Anda di halaman 1dari 4

Pengertian AKDR

AKDR/IUD adalah alat kontrasepsi yang disisipkan kedalam rahim, yang terbuat dari bahan
semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga dan bentuknya bermacam-macam. Bentuk yang
umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral, dipasang, kesehatan
ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan kecocokannya.

IUD dalam bahasa Indonesia disebut alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah alat
kontrasepsi yang oleh masyarakat awam biasa disebut spiral. Sesuai dengan namanya AKDR,
alat ini dipakai dalam rahim. Sejak metode AKDR dikenalkan banyak orang menggunakan untuk
program pengaturan jumlah anak dalam keluarga karena relative aman, mudah, dan murah.
Pengguna alat kontrasepsi ini tidak perlu mengulang pemakaiannya setiap kali, sehingga tidak
merepotkan. AKDR tidak mengandung zat-zat hormonal yang dapat mempengaruhi
keseimbangan tubuh. (Nusaindah.tripod.com)

Sejarah AKDR

AKDR mempunyai sejarah yang panjang sebelum generasi ketiga dengan keamanan, efektivitas,
dan penyulit yang tidak terlalu besar. Hipocrates telah mencanangkan agar pranata ekonomi dan
penduduk berjalan seiring, jumlah penduduk harus dikendalikan. Hipocrates telah membuat alat
untuk memasukkan batu-batu kecil kedalam rahim, sehingga tidak terjadi kehamilan pada onta.
(Manuaba: 1999)

Tulisan ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali dibuat oleh Richtaer di Polandia pada tahun
1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat dari bahan sutera. Graverbreng pada
tahun 1928 melaporkan pengalamannya dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang
diikat satu sama lain, sehingga berbentuk bintang segi enam. Oleh karena itu AKDR yang
berbentuk segi enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membuatnya dalam bentuk
cincin dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan AKDR dari cincin perak ini hanya 1,6%
diantara 2000 kasus. (Sarwono : 2005)

Ota dari jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya membuat AKDR dari plastik yang
berbentuk cincin. Mula-mula ia membentuk AKDR dari cincin yang dibuat dari benang sutera
yang dipilin dan dari logam yang mudah dibengkokkan. Oleh karena sukar memasang cincin dari
logam ini maka ia kemudian membuat cincin dari plastik.

Oppenhimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang pada tahun 1959 menerbitkan tulisan-tulisan
tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak saat itu dan dengan ditemukannya antibiotika
yang mengecilkan risiko infeksi, penerimaan AKDR makin meningkat. Antara tahun 1955-1964
bermacam-macam AKDR diciptakan. AKDR telah dipergunakan secara umum dalam program
KB. AKDR yang mula-mula dipakai adalah jenis lippes loop, yang pada waktu itu diseponsori
oleh Perkumpulan Keluaga Berencana Indonesia (PKBI). Pada tahun 60-an mulai dilakukan
penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng,
magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain. (Sarwono: 2005)
Prosedur Kerja Pemasangan IUD

Kebijaksanaan :
1) Petugas harus siap ditempat.
2) Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3) Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4) Alat-alat yang tersedia :

a. Gyn bed
b. Timbangan berat badan
c. Tensimeter dan stetoskop
d. IUD set steril
e. Bengkok
f. Lampu
g. Kartu KB (kl, K IV)
h. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
i. Meja dengan duk steril
• Sym speculum
• Sonde rahim
• Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.
• Busi / dilatator hegar
• Kogel tang
• Pincet dan gunting

Langkah-langkah :

1) Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan
cara menanggulangi efek samping.
2) Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3) Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,mengukur tensimeter.
4) Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandungkemih.
5) Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6) Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi
Lithotomi.
7) Petugas cuci tangan
8) Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9) Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10) Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus.
11) Pasang speculum sym.
12) Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13) Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.
14) Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim,
kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15) Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16) Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim.
17) Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18) Alat-alat dibersihkan
19) Petugas cuci tangan
20) Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami
setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol
21) Membuat nota pelayanan
22) Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi
pelayanan.
23) Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk dilaporkan ke bagian
Rekam Medik (Imbarwati, 2009).
Catatan :
a. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi
dengan dokter.
b. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan
terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.
c. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga
uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
d. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang (Imbarwati,
2009

http://www.masbied.com/2011/02/08/alat-kontrasepsi-dalam-rahim-akdr/

http://www.scribd.com/irma_fitriana/d/54301537-AKDR

http://www.scribd.com/doc/48258084/ALAT-KONTRASEPSI-DALAM-RAHIM

Anda mungkin juga menyukai