Anda di halaman 1dari 16

Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular...

(Ekowati Rahajeng, et al)

Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


(PTM) Berbasis Data Kegiatan “Posbindu PTM”

Evaluation of Non Communicable Diseases Risk Factors Surveillance Based on “Posbindu


PTM” Data Activities

Ekowati Rahajeng1 dan Mugi Wahidin2, 3*


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jln. Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 10560, Indonesia.
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan Humaniora dan Manajemen Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jln. Percetakan Negara No.29 Jakarta Pusat 10560, Indonesia
3
Universitas Esa Unggul, Jln. Arjuna Utara No.9 Jakarta, Indonesia
*Korespondensi Penulis: wahids.wgn@gmail.com

Submitted: 24-07-2020, Revised: 23-08-2020, Accepted: 07-09-2020

DOI: https://doi.org/10.22435/mpk.v30i3.3569

Abstrak

Sejak tahun 2013, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
menyelenggarakan surveilans faktor risiko PTM berbasis web dengan sumber data kegiatan “Posbindu
PTM”. Evaluasi surveilans seharusnya dilakukan secara periodik untuk menilai pencapaian tujuan
dan manfaat yang ditargetkan. Namun, semenjak surveilans diselenggarakan secara nasional belum
dilakukan evaluasi secara khusus. Artikel ini bertujuan memperoleh informasi tentang pemanfaatan dan
permasalahan dalam pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM bersumber data Posbindu PTM. Metode
penelitian dilakukan melalui tinjauan secara sistematik terhadap artikel terkait pelaksanaan surveilans
faktor risiko PTM bersumber data Posbindu PTM pada tahun 2014-2020. Pencarian artikel menggunakan
mesin pencari dengan kata kunci surveilans PTM, Posbindu PTM, dan surveilans Posbindu pada Juni
2020. Terdapat 12 artikel yang sesuai kata kunci dan lima artikel yang memenuhi kriteria. Hasil tinjauan
menunjukkan instrumen pengumpulan data dan petunjuk teknis surveilans faktor risiko PTM berbasis
web dapat dimanfaatkan petugas surveilans dengan baik. Sistem informasi web dinilai sederhana,
akseptabel, memiliki sensitivitas serta stabilitas tinggi, dan tepat waktu. Pengumpulan, pengolahan,
dan analisis data secara otomatis sangat mempermudah pelaksanaan surveilans. Hasil analisis sistem
informasi sudah sesuai kebutuhan perencanaan. Hasil surveilans bermanfaat untuk penyuluhan/
konseling dan untuk penelitian mahasiswa. Permasalahan pelaksanaan surveilans adalah keterbatasan
jumlah petugas terlatih, tidak adanya anggaran operasional, keterbatasan cakupan penduduk,
kurangnya sarana prasarana, gangguan sinyal internet, dan keterbatasan peladen (server). Petugas
umumnya belum menginterpretasikan hasil dan kurang melakukan diseminasi karena keterbatasan
kemampuan. Surveilans Faktor Risiko PTM berbasis web bersumber data kegiatan ‘Posbindu PTM’
dapat dilaksanakan, namun belum sistematik. Peningkatan jumlah dan kemampuan petugas, khususnya
dalam interpretasi data, peningkatan sarana prasarana surveilans perlu dilakukan untuk meningkatkan
manfaat serta pencapaian tujuan pencegahan dan pengendalian PTM di masyarakat.

Kata kunci: surveilans; penyakit tidak menular; PTM; faktor risiko; posbindu PTM

241
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

Abstract

Since 2013, Directorate of NCD Prevention and Control has conducted web-based NCD risk factors
surveillance with the data source from the ‘Posbindu PTM’ activity. Evaluation of the surveillance should
be conducted periodically to assess achievement of objectives and target benefits. However, since the
surveillance conducted nationally, there has not been a specific evaluation. This article aimed to obtain
information about the utilization and problems in implementing NCD risk factors surveillance based on
“Posbindu PTM” data. The research method was carried out through a systematic review of articles
related to the implementation of NCD risk factor surveillance based on Posbindu PTM data in 2014 to
2020. The articles were searched using a search engine with keywords NCD surveillance, Posbindu
PTM, Posbindu surveillance, in June 2020. There were 12 articles that match the keywords and five
articles that meet the criteria. The results of the review showed that the data collection instruments of
and technical guideline for surveillance of web-based NCD risk factors can be utilized by surveillance
officers. The web information system is considered simple, acceptable, has high sensitivity and stability,
and is timely. Automatic data collection, processing and analysis greatly facilitate surveillance. The
results of the information system analysis are in accordance with the planning requirement. The
results of surveillance are useful for outreach / counseling and for student research. The problems in
implementing surveillance are the limited number of trained officers, no operational budget, limited
population coverage, lack of infrastructure, interference with internet signals and limited peladens.
Officers generally have not interpreted the results and disseminate less because of their limited abilities.
The web-based PTM risk factor surveillance based on “Posbindu PTM” activity data can be implemented,
but not systematically. Increasing the number and capacity of officers, especially in data interpretation
improvement of surveillance facility is necessary to increase the benefits and achievement of the goal
of prevention and control of PTM/NCD in the community.

Keywords: surveillance; non communicable diseases; NCD; risk factors; posbindu

PENDAHULUAN Terpadu PTM (Pandu PTM) di puskesmas.1 Hal


Program Pencegahan dan Pengendalian ini sesuai dengan Permenkes No. 71 Tahun 2015
Penyakit Tidak Menular (P2PTM) yang efektif tentang Penanggulangan PTM.
memerlukan data dan informasi epidemiologi Posbindu PTM merupakan peran serta
PTM serta faktor risikonya, termasuk masyarakat dalam kegiatan deteksi dan tindak
perubahannya sesuai karakteristik orang, tempat lanjut dini faktor risiko PTM. Kegiatan meliputi
dan waktu. Hal ini sebagai dasar perencanaan, pemantauan faktor risiko PTM secara terpadu,
pelaksanaan dan pengembangan program rutin dan periodik, diikuti dengan pemberian
P2PTM. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) konseling dan edukasi. Kegiatan surveilans, mulai
yang dilaksanakan setiap lima tahun, kurang dari pengumpulan dan pengolahan data, analisis
dapat memenuhi kebutuhan informasi dalam dan penyajian data, interpretasi data dan informasi
pengelolaan program setiap tahun. Sejak tahun serta diseminasinya, dilakukan secara sistematik
2013, Direktorat P2PTM telah menyelenggarakan dan terpadu untuk menghasilkan informasi yang
surveilans faktor risiko PTM, dengan sistem objektif, terukur, dapat diperbandingkan antar
informasi menggunakan jaringan internet/web. waktu, antar provinsi, antar kabupaten kota, antar
Surveilans dilaksanakan dengan sumber data puskesmas dan antar Posbindu PTM.1,2
hasil kegiatan Pos Pembinaan Terpadu PTM Surveilans bertujuan untuk mendapatkan
(Posbindu PTM) di masyarakat dan Pelayanan data faktor risiko PTM dan perubahannya,

