritas laki-laki, petugas wanita ada 5%. Pada saat musim produksi, pabrik gula
Madu baru mampu mengolah tebu menjadi 3500 ton dalam sehari. Proses produksi
gula di PT. Madubaru dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan–tahapan itu
merupakan penggilingan, pemurnian, penguapan/evaporasi, pemasakan/kristalisasi,
puteran, dan penyelesaian. Pada proses produksi di PT. Madubaru ini, masing- masing
tahapan lebih dikenal dengan stasiun. Proses produk dilihat gambar 2.1

5.
Gambar 2.1 Proses produksi PT. Madubaru
(sumber : PT.Madubaru Yogyakarta, 2019)

a. Proses Penimbangan
Dalam proses pembuatan gula kristal di PT. Madubaru, bahan baku utama
yang diperlukan adalah tebu. Proses awal di PT. Madubaru dimulai dari
penerimaan bahan baku yang biasanya diangkut menggunakan truk dan
dipindahkan ke lori. Tebu yang masuk harus memiliki SPA (Surat Perintah
Angkut), nama pemilik kebun dari tebu yang diangkut, nomor SPA, asal kebun,
berat bruto, nama sinder, dan luas kebun.
b. Proses Penggilingan
Kriteria tebu yang baik PT. Madubaru adalah manis, bersih, dan segar.
Stasiun penggilingan merupakan tahap dimana tebu digiling hingga didapatkan
perasan nira yang akan diolah menjadi gula. Proses penggilingan pada PT.
Madubaru dilakukan sebanyak 5 kali. Pertama–tama tebu masuk ke meja tebu
untuk dilakukan penimbangan. Lalu setelah ditimbang, tebu masuk ke unigrator
untuk dihancurkan dengan cara ditumbuk. Tebu yang sudah hancur kemudian
masuk ke Gilingan I. Pada Gilingan I dihasilkan Nira Perahan Pertama dan
sebagian hasil nira Gilingan I masuk ke Gilingan II begitu seterusnya hingga
terakhir pada Gilingan V.

6.
Pada proses Gilingan III, IV, dan V dilakukan penambahan air imbibisi dengan
suhu 70o C. Hasil akhir dari Stasiun Penggilingan adalah nira mentah dan ampas.
c. Proses Pemurnian
Penghilangan kotoran dilakukan dengan pengaturan kondisi proses sebaik
mungkin, sehingga jumlah sukrosa maupun monosakarida yang rusak berkurang.
Nira mentah yang berasal dari stasiun penggilingan terdiri dari berbagai macam
komponen. Komponen nira mentah antara lain air, gula (sukrosa), monosakarida
(gula reduksi), asam organik dan protein, bahan lilin, bahan organik, dan tanah dan
pasir. Tujuan dari pemurnian nira adalah untuk menghilangkan kandungan bukan
gula sebanyak mungkin, dengan kerusakan gula dan gula reduksi sekecil-kecilnya.
d. Proses Evaporasi
Proses pemasakan pada Stasiun Penguapan ini adalah proses lanjutan setelah
dilakukannya proses pemurnian nira pada Stasiun Pemurnian. Proses penguapan
memiliki prinsip yaitu menguapkan air. Sehingga kadar air turun dan gula yang
hilang menjadi sedikit dengan biaya seminimal mungkin. Hasil akhir dari proses
penguapan adalah nira kental

