ABSTRAK
ABSTRACT
548 Observasi Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan Intensif
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
rate of average daily gain (ADG), feed conversion rate (FCR), packet cell volume (PCV), total
total leucocyte, and having strongly significant (P<0.01) toward oxygen consumption, and
metabolism rate.
==========================================================
Jenis Warna Bulu .
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
----------------------------------- (g/ekor/hr) -------------------------------
Jantan 75,93 63,62 73,10 70,70 70,837
Betina 56,59 75,35 66,89 64,91 65,933
__________________________________________________________________
Rataan 66,258 69,485 69,995 67,805
__________________________________________________________________
==========================================================
Jenis Warna Bulu
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
----------------------------------- (g/ekor/hr) -------------------------------
Jantan 36,42 44,26 38,60 33,83 38,278
Betina 24,30 42,50 28,22 44,28 34,82
__________________________________________________________________
Rataan 30,36b 43,38a 33,41b 39,05a 34,82
__________________________________________________________________
Ket : Superskrip huruf kecil di belakang angka pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
Pemberdayaan Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan 549
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
==========================================================
Jenis Warna Bulu
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
==========================================================
Jenis Warna Bulu
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
------------------------------------ % --------------------------------------
Jantan 30,75 30,35 26,75 25,50 28,337
Betina 27,73 30,25 26,00 28,25 28,057
__________________________________________________________________
Rataan 29,09 ab 30,30 a 26,375 b 26,875 b
__________________________________________________________________
Ket : Superskrip huruf kecil di belakang angka pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
550 Observasi Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan Intensif
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
==========================================================
Jenis Warna Bulu
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
----------------------------------- (Juta/µl) ----------------------------------
Jantan 8,037 7,486 6,337 5,537 6,849
Betina 8,700 9,425 6,625 5,325 7,518
__________________________________________________________________
Rataan 8,368a 8,455a 6,481ab 5,431b
__________________________________________________________________
Ket : Superskrip huruf kecil di belakang angka pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05)
==========================================================
Jenis Warna Bulu
Kelamin Merah Hitam Lurik Putih Rataan
_________________________________________________________________
----------------------------------- (%) ---------------------------------------
Ket : Superskrip huruf kecil di belakang angka pada baris dan kolom rataan yang sama
menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).
Pemberdayaan Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan 551
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
552 Observasi Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan Intensif
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
Rataan konversi ransum pada keempat hitam, dimana kadar ini tidak berbeda dengan
warna bulu tersebut termasuk sangat baik, Kedu merah namun berbeda dengan Kedu
karena Iskandar (2009), melaporkan bahwa lurik dan Kedu putih. Ayam Kedu hitam
Ayam Kedu, arab dan salingan keduanya merupakan ayam kedu yang dalam tubuhnya
masing-masing mempunyai konversi ransum mengandung pigmen paling gelap. Pigmen
sebesar 4,26, 3,44 dan 3,74. Adapun melanin produksinya distimulasi oleh MSH
perbedaan konversi yang sangat mencolok (Eckert et al., 1988), dibuat dari asam amino
tersebut adalah karena penelitian ini dilakukan tyrosine yang dioksidase menjadi
pada masa laju pertumbuhan tercepat yakni dihydroxyphenilalanine (Dopa) oleh
pada usia menjelang pubertas. Pada usia ini tyrosynase dan pada umumnya melanin
ayam mengalami laju pertumbuhan tercepat, ditimbun dalam kulit pada lapisan stratum
efisiensi tertinggi, mortalitas terendan dan germinativum (Kleiner dan Orthen, 1962).
kesehatan paling optimal (Lloyd et al., 1978). Tingginya kadar PCV berhubungan dengan
Terdapat variasi yang sangat mencolok kebutuhan oksigen, dimana jumlah oksigen
konversi ransum pada setiap minggu, dimana yang diperlukan oleh tubuh berhubungan
pada awal dan akhir penelitian, konversi dengan produk metabolisme. Produk
ransum tersebut sangat tinggi, namun dengan metabolisme (terutama ATP) yang tinggi
rataan yang rendah seperti disajikan dalam berhungan dengan tenaga besar (kuat) yang
tabel di atas. dihasilkan, oleh karena itu ayam Kedu yang
sering digunakan untuk aduan pada umumnya
Status Darah yang berwarna gelap (merah dan hitam).