242
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

serta informasi perkembangan kegiatan deteksi umpan balik secara individu tentang faktor risiko
dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM. Hasil yang dimiliki dan saran/edukasi pengendalian
surveilans menjadi dasar pengambilan keputusan faktor risiko, baik secara langsung pada saat
dalam perencanaan dan pengembangan program kegiatan Posbindu PTM dan melalui sistim
P2PTM yang efektif, termasuk program promosi informsi SMS gateway. Umpan balik juga
kesehatan. Kegiatan surveilans diharapkan diberikan untuk petugas Posbindu PTM, petugas
dapat memberikan manfaat dalam: estimasi dan PTM di puskesmas, serta pengelola PTM di
deteksi besarnya masalah faktor risiko PTM, dinas kesehatan (kabupaten/kota/provinsi), dan
menggambarkan riwayat alamiah PTM dan Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan,
faktor risikonya, distribusi faktor risiko PTM, dalam bentuk sajian data dan informasi.
evaluasi efektifitas program pencegahan dan Komunikasi dan pembinaan pelaksanaan
pengendalian faktor risiko PTM, pemantauan surveilans tersebut dilakukan melalui situs
jangkauan program dan perencanaan program. interaktif pada website P2PTM.
World Health Organization (WHO) telah Penyajian data disampaikan dalam bentuk
memberikan pedoman pelaksanaan surveilans narasi, tabel, grafik, spot map, area map, dan
faktor risiko PTM, melalui pendekatan Step lainnya. Data dan informasi yang telah disajikan
WHO.3 Surveilans faktor risiko PTM bersumber dan dianalisis oleh software sistem informasi
data kegiatan Posbindu PTM dikembangankan memerlukan interpretasi data yang harus
dengan merujuk pendekatan Step WHO tersebut. dilakukan oleh masing-masing penanggung
Data faktor risiko PTM yang dikumpulkan jawab program P2PTM, kemudian dibuat dalam
meliputi: (1) Step 1, melalui wawancara satu bentuk laporan dan atau presentasi hasil melalui
tahun sekali yaitu, Nomor Induk Kependudukan kegiatan diseminasi. Laporan hasil surveilans
(NIK), data sosio-demografi, dan data faktor dikirimkan oleh unit penanggung jawab kepada
risiko PTM, meliputi, konsumsi buah dan sayur, jenjang struktural yang lebih tinggi, dari
konsumsi alkohol, merokok, dan aktivitas fisik; puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota,
(2) Step 2, melalui pengukuran faktor risiko dari dinas kesehatan kabupaten/kota ke dinas
PTM setiap bulan yaitu indeks massa tubuh/ kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan.
IMT, lingkar perut, dan tekanan darah; (3) Step 3, Informasi surveilans dapat didiseminasikan
melalui pemeriksaan kadar gula darah sewaktu, kepada seluruh stakeholder yang terkait, seperti
dan kadar kolesterol darah. Data lainnya antara jajaran kesehatan, Lembaga Swadaya Masyarakat
lain meliputi; frekuensi kunjungan, tindakan (LSM), profesi, perguruan tinggi, dan masyarakat
konseling dan rujukan kasus ke puskesmas atau pada umumnya.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Hasil surveilans diperlukan untuk
(FKTP) lainnya. Pengolahan, penyajian dan perencanaan dan pelaksanaan program P2PTM
analisis data dilakukan secara manual dan/ yang efektif. Penyelenggaraan surveilans
atau dengan bantuan software sistem informasi memerlukan perencanaan, persiapan dan
surveilans faktor risiko PTM. 1 pengelolaan terhadap semua komponen, meliputi
Hasil pengolahan dan analisis data input, proses, dan output, agar kegiatan dapat
surveilans berbasis Posbindu PTM antara lain, terlaksana dan tujuan tercapai. Komponen input
proporsi faktor risiko dan cakupan penduduk meliputi sumber daya manusia, sarana kegiatan
yang mengikuti kegiatan pemeriksaan faktor meliputi petunjuk teknis, instrumen pengumpulan
risiko PTM. Output tesebut memperhitungkan data, jaringan internet, komputer, sistem
target sasaran yaitu jumlah penduduk berusia informasi, termasuk juga sosialisasi dan pelatihan.
15 tahun ke atas di desa/kelurahan. Berdasarkan Komponen proses meliputi pengumpulan data,
hasil pengolahan dan analisa data, dilakukan pengolahan data, analisis data, dan penyajian data/

243
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

informasi. Komponen output meliputi data dan Kriteria eksklusi adalah artikel yang tidak dapat
informasi yang dihasilkan dari sistem surveilans, diunduh secara lengkap (tidak full text).
termasuk manfaat dan pemanfaatannya. Berdasarkan hasil penelusuran didapatkan
Sistem surveilans perlu dimonitor dan 13 artikel yang dianggap sesuai dengan tujuan
dievaluasi secara periodik, untuk menilai penelitian. Setelah dilakukan penapisan,
tujuan dan manfaat yang ditargetkan. didapatkan 1 (satu) artikel dengan judul sama,
Permasalahan dalam pelaksanaannya perlu yang diperoleh dari mesin pencari google scholar
diketahui, untuk penyempurnaan pelaksanaan dan portal garuda. Dengan demikian jumlah
kegiatan surveilans selanjutnya.4 Evaluasi artikel terkait, hanya 12 judul. Selanjutnya
juga bertujuan untuk melihat perubahan dalam dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan
output, dan pemanfaatannya, serta pengaruh eksklusi, dan didapatkan 5 artikel yang sesuai
negatif atau positif dari sistem surveilans dan kriteria untuk selanjutnya dilakukan tinjauan
tindak lanjutnya, untuk pengelolaan program secara sistematik (Tabel 1)
pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM
di Indonesia. Sementara ini evaluasi pelaksanaan Tabel 1. Jumlah Artikel Berdasarkan Database
surveilans faktor risiko PTM bersumber data Jurnal/Publikasi
kegiatan Posbindu PTM belum pernah dilakukan
secara khusus. Penulisan artikel ini bertujuan Mesin pencari Jumlah Artikel sesuai
memperoleh informasi tentang pemanfaatan artikel kriteria

dan permasalahan dalam pelaksanaan surveilans Google scholar 10 4


faktor risiko PTM bersumber data Posbindu PTM Portal garuda 1 1
di Indonesia tahun 2014-2020. Pubmed/PMC 2 0
Total 13 5
METODE
Evaluasi dilakukan melalui tinjauan
sistematik terhadap artikel yang terkait Tinjauan dilakukan dengan membaca
pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM, seluruh isi artikel, termasuk lokasi kegiatan
dengan sumber data kegiatan Posbindu PTM, dan metode penelitian. Selanjutnya dilakukan
yang dipublikasi pada jurnal ilmiah. Metode ekstraksi informasi dari masing-masing artikel
pencarian publikasi berbasis jaringan internet dan dilakukan sintesis informasi. Sinstesis
(web). dengan topik spesifik surveilans faktor dilakukan dengan analisis konten untuk
risiko PTM dan kegiatan Posbindu PTM pada mengevaluasi pelaksanaan surveilans secara
periode tahun 2014-2020. menyeluruh meliputi komponen input, proses,
Pencarian menggunakan mesin pencari dan output. Selanjutnya secara khusus dilakukan
google scholar, portal garuda, dan Pubmed/PMC sintesis, pemanfaatan, dan permasalahan dalam
dengan kata kunci surveilans PTM, Posbindu penerapan sistem web surveilans faktor risiko
PTM, atau surveilans posbindu. Artikel yang PTM bersumber data Posbindu PTM. Sebagai
memenuhi kriteria dikumpulkan selanjutnya rujukan sintesis adalah teori dan konsep surveilans
dibaca dan diperiksa secara sistematis. epidemiologi, regulasi terkait yang ditetapkan,
Pencarian dilakukan pada bulan Juni tahun dan Petunjuk Teknis Surveilans Faktor Risiko
2020. Kriteria inklusi adalah artikel ilmiah yang PTM Berbasis Posbindu.
menginformasikan pelaksanaan surveilans PTM Langkah penelusuran artikel, ekstraksi
dengan sumber data kegiatan Posbindu PTM, dan informasi, dan sintesis melalui konten analisis
dipublikasi pada tahun 2014-2020. Artikel bisa seperti terlihat pada Gambar 1.
dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.

