Anda di halaman 1dari 9

Apa Itu Sumatif Akhir Semester (SAS)?

SAS adalah salah satu


bentuk asesmen yang dilakukan oleh satuan pendidikan dengan
tujuan untuk mengetahui ketercapaian Alur Tujuan Pembelajaran
(ATP) pada Capaian Pembelajaran (CP) yang telah dijalani oleh
peserta didik selama satu semester/enam bulan.

Sumatif akhir semester sendiri biasanya digunakan oleh guru sebagai dasar untuk mengukur kemampuan
kognitif mata pelajaran yang akan dibagikan hasilnya saat pembagian rapor.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui terkait sumatif akhir semester:

 SAS berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan
dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan siswa.
 SAS dilakukan pada akhir semester, yang sebenarnya dapat dilakukan maupun tidak
dilakukan.
 SAS dapat dilakukan pada akhir semester jika guru merasa masih memerlukan
konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa.
Sebaliknya, jika guru merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester
telah mencukupi, maka tidak perlu lagi dilakukan asesmen pada akhir semester.
 Guru dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes,
namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk,
melakukan projek, atau membuat portofolio).
 Umpan balik dari SAS dapat digunakan untuk mengukur perkembangan siswa serta
untuk memandu guru merancang aktivitas pada pembelajaran berikutnya.

Teknik Sumatif Akhir Semester


Guru dapat memilih dan/atau mengembangkan instrumen sumatif akhir semester yang sesuai
dengan kebutuhan.

Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru.
Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan sumatif
akhir semester:

1. Observasi
Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala.
Observasi dapat difokuskan untuk semua siswa maupun per individu. Observasi juga dapat
dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
2. Kinerja
Teknik penilaian ini meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat
portofolio.

3. Projek
Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

4. Tes tertulis
Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh
informasi tentang kemampuan siswa. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, esai, uraian,
atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.

5. Tes lisan
Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut siswa untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat
diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.

6. Penugasan
Pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi mereka dalam
memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.

7. Portofolio
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya siswa dalam bidang tertentu, yang
mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

Demikian informasi terkait sumatif akhir semester, semoga dapat dipahami dengan baik.
Bagi bapak/ibu guru yang ingin melaksanakan tes atau ujian untuk siswanya, dapat
menggunakan aplikasi ujian online, Ujione. Dalam satu aplikasi, bapak/ibu guru sudah dapat
melakukan proses penilaian secara menyeluruh, mulai dari pembuatan soal, kegiatan ujian,
pemberian feedback hasil ujian, hingga menyusun hasil belajar pada rapor yang akan
disampaikan kepada siswa dan wali siswa. Efektif dan efisien bukan? Yuk, gunakan sekarang
juga!

Asesmen Sumatif di Kurikulum Merdeka


Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan. Pendidik

dan peserta didik perlu memahami kompetensi yang dituju sehingga keseluruhan proses

pembelajaran diupayakan untuk mencapai kompetensi tersebut. Asesmen

pembelajaran diharapkan dapat mengukur aspek yang seharusnya diukur dan bersifat holistik.

Dalam kurikulum merdeka, asesmen dapat berupa formatif dan sumatif. Asesmen/ penlaian

formatif dapat dilakukan pada awal pembelajaran dan saat pembelajaran. Sedangkan asesmen

sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Pendidik perlu mengadakan asesmen

sumatif untuk memastikan ketercapaian dari keseluruhan tujuan pembelajaran.

A. Prinsip Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran.

Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus

untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan

satuan pendidikan. Asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir

semester, akhir

tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Asesmen sumatif dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:

1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan
penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk pendidik, peserta didik, dan
orang tua/wali agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran
selanjutnya.
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan
keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif
mencapai tujuan pembelajaran.

Pendidik menggunakan teknik asesmen yang beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan asesmen.
Hasil dari asesmen sumatif digunakan untuk pelaporan hasil belajar.

B. Tujuan Asesmen Sumatif

Asesmen sumatif atau penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan
untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) peserta
didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian
hasil belajar dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sementara itu, pada
pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian
perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kriteria kenaikan
kelas dan kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan
pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.

C. Fungsi Asesmen Sumatif

Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:

1. Alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih
tujuan pembelajaran di periode tertentu.
2. Mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria capaian yang
telah ditetapkan.
3. Menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu
lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan
pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika pendidik
merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya, jika
pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi,
maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan,
untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak
hanya berupa tes (tertulis atau lisan), namun dapat menggunakan observasi dan performa
(praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).
D. Merencanakan Asesmen Sumatif

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/ mengembangkan instrumen asesmen
sumatif, antara lain:

1. Karakteristik peserta didik.


2. Kesesuaian asesmen dengan rencana/ tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen.
3. Kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik
dan pendidik.

Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran setiap
peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan
pembelajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif dan
mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah data
kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.

E. Mengolah Hasil Asesmen Dalam Satu Tujuan Pembelajaran

Asesmen sumatif dilaksanakan secara periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah menjadi capaian dari tujuan pembelajaran setiap
peserta didik. Pendidik dapat menggunakan data kualitatif sebagai hasil asesmen tujuan
pemeblajaran peserta didik. Namun, dapat juga menggunakan data kuantitaif dan
mendsikripsikannya secara kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk mengolah data
kuantitatif, baik secara rerata maupun proporsional.

Hasil asesmen sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4 kualitas, yaitu:

 perlu bimbingan = 1)
 cukup = 2)
 baik = 3)
 sangat baik = 4)

Pendidik juga dapat menentukan angka kuantitatif pada setiap kualitas yang disajikan, misalnya
untuk kriteria:

 perlu bimbingan = 0-60


 cukup = 61-70
 baik = 71-80
 sangat baik = 81-100

Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu membagi
asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif agar peserta didik dapat
menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak terburu-buru atau tidak
terlalu padat). Untuk situasi ini, nilai akhir merupakan gabungan dari beberapa kegiatan asesmen
tersebut.

F. Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor

Pengolahan hasil asesmen untuk rapor sebagai laporan hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan memanfaatkan hasil asesmen formatif dan sumatif. Terdapat 2 jenis data, yaitu data hasil
asesmen yang berupa angka (kuantitatif) serta data hasil asesmen yang berupa narasi (kualitatif).
Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk angka (kuantitatif) didasarkan hanya pada hasil asesmen
sumatif, sementara asesmen formatif sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa data atau
informasi yang bersifat kualitatif, digunakan sebagai umpan balik untuk perbaikan pembelajaran
(remedial) sekaligus sebagai bahan pertimbangan menyusun deskripsi capaian kompetensi.

Asesmen Sumatif

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk
menilai pencapaian tujuan pembelajarandan/atau CP peserta didik sebagai dasar penentuan
kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar
peserta didik dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP).

Pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian
perkembangan peserta didik, bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau
kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian
pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Asesmen sumatif bagi PDBK digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan peserta didik
dan bukan untuk menentukan kenaikan kelas atau kelulusan. Kenaikan kelas dan kelulusan
PDBK mempertimbangkan usia kronologis. Bentuk laporan hasil belajar berisikan laporan
pencapaian pembelajaran pada umumnya dengan dokumen penyerta yang menggambarkan
karakteristik dan kebutuhan PDBK serta capaian yang telah diperoleh.

Fungsi asesmen sumatif

• alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasilbelajar peserta didik pada satu atau lebih tujuan
pembelajaran di periode tertentu;

• mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran (KKTP) yang telah ditetapkan; dan

• menentukan kelanjutan proses belajar peserta didikdi kelas atau pada jenjang berikutnya.
Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu
lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan
pada akhir fase. Khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika
pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester.

Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester
telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu
ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen
yangberagam, tidak hanya berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa
(praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).

Merencanakan Asesmen

Apabila pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan, maka tidak perlu membuat
perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik yang mengembangkan sendiri rencana pelaksanaan
pembelajaran dan/atau modul ajar, perlu merencanakan asesmen formatifyang akan digunakan.

• Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan ini tentu berkaitan erat
dengan tujuan pembelajaran.

• Setelah tujuan asesmen dirumuskan, pendidik memilih dan/atau mengembangkan instrumen


asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/mengembangkan
instrumen, antara lain: karakteristik peserta didik, kesesuaian asesmen dengan rencana/ tujuan
pembelajaran dan tujuan asesmen, kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan
balik kepada peserta didik dan pendidik

Kurikulum madrasah mengemban dua tugas besar, yaitu; 1) membekali peserta didik kompetensi dan
keterampilan hidup agar bisa menghadapi tantangan di zamannya, dan 2) mewariskan karakter budaya
dan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus bangsa agar peran generasi kelak tidak terlepas dari akar
budaya, nilai agama dan nilai luhur bangsa. Untuk menjalankan dua amanat besar tersebut, maka
kurikulum harus selalu dinamis berkembang untuk menjawab tuntutan zaman.