Evaporator merupakan bejana pemanas yang menguapkan nira yang


bekerja secara berurutan. Peralatan evaporator terdiri dari central condenser,
pompa vaccum yang digerakkan dengan electro motor, badan evaporator, pipa–
pipa uap nira, pipa–pipa exhaust steam, pipa–pipa pencuci/pipa–pipa air, pompa air
condensate, pipa–pipa condensate, pompa soda, tanki dan perpipaan-perpipaan
nira untuk menguapkan nira dan dilengkapi ruang vakum untuk menurunkan titik
didih nira sehingga kerusakan sukrosa dan monosakarida dapat ditekan. PT.
Madubaru mempunyai lima buah pan penguapan yang telah diatur jadwal
pembersihannya sehingga dapat digunakan secara bergantian dan kemampuan
penguapan tetap terjaga.
e. Proses Kristalisasi
Stasiun Kristalisasi merupakan salah satu tahap pembuatan gula yang ada di
PG. Madu Baru. Proses kristalisasi (pemasakan) merupakan proses penguapan-
lanjutan yang bertujuan untuk memasak nira kental hasil dari Stasiun Penguapan.
Pemasakan pada Stasiun Kristalisasi ini bertujuan untuk membentuk kristal gula.
Hasil dari tiap pan pada Stasiun Kristalisasi adalah campuran gula kristal (bibit
masakan) dan juga stroop yang berupa larutan. Masakan A menggunakan gula C
sebagai bibit masakan dan juga stroop. Masakan C menggunakan gula D sebagai
bibit dan juga stroop A.

7.
Sedangkan masakan D menggunakan foundan sebagai bibit masakan / inti
kristal, dan stroop C. Hasil dari setiap pan dialirkan dengan pipa menuju Stasiun
Puteran agar dapat dipisahkan antara gula dan larutan/stroop. Proses masakan
yang dilakukan di PG. Madu Baru adalah A-C-D, dengan gula A (gula SHS)
sebagai hasil akhirnya.
f. Stasiun Puteran (Proses Puteran)
Pada Stasiun Puteran dilakukan pemutaran yang bertujuan untuk
memisahkan kristal gula yang terbentuk dengan larutannya (stroop, klare, dan
tetes). PG. Madu Baru memiliki 2 jenis puteran yaitu puteran Low Grade
Centrifuge Separator dan High Grade Centrifuge Separator. Low Grade Centrifuge
Separator digunakan untuk memisahkan masakan dengan tingkat kemurnian yang
rendah, sedangkan High Grade Centrifuge Separator digunakan untuk memisahkan
masakan dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
g. Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan
Pada Stasiun Penyelesaian dan Pengemasan, hasil akhir dari Stasiun Puteran
diturunkan menuju gudang untuk dikemas melalui talang getar. Pada tahap ini
terjadi proses pengeringan gula. Talang getar dilengkapi dengan pipa udara dingin,
pipa udara panas, dan juga pipa penghisap debu yang dihubungkan dengan induced
fan. Pengemasan dilakukan dengan karung sak dengan berat 50 kg netto, dan ada
pula yang menggunakan plastic 1 kg.
Plastik yang digunakan adalah plastik OPP. Plastik OPP mudah untuk di seal
dengan menggunakan panas, tahan terhadap air dan kelembaban (Coles et al.,
2003) sehingga sesuai bila digunakan sebagai bahan pengemas gula.

2.2 TEMUAN-TEMUAN di LAPANGAN


K3 Listrik, K3 Konstruksi, dan K3 Penanggulangan Kebakaran:
1.) Temuan Positif
a. K3 Kelistrikan
a) Terdapat instalasi jalur petir
b) Uji riksa gardu induk listrik perusahaan dilakukan 1 tahun sekali
c) Terdapat Pengoperasian Genset yang sesuai pada tempat
b. K3 Kontruksi
a) Jalur evakuasi tersedia disetiap area
b) Tersedia titik kumpul/assembly point
c) Terdapat tangga yang standar

8.
c. K3 Kebakaran
a) Tersedianya mobil pemadam kebakaran.
b) Tanda Dilarang merokok dan menyalakan api di zona yang berbahaya
c) Menyediakan assembly point

2.) Temuan Negatif


a. K3 Kelistrikan
a) Tidak ada ahli K3 listrik di perusahaan
b) Belum dilakukan Riksa Uji pada Mesin Listrik
c) Aliran instalasi listrik tidak rapi dan tidak aman
b. K3 Konstruksi
a) Tanda-tanda peringatan bahaya sangat minim di lokasi kerja
b) Tabung gas bertekanan tidak diikat dengan baik
c) Pekerja tidak memakai APD saat aktivitas pengelasan
d) Ventilasi dan sirkulasi udara tidak baik
e) Tidak menggunakan APD pada saat pengelasan
c. K3 Penanggulangan Kebakaran
a) Penyimpanan APAR diatas permukaan lantai dan tidak sesuai peratuan
PERMENAKER No.04 Tahun 1980
b) APAR tidak ditemukan di tempat yang disediakan dan ketersediaannya kurang
c) Tidak ada instalasi Hidran dan alat penunjang kebakaran besar
d) Tidak ada APD anti api