244
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

Gambar 1. Kerangka Sistematika Tinjauan Artikel

HASIL
yang digunakan adalah studi kualitatif tiga artikel
Seluruh artikel yang memenuhi kriteria, dan studi evaluatif dua artikel.
dilakukan ekstraksi informasi. Ekstraksi Manfaat surveilans dan permasalahan yang
dilakukan dengan mengelompokkan informasi ditemukan dalam pelaksanaan surveilans faktor
berdasarkan nama penulis, judul, tujuan, metode risiko PTM bersumberdata kegiatan Posbindu
penelitian, dan hasil penelitian. Hasil ekstraksi PTM, sesuai hasil evaluasi komponen surveilans
data dapat dilihat pada Tabel 2. adalah sebagai berikut:
Berdasarkan 5 penelitian terkait sistem
surveilans Posbindu PTM, selanjutnya dilakukan
Evaluasi Masukan (Input)
analisis konten dan sintesis evaluasi surveilans
Instrumen pengumpulan data secara
PTM berbasis Posbindu PTM, meliputi
manual yaitu buku monitoring faktor risiko,
pemanfaatan dan permasalahan surveilans
buku pedoman surveilans, dan buku petunjuk
meliputi komponen input, proses, dan output.
teknis surveilans faktor risiko berbasis web dapat
Hasil sintesis dapat dilihat pada Tabel 3.
dimanfaatkan petugas dengan baik. Petugas
Melalui Tabel 2 dapat diketahui bahwa dan kader dapat mengunakannya dengan benar
artikel penelitian terkait surveilans faktor risiko dan memahami manfaatnya. Buku monitoring
PTM yang telah ditinjauan masih sangat terbatas, menjadi alat pengumpulan data secara manual.
belum mewakili seluruh wilayah Indonesia. Pedoman posbindu dan pedoman surveilans
Penelitian tersebut baru dilaksanakan di Kota faktor risiko PTM cukup tersedia dan dapat
Sidoarjo (Jawa Timur), Kabupaten Sleman (DI diimplementasikan di daerah.7 Akan tetapi, kader
Yogyakarta), Kota Surabaya (Jawa Timur), dan petugas puskesmas masih kesulitan dalam
Kabupaten Muaro Jambi (Jambi), dan Kota melaksanakan surveilans berbasis web. 5,9
Magaleng (Jawa Tengah). Metode penelitian

245
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

Tabel 2. Ekstraksi Artikel Penelitian tentang Web Surveilans PTM Berbasis Posbindu PTM

No Penulis/ tahun Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil

1 Saputra, Analisis Prosiding Mengetahui Kualitatif 1. Sistem informasi faktor risiko hipertensi
Mukhammad Sistem Seminar gambaran dengan menjadi satu sistem dengan sistem
Himawan Informasi Nasional Hasil pelaksanaan rancangan informasi surveilans faktor risiko PTM
Muhith, Abdul Faktor Risiko Penelitian dan Sistem studi berbasis posbindu.
Fardiansyah, Hipertensi Pengabdian Informasi evaluasi 2. Data yang dikumpulkan adalah faktor
Arief/ 20175 Berbasis Masyarakat Informasi risiko hasil wawancara dan pengukuran
Posbindu Seri Ke-1 Faktor Risiko serta data demografi.
Di Dinas Tahun 2017 Hipertensi 3. Petugas surveilans adalah kader
Kesehatan Berbasis terlatih surveilans faktor risiko
Kabupaten Posbindu PTM dan pengawasan oleh petugas
Sidoarjo di Dinas puskesmas.
Kesehatan 4. Form pencatatan dan pelaporan telah
Kabupaten tersedia dalam bentuk buku monitoring
Sidoarjo faktor risiko PTM fisik dan online.
Sistem berpedoman pada pentujuk teknis
surveilans faktor risiko PTM berbasis
posbindu Kementerian Kesehatan.
5. Pengumpulan data secara pasif dengan
menunggu data input dari puskesmas dan
posbindu. Pengolahan dan analisis data
secara otomatis oleh sistem informasi.
Analisis secara diskriptif menurut variabel
orang, tempat, dan waktu
6. Interpretasi hasil analisis faktor risiko PTM
berdasarkan wilayah, dalam bentuk besaran
masalah dan kondisi daerah
7. Diseminasi informasi dinkes kabupaten
hasil surveilans setiap tiga bulan sekali
kepada seluruh puskesmas.
8. Permasalahan yang ditemukan
adalah:
a. Ada kesulitan mengisi data demografi
(jumlah penduduk 15 tahun ke
atas)
b. Kemampuan kader posbindu dalam
melakukan input data surveilans
berbasis web masih kurang, belum
semua petugas kesehatan mengerti
tentang teknologi informasi
c. Sarana untuk surveilans masih kurang
yaitu komputer, smartphone dan
jaringan internet
d. Pembiayaan sistem surveilans tidak
dialokasikan secara khusus
e. Masih ada double report, yaitu melalui
sistem informasi surveilans dan rekap
data ke Dinkes
f. Ketepatan pelaporan belum optimal,
kelengkapan laporan belum
optimal,
g. Interpretasi hasil surveilans belum
dilakukan untuk digunakan sebagai
bahan perencanaan
h. Diseminasi hasil surveilans belum
dilakukan untuk pihak di luar
puskesmas dan dinkes

246
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

Penulis/
No Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil
tahun

2 Elyda Implementasi Jurnal Berkala Mengevaluasi Studi 1. Sistem informasi surveilans faktor
Rahmayanti Surveilans Epidemiologi sistem Evaluatif risiko PTM berbasis Posbindu dianggap
Hargono, Arief/ Faktor Risiko surveilans sederhana, akseptabel, memiliki
20186 Penyakit faktor risiko sensitivitas serta stabilitas yang tinggi,
Tidak PTM berbasis tepat waktu, dan data berkualitas.
Menular Posbindu 2. Sederhana karena dapat dipahami dengan
Berbasis berdasarkan mudah oleh petugas surveilans,
Posbindu atribut 3. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh
Berdasarkan surveilans penanggung jawab posbindu atau unit
Atribut di Kota sistem informasi puskesmas.
Surveilans Surabaya 4. Sistem surveilans memiliki akseptabilitas
(Studi tahun yang tinggi, karena ada partisipasi
di Kota 2016 yang instansi diluar sektor kesehatan. Hasil
Surabaya) terbatas pada surveilans juga dimanfaatkan banyak
Posbindu pihak (puskesmas, penelitian).
umum 5. Sistem surveilans sudah sensitif dalam
mendata sasaran posbindu, identifikasi
faktor risiko, cakupan pemeriksaan, dan
proporsi faktor risiko.
6. Hasil surveilans representatif dalam
menampilkan distribusi menurut waktu
7. Ketepatan dan kelengkapan pelaporan
melalui sistem surveilans faktor risiko
PTM berbasis posbindu sudah baik.
Sistem surveilans juga memiliki stabilitas
yang tinggi karena data tersimpan dengan
baik di peladen Kemkes dan data dapat
dilacak.
8. Permasalahan terkait pelaksanaan
surveilans
a. Ada kesulitan petugas dalam mengisi
data secara online.
b. Akses untuk masuk kedalam portal
web PTM sering mengalami peladen
down
c. Terdapat indikator yang tidak dapat
dinilai yaitu cakupan pemeriksaan
posbindu karena data demografi tidak
diisi oleh petugas
d. Hasil analisis menurut orang dan
tempat belum representatif. Dalam
hal ini cakupan penduduk sangat
rendah dan belum mencakup seluruh
desa.

