Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

INFORMED CHOICE, KEWENANGAN BIDAN, DAN


EVIDENCE BASED
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Informed Choice, Kewenangan
Bidan, dan Evidence Based. Makalah ini berisi tentang Informed Choice,
Kewenangan Bidan, dan Evidence Based dalam mata kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
Makalah ini sudah kami buat dengan semaksimal mungkin, namun
mungkin saja makalah ini terdapat kesalahan di sana-sini baik dalam teknik
pembahasan juga dalam penulisannya.
Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf kepada semua pihak
yang berkesempatan membaca makalah ini.
Seiring dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
1. Rekan-rekan yang tak lelah bekerja sama dalam mengerjakan makalah ini.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan konsep Informed Choice,
Kewenangan Bidan, dan Evidence Based.

Tasikmalaya, 12 Februari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Informed Choice Dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB............4


2.2 Informed Concent Dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB........12
2.3 Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB......19
2.4 Pengertian Evidence Based Kesehatan Reproduksi dan KB...................21
2.5 Contoh Praktik Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB.....................22
2.6 Rumor dan Fakta Tentang Kesehatan Reproduksi dan KB....................26

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................41


3.2 Saran ......................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................42

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam rangka upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) dibutuhkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas, khususnya dalam konsep dasar kesehatan reproduksi. Sebagai
tenaga kesehatan yang memiliki posisi strategis, bidan harus mempunyai
kompetensi dalam hal konsep dasar kesehatan reproduksi.
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan
dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan
dan penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto, 2004; 27). KB adalah
proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak
anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78). Tujuan Keluarga
Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB
diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya
manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran
dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung
yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan
tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu
dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera
(Handayani, 2010; 29).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan informed choice dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
2. Apa yang dimaksud dengan informed concent dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
3. Apa saja kewenangan bidan dalam asuhan kesehatan reproduksi dan
KB?
4. Apa yang dimaksud dengan evidence based dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
5. Apa saja contoh praktik pelayanan kesehatan reproduksi dan KB?
6. Apa saja rumor dan fakta tentang kesehatan reproduksi dan KB?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan
Perencanaan Keluarga tentang Informed Choice, Kewenangan Bidan
dan Evidence Based.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui apa pengertian informed choice dalam asuhan
kesehatan reproduksi dan KB.
b. Mengetahui apa itu pengertian informed consent dalam asuhan
kesehatan reproduksi dan KB.
c. Mengetahui dan memahami kewenangan bidan dalam asuhan
kesehatan reproduksi dan KB.
d. Mengetahui dan memahami evidence based dalam asuhan
kesehatan reproduksi dan KB.
e. Mengetahui jenis pelayanan praktik pelayanan kesehatan
reproduksi dan KB.
f. Mengetahui dan memahami rumor dan fakta tentang kesehatan
reproduksi dan KB

2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan
pemikiran tentang Informed Choice, Kewenangan Bidan dan Evidence
Based dalam Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang
Informed Choice, Kewenangan Bidan dan Evidence Based dalam
Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Informed Choice dalam Kesehatan Reproduksi dan KB
2.1.1 Pengertian
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan mengenai
metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami
kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya atau
keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
pemberian informasi yang obyektif, akurat, dan mudah dimengerti
oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari
berbagai alternatif yang tersedia.
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan
(Choice) harus dibedakan dari persetujuan (Concent). Persetujuan
penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur
yang dilakukan oleh bidan, sedangkan pilihan (Choice) lebih
penting dari sudut pandang wanita (Klien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.
Klien yang melakukan Informed Choice akan lebih baik dalam
menggunakan KB karena, diantaranya:
2.1.1.1 Informed Choice adalah suatu kondisi calon peserta KB
yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang
cukup setelah mendapat informasi KIP/K.
2.1.1.2 Memberdayakan para klien untuk melakukan Informed
Choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang
berkualitas.
2.1.1.3 Bagi calon peserta KB baru, Informed Choice menjadi
proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.

4
2.1.1.4 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek
samping, komplikasi, dan kegagalan tidak terkejut karena
sudah mengerti kontrasepsi yang akan dipilihnya.
2.1.1.5 Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang
timbul dikalangan masyarakat.
2.1.1.6 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek
samping atau komplikasi akan cepat berobat ke tempat
pelayanan.
2.1.1.7 Bagi peserta KB yang Informed Choice berarti akan terjaga
kelangsungan kontrasepsinya.

2.1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan informed choice adalah untuk mendorong wanita
memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan
dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa
hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal
ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan
oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.

2.1.3 Rekomendasi
Adapun rekomendasi untuk pemberian informed choice,
diantaranya bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat
keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan
pelayanan yang aman dan dapat memuaskan kliennya. Pada
rekomendasi bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan
jujur dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan
menggunakan media alternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam
bentuk tatap muka secara langsung. Bidan dan petugas kesehatan

5
lainnya perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang mereka ambil sendiri. Dengan berfokus pada
asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak
perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian
ulang yang objektif dan bermitra dengan wanita dari sistem asuhan
dan suatu tekanan positif.

2.1.4 Bentuk Pilihan Informed Choice Dalam Pelayanan Kebidanan


Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh
pasien diantaranya :
2.1.4.1 Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan
laboratorium atau screaning antenatal.
2.1.4.2 Tempat bersalin (Polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas
perawatan di RS.
2.1.4.3 Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan.
2.1.4.4 Pendampingan waktu bersalin.
2.1.4.5 Clisma dan cukur daerah pubis.
2.1.4.6 Metode monitor denyut jantung janin.
2.1.4.7 Percepatan persalinan.
2.1.4.8 Diet selama proses persalinan.
2.1.4.9 Mobilisasi selama proses persalinan.
2.1.4.10 Pemakaian obat pengurang rasa sakit.
2.1.4.11 Pemecahan ketuban.
2.1.4.12 Posisi ketika bersalin.
2.1.4.13 Episiotomi.
2.1.4.14 Penolong persalinan.
2.1.4.15 Keterlibatan suami waktu bersalin, misalnya pemotongan
tali pusat.

