Anda di halaman 1dari 337

2019

SMK/MAK

jilid 1

Sistem Kendali
Instrumentasi dan
Otomatisasi Proses

bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa Instrumentasi dan


program keahlian Teknik Instrumentasi Industri Otomatisasi Proses

Syamsumardi Gusti
Engkos Tino Lesmana
Laras Anjari
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

REDAKSIONAL

Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran

Penulis:
Syamsumardi Gusti
Engkos Tino Lesmana
Laras Anjari

Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono

Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah

Editor:
Nur’aini Farida

Desain Sampul
Sonny Rasdianto

Layout/Editing:
Indah Mustika Ar Ruum
Rifda Ayu Satriana
Ratna Murni Asih

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES iii
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

KATA
PENGANTAR

INSTRUMENTASI DAN
iv OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PRAKATA

Sistem kendali instrumentasi dan otomatisasi proses merupakan mata pelajaran


kompetensi keahlian (C3) pada kompetensi keahlian Instrumentasi dan Otomatisasi
Proses. Tujuan penyusunan buku ini adalah sebagai pengadaan bahan ajar bagi siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Teknik Instrumentasi Industri
dalam menempuh pembelajaran pada kompetensi keahlian Instrumentasi dan
otomatisasi proses. Buku teks ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 revisi 2018.
Buku teks ini membahas tentang pengetahuan yang harus dimiliki untuk
merencanakan suatu sistem kendali instrumentasi mulai dari konsep komponen analog
dan elektronika daya sampai pada pemrograman dan simulasi sistem kendali proses.
Dalam menyajikan materi ajar, buku ini dilengkapi juga fitur-fitur untuk meningkatkan
pemahaman siswa, wawasan siswa, dan kemandirian siswa dalam belajar (pendekatan
saintifik). Fitur-fitur tersebut antara lain, cakrawala, contoh soal, praktikum, penilaian
harian, tugas mandiri, jelajah internet, dan rangkuman. Sehingga tida khanya wawasan
mengenai pengetahuan saja, namun siswa turut diasah keterampilannya.
Penyusunan buku ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga
penyusun mengucapkan terima kasih. Kritik dan saran yang konstruktif kami terima
dengan senang hati, demi peningkatan kualitas buku ini dikemudian hari. Semoga
buku teks ini dapat menjadi pondasi siswa dalam mempelajari Teknik Instrumentasi
dan Otomatisasi Proses dan memberikan manfaat.

Purwakarta, Desember 2019

Syamsumardi Gusti
Engkos Tino Lesmana
Laras Anjari

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES v
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR ISI

PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
PETA KONSEP BUKU
APERSEPSI

BAB I KOMPONEN ELEKTRONIKA ANALOG


A. Pengertian
B. Jenis-jenis
C. Penerapan
BAB II RANGKAIAN ELEKTRONIKA DAYA
A. Pengertian
B. Jenis-jenis
C. Penerapan
BAB III RANGKAIAN OP-AMP PADA AKTUATOR
A. Pengertian
B. Macam-macam Rangkaian
C. Prinsip Kerja
D. Penerapan
BAB IV SISTEM BILANGAN
A. Pengertian
B. Jenis-jenis Sistem Bilangan
C. Konversi Sistem Bilangan
BAB V SISTEM SANDI DIGITAL
A. Pengertian
B. Jenis-jenis
C. Konversi Sandi Digital
D. Operasi Bilangan
BAB VI RANGKAIAN DASAR SISTEM DIGITAL
A. Pengertian
B. Jenis-jenis
C. Rangkaian
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL
BAB VII RANGKAIAN KOMBINASIONAL SISTEM DIGITAL
A. Pengertian
B. Jenis-jenis Rangkaian
C. Penerapan Rangkaian
BAB VIII RANGKAIAN SEKUENSIAL SISTEM DIGITAL
A. Pengertian
B. Jenis-jenis Rangkaian
C. Penerapan Rangkaian
BAB IX RANGKAIAN CONVERTER DIGITAL (ADC/DAC)
A. Pengertian
B. Prinsip Kerja
C. Mendesain Rangkaian

INSTRUMENTASI DAN
vi OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR ISI

BAB X SISTEM KENDALI DENGAN SIMULASI SOFTWARE


A. Pengertian
B. Jenis-jenis
C. Terminologi
D. Simulasi Software
BAB XI MIKROPROSESSOR
A. Pengertian
B. Arsitektur Mikroprosessor
C. Jenis-jenis
D. Aplikasi Mikroprosessor Dalam Sistem Kendali
BAB XII PEMROGRAMAN DAN SIMULASI SISTEM KENDALI
A. Jenis-jenis Software
B. Software Mathlab
C. Software Proteues
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GENAP

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
BIODATA PENULIS

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES vii
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1.1 Komponen elektronika
Gambar 1.2 Bentuk dan simbol resistor
Gambar 1.3 Perbandingan nilai standar resistor series E6, E12, dan E24
Gambar 1.4 Bentuk dan simbol thermistor
Gambar 1.5 Karakteristik thermistor PTC
Gambar 1.6 Karakteristik thermistor NTC
Gambar 1.7 Bentk dan simbol LDR
Gambar 1.8 Karakteristik LDR
Gambar 1.9 Bentuk dan simbol VDR
Gambar 1.10 Karakteristik VDR
Gambar 1.11 Dioda sambung P-N dan simbolnya
Gambar 1.12 Karakteristik dioda silokon
Gambar 1.13 Bentuk dan simbol kapasitor
Gambar 1.14 Bentuk dan simbol transistor
Gambar 1.15 Pemberian bias transistor NPN dan PNP
Gambar 1.16 Konfigurasi transistor bipolar
Gambar 1.17 Karakteristik input transistor bipolar
Gambar 1.18 Karakteristik output transistor
Gambar 1.19 Konfigurasi FET
Gambar 1.20 Bentuk dan simbol JFET
Gambar
Source 1.21 Karakteristik ID terhadap perubahan VGS JFET kanal N common-
Gambar 1.22 Karakteristik output ID JFET kanal N
Gambar 1.23 Karakteristik MOSFET kanal N
Gambar 1.24 Alarm kebakaran
Gambar 1.25 Rangkaian lampu otomatis menggunakan LDR
Gambar 1.26 Rangkaian catu daya sederhana
Gambar 1.27 Rangkaian pengukuran resistansi NTC
Gambar 1.28 Rangkaian pengujian karakterisik dioda
Gambar 1.29 Rangkaian pengujian capasitor
Gambar 1.30 Rangkaian pengujian transistor
Gambar 1.31 Replika transistor pertama
Gambar 1.32 Perkembangan transistor
Gambar 2.1 Pabrik mobil yang menggunakan teknologi industry 4.0
Gambar 2.2 Sistem elektronika daya dasar
Gambar 2.3 Kontruksi internal SCR dan simbolnya
Gambar 2.4 Bentuk fisik dan identifikasi kaki SCR

INSTRUMENTASI DAN
viii OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR
Gambar 2.5 Ilustrasi kerja SCR
Gambar 2.6 Rangkaian SCR dengan sumber tegangan AC
Gambar 2.7 Bentuk gelombang input dan tegangan beban
Gambar 2.8 Konstruksi Diac dan simbolnya
Gambar 2.9 Grafik karakteristik Diac
Gambar 2.10 Struktur bahan dan simbol Triac
Gambar 2.11 Bentuk fisik Triac dan rangkaian ekivalennya
Gambar 2.12 Pengtrigeran Triac
Gambar 2.13 Rangkaian Triac dengan sumber AC
Gambar 2.14 Aplikasi SCR
Gambar 2.15 Aplikasi Triac pengendali blower AC
Gambar 2.16 Rangkaian penyearah tak-terkendali setengah gelombang
Gambar 2.17 Rangkaian gelombang penuh
Gambar 2.18 Penyearah terkendali setengah gelombang
Gambar 2.19 Regulator AC
Gambar 2.20 DC Chopper
Gambar 2.21 Rangkaian inverter Half Bridge VSI
Gambar 2.22 Inverter 100 watt
Gambar 2.23 Rangkaian pengujian Triac
Gambar 2.24 Rangkaian pengujian Triac
Gambar 2.25 Variable frequency drive
Gambar 3.1 Penguat sinyal
Gambar 3.2 LM741
Gambar 3.3 Rangkaian internal Op-Amp 741
Gambar 3.4 Skema dasar Op-Amp Ideal
Gambar 3.5 Op-Amp Inverting
Gambar 3.6 Op-Amp Non Inverting
Gambar 3.7 Op-Amp Buffer
Gambar 3.8 Diferensial Amplifier
Gambar 3.9 Inverting Summing Voltage
Gambar 3.10 Op-Amp Comparator
Gambar 3.11 Op-Amp Integrator
Gambar 3.12 Op-Amp Differensiator
Gambar 3.13 Driver motor DC
Gambar 3.14 Saklar suhu
Gambar 3.15 Penguat sensor LM35
Gambar 3.16 Tabung hampa udara KW-2
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES ix
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR

Gambar 4.1 Macam-macam angka dan bilangan


Gambar 5.1 Kalkulator digital
Gambar 5.2 Absolute encoders single-turn
Gambar 6.1 Rangkaian Logika pada Sistem Instrumentasi
Gambar 6.2 Simbol gerbang logika OR
Gambar 6.3 Simbol gerbang logika AND
Gambar 6.4 Simbol gerbang logika NOT
Gambar 6.5 Simbol Gerbang NOT Ganda
Gambar 6.6 Simbol gerbang logika NAND
Gambar 6.7 Simbol gerbang logika NOR
Gambar 6.8 Simbol gerbang logika X-OR
Gambar 6.9 Simbol gerbang logika X-NOR
Gambar 6.10 Rangkaian pengganti gerbang OR
Gambar 6.11 Rangkaian pengganti gerbang NAND
Gambar 6.12 IC logika AND dan rangkaian logika AND
Gambar 6.13 IC logika OR dan rangkaian logika OR
Gambar 6.14 IC logika NAND dan rangkaian logika NAND
Gambar 6.15 IC logika NOT dan rangkaian logika NOT
Gambar 6.16 IC logika NOR dan rangkaian logika NOR
Gambar 6.17 IC Rangkaian logika NAND
Gambar 6.18 George Boole sekitar tahun 1860
Gambar 6.19 Augustus de Morgan sekitar tahun 1806-1871
Gambar 7.1 Distributed Control System
Gambar 7.2 Rangkaian half adder
Gambar 7.3 Rangkaian full adder
Gambar 7.4 Rangkaian half subtraktor
Gambar 7.5 Rangkaian full subtraktor
Gambar 7.6 Simbol gerbang logika X-NOR
Gambar 7.7 Rangkaian komparator magnitude 1-bit
Gambar 7.8 Rangkaian komparator magnitude 2 bit
Gambar 7.9 Rangkaian komparator magnitude 2-bit
Gambar 7.10 Komparator magnitude 4 bit
Gambar 7.11 Rangkaian logika komparator magnitude 4 bit
Gambar 7.12 Rangkaian logika komparator magnitude 8 bit
Gambar 7.13 Saklar multipleks dasar
Gambar 7.14 Rangkaian Multiplexer 2 to 1
Gambar 7.15 Rangkaian Multiplexer 4-to-1
INSTRUMENTASI DAN
x OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR
Gambar 7.16 Rangkaian Demultiplexer 1-to-4
Gambar 7.17 Rangkaian Multiplexer 1-to-4
Gambar 7.18 Decoder 1-ke-2
Gambar 7.19 Decoder 2-ke-4
Gambar 7.20 Binary Decoder 2-ke-4
Gambar 7.21 Decoder 3-ke-8
Gambar 7.22 Seven Segment
Gambar 7.23 BCD-to-7 Segment
Gambar 7.24 Enkoder 4-ke-2
Gambar 7.25 P-Enkoder 8-ke-3
Gambar 7.26 Rangkaian Logika 8-ke-3
Gambar 7.27 Mengontrol posisi motor stepper menggunakan Rotary Enkoder
Gambar 7.28 BCD-to-Seven Segment
Gambar 7.29 Mikroprosesor intel
Gambar 8.1 Control Loop System pada Tangki Heat Exchanger
Gambar 8.2 Control Loop System
Gambar 8.3 SR Flip-flop gerbang NAND
Gambar 8.4 Diagram waktu SR Flip-flop
Gambar 8.5 SR Flip-flop gerbang NOR
Gambar 8.6 SR Flip-flop berdetak saat Clock berlogika 1
Gambar 8.7 SR Flip-flop berdetak saat Clock berlogika 0
Gambar 8.8 Simbol SR Flip-flop berdetak
Gambar 8.9 Rangkaian Logika D Flip-flop
Gambar 8.10 Simbol D Flip-flop
Gambar 8.11 IC D Flip-flop
Gambar 8.12 IC JK Flip-flop
Gambar 8.13 JK Flip-flop
Gambar 8.14 Diagram Waktu JK Flip-flop
Gambar 8.15 Shift Register
Gambar 8.16 Shift Register Serial in Paralel Out
Gambar 8.17 Diagram Waktu Shift Register Serial in Paralel Out
Gambar 8.18 Shift Register Serial in Serial Out
Gambar 8.19 Shift Register Paralel in Serial Out
Gambar 8.20 Shift Register Serial in Paralel Out
Gambar 8.21 Rangkaian Modulus 4
Gambar 8.22 Rangkaian Modulus 8
Gambar 8.23 Decade Counter
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES xi
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR
Gambar 8.24 Down Counter
Gambar 8.25 Ring Johnson Counter
Gambar 8.26 Diagram Waktu Ring Johnson Counter
Gambar 8.27 Pengendali Motor Stepper
Gambar 8.28 Pengendalian Motor Stepper
Gambar 8.29 Suasana pekerjaan akuntan di Baltimore tahun 1936
Gambar 9.1 Sinyal Analog dan Digital
Gambar 9.2 Representasi sinyal digital
Gambar 9.3 Sinyal Digital dan Analog
Gambar 9.4 Analog to Digital Converter
Gambar 9.5 Rangkaian Analog to Digital Converter
Gambar 9.6 Kecepatan Sampling ADC
Gambar 9.7 Proses Konversi Analog to Digital
Gambar 9.8 Pengambilan sampling dari sinyal analog menjadi diskrit
Gambar 9.9 Penentuan Sinyal Diskrit Menjadi Sinyal Digital
Gambar 9.10 Transfer Function ADC 3-bit
Gambar 9.11 Rangkaian Pembaca Suhu Ruangan
Gambar 9.12 Rangkaian Lampu Taman Otomatis
Gambar 9.13 Digital to Analog Converter
Gambar 9.14 Rangkaian Digital to Analog Converter
Gambar 9.15 Karakteristik Keluaran DAC
Gambar 9.16 Konversi Gelombang Sinus
Gambar 9.17 DAC 4-bit
Gambar 9.18 Grafik karakteristik DAC 4-bit
Gambar 9.19 Audio Amplifier dengan LM386, Gain = 200
Gambar 9.20 Kendali motor dengan prinsip DAC
Gambar 9.21 Digital Potensiometer untuk Mengatur Volume
Gambar 9.22 Era Digital
Gambar 10.1 Kontrol Temperatur
Gambar 10.2 Kontrol Open Loop
Gambar 10.3 Kontrol Close Loop
Gambar 10.4 Kontrol Level Menggnakan Kontrol Flow
Gambar 10.5 Kondisi Offset
Gambar 10.6 Sistem Kontrol
Gambar 10.7 I/P Converter
Gambar 10.8 V/I Converter
Gambar 10.9 Pressure Transmitter
INSTRUMENTASI DAN
xii OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR
Gambar 10.10 Level Transmitter
Gambar 10.11 Flow Transmitter
Gambar 10.12 Temperatur Transmitter
Gambar 10.13 Control Valve FC
Gambar 10.14 Control Valve FO
Gambar 10.15 PID Controller
Gambar 10.16 Programmable Logic Controller
Gambar 10.17 Aksi Pengendali
Gambar 10.18 Indikator Bar Graph
Gambar 10.19 Karakteristik Pengisian Tangki
Gambar 10.20 Sistem Kontrol temperatur
Gambar 10.21 Karakteristik Kontrol temperatur
Gambar 10.22 Keadaan Steady State Sistem Kontrol temperatur
Gambar 10.23 Blok Diagram Kontrol Proses
Gambar 10.24 Respon Terhadap frekuensi
Gambar 10.25 P&ID Sistem Kontrol Temperatur
Gambar 10.26 Sistem Kontrol Tekanan
Gambar 10.27 P&ID Sistem Kontrol Tekanan
Gambar 10.28 Sistem Kontrol Aliran
Gambar 10.29 P&ID Sistem Kontrol Aliran
Gambar 10.30 Sistem Kontrol Tinggi Permukaan
Gambar 10.31 P&ID Sistem Kontrol Tinggi Permukaan
Gambar 10.32 Sistem Kontrol Temperatur
Gambar 10.33 P&ID Sistem Kontrol Temperatur
Gambar 10.34 Gambar Sistem Kontrol Temperatur
Gambar 10.35 Memilih Template P&ID pada Ms. Visio
Gambar 10.36 Jendela Shape dan Lembar kerja Visio
Gambar 10.37 Pemilihan Simbol P&ID
Gambar 10.38 Pengaturan Tag number dan identification Number
Gambar 10.39 Pengaturan Garis Pipa
Gambar 10.40 Pemilihan Simbol Sinyal
Gambar 10.41 P&ID Kontrol Temperatur
Gambar 10.42 Ruang Kontrol
Gambar 11.1 PLC Modular
Gambar 11.2 Blok Diagram CPU
Gambar 11.3 Jalur komunikasi pada CPU
Gambar 11.4 Blok Diagram Z80
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES xiii
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR

Gambar 11.5 Register Z80


Gambar 11.6 Pin Out Z80
Gambar 11.7 Sistem Minimum Z80
Gambar 11.8 Program Transfer Data
Gambar 11.9 Hasil Compile Program Transfer Data
Gambar 11.10 Kondisi Register Z80
Gambar 11.11 Program Transfer Data register
Gambar 11.12 Kondisi Register Z80 Operasi Register
Gambar 11.13 Program Operasi Logika AND
Gambar 11.14 Program Penambahan
Gambar 11.15 Program LED Berjalan
Gambar 11.16 Pengaturan peripheral Device
Gambar 11.17 Pengaturan Alamat peripheral Device
Gambar 11.18 Program Input Data
Gambar 11.19 Simulasi Input Data
Gambar 11.20 Mikroprosesor 8086
Gambar 11.21 Sistem Minimum Mikroprosesor 8086
Gambar 11.22 Register Mikroprosesor 8086
Gambar 11.23 Program Transfer Data Mikroprosesor 8086
Gambar 11.24 Simulasi operasi transfer Data 8086
Gambar 11.25 Register Flag 8086
Gambar 11.26 Program penambahan 8086
Gambar 11.27 Mikroprosesor Intel 4004
Gambar 11.28 Mikroprosesor Intel 4004
Gambar 12.1 Simulasi Motor DC pada MATLAB
Gambar 12.2 Tampilan Awal Proteous
Gambar 12.3 Pemilihan Kertas Gambar
Gambar 12.4 Pemilihan Template PCB
Gambar 12.5 Lembar Kerja Proteous
Gambar 12.6 Pemilihan Resistor
Gambar 12.7 Pengaturan Tegangan
Gambar 12.8 Pengaturan DC Voltmeter
Gambar 12.9 Menjalankan Simulasi Proteus
Gambar 12.10 Simulasi Rangkaian Flip Flop
Gambar 12.11 Simulasi Rangkaian Up Down Counter
Gambar 12.12 Skema Mikrokontroler 89c51
Gambar 12.13 Compile Program
INSTRUMENTASI DAN
xiv OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
GAMBAR

Gambar 12.14 Lokasi Folder Library proteus


Gambar 12.15 Simulasi Arduino Uno
Gambar 12.16 Pengaturan Output Proses Compile
Gambar 12.17 Lokasi File Hex
Gambar 12.18 Pengaturan Program File
Gambar 12.19 Tampilan awal LabView
Gambar 12.20 Tampilan LabView
Gambar 12.21 Control Pallete
Gambar 12.22 Control Pallete
Gambar 12.23 Function Pallete
Gambar 12.24 Mengatur Boolean LED
Gambar 12.25 Mengatur Boolean Toggle Switch
Gambar 12.26 Menyambung menggunakan Connect Wire
Gambar 12.27 Simulasi Control LED
Gambar 12.28 Membuat Aplikasi *.Exe
Gambar 12.29 Mengatur Boolean LED
Gambar 12.30 Pengaturan Vertical Fill
Gambar 12.31 Pengaturan Tank
Gambar 12.32 Pengaturan Square LED
Gambar 12.33 Pengaturan Kontrol Numerik
Gambar 12.34 Pengaturan While Loop
Gambar 12.35 Pengaturan Comparator dan Loop Timing
Gambar 12.36 Tampilan Control Panel dan Blok Diagram
Gambar 12.37 Membuka Software Simulink
Gambar 12.38 Tampilan Awal simulink
Gambar 12.39 Pengaturan Blok Sine Wave
Gambar 12.40 Pengaturan Scope
Gambar 12.41 Wiring Blok diagram
Gambar 12.42 Tampilan Tanggapan Sinyal
Gambar 12.43 Pengaturan Blok Sum
Gambar 12.44 Pengaturan Blok PID
Gambar 12.45 Pengaturan Transfer Function
Gambar 12.46 Pengaturan Parameter Transfer Function
Gambar 12.47 Tanggapan Sinyal kontrol
Gambar 12.48 Cleve Moler

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES xv
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
TABEL

Tabel 1.1 Nilai warna gelang resistor


Tabel 1.2 Tabel Pengukuran praktik 1
Tabel 1.3 Tabel Pengukuran Praktik 2
Tabel 1.4 Hasil Pengukuran praktik 3
Tabel 1.5 Hasil Pengukuran praktik 4
Tabel 2.1 Hubungan Posisi saklar dengan tegangan output
Tabel 2.2 Hasil Pengukuran praktik
Tabel 2.3 Hasil Pengukuran praktik
Tabel 5.1 Kode BCD
Tabel 5.2 Sandi Excess-3
Tabel 5.3 Sandi Grey
Tabel 5.4 Sandi ASCII
Tabel 7.1 Tabel Kebenaran Rangkaian Kombinasional
Tabel 7.2 Tabel Kebenaran Rangkaian Kombinasional
Tabel 7.3 Tabel Kebenaran Rangkaian Full Adder

INSTRUMENTASI DAN
xvi OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PETUNJUK
PENGGUNAAN
BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Sistem Kendali Instrumentasi dan
Otomatisasi Proses Jilid I yang diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya
dan meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik.
Mengingat pentingnya buku ini, disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.

Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam


buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini, karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Harian. Jika anda belum
menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka anda dapat mengulangi untuk mempelajari
materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila anda masih mengalami kesulitan
memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
guru anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebuut adalah:
Contoh Soal Digunakan untuk memberikan gambaran soal yang akan
ditanyakan dan cara menyelesaikannya.
Praktikum Lembar acuan yang digunakan untuk melatih keterampilan
peserta didik sesuai kompetensi keahlianya.
Jelajah Internet Fitur yang dapat digunakan peserta didik untuk menambah
sumber belajar dan wawasan. Menampilkan link sumber belajar
dan QR code yang dapat diakses melalui QR code scanner yang
terdapat pada smartphone.
Cakrawala Berisi tentang wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
dengan ilmu yang sedang dipelajari.
Tugas Mandiri Kegiatan yang bertujan untuk melatih peserta didik dalam
memahami suatu materi dan dikerjakan secara individu.
Rangkuman Berisi ringkasan pokok materi dalam satu bab.
Penilaian Harian Digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
sudah dicapai peserta didik setelah mempelajari satu bab.
Penilaian Akhir Semester Digunakan untuk mengevaluasi kompetensi peserta didik
setelah mempelajari materi dalam satu semester.
Refleksi Kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta didik maupun guru
di akhir kegiatan pembelajaran guna mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES xvii
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PETA KONSEP

PENERAPAN TRINADADALAM PENULISAN


HARMONI EMPAT SUARA

SEMESTER GASAL SEMESTER GENAP

BAB I KOMPONEN BAB VII RANGKAIAN


ELEKTRONIKA ANALOG KOMBINASIONAL SISTEM DIGITAL

BAB II RANGKAIAN BAB VIII RANGKAIAN


ELEKTRONIKA DAYA SEKUENSIAL SISTEM DIGITAL

BAB III RANGKAIAN OP-AMP BAB IX RANGKAIAN CONVERTER


PADA AKTUATOR DIGITAL (ADC/DAC)

BAB IV SISTEM BILANGAN BAB X SISTEM KENDALI


DENGAN SIMULASI SOFTWARE

BAB V SISTEM SANDI DIGITAL BAB XI MIKROPROSESSOR

BAB VI RANGKAIAN DASAR BAB XII PEMROGRAMAN DAN


SISTEM DIGITAL SIMULASI SISTEM KENDALI

INSTRUMENTASI DAN
xviii OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

APERSEPSI

Sistem Kendali Instrumentasi dan Otomatisasi Proses merupakan salah satu


mata pelajaran produktif pada kompetensi keahlian Instrumentasi dan Otomatisasi
Proses. Mata pelajaran tersebut dipelajari di kelas XI dan XII, dalam buku ini akan
memuat materi kelas XI atau Jilid I yang terbagi dalam dua semester dan dua belas
bab.
Pada semester gasal peserta didik akan mempelajari materi tentang komponen
elektronika analog, elektronika daya, rangkaian op-amp pada aktuator, sistem
bilangan, sistem sandi digital, dan rangkaian dasar sistem digital. Sedangkan di
semester genap akan mempelajari tentang rangkaian kombinasional sistem digital,
rangkaian sekuensial sistem digital, rangkaian converter digital (ADC/DAC), sistem
kendali dengan simulasi software, mikroprosessor, dan pemrograman dan simulasi
sistem kendali.
Buku ini diharapkan dapat menjadi penunjang bagi peserta didik untuk
belajar mengenai kompetensi keahliannya sehingga peserta didik dapat mengambil
manfaatnya untuk diterapkan di dunia industri maupun di dunia usaha.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES xix
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

KOMPONEN ELEKTRONIKA BAB


ANALOG I

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari tentang komponen elektronika analog, peserta didik dapat


menjelaskan cara kerja dan karakterisik komponen elektronika analog serta
penerapannya dalam rangkaian elektronika dengan benar.

PETA KONSEP

Komponen Elektronika Analog

A B
C.
Pengertian Jenis Komponen
Penerapan
komponen Elektronika Analog
Komponen
Elektronika Analog
Elektronika Analog

KATA KUNCI

Komponen analog, Resistor, Kapasitor, Dioda, Transistor, forward-bias, reverse-bias

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 1
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Komponen Elektronika merupakan komponen atau bahan utama dalam


pembuatan suatu alat elektronika. Penggunaannya dalam sistem kendali
instrumentasi di industri sudah tidak terbantahkan lagi. Karena itu pengetahuan
tentang apa dan bagaiman cara kerja komponen-komponen sangatlah penting.
Karena untuk dapat menggunakannya kita harus memahami terlebih dahulu
macam-macam komponen elektronika, fungsi dan karakteristik setiap komponen.
Sehingga dengan pengetahuan itu kita dapat menerapkannya untuk membuat
suatu sistem kendali instrumentasi.

Gambar 1.1: Komponen elektronika


Sumber: https://www.immersa-lab.com/5-komponen-dasar-elektronika-beserta-fungsinya.
htm

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Komponen Analog


Komponen Elektronika adalah sebuah alat berupa benda tunggal yang
menjadi bagian pendukung dari suatu rangkaian elektronika yang dapat bekerja
sesuai dengan kegunaannya. Dalam bidang ilmu elektronika kita mengenal
beberapa macam komponen elektronika. Jika ditinjau dari bentuk sinyal
listrik yang digunakan, maka komponen elektronika dapat dibedakan menjadi
komponen elektronika analog dan komponen elektronika digital. Pada bab ini
pembahasan difokuskan tentang elektronika analog. Elektronika analog ialah
bidang elektronika dimana sinyal listrik yang digunakan bersifat kontinyu. Jadi
dapat disimpulkan bahwa komponen elektronika analog berupa benda tunggal
yang mendukung rangkaian elektronika dengan menggunakan besaran listrik
kontinyu. Sedangkan komponen analog yang digunakan umumnya disebut
dengan komponen diskrit.

