Nama: Cita Erina Kelas: X TKRO 1 No. Absen: 8 Tugas: Bhs. Indonesia
Nama: Cita Erina Kelas: X TKRO 1 No. Absen: 8 Tugas: Bhs. Indonesia
Nama: Cita Erina Kelas: X TKRO 1 No. Absen: 8 Tugas: Bhs. Indonesia
Kelas : X TKRO 1
No. Absen : 8
Tugas : bhs. Indonesia
Soal Diskusi!!
1. Apa yang dimaksud dengan antonim, sinonim,
hipernim, hiponim dan contohnya dalam bentuk
kalimat
Jawab : Sinonim
Pengertian Sinonim
Untuk lebih memahami tentang sinonim, maka berikut contoh kata-kata dan
penggunaannya:
Antonim
Pengertian Antonim
Berbeda dengan sinonim, antonim merupakan lawan atau perbedaan tiap kosa
kata dalam bahasa Indonesia. Ketika kita menggunakan kata-kata antonim,
maka hubungan antara kedua kata tersebut akan sangat berbeda. Hal ini juga
yang dimaksud dengan lawan kata. Karena memang memiliki makna yang
sangat jauh berbeda.
Agar tidak salah dalam memaknai kata antonim, berikut contoh kata-katanya
dan bagaimana penggunaanya tersebut:
Siang = Malam. Ayah selalu pulang di malam hari. Ibu pergi ke
pasar ketika siang hari.
Dekat = Jauh. Ibu selalu berjalan kaki untuk pergi ke sawah,
karena jaraknya dekat dari rumah. Ayah harus menggunakan
sepeda motor untuk sampai tepat waktu karena tempat dirinya
bekerja sangat jauh.
Untung = Rugi. Ketika datang ke kota ini, Ana selalu bercerita
tentang untung jualan yang diterimanya. Paman merasa sangat
rugi karena telah menjual banyak barang berharga akibat terlilit
hutang.
Panas = Dingin. Mama sangat menyarankan untuk tidak
langsung memakan makanan yang masih panas. Minuman
dingin sangat disukai oleh Bibi.
Keras = Lunak. Suara hajatan kali ini terdengar sangat keras
sekali. Ana tidak terlalu pandai memasak lontong, hasilnya
terlalu lembut.
Bagus = Jelek. Ami mendapatkan nilai yang sangat bagus pada
semester awal ini. Anton selalu mendapatkan nilai jelek karena
malas belajar.
Pintar = Bodoh. Anak tersebut dikenal dengan kegigihan, rajin
dan sangat pintar di kelasnya. Ani dinyatakan bodoh oleh kedua
orang tuanya sebab tidak pernah mendapatkan nilai yang bagus
saat hasil ujian dibagikan.
Sedikit = Banyak. Sedikit uang yang kita sumbangkan akan tetap
berharga di mata mereka yang membutuhkan. Biaya operasi
untuk menyembuhkan luka Paman sangatlah banyak.
Bersatu = Berpisah. Jika ingin bangsa ini selalu bersatu, maka
jangan ada sikap yang memicu pertikaian antar kaum, ras dan
marga tertentu. Mereka berdua sepakat untuk berpisah dan
memulai semuanya dari awal lagi.
Buka = Tutup. Swalayan ini hanya buka pada hari senin sampai
jum’at saja. Pintu rumah bibi sudah tutup sedari tadi.
Hipernim
Pengertian Hipernim
Hipernim atau juga dikenal dengan istilah monograf adalah frasa atau sebuah
kata yang memiliki makna lebih umum atau luas. Hiponim akan terdiri dari
beberapa kata dari hipernimnya. Boleh dikatakan, hiponim adalah kumpulan
kata yang ada di dalam sebuah hipernim.
Hiponim
Pengertian Hiponim
Hiponim adalah istilah yang berada di bawah istilah hipernim yang sudah kita
bahas di atas. Hiponim ini sendiri berasal dari kata asing, yakni onoma yang
berarti nama serta hypo yang memiliki makna di bawah. Sehingga, jika diartikan
secara umum, hiponim memiliki makna nama yang berada di bawah
pengertian nama lainnya.
Hipernim merupakan frasa di atas yang merupakan bagian paling tinggi jika
dibandingkan dengan hiponim. Hiponim adalah gabungan kata-kata yang lebih
khusus jika dibandingkan dengan kata hipernim. Bahkan, tidak jarang satu kata
hipernim akan memiliki banyak kumpulan kata-kata hiponim yang berbeda di
sebut dengan istilah kohiponim.