3 Eka Putri, Evaluasi Jurnal Kesmas Mengetahui Studi Kasus 1. Posbindu PTM telah melaksanakan
Ramadhani Proses Jambi proses pelayanan sistem lima meja.
Hubaybah Implementasi implementasi (Penelitian 2. Kendala yang dihadapi adalah
Asparian / Posbindu Posbindu kualitatif ) a. Kader belum mampu menggunakan
20187 PTM di PTM di sistem informasi surveilans secara
Wilayah Wilayah online
Kerja Kerja b. Belum tersedianya tempat khusus
Puskesmas Puskesmas kegiatan posbindu
Simpang Simpang c. Jumlah kader belum cukup tersedia
Sungai Duren Sungai Duren d. Pendanaan posbindu kurang
Kecamatan Kecamatan e. Koordinasi kurang
Jambi Jambi 3. Ada perbedaan antara proses
Luar Kota Luar Kota implementasi Posbindu PTM dengan
Kabupaten Kabupaten Standar Operasional Prosedur (SOP)
Muaro Jambi Muaro Jambi pada pedoman implementasi Posbindu
Tahun 2017 PTM.

247
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

Penulis/
No Judul Jurnal Tujuan Metode Hasil
tahun
4 Renyaan, Erna Evaluasi 3rd Public Melihat Studi 1. Sebagian besar (82,38%) penanggung
Yati Sistem Health pelaksanaan Evaluasi jawab surveilans belum mengetahui
Rahayujati, Surveilans Symposium sistem sistem aspek legal pelaksanaan surveilans PTM
Baning Faktor Universitas surveilans surveilans 2. Sebagian besar (76,47%) deteksi kasus
Dharmawidjaja, Risiko PTM Gadjah Mada, fakto risiko dilakukan oleh kader posbindu dengan
Isa 20178 Berbasis Yogyakarta, 7-9 PTM berbasis supervisi dokter puskesmas
Posbindu di Mei 2018 posbindu di 3. Sebagian besar (82,35%) penangung
Kabupaten Kabupaten jawab surveilans belum melakukan
Sleman 2017 Sleman 2017 analisis dan interpretasi data faktor risiko
PTM
4. Sekitar 23,53% penanggung jawab
surveilans belum mengikuti pelatihan
portal web PTM
5. Sebagian besar (82,35%) surveilans
berbasis Posbindu PTM dilakukan secara
offline sehingga tidak lengkap dan tidak
tepat waktu.

5 Indah, Dwi Evaluasi Skripsi Mengetahui Kualitatif 1. Sumber daya manusia tidak sesuai
Tirta9 Input Sistem gambaran dengan dengan pedoman, yaitu belum merupakan
Surveilans input sistem rancangan epidemilog terampil dan petugas
Hipertensi surveilans studi surveilans
di Wilayah hipertensi di evaluasi 2. Metode yang digunakan sesuai dengan
Kerja Dinas wilayah kerja pedoman adalah ketersediaan pedoman
Kesehatan Dinkes Kota penyelenggaraan sistem surveilans
Kota Magelang epidemiologi kesehatan
Magelang 3. Pendanaan bersumber dana Bantuan
Berdasarkan Operasional Kesehatan (BOK), tetapi
Pedoman tidak khusus untuk kegiatan surveilans
Sistem 4. Sarana prasarana berupa formulir
Surveilans pengumpulan data belum cukup
Penyakit jumlahnya
Tidak 5. Surveilans sudah melibatkan dinas
Menular kesehatan, puskesmas, rumah sakit, dan
kader

Sistem informasi web surveilans, dapat melaksanakan surveilans, serta anggaran untuk
dimanfaatkan dan dinilai sederhana, akseptabel, pelaksanaan surveilans yang terbatas, meskipun
memiliki sensitivitas serta stabilitas yang sudah ada anggaran dari Bantuan Operasional
tinggi, dan tepat waktu. Akan tetapi, terdapat Puskesmas (BOK).5,7–9
permasalahan terkait sistem informasi yaitu
peladen sering mengalami down dan sinyal Evaluasi Proses
internet tidak stabil karena permasalahan jaringan Pengumpulan data dilakukan oleh kader
dan keterbatasan pulsa. 6 kesehatan menggunakan sistem informasi
Permasalahan terkait input antara lain surveilans berbasis web sangat mempermudah
data demografi tidak diinput karena keterbatasan pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM
data di posbindu/desa,5 ketersediaan alat/sarana bersumber data posbindu.5 Pengolahan data
kurang seperti komputer, smartphone dan secara otomatis oleh sistem informasi berbasis
jaringan internet,5 kemampuan petugas baik kader web dan android, dan upload dari excel
maupun petugas puskesmas yang kurang dalam juga sangat mempermudah pengolahan data

248
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

Tabel 3. Sintesis Artikel Penelitian Surveilans Faktor Risiko PTM Berbasis Posbindu PTM

Komponen Pemanfaatan Permasalahan


Input 1. Formulir dan Buku Monitoring bermanfaat untuk pencatatan 1. Data demografi tidak diinput5
secara manual.5,9 2. Ketersediaan alat/sarana kurang 5
2. Petunjuk teknis jelas dan dapat dimanfaatkan menjadi 3. Kemampuan petugas kurang5–7
panduan operasional surveilans. 5,9 4. Anggaran operasional terbatas5,7–9
3. Pedoman surveilans cukup tersedia dan dapat 5. Peladen sering mengalami down dan sinyal
diimplementasikan di daerah.9 internet tidak stabil6
4. Sistem informasi web surveilans, dapat dimanfaatkan dan
dinilai sederhana, akseptabel, memiliki sensitivitas serta
stabilitas yang tinggi, dan tepat waktu.6

Proses 1. Pengumpulan data menggunakan sistem informasi surveilans 1. Belum semua petugas surveilans mengerti dan
berbasis web sangat mempermudah pelaksanaan surveilans.5 terampil tentang teknologi informasi.5,7
2. Pengolahan data secara otomatis menggunakan sistem 2. Belum semua petugas surveilans mengikuti
informasi berbasis web dan android, dan upload dari excel pelatihan.5,8
sangat membantu proses pengolahan data.5,6 3. Input data secara off line harus merekapituasi
3. Hasil analisis data berupa jumlah posbindu, frekuensi data dulu, hasil tidak tepat waktu.5,7–9
pemeriksaan, dan proposi faktor risiko sudah sesuai 4. Pengolahan dan analisis data tergantung input
kebutuhan.6 data, masih ada input tidak lengkap sehingga
4. Analisis secara diskriptif menurut variabel orang tempat dan hasil analisis juga tidak lengkap.5,6
waktu sesuai kebutuhan data surveilans. Hasil analisis sudah 5. Analisis menurut tempat belum representatif
representatif menurut waktu.6 karena cakupan Posbindu PTM masih rendah.6
5. Interpretasi hasil sesuai kondisi daerah berguna untuk 6. Petugas puskesmas dan Dinas Kesehatan masih
memetakan faktor risiko di daerah. 5 ada yang belum mampu melakukan interpretasi
6. Pelatihan surveilans berbasis web bermanfaat untuk data hasil sistem surveilans.5,8
meningkatkan keterampilan petugas surveilans. 8

