Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REVIEW

Mata Kuliah: Manajemen Risiko

Dosen Pengampu: Dita Amanah, SE., M.BA., Dr.

DIANA ANTA M. SIHOMBING (7182210016)


DINA LESTARI SIPAHUTAR (7182210011)
FARADILLA MAIRANI (7182210018)
YANTI SINAGA (7183210026)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan
kasih karunia Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Review ini dengan
harapan dapat bermanfaat di mata kuliah Manajamen Risiko ini.

Dalam penulisan Critical Book Review ini tidak terlepas dari petunjuk dan bimbingan
serta masukan dari semua pihak. Untuk itu saya berterimakasih kepada dosen pengampu,
orangtua, dan semua teman kami yang sedikit banyaknya telah membantu saya baik dari
segi moral maupun moril.

Critical Book Review ini berusaha disusun dengan selengkap-lengkapnya. Saya


menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan, bahasa,
isi maupun segi lainnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga saya dapat memperbaikinya menjadi lebih
baik di masa mendatang.

Medan, November 2020

Penulis
BUKU I

Judul Bab Buku Bab 2 Risiko Operasional


Bab 3 Risiko Kredit
Nama Buku Manajemen Resiko untuk Bank Perkreditan Rakyat dan Lembaga
Keuangan Mikro
Nama Penulis Buku Sri Hayati, S.E,. M.Si
Halaman 27-141
Tahun 2017
ISBN 978-979-29-6267-3
Sinopsis (Ringkasan) Bab 2 Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya
bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi
disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen yang
dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Contoh risiko operasional
adalah risiko pada peralatan perusahaan yang rusak, komputer yang
terserang virus, kecelakaan kerja, kesalahan pembelian barang, dan
tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dan sebagainya.
Ada beberapa faktor yang mampu memberi pengaruh pada
terbentuknya operational risk, yaitu:
a. Risiko pada komputer (Computer risk)
Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor yang
terserang oleh virus, komputer adalah teknologi yang selalu
mengalami perubahan terutama pada setiap program yang
ditawarkan sehingga mengharuskan kualitas IT dari para
personelnya juga dapat di-update setiap waktunya dengan
tujuan berbagai permasalahan yang akan timbul di kemudian
hari dapat dihindari, dan komputer masuk dalam kategori IT
yang memiliki nilai pasar yang tinggi sehingga setiap
pergantian perangkat komputer dan biaya tenaga ahlinya
selalu membutuhkan biaya yang tinggi.
b. Kerusakan maintenance pabrik
Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat, biaya
service dengan mendatangkan ahli jika perusahaan tidak
memilikinya, dan biaya pergantian dalam bentuk pembelian
baru beberapa peralatan pabrik.
c. Kecelakaan kerja
Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang
telah diterapkan selama ini karena dianggap tidak efektif
sehingga untuk menyempurnakan konsep manajemen kerja
yang baik kadang harus mengundang konsultan dalam bidang
yang bersnagkutan, bila kecelakaan kerja sering terjadi dan
sering mendapat sorotan dari pihak jurnalistik maka ini bisa
berakibat pada turunnya reputasi perusahaan di maa
konsumen dan mitra bisnis, dan jika perusahaan tidak
menerapkan konsep keselamatan kerja dengan baik maka
pada saat mengajukan pinjaman ke perbankan akan
mengalami kendala.
d. Kesalahan dalam pembukuan secara manual
Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat pada umumnya
di kertas yang bisa basah, terbakar atau hilang. Jika
kesalahan dalam pencatatan manual secara pembukuan
terjadi maka penyelesaian dan pemcarian sumber masalahnya
juga harus dilakukan secara manual. Proses penyusunan
pembukuan akan berlangsung dengan waktu yang lama
sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan efektif. Setiap
pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor pos
atau jasa pengiriman surat.
e. Kesalahan pembelian barang dan tidak ada kesepakatan
bahwa barang yang sudah dibeli dapat ditukar kembali
f. Pegawai outsourching.
Pegawai tersebut bukan pegawai tetap. Rahasia perusahaan
selama ia bekerja memungkinkan sekali untuk diketahui
publik luar ketika ia tidak lagi bekerja di perusahan tersebut.
g. Globalisasi dalam konsep dan produk
Turunan dari risiko operasional:
• Risiko strategis
• Risiko kepatuhan
• Risiko hukum
• Risiko reputasi

Bab 3 Risiko Kredit


Risiko kredit (Credit risk) adalah suatu risiko kerugian yang
disebabkan oleh ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur atas
kewajiban pembayaran utangnya baik utang pokok maupun
bunganya ataupun keduanya.

Risiko pemberi pinjaman atas konsumen:


Kebanyakan pemberi pinjaman menggunakan cara penilaian
kelayakan kredit mereka masing-masing guna membuat
peringkat risiko konsumen lalu kemudian mengaplikasikannya
terhadap strategi bisnis mereka. Dengan produk-produk seperti
pinjaman pribadi tanpa jaminan atau kredit pemilikan rumah,
kreditur akan mengenakan suku bunga yang tinggi terhadap
konsumen yang berisiko tinggi dan sebaliknya. Pada pinjaman
berulang seperti pada kartu kredit dan overdraft, risiko ini
dikontrol dengan cara penetapan batasan kredit yang saksama.
Beberapa produk mensyaratkan adanya jaminan yang biasanya
dalam bentuk (properti).