9.
BAB III
ANALISA
Analisa temuan positif dan negatif pada bidang kelistrikan, kontruksi dan kebakaran

Penemuan Positif kelistrikan

NO FOTO TEMPAT TEMUAN MANFAAT SARAN DASAR BUNYI PASSAL


TEMUAN HUKUM
1 Pabrik PT. Terdapat tanda Sebagai tanda Dipertahankan Undang-Undang Memasang dalam tempat kerja
Madubaru bahaya listrik Keselamatan bagi No. 1 Tahun yang dipimpinnya, semua
pada gardu Induk pekerja di sekitar 1970 tentang gambar keselamatan kerja
listrik area kerja bahwa Keselamatan yang diwajibkan dan semua
area tersebut Kerja Bab X Pasal bahan pembinaan lainnya,
memiliki potensi 14 poin b pada tempat-tempat yang
bahaya listrik mudah dilihat dan terbaca
tegangan besar menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli
keselamatan kerja

2 Atap Gedung Terdapat instalasi Sebagai upaya Melakukan Peraturan (1) Penerima harus dipasang
pabrik penyalur petir menghindari pemerikasaan Menteri Tenaga ditempat atau bagian yang
gedung dari dan pengujian Kerja RI diperkirakan dapat tersambar
sambaran petir berkala terhadap No.Per.02/MEN petir dimana jika setiap
instalasi penyalur / 1989 tentang bangunan yang terdiri dari
petir Instalasi bagian-bagian seperti bangunan
penyalur Petir yang mempunyai menara,
pada pasal 10 antena, papan reklame papan
reklame, atau suatu blok
bangunan harus dipandang
sebagai satu kesatuan

10.
3 Tempat Terdapat Sebagai upaya Tetap Peraturan Menteri Melindungi keselamatan dan
Pengoperasian penjaga dan untuk mecegah dipertahankan, dan no 12 tahun 2015 kesehatan tenaga kerja dan
Genset ditempatkan terjadinya sebaiknya operator orang lain yang berada pada
sesuai diruangan pemadaman menggunakan pada pasal 2 & 3 lingkungan tempat kerja dari
khusus total APD potensi bahaya listrik

11
Temuan Positif Konstruksi
NO FOTO TEMPAT TEMUAN MANFAAT SARAN DASAR BUNYI PASSAL
TEMUAN HUKUM
1 Penanda jalur Sebagai salah satu Safety sign PERMENAKER (1) a. Kontruksi bangunan
Pabrik PT. Madubaru evakuasi tersedia langkah diperbesar dan TRANS NO.PER/ ialah kegiatan yang
ditempat yang administratif untuk diperbanyak di 01/MEN/1980 berhubungan dengan seluruh
strategis menunjukan arahberbagai titik area Tentang keselamatan tahapan yang dilakukan di
evakuasi dan muster kerja dan kesehatan kerja tempat kerja
point yang ada pada kontruksi (6). Kebersihan dan kerapian di
bangunan BAB I tempat kerja harus dijaga
Ketentuan umum sehingga bahan bahan yang
pasal 1 BAB II Pasal berserakan, bahan bangunan,
6 peralatan dan alat – alat kerja
tidak merintangi atau
menimbulkan kecelakaan