B. Jenis-Jenis Komponen Elektronika Analog


1. Resistor

INSTRUMENTASI DAN
2 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Dalam praktek dibidang elektronika hampir semua rangkaian listrik
mempergunakan resistor. Untuk menggunakan resistor kita harus
memperhatikan karakteristik masing-masing jenis resistor. Resistor
merupakan sarana untuk mengontrol arus dan tegangan yang bekerja
dalam suatu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan
umumnya terbuat dari bahan karbon . Besarnya hambatan resistor berbanding
terbalik dengan besarnya arus yang mengalir pada resistor tersebut seperti
dirumuskan dalam hukum Ohm.
V = I x R atau R = V / I ohm
dimana V = tegangan,
R = hambatan
I = arus yang mengalir didalam resistor.
Dengan kata lain semakin besar hambatan sebuah resistor maka semakin
besar pula daya hambat terhadap arus yang mengalir atau sebaliknya.
Resistor yang sudah dikembangkan sampai saat ini dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu resistor bernilai tetap dan resistor yang nilainya berubah
terhadap pengaruh suhu.
a. Resistor Tetap
Resistor jenis ini mempunyai nilai hambatan yang tetap. Namun nilai
yang tertera pada suatu resistor bukanlah nilai eksaknya. Nilai yang
ditampilkan dengan kode gelang warna itu menyatakan nilai resistansi
dan nilai toleransinya. Semakin kecil nilai toleransinya maka semakin
baik karena tingkat penyimpangan akibat sesuatu hal akan semakin kecil.
Bentuk dan simbol resistor tetap dapat dilihat pada gambar 1.2 Dengan
tabel 1.1 kita dapat menentukan nilai sebuah resistor dengan berdasarkan
gelang warnanya.



a b
Gambar 1.2 Bentuk dan simbol resistor
Sumber: Dokumen pribadi
Contoh 1.1:
Sebuah resistor mempunyai gelang warna merah, ungu, coklat dan emas.
Tentukan nilai hambatan resistor tersebut berdasarkan gelang warna!
Tabel 1.1 Nilai warna gelang resistor
Warna Gelang ke-1 Gelang ke-2 ( Gelang ke-3 Gelang ke-4
angka kedua (Toleransi)
( angka ) ( x 10n )
pertama )
Hitam 0 0 x 100
Coklat 1 1 x 1021 +1 %
Merah 2 2 x103 +2 %
Orange 3 3 x10
Kuning 4 4 x10 4

Hijau 5 5 x1056 + 0,05 %


Biru 6 6 x107 + 0,25 %
Ungu 7 7 x108 + 0,1 %
Abu-abu 8 8 x109 + 0,05 %
Putih 9 9 x10
Emas x0,1 +5%
Perak x0,01 + 10 %
Tanpa warna + 20 %
Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 3
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Penyelesaiannya:
warna merah = 2 Angka pertama
warna ungu = 7 Angka kedua
warna coklat = 1 x 101
warna emas = + 5% Toleransi
Nilai hambatan resistor tersebut = 27 x 10 + 5% ohm

Nilai resistor yang umum dijual di masyarakat tersedia dalam nilai resistor standar
yang dikenal dengan istilah E series yang nilai-nilainya merupakan kelipatan
sepuluh. Jumlah nilai yang diberikan setiap seri ditentukan oleh toleransinya.
Series E6 untuk resistor yang bertoleransi +20% harus menyediakan enam nilai
dasar. Dengan demikian untuk series E12 (toleransi +10%) harus menyediakan
12 nilai dasar dan series E24 (untuk toleransi +5%) harus menyediakan 24 nilai
dasar. Gambar 1.3 dapat menjelaskan hubungan antara series E6, seri E12 dan
seri E24.

Gambar 1.3 Perbandingan Nilai Standard Resistor Series E6, E12, dan E24
Sumber: Dokumen pribadi

Contoh 1.2:
Jika standar nilai resistor yang dikembangkan di masyarakat adalah E6 dengan
deret sebagai berikut: 1,0 – 1,5 – 2,2 – 3,3 – 4,7 – 6,8. Tuliskan 6 nilai resistor
lainnya yang termasuk E6 series!

Penyelesaian:
Nilai resistor lainnya didapatkan dengan mengalikan deret yang ada dengan 10.
Jadi deret lanjutannya adalah: 10 –15 – 22 – 33 – 47 – 68
atau 10 – 100 – 1KΩ – 10 KΩ – 100 KΩ – 1 MΩ

b. Resistor Variabel
1) Thermal Resistor (Thermistor)
Resistansi suatu termistor berubah seiring dengan berubahnya suhu
atau temperatur yang dikenakan kepadanya. Terdapat dua jenis
thermistor yaitu PTC dan NTC. Gambar 1.4 menjelaskan bentuk dan
symbol dari masing-masing thermistor. Thermistor terbuat dari
bahan keramik semikonduktor seperti Kobalt, Mangan atau Nikel
Oksida yang dilapisi dengan kaca.
Keuntungan dari Thermistor adalah:
a) Memiliki respon yang cepat atas perubahan suhu.
b) Lebih murah dibanding dengan Sensor Suhu jenis RTD (Resistive

INSTRUMENTASI DAN
4 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Temperature Detector).
c) Rentang atau Range nilai resistansi yang luas berkisar dari 2.000
Ohm hingga 10.000 Ohm.
d) Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.

Gambar 1.4 Bentuk dan simbol thermistor


Sumber: http://www.webstudi.site/2016/10/pengertian-resistor-dan-jenis-jenis.html

a) PTC (Positive Temperature Coefficient)


Jenis ini biasa digunakan untuk proteksi arus lebih (over current).
Bila arus yang mengalir melalui thermistor masih di bawah
nilai ambang, maka efek pemanasan diri akan dapat diabaikan.
Sedangkan resistansi thermistornya akan tetap rendah berkisar
nilai resistansi pada suhu 25oC.
Untuk memahami prinsip kerja PTC mari kita amati karakteristik
PTC pada gambar 1.5.
Terlihat dari grafik bahwa dengan bertambahnya suhu yang
dikenakan pada thermistor PTC, resistansi masih belum
memperlihatkan kenaikan yang signifikan. Tetapi setelah
mencapai suhu tertentu, maka resistansinya pun naik dengan
sangat cepat.

Gambar 1.5 Karakteristik thermistor PTC


Sumber: Dokumen pribadi

b) NTC (Negative Temperature Coefficient)


Jenis ini akan memiliki resistansi yang akan menurun jika
suhu yang bekerja padanya meningkat atau bertambah panas.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 5
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Dengan semakin tinggi suhu, maka arus yang dapat mengalir


melalui resistor semakin tinggi pula.

Gambar 1.6 Karakteristik thermistor NTC


Sumber: Dokumen pribadi

c. LDR (Light Dependent Resistor)


LDR adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansinya dapat
berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Resistor jenis ini
menggunakan bahan semikonduktor cadmium sulfide(CdS) dan cadmium
Selenida(CdSe) yang mempunyai karakteristik listriknya berubah-ubah
sesuai dengan cahaya yang diterima.

Gambar 1.7 Bentuk dan symbol LDR


Sumber: Dokumen pribadi

Sedangkan grafik karakteristik LDR dapat dilihat dalam gambar 1.8

Gambar 1.8 Karakteristik LDR


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
6 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Semakin tinggi intensitas cahaya mengenai LDR, maka semakin kecil nilai
resistansinya.
d. VDR (Voltage Dependent Resistor)
Jenis resistor ini nilai resistansinya akan berubah tergantung dari
tegangan yang diterimanya

a. Bentuk VDR

b. Simbol VDR

Gambar 1.9 Bentuk dan simbol VDR


Sumber: https://www.electronicshub.org/varistor/

Semakin besar tegangan yang diterimanya, maka nilai tahanannya akan


semakin mengecil. Dengan demikian sesuai hukum ohm, maka arus yang
melaluinya akan semakin besar. Hal ini jika digambarkan dalam bentuk
grafik maka akan didapatkan seperti pada gambar 1.9.

Gambar 1.10 Karakteristik VDR


Sumber: Dokumen pribadi

2. Dioda
Struktur utama dioda adalah dua buah kutub elektroda berbahan
konduktor yang masing-masing terhubung dengan semikonduktor silikon
jenis P dan jenis N. Elektroda yang terhubung dengan silikon jenis P dimana
elektron yang terkandung lebih sedikit dinamakan kaki Anoda. Sedangkan
elektroda yang terhubung dengan silikon jenis N dimana elektron yang
terkandung lebih banyak dinamakan kaki Katoda. Pertemuan antara silikon N
dan P akan membentuk suatu perbatasan yang disebut P-N Junction seperti
dapat dilihat pada gambar 1.11

Gambar 1.11 Dioda sambungan P-N dan simbolnya


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 7
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Daerah yang berwarna coklat adalah daerah P-N junction yang merupakan
lapisan serapan dimana tidak terdapat pembawa muatan bebas.

Gambar 1.12 Karakteristik dioda silikon


Sumber: Dokumen pribadi

Dioda jika diberi panjaran maju (forward-bias ), maka lapisan serapan akan hilang.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tegangan positif ke kaki anoda
dan tegangan negatif ke kaki katoda. Sebaliknya apabila anoda dihubungkan
dengan tegangan negatif dan katoda ke tegangan positif atau disebut juga
dipanjar terbalik (reverse-bias), maka arus yang mengalir sangat kecil dan
dapat diabaikan. Secara grafik cara kerja dioda dapat digambarkan seperti pada
gambar 1.12. Karena sifat dioda yang hanya menghantar ke satu arah inilah yang
menjadikan dioda sebagai komponen penyearah.
Pengkodean dioda:
a. Huruf pertama menyatakan bahan semikonduktor yang digunakan:
A = germanium,
B = silikon,
C = arsenide gallium,
D = fotodioda
b. Huruf kedua menyatakan aplikasi:
A = dioda serba guna,
B = dioda kapasitansi variable,
E = dioda tunel,
P = poto dioda,
Q =dioda pemnacar cahaya,
T = rectifier terkendali,
X = dioda varaktor,
Y = rectifier daya,
Z = dioda zener

INSTRUMENTASI DAN
8 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

3. Kapasitor

Gambar 1.13: Bentuk dan simbol kapasitor


Sumber: Dokumen pribadi
Kapasitor ini adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan
energi muatan listrik. Kapasitor mempunyai dua buah pelat konduktor yang
biasanya dalam bentuk aluminium maupun perak yang dipasangkan saling
berdekatan antara satu dengan yang lainnya. Kedua plat tersebut dipisahkan
oleh medium dielektrik yang bersifat zat non-konduktif. Bahan medium yang
umum digunakan adalah mika, keramik, selulosa, porselen, milar, teflon, dan
udara. Bahan dielektrik menentukan jenis kapasitor tersebut dan untuk apa
penggunaannya.
Sebuah kapasitor apabila dihubungkan dengan terminal catu daya, maka
akan terjadi aliran muatan listrik ke dalam kapasitor. Proses pengisian muatan
listrik akan berhenti apabila tegangan pada kapasitor sudah sama dengan
tegangan sumber tegangan. Arus yang mengalir di dalam kapasitor berbanding
lurus dengan perkalian antara kapasitansi (C) dengan kecepatan perubahan
tegangan. Secara rumus dapat dituliskan sebagai berikut:
i = C x (kecepatan perubahan tegangan)

i=C

dimana:
i = arus yang mengalir di dalam kapasitor
C = kapasitas kapasitor
dv = perubahan tegangan

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 9
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL
MATERI PEMBELAJARAN

Tegangan yang diberikan kepada kapasitor mengalami perubahan tetap dari 5 volt
sampai 24 volt dalam selang waktu 0,2 detik. Jika kapasitor mempunyai kapasitansi
sebesar 10 uF, tentukan arus yang mengalir di dalam kapasitor tersebut!
Penyelesaian

i = 10 x 10-6 x
= 0,95 mA

Muatan listrik yang dapat disimpan di dalam medan listrik antara pelat-pelat
kapasitor akan sebanding dengan perkalian antara tegangan yang diberikan dan
kapasitansi dari kapasitor. Secara rumus dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = C.V
Dimana:
Q adalah muatan dalam Coulomb,
C adalah kapasitansi dalam Farad, dan
V adalah beda potensial dalam volt.

CONTOH SOAL

Sebuah kapasitor 47 uF dihubungkan dengan sumber tegangan 25 volt. Berapakah


muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor?
Penyelesaian:
Muatan yang tersimpan = Q
Q = C.V = 25 x 47 x 10 -6 = 1,2 mC

Karakteristik Kapasitor:
a. Bla dihubungkan dengan tegangan dc maka kapasitor merupakan hambatan
yang sangat besar.
b. Tetapi bila dihubungkan dengan tegangan ac, kapasitor mempunyai
resistansi ( disebut reaktansi kapasitif) yang nilainya berubah-ubah sesuai
dengan frekuensi kerja.
c. Terhadap tegangan ac akan menimbulkan pergeseran fasa, dimana arus
90o mendahului tegangannya.
Resistansi kapasitif disimbolkan dengan notasi Xc. Besarnya reaktansi kapasitor
ditulis dengan rumus :
XC = 1/( w.C )
Karena w = 2πf, maka:
XC = 1/(2πf.C)
Dimana:
Xc = Reaktansi kapasitif (ohm)
f = frekuensi kerja rangkain dalam satuan hertz
C = kapasitansi (farad)
Dengan menggunakan rumus reaktansi kapasitif tersebut dapat menjelaskan
karakterisitik kapasitor point a) dan b).

INSTRUMENTASI DAN
10 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERICONTOH SOAL
PEMBELAJARAN

Sebuah kapasitor 100 uF dihubungkan dengan sumber sinyal dengan frekuensi


kerja 100 Hertz. Tentukan reaktansi kapasitif kapasitor!

Penyelesaian:
Diketahui kapasitas kapasitor 100 uF = 100 x 10-6 Farad
Frekuensi kerja 100 Hz
Xc = 1 / (2 x 3,14 x 100 x 100 x 10-6 )
= 15,92 Ω

4. Transistor
a. Transistor Bipolar (BJT)
Transistor adalah singkatan dari transfer resistor, yang merupakan komponen
semikonduktor yang terdiri dari 3 lapis P-N  junction. Transistor bipolar
memiliki tiga kaki yaitu basis, kolektor dan emitor. Berdasarkan lapisan P-N
junction nya transistor dibedakan menjadi dua macam yaitu transistor jenis
PNP dan transistor jenis NPN seperti dapat dilihat simbolnya pada gambar
1.14.
Seperti halnya dengan dioda, transistor juga mempunyai pengkodean tertentu
sebagai berikut:
1) Huruf pertama menyatakan bahan semikonduktor:
A = Germanium,
B = Silikon

Gambar 1.14 Bentuk dan simbol transistor


Sumber: Dokumen pribadi

2) Huruf kedua menyatakan aplikasi:


C = daya tinggi, frekuensi rendah
D = daya rendah, frekuensi rendah
F = daya rendah, frekuensi tinggi
L = daya tinggi, frekuensi tinggi
S = transistor saklar daya rendah
U = transistor saklar daya tinggi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 11
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL
MATERI PEMBELAJARAN

Jelaskan makna dari kode transistor berikut: BC 109, BD 140, dan AF 115
Penyelesaian:
BC 109: Transistor silikon untuk daya rendan dan frekuensi rendah.
BD 140: Transistor silikon untuk daya tinggi dan frekuensi rendah.
AF115: Transistor germanium untuk daya rendah frekuensi tinggi.

Cara pemberian bias transistor:


Transistor BJT bekerja berdasarkan besar arus pada kaki basis sebagai biasnya,
semakin besar arus bias pada kaki basis maka semakin besar juga arus yang
dapat dihantarkan antara emiter ke kolektor. Besarnya penguatan arus ini
dinyatakan dengan gain arus (diberi notasi βdc atau hfe). Jadi tidak akan ada arus
antara kolektor dan emitor apabila pada basis tidak diberi tegangan muka atau
bias. Dengan bantuan gambar 1.15 a dan b dapat dijelaskan cara pemberian bias
kepada transistor. Hubungan antara arus emitor, arus basis dan arus kolektor
dinyatakan dengan persamaan berikut:
Ie = Ib + Ic
Dimana Ie adalah arus emitor, Ib adalah arus basis, dan Ic adalah arus kolektor.

Gambar 1.15 Pemberian bias transistor NPN dan PNP


Sumber: Dokumen pribadi

Ada tiga konfigurasi dasar rangkaian penguat transistor bipolar yaitu common-
emitor, common-kolektor, dan common-basis seperti ditunjukkan dalam gambar
1.16.

a b c
Commom-emitor common-kolektor common-basis
Gambar 1.16 Konfigurasi transistor bipolar
Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
12 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Untuk memahami cara kerja transistor bipolar lebih jauh lagi dapat dilakukan
dengan menganalisa karakteristik input (gambar 1.17) dan karakteristik output
transistor (gambar 1.18). Sebagai contoh kita gunakan transistor tipe NPN.

Gambar 1.17 Karakteristik input transistor bipolar


Sumber: Dokumen pribadi

Tampak dari grafik tersebut bahwa arus basis baru akan mengalir apabila
tegangan basis-emitor sudah mencapai 0,6 volt.

Gambar 1.18 Karakteristik output transistor


Sumber: Dokumen pribadi

Hubungan antara tegangan kolektor-emitor dengan arus kolektor dijelaskan


dalam gambar grafik 1.18. Setelah tegangan VCE mencapai nilai tertentu (tampak
sekitar 2 V), maka perubahann besar arus kolektor relatih tetap walaupun
tegangan VCE mengalami perubahan yang cukup besar. Dengan percobaan arus
basis yang bermacam-macam besarnya, terbukti bahwa arus IC relative setabil
dengan perubahan tegangan VCE yang cukup besar. Dapat pula kita simpulkan
bahwa hubungan antara arus basis Ib dengan arus kolektor Ic mendekati linier
atau dianggap linier sehingga berlaku rumus sebagai berikut: Ic = β.Ib

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 13
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Transistor Efek Medan (FET)


Field-effect transistor mempunyai fungsi yang hampir sama dengan
transistor bipolar. Meskipun demikian antara FET dan transistor bipolar
terdapat beberapa perbedaan yang mendasar. Perbedaan utama antara
kedua jenis transistor tersebut adalah bahwa dalam transistor bipolar arus
output (Ic) dikendalikan oleh arus input (Ib). Sedangkan dalam FET arus output
(Id) dikendalikan oleh tegangan input (Vgs), karena arus input adalah nol.
Sehingga resistansi input FET sangat besar, dalam orde puluhan mega-ohm.
Jadi dengan kata lain perbedaan antara Transistor Bipolar (NPN & PNP)
dengan FET adalah terletak pada pengendalian outputnya. FET ini sering
juga disebut dengan Unipolar Transistor karena merupakan Transistor yang
bekerja bergantung dari satu pembawa muatan saja, apakah itu elektron
maupun hole. Sedangkan pada Transistor Bipolar pada umumnya, terdapat
dua pembawa muatan yaitu elektron yang membawa muatan negatif dan
hole sebagai pembawa muatan positif. Seperti halnya transistor bipolar, FET
juga mempunyai tiga konfigurasi dasar seperti ditunjukkan dalam gambar
1.19

a. common source b. common-drain c common-gate


Gambar 1.19 Konfigurasi FET
Sumber: Dokumen pribadi

Keluarga FET yang penting adalah JFET (junction field-effect transistor) dan
MOSFET (metaloxide semiconductor field-effect transistor). JFET terdiri
atas kanal-P dan kanal-N. Sedangkan MOSFET terdiri atas MOSFET tipe
pengosongan (D-MOSFET = Depletion-mode metal-oxide semiconductor
FET) dan MOSFET tipe peningkatan (E-MOSFET = Enhancement-mode metal-
oxide semiconductor FET). Masing-masing tipe MOSFET ini masih terbagi
juga dalam kanal-P dan kanal-N.
1) Junction FET (JFET)
Elektron atau Hole akan mengalir dari Terminal Source (S) ke
Terminal Drain (D). Besar arus pada outputnya (disebut arus drain, ID)
akan sama dengan besar arus inputnya yaitu arus source (IS). Besarnya
arus listrik tergantung pada tinggi rendahnya tegangan yang diberikan
pada terminal gerbangnya (G). Fluktuasi Tegangan pada Terminal Gate
(VG) akan menyebabkan perubahan pada arus listrik yang melalui saluran
IS atau ID. Fluktuasi yang kecil dapat menyebabkan variasi yang cukup
besar pada arus aliran pembawa muatan yang melalui JFET tersebut. Hal
ini menunjukkan proses penguatan arus yang terjadi di JFET. Dengan
bantuan grafik karakteristik JFET kanal N seperti pada gambar 1.21,

INSTRUMENTASI DAN
14 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

uraian tentang hubungan tegangan gerbang-source (VGS) dengan arus ID


akan menjadi lebih jelas.

a) Konstruksi JFET b) Simbol JFET


Gambar 1.20 Bentuk dan simbol JFET
Sumber: Dokumen pribadi

Gambar 1.21 Karakteristik ID terhadap perubahan VGS JFET kanal N common-Source


Sumber: Dokumen pribadi

Arus drain secara progresif berkurang apabila


tegangan gerbang-source dijadikan lebih negative. Pada tegangan
VGS tertentu arus drain akan jatuh hingga mencapai nol. Pada
kondisi ini perangkat dikatakan dalam kondisi cut-off.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 15
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.22 Karakteristik output ID JFET kanal N


Sumber: Dokumen pribadi
2) MOSFET
Seperti telah disinggung pada pembahasan sebelumnya, MOSFET adalah
singkatan dari metaloxide semiconductor field-effect transistor. Kontruksi
MOSFET dapat dilihat pada gmbar 1.23.

a) Konstruksi MOSFET b) Simbol MOSFET


Gambar: 1.23 Konstruksi MOSFET kanal N
Sumber: electronicsforu.com/

Seperti halnya JFET, komponen MOSFET pun terbagi menjadi dua macam yaitu
kanal N dan kanal P. Cara kerja MOSFET berdasarkan pada prinsip kendali-
INSTRUMENTASI DAN
16 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

tegangan. Pada saat terminal gerbang-sumber (VGS) diberi tegangan yang cukup
besar maka MOSFET akan ON, sehingga menghasilkan tegangan yang kecil antara
terminal drain-sumber(VDS). Perlu diketahui pada saat keadaan ON, perubahan
tegangan (VDS) berbanding lurus dengan arus drain (ID).

C. Penerapan komponen elektronika analog


Penerapan komponen analog dalam peralatan industri maupun peralatan
rumah tangga sudah berkembang sangat pesat. Ada yang merupakan perangkat
pengaman baik pengguna maupun peralatan yang bersangkutan. Berikut
ini akan dijelaskan beberapa contoh penerapan dalam rangkaian-rangkaian
sederhana yang banyak ditemukan di masyarakat.
1. Pendeteksi panas
Penggunaan komponen thermistor sangat cocok digunakan untuk peralatan
pengamanan seperti sensor pada alat pendeteksian bahaya kebakaran,
sensor suhu engine mesin mobil, sensor suhu kulkas, sensor suhu pada
pengisian ulang batere laptop, sensor suhu penggerak kipas pada komputer
dan sebagainya.

Gambar 1.23 Alaram kebakaran


Sumber: Dokumen pribadi
2. Lampu otomatis
Untuk memudahkan menghidupkan dan mematikan lampu taman atau
lampu di luar rumah, maka rangkaian ini sangat membantu sekali. Apabila
LDR terkena sinar matahari maka lampu akan dan sebaliknya jika LDR tidak
terkena sinar matahari( suasana mendung atau gelap) maka lampu akan
menyala

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 17
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 1.24 Rangkaian lampu otomatis menggunakan LDR


Sumber: Dokumen pribadi

3. Catu daya dc

Gambar 1.25 Rangkaian catu daya sederhana


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
18 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

1. Pengukuran Thermistor
Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih
memahami tentang karakteristik NTC
Keselamatan kerja:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan
dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan sesudah praktik
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

Gambar Kerja:

Gambar 1.26 Rangkaian pengukuran Resistansi NTC


Sumber: Dokumen pribadi

Alat/Bahan Praktik:
a. Avo-meter 1 buah
b. NTC 3 buah
c. Solder listrik 1 buah
Langkah Kerja:
a. Susunlah alat / bahan seperti gambar kerja
b. Ukurlah resistansi NTC pada saat jauh dari sumber panas ( suhu kamar)
c. Catatlah hasil pengukuran pada tabel 2
d. Simpanlah solder yang sudah panas pada posisi ke 1(lihat gambar kerja)
selama 1 menit
e. Setelah satu menit bacalah penunjukan jarum avo-meter dan catatlah
hasil ukur pada tabel 2
f. Ulangi langkah d) dan e) untuk posisi solder listrik pada posisi 2, 3, 4,
dan 5
g. Gantilah NTC dengan komponen NTC yang lain
h. Ulangi langkah praktik dari a) sampe f)
i. Buatlah grafik hubungan antara suhu dengan resitansi NTC
j. Buatlah kesimpulan dari hasil praktik
k. Kembalikan semua peralatan pada tempatnya semula dengan rapih

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 19
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Tabel 1.2 Tabel Pengukuran praktik 1


No Seri Resistansi Resistansi Resistansi Resistansi Resistansi Resistansi
NTC pada suhu pada t1 pada t2 pada t3 pada t4 padat5
kamar (Posisi 1) (posisi 2) (posisi 3) (posisi 4) (posisi 5)
1
2
3

2. Pengukuran Dioda
Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih
memahami tentang karakteristik dioda
Keselamatan kerja:
1. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
2. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
3. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
4. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan
dengan seijin guru pendamping praktik.
5. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan sesudah
praktik
6. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

Gambar Kerja:
a. Forwad bias

INSTRUMENTASI DAN
20 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM
b. Reverse bias

Gambar 1.27 Rangkaian pengujian karakteristik dioda


Sumber: Dokumen pribadi

Alat/Bahan Praktik:
a. Volt-meter 1 buah
b. Ampere-meter 1 buah
c. Catu daya 9 Vdc 1 buah
d. Potensiometer 1 buah
e. Dioda 1 buah
Langkah Kerja:
a. Susunlah alat / bahan seperti gambar kerja 1.27a)
b. Aturlah posisi potensiometer pada posisi minimum
c. Hubungkanlah rangkaian pada sumber tegangan
d. Catatlah tegangan yang terukur pada volt-meter dan arus yang
mengalir melewati D1 yang ditunjukkan oleh ampere-meter
e. Naikkan tegangan forward-bias sesuai yang tercantum dalam
tabel pengukuran dan catatlah arus yang diukur oleh ampere-
meter
f. Ulangi langkah e) untuk tegangan forward-bias yang lebih tinggi
sesuai tabel pengukuran hingga mencapai 0,8 volt.
g. Putuskan hubungan rangkain ke sumber tegangan dan ubahlah
rangkaian kerja dengan membalikkan dioda pada titik P-Q
seperti gambar 1.27b
h. Ulangi langkah b) hingga f) untuk pemberian tegangan reverse-
bias
i. Buatlah grafik karakteristik dioda dari data hasil pengukuran
j. Buatlah kesimpulan dari hasil praktik
k. Putuskan sambungan dari sumber tegangan dan kembalikan
semua peralatan ke tempatnya semula dengan rapih.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 21
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Tabel 1.3 Tabel Pengukuran Praktik 2


No Tegangan bias Tegangan Arus Ket.

