Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah yang berjudul Informed Choice, Kewenangan
Bidan, dan Evidence Based. Makalah ini berisi tentang Informed Choice,
Kewenangan Bidan, dan Evidence Based dalam mata kuliah Kesehatan
Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
Makalah ini sudah kami buat dengan semaksimal mungkin, namun
mungkin saja makalah ini terdapat kesalahan di sana-sini baik dalam teknik
pembahasan juga dalam penulisannya.
Oleh karena itu, sepatutnyalah penulis meminta maaf kepada semua pihak
yang berkesempatan membaca makalah ini.
Seiring dengan itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
1. Rekan-rekan yang tak lelah bekerja sama dalam mengerjakan makalah ini.
Harapan penulis, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri juga bagi siapa saja yang memerlukan konsep Informed Choice,
Kewenangan Bidan, dan Evidence Based.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan informed choice dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
2. Apa yang dimaksud dengan informed concent dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
3. Apa saja kewenangan bidan dalam asuhan kesehatan reproduksi dan
KB?
4. Apa yang dimaksud dengan evidence based dalam asuhan kesehatan
reproduksi dan KB?
5. Apa saja contoh praktik pelayanan kesehatan reproduksi dan KB?
6. Apa saja rumor dan fakta tentang kesehatan reproduksi dan KB?
2
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan pemaparan
pemikiran tentang Informed Choice, Kewenangan Bidan dan Evidence
Based dalam Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
2. Pembaca, sebagai media informasi perkembangan pengetahuan tentang
Informed Choice, Kewenangan Bidan dan Evidence Based dalam
Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Informed Choice dalam Kesehatan Reproduksi dan KB
2.1.1 Pengertian
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan mengenai
metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami
kebutuhan reproduksi yang paling sesuai dengan dirinya atau
keluarganya. Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan
pemberian informasi yang obyektif, akurat, dan mudah dimengerti
oleh klien. Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari
berbagai alternatif yang tersedia.
Informed Choice berarti membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan
(Choice) harus dibedakan dari persetujuan (Concent). Persetujuan
penting dari sudut pandang bidan, karena itu berkaitan dengan
aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur
yang dilakukan oleh bidan, sedangkan pilihan (Choice) lebih
penting dari sudut pandang wanita (Klien) sebagai konsumen
penerima jasa asuhan kebidanan.
Klien yang melakukan Informed Choice akan lebih baik dalam
menggunakan KB karena, diantaranya:
2.1.1.1 Informed Choice adalah suatu kondisi calon peserta KB
yang memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang
cukup setelah mendapat informasi KIP/K.
2.1.1.2 Memberdayakan para klien untuk melakukan Informed
Choice adalah kunci yang baik menuju pelayanan KB yang
berkualitas.
2.1.1.3 Bagi calon peserta KB baru, Informed Choice menjadi
proses memahami kontrasepsi yang akan dipakainya.
4
2.1.1.4 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek
samping, komplikasi, dan kegagalan tidak terkejut karena
sudah mengerti kontrasepsi yang akan dipilihnya.
2.1.1.5 Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang
timbul dikalangan masyarakat.
2.1.1.6 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek
samping atau komplikasi akan cepat berobat ke tempat
pelayanan.
2.1.1.7 Bagi peserta KB yang Informed Choice berarti akan terjaga
kelangsungan kontrasepsinya.
2.1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan informed choice adalah untuk mendorong wanita
memilih asuhannya. Peran bidan tidak hanya membuat asuhan
dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga menjamin bahwa
hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal
ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan
oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita
setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
2.1.3 Rekomendasi
Adapun rekomendasi untuk pemberian informed choice,
diantaranya bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat
keputusan klinis dan secara teoritis agar dapat memberikan
pelayanan yang aman dan dapat memuaskan kliennya. Pada
rekomendasi bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan
jujur dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh wanita dengan
menggunakan media alternatif dan penerjemah, kalau perlu dalam
bentuk tatap muka secara langsung. Bidan dan petugas kesehatan
5
lainnya perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam
menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk
keputusan yang mereka ambil sendiri. Dengan berfokus pada
asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta,
diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin. Tidak
perlu takut akan konflik tapi menganggapnya sebagai suatu
kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian
ulang yang objektif dan bermitra dengan wanita dari sistem asuhan
dan suatu tekanan positif.