12.
2 Gedung produksi Tedapat tangga Mempermudah Dilakukan PERMENAKER (1) Tangga harus terdiri dari 2
yang sesuai akses dari lantai pembersihan dan TRANS NO.PER/ kaki tangga dan sejumlah
(memiliki dasar sampai lantai pemeliharaan dari 01/MEN/1980 anak tangga yang dipasang
handrail) atas bahan cair agar Tentang keselamatan pada kedua kaki tangga
akses tangga tetap dan kesehatan kerja dengan kuat
kering dan bersih pada kontruksi (2) Tangga harus di buat, di
bangunan BAB IV pelihara dan digunakan
pasal 25 sebaik- bainya sehinggga
dapat menjamin
keselamatan kerja
(3) Tannga harus terdiri dari 2
kaki tangga dan sejumlah
anak tangga yang dipasang
pada kedua kaki tangga
dengan kuat
(4) Tangga harus di buat, di
pelihara dan digunakan
sebaik- bainya sehinggga
dapat menjamin
keselamatan kerja
3 Lapangan terbuka Terdapat penanda Mempermudah titik Penanda lebih di Permen RI no 36 Ayat 1. Setiap bangunan
titik kumpul jika kumpul dan akses banyakin lagi tahun 2005 tentang gedung, kecuali rumah
terjadi masalah untuk keselamatan sebagai pengingat peraturan pelaksanaan tinggal tunggal dan rumah
atau peristiwa jika terjadi sesuatu Undang-undang
deret sederhana, harus
nomor 28 tahun 2002
tentang bangunan menyediakan sarana
gedung ( pasal 59) evakuasi yang meliputi
sisem bahaya bagi pengguna,
pintu keluar darurat, dan
jalur evakuasi yang dapat
menjamin kmudahan
pengguna bangunan gedung
untuk melakukan evakuasi
dari dalam bangunan gedung
secara aman apabila terjadi
bencana atau keadaan
darurat

13
.
4. Gedung produksi Perbaikan atap Menjaga fungsiPerbaikan PERMENAKER Pasal 4 (1) pengusaha
gedung dan keamanan dilakukan TRANS NO.PER/ dan/atau pengurus wajib
gedung saat dengan 09/MEN/2016 memastikan bahwa semua
operasional memperhatikan tentang kegiatan bekerja pada
faktor keamanan keselamatan dan ketinggian yang menjadi
kesehatan kerja
kerja, mengingat tanggung jawabnya telah
dalam pekerjaan
lokasi kerja pada pada ketinggian
direncanakan dengan tepat
ketinggian dilakukan dengan cara yang
aman dan diawasi (2)
pengusaha atau pengurus
memastikan bahwa pekerja
pada ketinggian hanaya
dilakukan jika situasi dan
kondisi kerja tidak
membahayakan keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja
dan orang lain

14
.
Temuan Positif Kebakaran
NO FOTO TEMPAT TEMUAN MANFAAT SARAN DASAR BUNYI PASSAL
TEMUAN HUKUM
1 Tempat Terdapat Mempermudah Dilakukan PERMENAKER 1) Setiap alat pemadam api
Produksi petunjuk secara visual Pemeriksaan 6 TRANS NO.PER/ ringan di periksa 2 kali
pemakaian untuk melihat dan bulan sekali 04/MEN/1980 dalam setahun yaitu:
dan tanda menggunakan untuk upaya Tentang syarat- a. Pemeriksaan
Alat Pemadam APAR pengendalian syarat pemasangan dalam jangka 6
Api Ringan APAR tidak dan pemeliharaan bulan
dengan tiga kadaluarsa alat pemadam api b. Pemeriksaan
macam apar ringan BAB III dalam jangka 12
yaitu foam, Pasal 11 dan 14 bulan
Co2, (APAR)
Petunjuk cara-cara pemakaian
alat pemadam api ringan harus
dapat dibaca dengan jelas.

2 Area parker Terdapat Unit Media latihan dan Dilakukan Keputusan Menteri Kewajiban mencegah,
Penanggulangan sarana Pemeriksaan Tenaga Kerja mengurangi, dan
Kebakaran penanggulangan Secara berkala NO.:KEP- memadamkan kebakaran
Mobil DAMKAR kebakaran untuk 186/MEN/1999 ditempat kerja sebagaimana
Untuk cek tentang Unit dimaksud pada ayat
Internal pabrik
Setiap Penanggulanga n (1) meliputi:
Komponen Kebakaran di b.Penyedian sarana
Alat berfungsi Tempat Kerja deteksi,alarm , pemadam
Pasal 2 poin b kebakaran,dan sarana
Dengan baik
evakuasi

15
.
3 Area Pabrik Terdapat Agar tenaga kerja Mungkin dapat Undang-undang No Pengurus diwajibkan untuk
himbauan secara dan selain dicek secara 1 1970 tentang menjelaskan pada tiap
tertulis tenagakerja keselamatan kerja ketenaga kerja baru tentang
memahami pasal 9 a.kondisi dan bahaya yang
dilarang untuk dapat timbul dalam teampat
menyalakan api/ kerjanya, contohnya
merokok di area memberi poster atau
pabrik. himbauan lain.