(V) (m A )
1 Forward-bias 0
2 Forward-bias 0,1
3 Forward-bias 0,2
4 Forward-bias 0,3
5 Forward-bias 0,4
6 Forward-bias 0,5
7 Forward-bias 0,6
8 Forward-bias 0,8
9 Riverse-bias 0
10 Riverse-bias 2
11 Riverse-bias 3
12 Riverse-bias 4
13 Riverse-bias 5
14 Riverse-bias 6
15 Riverse-bias 7
16 Riverse-bias 8

3. Pengukuran Kapasitor
Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih
memahami tentang karakteristik kapasitor
Keselamatan kerja:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan
praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan
praktik.
d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus
dilakukan dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan sesudah
praktik
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

INSTRUMENTASI DAN
22 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar Kerja:

Gambar 1.28 Rangkaian pengujian capasitor


Sumber: Dokumen pribadi

Alat/Bahan Praktik:
a. Volt-meter 1 buah
b. Ampere-meter 3 buah
c. Catu daya 5 Vdc 1 buah
d. Resistor 100 Ω 1 buah
e. Capasitor 4700uF 1 buah
f. LED 1 buah

Langkah Kerja:
a. Susunlah alat / bahan seperti gambar kerja
b. Aturlah posisi potensiometer pada posisi minimum
c. Hubungkanlah rangkaian pada sumber tegangan
d. Catatlah tegangan yang terukur pada volt-meter dan arus yang
mengalir melewati D1 yang ditunjukkan oleh ampere-meter
e. Naikkan tegangan forward-bias pada tegangan tertentu dan
catatlah tegangan yang terukur pada volt-meter dan arus yang
diukur oleh ampere-meter
f. Catatlah hasil pengukuran ke dalam tabel hasil pengamatan
g. Ulangi langkah e) dan f) untuk tegangan forward-bias yang lebih
tinggi
h. Lakukan langkah g) sebanyak 6 kali untuk tegangan forward-
bias yang terus diperbesar
i. Buatlah grafik karakteristik dioda dari data hasil pengukuran
j. Buatlah kesimpulan dari hasil praktik
k. Putuskan sambungan dari sumber tegangan dan kembalikan
semua peralatan ke tempatnya semula dengan rapih.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 23
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Tabel 1.4 Hasil Pengukuran praktik 3
No Saklar Waktu Tegangan Ampermeter
A3
V1
(m A )
( mV )
1 Off T0
2 On T1
3 T2
4 T3
5 Off T1
6 T2
7 T3
8 T4
9 T5

Waktu (t) disesuaikan dan ditentukan oleh masing-masing praktikan

4. Pengukuran Transistor
Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih
memahami tentang karakteristik Transistor.
Keselamatan kerja:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan
praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan
praktik.
d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus
dilakukan dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan
sesudah praktik
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

Gambar Kerja:

Gambar 1.29 Rangkaian pengujian Transistor


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
24 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Alat/Bahan Praktik:
a. Volt-meter 2 buah
b. Ampere-meter 3 buah
c. Catu daya 9 Vdc 1 buah
d. Resistor 1 KΩ 1 buah
e. Potensiometer (P1) 1 KΩ 1 buah
f. Potensiometer (P2) 500 KΩ 1 buah
g. Transistor 1 buah

Langkah Kerja:
a. Susunlah alat / bahan seperti gambar kerja 1.29
b. Aturlah posisi kedua potensiometer pada posisi minimum
c. Hubungkanlah rangkaian pada sumber tegangan
d. Atur P1 agar arus basis ( Ampermeter A1 ) menjadi 10 uA
e. Atur P2 agar tegangan VCE ( voltmeter V2) menjadi 1 volt
f. Amati arus yang terukur pada A2 ( arus emitor, IE ) dan A3
(arus kolektor,IC ) dan catatlah ke dalam tabel 1.5.
g. Ulangi langkah e) untuk tegangan sesuai tabel 1.5
h. Buatlah kesimpulan dari hasil praktik
i. Putuskan sambungan dari sumber tegangan dan kembalikan
semua peralatan ke tempatnya semula dengan rapih.

Tabel 1.5 Hasil Pengukuran praktik 4
No Arus basis Tegangan Tegangan Arus Arus
VCE
VB E Emitor Koleltor
(V)
( mV ) ( mA ) (m A )
1 10 uA 1
2 10 uA 2

3 10 uA 3
4 10 uA 4
5 10 uA 5
6 10 uA 6
7 10 uA 7
8 10 uA 8
9 10 uA 9
10 10 uA 10

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 25
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

 Perkembangan Transistor

Tabung hampa udara ditemukan oleh Amerika Lee De Forest seorang


fisikawan pada tahun 1906 dan telah diterapkan pada hampir semua komputer
dan mesin hitung. Tabung hampa udara ini bekerja dengan menggunakan
sejumlah energi listrik untuk memanaskan filamen di dalam tabung sampai
berwarna merah.Perangkat asli De Forest adalah triode, yang dapat mengontrol
aliran elektron ke pelat bermuatan positif di dalam tabung.
Penggunaan tabung vakum sangat tidak efisien karena membutuhkan
banyak ruang dan perlu sering diganti. Dahulu teknologi komputer pada tahun
1940-an dan 50-an memiliki 18.000 tabung di dalamnya. Mendinginkan ruangan
dari panas yang dihasilkan oleh 18.000 tabung tentu tidaklah murah.

Gambar 1.30 Replika Transistor Pertama


Sumber : https://clintonwhitehouse4.archives.gov

Revolusi komputer berawal ditemukannya sebuah transistor. Transistor


ditakdirkan untuk menyingkirkan masa-masa keemasan tabung vakum di
komputer, radio, dan elektronik lainnya.John Bardeen, Walter Brattain dan
William Shockley menemukan transistor kerja pertama di Bell Labs pada tahun

INSTRUMENTASI DAN
26 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

1947 dan transistor bipolar pada tahun 1948.Transistor MOS atau MOSFET
(Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor), kemudian ditemukan
oleh Mohamed Atalla dan Dawon Kahng di Bell Labs pada tahun 1959, yang
menyebabkan produksi massal transistor MOS untuk berbagai macam kegunaan.
Sejak itu MOSFET telah menjadi perangkat yang paling banyak diproduksi dalam
sejarah.

GAMBAR 1.31 Perkembangan Transistor


Sumber : https://www.chipsetc.com/

Ternyata transistor pun semakin berkembangnya teknologi dan juga kebutuhan,


timbul beberapa permasalahan. Masalah utama transistor adalah harus
adanya penyolderan untuk dirakit menjadi sebuah rangkaian terintegrasi suatu
rangkaian. Akibatnya, semakin kompleks rangkaian, maka semakin rumit koneksi
antar kabel dan semakin meningkatnya kesalahan dalam rangkaian tersebut.
Pada tahun 1958, masalah ini diselesaikan oleh Jack St. Clair Kilby dari Texas
Instruments. Dia membuat rangkaian atau chip terintegrasi pertama.
Chip atau saat ini biasa disebut dengan IC (Integrated Circuit)merupakan
kumpulan ribuan transistor kecil yang dihubungkan bersama dan saling
terintegrasi dalam satu modul semikonduktor. Dengan demikian selain
menghemat ruang, kecepatan mesin sekarang meningkat karena ada jarak yang
berkurang yang harus diikuti oleh elektron. Inilah awal dari semakin canggihnya
revolusi teknologi komputer dan perangkat elektronik lainnya.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 27
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai komponen-komponen


elektronika analog, peserta didik dapat mempelajari secara mandiri melalui
internet. Banyak pengetahuan yang bisa diakses melalui internet yang kaitannya
dengan komponen-komponen elektronika umumnya dan komponen analog
khusunya. Beberapa website yang dapat kalian kunjungi untuk tujuan tersebut
dantaranya sebagai berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=TZegWYnJQmU
https://www.youtube.com/watch?v=5wDsei5rUNk

RANGKUMAN

1. Resistor dikelompokkan menjadi dua yaitu resistor tetap dan resistor


variabel yang nilai resistansinya dapat berubah.
2. Nilai resistor mengikuti aturan standar IEC yang meliputi dari yang terendah
standar series E6 hingga yang tertinggi series E96. Sedangkan yang paling
banyak ditemukan di pasaran adalah standar E12 dan standar E24.
3. Bahan dielektrik menentukan jenis kapasitor dan untuk apa
penggunaannya. Bahan medium yang umum digunakan adalah mika,
keramik, selulosa, porselen, milar, teflon, dan udara.
4. Kapasitor apabila dialiri arus bolak-balik akan menghasilkan resistansi semu
yang disebut reaktansi kapasitif dengan notasi XC. Nilai rekatansi kapasitif
bergantung pada kapasitansi kapasitor dan frekuensi arus bolak-balik.
5. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan pada kapasitor adalah
lamanya pemakaian kapasitor, tegangan yang diberikan melebihi batas
maksimum tegangan kerja kapasitor tersebut dan kesalahan pemasangan
polaritas kapasitor.
6. Sifat dioda hanya menghantar ke satu arah yaitu apabila kaki anoda diberi
tegangan positif dan kaki katoda diberi tegangan negatif. Sifat inilah yang
menjadikan dioda sebagai komponen penyearah.
7. Pada doda maupun transistor menggunakan pengkodean, dimana huruf
pertama menyatakan bahan semikonduktor yang digunakan dan huruf
kedua menyatakan aplikasi dari komponen tersebut.

INSTRUMENTASI DAN
28 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKUMAN

8. Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi utamanya


menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk
membawa arus listrik.
9. FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis
pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET).
10. Termainal Gerbang dari MOSFET tidak menpunyai kontak listrik dengan
terminal Sumber dan terminal Drain.

TUGAS MANDIRI

1. Rekaplah nilai-nilai resistor dengan standar E24 yang berada dalam rentang
100 Ω hingga 1500 KΩ dan tuliskan kode warnanya masing-masing!
2. Carilah rangkaian elektronika yang menggunakan komponen PTC dan jelaskan
cara kerjanya!
3. Banyak peristiwa alam yang terjadi merupakan akibat prinsip-prinsip
kapasiitor , coba kamu sebutkan satu diantaranya dan jelaskan!
4. Lapisan serapan Dioda akan hilang jika diberi panjaran maju (forward-bias ),
jelaskan kenapa terjadi demikian!
5. Gunakan berbagai sumber seperti internet maupun buku cetak elektronika
kemudian buatlah rangkaian saklar elektronik menggunakan komponen
MOSFET!
6. Dengan bantuan software aplikasi LiveWire lakukanlah percobaan
pengukuran karakteristik transistor seperti pada percobaan 4. Arus basis
yang digunakan 20 uA, 30 uA, dan 40 uA. Dari hasil pengukuran buatlah
grafik karakteristiknya!

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Mengapa Mosfet kanal N lebih banyak umum digunakan dibandingkan Mosfet
kanal P, jelaskan!
2. Sebuah resistor mempunyai gelang warna kuning, ungun, merah, dan emas,
maka resistansi resistor tersebut adalah ….
3. Ditemukan deret nilai resistor sebagai berikut: 1,0 - 1,3 - 1,5 - 1,8. Tuliskan 6
nilai resistor lainnya yang termasuk kelompok deret tersebut!
4. Sifat suatu komponen analog yang apabila terkena sinar matahari resistansinya
menurun. Coba kamu analisa peralatan apa saja yang yang menggunakan
komponen tersebut yang dapat ditemukan di masyarakat!
5. Bila sebuah kapasitor 100 uF dihubungkan dengan sumber tegangan 12 volt,
maka berapakah muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor?
6. Tegangan yang diberikan kepada kapasitor mengalami perubahan tetap dari 5
volt sampai 30 volt dalam selang waktu 0,1 detik. Jika kapasitor mempunyai
kapasitansi sebesar 47 uF, tentukan arus yang mengalir di dalam kapasitor
tersebut!

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 29
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

7. Dengan memperhatikan grafik karakteristik gambar 1.12, tentukan resistansi


dioda ketika:
a. Tegangan panjar diode 0,6 volt
b. Arus diode 9 mA
8. Sebuah transistor bekerja dengan arus kolektor sebesar 85 mA dan arus
emitor sebesar 108 mA. Tentukan:
a. arus yang mengalir di basis transistor
b. gain arus rangkaian common emitor statis
9. Jelaskan makna dari pengkodean transistor berikut:
a. BD 139
b. BC 108
c. AF 117

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab pertama ini, Anda tentu menjadi paham tentang
konsep dasar komponen elektronika analog. Dari semua materi yang sudah
dijelaskan dalam bab pertama ini, mana yang menurut Anda paling sulit
dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman maupun guru Anda, karena
apabila telah memahami konsep komponen analog ini akan membantu Anda
dalam memahami materi-materi yang akan dibahas di bab-bab selanjutnya.

INSTRUMENTASI DAN
30 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB
ELEKTRONIKA DAYA
II

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi tentang elektronika daya, peserta didik diharapakan


dapat menjelaskan cara kerja dan karakteristik komponen elektronika daya serta
penerapannya dalam rangkaian kendali dengan benar.

PETA KONSEP

Komponen Elektronika Analog

A B
C.
Pengertian Jenis Komponen
Penerapan
Elektronika Daya
Komponen
Elektronika Daya

KATA KUNCI

Saklar elektronik – penyearah daya – converter - ac regulator – chopper - inverter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 31
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Seperti telah diuraikan dalam bab 1 bahwa dalam bidang elektronika terdapat
bermacam-macam komponen elektronika. Berdasarkan besaran listrik yang digunakan
dalam rangkaian maka dikenal komponen elektronika analog dan digital. Disamping
itu kita juga mengenal rangkaian elektronika daya yang pada dasarnya merupakan
rangkaian yang menggunakan komponen-komponen semikonduktor elektronika daya.
Rangkaian ini banyak digunakan di industri terutama pada pengontrolan peralatan
yang membutuhkan daya yang cukup besar. Pengontrolan motor listrik untuk berbagai
pekerjaan industri adalah salah satu contoh pengontrolan yang membutuhkan daya
besar. Contoh lainnya seperti pengontrolan temperature, pengontrolan tekanan dan
pengontrolan kecepatan aliran. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar 2.1 yang
menggunakan teknologi insdusti 4.0. Salah satu pabrik yang banyak menggunakan
pengontrolan alat-alat bergerak yang berarti ada fungsi motor di dalamnya.

Gambar 2.1 Pabrik mobil yang menggunakan teknologi industry 4.0


Sumber:https://www.suara.com/
Dengan perkembangan teknologi ini maka sistem pengontrol pun mengalami
perkembangan. Sistem konvensional yang digunakan sejak lama sekarang
telah berubah menjadi pengontrolan elektronik dengan komponen-komponen
semikonduktor.

INSTRUMENTASI DAN
32 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Elektronika Daya
Ada beberapa pendapat tentang pengertian elektronika daya yaitu:
1. Elektronika Daya (Power Electronics) didefinisikan sebagai sebuah aplikasi
elektronika yang menitikberatkan pada pengaturan peralatan listrik yang
berdaya besar dengan cara melakukan pengubahan parameter-parameter
listrik (arus, tegangan, daya listrik), Muhamad Ali,2011.
2. Power electronics involves the study of electronic circuits intended to control
the flow of electrical energy. These circuits handle power flow at levels
much higher than the individual device ratings.(Muhamad H. Rashid,2001)
Disini elektronika daya melibatkan studi tentang rangkaian elektronika
yang dimaksudkan untuk mengontrol aliran energi listrik. Rangkaian ini
menangani aliran listrik pada tingkat jauh lebih tinggi daripada peringkat
perangkat individu.
Jadi bila disimpulkan dari kedua pengertian iu maka dapatlah kita
artikan secara umum bahwa elektronika daya merupakan studi tentang
rangkaian elektronika yang bertujuan mengontrol peralatan listrik
berdaya besar dengan cara melakukan perubahan parameter listrik.
Rangkaian elektronika yang dimaksud adalah rangkaian-rangkaian yang
menggunakan komponen semikonduktor yang difungsikan sebagai saklar
(switching) yang mempunyai dua kondisi “ON” dan “OFF”. Disamping fungsi
switching, rangkaian elektronika daya juga difungsikan sebagai pengubah
(converting) dan sebagai pengatur (controlling).

Sumber
Beban
energy listrik

Rangkaian
kontrol
Gambar 2.2 Sistem Elektronika Daya dasar
Sumber: Dokumen pribadi

Secara blok diagram system elektronika daya dasar dapat dilihat pada gambar
2.2.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 33
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

B. Jenis-jenis komponen elektronika daya


Ada beberapa jenis komponen elektronika daya yang banyak digunakan dalam
rangkaian elektronika. Adapun komponen tersebut seperti dioda , transistor
dan thyristor. Oleh karena pembahasan cara kerja dan karakteristik dioda dan
transistor sudah diuraikan dalam bab 1, maka pada sub-bab ini pembahasan
dititikberatkan pada komponen thyristor yaitu komponen yang mempunyai
sedikitnya tiga sambungan P-N. Selanjutnya dalam pembahasan penerapan
komponen-komponen elektronika daya akan diuraikan kembali mencakupi
dioda, transistor dan thyristor.
Komponen thyristor pada ummnya berfungsi sebagai saklar atau pengendali
yang terbuat dari bahan semikonduktor. Berbeda dengan transistor, thyristor
tidak digunakan sebagai penguat sinyal. Ada beberapa jenis thyristor:
a. Silicon-Controlled Rectifiers (SCR)
SCR merupakan komponen semikonduktor empat lapis yaitu PNPN seperti
dapat dilihat pada gambar 2.3.a. SCR menggunakan tiga kaki yaitu Anoda,
Katoda, dan Gerbang.

Anoda Anoda Anoda

P
Gerbang
N
Gerbang P
Gerbang
N

Katoda Katoda
Katoda

(a) kontruksi internal b) simbol SCR


Gambar 2.3 Kontruksi internal SCR dan simbolnya
Sumber: Dokumen pribadi

Bentuk fisik dan identifikasi kaki SCR dapat dilihat pada gambar 2.4. SCR
hanya menghantar ke satu arah saja. Cara kerjanya menyerupai cara kerja
dioda penyearah. Oleh karena itu SCR sangat tepat digunakan sebagai
saklar. Pada saat SCR “ON” maka arus akan mengalir dari anoda ke katoda.
Kondisi ini didapat apabila SCR diberikan forward-bias dan gerbang
diberikan tegangan positif. SCR akan tetap ON walaupun tegangan
gerbang sudah diputuskan.

INSTRUMENTASI DAN
34 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

a) Identifikasi kaki SCR

b) Macam bentuk SCR


Gambar 2.4 Bentuk fisik dan identifikasi kaki SCR
Sumber:https://andihasad.com/

Untuk mematikan SCR dilakukan dengan mengurangi besar arus yang


mengalir dari anoda ke katoda hingga menuju nol. Hal ini dengan mudah
dapat dilakukan dengan memutuskan tegangan anoda. Perhatikan gambar
2.5 berikut ini sebagai ilustrasi kerja SCR.

Gambar 2.5 Ilustrasi Kerja SCR


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 35
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Dengan menekan SW1 sesaat maka SCR akan menghantar karena kaki
gerbang SCR mendapat tegangan positif. Lampu pun akan tetap menyala
walaupun kaki gerbang sudah tidak mendapatkan tegangan positif lagi.
Untuk mematikan lampu cukup dengan menekan SW2 sehingga kaki
anoda kehilangan tegangan positif.
SCR pada dasarnya bisa menggunakan sumber tegangan dc maupun ac.
Seperti telah diuraikan sebelumnya dengan gambar 2.5 adalah contoh
rangkaian SCR dengan sumber dc Untuk rangkaian dengan sumber ac
dapat dilihat pada gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rangakain SCR dengan sumber tegangan ac


Sumber: Dokumen pribadi

Ingat bahwa diode hanya bisa menghantar ke satu arah. Jadi walaupun SCR
diberi tegangnan catu ac, maka tegangan yang dapat memberi forward-
bias ke anoda-katoda SCR hanya setengah dari gelombang input ac.
Sehingga bentuk gelombang yang bekerja pada SCR menjadi gelombang
dc yang berdenyut setengah gelombang.
Jadi SCR akan ON hanya pada saat kaki anoda mendapat tegangan positif
atau dibias-maju. Dengan menekan tombol SW1 secara terus menerus,
maka lampu tampak nyala berdenyut (nyala dan mati secara priodik). Hal ini
membuktikan bahwa arus yang mengalir melalui SCR berlangsung selama
setengah gelombang sumber ac. Gambar 2.7 memperlihatkan hubungan
antara bentuk gelombang yang diberikan oleh sumber tegangan dengan
bentuk gelombang tegangan pada beban lampu BL1.

Gambar 2.7Bentuk gelombang input dan tegangan beban


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
36 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. DIAC (Diode Alternating Current)


DIAC juga merupakan komponen semikonduktor yang terdiri dari beberapa
material p dan n seperti dapat dilihat dalam gambar 2.8. Komponen
ini mempunyai dua elektroda (kaki Anoda 1 dan Anoda 2), berbeda
dibandingkan komponen thyristor lainnya seperti SCR yang mempunyai
tiga kaki. Jadi DIAC tidak mempunyai kaki gerbang.

Anoda 1

P1 N1

N2

N3 P2
P2 Anoda 2

a) Konstruksi Diac b) Simbol Diac


Gambar 2.8 Konstruksi diac dan simbolnya
Sumber: Dokumen pribadi

DIAC adalah termasuk jenis diode yang hanya akan mengalirkan arus
(ON) apabila tegangan yang diberikan kepadanya sudah melebihi batas
tegangan breakover (breakover voltage =VBO). Apabila tegangan yang
diberikan ke kaki anoda A1 lebih positif dibandingkan kaki A2, maka diode
sebelah kiri yang menghantar (arus mengalir melalui P1-N2-P2-N3). Begitu
juga bila kaki A2 lebih positif terhadap kaki A1, maka diode sebelah kanan
yang akan menghantar ( arus mengalir melalui P2-N2-P1-N1). Karena sifat
Diac yang bisa ON dengan dua panjaran positif maupun negatif inilah
makanya Diac disebut juga Bidirectional Thyristor.
Grafik karakteristik Diac (gambar 2.9) memaparkan cara kerja Diac dengan
lebih jelas lagi. Ketika tegangan yang diberikan kecil di kedua polaritas
tegangan positif dan negatif, arus yang mengalir sangat kecil. Arus ini
dikenal sebagai arus bocor, karena sangat kecil dapat diabaikan dan Diac
tetap dalam kondisiOFF.
Setelah tegangan yang diberikan di kedua polaritas melebihi tegangan
breakover (30,40V), arus DIAC naik dengan cepat. Pada kondisi ini Diac
dinyatakan ON. Kondisi ON akan bertahan walaupun tegangan yang
diberikan ke Diac sudah turun sampai dibawah tegangan breakover.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 37
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.9 Grafik karakteristik DIAC


Sumber: https://www.electrical4u.com/diac/

Kondisi OFF hanya akan didapat apabila tegangan yang diberikan ke


Diac dikurangi hingga mencapai nol volt. Cara sederhananya dengan
memutuskan pemberian tegangan ke Diac.

c. Triac (Triode for alternating current)


Triac pada dasarnya tidak berbeda dibandingkan dengan SCR. Triac
juga termasuk komponen semikonduktor empat lapis PNPN. Struktur
dan simbol Triac dapat dilihat pada gambar 2.10. Sebuah triac dapat
dianalogikan mempunyai rangkaian ekivalen yang terdiri dari dua buah
SCR yang disambung sedemikian rupa seperti ditunjukkan dalam gambar
2.11.

Terminal utama 2
Anoda 2/MT2

N P N

NP G
P
N PN
P Anoda 1/MT1

Gerban Terminal utama 1


Gambar 2.10 Struktur bahan dan simbol Triac
Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
38 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Dilihat dari konstruksi triac maka dapat kita simpulkan bahwa output triac
adalah arus bolak-balik. Triac mampu menghantarkan dengan salah satu
polaritas tegangan, baik positif maupun negatif.

a) Bentuk Triac
+
b) Rangkaian ekivalen
Gambar 2.11 Bentuk fisik triac dan rangkaian ekivalennya
Sumber: https://teknikelektronika.com/

Ada beberapa kemungkinan mode mentriger triac yaitu:


1) Terminal MT2 positif dan terminal gerbang juga positif
2) Terminal MT2 positif dan terminal gerbang negative
3) Terminal MT2 negative dan terminal gerbang positif, dan
4) Terminal MT2 negatif dan terminal gerbang juga negative
Dalam hal ini terminal MT1 digunakan sebagai pengukuran terminal
referen. Sebagai ilustrasi pentrigeran triac dapat dilihat pada gambar
2.12.

Tombol OFF

MT2

+ ON
G
-
Beban MT1

Gambar 2.12 Pentrigeran Triac


Sumber: Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 39
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar ini 2.11 menjelaskan bahwa pada saat tombol ON ditekan maka
gerbang menjadi positif dan terminal MT2 juga menjadi positif. Tegangan
output pada beban merupakan tegang dc.
Apabila triac kita gunakan pada sumber tegangan arus bolak-balik, maka
bentuk rangkaiannya menjadi seperti pada gambar 2.13.

MT2

ON
~ G

Beban MT1

Gambar 2.13 Rangkaian triac dengan sumber ac


Sumber: Dokumen pribadi

Bandingkan rangkaian ini dengan rangkaian pada gambar 2.6. Kedua


rangkaian tersebut persis sama, tapi apakah hasil tegangan pada beban
juga sama? Ternyata tidak. Hal ini karena dengan sumber tegangan
ac, triac menghantar pada kedua bagian positif dan negative sumber
tegangan. Sehingga output pada beban pun menjadi berbentuk ac.

C. Penerapan komponen elektronika daya


Dalam penerapan di lapangan pada umumnya komponen elektronika daya
berfungsi sebagai switching atau saklar. Fungsi-fungsi lainnya adalah
merupakan fungsi turunanannya. Seperti sudah dijelaskan diawal bab
ini bahwa fungsi lainnya dari komponen elektronika daya adalah sebagai
converter (pengubah) dan controlling atau pengendali.
a. Switching
Ada banyak contoh rangkaian switching elektronika yang dapat gunakan
diantaranya sebagai berikut:
1) SCR sebagai saklar dalam rangkaian alarm sederhana

INSTRUMENTASI DAN
40 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.14 Aplikasi SCR


Sumber: Dokumen pribadi

SW2 dalam prakteknya bisa berupa saklar pada pintu ataupun


sensor yang berfungsi untuk member trigger pada SCR.
2) Triac sebagai pengontrol kecepatan motor blower pendingin
ruangan (AC) split. Tegangan beban (motor) akan dapat dikendalikan
triac yang bekerja berdasarkan output optocoupler.

Gambar 2.15 Aplikasi Triac pengendali blower AC


Sumber: dokumen pribadi (2020)

b. Converter
Fungsi lainnya dari komponen elektronika daya adalah sebagai pengubah
atau converter. Yang dimaksud pengubah disini adalah kemampuan
rangkaian elektronika daya dalam mengubah dari satu bentuk besaran
energy ke bentuk besaran enenrgi yang lain berupa gelombang arus,
tegangan atau lainnya. Ada beberapa jenis pengubahan energy dalam
elektronika daya yaitu: pengubahan tegangan AC menjadi tegangan DC,
pengubahan tegangan tegangan AC yang tetap menjadi tegangan AC yang
dapat dikendalikan, pengubahan tegangan DC menjadi tegangan AC dan
pengubahan tegangan DC yang tetap menjadi tegangan DC yang dapat
dikendalikan.
Untuk melakukan macam-macam konversi itu, dalam prakteknya
menggunakan rangkaian-rangkaian elektronika daya tertentu seperti

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 41
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

dijelaskan berikut ini.