Output 1. Hasil surveilans dimanfaatkan untuk penyuluhan/konseling 1. Diseminasi belum melibatkan pihak di luar
di Posbindu PTM Dinkes dan puskesmas lain.5
2. Hasil surveilans yang dipaparkan kepada petugas puskesmas 2. Pemanfaatan hasil surveilans belum dilakukan
dapat berguna sebagai bahan informasi faktor risiko.5 untuk perencanaan program P2PTM.5
3. Hasil surveilans banyak digunakan untuk penelitian 3. Indikator cakupan pemeriksaan tidak dapat
mahasiswa (skripsi/tesis). 5,9 dinilai karena data demografi tidak diinput.5,6

surveilans.5,6 Analisis secara otomatis oleh sistem daerah sangat berguna untuk mengetahui besaran
informasi tersebut berupa jumlah posbindu, masalah faktor risiko PTM di daerah dikaitkan
frekuensi pemeriksaan, dan proporsi faktor dengan data demografi dan sosial.5
risiko sudah sesuai kebutuhan data surveilans Permasalahan dalam proses surveilans
untuk kepentingan program P2PTM.6 Sistem adalah belum semua petugas surveilans (kader
yang berbasis web memberikan kemudahan pada dan petugas puskesmas) mengerti dan terampil
petugas di dinas kesehatan dan puskesmas karena tentang teknologi informasi,5,7 belum semua
tidak harus mengirimkan laporan secara manual.6 petugas tersebut mengikuti pelatihan surveilans
Analisis data dilakukan secara deskriptif PTM berbasis web. 5,8 Analisis data menurut
menurut variabel orang, tempat, dan waktu tempat dan waktu belum representatif di suatu
sudah sesuai kebutuhan data surveilans.5 Analisis wilayah karena proporsi faktor risiko PTM masih
juga sudah representatif menurut waktu karena kurang dari cut off point standar serta peserta
data cukup lengkap antar waktu (bulanan).6 yang dijangkau surveilans masih terbatas.6
Interpretasi hasil analisis dilakukan sesuai kondisi Pengulangan rekap data, input data tidak lengkap

249
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

dan tidak tepat waktu karena masih ada kewajiban pelaksanaan surveilans cenderung dilakukan
pengumpulan data secara manual.5,7–9 Pengolahan secara offline. Data yang dikumpulkan umumnya
dan analisis data tergantung input data, masih merupakan data sekunder, bersumber dari buku
adanya input tidak lengkap sehingga hasil monitoring faktor risiko PTM Posbindu PTM,
analisis juga tidak lengkap.5,6 Puskesmas dan yang perlu dilakukan rekapitulasi dulu. Kondisi
dinas kesehatan belum melakukan interpretasi ini mengakibatkan pengolahan data sering tidak
data yang dihasilkan dari sistem surveilans.5,8 tepat waktu (tidak pada bulan yang sama).
Pada artikel juga ditemukan peluang yang Mengingat pentingnya hasil surveilans dalam
mendukung dan menjadi tantangan kelancaran meningkatkan efektifitas pelaksanaan program
pelaksanaan surveilans yaitu adanya Peraturan pencegahan faktor risiko PTM di Indonesia,
Bupati/Walikota untuk pengendalian PTM, yaitu kurangnya sarana dan prasarana surveilans seperti
Peraturan Bupati Sidoarjo No. 24 Tahun 2015 komputer, smartphone, dan biaya operasional
Tentang Pengendalian Penyakit Tidak Menular jaringan internet perlu ditanggulangi agar web
di Kabupaten Sidoarjo.5 Peluang lain adalah surveilans faktor risiko PTM dapat dilaksanakan
pertemuan tiga bulanan surveilans untuk seluruh secara online, dan memberikan informasi
puskesmas di dinas kesehatan kabupaten dapat tepat waktu. Dinas kesehatan perlu memenuhi
digunakan untuk kegiatan terkait peningkatan sarana dan prasarana ini melalui anggaran
kapasitas petugas surveilans.5 yang disediakan di daerah, seperti melalui dana
alokasi khusus (DAK) fisik. DAK fisik dapat
Evaluasi Output dimanfaatkan untuk pengadaan komputer dan
Hasil surveilans dimanfaatkan untuk Posbindu Kit.10
penyuluhan/konseling oleh kader posbindu. Hasil Instrumen pengumpulan data seperti
surveilans juga berguna untuk meningkatkan formulir dan buku monitoring faktor risiko
informasi faktor risiko bagi petugas puskesmas bermanfaat sebagai alat bantu pencatatan dan
melalui pemaparan hasil surveilans tingkat pelaporan secara manual, namun ketersediaannya
kabupaten/kota. Hasil surveilans juga sudah sangat terbatas. Sementara biaya untuk
dimanfaatkan untuk penelitian skripsi/tesis.5,9 penggandaan tidak tersedia. Penanggung jawab
Permasalahan terkait output adalah program perlu mengatasi permasalahan ini,
diseminasi baru dilaksanakan kepada dinas mengingat ketersediaan instrumen pengumpulan
kesehatan dan puskesmas, belum dilakukan data surveilans, merupakan komponen yang
kepada pihak lain,5 pemanfaatan hasil surveilans esensial dan menentukan kualitas data surveilans.4
belum dilakukan untuk perencanaan program Sistem web surveilans faktor risiko PTM
PTM,5 dan indikator cakupan pemeriksaan berbasis Posbindu PTM merupakan bagian dari
tidak dapat dinilai karena data demografi tidak sistem surveilans PTM secara umum, selain
dimasukkan oleh kader dan petugas di tingkat surveilans kasus dan registrasi penyakit.11
desa/Posbindu PTM.5,6 Sistem informasi surveilans sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2014 Tentang
PEMBAHASAN Sistem Informasi Kesehatan, yang menyatakan
bahwa kegiatan surveilans wajib dikelola oleh
Komponen Input pemerintah, dan terintegrasi dengan fasilitas
Sistem informasi web surveilans, dapat pelayanan kesehatan, yang dikelola secara
dimanfaatkan petugas dan dinilai sederhana, berjenjang, serta didukung dengan kegiatan
sensitif dan stabil. Permasalahan umumnya pemantauan, pengendalian, dan evaluasi.12
terkait sinyal dan stabilitas jaringan internet. Hasil tinjauan mendapatkan sebagian
Petunjuk teknis surveilans, secara umum dapat petugas dan kader masih belum terlatih, dan
dipahami petugas. Karena kendala sinyal internet, kesulitan dalam menginput data secara online.7,8