Risiko pemberi pinjaman atas bisnis:


Debitur akan menawarkan biaya / keuntungan dari suatu
pinjaman berdasarkan dari risiko dan suku bunga yang
dikenakan, namun suku bunga ini bukan hanya satu-satunya
metode kompensasi untuk risiko yang dihadapi. Perlindungan
tambahan dalam bentuk pembatasan sebagaimana diatur dalam
perjanjian kredit memungkinkan dilakukannya pengawasan oleh
pemberi pinjaman (kreditur) atas peminjam (debitur) yaitu
misalnya dalam bentuk:
• Pembatasan terhadap debitur atas tindakan-tindakan yang
dapat memengaruhi keuangan debitur misalnya
melakukan pembelian kembali saham, melakukan
pembayaran deviden, atau melakukan peminjaman baru.
• Kewenangan untuk melakukan pengawasan atas utang
dengan cara mensyaratkan adanya audit dan laporan
keuangan bulanan.
• Hak kepada kreditur untuk meminta pelunasan seketika
atas utang yang diberikannya apabila terjadi suatu
peristiwa khusus ataupun apabila rasio keuangan seperti
utang / ekuiti menurun.
Saat ini terdapat inovasi untuk melindungi kreditur dan
pemegang obligasi terhadap risiko gagal bayar yaitu dalam
bentuk kredit derivatif yang dikenal dengan istilah credit default
swap. Dengan kontrak keuangan ini maka perusahaan
dimungkinkan untuk membeli suatu perlindungan (proteksi)
terhadap risiko gagal bayar dari pihak ketiga selaku penjual
perlindungan. Penjual perlindungan ini memperoleh imbal jasa
secara periodik sebagai bentuk kompensasi atas risiko yang
diambil alih olehnya yaitu dalam bentuk kesepakatan untuk
membeli tagihan tersebut apabila terjadi gagal bayar.

Risiko yang dihadapi perusahaan:


Perusahaan menghadapi "risiko kredit" dalam hal misalnya
perusahaan tidak menerima "pembayaran dimuka" secara tunai
untuk produk atau jasa yang dijualnya.[1] . Dengan melakukan
penyerahan barang atau jasa di depan dan menagih pembayaran
kelak maka perusahaan menanggung suatu risiko selama
tenggang waktu penyerahan barang atau jasa dengan waktu
pembayaran. Beberapa perusahaan memiliki departemen risiko
kredit yang bertugas untuk menilai kesehatan finansial dari
konsumennya guna memutuskan pemberian kredit lebih lanjut
atau tidak. Dalam hal ini dapat juga digunakan jasa pihak ketiga
yaitu peruisahaan yang menyediakan jasa dibidang penilaian
kredit dengan memberikan peringkat kredit seperti misalnya
Moody's, Standard & Poor's, Fitch Ratings dan lainnya yang
menyediakan informasi berbayar. Risiko kredit ini tidak dengan
sungguh-sungguh dikelola oleh perusahaan kecil yang hanya
memiliki 1 atau 2 konsumen saja, sehingga perusahaan ini sangat
rentan terhadap masalah gagal bayar atau keterlambatan
pembayaran oleh konsumennya.

Risiko yang dihadapi individu:


Konsumen dapat menemui risiko kredit dalam bentuk langsung
misalnya sebagai deposan di bank atau sebagai debitur. Mereka
dapat juga menghadapi risiko kredit sewaktu melakukan
transaksi dagang dengan cara penyerahan uang muka kepada
mitra pengimbang misalnya untuk melakukan pembelian rumah
atau penyewaan rumah. Karyawan dari suatu perusahaan juga
amat tergantung pada kemampuan perusahaan dalam melakukan
pembayaran gaji juga termasuk yang menghadapi risiko kredit
dalam stausnya sebagai karyawan. Pada beberapa kasus,
pemerintah menyadari bahwa kemampuan para individu ini
untuk melakukan evaluasi atas risiko kredit sangat terbatas dan
risiko ini dapat mengurangi efisiensi ekonomi sehingga
pemerintah melakukan berbagai mekanisme dan langkah hukum
guna melindungi konsumen terhadap risiko ini. Deposito bank
pada beberapa negara dijamin dengan asuransi (hinga batasan
nilai tertentu) untuk deposito individu / perorangan, yang secara
efektif akan mengurangi risiko kredit mereka terhadap bank dan
meningkatkan kepercayaan mereka menggunakan jasa
perbankan.
BUKU II