6
2.1.4.16 Cara memberikan minuman bayi.
2.1.4.17 Metode pengontrolan kesuburan.
2.1.5 Konseling
2.1.5.1 Konseling Umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh Petugas Lapangan
Keluarga Berencana (PLKB) serta kader yang sudah
mendapatkan pelatihan konseling yang standar.
Konseling umum sering dilakukan di lapangan (Non -
klinik). Tugas utama dipusatkan pada pemberian informasi
KB, baik dalam kelompok kecil maupun secara perorangan.
Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai
metode kontrasepsi untuk mengenalkan kaitan antara
kontrasepsi, tujuan, dan fungsi reproduksi keluarga.
7
2.1.5.4 Teknik Konseling KB
Cara suportif untuk memberikan dukungan kepada klien,
diantaranya :
2.1.5.4.1 Bicaralah dengan suara yang menunjukkan
perhatian dan minat untuk membantu dan
menunjukkan sikap bersahabat.
2.1.5.4.2 Ajukan satu pertanyaan setiap saat dan tunggulah
jawaban.
2.1.5.4.3 Gunakan bentuk pertanyaan terbuka, yang
memungkinkan klien untuk menjawab dalam
bentuk cerita, misalnya tentang keadaan
keluarganya, kesulitan hidup, pekerjaan, dan
sebagainya yang mungkin menjadi dasar
keinginannya untuk melaksanakan KB atau
memilih cara KB.
2.1.5.4.4 Hindari menggunakan bentuk pertanyaan tertutup
yang hanya mungkin dijawab dengan “Ya” atau
“Tidak”. Perhatikan pula bahwa anda
mengajukan pertanyaan yang tidak mengarahkan,
tetapi mendorong agar klien mau dan merasa
bebas untuk bercerita lebih lanjut, misalnya
kalimat sebagai berikut : “Apa yang bisa saya
bantu?” atau “Apa yang anda ketahui
mengenai....”
2.1.5.4.5 Pakailah kata - kata seperti “Lalu?”, “Dan?”,
“Oooo”. Komentar kecil ini biasanya mampu
mendorong untuk terus bercerita lebih lanjut.
2.1.5.4.6 Jangan mengajukan pertanyaan bernada
memojokkan seperti “Mengapa begitu?”, “Kok
8
begitu?”. Meskipun seringkali anda bermaksud
mengetahui alasannya, nada demikian dapat
menimbulkan salah pengertian, misalnya ia
merasa disalahkan.
2.1.5.4.7 Cari bentuk pertanyaan lain apabila ternyata klien
tidak begitu mengerti maksud pertanyaan anda.
9
Bantu klien untuk memutuskan metode KB
terbaik sesuai dengan kebutuhan (Informed
Choice). Apabila terdapat kontraindikasi terhadap
metode yang diinginkan, bantu klien untuk
memilih metode KB alternatif.
E-Explain :
Menjelaskan mengenai cara penggunaan metode
KB yang tepat lalu meminta klien untuk
menjelaskan kembali. Ingatkan juga klien tentang
efek samping yang mungkin terjadi dan kapan
diperlukan kunjungan kembali.
R- Return :
Jelaskan bahwa klien perlu untuk kembali
apabila,
Ingin memakai metode yang berbeda, mengalami
efek samping dalam menggunakan KB, ada tanda
bahaya, butuh kontrasepsi darurat, dan kontrol
dalam penggunaan AKDR.
10
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Coba
tempatkan diri kita didalam hati klien.
U:
Uraian dan diberi tahu apa pilihan kontrasepsi,
bantu klien pada jenis kontrasepsi yang diingini.
TU :
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah
klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai
dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah
klien untuk menunjukkan keinginannya dan
mengajukan pertanyaan.
J:
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan
kontrasepsi pilihannya.
U:
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan
dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali
untuk melakukan pemeriksaaan lanjutan atau
permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan.
11
2.1.6.2 Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan,
karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan
otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan.