6
2.1.4.16 Cara memberikan minuman bayi.
2.1.4.17 Metode pengontrolan kesuburan.
2.1.5 Konseling
2.1.5.1 Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) serta kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling yang standar.
Konseling umum sering dilakukan di lapangan (Non -
klinik). Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi
KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan.
Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai
metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan, dan fungsi reproduksi keluarga.

2.1.5.2 Konseling Spesifik


Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter, bidan, atau
konselor. Pelayanan konseling spesifik dilakukan di klinik
dan diupayakan agar diberikan secara perorangan di
ruangan khusus. Pelayanan konseling di klinik dilakukan
untuk melengkapi dan sebagai pemantapan hasil konseling
lapangan. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik
tentang metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan,
keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.

2.1.5.3 Konseling Pra – Pasca Tindakan


Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh
konselor, dokter, atau bidan. Pelayanan konseling ini juga
dilakukan di klinik secara perorangan. Konseling ini
meliputi penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan
dilaksanakan (Pra, selama, dan pasca) serta penjelasan lisan
atau instruksi tertulis asuhan mandiri.

7
2.1.5.4 Teknik Konseling KB
Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien,
diantaranya :
2.1.5.4.1 Bicaralah dengan suara yang menunjukkan
perhatian dan minat untuk membantu dan
menunjukkan sikap bersahabat.
2.1.5.4.2 Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah
jawaban.
2.1.5.4.3 Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang
memungkinkan klien untuk menjawab dalam
bentuk cerita, misalnya tentang keadaan
keluarganya, kesulitan hidup, pekerjaan, dan
sebagainya yang mungkin menjadi dasar
keinginannya untuk melaksanakan KB atau
memilih cara KB.
2.1.5.4.4 Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup
yang hanya mungkin dijawab dengan “Ya” atau
“Tidak”. Perhatikan pula bahwa anda
mengajukan pertanyaan yang tidak mengarahkan,
tetapi mendorong agar klien mau dan merasa
bebas untuk bercerita lebih lanjut, misalnya
kalimat sebagai berikut : “Apa yang bisa saya
bantu?” atau “Apa yang anda ketahui
mengenai....”
2.1.5.4.5 Pakailah kata - kata seperti “Lalu?”, “Dan?”,
“Oooo”. Komentar kecil ini biasanya mampu
mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
2.1.5.4.6 Jangan mengajukan pertanyaan bernada
memojokkan seperti “Mengapa begitu?”, “Kok

8
begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud
mengetahui alasannya, nada demikian dapat
menimbulkan salah pengertian, misalnya ia
merasa disalahkan.
2.1.5.4.7 Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien
tidak begitu mengerti maksud pertanyaan anda.

2.1.5.5 Contoh Pemberian Konseling KB


2.1.5.5.1 Teknik “Gather”
G - Greet :
Memberi salam, mengenalkan diri, dan membuka
komunikasi.
A – Ask :
Menanyakan keluhan atau kebutuhan klien dan
menilai apakah keluhan atau keinginan yang
disampaikan memang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi.
T – Tell :
Memberikan informasi dan pilihan mengenai
metode KB yang tersedia dan yang cocok untuk
klien (Kelebihan dan keterbatasan). Tanyakan
mengenai empat hal berikut, diantaranya,
“Apakah masih ingin memiliki anak?”, “Apakah
sedang menyusui anak berusai <6 bulan?”,
“Apakah suami mau bekerjasama dalam
menggunakan kontrasepsi yang diinginkan?
(Pantang berkala, kondom)” atau “Apakah
memiliki pengalaman tidak menyenangkan
dengan metode KB sebelumnya?”.
H - Help :

9
Bantu klien untuk memutuskan metode KB
terbaik sesuai dengan kebutuhan (Informed
Choice). Apabila terdapat kontraindikasi terhadap
metode yang diinginkan, bantu klien untuk
memilih metode KB alternatif.
E-Explain :
Menjelaskan mengenai cara penggunaan metode
KB yang tepat lalu meminta klien untuk
menjelaskan kembali. Ingatkan juga klien tentang
efek samping yang mungkin terjadi dan kapan
diperlukan kunjungan kembali.
R- Return :
Jelaskan bahwa klien perlu untuk kembali
apabila,
Ingin memakai metode yang berbeda, mengalami
efek samping dalam menggunakan KB, ada tanda
bahaya, butuh kontrasepsi darurat, dan kontrol
dalam penggunaan AKDR.

2.1.5.5.2 Teknik “Sa – Tu – Ju”


SA :
Sapa dan Salam kepada klien secara terbuka dan
sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada
mereka dan berbicara di tempat yang nyaman
serta terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien
apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan
apa yang diperoleh.
T:
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.
Bantu klien untuk berbicara mengalami
pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan

10
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba
tempatkan diri kita didalam hati klien.

U:
Uraian dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi,
bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini.
TU :
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah
klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah
klien untuk menunjukkan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan.
J:
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya.
U:
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan
dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali
untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.