Relasi Makna Hiponim
Selain sinonim dan antonim, relasi makna atau sebuah jalinan makna yang
saling bersangkutan juga di dapatkan di istilah hiponim ini sendiri. Relasi
makna ini akan menyatakan:
Kesamaan arti
Pertentangan makna
Jangkauan arti
Kegandaan makna
Kelebihan arti
Agar tidak salah dalam menentukan hiponim dengan istilah lainnya, maka kita
perlu mengetahui jenis-jenisnya, yaitu:
Hiponim Tulen
Hiponim jenis ini merupakan jenis kata yang nantinya bisa mewakilkan dua kata
sekaligus. Misalkan penggunaan istilah “padi” yang bisa digunakan untuk
memaknai nasi dan beras.
Hiponim Umum
Contoh hiponim yang satu ini memerlukan satu kata baku dan imbuhan kata
lainnya agar bisa dikenali secara spesifik. Misalnya saja rumah banglo, dimana
kata banglo harus digabungkan dengan kata rumah untuk memberikan artian
rumah khusus.
Ikan (hipernim)= bawal, mas, lele, paus, nila dan jenis ikan
lainnya. (hiponim)
Sayuran (hipernim) = gambas, kol, wortel, kentang, bayam dan
sayuran lainnya (hiponim)
Warna (hipernim) = merah, hijau, jingga, hitam, biru, hijau dan
jenis lainnya (hiponim)
2.Paragraf kan baik jika ada koheren dan
koherensi apa maksudnya sehingga dikatakan
paragraf berkualitas
Jawab : A. Kohesi
Kohesi atau kepaduan wacana ialah keserasian hubungan antarunsur yang
satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian
yang koheren. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa,
dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat. Sehubungan dengan hal tersebut,
Tarigan (1987: 96) mengatakan bahwa kohesi atau kepaduan wacana
merupakan aspek formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain, bahwa
kepaduan wacana merupakan organisasi sintaktik, wadah kalimat-kalimat
disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal ini berarti
pula bahwa kepaduan wacana ialah hubungan antarkalimat di dalam sebuah
wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu
(Gutwinsky dalam Tarigan, 1987: 96).
Kohesi atau kepaduan wacana banyak melibatkan aspek gramatikal dan
aspek leksikal. Sehingga penanda yang digunakan untuk mencapai kepafuan
sebuah wacana juga meliputi kedua aspek tersebut. Penanda yang dipakai
untuk menandai kohesif tidaknya uatu wacana, meliputi: pronomina,
substitusi, elipsis, konjugasi, dan leksikal (Halliday dan Hasan dalam Tarigan,
1987: 97).
Penanda yang digunakan untuk mencapai kekohesifan wacana ialah
sebagai berikut :
1. Pronomina, disebut juga kata ganti. Dalam bahasa Indonesia kata ganti
terdiri dari kata ganti diri, kata ganti petunjuk, kata ganti empunya, kata ganti
penanya, kata ganti penghubung, dan kata ganti taktentu.
a. Kata ganti diri, dalam bahasa Indonesia meliputi: saya, aku, kami, kita,
engkau, kau, kamu. Kalian, anda, dia, dan mereka.
b. Kata ganti petunjuk, dalam bahasa Indonesia meliputi: ini, itu, sini, sana, di
sini, di sana, di situ, ke sini, dan ke sana.
c. Kata ganti penanya, dalam bahasa Indonesia meliputi: apa, siapa, dan mana.
d. Kata ganti penghubung, dalam bahasa Indonesia yaitu yang.
e. Kata ganti taktentu, dalam bahasa Indonesia meliputi: siapa-siapa, masing-
masing, sesuatu, seseorang, para.
2. Substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata
dan makna.Substitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal,
klausal, dan campuran.Misalnya: satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa,
demikian pula, melakukan hal yang sama.
3. Elipsis ialah peniadaan kata atau satuan lai yang wujud asalnya dapat
diramalkan dari konteks luar bahasa. Elipsis dapat pula dikatakan penggantian
nol (zero), sesuatu yang ada tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan. Elipsis
dapat pula dibedakan atas elipsis nominal, elipsis verbal, dan elipsis klausal.