1) Konversi sumber AC menjadi sumber DC
Untuk melakukan pengubahan besaran AC ke DC digunakan rangkaian
penyearah tak-terkendali dan penyearah terkendali. Komponen yang
digunakan adalah dioda penyearah. Kedua macam rangkaian penyearah
ini dapat juga dibedakan lagi menjadi dua yaitu penyearah setengah
gelombang dan penyearah gelombang penuh.

a) Penyearah tak-terkendali setengah gelombang


Gambar 2.16 merupakan rangkaian penyearah tak-terkendali
setengah gelombang yang biasa disebut penyearah. Pada bagian
output hanya muncul tegangan selama setengah bagian dari
gelombang input..

a) Rangkaian penyearah

b) Bentuk gelombang input dan output


Gambar 2.16 Rangkaian penyearah tak-terkendali setengan gelombang
Sumber: Dokumen pribadi

Apabila tegangan maksimum lilitan sekunder adalah Vm, maka


tegangan dc yang ada pada beban R adalah:

INSTRUMENTASI DAN
42 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Vm = √2 x Vrms

Vdc= atau

Vdc = 0,318 x Vm
Dimana:
π = 3,14,
Vrms = Tegangan efektif
Kajian dalam bentuk gelombang input dan output untuk penyearah 1
fasa setengah gelombang akan didapat seperti gambar 2.16 berikut
ini. Frekuensi output sama dengan frekuensi input.

b) Penyearah tak-terkendali gelombang penuh

a) Rangkaian penyearah

b) Bentuk gelombang input dan output


Gambar 2.17 Penyearah Gelombang Penuh
Sumber: Dokumen pribadi

Pada penyearah gelombang penuh frekuensi output sama dengan


dua kali frekuensi input.
fout = fin
Tegangan beban (Vdc) akan menjadi :

Vdc=

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 43
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

c) Penyearah terkendali setengah gelombang


Penyearah terkendali atau sering juga disebut dengan konverter
merupakan pengubah tegangan sumber input AC menjadi tegangan
output DC yang dapat diatur/ dikendalikan. Komponen semikonduktor
daya yang digunakan adalah SCR.

a) Rangkaian penyearah

b) Bentuk gelombang input dan output


Gambar 2.18 Penyearah terkendali setengah gelombang
Sumber: Dokumen pribadi

Pada saat tegangan input setengah periode pertama (polaritas


positif), SCR dipicu sebesar α , maka SCR menjadi ON dari α
sampaiπsehingga terdapat tegangan outputsebesar Vdc. Selanjutnya,
saat setengah periode kedua (polaritas negatif), SCR menjadi OFF pada
titik πatau pada sudut β karena anoda SCR terbias negative. Ini berarti
SCR mengalami reverse-bias sehingga tidak ada arus yang mengalir ke

INSTRUMENTASI DAN
44 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
beban. Oleh karena itu tegangan output Vdcmenjadi 0 sampai dengan
2π + α. Kemudian akan berulang kembali seperti langkah awal secara
terus menerus.
Tegangan beban rata-rata menjadi:

Vdc =

Arus yang mengalir pada beban:


Idc = Vdc / R
Daya pada beban:
Pdc = Vdc x Idc
2) Koversi tegangan AC tetap menjadi Tegangan AC yang dapat diatur
Jenis konversi tegangan ini sering juga disebut dengan AC Regulator.
Komponen yang digunakan adalah SCR dan Triac seperti dapat dilihat
pada gambar 2.19.

a) Rangkaian regulator b) Bentuk gelombang


Gambar 2.19 Regulator AC
Sumber: Dokumen pribadi
Rangkaian regulator AC ini merupakan rangkaian pengaturan searah
(unidirectional). Tegangan input yang digunakan mentriger SCR
hanya pada bagian setengah gelombang positif saja. Tegangan output
ac-regulator diatur dengan melakukan pengaturan waktu konduksi
atausudut pemicuan (α) dari SCR, dengan cara memberi tegangan
positif pada terminal gate SCR.
Jika tegangan input = es, maka:
Es = Vm sin ωt

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 45
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Tegangan output rata-rata:

Vdc =

3) Konversi tegangan DC tetap ke tegangan DC yang dapat diatur


Unrtuk tujuan konversi ini rangkaian elektronika daya yang digunakan
disebut Chopper. Dengan rangkaian ini dapat mengubah sumber
tegangan arus searah tetap menjadi sumber tegangan arus searah yang
bersifat variable atau dapat diatur. Adapun komponen elektronika daya
yang digunakan diantaranya SCR, transistor, dan MOSFET.

a) Rangkaian DC chopper b) Bentuk gelombang output


Gambar 2.20 DC chopper
Sumber: Dokumen pribadi

D=
T= 1/f
Dimana: f adalah frekuensi chopping
Tegangan output rata-rata:
Vdc = D.Vs
Atus beban rata-rata:
IR = ( D.Vs)/R
Tegangan output pada beban dapat diubah-ubah dengan mengatur duty
ratio D. Pada rangkaian yang diuraikan ini tegangan rata-rata pada output
selalu lebih rendah daripada tegangan sumber. Seandainya diperlukan
pengaturan tegangan output yang lebih besar dari tegangan sumber, maka
kita harus menggunakan rangkaian chopper dc yang lainnya. Apabila
diuraikan lebih lanjut, sebenarnya chopper dc dapat dibagi menjadi lima
jenis ditinjau dari arah arus dan tegangan yang mengalir. Ada chopper dc
kelas A sampai chopper dc kelas E. Pada pembahasan (gambar 2.20) ini
hanya memperkenalkan chopper dc kelas A saja.
4) Konversi Tegangan DC ke tegangan AC
Rangkaian yang digunakan untuk mengubah tegangan DC menjadi
tegangan AC disebut Inverter. Komponen yang digunakan sama dengan
rangkaian-rangkaian pengubaha terdahulu yaitu SCR, MOSFET, diode atau
komponen elektronika daya lainnya.

INSTRUMENTASI DAN
46 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.21 Rangkaian inverter Half Bridge VSI


Sumber: Dokumen pribadi

Rangkaian inventer ditinjau dari prosesnya dapat dibedakan menjadi


tiga macam yaitu inventer seri, inventer parallel, dan inventer bridge.
Seperti halnya rangkaian penyearah, inverter bridge pun mempunyai
rangkaian setengah gelombang dan gelombang penuh. Gambar 2.21
merupakan contoh inverter bridge setengah gelombang (half bridge
Voltage Source Inverters) satu fasa.
Tampak pada gambar bahwa S+ dan S_ tidak boleh bekerja secara
bersamaan karena akan menyebakan korsleting pada sumber
tegangan. Ada kondisi yang didefinisikan dalam rangkaian ini seperti
tercantum dalam tabel 2.1. Untuk menjamin dihasilkannya tegangan
output ac pada bagian output, maka setiap saat salah satu saklar harus
ON. Dalam prakteknya saklar dapat berupa komponen SCR.

Tabel 2.1 Hubungan Posisi saklar dengan tegangan output


Posisi saklar Tegangan Komponen yang aktif
output
S+ = ON, Vs / 2 S+ , jika io> 0
S_ = OFF D+, jika io< 0
S_ = ON, -Vs / 2 D_, jika io> 0
S+ = OFF S_, jika io< 0


Contoh nyata penerapan rangkaian inverter adalah pada
Uninterruptible Power Supply (UPS). Salah satu rangkaian yang
digunakan untuk UPS dapat dilihat dalam gambar 2.22

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 47
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

.
Gambar 2.22 Inverter 100 watt
Sumber: https://panduanteknisi.com/

LEMBAR PRAKTIKUM

Percobaan 1 Pengukuran SCR

Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih memahami
tentang cara kerja komponen SCR

Keselamatan kerja:
1. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
2. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
3. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
4. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan dengan
seijin guru pendamping praktik.
5. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan sesudah praktik
6. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

INSTRUMENTASI DAN
48 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar Kerja:
`
S1

A1

Beban
15 – 50 Vdc R3
Vs
VS

V1

Vs Vs R2 P
A2
S2
R1
Vs
Vs

Gambar 2.23 Rangkaian pengujian Triac


Sumber: Dokumen pribadi

Alat Dan Bahan Praktek:


SCR 2N1596 1 buah
Potensiometer (VR) 10 K Ω 1 buah
R1 = 1K Ω 1 buah
R2 = 5,1 K Ω 1 buah
R3 = 220 1 buah
Beban 500 Ω/5W 1 buah
Voltmeter dc 1 buah
Ampermeter 0-10 mA 2 buah

Langkah Kerja:
1. Rakitlah rangkaian percobaan sesuai gambar kerja 2.23
2. Setelah mendapat izin guru praktik hubungkan rangkaian percobaan ke sumber
tegangan dengan S1 dan S2 masih dalam terbuka.
3. Aturlah posisi P agar tegangan gate menjadi nol, amati tegangan V1

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 49
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

4. ON –kan saklar S1 dan perhatikan ampermeter A1


5. Atur potesiometer P sehingga arus gate berubah sampai SCR mulai menghantar.
6. Catat penunjukkan voltmeter V1, arus A1 dan A2
7. Off-kan kembali S1 dan atur P agar arus gate menjadi nol kembali
8. ON- kan kembali S1 dan ulangi kembali langkah 5
9. Buka kembali S1
10. Ulangi kembali langkah 8
11. Pada saat SCR menghantar, bukalah S2 dan catatlah arus anoda-katoda
12. Off-kan S2
13. Atur P agar arus gate menjadi nol
14. ON –kan kembali S1 dan S2, atur P agar SCR menghantar
15. Bukalah S2 apakah ada pengaruhnya pada arus anoda?
16. Buka kembali S1
17. Kembalikan peralatan ke tempat semula
18. Buatlah kesimpulan hasil pengamatan praktek dalam bentuk laporan

Tabel 2.2 Hasil Pengukuran praktik


No. S1 S V1 A1 A2

Percobaan 2 Pengukuran TRIAC

Tujuan Praktikum:
Setelah melaksanakan praktik ini peserta didik diharapkan dapat lebih memahami
tentang cara kerja komponen triac

Keselamatan kerja:
1. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
2. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
3. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
4. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan dengan
seijin guru pendamping praktik.
5. Pastikan lingkungan kerja bersih dan aman sebelum dan sesudah praktik
6. Tidak bersenda gurau selama melakukan praktik

INSTRUMENTASI DAN
50 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar Kerja:
Gambar 2.24 Rangkaian pengujian Triac

S1
V3 R
VR
Diac Beban
220 Vac/50Hz T
Vs TriacL
C Vs
V1 V2
G
Vs Vs
Vs
Sumber: Dokumen pribadi
Vs

Alat Dan Bahan Praktek:


Triac BT136 1 buah
Potensiometer (VR) 10 K 1 buah
Diac 1 buah
Kapasitor 1 uF 1 buah
Lampu pijar (R) 1 buah
Voltmeter AC 3 buah
Oscilosocop 1 buah

Langkah Kerja:
1. Rakitlah rangkaian percobaan sesuai gambar kerja 2.24
2. Setelah mendapat izin guru praktik hubungkan rangkaian percobaan ke sumber
tegangan
3. Aturlah posisi VR pada posisi minimum.
4. Perhatikan penunjukan voltmeter 1, 2, dan 3 dan catalah pada tabel 2.3
5. Ukurlah gelombang tegangan pada titik sumber tegangan AC, titik T , titik G, dan
parallel beban lampu menggunakan osciloskop.
6. Gambarlah bentuk gelombang yang terukur oleh osciloscop
7. Putarlah VR pada posisi tertentu (anggap posisi 1) hingga terbaca tegangan pada
V1 dan bandingkan gelombang sumber tegangan AC dengan gelombang pada

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 51
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

titik T agar berbeda fasa sebesar 450


8. Catat penunjukan ketiga volt meter ke dalam tabel
9. Ulangi langkah 7 dan 8 untuk VR pada posisi 2 hingga menghasilkan beda fasa
sebesar 900
10. Ulangi kembali langkah 7 dan 8 untuk beda fasa yang ada dalam tabel
11. Untuk meng-Off-kan triac lakukan dengan menekan saklar S1
12. Putuskan hubungan rangkaian dengan sumber tegangan AC
13. Kembalikan peralatan ke tempat semula
14. Buatlah kesimpulan hasil pengamatan praktek dalam bentuk laporan

Tabel 2.3 Hasil Pengukuran praktik

No Geser fasa V1 V2 V3 Gelbg Gelb Ggelbg Gelbg


di Vs di T di G di R
1 450
2 900
3 1350
4 1800
5 2250
6 2700
7 3150
8 3600

CAKRAWALA
VARIABLE FREQUENCY DRIVE
Dalam perkembangan industri
dewasa ini, penggunaan motor induksi
sebagai penggerak berbagai mesin
pemroses seperti : Pompa, Kompresor,
Fun, Blower, Konveyor, dan penggerak
mesin proses produksi  lainnya
sangatlah pesat. Hal  ini disebabkan
karena motor induksi memiliki banyak
keunggulan dibanding motor sinkron

Gambar 2.5 Variable frequency drive


Sumber: https://www.jinlantrade.com/

INSTRUMENTASI DAN
52 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

atau motor DC. Konstruksi motor induksi lebih sederhana dan perawatan mudah
dan efisiensinya tinggi.
Adapun kelemahan dari motor induksi adalah pada pengaturan kecepatan
dan torsi awal yang rendah. Dengan pesatnya perkembangan teknologi
elektronika daya masalah tersebut dapat diatasi dengan mengatur tegangan
input dan frekuensinya guna mendapatkan pengaturan kecepatan dan torsi yang
sesuai dengan kebutuhan proses produksi di Industri. Salah satu perangkat yang
digunakan untuk mengatur kecepatan motor adalah inverter Variable frequency
drive (VFD).
Pada dasarnya VFD merupakan perangkat elektronika daya yang terdiri
dari penyearah tak terkendali atau penyearaha terkendali. Inverter mengubah
tegangan AC menjadi DC dan kemudian diubah menjadi AC kembali dengan
frkuensi yang berbeda atau dapat diatur. Pengembangan inverter kedepan akan
lebih baik lagi sehingga effiseinsi kerja dalam proses produksi di industri akan
tercapai.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai komponen-komponen elektronika


daya, peserta didik dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Banyak
pengetahuan yang bisa diakses melalui internet yang kaitannya dengan komponen-
komponen elektronika umumnya dan komponen elektronika daya khusunya.
Beberapa website yang dapat dikunjungi untuk tujuan tersebut dantaranya sebagai
berikut:
https://www.youtube.com/watch?time_continue=21&v=pBIZkoM7940&feature=emb_title
https://www.youtube.com/watch?time_continue=18&v=WMi-ZN3qtSs&feature=emb_logo
https://es.slideshare.net/risal07/thyristor-15682169

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 53
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKUMAN

Fungsi Semikonduktor daya dalam rangkaian elektronika daya adalah sebagai


saklar (switching) sekaligus sebagai pengubah (converting) dan atau pengatur
(controlling). Yang termasuk komponen elektronikadaya diantaranya meliputi
komponen diode, transistor, SCR,DIAC, MOSFET dan Triac. Pengoperasian Thyristor
analogi dengan cara kerja saklar yang hanya mempunyai kondisi ON dan OFF, tidak
berfungsi sebagai penguat.
SCR setelah aktif atau ON akan tetap mempertahankan keadaan ON walaupun
tegangan gerbang sudah diputuskan. SCR secara listrik menyerupai diode hanya
menghantar ke satu arah saja tetapi untuk mengaktifkannya harus diberi tegangan
trigger pada kaki gerbang (gate). Dan untuk membuat SCR atau Triac OFF, maka
dilakukan dengan mengecilkan arus hingga mencapai nol. Kelebihan Triac
dibandingkan SCR adalah menghantar pada baik setengah gelombang polaritas
positif maupun pada bagian setengah gelombang polaritas negative sumber
tegangan.

TUGAS MANDIRI

1. Pada umumnya komponen diac digunakan untuk mentriger Triac agar bisa
bekerja. Coba anda cari fungsi diac lainnya melalui buku cetak atau elektronik
kemudian rangkumlah dengan dilengkapi gambar rangkaiannya.
2. Bandingkan cara kerja SCR dengan Triac kemudian buat kesimpulan mengapa
triac lebih banyak digunakan!
3. Buat rangkaian aplikasi yang menggunakan komponen TRIAC. Simulasikan
dengan menggunakan Software aplikasi yang sesuai. Buatlah kesimpulan dari
hasil percobaanmu!
4. Kembangkan pengetahuanmu tentang Chopper dc dengan mencari dari
berbagai sumber termauk chopper 3 fasa, kemudian buatlah rangkumannya
5. Dengan bantuan internet carilah rangkaian-rangkaian terapan elektronika
daya yang banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga maupun yang
digunakan dalam dunia industry. Hasilnya buatlah dalam bentuk kliping.

INSTRUMENTASI DAN
54 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan cara kerja SCR!
2. Mengapa Triac lebih banyak digunakan dibandingkan SCR, jelaskan!
3. Gambarkan rangkaian aplikasi triac yang berfungsi sebagai saklar elektronik,
dan jelaskan cara kerjanya!
4. Uraikan tentang pengertian komponen elektronika daya!
5. Mengapa di dalam rangkaian switching dengan sumber tegangan arus bolak-
balik yang menggunakan SCR sebagai saklar, apabila kaki gate dipanjar maju
secara terus menerus maka beban yang terhubung dengan SCR medapatkan
tegangan denyut?
6. Jelaskan cara kerja rangkaian chopper 1 fasa!
7. Berikan tiga contoh penerapan komponen elektronika daya dalam peralatan-
peralatan rumah tangga!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi paham tentang konsepdasar
elektronika daya. Dari semua materi yang sudahdijelaskan dalam bab kedua ini,
materi manakah yang menurut Anda paling sulit dipahami?Coba Anda diskusikan
dengan teman maupun guru Anda. Karena apabila telah memahami konsep
komponen elektronika daya iniakan membantu Anda dalam memahami materi-
materi yang akan dibahas di bab-bab selanjutnya.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 55
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB RANGKAIAN OP-AMP PADA


III AKTUATOR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bahasan tentang Op-Amp siswa siswa dapat mendefinisikan


fungsi Op-Amp kemudian merancang rangkaian dasar dengan benar serta
menganalisis output Op-Amp. Siswa juga mampu menerapkan rangkaian Op-Amp
pada actuator.

PETA KONSEP

RANGKAIAN OP-AMP PADA AKTUATOR

OP-AMP IDEAL RANGKAIAN PENERAPAN OP-


DASAR OP-AMP AMP

KATA KUNCI

Op-Amp, Operational Amplifier, Inverting Non Inverting, Buffer, Comparator,


Integrator, Diffrensiator

INSTRUMENTASI DAN
56 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Berbagai jenis sensor saat ini telah digunakan secara luas baik untuk aplikasi IOT yag
digunakan secara terbatas ataupun untuk industri. Sensor bertugas mendeteksi dan
mengkonversi besaran fisik menjadi sinyal listrik. Sinyal yang dihasilkan oleh sensor
masih terlalu kecil hingga perlu diperkuat.

3.1 Penguat Sinyal


Sumber: Dokumen Pribadi
A. OP-AMP IDEAL

Operational Amplifier (Op-Amp)merupakan komponen elektronika semikonduktor


yang yang dapat melakukan operasi matematika dan kalkulus terhadap input
tegangan. Fungsi Op-Amp secara umum digunakan untuk memperkuat sinyal dari
sensor, selain itu ada fungsi fungsi sebagai filter, Oscillator, Voltage Adder, Voltage
Subtractor, Integrator, Differensiator. Op-Amp merupakan IC ( Integrated circuit )
yang tersusun dari berbagai komponen elektronika . berikut merupakan rangkaian
internal dari IC Op-Amp 741

Gambar 3.2 LM741 (Sumber: www.daakyetech.com)

Gambar 3.3 Rangkaian Internal Op Amp 741


(Sumber:https://www.electronicshub.org/ic-741-op-amp-basics )

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 57
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
1. Arus yang masuk ke Op Amp = 0, pada prakteknya konsumsi arus pada kisaran
pA ( Pico Amper)

2. Gain / penguatan sangat besar

3. Impedansi input sangat besar , impedansi sangat besar akan menghambat


aliran arus listrik.

4. Impedansi Output = 0 agar Op Amp tidak mengalami penurunan tegangan


saat dihubungkan dengan beban

Op-Amp terdiri dari input Inverting (-) dan Non Inverting (+) serta output. Berikut
ini adalah skema dasar dari Op Amp.

Gambar 3.4 Skema Dasar Op Amp Ideal


(Sumber: David L. Tarrel, Op Amps Design Application Troubleshooting 2nd Edition)

B. RANGKAIAN DASAR OP-AMP

1. Op Amp Penguat Inverting

Pada rangkaian ini resistor penguat input terdapat pada terminal inverting,
output Op-Amp memiliki polaritas terbalik dari input.Rangkaian ini berfungsi
sebagai penguat sinyal, AV merupakan faktor penguatan.

Gambar 3.5 Op-Amp Inverting


(Sumber: Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009)

2. Op Amp Penguat Non Inverting

Pada rangkaian ini resistor penguat input terhubung pada terminal Non
inverting, Output memiliki polaritas yang sama dengan input. Rangkaian
ini berfungsi sebagai penguat sinyal, Av merupakan faktor penguatan
rangkaian.

INSTRUMENTASI DAN
58 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.6 Op-Amp Non Inverting


(Sumber: Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009)

3. Buffer / Voltage follower

Rangkaian berfungsi sebagai penyangga dari dari dua blok rangkaian


elektronik agar tidak saling membebani. Faktor penguatan (Av) = 1, nilai
input sama dengan output.

Gambar 3.7 Op-Amp Buffer


(Sumber: Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009)

4. Diffrential Voltage Amplifier/Voltage Subtractor


Berfungsi sebagai penguat inverting selisih tegangan V1 dan V2

Gambar 3.8 Diferensial Amplifier


(Sumber: Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 59
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
5. Voltage Summing Amplifier

Berfungsi sebagai penguat penjumlah tegangan input. Input V1-V3


dijumlahkan kemudian dikuatkan kembali oleh Op Amp.

Gambar 3.9 Inverting Summing Voltage


(Sumber: Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009)

6. Comparator

Berfungsi sebagai pembanding tegangan pada input inverting dan non


invering. Saat V1>V2 maka Vout = V(+). Jika V1< V2 maka Vout = V(-).

Gambar. 3.10 Op- Amp Comparator


(Sumber: Dokumen pribadi)

7. Integrator

Rangkaian yang berfungsi menghasilkan output gelombang sebagai hasil


integrasi dari bentuk gelombang dan waktu. Rangkaian integrator biasa
digunakan sebagai pengubah gelombang kotak ke gelombang segitiga.

INSTRUMENTASI DAN
60 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.11 Op-Amp Integrator

(sumber: Dokumen Pribadi)

8. Differensiator

Rangkaianyang berfungsi menghasilkan output sebagai hasil dari


turunan (differensial) dari gelombang input. Rangkaian Diffrensiator
digunakan untuk mengubah gelombang segitiga menjadi gelombang
kotak.

Gambar 3.12 Op-Amp Diffrensiator


(Sumber: Dokumen Pribadi)

C. PENERAPAN OP-AMP

1. Driver Motor DC

Salah satu aplikasi Op-Amp adalah pada motor DC menggunakan arus


kecil. Arus 200 mA pada Op-Amp akan dikuatkan agar dapat menggerakan
motor DC

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 61
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 3.13 Driver Motor DC


Sumber: Dokumen Pribadi
2. Saklar Suhu

Op-Amp diaplikasikan pada rangkaian saklar suhu. Sensor LM 35


mengeluarkan tegangan sesuai dengan sesuai dengan suhu yang
terdeteksi. Op-Amp di aplikasikan sebagai pembanding tegangan. RV1
sebagai preset pengatur sensitifitas. Jika tegangan output LM 35 melebihi
preset maka relay akan aktif.

Gambar. 3.14 Saklar Suhu


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
62 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

3. Penguat Sensor LM35

Output LM 35 masih terlalu kecil oleh karena itu dikuatkan dengan


gain=10, kombinasi R2 dan R3 untuk menghasilkan resistansi 75K Ohm
sesuai rekomendasi produsen. RV1 sebagai preset untuk mengatur
akurasi output

Gambar 3.15 Penguat Sensor LM 35


(Sumber: Dokumen Pribadi)

LEMBAR PRAKTIKUM

Percobaan 1
1. Buatlah rangkaian OP Amp seperti pada gambar berikut pada Proteous

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 63
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

2. Jalankan simulasi atur RV1, catat nilai Vin, kemudian isi tabel berikut
NO VIn Vout (Perhitungan) Vout (Percobaan)
1
2
3
4
5

Percobaan 2
1. Buatlah rangkaian OP Amp seperti pada gambar berikut pada Proteous

2. Jalankan simulasi atur RV1, catat nilai Vin, kemudian isi tabel berikut
V1 > V2 V1 < V2
NO V1 V2 VOUT V1 V2 VOUT
1
2

INSTRUMENTASI DAN
64 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Percobaan 3
1. Buatlah rangkaian OP Amp seperti pada gambar berikut pada Proteous

2. Jalankan simulasi atur RV1 dan RV2, catat nilai Vout ketika V1>V2 dan
V1<V2, kemudian isi tabel berikut
NO V1 V1 > V2 VOUT V1 < V2 VOUT
V2 V1 V2

Percobaan 4
1. Buatlah rangkaian Op-Amp seperti gambar berikut pada Proteous

2. Pada Oscilloscop Atur V/div = 0.5V, Time/div = 20ms

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 65
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

3. Pilih bentuk sinyal input lihat bentuk gelombang output pada Oscilloscop,
masukan pada tabel berikut.
NO GELOMBANG INPUT GELOMBANG OUTPUT

CAKRAWALA
Tabung Hampa

Penggunaan komponen elektronika tabung hampa (Vacum tube) pada pada tahun
1940 untuk komponen komputer oleh Bell Labs menjadi permulaan pengembangan
Op-Amp. Istilah Op-Amp pertama di perkenalkan oleh Jhon Ragazzini, istilah
Operational Amplifier adalah penguat yang dapat melakakukan operasi matematika
dan kalkulus. Op-Amp tabung hampa komersil pertama bernama K2-W yang di-

Gambar 3.16 Tabung Hampa Udara KW-2


Sumber: www.researchgate.net

produksi oleh George A Philbrick Research. Inc pada tahun 1946. K2-W memiliki 8
pin dengan tegangan 300V. Op-Amp dalam bentuk Integrated Circuit(IC) pertama
kali di produksi oleh Fairchild Semikonduktor Corporation dengan nama µA702
pada tahun 1963.

INSTRUMENTASI DAN
66 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Siswa dapat mengakses tautan berikut untuk menambah wawasan mengenai


fungsi Op-Amp serta bentuk sinyal yang dihasilkan
https://www.youtube.com/watch?v=lkzrDoaBP7E
http://www.circuitstoday.com/op-amp-circuits-in-proteus
https://www.youtube.com/watch?v=YIWuNGdqhGI
https://www.instructables.com/id/Simplest-PWM-Motor-Control-Circuit-Using-
Op-Amp/

RANGKUMAN

Op-Amp merupakan komponen rangkaian terintegrasi yang berfungsi sebagai


penguat dan dapat melakukan fungsi operasi matematik dan kalkulus. Rangkaian
dasar Op-Amp antara lain penguat inverting dan non inverting, Voltage summing,
comparator dan Buffer. Op-Amp dapat digunakan sebagai penguat sinyal sensor.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 67
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!

1. Jelaskan fungsi Op-Amp!

2. Tuliskan 5 IC OP-Amp serta deskripsi pin/ kakinya!

3. Analisislah rangkaian berikut untuk menentukan Vout jika Vin = 2mV!

4. Analisislah rangkaian berikut untuk menentukan Vout jika Vin = 4mV!

5. Sebutkan 6 rangkaian dasar Op-Amp dan fungsinya!

INSTRUMENTASI DAN
68 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

REFLEKSI

Setelah mempelajari tentang Op-Amp apakah masih ada yang belum di pahami.
Jika masih ada dapat di diskusikan dengan teman atau tanyakan pada pembimbing
agar dapat di pahami

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 69
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB SISTEM BILANGAN


IV

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajaritentang sistem bilangan,peserta didik dapat menjelaskan


jenis-jenis sistem bilangan serta mampu melakukan konversi dari satu sistem
bilangan ke sistem bilangan yang laindengan benar.