12
Pemberian informasi yang lengkap. Informasi yang diberikan
kepada calon klien KB harus disampaikan selengkap - lengkapnya,
jujur dan benar tentang metode kontrasepsi yang akan dipilih oleh
calon klien KB tersebut. Dalam memberikan informasi penting
sekali adanya komunikasi verbal antara dokter dan klien. Ada
anggapan bahwa banyak klien sering melupakan informasi lisan
yang telah diberikan oleh dokter atau bidan. Maka dari itu untuk
mencegah hal tersebut perlu diberikan pula informasi tertulis.
13
2.2.2.2.1 Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui
bahwa pasangannya secara sadar telah
memberikan persetujuan terhadap tindakan
medis.
2.2.2.2.2 Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya
untuk memberikan persetujuan (Atau sebaliknya)
kecuali pada kondisi khusus tertentu.
2.2.2.2.3 Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi
penentu dalam memberikan persetujuan tetapi
secara hukum, hal tersebut hanya merupakan
persetujuan terhadap konsekuensi biaya dan
pemahaman risiko yang mungkin timbul dari
prosedur klinik yang akan dilakukan.
14
menentukan apakah terdapt kehamilan, keadaan yang
membutuhkan perhatian khusus, atau masalah (Misalnya diabetes
atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan
pengelolaan lebih lanjut.
Untuk memudahkan dalam melakukan penapisan, dapat digunakan
tabel sebagai berikut :
15
Apakah pernah mengalami haid banyak (Lebih
1-2 pembalut tiap 4 jam) ?
Apakah pernah mengalami haid lama (Lebih
dari 8 hari) ?
Apakah pernah mengalami disminorhea berat
yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat
baring ?
Apakah pernah mengalami perdarahan atau
perdarahan bercak antara haid atau setelah
senggama ?
Apakah pernah mengalami gejala penyakit
jantung valvular atau congenital ?
16
2.2.4.4 Resiko akan terjadi bila metode kontrasepsi tersebut
digunakan.
Khusus untuk kontrasepsi mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
digunakan klasifikasi lain, diantaranya :
2.2.4.1 Tidak ada alasan medis yang merupakan kontraindikasi
digunakan klasifikasi mantap.
2.2.4.2 Tindakan kontrasepsi mantap dapat dilakukan, tetapi
dengan persiapan dan kewaspadaan khusus.
2.2.4.3 Sebaiknya tindakan kontrasepsi mantap ditunda sampai
kondisi medis diperbaiki. Sementara itu berikan metode
kontrasepsi lain.
2.2.4.4 Tindakan kontrasepsi mantap hanya dilakukan oleh tenaga
yang sangat berpengalaman dan perlengkapan anestesi
tersedia.
17
2.2.5.3 Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu
dalam memberikan persetujuan tetapi secara hukum, hal
tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap
konsekuensi biaya dan pemahaman risiko yang mungkin
timbul dari prosedur klinik yang akan dilakukan.
……………………
……………………
Keluarga/Saksi
18
2.3 Kewenangan Bidan Dalam Asuhan Kesehatan Reproduksi dan KB
2.3.1 Permenkes No 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan:
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus
bagi bidan yang menjalankan program pemerintah mendapat
kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam
rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (Dilakukan di bawah supervisi dokter).
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang
ditetapkan.
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan.
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra
sekolah, dan anak sekolah.
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya.
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
19
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan
antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya,
serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang
telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (Kecamatan atau kelurahan atau desa)
yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan
sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Kewenangan bidan untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal
tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut
sudah terdapat tenaga dokter.
20
2.3.3 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28 Tahun 2017 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
1. Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan: a. pelayanan kesehatan ibu; b.
pelayanan kesehatan anak; dan c. pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan: a.
penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan
dan keluarga berencana; dan b. pelayanan kontrasepsi oral,
kondom, dan suntikan.
21
2.4.2 Evidence Based Kesehatan Reproduksi dan KB
Berdasarkan visi misi BKKBN, program keluarga berencana
nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya
meningkatkan kualitas penduduk. dalam kontribusi tersebut,
BKKBN telah mewujudkan keberhasilannya selain berhasil
menurunkan angka kelahiran dan pertumbuhan penduduk, juga
terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasar
perilaku masyarakat dalam upaya membangun keluarga yang
berkualitas.