250
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

Sementara pelatihan web surveilans bagi Grobogan, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa
petugas surveilans dinas kesehatan, puskesmas pengetahuan responden tentang Posbindu PTM
dan kader Posbindu PTM telah dilakukan di cukup baik. Namun praktik dalam kegiatan
seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Pelatihan Posbindu PTM belum maksimal.17 Penelitian lain
dilaksanakan secara berjenjang melalui pelatihan di Kota Surabaya menunjukkan bahwa sumber
bagi pelatih di tingkat provinsi dan kabupaten/ daya manusia, sistim informasi, dan fasilitas
kota, dilanjutkan dengan pelatihan bagi petugas untuk implementasi program Posbindu PTM
puskesmas dan kader Posbindu PTM. Hingga masih kurang memadai, dan insentif petugas tidak
tahun 2016, sebanyak 1.155 petugas/kader tersedia.18 Fasilitas kegiatan termasuk komputer
dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia, telah dan internet serta anggaran untuk pelaksanaan
mengikuti pelatihan.13 Jumlah desa ber-Posbindu surveilans merupakan hal yang mempengaruhi
PTM pada tahun 2019 adalah 40.999 desa atau kelancaran pelaksanaan surveilans.
50,6% dari 80.983 desa/kelurahan di Indonesia.14 Data faktor risiko yang dikumpulkan
Dengan demikian, kegiatan pelatihan surveilans surveilans faktor risiko PTM bersumber data
dengan fasilitator tenaga pelatih yang sudah kegiatan Posbindu PTM, antara lain merokok,
terlatih dari kabupaten/kota masing-masing konsumsi alkohol, diet, aktivitas fisik, obesitas,
masih perlu diteruskan. tekanan darah, gula darah, dan kolesterol darah.
Data faktor risiko umumnya tidak lengkap,
Komponen Proses terutama untuk faktor risiko biomedis (Step
Proses pelaksanaan surveilans sudah 3). Hal ini disebabkan tingkat perkembangan
sesuai pedoman surveilans faktor risko PTM Posbindu PTM yang ada di masyarakat, umumnya
berbasis Posbindu PTM,15 namun belum berjalan merupakan posbindu tingkat dasar, sehingga data
secara sistematik. Sebagian besar penanggung yang tersedia umumnya merupakan data faktor
jawab program P2PTM belum melakukan risiko pada Step 1 dan Step 2. Surveilans faktor
interpretasi data. Menurut Permenkes No. 45 risiko PTM bersumberdata kegiatan Posbindu
Tahun 2014, surveilans kesehatan adalah kegiatan PTM dikembangkan dengan merujuk pendekatan
pengamatan yang sistematis dan terus menerus Step WHO. Meskipun data faktor risiko tidak
terhadap data dan informasi tentang kejadian lengkap, umumnya karena tidak melakukan
penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi pemeriksaan biomedis (Step 3), namun data yang
yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tersedia tetap dapat memberikan informasi faktor
dan penularan penyakit atau masalah kesehatan risiko PTM.3
untuk memperoleh dan memberikan informasi Data demografi meliputi jumlah penduduk
guna mengarahkan tindakan pengendalian dan menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
penanggulangan secara efektif dan efisien. umumnya belum dimasukkan oleh petugas di
Langkah surveilans meliputi pengumpulan data, tingkat desa. Permasalahan yang ditemukan
pengolahan data, analisis data, interpretasi, umumnya karena petugas/kader kesulitan
dan dan diseminasi informasi sebagai suatu mendapatkan data jumlah penduduk. Surveilans
kesatuan.16 Penyelenggaraan kegiatan surveilans faktor risiko PTM perlu dilaksanakan secara
faktor risiko PTM belum sepenuhnya sesuai terintegrasi dengan sistem informasi lainnya.
dengan ketentuan dalam peraturan tersebut. Sementara integrasi sistem surveilans dengan
Web surveilans faktor risiko PTM sistem informasi lainnya, seperti Badan Pusat
merupakan bagian dari kegiatan Posbindu PTM. Statistik, data Kementerian Dalam Negeri, dan
Kader Posbindu merupakan salah satu komponen hasil survai yang secara nasional di Indonesia,
input yang sangat penting dalam pelaksanaan belum dilakukan. Salah satu negara yang berhasil
sistem surveilans faktor risiko PTM. Penelitian melaksanakan surveilans PTM secara terintegrasi
tentang evaluasi pelaksanaan Posbindu di dan menjadikannya dasar intervensi PTM adalah

251
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

Kuba. Kuba mempunyai sistem surveilans PTM Komponen Output


dan faktor risiko secara nasional dan lokal. Sebagian besar penanggung jawab
Sistem informasi surveilans telah terintegrasi program P2PTM belum memanfaatkan hasil
dengan laporan survei, laporan rutin dari dokter, surveilans dalam perencanaan dan pelaksanaan
Kementerian Perdagangan, dan Badan Pusat program. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan
Statistik. Data tersebut menjadi data fundamental diselenggarakannya surveilans PTM, yaitu
dalam intervensi secara lokal dan nasional.19 tersedianya data dan informasi epidemiologi
Di Mozambik, pelaksanaan surveilans PTM sebagai dasar pengambilan keputusan
PTM digabungkan dalam sistem surveilans dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
penyakit menular. Surveilans tersebut evaluasi program PTM.24 Hasil surveilans faktor
memberikan data penting tentang beban PTM risiko PTM lebih banyak dimanfaatkan untuk
untuk mendeteksi prioritas pelatihan dan penelitian epidemiologi, analisis kebijakan dan
perbaikan pelayanan kesehatan. Informasi hasil manajemen pelayanan kesehatan. Diseminasi
surveilans juga digunakan untuk membuat umumnya dalam bentuk artikel jurnal dan skripsi
klinik PTM di masyarakat.20 Di India, sebuah mahasiswa.
penelitian menunjukkan dokter di praktik swasta Surveilans PTM perlu terus dikembangkan
memberikan peran yang penting dalam surveilans di Indonesia, melalui pemanfaatan teknologi
PTM, selain peran diagnosis dan pengobatan.21 yang lebih canggih namun mampu laksana. Hal
Hasil tinjauan artikel menemukan ini merupakan sebuah keniscayaan karena beban
peluang yang dapat mendukung kelancaran PTM terus meningkat. PTM menjadi beban dari
pelaksanaan surveilans yaitu adanya Peraturan sisi waktu yang hilang akibat sakit, cacat, dan
Bupati/Walikota untuk pengendalian PTM, meninggal prematur sebesar 71% tahun 2017.25,26
yaitu Peraturan Bupati Sidoarjo No. 24 Tahun Selain itu, PTM menjadi penyebab kematian
2015 Tentang Pengendalian Penyakit Tidak terbesar di Indonesia tahun 2014. 27 Studi
Menular di Kabupaten Sidoarjo.5 Dukungan ini literature review menggunakan 12 penelitian
merupakan tantangan dalam memperoleh biaya di dunia tahun 1993-2013 menunjukkan bahwa
operasional. Integrasi pelaksanaan Posbindu surveilans PTM masih terbatas di negara
PTM dengan program Usaha Kesehatan Sekolah, perpendapatan rendah dan menengah, meskipun
Karang Taruna dan intansi pemerintah daerah,22 terdapat peningkatan beban PTM dan impaknya
juga dapat menjadi peluang penguatan petugas pada sosial-ekonomi. Hambatan utama adalah
surveilans, terkait kemampuan memahami kapasitas institusi surveilans dan ketersediaan
teknologi informasi. Selain itu, pertemuan tiga data. Perlu dikembangkan sistem surveilans PTM
bulanan surveilans untuk seluruh puskesmas di yang komprehensif, baik secara sentinel, berbasis
dinas kesehatan kabupaten juga dapat digunakan fasilitas, maupun surveilans berbasis populasi.28
untuk pelatihan atau penyegaran kemampuan Hasil tinjauan secara sistematik terhadap
petugas surveilans dalam mengoperasikan sistem 20 artikel di Indonesia menunjukkan bahwa
informasi berbasis web.5 pencegahan PTM di Indonesia dilakukan melalui
Peran pemerintah daerah dalam deteksi dini dengan menggunakan teknologi
pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM sangat digital kesehatan, dan edukasi kesehatan.
besar. Karena pemeriksaan kesehatan merupakan Peneliti menyarankan model pencegahan yang
salah satu urusan daerah yang didesentralisasikan. perlu dikembangkan antara lain penggunaan
Pemerintah daerah perlu terus memperkuat sistem mobile phone dan teknologi artificial intelligent
surveilans untuk memantau pencapaian target (AI) untuk edukasi kesehatan. Model dengan
standar pelayanan minimal bidang kesehatan penggunaan teknologi informasi AI dapat
terkait PTM yaitu skrining kesehatan pada digunakan sebagai metode alternatif untuk
kelompok usia produktif (15-59 tahun).23 mengendalikan biaya mahal pengobatan PTM.