16
.
Temuan negatif kelistrikan
Pengendalian
Potensi Rekomendasi/saran
No Foto Temuan P C R resiko yang Dasar hukum Bunyi Pasal
Bahaya pengendalian
sudah ada
1 Tidak ada ahli Pelaksanaan K3 3 2 6 Merekrut Ahli K3 Merekrut Ahli K3 bidang Permenaker RI Untuk perusahan
K3 listrik listrik di bidang Listrik Listrik melaksanakan K3 Nomor 33 Tahun yang memiliki
perusahaan tanpa untuk listrik di perusahaan 2015 Tentang pembangkit
adanya ahli K3 melaksanakan Perubahan Atas listrik lebih dari
Spesialis tugas K3 Listrik di Peraturan Menteri 200 (dua ratus)
sehingga dapat Perusahaan Ketenagakerjaan Kilo Volt-
menyebabkan Nomor 12 Tahun Ampere wajib
kecelakaan kerja 2015 Tentang mempunyai Ahli
akibat listrik Keselamatan dan K3 bidang
Kesehatan Kerja Listrik.
Listrik di Tempat
Kerja Pasal 7

2 Instalasi Jika terdapat 8 2 16 Di beberapa Melakukan Keputusan Menteri Perencanaan,


listrik salah satu kabel tempat yang lain pemeriksaan oleh tenaga Kerja dan pemasangan,
tidak terkelupas akan panel listrik sudah teknisi listrik Transmigrasi penggunaan,
standar mengakibatkan terinstalasi dengan perusahaan dan Republik Indonesia pemeriksaan, dan
No: KEP – pengujian instalasi
kabel itu rapi dan baik merapikan instalasi
75/MEN/2002 listrik di tempat
menempel pada kabel pada panel box tentang kerja harus sesuai
kabel yang lain pemberlakuan Dengan
dan korsleting Standar Nasional
listrik yang ketentuan yang
Indonesia
mana akan mengenai ditetapkan
mengakibatkan persyaratan umum dalam SNI
seseorang Instalasi listrik di mengenai
tersetrum tempat kerja pasal persyaratan
2 umum instalasi
listrik

17
.
3 tidak Jika tidak di 6 10 60 Melakukan Dilakukan uji berkala Permenaker RI Pelaksanaan k3
dilakukan lakukan pemeriksaan dan 1tahun sekali nomor 12 tahun listrik
pemeriksaan pembenahan jika sebagaimana
pemeriksa 2015 tentang dimaksud dalam
an dan dan pengujian ada kerusakan keselamatan dan
secara berkala pasal 10 ayat 2
pengujian kesehatan kerja dillakukan
dapat
secara listrik di tempat pemerikasaan
memungkinkan paling sedikit 1
berkala terjadi kerja pasal 11.
pada tahun sekali.
kerusakan pada
instalasi alat listrik yang
listrik dapat
sehingga menyebabkan
dapat risiko kerusakan
menyebab dan Bahaya.
kan
potensi
bahaya
kerusakan

18
.
Temuan negatif kontruksi

Pengendalian
No Foto Temuan Potensi Bahaya P C R resiko Rekomendasi/ Dasar hukum Bunyi Pasal
yang sudah ada pengendalian

1 Area kerja Jika tidak 10 3 30 Sudah Pengawasan dalam Permenaker No. Kebersihan dan
Yang Tidak dilakukan disosialisasikan bidang konstruksi lebih PER/01/MEN/198 kerapihan di
terawatt penataan area tentang 5R Diperketat 0 tentang tempat kerja harus
kerja yang baik, oleh Pihak keselamatan dan
maka perusahaan kesehatan kerja pada dijaga sehingga
berpotensi Kepada konstruksi bangunan bahan-bahan yang
mengakibatkan kontraktor Bab I pasal 6 berserakan, bahan-
tersandung dan bahan bangunan,
mencederai peralatan dan alat
pekerja kerja tidak
merintangi atau
menimbulkan
kecelakaan