Contoh evidence base pada praktik pelayanan KB adalah
munculnya kontrasepsi IUS yang merupakan pembaharuan dari
kontrasepsi IUD.
22
utamanya berperan dalam membantu memeriksa ibu hamil,
membantu persalinan, perawatan setelah persalinan serta kesehatan
reproduksi dan KB.
23
KB, membina kelompok, serta membantu melakukan penyuluhan
kepada akseptor KB.
2.5.7 Konseling KB
Konseling adalah suatu proses dimana seseorang membantu
seorang lain dalam membuat keputusan atau mencari jalan untuk
mengatasi masalah, melalui pemahaman tentang fakta dan perasaan
yang terlibat di dalamnya.
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara
antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan
sengaja, dengan tujuan membantu klien tersebut membuat
keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya, serta
pilihannya berdasarkan informasi yang lengkap tentang alat
kontrasepsi.
Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan
konseling KB akan membuat peserta KB merasa aman dan
nyaman. Rasa aman dan nyaman dalam memakai alat KB bisa
tercapai karena konseling KB membantu calon peserta KB supaya
bisa memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan kea-
daan diri dan kebutuhannya. Peserta KB memilih sendiri alat KB
yang dipakainya sesudah mendapatkan penjelasan tentang
bermacam-macam cara atau alat KB dan kemungkinan yang bisa
dialaminya kalau menggunakan alat atau cara KB tersebut. Jadi,
dengan konseling KB peserta KB tahu persis, mengapa dia
memilih alat KB yang digunakannya. Dengan begitu dia tidak akan
mudah terpengaruh oleh omongan orang lain atau pengalaman
orang lain yang kurang enak. Dia tahu bahwa pengalaman yang
kurang enak itu tidak terjadi pada semua orang. Dia tahu bahwa
alat KB yang dipakainya adalah usaha yang dilakukannya untuk
dapat memiliki KKBS. Dia tahu bahwa kalau dia tidak cocok
memakainya, masih ada cara KB lain yang bisa dipilih dan
dicobanya lagi.
24
Konseling KB membuat peserta KB tidak akan ikut-ikutan orang
lain dalam memilih alat KB. Juga tidak akan menyebabkan dia
terpaksa memakainya, misalnya karena dibujuk, diancam, atau
didesak orang lain. Dia tahu bahwa alat KB itu dipakainya untuk
kepentingannya sendiri dan bukan untuk kepentingan petugas KB,
dokter, bidan atau orang-orang lain di lnigkungannya.
Dalam pelaksanaannya, Konseling KB mempunyai 3 persyaratan,
yaitu: suka rela (Telah diberi informasi bahwa ada berbagai upaya
penyelesaian yang bisa dipilih), bahagia dan merasa senang karena
dibantu, dan sehat kliennya dan konselornya.
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan
calon peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan
alat KB. Dengan proses konseling KB bisa diketahui, apakah cara
KB yang dipilih dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas ke-
mauan sendiri atau karena mengikuti kehendak orang lain. Jika
konseling KB dilakukan, maka pilihan dan pemakaian cara KB
bisa lebih mantap dan menjamin kelestarian peserta KB. Alat KB
tersebut dipilih secara sadar. Jadi, sewaktu memilih alat KB,
peserta sudah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
manfaat alat KB tersebut. Dia juga tahu macam-macam
kemungkinan yang bisa dialaminya. Dia juga tahu cara-cara
mengatasinya kalau mengalami kesulitan, misalnya keluhan-
keluhan efek samping.
Pelaksanaan konseling juga bertujuan untuk menghindari
pengambilan keputusan yang tidak rasional, menghindari
penyesalan serta agar tidak menghambat program KB.
Dalam melaksanakan konseling KB disarankan memakai alat bantu
atau media konseling agar memudahkan pemahaman klien
sehingga klien dapat memutuskan menggunakan alat KB yang
tepat. Adapun macam-macam media konseling yang bisa
25
digunakan, diantaranya, lembar balik, Q chard, leaflet, buku,
poster, alokon kit, alat dan obat KB, video, atau ABPK.
26
mitos alat kontrasepsi ini membuat kehamilan yang tidak
direncanakan.
