Sistem dan peraturan merupakan sarana dan alat untuk menyusun dan mengatur kerja dan
gerakan
Jamaah bergerak sesuai hasil syuro, ketentuan, kebijakan pimpinan yang melambangkan jamaah
Peraturan harus mencakup cara perbaikan bagi setiap kesalahan dan kelalaian
Koordinasi untuk setiap peringkat kepemimpinan, misalnya cabang, biro, departemen dan
sebagainya
Sahabat itu adalah Sawad bin Ghaziyah. Saat itu ia terlihat lebih maju dibandingkan sahabat
lain yang berada dalam barisan yang sama ketika Rasulullah tengah meluruskan barisan
pasukan Badar. “Sawad, luruskan.” Perintah Rasulullah sambil mendorong perutnya dengan
anak panah.
Rasulullah tidak marah. Atau merasa gengsi dikritik. Justru Rasulullah menyingkap perut
beliau dan berkata, “Silahkan balas”. Apa yang terjadi kemudian? Apakah Sawad mendorong
perut Rasulullah dengan anak panah? Ternyata ia justru memeluk Rasulullah dan mencium
perut beliau.
Maka Rasulullah bersabda, “Apa yang mendorongmu berbuat demikian, wahai Sawad?”
Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, telah terjadi apa yang engkau saksikan. Kuingin masa
terakhirku bersamamu, antara kulitku dan kulitmu saling bersentuhan. Akhirnya, Rasulullah
pun mendoakan kebaikan bagi Sawad.
Demikian indahnya implementasi Al-Qiyadah wal Jundiyah generasi pertama umat ini. Dan
untuk episode ini, Badar menjadi saksinya.
Rasulullah mengajarkan, seorang pemimpin (qiyadah) haruslah menjadi teladan (qudwah) bagi
para anggota(jundi)-nya. Maka, ketika Rasulullah dalam kesempatan pernah bersabda
“Barangsiapa pernah berbuat zalim kepada saudaranya, terhadap kehormatannya atau yang
lain, hendaknya meminta orang tersebut menghalalkan dirinya dari perbuatan aniaya tersebut
sebelum datang hari tidak ada uang dinar dan dirham." Beliau memberi contoh pertama kali.
Maka, saat Sawad menuntut "pembalasan" atas Rasulullah, beliau pun mempersilakan; tanpa
sikap marah maupun gengsi.
Rasulullah sebagai pemimpin (qiyadah) juga menunjukkan betapa beliau menyadari bisa saja
ada khilaf dalam setiap keputusannya, karenanya beliau meminta kelapangan dada dan
keikhlasan orang-orang seperti Sawad. Yang menjadi perhatian Rasulullah adalah keridhaan
Allah dan ampunan-Nya, bukan "kehormatannya" sebagai pemimpin atau "rasa malu"
"dikoreksi" oleh sahabatnya.
Qiyadah yang terbaik ini bertemu dengan jundi-jundi terbaik pula. Sawad tidak hendak mencari
kesalahan Rasulullah, tetapi justru menunjukkan cintanya. Demikian pula sahabat-sahabat
lain,radhiyallahu anhum. Sehingga kehidupan yang harmonis, begitu indah dan sangat
mengagumkan diabadikan dalam sejarah. Interaksi al-qiyadah wal jundiyah yang sangat
ideal.
Kita, dalam kehidupan ini –apapun peran kita dan di manapun lingkungan kita- sesungguhnya
juga tak pernah lepas dari al-qiyadah wal jundiyah. Hatta, kita hanya sebagai pemimpin
rumah tangga, atau ibu rumah tangga (bagi akhwat).
Maka keteladanan Rasulullah di atas hendaknya terpatri dalam pikiran kita, lalu mewujud
dalam sikap dan keputusan-keputusan kita. Jika ini yang terjadi, percayalah, sakinah
mawaddah wa rahmah dalam rumah tangga pasti terwujud. Demikian pula baldatun
thayyibatun wa Rabbun ghafur dalam kehidupan bernegara juga menjadi nyata.
Seorang kepala rumah tangga yang menjadi teladan serta menyayangi anak dan istri. Istri yang
taat pada suami. Ibu yang sangat mencintai anak-anaknya. Anak yang menurut pada orang tua.
Alangkah indahnya hidup seperti ini.
Demikian pula pemimpin (qiyadah) yang mencintai anggotanya. Anggota (jundi) yang
mencintai dan mentaati qiyadahnya. Qiyadah yang siap dikritik dan dikoreksi, tanpa "malu"
atau "gengsi". Jundiyah yang tidak mencari kesalahan-kesalahan qiyadahnya namun senantiasa
mendoakan kebaikan bagi mereka. Subhaanallah. Bagaimana menurut Anda? [Muchlisin]
TUJUAN
· Peserta memahami pengertian ma’iyatullah
METODE PENDEKATAN
· Ceramah dan Diskusi
RINCIAN BAHASAN
Pengertian
Ma’iyatullah berarti kebersamaan Allah. Allah selalu bersama dan mengawasi
makhluk-Nya. Ma’iyatullah terbagi atas dua macam :
1. Ma’iyatullah Umum
Yaitu kebersamaan Allah yang meliputi seluruh makhluknya, baik manusia, binatang
maupun tumbuh-tumbuhan, muslim maupun kafir.
2. Ma’iyyatullah khusus
Artinya kebersamaan Allah yang ditujukan khusus untuk orang-orang yang beriman.
Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang beriman ialah berupa :
· Orang yang dimenangkan Allah tidak mungkin bisa dikalahkan oleh siapapun dan
kapanpun meskipun seluruh isi bumi bersatu padu untuk mengalahkannya. Begitu
pula sebaliknya [3:160, 8:9-10].
· Siapa yang menolong diin-Nya maka barulah Allah akan menolongnya [47:7, 22:40]
(c) Pertolongan Allah dapat berupa kehancuran bagi orang-orang kafir, sebagaimana
kehancuran kaum pendusta para nabi dan rasul.
(e) Kemenangan kaum mukmin tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
(2) Kembali ke Islam yang murni seperti yang dibawa Rasulullah SAW memelihara
kemurnian Islam.
(5) Tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan dakwah dan meyakini akan datangnya
pertolongan Allah [2:153].
REFERENSI
Aqidah seorang muslim, Al-Ummah
Al-Umr, Hakikat Pertolongan dan Kemenangan, GIP
Dr. Yusuf Qordhowi, Generasi Mendatang Generasi Yang Menang, GIP
Said Hawwa, Allah, Pustaka Mantiq
Majalah Ishlah, No.56/Th.IV/1996, hal.32