2.1.6 Perbedaan Pilihan (Choice) dan Persetujuan (Concent)


Adapun perbedaan pilihan (choice) dengan persetujuan (consent),
diantaranya :
2.1.6.1 Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien
sebagai penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan
gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan
merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya
sendiri.

11
2.1.6.2 Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan,
karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan
otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.

2.2 Informed Concent Dalam Kesehatan Reproduksi dan KB


2.2.1 Pengertian
Pengertian informed consent berasal dari kata “Informed” yang
berarti telah mendapat penjelasan, dan kata “Consent” yang berarti
telah memberikan persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud
informed consent ini adanya persetujuan yang timbul dari
informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap suatu tindakan
medis yang akan dilakukan kepadanya sehubungan dengan
keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
Informed consent, yakni :
2.2.1.1 Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik
suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
2.2.1.2 Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya
apabila akibat kondisi tertentu klien tidak dapat melakukan
hal tersebut.
2.2.1.3 Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung
risiko terhadap keselamatan klien (Baik yang terduga atau
tak terduga sebelumnya).
Istilah informed consent dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No 290/Menkes/Per/III/2008 diterjemahkan
menjadi “Persetujuan Tindakan Kedokteran”, yang terdapat pada
Bab I Pasal 1, yaitu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.

12
Pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan
kepada calon klien KB harus disampaikan selengkap - lengkapnya,
jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan dipilih oleh
calon klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi penting
sekali adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada
anggapan bahwa banyak klien sering melupakan informasi lisan
yang telah diberikan oleh dokter atau bidan. Maka dari itu untuk
mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis.

2.2.2 Ketentuan Pelaksanaan


2.2.2.1 Surat Persetujuan
Jika kontrasepsi yang dipilih klien memerlukan tindakan
medis, Surat Persetujuan Tindakan Media (Informed
consent) diperlukan. Inform consent adalah persetujuan
yang
diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi
dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap klien. Setiap tindakan medis yang
mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang
di tandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan,
yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan
sehat mental.

2.2.2.2 Persetujuan tindakan medis oleh pasangan suami istri


Dengan dilakukannya tindakan medis termasuk kontrasepsi
mantap, maka perlunya izin dari kedua belah pihak.
Berbeda dengan tindakan medis lainnya yang hanya
memerlukan izin dari pihak yang akan mengalami tindakan
tersebut.
Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan
alasan sebagai berikut:

13
2.2.2.2.1 Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui
bahwa pasangannya secara sadar telah
memberikan persetujuan terhadap tindakan
medis.
2.2.2.2.2 Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya
untuk memberikan persetujuan (Atau sebaliknya)
kecuali pada kondisi khusus tertentu.
2.2.2.2.3 Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi
penentu dalam memberikan persetujuan tetapi
secara hukum, hal tersebut hanya merupakan
persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan
pemahaman risiko yang mungkin timbul dari
prosedur klinik yang akan dilakukan.

2.2.2.3 Daftar Tilik Untuk Petugas


Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan medis
terdapat daftar tilik untuk petugas yang digunakan untuk
mengingatkan petugas adanya beberapa aspek yang harus
dijelaskan beberapa klien melalui beberapa pertanyaan
yang berkaitan dengan metode kontrasepsi Metode Operasi
Pria atau Wanita, implan, dan AKDR (Cara kerja,
kontraindikasi, efek samping, komplikasi, kegagalan,
keuntungan, atau kerugian, jadwal atau tempat kunjungan
ulang, persyaratan MOP/WOW dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR atau implan dan
jadwal pencabutannya, serta kategori pencabutan AKDR
atau Implan).

2.2.3 Penapisan Klien


Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi (Misalnya pil, suntikan, atau AKDR) adalah untuk

14
menentukan apakah terdapt kehamilan, keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus, atau masalah (Misalnya diabetes
atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut.
Untuk memudahkan dalam melakukan penapisan, dapat digunakan
tabel sebagai berikut :

Metode Hormonal (Pil kombinasi, pil progestin, YA TIDAK


suntikan dan susuk)
Apakah hari pertama haid terahir 7 hari yang
lalu atau lebih ?
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6
minggu pasca persalinan ?
Apakah mengalami perdarahan atau perdarahan
bercak antara haid setelah senggama ?
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata ?
Apakah pernah sakit kepala hebat atau
gangguan visual ?
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (Edema) ?
Apakah pernah tekanan darah di atas 160
mmHg (Sistolik) atau 90 mmHg (Diastolik) ?
Apakah ada massa atau benjolan pada
payudara ?
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti
kejang (Epilepsi) ?
AKDR (Semua jenis pelepas tembaga dan YA TIDAK
progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang
lalu ?
Apakah klien (Pasangan) mempunyai pasangan
sex yang lain ?
Apakah pernah mengalami infeksi menular sex
(IMS) ?
Apakah pernah mengalami penyakit radang
panggul atau kehamilan ektopik ?

15
Apakah pernah mengalami haid banyak (Lebih
1-2 pembalut tiap 4 jam) ?
Apakah pernah mengalami haid lama (Lebih
dari 8 hari) ?
Apakah pernah mengalami disminorhea berat
yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat
baring ?
Apakah pernah mengalami perdarahan atau
perdarahan bercak antara haid atau setelah
senggama ?
Apakah pernah mengalami gejala penyakit
jantung valvular atau congenital ?

