Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “Laporan Praktikum Fisika
Gelombang Bunyi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Ken
Utami, S. Pd. Selaku guru pembimbing pada bidang studi Fisika. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan seputar fisika khususnya tentang materi gelombang bunyi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ken Utami, yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni, serta juga turut membina dan mendukung saya dalam proses pembuatan laporan ini.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak”, laporan yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan laporan ini.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gelombang adalah getaran yang merambat, baik melalui medium ataupun tidak melalui
medium. Perambatan gelombang ada yang memerlukan medium, seperti gelombang tali melalui
tali dan ada pula yang tidak memerlukan medium yang berarti bahwa gelombang tersebut dapat
merambat melalui vakum ( hampa udara ) , seperti gelombang listrik magnet dapat merambat
dalam vakum. Perambatan gelombang dalam medium tidak diikuti oleh perambatan media, tapi
partikel-partikel mediumnya akan bergetar. Perumusan matematika suatu gelombang dapat
diturunkan dengan peninjauan penjalaran suatu pulsa. Dilihat dari ketentuan pengulangan
bentuk, gelombang dibagi atas gelombang periodik dan gelombang non periodik.Salah satu jenis
gelombang adalah gelombang bunyi.
Gelombang bunyi merupakan gelombang mekanis longitudinal. Hal ini berarti bahwa bunyi
memerlukan medium untuk merambat. Medium perambatan bunyi dapat berupa zat padat
ataupun fluida(zat alir, meliputi zat cair dan gas). Partikel-partikel bahan yang mentransmisikan
sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam arah penjalaran gelombang itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pernah mendengar berbagai macam bunyi pada alat musik.
Kita dapat mendengar bunyi tersebut karena adanya getaran benda. Misalnya ketika gitar di petik
,udara di dalam kotak resonansi bergetar dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi dawai
maka dihasilkanlah bunyi merdu pada gitar tersebut. Peristiwa inilah yang disebut dengan
resonansi.
Resonansi merupakan peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain bergetar
dengan frekuensi yang sama atau frekuensi yang benda yang satu merupakan kelipatan dari
frekuensi benda yang lain. Jika gelombang suara merambat dalam suatu tabung berisi udara,
maka antara gelombang datang dan gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung akan terjadi
superposisi, sehingga dapat timbul resonansi gelombang berdiri.
3
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan gelombang bunyi?
b. Apa itu gejala resonansi?
c. Bagaimana resonansi dapat terjadi?
d. Bagaimana pengaruh panjang ruang dengan frekuensi bunyi yang dihasilkannya?
1.3 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui konsep dasar gelombang bunyi
b. Memahami gejala resonansi bunyi
c. Mengetahui pengaruh panjang ruang dengan frekuensi bunyi yang dihasilkannya.
4
BAB II
ISI & PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
Bunyi termasuk gelombang longitudinal yang terjadi akibat adanya perapatan dan
peregangan dalam medium padat, cair, atau gas. Gelombang ini dihasilkan ketika suatu benda
bergetar dan menggetarkan medium yang ada di sekitarnya sehingga menimbulkan perapatan
atau peregangan medium tersebut. Ketika gelombang longitudinal merambat sepanjang medium,
gelombang tersebut memindahkan energi dari suatu tempat ke tempat lain atau dari suatu benda
ke benda lainnya.
Rapatan dan regangan terjadi akibat adanya simpangan molekul-molekul dari posisi
setimbangnya. Jika pada gelombang tali simpangan partikel tali terjadi pada arah vertikal maka
simpangan molekul-molekul zat padat, cair, atau gas yang dilalui gelombang bunyi terjadi pada
arah horisontal. Selain dapat meninjau gelombang bunyi dalam bentuk rapatan atau regangan
(simpangan molekul), gelombang bunyi bisa ditinjau dari sudut pandang tekanan. Ketika terjadi
rapatan (molekul-molekul saling berdempetan), tekanan medium bertambah.
Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan dan
perenggangan dalam medium yang dilalui (mediumnya bisa berupa benda padat, cair atau gas).
Bunyi membutuhkan medium (perantara atau penghantar) agar bisa merambat. Ketiga, penerima
bunyi. Contohnya pada manusia.
Organ telinga merupakan penerima bunyi bagi manusia sehingga manusia dapat
menerima bunyi. Kecepatan rambat gelombang bunyi di udara pada dasarnya dapat dihitung
dengan rumus yang sama dengan menghitung kecepatan rambat gelombang secara umum,
sebagai berikut:
5
v=λ.f
Keterangan :
Namun, besar panjang gelombang tidak dapat diketahui dengan pengukuran langsung
karena dalam tentunya kita tidak dapat melihat batas satu gelombang di udara. Sehingga
pengukuran panjang gelombang dilakukan pada kolom udara tertentu pada saat terjadi resonansi.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain yang
bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari frekuensi itu.
Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat menghasilkan nada yang
nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar terdapat kotak atau ruang udara tempat udara
ikut bergetar apabila senar gitar dipetik. Udara di dalam kotak ini bergerak dengan frekuensi
yang sama dengan yang dihasilkan oleh senar gitar, peristiwa ini disebut dengan resonansi,
resonansi menghasilkan pola gelombang stasioner yang terdiri atas perut dan simpul gelombang
dengan panjang gelombang tertentu. Pada saat gelombang berdiri terjadi pada senar maka senar
akan bergetar pada tempatnya. Pada saat frekuensinya sama denga frekuensi resonansi, hanya
diperlukan sedikit usaha untuk menghasilakan amplitudio besar. Hal inilah yang terjadi pada
senar yang dipetik.
Udara yang mengisi tabung gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan logam pada
gamelan tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah lempengan logamnya,
Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan tersebut. Resonansi juga dipahami untuk
mengukur kecepatan perambatan bunyi di udara.
