Anda di halaman 1dari 10

Hasil Diskusi Tentang 

Penilaian
Posted by khafid1994 on 16 January 2015

Ringkasan Juknis Penilaian


a. SMK
• Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik
lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian
peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang
diharapkan.
• Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan
perbaikan hasil, dalam bentuk: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian dapat dilakukan bila sudah menyelesaikan satu atau
beberapa indikator atau satu kompetensi dasar (KD), ulangan tengah semester dilakukan bila
telah menyelesaikan beberapa KD atau satu stándar kompetensi (SK), ulangan akhir semester
dilakukan setelah menyelesaikan semua KD atau SK semester bersangkutan, sedangkan ulangan
kenaikan kelas dilakukan pada akhir semester genap dengan menilai semua SK semester ganjil
dan genap, dengan penekanan pada semester genap.

Penilai No Jenis
Penilaian Unsur yang terlibat Ruang lingkup
materi Bentuk Administrasi Penilaian
Produktif Normatif dan Adaptif
Pendidik 1 Ulangan Harian (Penilaian pro-ses akhir KD/tatap muka) Guru KD KHS KHS
2 Ulangan Tengah Semester (Penilaian akhir beberapa KD atau akhir sebuah SK) Guru
(Internal/QA)
dan Unsur Eksternal/ QC Beberapa KD atau SK KHS/Skill Passport KHS
3 Ulangan Akhir Semester Ganjil (komprehensif, seluruh kompe-tensi dalam satu semester)

Guru,
dan Unsur Eksternal Dapat berupa beberapa KD atau SK • KHS/ Skills
• Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Leger • Raport
• Leger
Pendidik (Satuan Pendidikan)
1 Ulangan Kenaikan Kelas/ akhir semester genap Guru dan Unsur Eksternal SKL yang dipelajari
pada tahun yang bersangkutan • KHS/Skill
Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Transkrip
• Leger • Raport
• Leger

Penilai No Jenis
Penilaian Unsur yang terlibat Ruang lingkup
materi Bentuk Administrasi Penilaian
Produktif Normatif dan Adaptif

2
Ujian Sekolah • Sekolah, Pemerintah
• (Internal/QA dan atau Eksternal/QC)
Mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN untuk seluruh SKL yang sudah diajarkan • KHS/
Skills
• Passport
• Laporan
Hasil
Belajar
• Translrip
• Ijazah
• Leger • Ijazah
• Transkrip
• Leger
Pemerintah
1 Ujian Nasional (UN) Pememrintah dan Du/Di Seluruh SKL Ujian Nasional • Transkrip
• Ijazah
• SKHUN
• Sertifikat Kompetensi • Ijazah
• SKHUN
• Leger

1. KKM Program Normatif dan Adaptif


Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator program normatif dan adaptif adalah
75%.
• KKM program normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, dan kemampuan sumber daya
pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran
• KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang
berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ketuntasan untuk masing-masing kompetensi
dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau
belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00 bila memenuhi persyaratan minimal.
• Data penilaian unjuk kerja adalah skor yang diperoleh dari pengamatan terhadap unjuk kerja
peserta didik dari suatu kompetensi. Skor diperoleh dari format penilaian unjuk kerja, berupa
daftar ceklist.
• Nilai yang dicapai oleh peserta didik dalam suatu unjuk kerja adalah tingkat ketercapaian
indikator pada setiap KD. Nilai unjuk kerja suatu kompetensi ditetapkan berdasarkan skor KD
terendah.
A. Penetapan Teknik Penilaian
Dalam memilih teknik penilaian hendaknya mempertimbangkan ciri indikator, contoh:
1. Apabila tuntutan indikator melakukan sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja
(performance).
2. Apabila tuntutan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep, maka teknik penilaiannya
adalah tertulis.
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap indikator dalam suatu Kompetensi Dasar (KD)
diberikan skor 0% – 100%. Kriteria ideal pencapaian masing-masing indikator adalah lebih dari
70%, tetapi sekolah dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator (misalnya:
mulai dari 50%), dengan rasional acuan: tingkat kemampuan akademis peserta didik,
kompleksitas indikator, dan ketersediaan daya dukung guru serta sarana dan prasarana. Kriteria
ketuntasan untuk masing-masing Kompetensi Dasar (KD) adalah terpenuhinya indikator yang
dipersyaratkan dunia kerja yaitu kompeten atau belum kompeten dan diberi lambang/skor 7,00
bila memenuhi persyaratan minimal.
50%,4. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang telah tuntas peserta didik dapat
mempelajari KD berikutnya dengan mengikuti remedial untuk indikator yang belum tuntas,
Sebaliknya, apabila nilai indikator dari suatu KD < KKM, artinya peserta didik belum
menuntaskan indikator. Apabila jumlah indikator dari suatu KD yang belum tuntas > 50%,
peserta didik belum dapat mempelajari KD berikutnya (artinya harus mengulang KD tersebut).