2.2.4 Klasifikasi Persyaratan


Bagaimana meyakini bahwa klien tidak hamil? Klien tidak hamil
apabila tidak bersenggama sejak haid terakhir, bila sedang
memakai metode efektif secara baik dan benar, di dalam 7 hari
pertama haid terakhir. Di dalam 4 minggu pasca persalinan
menyusui dan tidak haid.
Uji kehamilan di Laboratorium yang biasa tidak selalu menolong,
tetapi tersedia uji kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia
tes kehamilan yang sensitif, klien dianjurkan memakai kontrasepsi
barier sampai haid berikutnya. Keadaan atau kondisi yang
mempengaruhi persyaratan medis dalam penggunaan setiap metode
kontrasepsi yang tidak permanen dikelompokkan dalam 4 katagori,
diantaranya :
2.2.4.1 Kondisi dimana tidak ada pembatasan apapun dalam
penggunaan metode kontrasepsi.
2.2.4.2 Penggunaan kontrasepsi lebih besar manfaatnya
dibandingkan dengan resiko yang diperkirakan akan terjadi.
2.2.4.3 Resiko yang diperkirakan lebih besar daripada manfaat
penggunaan kontrasepsi.

16
2.2.4.4 Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut
digunakan.
Khusus untuk kontrasepsi mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
digunakan klasifikasi lain, diantaranya :
2.2.4.1 Tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi
digunakan klasifikasi mantap.
2.2.4.2 Tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi
dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
2.2.4.3 Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai
kondisi medis diperbaiki. Sementara itu berikan metode
kontrasepsi lain.
2.2.4.4 Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga
yang sangat berpengalaman dan perlengkapan anestesi
tersedia.

2.2.5 Catatan Tindakan dan Pernyataan


Setelah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed
consent, pelayanan kontrasepsi dilakukan. Pada halaman belakang
lembar persetujuan tindakan medis terdapat catatan tindakan dan
pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan.
Catatan tindakan dan pernyataan tersebut memuat catatan tindakan
yang dilakukan yaitu metode keberhasilan tindakan, waktu, serta
pernyataan dari petugas bahwa pelayanan yang diberikan sudah
sesuai dengan standar. Informed consent juga dilakukan pada
pasangannya dengan alasan sebagai berikut :
2.2.5.1 Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa
pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan
terhadap tindakan medis.
2.2.5.2 Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk
memberikan persetujuan (Atau sebaliknya) kecuali pada
kondisi khusus atau tertentu.

17
2.2.5.3 Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu
dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal
tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap
konsekuensi biaya dan pemahaman risiko yang mungkin
timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.

2.2.6 Contoh Format Informed Concent

PERSETUJUAN PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ……………………………
Umur : …………………………… th
Alamat : ……………………………
Adalah bertindak sebagai diri saya/Orang tua/Suami/Keluarga dari penderita :
Nama : ……………………………
Umur : …………………………… th
Alamat : ……………………………
Setelah mendapat penjelasan dan pengertian tentang tindakan medis yang akan dilakukan
berkaitan dengan KELUARGA BERENCANA dan segala resiko yang bisa terjadi, maka kami
menyerahkan sepenuhnya dengan ikhlas untuk dilakukan persalinan dengan tindakan :
Suntik KB, Pemasangan /Pelepasan IUD, Pemasangan /Pelepasan Implant/...................
Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran atas resiko tindakan medis yang akan
diberikan. Bila dikemudian hari terjadi resiko yang berhubungan dengan tindakan tersebut
maka kami tidak akan menuntut sesuai hukum yang berlaku.
Demikian pernyataan ini kami buat, agar dapat dipergunakan seperlunya.
,…………………….2020
Pukul :………………….WIB
Yang memberi penjelasan,
Penderita,
Bidan,

……………………
……………………
Keluarga/Saksi

18
2.3 Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB
2.3.1 Permenkes No 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan:
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus
bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (Dilakukan di bawah supervisi dokter).
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan.
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah, dan anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya.
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah

19
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya,
serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang
telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau kelurahan atau desa)
yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan
sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kewenangan bidan untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal
tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut
sudah terdapat tenaga dokter.

2.3.2 UU No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan


1. Pasal 51
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf c, Bidan berwenang
melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 52
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu,
pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49 sampai dengan Pasal 51 diatur dengan
Peraturan Menteri.

20
2.3.3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 Tahun 2017 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan: a. pelayanan kesehatan ibu; b.
pelayanan kesehatan anak; dan c. pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan: a.
penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana; dan b. pelayanan kontrasepsi oral,
kondom, dan suntikan.

2.4 Evidence Based Kesehatan Reproduksi dan KB


2.4.1 Evidence Based
Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM)
adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti
ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita.
Dengan demikian, dalam praktek, EBM memadukan antara
kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah
terkini yang paling dapat dipercaya.
Sedangkan, evidence base dalam kesehatan reproduksi jika ditinjau
dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence base dapat
diartikan sebagai, “Evidence” bukti, fakta dan “Base” data. Jadi
evidence base adalah proses sistematis untuk mencari, menilai,
dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan klinis.

21
2.4.2 Evidence Based Kesehatan Reproduksi dan KB
Berdasarkan visi misi BKKBN, program keluarga berencana
nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk. dalam kontribusi tersebut,
BKKBN telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga
terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar
perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga yang
berkualitas.
Contoh evidence base pada praktik pelayanan KB adalah
munculnya kontrasepsi IUS yang merupakan pembaharuan dari
kontrasepsi IUD.

2.5 Contoh Praktik Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB


2.5.1 Praktik Bidan
Bidan adalah tenaga profesional yang bertanggungjawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk
memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil,
masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya
pencegahan, promosi persalinan normal, kesehatan reproduksi dan
KB, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, serta akses bantuan
medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan
kegawatdaruratan.