2 Pekerja dari Pekerja dapat 10 7 70 Sosialisasi Kontraktor PT. PERMENAKER Pekerja atau
PT. Madubaru mengalami tentang Madu Baru TRANS NO.PER/ buruh dan orang
ditemukan kecelakaan dan penggunaan diseleksi dengan 08/MEN/VII/2010 lain yang
tidak penyakit akibat alat pelindung mengacu pada Tentang Alat memasuki tempat
menggunakan kerja akibat proses diri dan safety CSMS supaya lebih Pelindung Diri kerja wajib
alat pelindung pekerjaan sign peduli tentang pasal 6 poin 1 memakai atau
diri saat pengelasan karena penggunaan keselamatan dan menggunakan
beraktivitas tidak memakai alat alat pelindung kesehatan para APD sesuai
pelindung diri yang diri pekerja dengan potensi
sesuai dengan bahaya dan
ketentuan resiko.

19
.
3. Gedung Terjatuh dari 10 40 400 Hanya Pemerian body Permenaker no. 9 Pasal 1 ayat 2
Produksi ketinggian, cedera, menggunakan harness, topi safety tahun 2016 tentang pekerja pada
membahyakan peralatan atau Standar APD keselamatan dan ketinggian adalah
orang lain, sampai seadanya kesehatan kerja dalam kegiatan atau
kematian pekerjaan ketinggian aktifitas
pekerjaan yang
dilakukan oleh
tenaga kerja pada
tempat kerja di
permukaan tanah
atau perairan
yang terdapat
perbedaan
ketingian dan
memiliki potensi
jatuh yang
menybabkan
tenga kerja atau
orang lain yang
berada di tempat
kerja cedera atau
meninggal dunia
atau
menyebabkan
kerusakan harta
benda.
Temuan Negatif Kebakaran
1 APAR tidak Pada saat terjadi 6 15 90 Sudah Perbaikan dan PerMen Ps 11 :Setiap alat
berfungsi dan kebakaran besar, tersedianya pengecekan APAR secara 04/MEN/1980 pemadam api ringan
kotor proses pemadaman mobil menyeluruh pasal 11, serta harus diperiksa 2 kali
tidak maksimal pemadam penempatan apar dalam setahun, yaitu : a.
karena beberapa kebakaran di yang harus sesui Pemeriksaan dalam
APAR tidak area pabrik dengan jangka 6 bulan
berfungsi yang kententuan b. pemeriksaan dalam
bekerjasama permen jangka 12 bulan
dengan Pemda 04/MEN/1980
setempat pasal 4 Ps 4 ayat 1 setiap 1 atau
kelompok alat
pemadam api ringan
harus ditempatkan pada
posisi yang mudah
dilihat dengan
jelas,mudah dicapai,dan
diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda
pemasangan
2 a. Tidak adanya Kebakaran 6 15 90 Sistem proteksi a. Pemasangan Instruksi Meteri Penyediaan
smoke detector diakibatkan karena kebakaran di smoke detector Tenaga Kerja alat/instansi proteksi
pada setiap tidak adanya perusahaan b. Pemasangan No.: kebakaran seperti
ruangan deteksi awal (asap) hanya springkle Ins.11/M/BW/ sistem deteksi/alarm
dari sistem deteksi menggunakan 1997 tentang kebakaran dan alat
kebakaran APAR dan tidak pengawasan pemadam api ringan,
ada sistem khusus K3 hydrant, sprinkler,
proteksi Penanggulangan atau instansi khusus
Kebakaran kebakaran yang handal dan
Otomatis