Contoh: Penghitungan nilai KD dan ketuntasan belajar suatu mata pelajaran.

Kompetensi Dasar Hasil Belajar Indikator KKM Perolehan Nilai Ketuntasan


Menyimpulkan bahwa tiap wujud benda memiliki sifatnya masing-masing dan dapat mengalami
perubahan 1. Mendeskripsikan sifat-sifat benda padat, cair, dan gas
Mendeskripsikan benda padat berdasarkan sifatnya.
Menunjukkan bukti tentang sifat benda cair.
Menunjukkan bukti tentang sifat benda gas 70%

70%

60% 70

69

69 Tuntas

Belum tuntas

Tuntas
2. Mendemonstrasikan bahwa beberapa benda dapat melarutkan benda lainnya Menunjukkan
benda padat yang dapat dilarutkan pada benda cair.
Mengidentifikasi benda cair yang dapat melarutkan benda padat.
Mengartikan larutan dan pelarut 60%

70%
60% 61

80

90 Tuntas

Tuntas

Tuntas
Nilai indikator pada hasil belajar No.1 cenderung 70, jadi nilai hasil belajar No.1 adalah 70 atau
7,00.
Nilai indikator pada hasil belajar No.2 bervariasi, dihitung nilai rata-rata indikator. Jadi nilai
hasil belajar No.2 :
Dengan demikian nilai KD =;
Pada hasil belajar No.1, indikator No.2 belum tuntas. Jadi peserta didik perlu mengikuti remedial
untuk indikator No.2.
b. Buku Laporan (Rapor)
Rapor adalah buku laporan hasil belajar peserta didik yang secara administratif dilaporkan setiap
satu semester, untuk semua mata pelajaran yang ditempuhnya dengan tuntas. Bagi mata pelajaran
yang belum mencapai ketuntasan tidak dimasukan ke dalam rapor. Untuk mengatasi hal tersebut
sekolah dapat menerbitkan rapor sementara. Format dan isi laporan disesuaikan dengan
karakteristik kompetensi keahlian.
(Lampiran 4. Contoh Format Rapor).
Penjelasan dan contoh format rapor, serta tata cara pengisiannya dapat dilihat pada Buku
Petunjuk teknis Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK (Rapor SMK).
• Jika peserta didik masih belum menuntaskan indikator, HB, KD, dan SK pada lebih dari 3
(tiga) mata pelajaran sampai batas akhir tahun ajaran, maka peserta didik tersebut harus
mengulang di kelas yang sama.
• Apabila dalam penilaian yang dirancang berdasarkan indikator dari sebuah KD mengandung
aspek/ranah pengetahuan, maka proses pembelajaran harus membahas tentang pengetahuan,
apabila ada penilaian motorik, maka proses pembelajaran harus ada kegiatan praktik, dan apabila
ada penilaian sikap, maka dalam pembelajaran harus ada proses pembentukan sikap.
• Walaupun prinsip pembelajaran berbasis kompetensi maju terus, namun bila 3 (tiga)
kompetensi yang dipelajari di kelas IX dan X tidak mencukupi maka sekolah dapat menetapkan
bahwa peserta didik mengulang secara keseluruhan di tingkat semula.
• Sekolah dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di bawah nilai ketuntasan
belajar ideal (KKMstandar = 75) dan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan ideal secara
bertahap sampai tercapai standar minimal program keahlian tersebut.
F. Kenaikan Kelas
• Kriteria kenaikan kelas ditentukan melalui rapat dewan pendidik bagi satuan pendidikan yang
menggunakan sistem paket.
• Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester dua, dengan
pertimbangan SK/KD yang belum tuntas pada semester satu harus dituntaskan sampai mencapai
KKM yang ditetapkan. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran
remedi.
• Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas ke kelas XI atau kelas XII, apabila yang bersangkutan
tidak mencapai ketuntasan lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang merupakan prasyarat dari
Standar Kompetensi (SK) berikutnya.
• Peserta didik yang dinyatakan tidak naik kelas harus mengulang seluruh pelajaran di tingkat
tersebut.
• Sekolah dapat menambah/menyesuaikan kriteria kenaikan kelas sesuai dengan karakteristik,
kemampuan dan kebutuhan setiap sekolah.
• Nilai yang dicantumkan untuk mata pelajaran normatif, adaptif dan muatan lokal yang
dicantumkan adalah nilai rata-rata dari SK mata pelajaran tersebut;