2.5.2 Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (SpOG)


Dokter kandungan adalah dokter yang mendalami kesehatan sistem
reproduksi wanita. Dokter yang sering juga disebut sebagai dokter
spesialis obstetri dan ginekologi atau disingkat 'Obgin' inilah yang

22
utamanya berperan dalam membantu memeriksa ibu hamil,
membantu persalinan, perawatan setelah persalinan serta kesehatan
reproduksi dan KB.

2.5.3 Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (SpKK)


Dokter (SpKK) merupakan dokter yang fokus menangani beragam
masalah kesehatan kulit dan kelamin, baik pada pria maupun
wanita. Tugas dokter spesialis kulit dan kelamin adalah
mendiagnosa dan memberikan penanganan sesuai dengan keluhan
yang dirasakan.

2.5.4 PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)


Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memelopori gerakan
Keluarga Berencana di Indonesia. Kepekaan dan kepedulian PKBI
terhadap masalah kesehatan perempuan pada gilirannya
menyadarkan masyarakat untuk menempatkan KB dalam
perspektif yang lebih luas, yaitu kesehatan reproduksi.

2.5.5 PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial)


Pelayanan alat dan obat kontrasepsi kepada calon atau peserta KB
atau klien sesuai dengan kondisi klien termasuk penanganan efek
samping dan komplikasi yang dilakukan oleh tenaga yang
memenuhi syarat yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan dan
tenaga lain yang ditunjuk.

2.5.6 PPKBD (Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa)


PPKBD dan Sub PPKBD adalah kader desa yang mempunyai
tugas membantu tersebarnya informasi KB ke masyarakat dan
membantu dalam menciptakan pembangunan keluarga sejahtera.
Para kader juga berperan dalam melakukan pembinaan pelayanan

23
KB, membina kelompok, serta membantu melakukan penyuluhan
kepada akseptor KB.
2.5.7 Konseling KB
Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu
seorang lain dalam membuat keputusan atau mencari jalan untuk
mengatasi masalah, melalui pemahaman tentang fakta dan perasaan
yang terlibat di dalamnya.
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara 
antara klien dengan konselor,  yang diselenggarakan dengan
sengaja, dengan tujuan membantu klien tersebut membuat
keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya, serta
pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan
konseling KB akan membuat peserta KB merasa aman dan
nyaman. Rasa aman dan nyaman dalam memakai alat KB bisa
tercapai karena konseling KB membantu calon peserta KB supaya
bisa memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan kea-
daan diri dan kebutuhannya.  Peserta KB memilih sendiri alat KB
yang dipakainya sesudah mendapatkan penjelasan tentang
bermacam-macam cara atau alat KB dan kemungkinan yang bisa
dialaminya kalau menggunakan alat atau cara KB tersebut.  Jadi,
dengan konseling KB peserta KB tahu persis, mengapa dia
memilih alat KB yang digunakannya. Dengan begitu dia tidak akan
mudah terpengaruh oleh omongan orang lain atau pengalaman
orang lain yang kurang enak. Dia tahu bahwa pengalaman yang
kurang enak itu tidak terjadi pada semua orang. Dia tahu bahwa
alat KB yang dipakainya adalah usaha yang dilakukannya untuk
dapat memiliki KKBS. Dia tahu bahwa kalau dia tidak cocok
memakainya, masih ada cara KB lain yang bisa dipilih dan
dicobanya lagi.

24
Konseling KB membuat peserta KB tidak akan ikut-ikutan orang
lain dalam memilih alat KB. Juga tidak akan menyebabkan dia
terpaksa memakainya, misalnya karena dibujuk, diancam, atau
didesak orang lain. Dia tahu bahwa alat KB itu dipakainya untuk
kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan petugas KB,
dokter, bidan atau orang-orang lain di lnigkungannya.
Dalam pelaksanaannya, Konseling KB mempunyai 3 persyaratan,
yaitu: suka rela (Telah diberi informasi bahwa ada berbagai upaya
penyelesaian yang bisa dipilih),  bahagia dan merasa senang karena
dibantu, dan sehat kliennya dan konselornya.
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan
calon peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan
alat KB. Dengan proses konseling KB bisa diketahui, apakah cara
KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas ke-
mauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain.  Jika
konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB
bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB. Alat KB
tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB,
peserta sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
manfaat alat KB tersebut. Dia juga tahu macam-macam
kemungkinan yang bisa dialaminya. Dia juga tahu cara-cara
mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya keluhan-
keluhan efek samping.
Pelaksanaan konseling juga bertujuan untuk menghindari
pengambilan keputusan yang tidak rasional, menghindari
penyesalan serta agar tidak menghambat program KB.
Dalam melaksanakan konseling KB disarankan memakai alat bantu
atau media konseling agar memudahkan pemahaman klien
sehingga klien dapat memutuskan menggunakan alat KB yang
tepat. Adapun macam-macam media konseling yang bisa

25
digunakan, diantaranya, lembar balik, Q chard, leaflet, buku,
poster, alokon kit, alat dan obat KB, video, atau ABPK.
 

2.6 Rumor dan Fakta Tentang Kesehatan Reproduksi dan KB


2.6.1 Penggunaan alat kontrasepsi bisa pengaruhi kesuburan di masa
depan (Rumor)
Banyak yang beranggapan penggunaan alat kontrasepsi akan
membuat seseorang menjadi susah hamil di masa depan. Hal ini
yang kemudian membuat banyak ibu enggan menggunakan alat
kontrasepsi. Padahal, anggapan itu hanyalah mitos alat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi memang mengatur kesuburan seseorang agar
kehamilan tidak terjadi.
Namun, jika penggunaan dihentikan, kesuburan akan kembali
seperti semula.
Waktu kembalinya kesuburan ini akan bergantung pada jenis alat
kontrasepsi yang digunakan. Misalnya, pada penggunaan alat
kontrasepsi pil dan spiral, kesuburan dapat langsung kembali
setelah menghentikan penggunaannya.
Akan tetapi, pada alat kontrasepsi suntik, membutuhkan waktu 3-6
bulan untuk mengembalikan kesuburan.