252
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

Mobile health atau m-health, yaitu penggunaan Penguatan sistem surveilans faktor risiko PTM
teknologi kesehatan secara mobile telah berbasis Posbindu PTM juga dapat dimanfaatkan
digunakan negara berkembang untuk mendukung untuk memantau perkembangan faktor risiko
upaya kesehatan masyarakat dan pelayanan di masyarakat dan capaian program PTM. Hal
klinis.29 ini sangat penting untuk mendukung pencapaian
Kemajuan teknologi ini merupakan indikator rencana strategis Kementerian
tantangan dalam pengendalian PTM di Indonesia. Kesehatan 2020-2024 yaitu: (1) meningkatkan
Teknologi digital kesehatan saat ini telah tersedia posbindu aktif 100%, (2) meningkatkan peran
secara luas dan sangat bermanfaat dalam posbindu dalam upaya promotif dan preventif,
meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan (3) penguatan posbindu, (4) revitalisasi posbindu,
masyarakat, keluarga dan individu. Penggunaan dan (5) meningkatkan kompetensi tenaga kader
m-health dapat digunakan untuk jaringan sosial kesehatan di UKBM Posbindu.34
(social networking), misalnya penggunaan media Hasil tinjauan sistematik ini mempunyai
pesan dan percakapan. Selain itu, m-health keterbatasan untuk menggambarkan kondisi
dapat dimanfaatkan juga untuk memasukkan pelaksanaan surveilans faktor risiko PTM
data berbasis web secara online.30 Sistem web berbasis Posbindu PTM di Indonesia. Jumlah
surveilans faktor risiko PTM bersumber data artikel yang dibahas masih terbatas (5 artikel),
Posbindu PTM telah dilengkapi dengan sistem dan lokasi penelitian hanya di Provinsi Jawa
informasi tindak lanjut, dalam bentuk SMS Timur, Jawa Tengah, dan DI Yogyakarta. Namun
gateway. Namun, belum dimanfaatkan secara demikian, secara metodologis semua penelitian
maksimal karena masalah biaya operasional. telah dilakukan dengan desain yang sesuai yaitu
Jumlah posbindu di Indonesia sangat studi evaluasi dilengkapi pendekatan kualitatif.
besar yaitu hampir 60 ribu dengan cakupan desa
berposbindu sebesar 50,6%. Angka ini sudah KESIMPULAN
mencapai target rencana strategis Kementerian Surveilans faktor risiko PTM berbasis
Kesehatan 2015-2019 sebesar 50%.31 Dengan web dengan sumber data kegiatan Posbindu
jumlah posbindu yang sangat besar, diperlukan PTM sebagian besar dapat dilaksanakan
dukungan sistem surveilans yang memadai. sesuai Permenkes tentang surveilans, namun
Surveilans yang sudah ada perlu diperkuat pelaksanaannya belum sistematik. Sistem web
dan dikembangkan menggunakan teknologi surveilans memiliki sensitivitas dan stabilitas
terkini untuk memperluas cakupan penduduk yang tinggi, utamanya dalam ketepatan waktu.
dalam melakukan deteksi dan tindak lanjut dini Output web surveilans cukup representatif dalam
faktor risiko PTM.15 Jenis AI bervariasi, tetapi menggambarkan sebaran faktor risiko PTM
sebagian besar dari mechine learning dan signal menurut karakteristik waktu, namun kurang
processing. Teknologi AI dapat digunakan untuk representatif menurut karakteristik orang dan
intervensi kesehatan masyarakat termasuk untuk tempat. Pemanfaatan hasil surveilans dalam
pelaksanaan surveilans.32 Sistem surveilans PTM perencanaan dan pengembangan program masih
perlu diperkuat dengan pemanfaatan teknologi sangat terbatas. Proses dan output surveilans
AI, untuk memperluas cakupan penduduk dan lebih banyak dimanfaatkan untuk penelitian
meningkatkan manfaat surveilans dan juga epidemiologi, analisis kebijakan dan manajemen
Posbindu PTM. pelayanan kesehatan.
Penguatan surveilans tersebut juga Permasalahan pelaksanaan surveilans
diperlukan untuk mendukung pelaksanaan umumnya terkait keterbatasan petugas terlatih,
dan pengembangan Posbindu PTM agar semua tidak adanya anggaran operasional khususnya
menjadi posbindu aktif untuk memantau faktor dalam menerapkan aplikasi SMS gateway,
risko PTM dan tindak lanjut dini secara berkala.33 keterbatasan cakupan penduduk, kurangnya

253
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

sarana prasarana, gangguan sinyal internet dan dukungan biaya operasional tersebut. Integrasi
keterbatasan beban peladen (server), petugas kegiatan dengan program UKS, kemitraan dengan
belum menginterpretasikan hasil, dan kurang organisasi masyarakat perlu terus diperkuat,
melakukan diseminasi. Ditemukan peluang untuk guna memenuhi kebutuhan petugas/kader yang
penguatan pelaksanaan web surveilans faktor memahami teknologi informasi. Pertemuan
risiko PTM bersumber data Posbindu PTM yaitu, surveilans tiga bulanan di dinas kesehatan dapat
adanya Peraturan Bupati untuk pengendalian dimanfaatkan unutk meningkatkan kapasitas
PTM, pertemuan tiga bulanan surveilans, petugas surveilans dalam mengoperasikan sistem
integrasi kegiatan dengan program UKS, serta informasi.
kemitraan dengan Karang Taruna dan Persatuan Pemerintah daerah perlu meningkatkan
Waria. pemanfaatan data hasil surveilans untuk
perencanaan dan evaluasi program P2PTM.
SARAN Pemerintah dearah juga perlu melakukan
Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan evaluasi dan pembinaan pelaksanaan surveilans
perlu melakukan penguatan sistem web surveilans faktor risiko PTM di tingkat puskesmas dan
faktor risiko PTM, yang digunakan untuk Posbindu PTM secara periodik. Puskesmas perlu
meningkatkan efektifitas program pencegahan melaksanakan surveilans faktor risiko PTM
dan pengendalian faktor risiko PTM, termasuk bersumber data Posbindu PTM secara lengkap
untuk meningkatkan efektifitas Posbindu PTM. dan terus menerus menggunakan web surveilans.
Pengembangan sistem surveilans dan media Puskesmas juga perlu memantau penggunaan
diseminasi hasil surveilans perlu disesuaikan web surveilans oleh kader Posbindu PTM.
dengan kemajuan teknologi informasi dan Mengingat terbatasnya jumlah artikel yang
komunikasi yang terus berkembang. Revitalisasi telah ditinjau, dan kompleksnya permasalahan
dan pengembangan sistem tindak lanjut informasi yang ditemukan pada pelaksanaan web surveilans
surveilans, untuk individu dan pengelola PTM faktor risiko PTM bersumber data Posbindu
melalui teknologi informasi terkini seperti PTM, maka perlu dilakukan penelitian secara
penggunaan android dan teknologi artificial khusus untuk mendapatkan informasi secara
intelligent perlu dikembangkan. Direktorat komprehensif baik secara kuantitatif maupun
P2PTM perlu meningkatkan pemanfaatan kualititatif, yang lebih representatif.
data hasil surveilans untuk perencanaan dan
evaluasi program P2PTM. Selain itu, Direktorat UCAPAN TERIMA KASIH
P2PTM juga perlu terus melakukan evaluasi Terima kasih kepada Direktur Pencegahan
dan pembinaan pelaksanaan surveilans secara dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular beserta
periodik. staf yang telah mendukung penulisan artikel ini
Pemerintah daerah perlu melakukan dengan menyediakan data terkait Posbindu PTM.
penguatan pelaksanaan sistem web surveilans
melalui peningkatan kapasitas petugas surveilans
DAFTAR PUSTAKA
di puskesmas dan petugas/kader Posbindu
1. Rahajeng E, Wahidin M, Banonah.R L, Palupi
PTM. Pelatihan interpretasi data dan informasi NW, Renowati TS, Ratih SD, et al. Petunjuk
surveilans bagi penangguang jawab program di teknis surveilans penyakit tidak menular.
semua jenjang sangat diperlukan. Pengalokasian Ekowati Rahajeng; Mugi Wahidin, editor.
biaya operasional surveilans khususnya untuk Jakarta : Kementerian Kesehatan RI Direktorat
biaya kuota internet, dan perawatan sistem web Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit
surveilans. Peraturan Bupati dalam pengendalian
Tidak Menular;2013. 358 p.
PTM, dapat dimanfaatkan dalam memperoleh