• Sedangkan nilai yang dicantumkan untuk mata pelajaran produktif adalah nilai terendah dari
kompetensi dasar.
b. SMA
Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta
didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking
seseorang terhadap kelompoknya.
Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar
berkisar antara 0 – 100 %. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %.
Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semerter 2 (dua), dengan
pertimbangan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester 1 (satu) harus dituntaskan
sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester 2 (dua).
Peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran.
Proses pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery
learning) dan penilaian berkelanjutan.
Apabila pada salah satu semester terdapat SK/KD mata pelajaran tertentu yang belum
mencapai ketuntasan belajar dalam semester yang bersangkutan, maka laporan hasil pencapaian
kompetensi peserta didik setelah dilakukan program remidial, dicantumkan pada semester
berikutnya.
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan secara
individual.
Prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah:
a. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis;
b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus
diberikan feedback;
c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan;
d. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih
awal.
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang
mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Pemberian pembelajaran remedial meliputi dua
langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan
(treatment) pembelajaran remedial.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial:
a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda jika jumlah peserta
yang mengikuti remedial lebih dari 50%;
b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan jika jumlah peserta
didik yang mengikuti remedial maksimal 20%;
c. Pemberian tugas-tugas kelompok jika jumlah peserta yang mengikuti remedial lebih dari 20 %
tetapi kurang dari 50%;
d. Pemanfaatan tutor teman sebaya.
Semua pembelajaran remedial diakhiri dengan tes ulang.
Pembelajaran remedial dan tes ulang dilaksanakan di luar jam tatap muka.
PENGAYAAN
Pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum diketahui peserta didik.
Dengan demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh kompetensi/materi baru,
atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-
masing. Pembelajaran pengayaan dapat pula dikaitkan dengan kegiatan penugasan terstruktur
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan, tentu tidak sama dengan kegiatan pembelajaran
biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai tambah (lebih) dari
peserta didik yang normal.
Pada kolom hasil diisi nilai hasil ulangan ulang, walaupun nilai yang nantinya diolah adalah
sebatas tuntas
Laporan Hasil Belajar (LHB) atau rapor adalah laporan kemajuan belajar peserta didik dalam
kurun waktu satu semester. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Nilai pada rapor
merupakan gambaran pencapaian kemampuan peserta didik dalam satu semestar. Nilai tersebut
berasal dari nilai Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester. Oleh
karena itu, kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian sama atau lebih besar dari nilai Ulangan
Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester (Model Penilaian Kelas SMA/MA: Puskur
Balitbang Depdiknas).
Rambu-rambu
Nilai pada rapor merupakan gambaran pencapaian kemampuan peserta didik dalam satu
semester. Nilai tersebut berasal dari nilai Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester,dan
Ulangan Akhir Semester.
Kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian, Nilai Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan
Akhir Semester/Nilai Ulangan Kenaikan Kelas merupakan kebijakan satuan pendidikan yang
dirumuskan bersama dengan dewan guru.
Hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi satuan pendidikan dalam menentukan kedudukan
atau bobot adalah cakupan indikator yang diukur, konsistensi dan kontinuitas pengukuran
pencapaian kompetensi sehingga kedudukan atau bobot nilai Ulangan Harian sama atau lebih
besar nilai Ulangan Tengah Semester, dan Ulangan Akhir Semester/Nilai Ulangan Kenaikan
kelas
Contoh 1. Pembobotan nilai Ulangan Harian lebih besar dari Ulangan Tengah Semester dan
Ulangan Akhir Semester, misal: 50% – 25% – 25%
Mata Pelajaran Sosiologi :
• Nilai Ulangan Harian = 75
• Nilai Ulangan Tengah Semester = 70
• Nilai Ulangan Akhir Semester = 60
• Jadi Nilai pada rapor = (50% x 75) + (25% x 70) + (25% x 60) = 37,5 + 17,5 + 15 = 70
KKM harus ditetapkan pada awal tahun pelajaran. Acuan kriteria tidak diubah serta merta
karena hasil empirik penilaian, yang berarti KKM tidak bisa diubah pada tengah semester
(Panduan Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Atas, BAB II Butir A);
Nilai ketuntasan belajar untuk aspek kompetensi pengetahuan dan praktik dinyatakan dalam
bentuk bilangan bulat dengan rentang 0 -100 (angka 100% merupakan kriteria ideal). Satuan
pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di bawah nilai ketuntasan
belajar ideal
Penilaian akhlak mulia dan kepribadian peserta didik, harus dilaksanakan secara komprehensif
dan berkesinambungan. Hasil penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian dimaksud, diolah dan
dianalisis oleh guru Bimbingan Konseling (BK)/Konselor yang dirangkum dalam 10 (sepuluh)
aspek penilaian yang mencakup: 1) Kedisiplinan, 2) Kebersihan, 3) Kesehatan, 4)
Tanggungjawab, 5) Sopan santun, 6) Percaya diri, 7) Kompetitif, 8) Hubungan sosial, 9)
Kejujuran, 10) Pelaksanaan ibadah ritual. (SK Dirjen Mandikdasmen Departemen Pendidikan
Nasional Nomor 12/C/KEP/TU/2008, pada Lampiran Penulisan LHB, BAB II, Butir B. 5).
kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajar pada semester genap, dengan
pertimbangan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester ganjil, harus dituntaskan sampai
mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester genap. Hal ini sesuai dengan prinsip
belajar tuntas (mastery learning), dimana peserta yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai
dengan KKM yang ditetapkan, maka yang bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidi
sampai yang bersangkutan mampu mencapai KKM tersebut;
peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XI, apabila yang bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran;
peserta didik dinyatakan tidak naik ke kelas XII, apabila yang bersangkutan tidak mencapai
ketuntasan belajar minimal, lebih dari 3 (tiga) mata pelajaran yang bukan mata pelajaran ciri
khas program, atau yang bersangkutan tidak mencapai ketuntasan belajar minimal pada salah
satu atau lebih mata pelajaran ciri khas program.
Hasil pekerjaan peserta didik untuk setiap penilaian dikembalikan kepada masing-masing
peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik misalnya, mengenai kekuatan dan
kelemahannya. Ini merupakan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik untuk (a)
mengetahui kemajuan hasil belajarnya, (b) mengetahui kompetensi yang belum dan yang sudah
dicapainya, (c) memotivas diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajarnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidik sebagai tindak lanjut hasil analisis meliputi:
1) Pelaksanaan program remedial untuk peserta didik yang belum tuntas (belum mencapai KKM)
untuk hasil ulangan harian dan memberikan kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah
tuntas;
2) Pengadministrasian semua hasil penilaian yang telah dilaksanakan.