Perubahan akan terus terjadi. Hal yang abadi di dunia ini adalah perubahan itu sendiri.
Perubahan ini setidaknya terjadi pada tuntutan dunia global. Dunia modern dan ekonomi global
tidak lagi memberikan penghargaan besar terhadap seseorang karena apa yang diketahui, karena
teknologi telah menyediakan pengetahuan yang dibutuhkan. Namun dunia modern lebih
menghargai seseorang karena apa yang bisa dilakukan dengan pengetahuan itu.
Dengan demikian, kurikulum madrasah tidak boleh hanya fokus kepada pengetahuan apa
yang harus dikuasai peserta didik, namun lebih penting adalah membekali peserta didik
kompetensi, keterampilan hidup (life skils), dan cara berpikir-bersikap untuk mengantisipasi dan
menyikapi situasi yang selalu berubah itu. Kurikulum merdeka yang akan memandu memberikan
pilihanpilihan untuk membentuk karakter, menumbuhkan keberanian berpikir kritis, kreatif dan
inovatif harus terus dikembangkan. Di samping itu, nilai-nilai agama sebagai ruh madrasah mesti
ditanamkan secara terintegrasi sejalan dengan implementasi kurikulum. Sehingga nilai
religiusitas mewarnai cara berpikir,
bersikap dan bertindak warga madrasah dalam menjalankan praksis dan kebijakan pendidikan.
Kurikulum merdeka memberikan titik tekan fokus kepada peserta didik. Peserta didik
menjadi sentral utama penerima manfaat kebijakan kurikulum kita. Pembelajaran berdiferensiasi
diimplementasikan dan penilaian autentik konprehensip yang mengakomodir keberagaman
kemanusiaan digalakkan. Hasil evaluasi dan penilaian tidak lagi fokus kepada capaian kognitif,
tapi harus bias menggambarkan profil kemanusiaan yang mencakup beragam kecerdasan.
Dengan perspektif ini, maka peserta didik yang berprestasi bukan lagi tunggal. Semua peserta
didik madrasah adalah berprestasi, yakni prestasi dalam bidangnya masing-masing, sesuai bakat,
minat dan kecenderungannya. Keberhasilan kurikulum merdeka di madrasah akan diukur sejauh
mana kurikulum dapat merubah suasana kelas lebih membahagiakan peserta didik, aktifitas
pembelajaran lebih bergairah, secara efektif dan efisien meningkatkan capaian hasil belajar lebih
bermakna. Pada gilirannya perubahan suasana kebatinan kelas tersebut dapat membentuk
karakter peserta didik, membekali kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan pada
kehidupan di zamannya.
Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin (P5
PPRA) pada Madrasah ini dikembangkan dari Panduan Pengembangan Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila di Satuan Pendidikan, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Madrasah merupakan sekolah umum
bercirikhas agama Islam, hal ini berkonsekwensi apa yang diatur dalam panduan Kemendikbudristek
diberlakukan juga di madrasah, namun dengan beberapa adaptasi disesuaikan dengan karakteristik,
kekhasan, dan kebutuhan madrasah. Nilai-nilai agama Islam diintegrasikan dalam penyusunan kurikulum
untuk menumbuhkan jati diri dan kekhasan madrasah. Dengan demikian nilai-nilai agama menjadi warna
dalam cara berfikir, bersikap dan bertindak ketika menyikapi situasi pendidikan dengan kebijakan dan
praksis pendidikan di madrasah.
Salah satu kekhasan yang dituangkan dalam panduan ini adalah menambahkan nilai Rahmatan lil
Alamin dalam P5. Nilai Rahmatan lil Alamin merupakan prinsip-prinsip sikap dan cara pandang dalam
mengamalkan agama agar pola keberagamaan dalam konteks berbangsa dan bernegara berjalan
semestinya sehingga kemaslahatan umum tetap terjaga seiring dengan perlindungan kemanusiaan dalam
beragama. Projek Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin yang terintegrasi dalam Profil Pelajar Pancasila
bermaksud memastikan cara beragama lulusan madrasah bersifat moderat (tawassuṭ).
Sebagaimana dipahami, bahwa kurikulum merdeka memberikan otonomi, kebebasan dan keluwesan
dalam mengatur praktek pendidikan, namun kebebasan tidak selalu membahagiakan. Kadang justru
menimbulkan kebingungan bagaimana implementasinya dan akhirnya tidak melakukan perubahan yang
signifikan. Maka, kehadiran panduan ini diharapkan dapat menjawab kebingungan itu untuk mendapatkan
inspirasi dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka pada madrasah. Sebagai inspirasi tentu tidak
rigid dan kaku. Madrasah diberi keleluasaan untuk melakukan kreasi dan inovasi kurikululum untuk
mengakomodir karakteristik, kekhasan, kebutuhan dan visi-misi madrasah. Madrasah didorong berani
melakukan kreatifitas dan inovasi tanpa menunggu harus lengkap dan sempurna demi memberikan
layanan terbaik kepada peserta didik madrasah.
Panduan ini adalah dokumen hidup, sebagai dokumen hidup memiliki fleksibilitas, memungkinkan
disempurnakan sesuai tuntutan zaman dan implementasinya akan terus berkembang melalui kreatifitas
dan inovasi para guru. Oleh karena itu panduan ini akan disempurnakan sesuai kebutuhan.

Download di bawah ini:

Anda mungkin juga menyukai