254
Evaluasi Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular... (Ekowati Rahajeng, et al)

2. Rahajeng E, Akbar TA, Warouw SP, Basalamah 12.


Republik Indonesia. Peraturan pemerintah
F, Sumarsinah, R LB, et al. Petunjuk teknis nomor 46 tahun 2014 tentang sistem informasi
pos pembinaan terpadu penyakit tidak kesehatan. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak
menular (posbindu ptm). Pertama. Jakarta: Asasi Manusia; 2014.
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
13. Kementerian Kesehatan RI. Profil penyakit tidak
Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI ; 2012.
menular 2016. Jakarta: Kementerian Kesehatan
1–39 p.
RI; 2017.
3. WHO. Summary surveillance of risk factors for
14. Kementerian Kesehatan RI. Data sistem informasi
noncommunicable diseases the WHO stepwise
penyakit tidak menular tahun 2019. Jakarta:
approach. Geneva : World Health Organization;
Kementerian Kesehatan RI; 2020.
2001.
15. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis
4. Declich S, Carter AO. Public health surveillance:
surveilans faktor risiko penyakit tidak menular
historical origins, methods and evaluation. Bull
berbasis web. Jakarta : Kementerian Kesehatan
World Health Organ. 1994;72(2):285–304.
RI; 2015.
5. Saputra MH, Muhith A, Fardiansyah A. Analisis
16. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
sistem infromasi faktor resiko hipertensi berbasis
kesehatan RI nomor 45 tahun 2014 tentang
posbindu di dinas kesehatan kabupaten Sidoarjo.
penyelenggaraan surveilans kesehatan. Jakarta:
Pros Semin Nas Has Penelit Dan Pengabdi Masy
Kementerian Kesehatan RI; 2014.
Seri Ke-1 Tahun 2017. 2017;1995:7–17.
17. Ferianto, Ambarwati. Evaluasi pelaksanaan pos
6. Elyda Rahmayanti, Hargono A. Implementasi
pembinaan terpadu. 2019;6(1).
surveilans faktor risiko penyakit tidak menular
berbasis posbindu berdasarkan atribut surveilans 18.
Febrianti R. Implementasi pelaksanaan pos
(studi di kota Surabaya). J Berk Epidemiol pembinaan terpadu penyakit tidak menular
[Internet]. 2018;5(September 2017):298–382. (posbindu ptm) di puskesmas Pucang Sewu kota
Available from: https://www.researchgate.net/ Surabaya. Publika. 2017;5(5).
publication/322591609 19. Reed G. New survey results enhance Cuba’s
7. Eka Putri R, Hubaybah, Asparian. Evaluasi proses NCD surveillance: Mariano Bonet MD
impementasi posbindu ptm di wilayah kerja Director, National Hygiene, Epidemiology
puskesmas Simpang Sungai Duren Kecamatan and Microbiology Institute. MEDICC Rev.
Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011;13(4):11–3.
2017. J Kesmas Jambi. 2018;2(1):12–27. 20.
Mocumbi AO, Langa DC, Chicumbe S,
8. Renyaan EY, Rahayujati B, Dharmawidjaja I. Schumacher AE, Al-Delaimy WK. Incorporating
Evaluasi sistem surveilans faktor risiko PTM selected non-communicable diseases into facility-
berbasis posbindu di kabupaten Sleman 2017. based surveillance systems from a resource-
3rd Public Heal Symp Univ Gadjah Mada, limited setting in Africa. BMC Public Health.
Yogyakarta, 7-9 Mei 2018. 2018; 2019;19(1):1–7.

9. Indah DT. Evaluasi input sistem surveilans 21. Kroll M, Phalkey R, Dutta S, Shukla S,
hipertensi di wilayan kerja dinas kesehatan Butsch C, Bharucha E, et al. Involving private
kota Magelang berdasarkan pedoman sistem healthcare practitioners in an urban NCD sentinel
surveilans penyakit tidak menular. 2015. surveillance system: lessons learned from Pune,
India. Glob Health Action. 2016;9(1):1–10.
10. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
kesehatan nomor 85 tahun 2019 tentang petunjuk 22.
Rahmayanti E, Hargono A. Implementasi
operasional penggunaan dana alokasi khusus fisik surveilans faktor risiko penyakit tidak menular
bidang kesehatan tahun anggaran 2020. Jakarta: berbasis posbindu berdasarkan atribut surveilans
Kementerian Kesehatan RI; 2019. (studi di kota Surabaya). Jurnal Berkala
Epidemiologi. September 2017;5(3):276-285
11. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
kesehatan RI nomor 71 tahun 2015 tentang 23. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri
penanggulangan penyakit tidak menular. Jakarta: kesehatan no.43 tahun 2016 tentang standar
Kementerian Kesehatan RI; 2015. pelayanan minimal bidang kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI; 2016;

255
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. 30 No. 3, September 2020, 241 – 256

24. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman surveilans 31. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan menteri
penyakit tidak menular. Jakarta : Kementerian kesehatan RI nomor HK.02.02/Menkes/52/2015
Kesehatan RI; 2015. tentang rencana strategis kementerian kesehatan
RI tahun 2015-2019. Jakarta : Kementerian
25. Kementerian Kesehatan RI. Analisis beban
Kesehatan RI; 2015.
penyakit nasional dan sub nasional Indonesia
2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2018. 32. Schwalbe N, Wahl B. Artificial intelligence and
the future of global health. Lancet [Internet].
26. IHME. Global burden of disease 2017. IHME ;
2020;395(10236):1579–86. Available from:
2018.
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30226-
27. Kementerian Kesehatan RI. Laporan sample 9
registration system. Jakarta: Kementerian
33. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman umum pos
Kesehatan RI; 2015.
pembinaan terpadu PTM. Jakarta : Kementerian
28. Kroll M, Phalkey RK, Kraas F. Challenges to Kesehatan RI; 2014.
the surveillance of non-communicable diseases
34. Kementerian Kesehatan RI. Pokok-Pokok renstra
- A review of selected approaches. BMC Public
kemenkes 2020-2024. pokja renstra kemenkes
Health. 2015;15(1).
2020-2024. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI;
29. Hartono RK. Global stakeholder schemes for 2020. p1–40.
preventing non-communicable disease, lessont
learnt for Indonesia. Int Conf Soc Sci. 2017;vol
1(1):50.
30. Kahn BJG, Yang JS, Kahn JS. Mobile’ health
needs and opportunities in developing countries.
health aff [Internet]. 2010;29(2):254–61.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pubmed/16284031

256

Anda mungkin juga menyukai