c. SMK
JUKNIS LAPORAN HASIL BELAJAR SMK 2006 (sebelum ada permen standar penilaian)
Porsi waktu pemelajaran setiap kompetensi/mata pelajaran pada Kurikulum SMK tidak
dirancang per satuan waktu semester atau tahun, tetapi dirancang berdasarkan kebutuhan waktu
untuk menguasai kompetensi secara tuntas. Karena itu penyelesaiannya pun tidak boleh
dipaksakan supaya terkait dengan akhir semester atau akhir tahun. Ulangan/tes/ujian
dilaksanakan atas dasar penyelesaian program belajar yang ditempuh, bukan atas dasar akhir
semester atau akhir tahun.
Konsisten dengan prinsip Kurikulum Berbasis Kompetensi, laporan hasil belajar siswa –
selanjutnya disebut Laporan Hasil Belajar Siswa — bisa dikeluarkan kapan saja sesuai dengan
kebutuhan, melaporkan apa yang telah dicapai oleh peserta didik pada saat laporan itu dibuat.
Jika berdasarkan tuntutan administratif harus dikeluarkan Laporan Hasil Belajar Siswa setiap
akhir semester/akhir tahun, maka isi yang dilaporkan adalah semua hasil belajar yang telah
dicapai pada saat laporan itu dikeluarkan. Sedangkan kompetensi yang masih ditempuh (sedang
berjalan) tidak harus dilaporkan.
Sesuai dengan prinsip pemelajaran berbasis kompetensi (competency-based education and
training), penilaian berbasis kompetensi (competency-based assessment) harus mampu
mengukur dan menilai aspek-aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif secara proporsional sesuai
dengan karakteristik masing-masing kompetensi, tetapi dilakukan secara terpadu. Karena itu,
nilai yang keluar harus merupakan nilai kompetensi yang menggambarkan kemampuan unjuk
kerja (performance) secara utuh, dan bukan nilai aspek-aspek secara parsial.
Kurikulum berbasis kompetensi pada prinsipnya tidak mengenal kenaikan kelas atau tingkat,
setiap siswa mengikuti program dengan cara maju berkelanjutan; yaitu pindah dari satu
kompetensi/subkompetensi ke kompetensi/subkompetensi berikutnya setelah kompetensi/
subkompetensi yang dipelajari dinyatakan kompeten (lulus), sesuai kriteria yang ditetapkan.
Nilai yang dimasukkan pada Buku Laporan Pendidikan adalah nilai terendah dari
subkompetensi masing-masing mata pelajaran/kompetensi.
Pelanjutan program pembelajaran (yang terkait dengan program pembelajaran sebelumnya)
dapat dilaksanakan apabila hasil belajar untuk setiap kompetensi/ subkompetensi program
pembelajaran sebelumnya telah dinyatakan kompeten berdasar kriteria ketuntasan minimal.
Sosialisasi ktsp smk 2007 (Setelah permen standar penilaian)
KRITERIA: 0% – 100%
IDEAL: 75%
SEKOLAH MENETAPKAN SENDIRI DGN PERTIMBANGAN: KEMAMPUAN
AKADEMIS SISWA, KOMPLEKSITAS INDIKATOR, DAYA DUKUNG : GURU,
SARANA
PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL
TATAP MUKA DENGAN GURU
BELAJAR SENDIRI → dinilai
KEGIATAN: MENJAWAB PERTANYAAN,MEMBUAT RANGKUMAN
MENGERJAKANUGAS, MENGUMPULKAN DATA.
PADA ATAU DI LUAR JAM EFEKTIF
Ketuntasan Belajar
Berisi tentang kriteria ketuntasan minimal (KKM)per mata pelajaran yang ditetapkan oleh
sekolah dengan memper-timbangkan hal-hal sbb:
– Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100 %, dgn batas kriteria ideal
minimum 75 %.
– Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal
– Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah batas kriteria ideal, tetapi secara bertahap harus
dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.
d. SMP
JUKNIS SMP
Nilai rapor merupakan rata-rata nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan
akhir semester/ulangan kenaikan kelas. Pada dasarnya bobot masing-masing nilai ditetapkan oleh
sekolah. Namun demikian, bobot ulangan harian disarankan sama atau lebih dari jumlah bobot
ulangan tengah semester dan akhir semester. Berikut disajikan beberapa contoh pembobotan dan
penghitungan nilai rapor.
Semua nilai mata pelajaran dinyatakan dengan angka skala 0 – 100. Peserta didik yang belum
mencapai KKM harus diberi pembelajaran dan penilaian remedial sehingga mencapai
ketuntasan. Bila dalam waktu yang tersedia (hingga akhir semester) yang bersangkutan belum
juga mencapai KKM, pencapaian/nilai tertinggi yang ia peroleh yang dimasukkan ke dalam
rapor.