PETA KONSEP

SISTEM BILANGAN

PENGERTIAN JENIS-JENIS SISTEM BILANGAN KONVEESI SISTEM BIL-


ANGAN

KATA KUNCI

Bilangan biner, bilangan oktal, bilangan desimal, bilangan heksadesimal, konversi


bilangan

INSTRUMENTASI DAN
70 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti tidak akan terlepas dari masalah angka dan
bilangan. Setiap anak yang sudah bisa berbicara pada umumnya sudah dikenalkan
dengan bermacam simbol termasuk angka dan bilangan. Kita diajarkan cara menulis
angka dan terus diajarkan pula cara mengucapkannya. Semakin lama kita semakin
akrab dengan angka-angka dan bilangan yang selanjutnya kita kenal bahwa angka 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 itu adalah sistem bilangan decimal.
Ternyata dengan bertambahnya level pendidikan maka bertambah pula pemahaman
akan angka dan bilangan. Seperti ditunjukkan dalam gambar 4.1 sebagai ilustrasi
bahwa ternyata banyak sekali simbol angka yang berkembang dalam ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sistem bilangan pun bukan hanya bilangan decimal, tetapi masih
ada beberapa sistem bilangan lainnya. Dalam bab ini akan diuraikan lebih jauh lagi
tentang sistem bilangan yang nantinya bermanfaat pada saat kita membuat suatu
sistem kendali instrumentasi dan otomatisasi proses.

Gambar 4.1 Macam-macam angka dan bilangan


Sumber: https://rebanas.com/gambar/images/daftar-komponen-elektronika-lengkap-gambar

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 71
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Sistem Bilangan
Didalam pelajaran matematika kita pasti berhubungan dengan penggunaan
angka dan bilangan. Mungkin timbul pertanyaan, apa sebenarnya angka dan
bilangan itu? Bilangan  merupakankonsep matematika yang digunakan sebagai
pencacahan dan pengukuran. Bilangan dapat juga digunakan untuk menyatakan
kuantitas. Lambang atau simbol untuk mewakili bilangan tersebut dikenal dengan
angka, digit atau lambang bilangan. Sebagai contoh, kita sudah sangat mengenal
angka 0 sampai 9. Seandainya ada yang menulis 10, maka secara umum orang
akan menyebutnya “sepuluh”. Kenapa demikian? Karena bilangan tersebut
menggunakan simbol angka antara 0 sampai 9 yang secara keseluruhan jumlahnya
10 angka. Jadi dapat dipahami bahwa bilangan-bilangan yang menggunakan 10
simbol angka merupakan bilangan-bilangan yang menggunakan sistem bilangan
sepuluh atau decimal. Dengan demikian secara umum dapatlah disimpulkan
bahwa sistem bilangan yang digunakan ditentukan oleh berapa jumlah simbol
angka yang digunakan dalam bilangan tersebut.Jadi penyebutan “10” seharusnya
bukanlah angka sepuluh, tetapi yang benar adalah angka satu nol. Hanya oleh
karena angka 10 ini kita gunakan dalam konteks angka 0 sampe 9 (bilangan dasar
10), makanya disebut “sepuluh” mengikuti nama sistem bilangannya.

B. Jenis-Jenis Sistem Bilangan


1. Sistem Bilangan desimal
Sistem bilangan decimal seperti telah diuraikan sebelumnya adalah sistem
bilangan yang menggunakan 10 simbol angka yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
dan 9. Dengan kata lain bilangan decimal adalah bilangan dengan Radix
10 (dasar 10). Bilangan decimal dalam penulisannya ditambahkan subskrip
(“des”, “10”, atau “D” ) pada akhir bilangan. Contohnya: 56des = 5610 = 56D.
Hanya dalam praktek sehari-hari penambahan subskrip ini sangat jarang atau
tidak dilakukan karena secara default bilangan-bilangan yang digunakan
secara umum adalah bilangan decimal.
Formula umum nilai suatu sistem bilangan adalah sebagai berikut:

dn-1 dn-2 …d1 d0 d -1 d -2 … d -m = dn-1 x Rn-1 + d n- 2 x Rn-2 + … +


A1.x R1 + A0 x.R0 + … + A-1.x
R-1 + … + A -m. x R-m
dimana:
dn-1 = angka yang paling kiri
R = angka dasar dari sistem bilangan
n = jumlah angka yang menujukkan bilangan bulat
m = jumlah angka yang menunjukkan bilangan pecahan.
Pada sistem bilangan decimal maka nilai R pada rumus tersebut diganti
dengan nilai radix decimal yaitu 10.

INSTRUMENTASI DAN
72 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL
MATERI PEMBELAJARAN
1). 123 = ( ……)10
Penyelesaian:
123 = 3 x 100+ 2 x 101 + 1 x 102
= 3 x 1 + 2 x 10 + 1 x 100


Posisi digit bilangan mempunyai nilai dengan kelipatan 10 sehingga
menjadi 1, 10 dan 100. Digit “1” disebut sebagai digit yang paling berarti
(Most Significant Digit, MSD) dalam bilangan 123 dan “3” disebut digit
yang paling tidak berarti (Least Significant Digit, LSD)

2). 7,85 = (…..)10


Penyelesaian:
7,85 = 7 x 100 + 8 x 10-1 + 5 x 10-2
Jadi bilangan 7,85 itu mempunyai arti 7 satuan ditambah 8 per sepuluhan
ditambah 5 perseratusan

2. Sistem Bilangan Biner


Pada sistem bilangan biner hanya dikenal dua simbol angka yaitu 0 dan 1.
Bilangan biner mempunyai bilangan dasar dua (R = 2). Karena itu, sistem
bilangan biner paling sering digunakan untuk merepresentasikan kuantitas
dan mewakili keadaan dalam sistem digital maupun sistem komputer.
Digit “1” dianggap tegangan 5 volt, dan digit ‘0” dianggap tegangan 0 volt.
Digit bilangan biner disebut binary digit atau bit. Pada sistem bilangan ini
dikenal juga istilah nibble untuk menyatakan kelompok 4 bit dan byte untuk
menyatakan kelompok 8 bit.
Ciri suatu bilangan menggunakan sistem bilangan biner adalah adanya
tambahan subskrip bin atau 2 atau tambahan huruf Bdi akhir suatu bilangan.
Contoh:
1010011bin = 10100112 = 1010011B.

MSD LSD

3. Sistem Bilangan Oktal


Sistem bilangan oktal merupakan sistem bilangan dengan radix 8. Simbol
angka yang digunakan adalah ( 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 ) yang berjumlah delapan.
Cara penulisan bilangan yang menggunakan sistem bilangan oktal pada akhir
bilangan ditambahan subskrip okt atau 8 atau tambahan huruf O.
Contoh:
123okt = 1238= 123O.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 73
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

4. Sistem Bilangan Heksadesimal


Dalam sistem bilangan hexadecimal jumlah angka yang digunakan sebanyak
16 yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Oleh karena itu sistem
bilangan ini disebut bilang radix 16. Untuk perhitungan aritmatikannya
huruf A = 10, B =11, C = 12, D = 13, E = 14, dan F = 15. Seperti penulisan
sistem bilangan lainnya, pada bilangan hexadecimal pun ada penambahan
subskrip heks, atau 16 atau dengan huruf H pada akhir bilangan.
Contoh:
123heks = 12316 = 123H

C. Konversi Sistem Bilangan
1. Konversi Bilangan Biner ke Desimal
Menggunakan rumusan umum yang telah dijelaskan dalam sub bab 2a
dengan bilangan radix diganti dengan 2:

ABCD2 = D x 20 + C x 21 + B x 22 + A x 23

CONTOH SOAL

1) 1012= ( …..)10
Penyelesaian:

1012 = 1 x 20 + 0 x 21 + 1 x 22
= 1x1+ 0x2+1x4
= 1+0+4
= 510

2) 11012 = ( …..)10
Penyelesaian:

11012= 1 x 20 + 0 x 21 + 1 x 22 + 1 x 23
= 1x1 + 0x2 + 1x4 +1x8
= 1 + 0 + 4 + 8
= 1310

INSTRUMENTASI DAN
74 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL
MATERI PEMBELAJARAN
3). 101,0112 = ( …..)10
Penyelesaian:

101,0112 = 1 x 1 + 0 x 2 + 1 x 4 + 0 + 1 x 0,25 + 1 x 0,125


= 1 + 0 + 4 + 0 + 0,25 + 0,125
= 5,37510

4). 0,10102 = ( ….. )10


Penyelesaian:

0,10102 = 1 x 2-1 + 0 x 2-2 + 1 x 2-3 + 0 x 2-4


= 1 x 0,5 + 0 + 1 x 0,125 + 0
= 0,5 + 0,125
= 0,62510

2. Konversi Bilangan Desimal ke Biner


a. Konversi bilangan desimal bulat ke biner
Untuk melakukan konversi bilangan decimal bulat ke biner kita harus
membagi bilangan decimal dengan bilangan dasar biner yaitu 2.
Contoh:
1) 2310 = ( …..)2
23 : 2 = 11 sisa 1(LSD)
11 : 2 = 5 sisa 1
5 : 2 = 2 sisa 1
2 : 2 = 1 sisa 0
1 : 2 = 0 sisa 1(MSD)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 75
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Hasil konversi bilangandiambil dari sisa pembagian dan ditulis
sesuai arah anak panah:
2310 = 101112

2) 12510 = ( ……)2
125 : 2 = 62 sisa 1(LSD)
62 : 2 = 31 sisa 0
31 : 2 = 15 sisa 1
15 : 2 = 7 sisa 1
7 : 2 = 3 sisa 1
3 : 2 = 1 sisa 1
1 : 2 = 0 sisa 1(MSD)
Hasil konversi adalah:
12510 = 11111012

b. Konversi bilangan desimal pecahan ke biner


Untuk mengkonversikan bilangan decimal pecahan ke biner kita
harus memisahkan antara bagian bulat dengan bagian pecahannya.
Penyelesaian bagian bilangan bulat dilakukan dengan cara seperti sub-
bagian 3.b.1 yaitu dengan membagi dengan 2. Sedangkan untuk bagian
pecahannya dilakukan dengan mengalikan dengan 2.
Contoh:
a. 85,37510 = ( …)2
Penyelesaian:
Bagian bilangan bulat:
8510 = (…..)2
5 : 2 = 42 sisa 1
42 : 2 = 21 sisa 0
21 : 2 = 10 sisa 1
10 : 2 = 5 sisa 0
5 : 2 = 2 sisa 1
2 : 2 = 1 sisa 0
1 : 2 = 0 sisa 1
Hasil konversi :
5810 = 10101012
Penulisan hasil konversi dimulai dari bawah ke arah atas sesuai
tanda panah.

INSTRUMENTASI DAN
76 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Bagian bilangan pecahan:


0,37510 = (……)2
Penyelesaian:
0,375 x 2 = 0,750
0,750 x 2 = 1,5
0,5 x 2 = 1
Hasil konversi bagian pecahan diambil dari bagian bulat (angka
berwarna merah) hasil perkalian dengan 2. Proses pengalian dengan
2 berhenti jika sudah menghasilkan bilangan bulat. Penulisan hasil
konversi urutannya sesuai tanda panah.
Jadi hasilnya: 0,37510 = 0,0112
Hasil konversi bilangan decimal pecahan ke biner menjadi:
58,37510 = 1010101, 0112

b. 0,110 = .( …. )2
Penyelesaian:
0,1 x 2 = 0,2
0,2 x 2 = 0,4
0,4 x 2 = 0,8
0,8 x 2 = 1,6
0,6 x 2 = 1,2
0,2 x 2 = 0,4
0,4 x 2 = 0,8
0,8 x 2 = 1,6
0,6 x 2 = 1,2
0,2 x 2 = …
Hasil konversi: 0,110 = 0,0001100112
Untuk penyelesaian konversi dari bilangan decimal pecahan ke
bilangan biner bisa diambil beberapa angka dibelakang koma untuk
mendapatkan hasil yang mendekati harga sebenarnya.

3. Konversi Bilangan Oktal ke Desimal


Konversi bilangan Oktal ke decimal mengacu pada rumusan umum berikut:
dn-1 dn-2 …d1 d0 d -1 d -2 … d -m = dn-1 x 8n-1 + d n- 2 x 8n-2 + … +
A1.x 81 + A0 x.80 + … + A-1.x 8-1 +
… + A -m. x 8-m

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 77
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI
CONTOHPEMBELAJARAN
SOAL

a. 2578 = ( …..)10
Penyelesaian:

2578 = 7 x 80 + 5 x 81 + 2 x 82
= 7 x 1 + 5 x 8 + 2 x 64
= 7 + 40 + 128
= 17510

b. 7648 = (……)10
Penyelesaian:
7648 = 4 x 80 + 6 x 81 + 7 x 82
= 4 x 1 + 6 x 8 + 7 x 64
= 4 + 48 + 448
= 50010

c. 235,148 = (…….)10
Penyelesaian:

235,148 = 5 x 80 + 3 x 81 + 2 x 82 + 1 x 8-1 + 4 x 8-2


= 5 x 1 + 3 x 8 + 2 x 64 + 0,125 + 4 x 0,0156
= 5 + 24 +128 +0,125 + 0,0624
= 177,18710

d. 0,578 = ( …..)10
Penyelesaiannya:
0,578 = 5 x 8-1 + 7 x 8-2
= 5 x 0,125 + 7 x 0,015625
= 0,625 + 0,109375
= 0,73437510

INSTRUMENTASI DAN
78 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
4. Konversi Bilangan Desimal ke Oktal
Untuk mengkonversi bilangan decimal ke octal dilakukan dengan cara
membagi bilangan decimal dengan bilangan dasar octal yaitu 8.

CONTOH SOAL
a. 50010 = (….)8
Penyelesaian:
500 : 8 = 62 sisa 4 (LSD)
62 : 8 = 7 sisa 6
7 : 8 = 0 sisa 7 (MSD)
Hasil konversi diambil dari sisa pembagian yang urutan penulisannya
dari angka yang paling bawah kearah atas sesuai arah panah.
50010 = 7648

b. 16910 = (…..)8
Penyelesaian:
169 : 8 = 21 sisa 1 (LSD)
21 : 8 = 2 sisa 5
2 : 8 = 0 sisa 2 (MSD)
Hasil konversi: 16910 = 2518

c. 64,12510 = ( ……..)8
Bagian bilangan bulat:
6410 = ( …)8
Penyelesaiannya:
64 : 8 = 8 sisa 0
8 : 8 = 1 sisa 0
1 : 8 = 0 sisa 1
Hasilnya: 6410 = 1008

Bagian Pecahan:
0,12510 = (…..)8
Penyelesaiannya:
0,125 x 8 = 1 0,12510 = 0,18
Jadi hasil konversi:
64,12510 = 100,18

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 79
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI
CONTOHPEMBELAJARAN
SOAL

d. 0,2187510 = (…..)8
Penyelesaian:
0,21875 x 8 = 1,75
0,75 x 8 = 6
Hasil konversi: 0,2187510 = 0,168

5. Konversi Bilangan Heksadesimal ke Desimal


Seperti system bilangan sebelumnya yang dikonversikan ke decimal, maka
pada system bilangan hexadecimal pun berlaku rumusan umum sebagai
berikut:

dn-1 dn-2 …d1 d0 d -1 d -2 … d -m = dn-1 x 16n-1 + d n- 2 x 16n-2 + … +


A1.x 161 + A0 x.160 + … + A-1.x 16-1
+ … + A -m. x 16-m

Contoh:
37AH = ( …)10
Penyelesaian:

a. 37AH = A x 160 + 7 x 161 + 3 x 162


= 10 x 1 + 7 x 16 + 3 x 256
= 10 + 112 + 768
= 89010

b. 3BH = ( ….)10
Penyelesaian:
3BH = B x 160 + 3 x 161
= 11 x 1 + 3 x 16
= 11 + 48
= 5910
c. 0,8H = (….)10
Penyelesaian:
0,8H = 8 x 16-1

= 8 x 0,0625

INSTRUMENTASI DAN
80 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
= 0,510

d. 0,C3H = (….)
Penyelesaian:
0,C3H = C x 16-1 + 3 x 16-2
= 12 x 0,0625 + 3 x 0,00390625
= 0,75 + 0.01171875
0,C3H = 0,7617187510

6. Konversi Bilangan desimal ke heksadesimal


Untukmengkonversi bilangan desimal ke heksadesimal dilakukan dengan
cara yang sama seperti halnya dengan bilangan decimal ke octal atau
decimal ke biner. Karena bilangan dasarnya 16 maka konversi desimal ke
heksadesimal dilakukan dengan membagi bilangan desimal dengan 16.
Contoh:
a. 10010 = (…..)16
Penyelesaian:
100 : 16 = 6 sisa 4
6 : 16 = 0 sisa 6
Jadi hasil konversi: 10010 = 6416

b. 17510 = (……)
Penyelesaian:
175 : 16 = 10 sisa 15 = F
10 : 16 = 0 sisa 10 = A
Jadi hasil konversi: 17510 = AF16

c. 0,187510 = (…..)H
Penyelesaian:
0,1875 x 16 = 3
Jadi hasil konversi: 0,187510 = 0,3H

d. 16,1610 = (….)
Penyelesaian:
Konversi bagian bilangan bulat:
16 : 16 = 1 sisa 0
1 : 16 = 0 sisa 1
Jadi hasil konversi bagian bilangan bulat: 1610 = 1016
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 81
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Konversi bagian bilangan pecahan:


0,1610 = (…..)16
Penyelesaian:
0,16 x 16 = 2,56
0,56 x 16 = 8,96
0,96 x 16 = F,36
0,36 x 16 = 5,76
0,76 x 16 = C,16
0,16 x 16 = ….
Jadi hasil konversi bagian pecahan: 0,1610 = 0,28F ( karena dari hasil
perkalian tidak diperoleh bilangan bulat, maka hasil konversi kita ambil
beberapa angka dibelakang koma tapi sudah mendekati nilai 0,16
decimal).
Hasil konversi keseluruhan adalah 1016 + 0,28F16 atau:
16,1610 = 10,28F16

7. Konversi bilangan Biner ke Oktal


Bilangan biner yang akan dikonversikan ke oktal dikelompokkan dengan
masing-masing kelompok terdiri dari tiga digit. Hal ini karena dalam sistem
bilangan oktal nilai tertinggi adalah 7 atau sama dengan 1112. (tiga digit).
Pengelompokan dimulai dari digit yang paling kanan.
Contoh:
a. 11110112 = ( …. )8
Penyelesaian:
1111011
011 = 3
111 = 7
Bisa ditulis 001 = 1
Jadi hasil konversi: 11110112 = 1738

b. 101010102 = (….)8
Penyelesaian:
Bagi per tiga digit: .10 101 010
2 5 2
Jadi hasil konversi: 101010102 = 2528

INSTRUMENTASI DAN
82 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

8. Konversi bilangan oktal ke biner


Konversi ini dilakukan dengan cara merubah satu digit oktal menjadi tiga
digit biner. Ini kebalikan dari konversi biner ke oktal.
Contoh:

1) 438 = 100 011 Hasilnya: 438 = 1000112

2) 1508 = 0011010002 atau 11010002


3) 2558 = 0101011012 atau 101011012
4) 1118 = 0010010012 atau 10010012

9. Konversi bilangan biner ke hexadecimal


Konversi bilangan biner ke bilangan heksadecimal dilakukan dengan cara
membagi bilangan biner kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4
digit biner.
Contoh:
1) 111111102 = (….)H
Penyelesaian:
Kelompokkan per empat digit: 1111 = F 1110 = E
Hasil konversi:
111111102 = FEH

2) 110011012 = CD16
3) 10012 = 916
4) .1010101111002 = ABC16

10. Konversi Bilangan Heksadesimal ke Biner


Kebalikan dari konversi bilangan biner ke heksadesimal, artinya satu digit
bilangan heksadesimal akan diubah menjadi empat digit biner.
Contoh:
a. A9H = (….)2
Penyelesaian:
A = 1010 ; 9 = 1001
Jadi hasil konversi: A9H = 101010012

b. BACAH = 10111010110010102
c. 10H = 100002
d. ED1H = 1110110100012
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 83
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Sejarah Perkembangan Sistem Bilangan

Sistem bilangan yang digunakan dunia saat ini merupakan hasil karya pemikiran
para ahli yang sudah selayaknya diberikan gelar pakar atau ilmuwan matematika
dunia. Berawal dari kondisi alam disekitar tempat tinggal manusia mendorong
manusia untuk berpikir bagaimana untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
dalam segi keselamatan dan keamanan maupun dalam hubungan bermasyarakat.
Bagaimana manusia waktu itu yang umumnya bertempat tinggal di sekitar sungai
memerlukan penanggalan agar mereka tahu tentang perubahan musim. Mereka
juga harus tahu tata cara menyatakan ukuran, jumlah dan sebagainya.

Gambar 4.2 Simbol bilangan tempo dulu


Sumber: https://www.slideshare.net/
Gambar 4.2 merupakan bukti sejarah perkembangan sistem bilangan dari zaman
dahulu hingga sekarang ini. Dua simbol bilangan pada gambar 4.2 (bagian bawah)
merupakan simbol bilangan bangsa Arab dan bangsa Romawi yang hingga sekarang
masih tetap digunakan. Dengan berkembangnya teori sistem bilangan sekarang ini,
maka penerapannya dalam bidang pengetahuan dan teknologi menjadi semakin
luas. Sebagai contoh dapat dilihat pada pemanfaatan konsep bilangan dalam
teknologi computer dan sistem pengendalian otomatisasi proses.
Sudah seharusnya kita mengenal tokoh-tokoh yang sangat berjasa di bidang sistem
bilangan ini seperti:
1) Pythagoras(582 SM- 496 SM), dikenal sebagai “Bapak bilangan” dengan teorema
Pythagoras,
2) Jamshid Al-Kashi (1380 M) , menciptakan pecahan decimal dengan karyanya
yang berjudul Kunci Aritmatika dan sudah sejak lama digunakan di daratan Cina.
3) Johan Carl Friedrich Gauss (30 April 1777- 23 Februari 1855), dengan bukunya
“Disquisitiones Arithmeticae” sebagai awal teori bilangan modern.
4) Benjamin Peirce (4 April 1809-6 Oktober 1880) yang memperkenalkan
penguraian peirce

INSTRUMENTASI DAN
84 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai komponen-komponen elektronika


analog, peserta didik dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Seperti
halnya materi elektronika di bab terdahulu, banyak pengetahuan tentang sistem
bilangan yang bisa diakses melalui internet.Diantara sekian banyak website yang
berhubungan dengan sistem bilangan, ada beberapa yang dicantumkan disini
untuk mempermudah anda pada awal. Setelah itu silahkan kembangkan pencarian
di website yang lainnya.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132256208/pendidikan/Bab+1+Sistem+Bilangan.
pdf
https://www.youtube.com/watch?v=zyjfp7NRIdw

RANGKUMAN

Sistem bilangan yang umum digunakan dalam teknik digital dan komputer dapat
dibedakan menjadi empat yaitu bilangan biner, bilangan oktal, bilangan desimal
dan bilangan heksadesimal. Perbedaan sistem bilangan itu berdasarkan bilangan
dasar yang dipakai tiap sistem bilangan. Nama sistem bilangan sesuai dengan
jumlah bilangan dasarnya masing-masing, misalnya bilangan oktal yang terdiri
atas delapan bilangan dasar dan bilangan desimal yang mempunyai 10 bilangan
dasar.Nilai suatu bilangan dapat dikonversikan ke bentuk sistem bilangan lainnya.
Untuk konversi ini menggunakan aturan tertentu.

TUGAS MANDIRI

1. Buatlah suatu tabel konversi bilangan yang mencakup bilangan desimal, biner,
octal dan heksadesimalsebanyak 25 bilangan.
2. Untuk mengkonversi suatu bilangan ke bilangan lain dapat dilakukan dengan
Microsoft exel. Coba anda pelajari dari buku atau melalui internet. Buatlah
laporan tentang tata cara pembuatan tabel konversi yang meliputi bilangan
biner, bilangan desimal, bilangan octal dan bilangan heksadesimal

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 85
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Konversikan bilangan-bilangan berikut menjadi bilangan biner:
a. 3410
b. 7510
c. 12510
2. Bilangan “68 apakah termasuk bilangan octal?, berikan penjelasanmu!
3. Ubahlah bilangan-bilangan berikut menjadi bilangan desimal.
a. 101,1012
b. 101102
c. 111012
4. Jelaskan perbedaan MSD dengan LSD, berikan contoh!
5. Apa yang kamu ketahui tentang bilangan heksadesimal? Jelaskan!
6. Tuliskan cara membaca bilangan 7138 yang benar!
7. Suatu bilangan octal dikonversi ke bentuk bilangan desimal hasilnya
adalah175, berapakah bilangan octal tersebut?
8. Konversikan bilangan – bilangan berikut ke bentuk bilangan heksadesimal:
a. ABCH
b. 2FH
c. 178
d. 1058
9. Konversikan bilangan-bilangan berikut ke bentuk bilangan biner!
a. 1C816
b. 13D16
c. 378
d. 2558
10. Adakah perbedaan angka dan bilangan? Jelaskan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi paham tentang sistem bilangan
digital. Dari semua materi yang sudah dijelaskan dalam bab ini, mana yang
menurut Anda paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman
maupun guru Anda, karena apabila telah memahami konsep tentang sistem
bilanganini akan dapat membantu Anda dalam memahami materi-materi teknik
digital lainnya seperti gerbang dasar, sistem sandi digital yang akan dibahas di
dalam bab-bab selanjutnya.

INSTRUMENTASI DAN
86 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

SISTEM SANDI DIGITAL


BAB
V

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari tentang sistem sandi digital, peserta didik dapat menjelaskan
jenis-jenis sistem sandi digital serta mampu melakukan konversi dari satu sistem
sandi ke sistem sandi yang lain dengan benar.

PETA KONSEP

Komponen Elektronika Analog

A B C.
Pengertian Jenis-jenis sistem Sandi Konversi sistem
Digital sandi Digital

KATA KUNCI

Sandi BCD - Sandi Exes-3 – Sandi Gray – Sandi ASCII

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 87
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Kita ketahui bahwa data yang diproses di dalam peralatan sistem digital adalah data-
data yang direpresentasikan dalam bentuk bilangan biner. Perangkat digital hanya
mengenal digit 1 dan 0. Karena itu data yang akan diproses di dalam peralatan-peratan
digital haruslah dalam bentuk binary coded. Di sisi lain di lapangan penggunaan
kode biner tidak mudah. Masyarakat sudah sangat familiar dengan bilangan desimal.
Misalnya seperti kalkulator pada gambar 5.1. Penggunaan alat ini sangatlah mudah
bagi masyarakat. Apabila ditekan angka 1 maka yang muncul pada layar display adalah
angka 1. Dan apabila ditekan angka 7 maka muncullah angka tujuh pada layar display.

Gambar 5.1 Kalkulator digital


Sumber: https://soalterbaru.com/

Kenapa bisa demikian? Angka 7 decimal tersebut tidak akan bisa diproses langsung
oleh kalkulator sebagai perangkat digital. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perangkat digital hanya bisa memproses data biner. Berarti ada suatu mekanis tertentu
yang bekerja di dalam kalkulator sehingga input data desimal dapat diproses. Di dalam
teknik digital hal tersebut bisa dilakukan dengan piranti pengubah data. Pengubahan
data misalkan dari desimal menjadi sandi tertentu. Dalam kasus kalkulator, karena
input data desimal lebih banyak daripada outputmya yaitu kode biner, maka piranti
yang digunakan adalah Encoder. Setelah diproses dengan kode biner dan hasilnya
mau ditampilkan di layar display, maka piranti yang digunakan adalah Decoder.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Sistem Sandi Digital


Dalam menyalurkan data dari satu perangkat ke perangkat lain atau dari satu
bagian ke bagian yang lainnya, tidak jarang terjadi bahwa data tersebut tidak
bisa dikirimkan secara langsung. Hal ini terjadi dikarenakan data tersebut tidak
dimengerti oleh bagian penerima. Dengan kata lain dalam komunikasi digital,
data harus dipahami oleh kedua bagian pengirim dan penerima. Sehingga perlu
dilakukan pengubahan data ke dalam bentuk khusus yang dipahami oleh kedua
bagian. Pengubahan inilah yang dikenal dengan sistem koding atau sistem sandi.
Dengan pengkodean dapat dihasilkan besaran digital khusus berupa kode-kode
misalnya kode gray dan ASCII.