27
2.6.5 Tidak perlu pakai kontrasepsi jika berhubungan intim hanya sekali
(Rumor)
28
Bagi wanita yang sudah memiliki risiko untuk terkena kanker,
penggunaan pil ini bisa mengurangi risiko kejadian kanker
ovarium, endometrial, dan kolorektal. Penelitian ini dilakukan pada
wanita yang sudah memiliki risiko tinggi terkena kanker karena
ada riwayat keluarga. Sebaiknya jangan langsung percaya
mengenai beragam hal tentang pil KB, termasuk mitos pil KB. Jika
membutuhkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi praktisi
kesehatan.
2.6.8 Tidak boleh memakai IUD sebelum memiliki anak (Rumor)
Pasangan mana pun, baik yang sudah atau belum memiliki anak,
dapat menggunakan IUD. Namun, kondisi kesehatan mereka harus
baik (Tidak memiliki penyakit kanker rahim, leher rahim, ovarium,
dan penyakit menular seksual). Setelah itu, cukup sesuaikan ukuran
IUD dengan panjang rahim pengguna.
2.6.10 Perawan akan berdarah pada hubungan seks pertama atau malam
pertama (Rumor)
29
Keperawanan punya aspek fisik yang mengacu pada selaput dara
dan aspek sosial yang mengacu pada seorang yang pernah
berhubungan seksual. Selaput dara memiliki bentuk elastis.
Perempuan akan mengeluarkan cairan vagina jika terangsang
sehingga tidak semua perempuan mengalami pendarahan saat
berhubungan seks untuk pertama kalinya.
30
berhubungan. Hal ini tentunya bisa menyebabkan pil KB menjadi
tidak efektif mencegah kehamilan. Contoh lain, suntik KB
umumnya berjangka waktu satu dan tiga bulan. Pastikan kontrol
sesuai jadwal. Jika terlambat, gunakan alat kontrasepsi lain
sementara waktu, misalnya kondom. Jadi, agar tetap efektif
penggunaan masing-masing metode kontrasepsi harus dengan cara
tepat dan sesuai jadwal.
31
atau bidan. Dengan begitu, dokter atau bidan dapat membantu
menentukan apakah metode tersebut cocok atau tidak serta
mengontrol penggunaan dari Pil KB itu sendiri.
32
Beberapa wanita juga melaporkan durasi haid mereka menjadi
lebih singkat setelah minum pil KB.
Kontrasepsi ini digunakan untuk mencegah ovulasi, yaitu
pelepasan sel telur selama siklus bulanan. Wanita tidak bisa hamil
jika tidak berovulasi. Pil ini bekerja dengan menebalkan lendir dan
sekitar serviks, yang semakin mempersulit sperma untuk memasuki
uterus dan mencapai sel telur yang sudah dilepas.
2.6.20 Pil dan suntik KB tidak akan membuat rahim kering (Fakta)
Menurut dr Uf Bagazi, Sp.OG, dokter spesialis kandungan di
Brawijaya Hospital, seluruh alat kontrasepsi sudah diuji secara
klinis. Hasilnya, alat kontrasepsi aman digunakan dan tidak akan
menyebabkan rahim kering.
33
2.6.24 Cara berjalan tidak menjadi patokan seseorang sudah tidak
perawan (Fakta)
Keperawanan ditentukan dari sudah atau belumnya seseorang
melakukan hubungan seksual. Keperawanan tidak bisa dilihat dari
cara berjalan atau dari kondisi selaput daranya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian informed consent berasal dari kata “Informed” yang berarti telah
mendapat penjelasan, dan kata “Consent” yang berarti telah memberikan
persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud informed consent ini adanya
persetujuan yang timbul dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien
terhadap suatu tindakan medis yang akan dilakukan kepadanya sehubungan
dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
34
1. Permenkes No 1464 Tahun 2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
3.2 Saran
35
Alhamdulillah berkat rahmat, nikmat kesehatan dan hidayah Allah SWT
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari akan
kemampuan dan keterbatasan pengetahuan, sehingga tentunya banyak saran
dan kritik untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penyusun dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Tahir, A. Mardiah, dkk. 2019. Manual Clinical Skill Lab Konseling Keluarga
Berencana. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171#more-171
36