Contoh lain peristiwa resonansi adalah pada pipa organa. Pipa organa merupakan semua
pipa yang berongga di dalamnya, bahkan Anda dapat membuatnya dari pipa paralon.
6
a. Pipa organa terbuka berarti kedua ujungnya terbuka . nada dasar pipa organa terbuka
bersesuaian dengan pola sebuah perut pada bagian ujung dan sebuah simpul pada bagian
tengahnya.
b. Pipa organa tertutup berarti salah satu ujungnya tertutup dan ujung lain terbuka. Kedua
jenis pipa ini memiliki pola gelombang yang berbeda.
Dalam percobaan ini, jika diilustrasikan ada beberapa kemungkinan terjadinya resonansi,
di mana di air sebagai pemantul terjadi simpul gelombang, dan di mulut tabung terjadi perut
gelombang. Kemungkinan-kemungkinan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Pada kasus tabung resonansi (pipa organa tertutup), sumber bunyi diletakkan di ujung
tabung yang terbuka, lalu digetarkan sehingga gelombang bunyi merambat ke dalam kolom
udara. Oleh karena salah satu ujung pipa tertutup, maka gelombang bunyi akan dipantulkan ke
ujung lainnya.
Adanya dua gelombang bunyi yang merambat dalam arah yang berlawanan maka akan
terjadi interferensi sehingga timbul gelombang bunyi berdiri dalam kolom udara. Agar bisa
timbul gelombang berdiri maka frekuensi kedua gelombang bunyi yang tumpang tindih harus
sama dengan frekuensi alami kolom udara (frekuensi resonansi). Agar bisa terjadi gelombang
berdiri maka ujung pipa yang tertutup harus berperan sebagai titik simpul simpangan (node),
sebaliknya ujung pipa terbuka berperan sebagai titik perut simpangan (anti node), seperti terlihat
pada gambar 1.
7
Jarak minimum antara titik simpul dan titik perut sebuah gelombang berdiri adalah 1/4
panjang gelombang (1/4 λ), karenanya gelombang berdiri bisa terjadi jika panjang kolom udara
atau panjang pipa minimal harus sama dengan 1/4 λ. Secara matematis dapat ditulis seperti ini :
L=(2n+1)λ/4
Keterangan:
n = 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dst
8
Cara Kerja Praktikum :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Tuang air pada gelas 1 sampai menyisakan ruang setinggi 2 cm dari permukaan air
hingga bibir gelas
c. Lakukan hal yang sama seperti langkah b. pada semua gelas. Untuk gelas 2 menyisakan
ruang 3,5 cm, gelas 3 menyisakan ruang 5 cm, dan gelas 4 menyisakan ruang 6,5 cm.
d. Celup jari telunjuk dan jari tengah pada air di gelas 1.
e. Pegang kaki gelas agar tidak goyang atau jatuh saat melakukan praktikum.
f. Aktifkan aplikasi gStrings, kemudian dekatkan handphone ke gelas 1.
g. Gesek bibir gelas 1 dengan kedua jari yang telah basah tadi.
h. Amati bunyi yang terjadi dan frekuensi yang terukur di gStrings.
i. Ulangi langkah d.,e., f., g., dan h. pada gelas-gelas yang lain.
j. Catat hasil pengamatan ke dalam tabel.
9
2.4 Analisis Data
Berdasarkan data hasil pengamatan di atas, dapat diamati bahwa gelas 1 memiliki
panjang ruang / kolom udara terpendek dan menghasilkan frekuensi terendah. Urutan gelas
seterusnya menunjukkan pola yang semakin tinggi hingga gelas 4 yang memiliki panjang
ruang / kolom udara tertinggi dan menghasilkan frekuensi tertinggi pula. Dengan demikian,
semakin panjang atau tinggi kolom udara pada gelas, maka semakin tinggi frekuensi bunyi
yang dihasilkan.
Sedangkan jika ditinjau dari volume air dalam gelas, gelas 1 memiliki volume air
terbanyak dan gelas 4 memiliki volume air paling sedikit. Maka berlaku hubungan
sebaliknya, yaitu semakin banyak volume air pada gelas, maka semakin rendah frekuensi dari
suaranya.
Suara yang dihasilkan ketika jari yang basah digesekkan pada bibir gelas disebabkan oleh
gejala resonansi bunyi. Molekul-molekul air pada jari yang basah akan bergetar ketika
digesekkan dengan bibir gelas. Jika frekuensi getaran molekul air tersebut mencapai nilai
yang sama dengan frekuensi alami udara dalam gelas, maka akan terjadi resonansi, yaitu ikut
bergetarnya udara karena getaran dari air. Bila semakin panjang kolom udara gelas, maka
ruang yang tersedia bagi udara untuk bergetar juga turut semakin besar, sehingga udara akan
bergetar lebih cepat. Semakin banyaknya kolom udara juga memungkinkan udara
membentuk gelombang yang lebih banyak karena panjang gelombangnya semakin pendek.
Oleh karena itu, frekuensi yang dihasilkan akan lebih tinggi. Begitu juga sebaliknya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu persiapkanlah alat dan bahan yang akan
digunakan. Sebaiknya praktikum dilakukan di tempat yang aman dan terhindar dari gangguan
karena melibatkan alat-alat yang rentan pecah seperti kaca.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://pribadiasik.blogspot.com/2015/07/makalah-alat-resonansi.html
http://ramadhanputraoddenk.blogspot.com/2012/09/laporan-praktikum-fisika-tentang_18.html
https://www.scribd.com/doc/119288051/Laporan-Praktikum-Fisika
12
DOKUMENTASI PERCOBAAN
13
14
15