Dengan demikian, kadar PCV pada ayam
Status darah diukur kandungan cairan Kedu merah dan hitam pada penelitian ini
darah (total protein plasma) dan komponen tidak berbeda namun berbeda dengan yang
seluler darah yakni Packet Cell Volume lurik dan putih, menunjukkan bukti
(PCV). Fraksi PCV yang diukur meliputi sel penggunaan ayam aduan yang bertenaga besar
darah merah (eritrosit), sel darah putih (Kedu hitam dan merah) seperti yang
(leukosit total, neutrofil, eosinofil, limfosit dilakukan oleh masyarakat.
dan monosit). Adapun rataan status darah Berdasar hasil analisis ragam, data
disajikan pada Tabel 4 sampai Tabel 7. kadar leukosit dan monosit pad ayam Kedu
Berdasarkan hasil analisis ragam, data yang disajikan pada Tabel 4 dan 5
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa secara menunjukkan bahwa keduanya tidak ada
statistik tidak ada interaksi antara warna bulu interaksi antara jenis kelamin dengan warna
dengan jenis kelamin pada rataan kadar PCV, bulu, namun ada pengaruh tunggal dari warna
tidak ada perbedaann rataan kadar PCV antar bulu pada lemukosit dan monosit (P<0,05)
jenis kelamin, namun ada perbedaan rataan serta ada pengaruh tunggal jenis kalim pada
kadar PCV (P<0,05) antar warna bulu ayam kadar monosit (P<0,05). Hal ini berarti tidak
Kedu. Hal ini berarti tidak ada perubahan ada perubahan rataan kada leukosit dan
rataan kada PCV pada ayam kedu jantan monosit pada ayam kedu jantan maupun
maupun betina akibat perbedaan (perubahan) betina akibat perbedaan (perubahan) warna
warna bulu ayam Kedu. Namun demikian, ada bulu ayam Kedu. Namun demikian, ada
perbedaan rataan kadar PCV pada ayam Kedu perbedaan rataan kadar monosit pada ayam
yang warna bulunya berbeda. Kedu yang warna bulunya berbeda.
“Packet Cell Volume” (PCV) Fungsi utama leukosit secara umum
merupakan persentase seluler bahan padat adalah imune system, namun terdapat
darah yang berupa komponen seluler darah. mekanisme (cara) berbeda pada setiap fraksi
Rataan kadar PCV tertinggi pada ayam Kedu leukosit. Monosit dalam melaksanakan fungsi
Pemberdayaan Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan 553
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
imune system berperan sebagai macrophage, insidental. Fungsi leukosit yang paling utama
yakni menelan dan menghancurkan sel, adalah pertahanan terutama terhadap benda
mikroorganisme dan benda asing yang asing (mikroba patogen) (Frandson, 1996;
bersifat patogen (Moyes dan Schute, 2008). Moyes dan Schulte, 2008). Dengan demimian
Rataan kadar leukosit tertinggi pada Kedu tidak adanya perbedaan leukosit tersebut
hitam dimana secara statistik tidak berbeda berarti tidak ada perbedaan kondisi
dengan Kedu merah, namun berbeda dengan (perbedaan perlawaanan terhadap benda
Kedu putih. Berkebalikan dengan rataan kadar asing) pada tubuh ayam tersebut.