Judul Bab Buku Bab 2 Risiko Kredit


Bab 3 Risiko Operasional
Nama Buku Strategi Manajemen Risiko Bank
Nama Penulis Buku Ikatan Bankir Indonesia
Desain cover : suprianto
Layout : fajarianto
Halaman 29
Tahun 2016
ISBN 978-602-03-3390-8
Sinopsis (Ringkasan) Bab 2 Risiko kredit
Risiko kredit merupakan risiko nasabah tidak dapat memenuhi
kewajiban yang sudah jatuh tempo. Pengendalian risiko mencakup
pengelolaan risiko kredit secara individual dan portofolio. Kredit
bank pada umumnya dibagi menjadi beberapa segmen, seperti
koorporasi, komersial, consumer, mikro, kartu kredit, dan
sebagainya. Semua segmen pada dasarnya mempunyai elemen
control yang sama dengan kedalaman yang berbeda dari satu segmen
kredit ke segmen lainnya. Pengelolaan risiko kredit termasuk
aktivitas sebagai berikut :
1. Analisis kredit meliputi berbagai aspek-aspek seperti
manajemen, aspek ekonomi dan industry, aspek pemasaran,
aspek teknis, aspek keuangan, aspek legal dan angunan,
penetapan struktur kredit, serta penetapan persyaratan kredit.
2. Sistem rating dan scaring digunakan untuk membedakan
kualitas debitur dilihat dari parameter kuantitatif dan
kualitatif sehingga bank dapat menetapkan bunga kredit yang
berbeda sesuai risiko debitur. Untuk redit consumer para
sisitem scaring akan lebih dominan dibandingkan para
segmen komersial.
3. Proses supervisi dan monitoring kredit yang sudah ada dalam
portofolio bank, sebagai sarana yang memberi tanda
peringatan dini bagi nasabah yang menurun kualitasnya.
4. Manajemen portofolio kredit menegendalikan risiko
konsentrasi kredit pada sector industry tertentu, wilayah
pemasaran tertentu atau grup nasabah tertentu dan memberi
informasi bagi bank kategori kredit yang dapat
dikembangkan dan kategori mana yang harus diperlambat
pertubuhannya atau dihentikan untuk sementara waktu.
5. Proses pengelolaan kredit bermasalah, dimana bank
emepunyai berbagai alternative solusi seperti penjadwalan
kembali pembayaran pokok dan bunga; memberi bunga
khusus, termasuk melikuidasi agunan; dan bank dapat
menetapkan metode yang paling optimal bagi bank, yaitu
alternative solusi yang memberi kerugian yang paling kecil
bagi bank.
6. Melakukan proses stress testing untuk memastikan bahwa
dalam kondisi krisis, bank dapat menjaga agar masalah pada
portofolio kredit dapat diatasi.
7. Menentukan bunga kredit dengan mempertimbangkan biaya
dana, biaya-biaya yang harus dibayar, seperti biaya GWM
(giro wajib minimum), iuran LPS dan iuran OJK, biaya
overhead, biaya modal, baiaya premi risiko serta baiya pajak.
Kebutuhan modal minimum sesuai ketentuan Based II pilar 1
atau ketentuan bank Indonesia menegenai kewajiban penyediaan
modal minimum (KPMM) dapat ditentukan sebagai berikut.
1. Metode standar
2. Metode internal rating based Foundation (FIRB)
3. Metode internal rating based advance (AIRB)

Bab 3 Risiko Operasional


Risiko operasional adalah potensi kerugian akibat factor
manusia, ketidakcukupan prosedur, masalah sistem dan akibat factor
eksternal. Bank wajib memiliki kerangka kerja untuk mengendalikan
risiko operasional dan harus mengupayakan untuk melakukan
mitigasi, agar level resiko operasional tidak melampaui toleransi
risiko yang yang sudah ditetapkan. Kemudian bank harus
mempunyai metodologi untuk menentukan kecukupan modal untuk
menutup risiko operasional.
Dalam melakukan rencana bisnis bank dapat melakukan
kesalahan dalam proses kerja. Bank melakukan proses RCSA (risk
and control self-assegment) untuk kesalahan yang belum terjadi, dan
berupaya mencegah melalui sistem control tertentu. Untuk kesalahan
yang sudah terjadi bank melakukan proses event ascalation serta
mencatat kejadian tersebut dalam LED (loss event database) atau
escalation beseta mitigasi resiko tersebut tidak terulang kembali.
Selain risiko operasional terkait proses kerja, bank juga
melaksanakan proses BCM (Business Continuity Management) agar
untuk setiap peristiwa ekstrem yang terjadi, bank sudah
mempersiapkan diri untuk dapat beroperasi segera, khususnya untuk
aktivitas bank yang vital seperti pelayanan nasabah. Selain itu, bank
juga melakukan prosedur APU (Anti Pencucian Uang) dan PPT
(Pencegah Pendanaan Terorisme) yang intinya mencegah bank
dijadikan sarana lalu lintas keuangan illegal, seperti uang hasil
korupsi, hasil perdagangan obat terlarang dan untuk membaiyai
kegiatan terorisme.
Modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko operasional dapat
dihitung sebagai berikut :
1. Metode Basic Indikator Approach (BIA)
2. Metode The Standardized Approach (ISA)
3. Metode Advance Measurement Approach (AMA)

Anda mungkin juga menyukai