20
3 Tidak terdapat Apabila tidak 6 15 90 Belum terpasang a. pengadaan petugas Permen Apabila digunakan alat
Spingkler terpasang jika springkler peran kebakaran 02/MEN/1983 tambahan seperti alat
terjadi kebakaran pasal 42 ayat 3 pengendali
dapat tentang instalsi Springkler,CO2,Air
mengakibatkan alarm kebakaran Conditioning dan
kerugian automatik sebagaimana yang
bergabung dengan
instalasi alm kebakaran
harus di sediakan
sumber tenaga dengan
tegangan ekstra rendah
dan alat tambahan
tersebut tidak boleh
mempengaruhi sumber
daya instalasi alarm
kebakaran

21
.
Matriks Manajemen Resiko
Rating Risiko (RR) = Peluang (P) x Konsekuensi (C) x Pemaparan (E)

PELUANG (kemungkinan atau peluang kejadian tersebut terjadi) / P


KATEGORI PENJELASAN NILAI

Sangat mungkin Sangat mungkin atau hampir pasti akan terjadi (peluang terjadinya 1 kali 10
terjadi / hampir pasti dalam 10 kali kesempatan
Mungkin terjadi Dapat terjadi atau suatu hal yang tidak mungkin untuk terjadi (peluang 6
terjadinya 1 kali dalam 100 kali kesempatan)
Tidak biasa namun Dapat merupakan kejadian yang tidak biasanya akan terjadi namun 3
bisa terjadi kemungkinannya tetap ada (peluang terjadinya 1 kali dalam 1000 kali
kesempatan)
Kecil Kemungkinan terjadinya kecil atau merupakan suatu kebetulan (peluang 1
kemungkinannya terjadinya 1 kali dalam 10.000 kali kesempatan)
Sangat Sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi / terjadi setelah bertahun-tahun 0.5
kemungkinannya terpapar (peluang terjadinya 1 kali dalam 100.000 kali kesempatan)
Tidak mungkin Secara praktek tidak mungkin terjadi / hampir tidak muungkin terjadi 0.2
terjadi (peluang terjadinya 1 kali dalam 1.000.000 kali kesempatan)
AKIBAT (keparahan dari hasil yang yang dikeluarkan oleh suatu kejadian seperti: cidera, sakit, dll) / C
KATEGORI PENJELASAN NILAI
Katastropi Menimbulkan banyak korban jiwa 100
Bencana Menimbulkan beberapa korban jiwa 40
Sangat Serius Menimbulkan satu kematian 15
Serius Menimbulkan cidera serius (menyebabkan cacat anggota tubuh) 7
Perawatan Medis Menimbulkan cidera yang memerlukan perawatan medis 3
Perawatan P3K Cidera yang bersifat minor atau hanya memerlukan pengobatan P3K 1
PEMAPARAN (frekwensi dan lamanya pemaparan bahaya tersebut) / E
KATEGORI PENJELASAN NILAI
Kontinyu Sangat sering atau pekerjaan yang rutin dilakukan 10
Seringkali Terjadinya sekali sampai beberapa kali sehari 6
Kadang-Kadang Sekali seminggu sampai beberapa kali sebulan 3
Tidak Biasanya Sekali dalam sebulan sampai sekali setahun 2
Jarang Sekali dalam beberapa tahun 1
Sangat Jarang Belum pernah terjadi pemaparan 0.5
Penilaian Resiko
• diatas 400 : Risiko sangat tinggi, lakukan penghentian kegiatan segera

• 200 – 400 : Risiko tinggi, perbaikan dengan segera (keterlibatan managemen)

• 50 – 200 : Risiko substansial, perlu tindakan perbaikan

• 10 – 50 : Risiko sedang, perlu tindakan perbaikan namun dapat dijadwalkan

• dibawah 10 : Risiko rendah

22
.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan observasi yang dilakukan di PT. Madubaru, perusahaan masih


belum maksimal dalam menerapkan K3 Penanggulangan Listrik, K3
Penanggulangan Konstruksi dan Bangunan, dan K3 Penanggulangan Kebakaran.