leukosit, rataan kadar monosit tertinggi pada Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwan
Kedu lurik yang tidak berbeda dengan Kedu berdasarkan analisis ragam, variable-variabel
hitam namun berbeda dengan Kedu merah dan tersebut secara statistic tidak ada pengaruh
Kedu putih. Hal ini menunjukkan bahwa pada interaksi dari jenis kelamin dengan warna
Kedu lurik, sistem imun menggunakan bulu. Secara tunggal, juga tidak ada pengaruh
mekanisme macrophage yakni dari masing-masing perlakuan (jenis kelamin
menghancurkan microorganisme dan benda dan warna bulu).
asing yang bersifat patogen dengan cara Dilihat dari fungsi immune system
menelan dan menghancurkannya, sedang pada (neutrofil, eosinofil, limfosit dan MCHC),
janis ayam Kedu lainnya menggunakan cara baik pada ayam Kedu jantan maupun betina
berbeda (diterangkan di bawah). yang bulunya berwarna merah, hitam, tidak
Kadar leukosit secara total menunjukkan ada perbedaan. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan antar warna bulu dan pada ayam kedu tersebut menggunakan
antar jenis kelamin (Tabel 7). Namun fraksi system imun dengan cara yang sama, kecuali
leukosit yakni monosit menunjukkan pada ayam Kedu lurik sebagaimana telah
fenomena yang berbeda (Tabel 6). Perbedaan diterangkan di atas. Eosinofil melakukan
tersebut dikarenakan fraksi leukosit fungsi system imun terhadap mikroorganisme
mempunyai kadar yang sangat situasional dan dan benda asing dengan cara melisiskan
==========================================================
Jenis Minggu ke
Kelamin 3 5 7 9 11 Rataan
_________________________________________________________________
----------------------------------- ( l/hari) -----------------------------------
Jantan 13,30 8,79 8,68 13,83 3,92 9,70a
Betina 10,95 7,04 3,42 11,72 2,55 7,14b
__________________________________________________________________
Rataan 10,625A 7,915B 6,050BC 12,775B 3,235C 8,420
__________________________________________________________________
Keterangan :
1. Superskrip huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
2. Superskrip huruf kecil pada besar yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata
(P<0,01)
554 Observasi Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan Intensif
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
==========================================================
Jenis Minggu ke
Kelamin 3 5 7 9 11 Rataan
_________________________________________________________________
------------------------------ ( kkal/kg BB0,75/j) -----------------------------
Jantan 224,31 58,99 47,33 60,67 14,52 81,16a
Betina 139,71 51,28 19,84 58,03 11,68 56,11b
__________________________________________________________________
Rataan 182,01A 54,415B 33,585BC 59,35B 13,10C
__________________________________________________________________
Keterangan :
1. Superskrip huruf kecil pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)
2. Superskrip huruf kecil pada besar yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata
(P<0,01)
sebagaimana fungsi kimiawi yakni secara dalam mengangkut oksigen. Total protein
enzymatic (Moyes dan Schute, 2008). Rataan plasma menunjukkan kisaran normal dimana
kadar TPP yang secara statistic tidak ada menurut Moyes dan Schulte (2008), protein
perbedaan, mendukung hal tersebut. darah vertebrata pada umumnya tinggi dengan
Rataan jumlah eritrosit dan kadar kisaran 3-8%. Protein darah terdiri dari
hemoglobin secara statistic tidak ada albumin dan globulin, dimana masing-masing
perbedaan, namun data pada Tabel 7 di atas mempunyai peran dalam carrier (transport)
cukup mendukung data pada Tabel 4. Data dan protein pembekuan darah.
pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar PCV Dilihat dari jenis kelamin, terdapat fenomena
tertinggi pada ayam Kedu hitam yang tidak unik yakni kecenderungan lebih tinggi pada
berbeda dengan ayam Kedu merah, sedangkan ayam Kedu betina hitam pada kadar eritrosit
data pada Tabel 5 menunjukkan adanya (2,365 dan 2,732 juta/l ) dan hemoglobin
kecenderungan seperti pada Table 4. Data (6,750 dan 7,225 mg/dl) dimana keduanya
tersebut mendukung adanya kebutuhan menunjukkan kemampuan dalam transport
oksigen yang lebih tinggi pada ayam Kedu oksigen. Hal ini kemungkinan berhubungan
hitam dan ayam Kedu merah. dengan volume darah dalam tubuh. Bobot
Berdasarkan data di atas dapat badan lebih tinggi pada ayam jantan yang
dijelaskan bahwa ayam dalam kondisi stabil berarti membutuhkan nutrien yang lebih
dan sehat karena jumlah eritrosit dan total banyak dengan laju metabolisme yang lebih
protein plasma tidak berbeda baik antar tinggi (81,16 dan 56,11 kkal/kg BB0,75),
perbedaan warna bulu maupun antar jenis namun jumlah eritrosit dan hemoglobin lebih
kelamin. Jumlah eritrosit menunjukkan tinggi betina. Volume darah dan laju
kemampuan ayam mennggunakan oksigen metabolisme ayam jantan yang lebih tinggi
untuk melakukan metabolisme nutrien menunjang diperolehnya bobot badann ayam
(Frandson, 1986), karena tinggi rendahnya jantan yang lebih berat.
eritrosit menunjukkan kemampuan darah
Pemberdayaan Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan 555
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
556 Observasi Beberapa Variabel Hematologis Ayam Kedu pada Pemeliharaan Intensif
Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan – Semarang, 20 Mei 2009
UCAPAN TERIMAKASIH
Iskandar, S. 2009. Pertumbuhan dan
Terimakasih disampaikan kepada Perkembangan Karkas Ayam Silangan
Program Studi Magister Ilmu Ternak Program Kedu x Arab pada Dua Sistem
Pascasarjana – Fakultas Peternakan UNDIP Pemberian Ransum. JITV 10(4):
atas dukungan dana penelitian melalui 253-259.
Kontrak Kerja No. 01/H7.4/MIT/AK/2008
tanggal 28 April 2008. Lloyd, L.E., B.E. McDonald and E.W.
Crampton. 1978. Fundamentals of
DAFTAR PUSTAKA Nutrition. 2nd Ed. W.H. Freeman and
Co., San Francisco
Eckert, R., Randhal, D. and G. Augustine.
1983. Animal Physiology Mechanism Moyes, C.D. and P. M. Schulte. 2008.
and Adaptations. 3rd Ed. W.H. Freeman Principles of Animal Physiology. 2nd Ed.
and Co., New York. Perarson International Edition, New
York.
Frandson, R.D., 1996. Anatomi dan Fisiologi
Ternak, Ed ke-4. Diterjemahkan oleh Ir. Neagele, Thomas A. 2004. Kedu.
B. Srigandono, MSc dan Drs. Koen Http//www.Kedu.
Praseno, S.U. Gadjah Mada Univercity
Press, Yogyakarta. Nielsen, K. S. 1994. Animal Physiology
(Adaptation and Environment). 4th Ed.
Isroli, H. Pratikno. dan R.H. Listyorini. 2004. University Press, Cambridge.
Pengaruh Derajat dan Lama Cekaman
Panas terhadap Laju Metabolisme dan Kleiner, I.S. dan J.M. Orthen.1962.
Konsumsi Oksigen pada Ayam Broiler Biochemistry. The C.V. Mosby
Periode Starter. Jurnal Pengembangan Company, St. Louis.
Peternakan Tropis” Vol.29. No. 3.
Yousep, M.K. 1985. Measurement of Heat
Isroli, E. Widyastuti dan A. Pranastiti. 2006. Production and Heat Loss. Dalam
Konsumsi Oksigen, Laju Metabolisme Yousep, M.K. (Ed). Stress Physiology
dan Konsumsi Ransum Ayam Broiler in Livestock. Vol. I Basic Principles.
Jantan yang Diberi Hormon Testosteron CRC Press. Florida.
Andekanoat. Jurnal Agritek Vol. 14 No.
4 Oktober 2006 : 987-991
Pemberdayaan Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal untuk Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan 557