DISUSUN OLEH:
<KELOMPOK 7>
M. Yasir (7183210044)
MANAJEMEN B 2018
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Bisnis yang berjudul Strategi Negosiasi. Kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
Makalah Komunikasi Bisnis ini.
Tujuan kami menulis tugas ini yang utama untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Komunikasi Bisnis. Disamping itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi
banyak orang dan menjadi salah satu sumber ilmu.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan Makalah Komunikasi Bisnis ini, oleh karena itu dengan senang hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini. Semoga Makalah
Komunikasi Bisnis ini bermanfaat bagi para pembaca.
KELOMPOK 7
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
ISI................................................................................................................................................................5
2.1 Gaya Negosiasi..................................................................................................................................5
2.2 Manajemen Konflik Pada Negosiasi.................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................................10
PENUTUP.................................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................10
3.2 Saran................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
ISI
a. Mendorong [push]
memberi informasi, mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak
sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks negosiasi.
b. Menarik [pull]
mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman,
meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita.
2. Kekuatan berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yangn semula.
a. Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak akan mengalah atau mundur,
tidak akan menerima tawaran apapun, kita mengejar sasaran yang tinggi. Gaya keras
menyiratkan ketabahan dan konsentrasi hanya pada kebutuhan sendiri.
b. Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata tidak, menyesuaikan diri
sasaran yang kita kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan
bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan petunjuk jelas
mengenai hasil yang menjadi prioritas. Soft adalah strategi adaptasi. Paling sering digunakan
ketika lebih penting bagi satu sisi untuk menjaga hubungan yang bersahabat.
Menurut Baden Eunson (Conflict Management,2007), terdapat dua model atau gaya
negosiasi yaitu model John Warner dan Joel Aronof dan John Wilson.
Sebagai pakar komunikasi, John Warner telah mengembangkan model gaya negosiasi
yang didasarkan pada empati dan enerji. Empati adalah kemampuan seseorang berhubungan
secara emosional dengan orang lain, misalnya dalam merefleksi perasaan yang sama ketika
orang lain sedih atau gembira. Sementara enerji terkait dengan kemampuan verbal dan non-
verbal. Enerji verbal seseorang misalnya dalam meningkatkan volume suara, dan kecepatan
berbicara, sedang enerji non-verbal berupa bahasa tubuh seperti kontak mata, gerak kepala, dan
gerak tangan. Kebiasaan-kebiasaan tersebut melahirkan empat gaya negosiasi yaitu
pertama; model menggertak lawan (dapatkah anda diam sampai saya selesai bicara?); kedua,
menunjukkan kepercayaan (saya menghargai posisi anda), ketiga, menggerakkan potensi diri
diam-diam (apa yang memotivasi anda untuk berkata seperti itu?); dan keempat gaya
mendiskusikan usulan sesuatu secara hati-hati (biarkan saya meringkas apa yang sedang saya
usulkan).
Berbeda dengan Warner yang ahli komunikasi, Aronof dan Wilson, keduanya ahli
psikologi, telah mengembangkan gaya negosiasi berbasis pada 11 variabel kepribadian sebagai
berikut:
1. Rendah diri: mudah menyalahkan dirinya sendiri, menyerah, memaafkan, mengakui,
bertobat, mengikuti, menerima hukuman.
2. Kebergantungan: mencari bantuan, proteksi, simpati atau pertolongan, dan merasa
terancam kehilangan kekuatan diri.
3. Persetujuan : mengagumi, bekerjasama, menyamai atau melebihi orang lain; dan gemar
memberi dan melayani seorang pemimpin.
4. Sifat otoriter: memegang pada nilai-nilai konvensional, sikap bermusuhan pada orang
lain, meniru pihak lain, dan bersikap antidemokratis.
5. Perintah : berkomunikasi antarpribadi cenderung bernada perintah; dan mengorganisasi
tugas-tugas dan transaksi sosial secara rinci.
6. Afiliasi: berinteraksi dengan pihak lain, mengembangkan keterlibatan orang lain berbasis
kesetaraan dan saling memuaskan.
7. Machiavellianism: suatu paham yang memanfaatkan atau mengeksploitasi orang lain dan
bersifat oportunis untuk kepentingan pribadi.
8. Dominan: memperlihatkan posisi dirinya dengan cara mengarahkan, mempengaruhi, dan
mengajak orang lain.
9. Pengasuhan: memperlihatkan posisi dirinya dengan cara peduli pada pengembangan
individu perorangan, generasi, dan institusi; dalam hal mutu dan manfaat dari suatu
prestasi.
10. Pengakuan: memperlihatkan posisi dirinya dengan cara penampilan personal dalam
memperoleh respek, pujian, dan prestise dari orang lain; memberi perhatian pada
kegiatan yang dihargai orang lain.
11. Prestasi: memperlihatkan posisi dirinya melalui persaingan yang sukses dengan standar
mutu tinggi bahkan sampai tingkat dunia.
Aronof dan Wilson kemudian membagi gaya negosiasi berdasarkan sifat-sifat personal
sebagai berikut. Yang pertama gaya Membuka Pikiran terdiri dari: (1) gaya integratif bersifat
kooperatif yang meliputi variabel kepribadian afiliasi, pretasi, dan pengasuhan, dan (2) gaya
perlawanan bersifat kompetitif yang meliputi variabel kepribadian dominan dan pengakuan.
Yang kedua adalah gaya Menyembunyikan Pikiran terdiri dari: (1) gaya menyenangkan bersifat
kooperatif yang meliputi variabel kepribadian kebergantungan, persetujuan, dan perintah; dan (2)
gaya eksploitatif bersifat kompetitif yang meliputi variabel kepribadian rendah diri, otoriter,
dan machiavellianism.
Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik
dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat
untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang
dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi
konflik yang ringan dan tidak terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau
kehidupan kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah.
Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan
atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak
mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga
sebaiknya hanya digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat
dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang
ini berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya
ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga
merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau
menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah,
tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap
konflik yang timbul antara kedua pihak. Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi
kesempatan kepada pihak lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga
selanjutnya kita bersama bisa menuju ke kuadran pertama.
Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja
sama. Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus
atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang
paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang
biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya. Proses ini memerlukan komitmen
yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka
panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak
memahami dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan
penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
http://www.makalah.co.id/2015/10/makalah-negosiasi-dalam-komunikasi.html
https://ind.mentorbizlist.com/4154905-the-basis-style-and-structure-of-the-negotiations
https://ronawajah.wordpress.com/2008/03/30/gaya-bernegosiasi/