1.) K3 Listrik
Instalasi listrik kurang tersusun rapi dapat meningkatkan risiko bahaya pabrik
dari sengatan listrik serta kebakaran akibat listrik. Instalasi listrik dilakukan
pemeriksaan setiap 1 tahun sekali dan penyalur petir dilakukan pemeriksaan dan
uji setiap 2 tahun sekali pada saat akan memulai proses produksi gula. Perusahaan
tidak memiliki ahli K3 bidang listrik sehingga K3 listrik tidak terlaksana dengan
baik sebagaimana peraturan yang ditetapkan.
2.) K3 Konstruksi dan Bangunan
Setelah dilakukan observasi di lapangan mengenai implementasi pelaksanaan
K3 Konstruksi di PT. Madubaru masih terdapat area kerja yang berantakan atau
kurang rapi yang dapat meningkatkan potensi bahaya. Pada pekerjaan pengelasan,
pekerja tidak menggunakan APD yang memadai. Dan ditemukan beberapa
pekerja yang masih belum peduli dalam hal penggunaan APD di tempat kerja,
maka diperlukan pengawasan oleh HSE perusahaan untuk lebih meningkatkan
kesadaran pekerja dalam bidang K3.
3.) K3 Penanggulangan Kebakaran
Pada PT Madubaru kondisi APAR banyak yang tidak sesuai dengan standar
penempatan. Kondisi yang terjadi di lapangan adalah APAR hanya diletakkan di
lantai, sehingga sulit untuk dilihat, dicapai, dan diambil serta jarak antar APAR
tidak sesuai. APAR tidak ditemukan di tempat yang disediakan dan
ketersediaannya pun sangat kurang. Untuk menanggulangi kebakaran besar tidak
ada sistem penanganan kebakaran, contohnya tidak terdapat hydrant di
perusahaan. Selain itu, sistem proteksi kebakaran seperti smoke detector dan
springkler belum ada. Jalur evakuasi sudah ada namun tidak mencukupi untuk
memberikan penjelasan kepada pekerja ketika keluar jalur tersebut.

23
.
4.2 SARAN
1. PT. Madubaru meninjau kembali instalasi listrik dan merekrut atau
memperkerjakan ahli K3 Listrik. Ahli K3 listrik diharapkan dapat
melakukan pemeriksaan berkala pada instalasi listrik dan penyalur petir
untuk memastikan instalasi tersebut aman, berfungsi sebagaimana mestinya
dan dapat menghindarkan pekerja maupun pabrik dari bahaya sengatan
listrik dan sambaran petir.

2. PT. Madubaru secara umum telah menerapkan kebijakan K3 di lingkungan


perusahaan sesuai dengan UU yang berlaku tetapi masih perlu dilakukan
pembenahan yang menyeluruh terutama dalam pengawasan konstruksi di
lokasi kerja dan dilakukan program Contractor Safety Management System
pada setiap kontraktor.
3. PT. Madubaru agar memperhatikan kembali penempatan APAR sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan, serta memperbaiki dan


menyediakan alat-alat pencegah kebakaran besar seperti hydrant dan alat
penunjang lainnya. Sebaiknya PT. Madubaru lebih memperhatikan soal
penggunaan APD bagi tenaga kerja sebelum mereka melaksanakan
pekerjaan agar keselamatan bagi mereka lebih terjamin.

24
.
DAFTAR PUSTAKA

Undang – undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Permenaker No. 1/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan

SKB Menaker dan Mentri PU No. 174/MEN/1986 dan NO. 104/KPTS/1986 tentang K3
pada Kegiatan Konstruksi

Kep Dirjen Binawas NO. Kep. 20/BW/2004 tentang Kompetensi Personal K3 Konstruksi
Bangunan

Permenaker No. 4 Tahun 1980 tentang Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR

Permenaker No. 2 Tahun 1983 tentang Instalasi Alat Alarm Kebakaran

Permenaker No. 12 Tahun 2015 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik di
Tempat Kerja

Permenaker No. 2 Tahun 1989 tentang Instalasi Penyalur Petir


Kepnakertrans No. 186 Tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran

Instruksi Menaker No. 11 Tahun 1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan


kebakaran

Permenaker No. Per 02/MEN/1989 tentang Instalasi Penyalur Petir Kepdirjen Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan Kenetenagakerjaan No: Kep. 407/BW/2002
tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listr

25
.

Anda mungkin juga menyukai