2.6.2 Kontrasepsi hanya dibutuhkan perempuan hingga berusia 35 tahun


(Rumor)
Faktanya, perempuan masih bisa hamil hingga berusia lebih dari 40
tahun. Selama belum memasuki masa menopause. Umumnya,
menopause dialami perempuan ketika berusia 40 tahun ke atas.
Oleh sebab itu, berhati-hatilah jika perempuan belum menopause,
sebaiknya tetap menggunakan alat kontrasepsi. Jangan sampai

26
mitos alat kontrasepsi ini membuat kehamilan yang tidak
direncanakan.

2.6.3 Alat kontrasepsi bisa membuat gemuk (Rumor)


Alat kontrasepsi terdiri dari dua jenis, yaitu hormonal dan non-
hormonal. Di antaranya keduanya, hanya hormonal yang dapat
meningkatkan berat badan. Adapun yang non-hormonal sama
sekali tidak memengaruhi berat badan seseorang.
Alat kontrasepsi hormonal punya kandungan estrogen yang bisa
memengaruhi peningkatan nafsu makan dan retensi cairan tubuh.
Akan tetapi, kondisi tersebut tidak selalu terjadi pada setiap
pengguna. Terbukti, ada banyak juga pengguna alat kontrasepsi
hormonal yang tidak mengalami perubahan berat badan secara
signifikan.

2.6.4 Morning Pill bisa digunakan untuk menggugurkan kandungan


(Rumor)
Morning pill atau kontrasepsi darurat adalah metode kontrasepsi
untuk mencegah kehamilan pasca-hubungan seksual yang
dilakukan tanpa pengaman. Kontrasepsi ini dapat mencegah lebih
dari 95 persen kehamilan bila digunakan 3-5 hari usai hubungan
seksual berisiko. Jenis kontrasepsi tersebut bekerja dengan
mencegah proses ovulasi dan pembuahan.
Namun, apabila proses pembuahan telah terjadi, morning pill tidak
akan efektif lagi dan kehamilan tetap akan terjadi. Jadi, jangan
percaya pada mitos alat kontrasepsi yang satu ini.

27
2.6.5 Tidak perlu pakai kontrasepsi jika berhubungan intim hanya sekali
(Rumor)

Faktanya, kapan pun berhubungan intim, selalu ada kemungkinan


kehamilan terjadi. Artinya, walaupun bercinta untuk pertama
kalinya atau hanya satu kali berhubungan intim, kehamilan tetap
dapat terjadi. Jika pasangan ingin menunda kehamilan, wajib
menggunakan kontrasepsi kapan pun berhubungan intim. Pada
dasarnya alat kontrasepsi telah teruji secara klinis, sehingga aman
untuk digunakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.6.6 Pil KB bisa menyebabkan kanker (Rumor)


Faktanya, kapan pun berhubungan intim, selalu ada kemungkinan
kehamilan terjadi. Artinya, walaupun bercinta untuk pertama
kalinya atau hanya satu kali berhubungan intim, kehamilan tetap
dapat terjadi. Jika pasangan ingin menunda kehamilan, wajib
menggunakan kontrasepsi kapan pun berhubungan intim. Pada
dasarnya alat kontrasepsi telah teruji secara klinis, sehingga aman
untuk digunakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.6.7 Pil KB bisa menyebabkan kanker (Rumor)


Justru kontrasepsi Pil KB memberikan efek perlindungan dari
beberapa jenis kanker. Apalagi, berbeda dengan mitos yang
beredar, kanker payudara lebih berkaitan dengan masalah hormon,
bukan karena penggunaan pil kontrasepsi.
Memang ada beberapa penelitian yang menunjukkan sedikit
peningkatan risiko kanker payudara, serviks, dan hati. Namun ini
lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor hormonal lain. Misalnya, usia
terlalu muda saat haid pertama atau saat memasuki menopause,
dapat mempengaruhi keseimbangan hormon dan meningkatkan
risiko kanker payudara.

28
Bagi wanita yang sudah memiliki risiko untuk terkena kanker,
penggunaan pil ini bisa mengurangi risiko kejadian kanker
ovarium, endometrial, dan kolorektal. Penelitian ini dilakukan pada
wanita yang sudah memiliki risiko tinggi terkena kanker karena
ada riwayat keluarga. Sebaiknya jangan langsung percaya
mengenai beragam hal tentang pil KB, termasuk mitos pil KB. Jika
membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi praktisi
kesehatan.
2.6.8 Tidak boleh memakai IUD sebelum memiliki anak (Rumor)
Pasangan mana pun, baik yang sudah atau belum memiliki anak,
dapat menggunakan IUD. Namun, kondisi kesehatan mereka harus
baik (Tidak memiliki penyakit kanker rahim, leher rahim, ovarium,
dan penyakit menular seksual). Setelah itu, cukup sesuaikan ukuran
IUD dengan panjang rahim pengguna.

