Anda di halaman 1dari 3

C.

Asesmen Pembelajaran
1. Asesmen diagnostik, formatif, dan sumatif

SD Inpres Liwubao melaksanakan 3 macam asesmen, asesmen diagnostik,


asesmen formatif, dan asesmen sumatif.

Gambar Jenis Asesmen yang digunakan

Asesmen diagnostic dilaksanakan untuk mengetahui informasi kognitif dan non


kognitif. Guru melaksanakan asesmen diagnostik kognitif secara lisan dan tulis, baik
diawal tahun pelajaran maupun akhir pekan untuk memetakan kemampuan dasar peserta
didik dalam memahami materi. Asesmen diagnostik non kognitif digunakan untuk
mengetahui informasi terkait dengan gaya belajar, bakat, minat, seni, karakter peserta
didik. Guru melakukan di awal tahun ajaran baru maupun akhir pekan baik secara lisan
maupun tulis.
Asesmen formatif dilaksanakan guru dengan menggunakan berbagai instrumen, baik
tes tulis, tes lisan, praktik, proyek, portofolio, penugasan. Hasil kegiatan tersebut
digunakan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. Sedangkan oleh peserta
didik digunakan sebagai bahan refleksi.
Asesmen sumatif dilakukan di akhir tema, bab, unit, lingkup materi. Instrumen yang
digunakan adalah tes lisan, tes tulis, praktik, dan proyek. Jenis yang digunakan adalah
penilaian harian (PH) dan penilaian akhir semester (PAS). Nilai tersebut digunakan untuk
pelaporan hasil belajar (raport).

44
2. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KTP)

Untuk mengetahui apakah peserta didik telah berhasil mencapai tujuan


pembelajaran, pendidik perlu menetapkan kriteria atau indikator ketercapaian
tujuan pembelajaran. Kriteria ini dikembangkan saat pendidik merencanakan
asesmen,yang dilakukan saat pendidik menyusun perencanaan pembelajaran,
pembelajaran ataupun modul ajar.

Kriteria ketercapaian ini juga menjadi salah satu pertimbangan dalam


memilih / membuat instrumen asesmen, karena belum tentu suatu asesmen sesuai
dengan tujuan dan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini
merupakan penjelasan (deskripsi) tentang kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/
didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti bahwa ia telah mencapai tujuan
pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik tidak disarankan untuk menggunakan angka
mutlak (misalnya 75,80 dan sebagainya) sebagai kriteria. Yang paling disarankan
adalah menggunakan deskripsi, namun jika dibutuhkan, maka pendidik
diperkenankan untuk menggunakan interval nilai ( misalnya 60 - 75, 75 - 90, 90 –
100 ) dan sebagainya). SD Inpres Belang mengambil alternatif ketiga membuat
KTP dari interval nilai. Dokumen KTP dapat dilihat dalam dokumen 2 KOSP
terintegrasi dengan dokumen ATP.
Kelulusan dan kenaikan kelas ditentukan dengan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Kelulusan
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada satuan pendidikan
- Memperoleh nilai minimal Baik untuk seluruh kelompok mata pelajaran
- Lulus ujian Sekolah atau Ujian lain yang diselenggarakan oleh Satuan
Pendidikan dengan memperhatikan komponen nilai sebagai berikut :
 Portofolio ( nilai rapor + nilai prestasi )
 Nilai Penugasan
 Nilai ujian sekolah dengan tes tertulis
 Ujian praktek / ujian lain yang dilaksanakan sekolah sesuai karakteristik
mata pelajaran.

b. Kenaikan Kelas
- Untuk kelas III, dan VI ( Kurikulum 2013 )
1. Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program
pembelajaran pada 2 (dua) semester di kelas yang diikuti
2. Tidak terdapat nilai dibawah KKM .

45
3. Memiliki nilai minimal baik, untuk aspek kepribadian.
4. Ketidakhadiran siswa tanpa keterangan maksimal 10 % dari hari efektif
sekolah
- Untuk siswa kelas I, II, IV dan V ( Kurikulum Merdeka )
1. Bagi siswa kelas I, II, IV dan V yang melaksanakan Kurikulum Merdeka
pada prinsipnya siswa tetap naik kelas, kecuali prosentasi kehadiran dalam
satu tahun pelajaran kurang dari 90%. Bagi siswa yang belum tuntas dalam
satu tujuan pembelajaran ini menjadi catatan dalam rapor untuk
ditindaklanjuti pada kelas berikutnya. Dalam proses penentuan siswa tidak
naik kelas, perlu dilakukan musyawarah dan pertimbangan yang matang
sehingga opsi tidak naik kelas menjadi pilihan paling akhir apabila seluruh
pertimbangan dan perlakuan telah dilaksanakan.
2. Proses asesmen pada akhir semester bersifat pilihan. Bila pendidik
memerlukan konfirnasi dapat dilakukan asesmen, sebaliknya jika pendidik
merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama satu semester telah
mencukupi maka tidak perlu dilakukan asesmen pada akhir semester.

46

Anda mungkin juga menyukai