INSTRUMENTASI DAN
88 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
A. Jenis-Jenis Sistem Sandi Digital
1. Sandi BCD (Binary Coded Decimal)
BCD adalah suatu sistem sandi yang umum digunakan untuk menyatakan
angka desimal secara digital. Oleh karena bilangan decimal itu dari 0 sampai
9, maka untuk menyatakan desimal dalam biner diperlukan 4 digit biner.
Kode ini sering juga disebut dengan istilah kode BCD 8421. Hal ini dikrenakan
nilai tiap bit dari kode ini berurutan dari bit yang paling kanan adalah 1, 2,
4, dan 8. Bila kita menggunakan biner 4 bit tentunya peluang kombinasi
yang dihasilkan adalah 24 sama dengan 16 peluang kombinasi. Tetapi oleh
karena kode BCD ini adalah pengkodean desimal dalam bentuk biner, maka
hanya sejumlah bilangan decimal saja yang dikonversikan ke biner yaitu dari
0 sampai dengan 9. Sehingga ada 6 kombinasi biner yang tidak digunakan
atau 6 kode terlarang dalam kode BCD. Kode terlarang tersebut adalah 1010,
1011, 1100, 1101, 1110, 1111. Apabila dalam proses penjumlahan misalnya
hasilnya merupakan salah satu kode tersebut maka akan muncul pesan Error.
Yang perlu diingat bahwa kode BCD walaupun menggunakan digit biner ,
tetapi bukanlah bilangan biner. Perhatikan perbandingan berikut:
27510 = 1000100112
27510= 001001110101BCD
Dengan bilangan desimal yang sama, ternyata ekivalen binernya berbeda
antara hasil konversi ke biner dengan yang dikodekan ke biner. Voltmeter
digital, pengukur frekuensi, kalkulator, dan jam digital adalah contoh peralatan
yang menggunakan BCD karena informasi output ditampilkan dalam desimal
Tabel 5.1 Kode BCD
Decimal BCD
0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001
2. Sandi Excess-3 (XS-3)
Sandi Excess-3 (atau XS-3) adalah sandi tidak berbobot yang digunakan
untuk mengekspresikan angka decimal. Sandi XS-3 terdiri dari 4 digit untuk
melambangkan sebuah digit decimal. Sandi ini pada dasarnya menyerupai
kode BCD. Bahkan tidak jarang kode excess-3 digunakan untuk menggantikan
kode BCD. Sandi ini diperoleh dengan menambahkan 3 kepada tiap digit
decimal kemudian baru disandikan ke biner.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 89
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 5.2 Sandi Excess-3


Decimal BCD
0 0000
1 0001
2 0010
3 0011
4 0100
5 0101
6 0110
7 0111
8 1000
9 1001

3. Sandi Grey
Sandi gray adalah suatu sandi yang dibentuk dari bilangan biner dimana antara
bilangan sebelumnya dengan bilangan selanjutnya hanya berbeda satu digit
atau angka. Walaupun sandi ini menggunakan bilangan biner tetapi sandi ini
tidak memiliki bobot sehingga tidak dikenal LSB dan MSB. Artinya kode ini
tidak bisa digunakan untuk operasi aritmatika.

Tabel 5.3 Sandi Grey


Decimal Kode Grey
0 0000
1 0001
2 0011
3 0010
4 0110
5 0111
6 0101
7 0100
8 1100
9 1101
Alasan penggunaan kode gray adalah untuk menghindari kesalahan
pembacaan input. Misalnya kode gray diaplikasikan untuk menyatakan posisi
poros dari mesin yang berputar. Karena perubahan dari satu sandi ke sandi
berikutnya hanya satu digit, maka ketepatan informasi input akan lebih handal
dibandingkan kalau kita menggunakan bilangan biner. Penerpan Sandi Gray
banyak ditemukan dalam perangkat I/O dan ADC

4. Sandi ASCII
Sandi ini merupakan sandi alfanumerik untuk bagian input/output komputer.
ASCII merupakan singkatan dari American Standard Code for Information
Interchange yang dipatenkan oleh American National Standards Institute
(ANSI). Jadi sandi ASCII merupakan sandi Standar Amerika untuk Pertukaran
Informasi atau sebuah standar internasional dalam pengkodean huruf
dan simbol yang bersifat universal. Jadi ASCII bukan untuk perhitungan
matematis.

INSTRUMENTASI DAN
90 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 5.4 Sandi ASCII
X3 X2 X1 X0 X X X4
010 011 1006 5 101 110 111
0000 SP 0 @ P p
0001 ! 1 A Q a q
0010 “ 2 B R b r
0011 # 3 C S c s
0100 $ 4 D T d t
0101 % 5 E U e u
0110 & 6 F V f v
0111 ‘ 7 G W g w
1000 ( 8 H X h x
1001 ) 9 I Y i y
1010 * : J Z j z
1011 + ; K k
1100 ‘ < L l
1101 _ = M m
1110 . ? N n
1111 / ? O o

Sandi ASCII merupakan sandi 7 bit terdiri atas 255 sandi. Desimal 0 sampai
127 merupakan sandi untuk manipulasi teks dan 128 sampai 255 untuk
manipulasi gambar/grafik. Kalau dikaitkan dengan keyboard komputer; 26
tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar, 10 tombol untuk
angka, dan 25 tombol untuk tombol fungsi khusus.
Format sandi 7 bit sebagai berikut:
X6 X5 X4 X3 X2 X0
Dimana: X = 0 atau 1
Contoh:
1) Sadi ASCII huruf “S”
Penyelesaian:
Cari huruf “S” pada tabel 5.4 terlelak pada kolom X6 X5 X4:
Ternyata pada kolom “101”
Cari huruf “S” pada tabel 5.4 terletak pada baris X3 X2 X1 X0:
Ternyata pada baris “0011”
Jadi sandi ASCII huruf “S” capital adalah: 101 0011

2) Sandi ASCII huruf “n” kecil


Penyelesaian:
Cari huruf “n” pada tabel 5.4 terlelak pada kolom X6 X5 X4:
Ternyata pada kolom “110”
Cari huruf “n” pada tabel 5.4 terletak pada baris X3 X2 X1 X0:
Ternyata pada baris “1110”
Jadi sandi ASCII huruf “n” kecil adalah: 110 1110
Seandai diperintahkan ke komputer untuk menjumlahkan 110 dengan
310 maka proses yang terjadi adalah:
Tentukan sandi ASCI untuk decimal 1 dan 3:
“1” = 011 0001
“3” = 011 0011
Konversikan menjadi biner 4 bit dan jumlahkan:
“1” = 011 0001 = 0001
“3” = 011 0011 = 0011 +
= 0100

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 91
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Konversikan hasil jumlah ke sandi ASCII kembali:


011 0100 = karakter “4”

C. Konversi Sistem Sandi Digital


1. Konversi Desimal ke sandi BCD
Tiap digit bilangan decimal diubah ke ekivalen binernya.
Contoh:
1). Bilangan decimal: 135
Penyelesaian:
1 = 0001
3 = 0011
5 = 0101
Hasilnya:
13510 = 0001 0011 0101BCD

2). Bilangan decimal: 68,42


Penyelesaian:
6 = 0110
8 = 1000
4 = 0100
2 = 0010
Hasilnya:
68,42 = 0110 1000,0100 0010
.
2. Konversi sandi BCD ke decimal
Digit biner dikelompokkan per 4 bit(1 nible)
Contoh:
1) 100100010111BCD = ( ………..)10
Penyelesaian:
Kelompokkan per 4 digit: 100100010111
9 1 7
Hasilnya: 100100010111BCD =91710

2) 1000001101100101BCD = ( …….)10
Penyelesaian:
Kelompokkan per nible: 1000001101100101
8 3 6 5
Hasilnya: 1000001101100101BCD = 836510

3. Konversi bilangan Biner ke sandi Gray


Langkah-langkahnya:
a. Bit pertama (paling kiri) sandi Gray sama dengan
bit pertama dari bilangan biner.
b. Bit kedua sandi Gray merupakan hasil fungsi logic EX-OR dari bit pertama
dan bit kedua bilangan biner. Perlu diingat bahwa output EX-OR sama
dengan 1 bila kedua bit biner itu berbeda, dan akan sama dengan 0 bila
sama.
c. Bit sandi Gray ketiga merupakan hasil fungsi logika EX-OR bit kedua dan
bit ke tiga bilangan biner.

INSTRUMENTASI DAN
92 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

d. Bit sandi Gray ke empat merupakan fungsi logika EX-OR bit ketiga dan bit
ke empat bilangan biner, begitu seterusnya.

Contoh:
1) 10012 = ( ……)gray code
Penyelesaian:
1 0 0 1

1 1 0 1
Hasil konversi: 10012 = 1101gray code

2) 01112 = ( ……)gray code


Penyelesaian:
0 1 1 1

0 1 0 0
Hasil konversi: 01112 = 0100gray code
4. Konversi sandi Gray ke bilangan biner
Cara konversi ini adalah kebalikan dari konversi bilangan Biner ke sandi gray.
a. Bit pertama (paling kiri) sandi Gray sama dengan
bit pertama dari bilangan biner.
b. Bit kedua sandi gray:
1) Sama dengan 0 apabila bit biner kedua sama dengan bit gray
pertama, atau
2) Sama dengan 1 apabila bit biner kedua tidak sama dengan bit
gray pertama.
1) Bit ketiga sandi gray:
a) Sama dengan 0 apabila bit biner ketiga sama dengan bit
gray kedua, atau
b) Sama dengan 1 apabila bit biner ketiga tidak sama dengan
bit gray kedua
2) Bit keempat sandi gray: langkahnya sama dengan point 3 hanya
yang dibandingkan bit biner ke-empat dengan bit gray ketiga.
Cara lain adalah dengan penambahan seperti dapat dilihat pada
latiham soal.

Contoh:
1) 0101gray code = ( …….)2
Penyelesaian:
1 1 0 1
+ + +
0 1 1 0
Hasil konversi: 0101gray code = 01102

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 93
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
2) 1101gray code = ( …. )2
Penyelesaian:
1 1 0 1
+ + +

1 0 0 1
Hasil konversi: 1101gray code = 10012

5. Konversi bilangan decimal ke sandi Excess-3


Setiap digit bilangan decimal yang akan diubah ke dalam sandi Excess-3
terlebih dahulu ditambahkan dengan 3. Kemudian setiap digit hasil
penjumlahan dikonversi ke bilangan biner 4 bit.
Contoh:
1) 4510 = (…….)XS-3
Penyelesaian:
4 + 3 = 7 = 0111
5 + 3 = 8 = 1000
Jadi hasil konversi: 4510 = 0111 1000XS-3

2) 96310 = ( ……)XS-3
Penyelesaian:
9 + 3 = 12 = 1100
6 + 3 = 9 = 1001
3 + 3 = 6 = 0110
Hasil konversi: 96310 = 1100 1001 0110XS-3

6. Konversi Sandi Excess-3 ke bilangan decimal


Untuk mendapatkan bilangan decimal dari sandi excess-3, maka sandi XS-3
diubah terdahulu ke bilangan decimal kemudian dikurangi dengan 3.
Contoh:
1) 1100 1001 0110XS-3 = (……)10
Penyelesaian:
110010010110
12 9 6
3 3 3-
9 6 3
Hasil konversi: 110010010110XS-3 = 96310

2) 001101100101XS-3 = ( ……)10
Penyelesaian:
0011 0110 0101
3 6 5
3 3 3-
0 3 2
Hasil konversi: 001101100101XS-3 = 03210

INSTRUMENTASI DAN
94 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
7. Konversi ASCII
Untuk mengkonversi sandi ASCII ke bilangan biner kita gunakan bantuan
tabel 5.4.
Contoh:
1) STARASCII = ( ….)10
Penyelesaia:
S = 101 0011
T = 101 0100
A = 100 0001
R = 101 0010
Hasilnya: STOPASCII = 1010011 1010100 1000001 10100102

2) 1010000 1101100 1100001 11110012 = (…..)ASCII


Penyelesaian:
Lihat tabel 5.4, maka didapat:
101 0001 = P
110 1100 = l
110 0001 = a
1111001 = y
Hasilnya:
1010000 1101100 11000011111001ASCII = PlayASCII

CAKRAWALA

Sandi Gray pada Encoder


Penggunaan sandi digital di dunia industry sudah merupakan hal yang tidak asing
lagi. Sebagai contoh aplikasi sandi Gray yang dapat kita temui pada aplikasi shaft
position Encoder. Karena dengan penggunaan sandi Gray dapat mengeliminasi
adanya kesalahan pembacaan pada Encoder sandi biner.

Gambar 5.2 Absolute Encoders single-turn


Sumber:https://www.dpstar.com.my/

Gambar 5.2 adalah salah satu contoh perangkat yang menggunakan konsep sandi
gray yaitu absolute Encoders single-turn. Encoders mutlak dapat digunakan dalam
setiap pabrik dan otomatisasi logistik, dimana poros rotasi gerakan memerlukan
deteksi absolut.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 95
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Misalnya, botol plastik yang ditumpuk di beberapa lapisan pada palet di sistem
palletizer. Gripper dari mesin penanganan palet harus diposisikan di arah X dan
Y. Untuk menentukan posisi gripper Encoders mutlak multiturn dapat digunakan
Encoder mutlak dengan antarmuka berbasis Ethernet seperti dari keluarga produk
AFM60.
Banyak contoh lain yang bisa anda baca tentang penerapan Encoder absolute ini
diantaranya kontrol otomatis kemudi, pedal koping kendaraan serta kontrol posisi
motor dc.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai sistem sandi digital, peserta didik
dapat mempelajari secara mandiri melalui internet. Banyak pengetahuan yang bisa
diakses melalui internet yang kaitannya dengan sistem sandi digital. Beberapa
website yang dapat kalian kunjungi untuk tujuan tersebut dantaranya sebagai
berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=2hGmQrdfXGw
https://www.youtube.com/watch?v=X0YZY2yqQJA
https://www.youtube.com/watch?v=cdeNxFkTwR0

INSTRUMENTASI DAN
96 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKUMAN
Dalam teknik digital dikenal beberapa sandi digital. Sandi-sandi diperoleh
dari proses pengkodean atau koding. Proses pengkodean ini dilakukan karena
perangkat-perangkat digital dan computer hanya bisa mengolah data-data yang
berbentuk digit 0 dan 1.
Ada sandi Binary coded decimal (BCD), ada juga sandi Excess-3, sandi gray
dan sandi ASCII. Jika dikupas lebih jauh masih banyak sandi-sandi yang lain yang
tidak dibahas dalam bab ini.
Antara satu sandi dengan sandi lain dapat dikonversikan dengan aturan-
aturan tertentu. Misalnya pada sebuah kalkulator, input yang dimasukkan ke
kalkulator adalah dalam bentuk bilangan decimal. Data ini harus diubah ke dalam
biner agar bisa dipahami oleh perangkat kalkulator.

TUGAS MANDIRI

1. Tugas para siswa adalah mendeskripsikan tentang rangkaian Decoder BCD to


seven-segment; gambar rangkaian, bagaimana cara kerjanya, dan tabel input/
outputnya. Untuk membantu pemahaman tentang cara kerja rangkaian dapat
menggunakan Software aplikasi seperti liveWire. Tugas dikerjakan dalam
bentuk laporan dengan format yang telah disepakati dengan guru pengampu.
2. Tugas individu mencari jenis sandi-sandi lainnya yang belum dibahas dalam
bab ini dalam bentuk rangkuman untuk dikumpulkan

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Sandi ASCII merupakan sandi 7 bit, tetapi dalam pelakasanaannya tetap
menggunakan 8 bit. Jelaskan mengapa demikian!
2. Peralatan yang menggunakan sandi BCD adalah ….
3. Jelaskan perbedaan antra sandi BCD dengan sistem bilangan biner!
4. Jika pernyataan berikut merupakan pesan dalam sandi ASCII, apakah makna
dari pernyataan berikut (gunakan tabel sandi ASCII):
1010000-1010101-1010011-1001000
5. Ubahlah bilangan dalam sandi berikut ke dalam bilangan decimal:
1001 0011 0110 0001 0010 BCD
6. Ada 5 kode terlarang dalam sandi excess-3,yaitu kode 0000, 0001, 0010,
1101, 1111. Coba kamu jelaskan mengapa demikian!
7. Konversikan bilangan-bilangan di bawah ini ke dalam bentuk sandi gray:
a. 1010
b. 111011
c. 01110100
8. Jelaskan fungsi sandi gray!
9. Ubahlah bilangan 12310 ke dalam bentuk sandi excess-3!
10. 10110011XS-3 = ( …..)10

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 97
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab ini, Anda tentu menjadi paham tentang sistem
sandi digital. Dari semua materi yang sudah dijelaskan dalam bab ini, mana yang
menurut Anda paling sulit dipahami? Coba Anda diskusikan dengan teman maupun
guru Anda. Karena dengan memahami konsep tentang system sandi digital akan
membantu Anda dalam memahami materi-materi teknik digital yang akan dibahas
di bab-bab selanjutnya.

INSTRUMENTASI DAN
98 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB
GERBANG LOGIKA DASAR
VI

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi gerbang logika dasar, siswa diharapkan mampu
mendeskripsikan macam-macam gerbang logika dasar dalam sistem digital dengan
percaya diri, mampu menentukan tabel kebenaran gerbang logika dasar dengan
benar, dan mampu merangkai gerbang-gerbang logika dasar dengan tepat dan
mandiri.

PETA KONSEP

GERBANG LOGIKA
DASAR

Pengertian Ger- Jenis-Jenis Ger-


bang Logika Dasar bang Logika Dasar Rangkaian Logika

KATA KUNCI

Gerbang logika, tabel kebenaran, aljabar.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 99
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Gambar 6.1 Rangkaian logika pada sistem instrumentasi


Sumber: electronicshub.org

Gerbang logika dasar sudah banyak diterapkan dalam berbagai sistem kehidupan,
salah satunya diterapkan dalam sistem instrumentasi dan otomatisasi proses.
Sistem yang diterapkan dalam proses yang berhubungan dengan komputer pasti
terdapat prinsip-prinsip logika dasar. Seperti apakah prinsip-prinsip penggunaan
gerbang logika dasar? Mari kita simak penjelasannya.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Gerbang Logika Dasar


Gerbang logika merupakan dasar pembentuk sistem elektronika digital
yang berfungsi mengubah beberapa sinyal input menjadi sebuah sinyal output
logika yang diwakili oleh bilangan biner 1 dan 0. Arsitektur gerbang logika dasar
terbentuk melalui rangkaian elektronika yang terdiri dari ribuan transistor, dioda
dan komponen pasif yang dikenal dengan istilah Transistor-Transistor-Logic (TTL)
dan Dioda-Transistor Logic (DTL). Sehingga pada praktiknya, pengujian gerbang
logika dapat dilakukan dengan beberapa komponen elektronika seperti saklar
atau relay, dioda, transistor, dan integrated circuit (IC) logika. Keluaran dan
masukan gerbang logika ini dinyatakan dalam kondisi HIGH (1) atau LOW (0).
Dalam prakteknya kondisi HIGH diwakili oleh tegangan 5V, sedangkan kondisi
LOW diwakili oleh tegangan 0V.

INSTRUMENTASI DAN
100 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

B. Jenis-jenis Gerbang Logika Dasar


Operasi logika dasar ditampilkan dengan suatu lambang (simbol), dan
fungsinya ditentukan dengan suatu tabel kebenaran (truth table). Tabel kebenaran
merupakan tabel yang memperlihatkan kombinasi input dan output dari gerbang
logika dasar, berupa nilai biner 1 atau 0. Gerbang logika dasar sebenarnya hanya
terdiri atas gerbang OR, AND, dan NOT. Gerbang logika lainnya seperti NAND,
NOR, EX-OR, dan EX-NOR merupakan gerbang kombinasi dari ketiga gerbang
tersebut.
1. Gerbang Logika OR
Gerbang logika OR minimal memiliki dua masukan dan satu keluaran,
seperti dapat dilihat pada Gambar 6.2. Variabel A dan B merupakan input
gerbang, sedangkan variabel Y merupakan output. Kondisi logika keluaran
Y akan berlogika 0 jika dan hanya jika seluruh masukan A dan B berlogika 0,
selain dari itu nilai output akan berlogika 1

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa


Gambar 6.2 Simbol gerbang logika OR
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Dapat dilihat pada Gambar 6.2, input A yang berwarna merah


melambangkan sinyal logika HIGH (1) dan input B yang tidak berwarna
melambangkan sinyal logika LOW (0). Output Y akan bernilai 1 apabila salah
satu atau kedua input bernilai 1. Gambar 6.2 a merupakan simbol gerbang
logika standar amerika (ANSI), sedangkan Gambar 6.2 b merupakan standar
eropa (DIN). Simbol yang biasa kita gunakan dalam praktiknya mengacu pada
standar American National Standards Institute (ANSI).
Tabel 6.1 Tabel Kebenaran Gerbang OR

Input Output

A B Y=A+B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

Tabel 6.1 menunjukkan tabel kebenaran gerbang OR dimana sesuai


dengan teori dan gerbang logika pada materi sebelumnya yaitu output akan
bernilai 1 apabila salah satu input bernilai 1.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 101
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

2. Gerbang Logika AND


Gerbang AND dianalogikan merupakan gerbang dari operasi perkalian.
Sehingga jika terdapat dua input A dan B, serta satu output Y, maka
persamaannya adalah A.B = Y. Kondisi logika output Y akan berlogika 1 jika
dan hanya jika seluruh input A dan B berlogika 1, selain itu nilai outputnya
akan berlogika 0. Simbol dan tabel kebenaran dari gerbang logika AND dapat
dilihat pada Gambar 6.3.

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa


Gambar 6.3 Simbol gerbang logika AND
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Berdasarkan gambar 6.3 b, ketika kedua input A dan B bernilai logika 1


maka output Y akan bernilai 1, namun pada Gambar 6.6 a ketika salah satu
input bernilai 1, output Y akan bernilai 0.
Tabel 6.2 Tabel Kebenaran AND
Input Output

A B Y=A.B
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Sesuai dengan prinsip kerja gerbang logika AND, tabel kebenaran
pada Tabel 6.2. menunjukkan bahwa nilai output Y hanya akan 1 apabila
keseluruhan input bernilai 1.

3. Gerbang Logika NOT


Gerbang logika NOT disebut juga sebagai inverter atau pembalik.
Gerbang ini terdiri dari satu input dan satu output, seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 6.4. Prinsip operasinya jika input A berlogika 1 maka output
Y akan berlogika 0, begitu juga jika input A berlogika 0 maka output Y akan
berlogika 1.

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa


Gambar 6.4 Simbol gerbang logika AND
(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
102 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Hubungan antara input dan output gerbang logika NOT ditunjukkan dalam
tabel kebenaran Tabel 6.3
Tabel 6.3 Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOT

Input Output

A Y=Ā
0 1
1 0

Bila suatu input diinvers sebanyak 2 kali maka outputnya akan tetap sesuai
dengan inputnya.

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa


Gambar 6.5 Simbol Gerbang NOT Ganda
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Hubungan antara input dan output gerbang logika NOT ganda


ditunjukkan dalam tabel kebenaran Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Tabel Kebenaran Gerbang NOT Ganda
A Ā Y=A

0 1 0

1 0 1

Berdasarkan tabel kebenaran pada Tabel 6.4, input A yang di NOT kan
hasilnya akan di balik, lalu hasil yang telah dibalik (diinvers) kemudian di
NOT kan kembali sehingga nilai akhirnya sama dengan nilai input pertama.

4. Gerbang Logika NAND


Gerbang logika NAND merupakan gabungan dari dua gerbang dasar
yaitu gerbang logika NOT dan AND. Prinsip logikanya merupakan logika AND
yang di NOT kan, sehingga hasil tabel kebenarannya merupakan kebalikan
dari gerbang AND. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NAND dapat dilihat
pada Gambar 6.6.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 103
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(a) Simbol Amerika (b) Gerbang kombinasi AND dan


NOT

(c) Simbol Eropa


Gambar 6.6 Simbol gerbang logika NAND
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Berdasarkan Gambar 6.6 a , output Y bernilai 1 apabila salah satu input


bernilai 0, dan output Y akan bernilai 0 apabila kedua input bernilai 1 seperti
dapat dilihat pada Gambar 6.6 c.
Tabel 6.5 Tabel Kebenaran Gerbang NAND
Input Output
A B
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Hasil keluaran dari kedua input A dan B pada Gambar 6.6 dapat dilihat
dalam tabel kebenaran pada Tabel 6.5. Hasil menunjukkan bahwa output
bernilai 1 apabila salah satu input bernilai 0.
5. Gerbang Logika NOR
Gerbang logika NOR merupakan gabungan dari dua gerbang dasar
yaitu gerbang logika NOT dan OR. Prinsip logikanya merupakan logika OR
yang di NOT kan, sehingga hasil tabel kebenarannya merupakan kebalikan
dari gerbang OR. Simbol dan tabel kebenaran gerbang NOR dapat dilihat
pada Gambar 6.7.

(a) Simbol Amerika (b) Gerbang kombinasi OR dan


NOT

INSTRUMENTASI DAN
104 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(c) Simbol Eropa


Gambar 6.7 Simbol gerbang logika NOR
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Berdasarkan gerbang logika pada Gambar 6.7 a, b, dan c dapat dilihat


output Y akan bernilai 1 (berwarna merah) apabila kedua input bernilai 0, hal
tersebut berkebalikan dengan gerbang logika OR, lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel kebenaran gerbang NOR.
Tabel 6.6 Tabel Kebenaran Gerbang Logika NOR

Input Output

A B
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Tabel kebenaran gerbang NOR menunjukkan bahwa output akan bernilai
0 apabila salah satu input bernilai 1, hal tersebut berkebalikan dengan tabel
kebenaran gerbang OR.
6. Gerbang Logika X-OR (Exclusive OR)
Gerbang logika X-OR seperti terlihat pada Gambar 6.8 mempunyai
2 masukan yang dinyatakan dalam variabel A dan B, serta keluaran yang
dinyatakan dengan variabel Y. Kondisi logika keluaran Y akan berlogika 0 jika
dan hanya jika kedua input A, dan B memiliki logika yang sama, keluaran akan
berlogika 1 apabila kedua inputnya berbeda.
Berdasarkan Gambar 6.8 a, ketika kedua input bernilai sama yaitu A
dan B bernilai 1 maka nilai output Y bernilai 0. Dan sebaliknya ketika nilai
input berbeda, maka output Y akan bernilai 1, lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel kebenaran gerbang X-OR.

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa


Gambar 6.8 Simbol gerbang logika X-OR
(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 105
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 6.7 Tabel Kebenaran Gerbang logika X-OR


Input Output

A B
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0

Berdasarkan tabel kebenaran gerbang X-OR, output bernilai 1 apabila


kedua input memiliki nilai yang berbeda.