4. Konjungsi digunakan untuk menggunakan kata dengan kata, frasa dengan
frasa, klausa dengan klausa, atau paragraf dengan paragraf (Tarigan, 1987:
101). Konjungsi dalam bahasa Indonesia dikelompokkan menjadi:
a. konjungsi adversatif : tetapi, namun
b. konjungsi kausal : sebab, karena
c. konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi
d. konjungsi korelatif : entah, baik, maupun
e. konjungsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
f. konjungsi temporal : sebelum, sesudah
5. Leksikal diperoleh dengan cara memilih kosakata yang serasi, misalnya
pengulangan kata yang sama, sinonim, antonim, hiponim, kolokasi, dan
ekuivalen. Ada beberapa cara untuk mencapai aspek leksikal kohesi, antara
lain:
a. pengulangan kata yang sama : pemuda – pemuda
b. sinonim : pahlawan – pejuang
c. antonim : putra – putri
d. hiponim : angkutan darat – kereta api, bis, mobil
e. kolokasi : buku, koran, majalah – media massa
f. ekuivalensi : belajar, mengajar, pelajar, pengajaran
B. Koherensi
Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan,
fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami
pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang
digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan
(seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan
(komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal),
kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).
1. Penambahan (aditif), penanda koherensi yang bersifat aditif atau berupa
penambahan antara lain: dan, juga, selanjutnya, lagi pula, serta.
2. Rentetan (seri), penanda koherensi yang berupa rentetan atau seria ialah
pertama, kedua, …, berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya.
3. Keseluruhan ke sebagian, yaitu pembicaraan atau tulisan yang dimulai dari
keseluruhan, baru kemudian beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
4. Kelas ke anggota, yang dimaksud penanda koherensi ini ialah dengan
menyebutkan bagian yang umum menuju ke bagian-bagian lebih khusus.
5. Penekanan, yang dimaksud penenda koherensi ini ialah kata atau frasa yang
memberikan penekanan terhadap kalimat sebelumnya ataupun kalimat
sesudahnya.
6. Perbandingan (komparasi), penanda koherensi ini ialah sama halnya, hal
serupa, hal yang sama, seperti, tidak seperti, dll.
7. Pertentangan (kontras), penanda koherensi ini dapat berupa tetapi, tapi,
meskipun, sebaliknya, namun, walaupun, dan namun demikian.
8. Hasil (simpulan), yag dimaksud penanda koherensi ini ialah kata atau frasa
yang mengacu pada simpulan.
9. Contoh (misal), penanda koherensi ini dapat berupa antara lain: umpamanya,
misalnya, contohnya.
10. Kesejajaran (paralel)
11. Tempat (lokasi), penanda koherensi ini antara lain: di sini, di situ, di rumah,
dll.
12. Waktu (kala), penanda koherensi ini antara lain: mula-mula, sementara itu,
tidak lama kemudian, ketika itu.
3.Apa yang dimaksud dengan paragraf dan
berapa jenisnya lalu buatkan contohnya!
Jawab: Pengertian Paragraf adalah kumpulan kalimat yang biasanya
mempunyai satu ide pokok dan cara penulisannya sedikit menjorok ke
bagian dalam atau menggunakan garis baru.
Paragraf Deduktif
Yang dimaksud dengan sebuah paragraf deduktif adalah sebuah
paragraf yang dimulai dengan mengungkapkan persoalan pokok yang
kemudian diikuti dengan beberapa kalimat penjelas di belakangnya.
Untuk paragraf deduktif ini, contohnya sebagai berikut:
Paragraf Campuran
Jenis-jenis paragraf lainnya yang berdasarkan letak dari kalimat utama
tersebut adalah paragraf campuran. Paragraf yang satu ini diawali
dengan menjelaskan sebuah persoalan pokok atau kalimat topik.
Selanjutnya, diikuti dengan kalimat penjelas dan diakhiri dengan
menggunakan kalimat topik.
Nah, untuk kalimat topik yang terdapat pada akhir paragraf ini
merupakan sebuah penegasan dari kalimat topik yang terdapat di awal
paragraf. Untuk contoh dari paragraf campuran yang satu ini adalah
sebagai berikut.
Ciri-ciri dari paragraf yang satu ini ialah ada suatu objek yang nantinya
bisa digambarkan ataupun dengan menggunakan panca indra, isinya
berupa kata-kata yang dapat dibayangkan. Pastinya, untuk jenis paragraf
deskripsi Anda sering menemukannya dalam beberapa bacaan,
contohnya seperti:
Ciri-ciri dari paragraf yang satu ini ialah adanya bukti ataupun fakta
untuk meyakinkan pembaca, terdapat kata bujukan ataupun anjuran
seperti sebaiknya; mari; dan lain sebagainya. Nah, biasanya paragraf
persuasi juga dilengkapi dengan alasan ataupun keuntungan bagi siapa
saja yang mau mengikuti bujukan ataupun anjuran.
Ciri-ciri dari pendapat argumentasi yang satu ini ialah adanya pendapat
beserta alasannya. Bahkan, paragraf tersebut juga dilengkapi dengan
bukti ilmiah, subjektif, kesimpulan, bahkan bukti dan referensi.