1. Hasil Sharing
SMK 1 Banyumas : Penilaian di sekolah kami tidak mengambil nilai yang terendah.
Pengawas : sepanjang pengetahuan saya itu juknis sebelum ada permendiknas no. 20/2007,
sehingga setelah keluar permen sudah tepat jika penilaian menyesuaikan permen yang ada
sekarang.
SMA Negeri Wangon : Di sekolah kami nilai tugas menggunakan rumus (2UH+1tugas)/3.
Pengawas : saya kira sudah tepat, dan penentuan rumus tugas itu menjadi kebijakan masing-
masing sekolah atau guru.
SMK Negeri Purwojati : Di sekolah kami penilaian produktif menggunakan bobot 30% ulangan
teori, 70% ulangan praktek.
Pengawas : Boleh-boleh saja yang terpenting hasil akhir pada nilai raport merupakan akumulasi
dari ulangan harian(UH), ulangan tengah semester(UTS), dan ulangan akhir semester(UAS)
dengan bobot UTS, dan UAS sama atau lebih rendah dari UH.
SMA Negeri Sokarja : Sekolah kami sudah membuat kebijakan bahwa yang diremidi adalah
hanya ulangan harian sementara UTS dan UAS tidak boleh diremidi, tapi ada masalah ketika UH
sudah tuntas tetapi nilai UTS dan UAS rendah sehingga ketika dicampur menggunakan rumus
yang ada tidak mencapai KKM, akhirnya kami membuat rumus konversi agar bisa mencapai
KKM.
Tanggapan dari SMA 2 Purwokerto : untuk konversi jangan dilegalkan atau diformalkan dengan
membuat rumus karena tidak etis, sebaiknya dibelakang meja dengan diserahkan kepada guru
untuk menjustifikasi perlu penambahan nilai atau tidak. Toh bila ada yang tidak tuntas ada
klausul yang memperbolehkan bahwa dalam kenaikan kelas boleh ada mapel yang tidak tuntas
maksimal 3 mapel.
Pengawas : Saya pikir tepat apa yang disampaikan wakil dari SMA Negeri 2 Purwokerto.
SMA Negeri Sokaraja : Kami sudah menyusun system penilaian yang secara otomatis bila rapor
muncul nilai tertentu maka akan muncul pula komentar yang sudah diprogram.
Pengawas : Sekolah lain dapat meniru bila dipandang efektif.
SMA Negeri Sokaraja : Sekolah kami menugaskan kepada MGMP matematika untuk meneliti
pembobotan antara nilai UH, UTS dan UAS yang paling efektif untuk sekolah, ternyata hasilnya
yang dianggap paling pas proporsinya 3UH:1UTS:1UAS.
Pengawas : Bagus, sekolah lain bisa memakai proporsi itu bila cocok untuk sekolahnya.
SMA Negeri 2 Purwokerto : Pengawas menyampaikan bila dalam hitungan KKM suatu mapel
diperoleh 65 sekolah bisa saja menetapkan 70. Menurut kami menyulitkan secara administrative
sehingga menurut saya lebih tepat KKM ditetapkan apa adanya sesuai hitungan yang diperoleh.
Pengawas : Bagi saya walaupun tidak ada panduan yang menyatakan itu boleh/bisa, tetapi kalau
KKM itu sebagai sebuah target atau cita-cita, memungkinkan untuk ditetapkan lebih dari
hitungan yang ada.
Pengawas : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran remedial di sekolah Bapak/Ibu?
SMA Negeri 2 Purwokerto : Di sekolah kami bagi anak yang belum tuntas sampai batas
pembagian rapot, maka nilai dalam rapot masih dikosongi, dan sekolah memberi batas waktu
penuntasan sampai akhir januari.
Pengawas : Sebaiknya sekolah menentukan secara tegas tentang batas penuntasan belajar
sehingga tidak akan terjadi sudah kelas 3 siswa akan mengikuti ujian nilai masih banyak yang
kosong akhirnya menyulitkan semua pihak. Oleh karena itu kita sepakati bahwa batas
penuntasan belajar, maksimal sebelum akhir semester genap pada tahun berjalan.

Purwokerto, 6 januari 2012


Pengawas SMK
Drs. Ahmad Nurul Huda, M.M.

Anda mungkin juga menyukai