2.6.9 Douching adalah cara aman untuk membersihkan vagina (Rumor)


Faktanya, vagina dapat membersihkan dirinya sendiri. Tindakan
douching justru menyebabkan lebih banyak kerusakan dibanding
kebaikan. Bakteri alami yang ditemukan di dalam vagina dapat
membantunya menjaga tetap bersih dan sehat. Sementara douching
dapat mengganggu keseimbangan tersebut dan menyebarkan
infeksi vagina ke saluran tuba, rahim, dan ovarium.
Mencuci secara teratur dengan air hangat dan sabun lembut tanpa
pewangi akan membantu menjaga kebersihan bagian luar vagina.
Cobalah untuk menghindari tampon atau pembalut yang
mengandung parfum karena meningkatkan kemungkinan infeksi
vagina.

2.6.10 Perawan akan berdarah pada hubungan seks pertama atau malam
pertama (Rumor)

29
Keperawanan punya aspek fisik yang mengacu pada selaput dara
dan aspek sosial yang mengacu pada seorang yang pernah
berhubungan seksual. Selaput dara memiliki bentuk elastis.
Perempuan akan mengeluarkan cairan vagina jika terangsang
sehingga tidak semua perempuan mengalami pendarahan saat
berhubungan seks untuk pertama kalinya.

2.6.11 Loncat-loncat akan mengeluarkan spermatozoa dan mencegah


pembuahan (Rumor)
Ketika spermatozoa telah memasuki tubuh wanita, maka
spermatozoa akan mencari sel telur yang sudah matang dan siap
dibuahi. Loncat-loncat tidak akan mengeluarkan spermatozoa.

2.6.12 Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu (Rumor)


Setiap perempuan pasti memiliki masa menstruasi yang berbeda
dan tidak selalu harus tujuh hari. Perempuan yang memiliki masa
menstruasi tiga, empat, atau lima hari masih dianggap normal.

2.6.13 Tidak boleh berenang saat menstruasi karena akan menyebabkan


kematian (Rumor)
Berenang saat menstruasi boleh dilakukan selama memakai
pembalut dan tidak merasa risih. Hal ini sama sekali tidak
berpengaruh kepada kesehatan apalagi menyebabkan kematian.

2.6.14 Penggunaan kontrasepsi harus sesuai jadwal agar efektif (Fakta)


Berbagai metode kontrasepsi memiliki cara penggunaan dan
jadwalnya masing-masing. Pil KB, misalnya, perlu diminum setiap
hari dan sebaiknya pada jam yang sama. Sayangnya, mitos alat
kontrasepsi yang sering beredar adalah pil KB cukup diminum saat

30
berhubungan. Hal ini tentunya bisa menyebabkan pil KB menjadi
tidak efektif mencegah kehamilan. Contoh lain, suntik KB
umumnya berjangka waktu satu dan tiga bulan. Pastikan kontrol
sesuai jadwal. Jika terlambat, gunakan alat kontrasepsi lain
sementara waktu, misalnya kondom. Jadi, agar tetap efektif
penggunaan masing-masing metode kontrasepsi harus dengan cara
tepat dan sesuai jadwal.

2.6.15 Menyusui adalah metode kontrasepsi alami (Fakta)


Menyusui secara eksklusif pada 6 bulan pertama usia bayi ternyata
bisa menjadi alat kontrasepsi alami untuk sang ibu. Metode ini
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
Menurut beberapa jurnal, MAL disebut memiliki efektivitas dalam
mencegah kehamilan hingga 98 persen. Namun, metode ini baru
bisa efektif apabila menyusui dilakukan dengan frekuensi yang
tinggi dan sang ibu belum kembali mengalami menstruasi. Perlu
diingat juga bahwa metode ini tidak 100 persen efektif. Artinya,
masih ada kemungkinan untuk terjadinya kehamilan. Untuk itu,
perlu mempertimbangkan penggunaan alat kontrasepsi yang lebih
efektif dalam menunda kehamilan.

2.6.16 Pil KB tidak bisa mencegah penyakit menular seksual (Fakta)


Pil KB tidak bisa mencegah penularan penyakit seksual. Pasangan
harus tetap setia satu sama lain dan menggunakan kondom jika
tidak ingin tertular penyakit menular seksual. Jika perlu, pasangan
bisa rutin memeriksakan kesehatan untuk memastikan agar aman
dari penyakit menular seksual.
Jika memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi oral atau pil
KB, ingatlah untuk selalu berdiskusi terlebih dahulu dengan dokter

31
atau bidan. Dengan begitu, dokter atau bidan dapat membantu
menentukan apakah metode tersebut cocok atau tidak serta
mengontrol penggunaan dari Pil KB itu sendiri.

2.6.17 Kondom adalah satu-satunya alat kontrasepsi yang memberikan


perlindungan terhadap infeksi menular seksual (IMS). (Fakta)
Bila digunakan secara benar, kondom dapat mencegah terjadinya
pertukaran cairan tubuh seperti sperma dan sekresi vagina. Hal itu
turut mencegah penularan IMS seperti herpes, klamidia, sifilis,
gonorea, serta HIV. Alat kontrasepsi lain tidak memiliki manfaat
ini.
2.6.18 Pil KB dapat mengobati jerawat (Fakta)
Faktanya adalah pil KB bisa menjadi pilihan pengobatan jerawat
dari dokter. Salah satu penyebab jerawat adalah meningkatnya
hormon androgen. Androgen ini memicu kelebihan produksi
minyak di sebum yang menyumbat pori-pori dan meningkatkan
timbulnya jerawat, sehingga untuk menghilangkan jerawat, kadar
androgen perlu dikurangkan dalam aliran darah. Saat mengonsumsi
pil yang mengandung estrogen dan jenis progestin tertentu, jenis
progestin ini membantu menurunkan kadar androgen dan
umumnya membuat akseptor KB memiliki kulit yang bersih
setelah tiga bulan pemakaian.