7. Gerbang Logika X-NOR (Exlusive NOR)


Gerbang X-NOR merupakan inversi atau kebalikan dari gerbang X-OR
atau merupakan gerbang X-OR yang di NOT kan. Sehingga konsep logika
X-NOR adalah jika nilai logika kedua masukannya sama, maka keluaran Y akan
berlogika 1, sebaliknya jika nilai logika kedua masukannya berbeda, maka
keluaran Y akan berlogika 0. Gambar 6.9 menunjukkan simbol dari gerbang
X-NOR

(a) Simbol Amerika (b) Gerbang kombinasi X-OR dan NOT

(c) Simbol Eropa


Gambar 6.9 Simbol gerbang logika X-NOR
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 6.8 Tabel Kebenaran Gerbang X-NOR


Input Output

A B
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 1

INSTRUMENTASI DAN
106 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

C. Rangkaian Logika
Operasi logika membutuhkan kaidah-kaidah untuk memanipulasi
rangkaian logika yang rumit agar dapat dilakukan suatu penyederhanaan,
dengan kata lain perlu dilakukan “aljabar digital”. George Boole, seorang
ahli matematika dari Inggris telah merumuskan kaidah-kaidah dasar operasi-
operasi logika. Operasi logika dasarnya adalah AND, OR, dan NOT. Berikut ini
teorema-teorema Boolean yang menerapkan prinsip-prinsip operasi gerbang
logika dasar.
Tabel 6.9 Teorema-teorema Boolean untuk satu variabel
OR AND NOT

A+0=A A.0=0 A =A
A+1=1 A.1=A
A+A=A A.A=A
A+Ā=1 A.Ā=0

Augustus DeMorgan, yang hidup pada zamannya George Boole juga


menyumbangkan dua teorema mengenai prinsip logika yang sangat
bermanfaat. Konsep pertama adalah satu gerbang NOR setara dengan satu
gerbang AND yang di NOT-kan pada kedua inputnya atau digambarkan
dengan persamaan A+B = A . B , Konsep kedua menyatakan bahwa satu
gerbang NAND setara dengan satu gerbang OR yang di NOT kan pada kedua
inputnya atau digambarkan dengan persamaan A . B = A + B

Tabel 6.10 Teorema-teorema Boolean untuk lebih dari satu peubah

Kaidah Komutasi Kaidah Asosiasi Teorema DeMorgan

A+B = B+A A+(B+C)=(A+B)+C A+B = A . B


A.B = B.A A.(B.C)=(A.B).C A . B= A+ B

Kaidah Serapan Kaidah Distribusi

A+(A.B) = A A.(B+C)=(A.B)+(A.C)
A.(A+B) = A A+(B.C)=(A+B).(A+C)

Berdasarkan Tabel 6.10, terdapat beberapa kaidah-kaidah aljabar yang


diantaranya adalah kaidah komutasi, kaidah asosiasi, kaidah distribusi, dan
kaidah serapan. Pada kaidah komutasi menunjukkan tidak pentingnya suatu
urutan variabel dalam operasi logika AND dan OR, seperti contoh A OR B sama
saja hasilnya dengan B OR A. Dengan kata lain penukaran angka dan jawaban
akan tetap sama untuk  operasi penjumlahan, atau  perkalian. Kaidah asosiasi
(pengelompokan) menunjukkan urutan pengelompokan operasi perkalian

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 107
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(AND) atau penjumlahan (OR) dapat diabaikan karena hasilnya sama saja.
Selanjutnya kaidah distribusi berfungsi sebagai operasi penyebaran dan
digunakan untuk menyebarkan bilangan yang dikelompokan dalam tanda
kurung. Terakhir, kaidah serapan membolehkan penyederhanaan fungsi-
fungsi yang terlalu panjang.
Teorema DeMorgan dapat dilihat pada Gambar 6.10, dimana gerbang
OR dapat terbuat dari beberapa gerbang NAND.

Gambar 6.10 Rangkaian pengganti gerbang OR


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Fungsi yang dibutuhkan dari gerbang OR adalah Y=A+B. Berdasarkan


bentuk umum teorema DeMorgan, dapat dilihat pada Gambar 6.10
sebenarnya merupakan gabungan dari satu gerbang NAND dengan dua
gerbang NOT sebagai inputnya. Hal ini karena A.A = A , gerbang NAND yang
kedua inputnya disatukan dapat membentuk gerbang logika NOT.
Y= A . B = A + B
Rangkaian pada Gambar 6.10 berfungsi apabila pada suatu kondisi
membutuhkan gerbang logika OR namun tidak ada IC OR yang memenuhi,
sehingga sebagai penggantinya bisa menggunakan rangkaian gerbang logika
dari beberapa gerbang NAND ataupun juga bisa menggunakan beberapa
gerbang NOT.
Contoh lain dari pemanfaatan IC gerbang logika adalah pembentukan
gerbang NAND berdasarkan teorema DeMorgan menggunakan berbagai
macam IC logika.

Gambar 6.11 Rangkaian pengganti gerbang NAND


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
108 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Berdasarkan Gambar 6.10, fungsi logika yang bisa diuraikan berdasarkan


teorema aljabar dan DeMorgan dapat dilihat dalam persamaan berikut.
Y= AB+A+B .................................(Fungsi Awal)

Y= (A+B)+AB
.............................(Kaida DeMorgan)

Y= A+B (1+A) .................................(Kaidah Distributif)

Y= A+B ..............................................(Teorema Boolean (1+A) = 1)


Y= AB ...................................................(Kaidah DeMorgan)
Sehingga berdasarkan rangkaian yang terbentuk dari beberapa gerbang
logika, mampu membuat satu fungsi gerbang logika lainnya dengan berdasar
pada teorema-teorema aljabar boole dan teorema DeMorgan.

LEMBAR PRAKTIKUM

Praktikum gerbang logika dasar dapat dilakukan dengan melakukan


percobaan secara mandiri dari gerbang dasar sampai dengan rangkaian logika.
Sebelum melakukan praktikum, penting kiranya memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan selalu mentaati tata tertib yang berlaku. Praktik dimulai
dengan gerbang logika dasar menggunakan macam-macam IC logic sesuai dengan
jenis-jenis gerbang logika dasar.

PERCOBAAN 1

1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu
merakit rangkaian gerbang logika dasar dengan benar dan teliti.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan
praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
d. Jangan menghubungkan rangkaian pada sumber tegangan sebelum
dikonsultasikan ke guru pengajar.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dana aman.
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 109
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper

Gambar 6.10 IC logika AND dan rangkaian logika AND


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 6.11 IC logika OR dan rangkaian logika OR


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
110 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar 6.12 IC logika NAND dan rangkaian logika NAND


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 6.13 IC logika NOT dan rangkaian logika NOT


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 111
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar 6.14 IC logika NOR dan rangkaian logika NOR


(Sumber: Dokumen Pribadi)

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Buatlah rangkaian sesuai dengan Gambar 6.10.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Ulangi kembali langkah praktikum a, b, c, dan d untuk Gambar 6.11
sampai dengan Gambar 6.14.
f. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber
tegangan dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
g. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar

Setelah percobaan pertama berhasil, lanjutkan percobaan kedua untuk


menguji rangkaian logika berikutnya.

PERCOBAAN 2

1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu
merakit rangkaian logika dan mengoperasikan rangkaian logika.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.

INSTRUMENTASI DAN
112 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.


d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan
dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dana aman.
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper

4. Gambar Kerja

Gambar 6.15 Rangkaian logika NAND


(Sumber: Dokumen Pribadi)

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Buatlah rangkaian sesuai dengan Gambar 6.10.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Ulangi kembali langkah praktikum a, b, c, dan d untuk Gambar 6.11
sampai dengan Gambar 6.14.
f. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber
tegangan dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
g. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 113
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Setelah percobaan kedua berhasil, lanjutkan percobaan ketiga untuk menguji


rangkaian logika berikutnya

PERCOBAAN 3
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu
merakit rangkaian logika dan mengoperasikan rangkaian logika.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan
dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dana aman.
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper

4. Persamaan Logika
a. AB + AC = Y
b. ( A+B ) ( Ā+C ) = Y
c.
A.B + C = Y
5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Buatlah gambar rangkaian sesuai dengan persamaan logika.
c. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian logika yang sudah
dibuat.
d. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
e. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
f. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber
tegangan dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
g. Buatlah laporan hasil praktikum dari percobaan yang telah dilakukan.

INSTRUMENTASI DAN
114 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Percobaan berikutnya adalah mencoba rangkaian logika sebagai pengganti satu


gerbang logika.
PERCOBAAN 4
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu
merakit rangkaian logika dan mengoperasikan rangkaian logika.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Periksa kelengkapan alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
d. Untuk menghubungkan rangkaian ke sumber tegangan harus dilakukan
dengan seijin guru pendamping praktik.
e. Pastikan lingkungan kerja bersih dana aman.
f. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.
3. Alat dan Bahan Praktik
a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika AND, NOT, NOR. OR, NAND
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper
4. Gambar Kerja

NAND

NAND

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 115
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

OR

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan bandingkan dengan tabel kebenaran gerbang
logika dasar dengan rangkaian pengganti.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber
tegangan dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dari percobaan yang telah dibuat.

CONTOH SOAL

1. Buatlah gerbang AND 3 masukan dan lengkapi dengan tabel kebenarannya!


2. Uraikanlah fungsi keluaran dari gambar di bawah ini sehingga menjadi
fungsi satu gerbang NAND dan buatlah tabel kebenarannya.

3. Buatlah rangkaian dari persamaan logika Y = A.B+ĀC


4. Buatlah tabel kebenaran dari persamaan logika soal nomor 3.
5. Suatu gerbang NOR dengan masukan A dan B diberi sinyal high dan low
berdasarkan diagram waktu seperti pada gambar di bawah ini. Tentukanlah
gafik keluaran Y!

INSTRUMENTASI DAN
116 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL

Kunci Jawaban:
1. Gerbang AND 3 masukan :

Input Output

A B C Y=A.B.C
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

2.
A B AB A+B Y

0 0 1 0 1
0 1 1 0 1
1 0 1 1 1
1 1 0 0 0
Keseluruhan fungsi pada Tabel 6. dapat disederhanakan dengan
menggunakan teorema-teorema aljabar.

Y= AB+A+B
= (A+B)+AB (Kaidah DeMorgan)

= A+B (1+A) (Distribusi)

= A+B (1+A=1)

= AB (Kaidah DeMorgan)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 117
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL

3.

4.
Input Output

A B C Y=A.B+ ĀC
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1

5.

INSTRUMENTASI DAN
118 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Boole & DeMorgan


Tahukah kamu dua tokoh penting yang berpengaruh dalam prinsip gerbang
logika dasar dan rangkaian logika? Dapatkah kamu membayangkan betapa rumitnya
suatu rangkaian logika apabila kedua tokoh tersebut tidak pernah mempelajari dan
menciptakan suatu teorema tentang logika aljabar? Setelah mempelajari materi
tentang gerbang logika dasar dan teorema aljabar, mari kita kenali kedua tokoh
penting tersebut.

Gambar 6.10 George Boole sekitar tahun 1860


(Sumber : https://www.britannica.com/

George Boole seorang  matematikawan, pendidik,  filsuf  dan  ahli logika  yang
berasal dari Inggris, lahir pada tanggal 2 November 1815 di Lincoln, Inggris dan
meninggal pada tanggal 8 Desember 1864 di Ballintemple, Irlandia.George Boole
membantu membangun simbolik modern logika dan aljabar logika. Boole dikenal
sebagai penulis  The Laws of Thought  (1854) yang berisi  Aljabar Boolean. Aljabar
Boolean adalah dasar untuk desain sirkuit komputer digital dan era informasi. Alasan
Boole yang tidak masuk akal telah menyebabkan aplikasi yang tidak pernah ia
impikan: misalnya, peralihan telepon dan komputer elektronik menggunakan angka
biner dan elemen logis yang mengandalkan logika Boolean untuk desain dan operasi
mereka.

Gambar 6.11 Augustus de Morgan sekitar tahun 1806-1871


(Sumber :http://scihi.org/augustus-de-morgan/diakses tanggal
20 Oktober 2019)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 119
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Tokoh selanjutnya adalah Augustus DeMorgan yang merupakan seorang


matematikawan dan ahli logika yang berasal dari Inggris, lahir di India pada Juni
1806. Penyajian terbaik dalam pandangannya tentang aljabar ditemukan pada
artikel yang berjudul Trigonometri dan Aljabar Ganda , diterbitkan pada tahun 1849.
Augustus DeMorgan mengeluarkan teorema DeMorgan yang sangat bermanfaat
bagi dunia sistem digital.

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan lebih jauh mengenai gerbang logika, coba anda
cari penerapan gerbang logika pada sistem instrumentasi dan otomatisasi proses
dengan cara browsing di internet. Salah satu website yang dapat anda kunjungi
adalah sebagai berikut https://www.electronicshub.org/exclusive-nor-gate

RANGKUMAN

Gerbang logika adalah dasar pembentuk sistem elektronika digital yang


berfungsi untuk mengubah satu atau beberapa input (masukan) menjadi sebuah
sinyal output (keluaran) logis. Gerbang logika beroperasi berdasarkan sistem
bilangan biner yaitu bilangan yang hanya memiliki 2 kondisi yakni 0 dan 1 dengan
menggunakan teori Aljabar Boolean.
Didalam bidang ekektronika terdapat 7 jenis gerbang logika dasar yang
membentuk sebuah sistem elektronika digital, yaitu : Gerbang AND, Gerbang OR,
Gerbang NOT, Gerbang NAND, Gerbang NOR, Gerbang X-OR (Exclusive OR), dan
Gerbang X-NOR (Exlusive NOR)
Dalam prakteknya Gerbang Logika menggunakan komponen- komponen
seperti Integrated Circuit (IC), Dioda, Transistor, dan Relay.
Prinsip kerja dari tiap gerbang logika tergambarkan dalam tiap table kebenaran
masing-masing gerbang logika. Dari sebuah ekspresi bolean kita dapat menetukan
table kebenaran ekspresi tersebut, atau sebaliknya.

INSTRUMENTASI DAN
120 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

TUGAS MANDIRI

Buatlah simulasi rangkaian logika dari komponen elektronika pada


Software yang mendukung misalnya Software Livewire. Lakukan percobaan
merangkai gerbang logika dengan macam-macam variasi komponen elektronika
seperti saklar, dioda, transistor, gerbang logika dan IC logika. Setelah itu catat
hasilnya apakah menghasilkan data yang sama sesuai dengan teori yang telah
kita pelajari? Buatlah laporan hasil pengerjaannya! Selamat mencoba.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Buatlah tabel kebenaran dari gerbang OR dengan 4 input!
2. Buatlah rangkaian pensaklaran dari gerbang logika AND!
3. Sebuah lampu listrik dikendalikan dengan tiga saklar. Lampu akan ON
bilamana saklar A dan B dalam posisi sama. Dan lampu bisa dikendalikan oleh
saklar C apabila saklar A dan B dalam posisi yang berbeda.
a. Buatlah tabel kebenarannya.
b. Buatlah persamaan aljabarnya.
c. Sederhanakan persamaan tersebut dan rancanglah rangkaian logikanya.
4. Perhatikan rangkaian di bawah ini, tentukanlah persamaan dari rangkaian
logika tersebut. Lakukan penyederhanaan dengan aljabar booelean, dan
buatlah tabel kebenarannya!

5. Buatlah rangkaian digital dari persamaan berikut ini:


a. AB + AC = Y
b. (A+B)(Ā+C)= Y
c.
A.B + C = Y
6. Buatlah analogi gerbang logika dari persamaan Y = (A.B).C menggunakan
saklar ! Buatlah tabel kebenarannya!
7. Diketahui tabel kebenaran berikut ini. Isilah hasil output dari tabel kebenaran
tersebut.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 121
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

A B C Y= (A+B).C
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
8. Buatlah sinyal output Y menggunakan diagram waktu untuk persamaan Y= (A+B)
masukan A dan B diberi masukan grafik logika seperti Gambar berikut.

9. Berilah contoh penggunaan rangkaian gerbang logika yang digunakan dalam


sistem kendali instrumentasi! Jelaskan cara kerjanya!
10. Buatlah rangkaian gerbang logika NOR yang terbentuk dari gerbang logika
dasar!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab mengenai gerbang logika dasar, anda seharusnya


telah memahami mengenai prinsip gerbang logika dasar, jenis-jenis gerbang logika,
dan sudah menguji sendiri berbagai jenis gerbang logika dasar. Coba kaji kembali
penerapan gerbang logika dasar pada kehidupan sehari-hari seperti di rumah, di
lingkungan perkotaan, ataupun di industri-industri. Apa sajakah macam-macam
penerapannya. Ayo diskusikan kembali dengan kelompok belajar ataupun dengan
guru anda agar lebih memahami dan mampu merancang sendiri sistem logika yang
berguna bagi masyarakat sekitar. Selamat belajar.

INSTRUMENTASI DAN
122 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

A. PILIHAN GANDA
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Nilai resistor 1 Ω ±5 % mempunyai gelang warna ...
A. Hitam, Coklat, Hitam, Emas
B. Coklat, Hitam, Hitam, Emas
C. Coklat, Hitam, Emas, Emas
D. Hitam, Hitam, Coklat, Emas
E. Coklat, Coklat, Hitam, Emas
2. Karakteristik komponen LDR yang tepat berdasarkan grafik berikut adalah...
A . B.

C. D.

E.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 123
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

3. Sebuah kapasitor 47 uF dihubungkan dengan sumber tegangan 25 volt. Berapakah


muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor?
A. 1,2 mC
B. 2,1 mC
C. 1,2 C
D. 2,1 C
E. 1,2 uC
4. Tegangan yang diberikan kepada kapasitor mengalami perubahan tetap dari 5 volt
sampai 24 volt dalam selang waktu 0,2 detik. Jika kapasitor mempunyai kapasi-
tansi sebesar 10 uF, tentukan arus yang mengalir di dalam kapasitor tersebut!
A. 0,95 mA B. 1 mA C. 2 mA D. 2,5 mA E. 10 mA

5. Konfigurasi dasar rangkaian penguat transistor bipolar berikut ini termasuk jenis...

A. Common-emitor
B. Common-kolektor
C. Common-basis
D. Common-basis-emitor
E. Common-basis-kolektor

6. Berikut ini yang bukan termasuk komponen elektronika daya adalah...


A. dioda
B. TRIAC
C. Induktor
D. Silicon-Controlled Rectifiers
E. DIAC

7. Pernyataan yang tidak tepat berdasarkan rangkaian berikut.ini jika tombol ON


ditekan:

A. Terminal gerbang menjadi


positif
B. Terminal MT2 juga menjadi
positif
C. Tegangan output pada
beban merupakan tegang
dc
D. Terminal MT2 juga menjadi
negatif
E. Triac tetap ON walaupun
tombol ON dilepas kemba-
li

INSTRUMENTASI DAN
124 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL
8. Rangkaian yang digunakan untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC
A. Rectifier
B. Cycloconverter
C. DC Chopper
D. Inverter
E. Penyearah Dioda
9. Converter yang berfungsi untuk mengkonversikan tegangan DC tetap menjadi
tegangan DC yang dapat dikendalikan adalah...
A. Rectifier
B. Cycloconverter
C. DC Chopper
D. Inverter
E. Penyearah Dioda
10.Berdasarkan rangkaian berikut ini, gelombang output yang akan akan terbentuk
adalah...

A B

C D

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 125
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

11. Rangkaian Op-Amp di bawah ini termasuk rangkaian ...

A. Penguat op-amp inverting


B. Penguat op-amp non-inverting
C. Differensiator
D. Op-Amp Summing Amplifier
E. Integrator

12. Rangkaian Op-Amp di bawah ini termasuk rangkaian ...

A. Penguat op-amp inverting


B. Penguat op-amp non-inverting
C. Differensiator
D. Op-Amp Summing Amplifier
E. Integrator

13. Pada Rangkaian Dasar Op-Amp, Jika besar tegangan input sama dengan tegangan
output yang gelombang sinyal input dengan gelombang sinyal outputnya memi-
liki fase yang sama atau sefase. Op-amp ini sering disebut
A. Penguat op-amp inverting
B. Penguat op-amp non-inverting
C. Differensiator
D. Op-Amp Summing Amplifier
E. Integrator
14. Sebuah penguat invertingmempunyai nilai Rf sebesar 1 mega Ohm, Rin sebesar
100 Kilo ohm. Berapakah penguatan yang dihasilkan Op-amp tersebut ?
A. -10x B. 10x C. -100x D. 100x E. 1000x

15. Sebuah penguat Op-Amp non-inverting dengan penguatan 10 kali. Sumber


tegangan + 15 Volt. Jika Vin sebesar 2 Volt, maka Vout nya adalah …
A. – 20 V
B. – 13,5 V
C. + 13,5 V
D. 13,5 V
E. 20 V
INSTRUMENTASI DAN
126 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

16. Bilangan desimal 819( 10 ) dikonversikan menjadi oktal mempunyai nilai.......


A. 13373
B. 13273
C. 12373
D. 12337
E. 13237
17. Bilangan biner 01100110 jika dikonversikan menjadi bilangan oktal mempunyai
nilai.................
A. 146
B. 246
C. 416
D. 164
E. 321
18. Bilangan biner 0111010110 jika dikonversikan menjadi bilangan Heksadesimal
mempunyai nilai.................
A. 1136
B. B36
C. 116
D. 1D7
E. 1D6
19. Hasil konversi dari 5637(8) ke bilangan hexadesimal adalah …
A. B9F(16)
B. 5678(16)
C. 54B(16)
D. BEC45(16)
E. F12(16)
20. Hasil operasi pada bilangan biner 10111 – 1100 adalah...
A. 1110
B. 1001
C. 1100
D. 1010
E. 1011
21. Bilangan 10012 bila diubah ke bentuk sandi gray akan menjadi:
A. 1101gray code
B. 1001gray code
C. 1100gray code
D. 0101gray code
E. 1011gray code
22. Bilangan decimal: 68,42 bila diubah ke BCD menjadi…
A. 0110 1000,0100 0010
B. 1010 1000,0100 0010
C. 0100 0010,0110 1000
D. 1000 1000,0100 0010
E. 0110 1000,0100 0110

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 127
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

23. Bilangan 0100gray code ekivalen dengan bilangan biner …


A. 0111
B. 1010
C. 1110
D. 0100
E. 1111
24. Bilangan 011000010010BCD ekivalen dengan bilangan decimal …
A. 311
B. 601
C. 612
D. 182
E. 309
25. 10110011XS-3 bila dikoversikan ke bilangan decimal akan menjadi:
A. 12910
B. 29610
C. 69310
D. 96310
E. 129610
26. Gerbang logika yang keluarannya bernilai logic 1 apabila kedua inputnya berbe-
da adalah...
A. NOR B. XOR C. X-NOR D. OR E. AND
27. Simbol gerbang logika X-NOR ditunjukkan oleh gambar…

A B

C D

INSTRUMENTASI DAN
128 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

28. Fungsi Y berdasarkan rangkaian logika di atas adalah...

29. Fungsi Y berdasarkan rangkaian logika di atas adalah...

A. NOR B. XOR C. X-NOR D. OR E. AND


30. Sinyal output Y menggunakan diagram waktu untuk persamaan Y=( (Ā.B) ) den-
gan masukan A dan B diberi masukan grafik logika seperti Gambar berikut. Grafik
output Y tersebut adalah…

A
B

C
D
E

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 129
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GANJIL

B. URAIAN
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Sebuah transistor bekerja dengan arus kolektor sebesar 60 mA dan arus emitor se-
besar 102 mA. Tentukan arus yang mengalir di basis transistor dan gain arus rang-
kaian common emitor statis!
2. Buatlah rangkaian penyearah gelombang penuh tak terkendali dan gambarlah ge-
lombang output yang terbentuk!
3. Sebuah rangkaian op-amp pembalik seperti gambar di bawah memiliki nilai-nilai
yaitu: tahanan feed back = 230 kΩ; tahanan input = 1 kΩ; dan tegangan input = 15
mV. Hitung berapa perolehan tegangan (Av), tegangan output (Vout) dan tegangan
catu daya (Vcc) pada rangkaian tersebut?

4. Hitunglah hasil operasi pada bilangan biner berikut 11011 + 10110 , lalu kon-
versikanlah hasil dari operasi penjumlahan tersebut ke dalam bilangan desimal,
oktal dan hexadesimal!
5. Ada 5 kode terlarang dalam sandi excess-3,yaitu kode 0000, 0001, 0010, 1101,
1111. Coba kamu jelaskan mengapa demikian!
6. Sinyal output Y menggunakan diagram waktu untuk persamaan Y=(A⊕B) ̅ dengan
masukan A dan B diberi masukan grafik logika seperti Gambar berikut. Termasuk
kedalam gerbang logika apa dan gambar symbol dan buatkan table kebenarannya!

INSTRUMENTASI DAN
130 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB
RANGKAIAN KOMBINASIONAL
VII

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi rangkaian kombinasional, siswa diharapkan


mampu mendeskripsikan jenis-jenis rangkaian kombinasional sistem digital dengan
benar dan mandiri, mampu menentukan tabel kebenaran rangkaian kombinasional
sistem digital dengan teliti dan benar, mampu mengkonsep penggunaan rangkaian
kombinasional pada sistem instrumentasi dan otomatisasi prosesdengan percaya
diri, serta mampu merangkai rangkaian kombinasional sistem digital dengan benar
dan percaya diri.

PETA KONSEP

RANGKAIAN KOMBISIONAL

Pengertian Rang- Jenis-Jenis Rang-


kaian Kombisional kaian Kombisional Rangkaian Kombi-

KATA KUNCI

Kombinasional, Encoder, Decoder, Multiplekser, Demultiplekser

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 131
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Gambar 7.1 Distributed Control System


(Sumber : https://www.electricaltechnology.org, diakses pada 30 Oktober 2019)

Distributed Control System atau DCS merupakan unit control yang biasanya
ada dalam suatu industri proses. Sistem kontrol DCS menggunakan komputer
terprogram yang bisa melakukan banyak fungsi, salah satu fungsinya adalah operasi
Arithmatic Logic Unit (ALU). Chip komputer tersebut terbentuk atas banyak gerbang
logika dasar yang salah satunya yaitu ribuan rangkaian kombinasional yang berfungsi
untuk melakukan operasi logika aritmatika tersebut.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Rangkaian Kombinasional


Rangkaian kombinasional merupakan rangkaian logika yang nilai outputnya
tergantung padakombinasi nilai inputnya. Pada rangkaian kombinasional tidak ada
penyimpanan memori atau tidak ada ketergantungan terhadap nilai sebelumnya.
Rangkaian kombinasional berfungsi untuk melakukan operasi aritmatika seperti
penjumlahan, pengurangan, membandingkan dan operasi lainnya.

B. Jenis-jenis Rangkaian Kombinasional


Rangkaian kombinasional terdiri dari rangkaian adder (penjumlahan),
subtraktor (pengurangan), komparator (perbandingan), Multiplexer, DeMultiplexer,
Enkoder dan Dekoder.

INSTRUMENTASI DAN
132 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

1. Adder
Rangkaian adder merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi
untuk operasi penjumlahan logika atau bilangan biner. Rangkaian adder yang
bisa diketahui terdiri dari Half Adder dan Full Adder.
a. Half Adder
Half adder merupakan rangkaian penjumlahan yang tidak menyertakan
bawaan sebelumnya (previous carry). Half Adder memiliki 2 input (A dan B)
dan dua output (Sum dan Carry).

Gambar 7.2 Rangkaian half adder


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 7.2 merupakan rangkaian logika yang membentuk rangkaian


kombinasional Half Adder. Rangkaian Half Adder terbentuk atas gerbang
logika EX-OR sebagai sum dan gerbang AND sebagai carry. Seperti pada
prinsip gerbang logika, hasil penjumlahan input A dan B mengikuti tabel
kebenaran gerbang logika. Operasi logikanya adalah ketika input A dan B
bernilai 1, maka hasil penjumlahan pada kolom Sum (S) bernilai 0 dengan
menyimpan nilai 1 pada kolom yang lebih tinggi (Carry).
Tabel 7.1 Tabel Kebenaran Rangkaian Kombinasional
Input Output

A B C S
0 0 0 0
0 1 0 1
1 0 0 1
1 1 1 0

Half Adder bersifat S bernilai 1 bila input A = 0 dan (AND) B=1 atau
(OR) input A=1 dan (AND) input B=0; C bernilai 1 apabila input A dan (AND)
B bernilai 1. Maka berdasarkan Gambar 7.2 dan Tabel 7.1 dapat diambil
suatu persamaan logika yaitu:
S= A⊕B atau S = ĀB + A B dan C = A.B.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 133
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Full Adder
Full adder merupakan rangkaian penjumlahan yang menyertakan
bawaan sebelumnya sebagai inputannya. Full Adder memiliki 3 input dan
dua output (Sum dan Carry). Full Adder digunakan untuk penjumlahan
sempurna yang bisa menangani masukan simpanan (carry) sekaligus.