2.6.19 Pil KB membuat jadwal menstruasi lebih teratur (Fakta)


Pil KB justru membuat siklus menstruasi menjadi lebih teratur. Hal
ini sangat membantu untuk wanita yang memiliki siklus haid
terlalu cepat atau terlalu jarang. Pil ini juga cenderung
meminimalkan gejala PMS atau premenstrual syndrome yang
sering kali dialami banyak wanita saat sedang menstruasi. Nyeri
haid yang biasanya dialami mungkin juga akan lebih berkurang.

32
Beberapa wanita juga melaporkan durasi haid mereka menjadi
lebih singkat setelah minum pil KB.
Kontrasepsi ini digunakan untuk mencegah ovulasi, yaitu
pelepasan sel telur selama siklus bulanan. Wanita tidak bisa hamil
jika tidak berovulasi. Pil ini bekerja dengan menebalkan lendir dan
sekitar serviks, yang semakin mempersulit sperma untuk memasuki
uterus dan mencapai sel telur yang sudah dilepas.

2.6.20 Pil dan suntik KB tidak akan membuat rahim kering (Fakta)
Menurut dr Uf Bagazi, Sp.OG, dokter spesialis kandungan di
Brawijaya Hospital, seluruh alat kontrasepsi sudah diuji secara
klinis. Hasilnya, alat kontrasepsi aman digunakan dan tidak akan
menyebabkan rahim kering.

2.6.21 Hubungan seksual saat menstruasi dapat menyebabkan infeksi


(Fakta)
Hubungan seksual saat menstruasi dapat berisiko terjadinya luka-
luka kecil, infeksi menular seksual,dan penyumbatan pembuluh
darah oleh udara (Emboli) yang dapat berakibat fatal atau
kematian.

2.6.22 Minum es tidak akan mempengaruhi aliran darah saat menstruasi


(Fakta)
Air dingin tidak memiliki efek apapun saat menstruasi.  Terutama
efek menghambat aliran darah.

2.6.23 Soft drink tidak mempengaruhi kelancaran menstruasi (Fakta)


Tidak ada penelitian khusus tentang ini. Menstruasi lancar
dipengaruhi oleh faktor hormon dan keadaan psikis seseorang.

33
2.6.24 Cara berjalan tidak menjadi patokan seseorang sudah tidak
perawan (Fakta)
Keperawanan ditentukan dari sudah atau belumnya seseorang
melakukan hubungan seksual. Keperawanan tidak bisa dilihat dari
cara berjalan atau dari kondisi selaput daranya.

2.6.25 Pembalut tidak menyebabkan kemandulan (Fakta)


Penggunaan pembalut saat sedang menstruasi menjaga agar vagina
tetap bersih dan tidak lembab. Meski begitu, sebaiknya pembalut
diganti setiap empat jam sekali terutama saat haid sedang banyak-
banyaknya. Jika pembalut jarang diganti, jamur dapat tumbuh dan
menyebabkan keputihan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan mengenai metode


kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi
yang paling sesuai dengan dirinya atau keluarganya.

Pengertian informed consent berasal dari kata “Informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan, dan kata “Consent” yang berarti telah memberikan
persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud informed consent ini adanya
persetujuan yang timbul dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien
terhadap suatu tindakan medis yang akan dilakukan kepadanya sehubungan
dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.

Kewenangan bidan dalam asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dan KB


tertaung dalam

34
1. Permenkes No 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan

2. UU No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan pasal 51-52

3. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan


Penyelenggaraan Praktik Bidan pasal 18 dan pasal 21

Menurut Sackett et al. (2000), Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu


pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk
kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam
praktek, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan
bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.

Contoh Praktik Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan KB meliputi praktik


bidan, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (SpOG), Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin (SpKK), PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia), PKRE (Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial), PPKBD
(Peran Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa), Konseling KB.

Rumor dan Fakta Tentang Kesehatan Reproduksi dan KB

Penggunaan alat kontrasepsi bisa pengaruhi kesuburan di masa depan,


Kontrasepsi hanya dibutuhkan perempuan hingga berusia 35 tahun, Alat
kontrasepsi bisa membuat gemuk, Morning Pill bisa digunakan untuk
menggugurkan kandungan, Tidak perlu pakai kontrasepsi jika berhubungan
intim hanya sekali, Pil KB bisa menyebabkan kanker, Tidak boleh memakai
IUD sebelum memiliki anak, Douching adalah cara aman untuk
membersihkan vagina, Perawan akan berdarah pada hubungan seks pertama
atau malam pertama, Loncat-loncat akan mengeluarkan spermatozoa dan
mencegah pembuahan, Menstruasi yang normal itu lamanya pasti seminggu,
Tidak boleh berenang saat menstruasi karena akan menyebabkan kematian,
Penggunaan kontrasepsi harus sesuai jadwal agar efektif, dan lain-lain.

3.2 Saran

35
Alhamdulillah berkat rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan
kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak saran
dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

Prijatni, Ida dan Sri Rahayu. 2016. KESEHATAN REPRODUKSI DAN


KELUARGA BERENCANA. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Tahir, A. Mardiah, dkk. 2019. Manual Clinical Skill Lab Konseling Keluarga
Berencana. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Elise, Sara. 2020. Mitos dan Fakta Alat Kontrasepsi.


https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3633088/mitos-dan-fakta-alat-
kontrasepsi (Diakses pada 13 Desember 2020).

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171#more-171

36

Anda mungkin juga menyukai