(a)

(b)

Gambar 7.5 Rangkaian full adder


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Rangkaian Full Adder merupakan gabungan dari dua half adder yang
saling terhubung, dengan penambah babak pertama meneruskan tugasnya
ke penambah babak kedua seperti yang ditunjukkan pada Gambar
7.5.Dapat dilihat pada Tabel 7.3, Hasil operasi penjumlahan disimpan pada
kolom Sum dan sisa dari penjumlahan tersebut disimpan dalam kolom
carry-out.

INSTRUMENTASI DAN
134 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 7.3 Tabel Kebenaran Rangkaian Full Adder

A B Cin Sum Carry


0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1

2. Subtraktor
Subtraktor merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi
untuk melakukan operasi aritmatika berupa pengurangan bilangan biner.
Yang perlu diperhatikan dalam operasi pengurangan adalah adanya
pinjaman (borrow) dari bit yang lebih mahal, bila bit pengurang lebih besar
dari pada bit yang dikurangi. Sebagaimana pada rangkaian penjumlah,
dalam rangkaian pengurangan juga terdiri dari Half Subtraktor dan Full
Subtraktor.
a. Half Substraktor
Half subtraktor merupakan rangkaian pengurangan sistem bilangan
biner yang hanya dapat digunakan untuk operasi pengurangan data
bilangan biner sampai 1 bit saja. Rangkaian ini terdiri dari 2 input (A dan
B) dan 2 output yang terdiri dari D (Difference) atau sama saja dengan
SUM, dan output B (Borrow).

Gambar 7.6 Rangkaian half subtraktor


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 135
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Rangkaian half subtraktor hampir sama dengan rangkaian half adder, hanya
saja pada output B terdapat input yang diinverskan atau dibalik.
Tabel 7.2 Tabel Kebenaran Rangkaian Kombinasional
Input Output

A B Borrow Difference
0 0 0 0
0 1 1 1
1 0 0 1
1 1 0 0
Tabel 7.2 dan Gambar 7.6 menunjukkan bahwa ketika input A bernilai 1
dikurangi dengan input B yang bernilai 0 maka akan ada selisih (difference)
1, dan tidak ada nilai yang harus dipinjam (borrow). Berdasarkan tabel
kebenaran tersebut dapat diambil suatu persamaan untuk difference yaitu
D=AB+AB = A⊕B dan persamaan untuk borrow yaitu B=AB
b. Full Substraktor
Rangkaian full subtraktor merupakan rangkaian kombinasional
yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan-bilangan biner yang
lebih dari 1 bit. Rangkaian ini terdiri dari 3 input (A, B, dan Carry in) dan
2 output (Difference (D) dan Borrow). Rangkaian full subtractor dibentuk
dari 2 buah rangkaian pada half subtraktor.
Tabel 7.3 Tabel Kebenaran Rangkaian Full Subtraktor

A B C Borrow Difference
0 0 0 0 0
0 0 1 1 1
0 1 0 1 1
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 0
1 1 0 0 0
1 1 1 1 1
Berdasarkan tabel kebenaran pada Tabel 7.3, dapat diambil suatu
persamaan logika untuk selisih (D) dan pinjaman (B). Persamaan dapat
dibuat dari tabel kebenaran dengan melihat output yang bernilai 1, lalu
lihatlah input logikanya dan buatlah persamaan. Langkah selanjutnya
adalah membuat penyederhanaan persamaan tersebut dengan melihat
teorema aljabar boolean ataupun DeMorgan.

INSTRUMENTASI DAN
136 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

D =
ABC+ ABC+ABC+ABC B =
ABC+ ABC+ABC+ABC

= (AB+AB)C+ (AB+AB)C = (AB+AB)C+ AB(C+C)
= (A⊕B)⊕C = (AB+AB)C+AB
= C(A⊕B)+AB

Dari persamaan 7.1, selanjutnya dapat disusun suatu rangkaian full


subtraktor dari gerbang logika dasar. Gambar 7.7 a dan b menunjukkan
rangkaian full subtraktor.

(a)

(b)
Gambar 7.7 Rangkaian full subtraktor
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Dapat dilihat berdasarkan Gambar 7.7, rangkaian full subtraktor


tersusun atas dua rangkaian half subtraktor. Gambar 7.7 a menunjukkan
output yang sama dengan tabel kebenarannya, yaitu ketika input B bernilai
1 maka kedua output D dan B bernilai 1. Artinya ketika input A yang bernilai
0 dikurangi 1, maka akan ada selisih (difference) yang bernilai 1 , dan akan
ada pinjaman (borrow) 1.

3. Komparator
Komparator merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk
membandingkan keadaan logika dari input-inputnya. Terdapat dua jenis
Comparator yaitu :
a. Equality/Identify Comparator
Pembanding Identitas adalah pembanding digital dengan hanya
satu terminal keluaran untuk input A = B , baik A = B = 1 atau A = B = 0.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 137
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Jadi, rangkaian komparator ini berfungsi untuk mendeteksi apakah dua


buah data biner n-bit besarnya sama atau tidak. Implementasinya dengan
gerbang X-NOR untuk membandingkan masing-masing pasangan bit. Hal
ini dimungkinkan karena gerbang X-NOR akan berlogika ‘1’ jika kedua
inputnya sama

(a) Simbol Amerika (b) Simbol Eropa

Gambar 7.8Simbolgerbang logika X-NOR


(Sumber: Dokumen Pribadi)

b. Magnitude Komparator
Magnitude komparator adalah komparator digital yang memiliki
tiga terminal output, yang fungsinya tidak hanya mendeteksi apakah dua
buah data biner n-bit besarnya sama maupun tidak sama, tetapi juga bisa
mendeteksi data manakah yang lebih besar dan data manakah yang lebih
kecil. Apabila digambarkan dalam variabel A dan B maka hasil perbandingan
disini adalah tiga buah keluaran yang menunjukan apakah A > B, A = B atau
A < B.
1) Magnitude 1-bit

(a)

(b)
Gambar 7.9 Rangkaian komparator magnitude 1-bit
(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
138 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.9 a dan b merupakan simbol dan rangkaian komparator


magnitude 1-bityang terbangun atas gerbang logika NOT, AND dan NOR.
Magnitude 1-bit hanya terdiri atas dua input digit biner.Tabel kebenaran
untuk magnitude 1-bit dapat dilihat pada Tabel 7.5
Tabel 7.4 Tabel Kebenaran Rangkaian Komparator Magnitude 1 bit
Input Output

A B A>B A=B A<B


0 0 0 1 0
0 1 0 0 1
1 0 1 0 0
1 1 0 1 0

Perhatikan Tabel 7.4, seperti pada halnya logika gerbang X-NOR, output
A=B akan bernilai logika 1 apabila kedua nilai inputnya sama, dan output
berlogika 0 apabila kedua input nilainya berbeda. Output lainnya yang
membandingkan besar kecil merupakan hasil logika dari salah satu input
yang diinverskan menggunakan gerbang logika NOT. Tujuan dari adanya
rangkaian komparator ini adalah untuk membandingkan nilai input yang
tidak diketahui atau belum jelas hasilnya. Persamaan Boolean berdasarkan
Y =
AB

= AB+BA=A+B
= BA
(7.2)
2) Magnitude 2-bit
Selain membandingkan 1 bit input A dan B , rangkaian komparator
juga bisa dirancang untuk membandingkan nilai input sampai ke n-bit.
Gambar 7.10 menggambarkan komparator magnitude 2 bit dan Gambar 7.8
merupakan contoh dari magnitude komparator 4 bit.

Gambar 7.10 Rangkaian komparator magnitude 2 bit


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 139
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Komparator magnitude 2-bit memiliki 4 input dan 3 output yang


membandingkan nilai input-inputnya.Output yang dihasilkan masih sama
yaitu melihat apakah nilai input-input yang dibandingkan apakah lebih besar
atau lebih kecil, dan apakah nilainya sama atau tidak. Tabel kebenaran yang
dapat diuraikan dari membandingkan nilai 4 input, bisa dilihat dalam Tabel
7.5
Tabel 7.5 Tabel Kebenaran Rangkaian Komparator Magnitude 2 bit
Input Output

A1 A0 B1 B0 A>B A=B A<B


0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 0 1
0 0 1 0 0 0 1
0 0 1 1 0 0 1
0 1 0 0 1 0 0
0 1 0 1 0 1 0
0 1 1 0 0 0 1
0 1 1 1 0 0 1
1 0 0 0 1 0 0
1 0 0 1 1 0 0
1 0 1 0 0 1 0

1 0 1 1 0 0 1
1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 0 0
1 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 0 1 0

Magnitude 2 bit terdiri dari 4 input, masing-masing tetap membandingkan


nilai input A dan B. Berdasarkan Tabel 7.5, dapat dijabarkan suatu persamaan
logika seperti pada persamaan 7.3
A>B:A1 B1 +A0B1B0 + A1A

A=B: A1A0B1B0 + A1 A0B1 B0 + A1A0B1B0 + A1 A0 B1 B0

: A1B1 ( A0B0 + A0B0) + A1B1 (A0B0+ A0B0 )

: (A0B0 +A0B0 ) (A1B1 + A1B1 )

: ( A0 ⊕B0 ) ( A1 ⊕B1 )

A<B: A1 B1 +A0 B1B0 +A0 B0 B0

INSTRUMENTASI DAN
140 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Dari persamaan 7.3, selanjutnya dapat dibuat rangkaian logikanya yang


ditunjukkan oleh Gambar 7.9

Gambar 7.11 Rangkaian komparator magnitude 2-bit


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Sesuai dengan tabel kebenaran komparator magnitude 2-bit, Gambar


7.11 terdiri dari 4 input, dan membandingkan per 1 bit input yaitu
membandingkan input A dan input B. Input A1,B1 sebagai bit pertama
sedangkan A0, B0 sebagai bit kedua, jadi ketika ingin membandingkan nilai A
“0”,”1” apakah lebih kecil nilainya dengan input B “1”,”0” , maka berdasarkan
pada Gambar 7.11 output yang dihasilkan dari nilai input tersebut adalah
benar yaitu A lebih kecil daripada B (A<B). Warna merah menunjukkan logic
tersebut bernilai 1.

3) Magnitude 4-bit
Setelah mempelajari komparator magnitude 1 bit dan 2-bit, buukankah
rangkaiannya menjadi begitu rumit? Hal ini karena setiap tingkatan bit mewakili
banyaknya digit input yang akan dibandingkan. Gambar 7.10 menggambarkan
simbol atau bentukan Integrated Circuit (IC) dari komparator magnitude 4-bit.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 141
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 7.12Komparator magnitude 4 bit


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 7.12 apabila diuraikan menjadi sebuah rangkaian logika maka


akan terdapat 8 input logic yang mewakili input A dan B dengan output logic
sama seperti pada jenis komparator magnitude sebelumnya.
Dapat dilihat pada Gambar 7.13, komparator magnitude 4 bit
membandingkan 2 bit input A dan 2 bit input B, yang masing-masing terdiri
dari 4 input A dan 4 input B. Bit yang dibandingkan seperti pada Gambar 7.13
yaitu input A3,A2,A1,A0 yang bernilai “0 0 1 1” dibandingkan dengan input
B3, B2, B1, dan B0 yang bernilai “0 1 1 0”. Hasil dari perbandingan input A
dan B adalah A lebih kecil nilainya dari pada B. Warna merah menunjukkan
logic yang bernilai 1.

Gambar 7.13 Rangkaian logika komparator magnitude 4 bit


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
142 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

4) Magnitude 8-bit
Komparator magnitude 8-bit merupakan gabungan dari 2 IC komparator
4-bit. Gambar 7.14 menggambarkan bentuk dari magnitude 8-bit yang
memiliki 16 kaki input.

Gambar 7.14 Rangkaian logika komparator magnitude 8 bit


(Sumber: Dokumen Pribadi)

4. Multiplexer
Multiplexer atau biasa disingkat “MUX” merupakan rangkaian
kombinasional yang bisa memiliki banyak input, namun hanya memiliki satu
output. Multiplexer sering juga disebut sebagai rangkaian data selektor yaitu
merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk memilih salah
satu dari beberapa jalur inputke satu jalur output tunggal dengan bantuan
penerapan sinyal kontrol.
Jenis perangkat Multiplexer yang paling sederhana contohnya adalah
saklar putar satu arah seperti pada Gambar 7.15.
a. Saklar Multiplexs Dasar

Multiple Data Data Selection Single Data


Inputs (Switch) Output
Gambar7.15 Saklar multipleks dasar
(Sumber : www.electronicstutorials.wsdiakses tanggal 04 November 2019)

Saklar putar adalah perangkat mekanis yang inputnya dipilih dengan


memutar poros, dengan kata lain merupakan saklar yang digunakan untuk
memilih data individual atau jalur sinyal dengan cara memutar tombol
“ON” atau “OFF”.Pemilihan setiap jalur input dalam Multiplexer umumnya
dikendalikan oleh set input tambahan yang disebut dengan jalur kontrol.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 143
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Multiplexer 2-to-1
Multiplexer 2-line untuk 1-line (2-to-1) bisa terbentuk atas gerbang
logika NAND dan di analogikan dengan saklar yang ditunjukkan oleh
Gambar 7.16

(a) Rangkaian NAND (b) Dianalogikan dengan saklar


Gambar 7.16 Rangkaian Multiplexer 2 to 1
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Rangkaian logika yang membentuk rangkaian Multiplexer 2 input


dibangun dari gerbang logika NAND yang berfungsi untuk mengontrol
input mana yang akan diteruskan ke output Y. Tabel kebenaran dan
rangkaian pada Gambar 7.16 dapat dilihat pada Tabel 7.6
Tabel 7.6Tabel Kebenaran Rangkaian Multiplexer 2 input
Inpu Output
X A B Y
0 0 0 0
0 0 1 0
0 1 0 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 0 1 1
1 1 0 0
1 1 1 1
Dapat dilihat pada Gambar 7.16 dan Tabel 7.6, ketika input A
dan input X sebagai selektor bernilai 1 , maka data yang ada diteruskan
sehingga nilai output Y bernilai 1. Ketika selektor bernilai 0 dan B bernilai
1, maka data yang diteruskan ke Y bernilai 1.

c. Multiplexer 4-to-1
Multiplexer 4-to-1 berarti rangkaian Multiplexer yang memiliki 4 input
dan output.

INSTRUMENTASI DAN
144 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(a) Rangkaian Logika NAND yang membentuk Multiplexer 4-to-1

(b) Analogi Saklar dan Simbol


Gambar 7.17 Rangkaian Multiplexer 4-to-1
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 7.7 Tabel Kebenaran Multiplexer 4-to-1

Input Output
b a D C B A Y
0 0 x x x 1 1
0 1 x x 1 x 1
1 0 x 1 x x 1
1 1 1 x 1 x 1

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 145
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Berdasarkan Tabel 7.7 , menunjukkan bahwa ketika kita ingin


memilih keluaran untuk input B, maka selektor a harus diberi logika 1 dan
selector b harus diberi input 0. Sehingga persamaan yang bisa dijabarkan
adalah sebagai berikut Y=abA + abB +abC + abD. Multiplexer telah
digunakan dalam berbagai aplikasi seperti perutean sinyal, komunikasi
data, dan aplikasi kontrol bus data.

5. DeMultiplexer
DeMultiplexer atau biasa disingkat dengan DEMUX merupakan
rangkaian kombinasional yang berfungsi mendistribusikan data digital pada
suatu input ke salah satu dari beberapa output yang tersedia. Jadi DEMUX
merupakan kebalikan dari rangkaian MUX, dimana hanya terdapat satu input
dengan beberapa jumlah output. DeMultiplexer mengubah sinyal data serial
menjadi data paralel pada jalur outputnya.
a. DeMultiplexer 1-to-4

Gambar 7.18 Rangkaian DeMultiplexer 1-to-4


(Sumber: Dokumen Pribadi)

DeMultiplexer 1-to-4 memiliki 1 input F, 2 selektor a dan b,


dan 4 output A-D. Rangkaian logika yang menggambarkan rangkaian
DeMultiplexer 1-to-4 dapat dilihat pada Gambar 7.18 dimana rangkaian
tersebut terdiri dari gerbang logika NOT dan AND.

INSTRUMENTASI DAN
146 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(a) Ketika Y berlogika 1 (b) Ketika Y berlogika 0

Gambar 7.19 Rangkaian Multiplexer 1-to-4


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 7.19 menggambarkan rangkaian DeMultiplexer 1-to-4


dimana ketika input Y diberikan nilai 1, maka selanjutnya selektor a dan
b mengendalikan keluaran menuju salah satu output. Ketika nilai input
selector a dan b bernilai “1 0”, maka output B bernilai 1 dan output lainnya
menjadi tidak aktif atau bernilai “0”. Dan ketika input Y diberikan nilai
0 maka rangkaian tidak bisa berjalan. Tabel kebenarannya dapat dilihat
pada Tabel 7.8
Tabel 7.8 Tabel Kebenaran Multiplexer 1-to-4
Input Selektor Output
Y b a A B C D
1 0 0 1 0 0 0
1 0 1 0 1 0 0
1 1 0 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 1

Berdasarkan Tabel 7.8menunjukkan dan bisa dilihat pada gambar


rangkaiannya, ketika input Y ingin ditampilkan dalam output B maka nilai
selektor b dan a harus bernilai “0 1”.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 147
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

6. Decoder
Dekoder merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk
menerjemahkan atau mendekodekan kode data dari suatu format ke format lain.
Decoder terbagi menjadi dua jenis yaitu binary Decoder untuk menerjemahkan
atau mendekodekan kode data dari suatu format ke format lain, dan Decoder
7-segment untuk menampilkan kode-kode biner ke dalam display 7-segment.
a. Binary Decoder
Binary Decoder merupakan salah satu jenis dekoder yang berfungsi
untuk mengubah suatu format digital ke suatu format digital lainnya
contohnya seperti konversi sistem bilangan biner ke oktal, atau oktal ke
hexadesimal dan yang lainnya. Binary Decoder mengubah kode biner “n”
input menjadi kode yang setara menggunakan output “2n”.

Gambar 7.20 Decoder 1-ke-2


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Jadi misalnya, sebuah gerbang NOT dapat digolongkan sebagai dekoder


biner 1-ke-2 sebagai 1-input dan 2-output dimungkinkan karena dengan
input A dapat menghasilkan dua output A dan NOT A seperti pada Gambar
7.20.
Kode output Decoder memiliki lebih banyak bit daripada kode inputnya.
Berikut ini contoh dari dekoder 2-ke-4, 3-ke-8 dan konfigurasi jalur 4-ke-16.
1) Decoder 2-ke-4

Gambar 7.21 Decoder 2-ke-4


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
148 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Rangkaian Decoder 2-ke-4 terbentuk atas gerbang logika NOT dan


AND, terdiri dari 2 input dan 4 output. Sehingga Decoder biner 2-ke-
4 digunakan untuk mendekode kode biner 2-bit untuk menghasilkan
empat output.
Tabel 7.9 Tabel Kebenaran

Input Output
A B Y1 Y2 Y3 Y4
0 0 1 0 0 0
0 1 0 1 0 0
1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 0 1
Gambar 7.21 Binary Decoder 2-ke-4
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 7.9 menunjukkan bahwa input A dan B menentukan nilai


output Y. Nilai output yang bisa berlogika 1 dari ke 4 output tersebut
hanyalah salah satu dari output Y.
2) Decoder 3-ke- 8

Gambar 7.22 Decoder 3-ke-8


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Gambar 7.22 menunjukkan simbol Decoder 3-ke-8 dimana Decoder


ini memiliki 3 input dan 8 output, dengan satu input tambahan yaitu
enable yang digunakan untuk mengaktifkan dekoder. Input tambahan ini
memungkinkan output Decoder dapat di “ON” atau “OFF” sebagaimana
diperlukan.
b. Display Decoder
Display Decoder merupakan rangkaian kombinasional yang
menerjemahkan nilai n-bit untuk ditampilkan pada display 7-segment.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 149
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Display Decoder juga sering disebut Binary Coded Decimal (BCD) to


7-Segment.
LED (Light Emitting Diode) 7-segment merupakan komponen
elektronika yang berfungsi untuk menampilkan angka, huruf, atau
karakter numerik dengan nyala LED yang membentuk angka 8.

Gambar 7.22 Seven Segment


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Binary Coded Decimal (BCD) dibuat hanya menggunakan 4 bit data, namun
tidak seperti hexadecimal BCD hanya menampilkan angka 0-9 , dan
untuk A-F nilainya menjadi tidak valid karena hanya akan menampilkan
karakter-karakter tertentu.

Gambar 7.22 BCD-to-7 Segment


(Sumber: Dokumen Pribadi)

BCD-to-7 segment menggunakan IC 7447 atau IC 7448 yang


memiliki 4 input BCD dan 7 jalur output, satu untuk setiap segmen LED.
7. Encoder
Encoder merupakanrangkaian logika kombinasional multi-input yang
mengubah data pada input yang berlogika “1” menjadi output kode biner
yang setara dengan inputnya. Encoder menghasilkan output kode 2-bit, 3-bit
atau 4-bit tergantung pada jumlah inputnya. Encoder biner “n-bit” memiliki
2 n jalur input dan jalur keluaran n-bit dengan tipe umum yang mencakup
konfigurasi baris 4-ke-2, 8-ke-3, dan 16-ke-4.

INSTRUMENTASI DAN
150 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

a. Binary Enkoder 4-ke-2


Enkoder 4-ke-2 memiliki 4 input dan 2 output. Salah satu kelemahan
dari Encoderadalah ketika ada lebih dari satu input berlogika “1” secara
bersamaan, output yang dihasilkan tidak pada logika“01” atau pada “10”
tetapi akan berada pada logika “11” yang merupakan biner keluaran
angka yang tidak setara dengan inputnya.

Gambar 7.22 Enkoder 4-ke-2


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah memprioritaskan


level setiap input. Jadi, ketika ada lebih dari satu input yang berlogika 1, maka
output akan memprioritaskan level tertinggi yang akan dikeluarkan. Jenis
Encoder yang mampu mengatasi masalah tersebut adalah Encoder Prioritas
atau disingkat P-Encoder.
b. P-Enkoder 8-ke-3

Gambar 7.22 P-Enkoder 8-ke-3


(Sumber: Dokumen Pribadi)

IC standar dan TTL P-Encoder adalah 74LS148 adalah Encoder


prioritas 8-ke-3 bit dengan delapan input dan 3 output. Enkoder prioritas
memprioritaskan input urutan tertinggi terlebih dahulu, sebagai contoh
jika input A1, A2, dan A3 diberi logika 1, maka output yang akan keluar
adalah hasil dari nilai input yang tertinggi levelnya yaitu A3 dimana output

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 151
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

logikanya akan bernilai “0 1 1”. Tabel 7.10 merupakan tabel kebenaran


dari p-enkoder 8-ke-3.
Tabel 7.10 Tabel Kebenaran P-Enkoder 8-ke-3

Input Output
A7 A6 A5 A4 A3 A2 A1 A0 Y2 Y1 Y0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 x 0 0 1
0 0 0 0 0 1 x x 0 1 0
0 0 0 0 1 x x x 0 1 1
0 0 0 1 x x x x 1 0 0
0 0 1 x x x x x 1 0 1
0 1 x x x x x x 1 1 0
1 x x x x x x x 1 1 1

Nilai 1 dan 0 merupakan nilai logika, sedangkan x merupakan nilai


yang tidak akan diperdulikan atau bisa diabaikan. Diabaikan di sini nilai
x bisa diisi oleh beberapa input namun , nilai output yang keluar adalah
input yang levelnya lebih tinggi dari A0 sampai dengan A7. Berdasarkan
Tabel 7.10, input yang berlaku hanyalah satu input untuk satu logika high.
Gambar 7.23 merupakan bentuk rangkaian logika enkoder binary
biasa, tidak ada prioritas karena ketika beberapa input berlogika 1 maka
tidak ada prioritas input tertinggi yang akan keluar. Sehingga output akan
sesuai tabel kebenaran apabila salah satu inputnya berlogika 1, sesuai
Tabel 7.10.

Gambar 7.23 Rangkaian Logika 8-ke-3


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
152 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

C. Penerapan Rangkaian Kombinasional


Rangkaian kombinasional yang telah dipelajari diantaranya terdiri dari
rangkaian adder, subtraktor, komparator, Multiplexer, DeMultiplexer, dekoder, dan
enkoder. Setelah mempelajari konsep dari jenis-jenis rangkaian kombinasional,
kali ini kita akan mempelajari cara merancang suatu rangkaian kombinasional dan
mengetahui penerapannya pada sistem-sistem di industri maupun di lingkungan
sekitar.
1. Merancang Rangkaian Kombinasional
Merancang suatu rangkaian kombinasional bisa dilakukan dimulai dari
penentuan masalah yang ingin dipecahkan dan berakhir dengan hasil suatu
rangkaian logika. Langkah-langkah untuk melakukan suatu perancangan
rangkaian kombinasional diantaranya:
a. Menentukan permasalahan yang ingin dipecahkan dengan cara
menjabarkan ide-ide yang ada dalam permasalahan tersebut.
b. Menentukan jumlah variabel input dan output yang dibutuhkan dari
permasalahan tersebut.
c. Mengimplementasikan konsep-konsep yang diketahui dalam permasalahan
tersebut ke dalam sebuah tabel kebenaran dengan cara memasukan
variabel input dan output yang sudah ditentukan.
d. Menyederhanakan fungsi Aljabar Boolean dengan melihat hasil pada tabel
kebenaran.
e. Menentukan persamaan logika yang telah disederhanakan, ke dalam
bentuk rangkaian logika.
f. Menguji coba rangkaian tersebut pada aplikasi yang memungkinkan untuk
melakukan simulasi rangkaian logika.

2. Aplikasi Rangkaian Kombinasional


Rangkaian kombinasional diaplikasikan pada sistem mikroprosessor
pada bagian aritmatik logic unit. Namun banyak lagi pengaplikasian dari
masing-masing jenis rangkaian kombinasional tersebut. Rangkaian adder
dansubtraktorbiasa diaplikasikan pada operasi aritmatika untuk bilangan
biner, karena konsepnya berupa sistem penjumlahan dan pengurangan
bilangan biner.
Rangkaian komparator banyak diaplikasikan pada sistem logika
perbandingan, misalnya dalam pengaturan suhu pada tangki produksi, logika
perbandingan dapat diaplikasikan dengan cara membandingkan nilai set
point dengan nilai yang ada pada pemrosesan tangki. Apabila suhu meningkat
maka valve membuka, dan sebaliknya.
Rangkaian Multiplexer banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-
hari seperti pada selector alat elektronik kipas angin, dan mesin cuci, dimana
terdapat beberapa pilihan input kecepatan putaran motor namun kita hanya

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 153
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

memerlukan satu output yang keluar untuk seberapa kencang angin yang
dibutuhkan.
DeMultiplexer merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi
untuk mendistribusikan satu input data ke salah satu dari beberapa output.
Hal tersebut seperti pada sistem DCS dimana pada suatu sistem control
proses apabila terdapat satu jalur input data yang masuk, misalnya sensor,
maka inputan tersebut akan ditransmisikan ke bagian kontroler untuk
dilakukan beberapa pengendalian dengan pilihan logika sensor membaca
lebih atau kurang, untuk selanjutnya diatur outputnya untuk membuka valve
akan sebesar apa, atau pun valve yang terbuka di bagian mana agar proses
yang terjadi pada tangki menjadi stabil kembali.
Dekoder merupakan rangkaian kombinasional yang salah satu
fungsinya adalah mengubah bit BCD untuk ditampilkan pada display
7-segment. Aplikasi dalam sistem kontrol yang pasti bisa dilihat pada suatu
display kontrol yang menampilkan hasil dari pembacaan input. Enkoder
merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk mengkonversi
suatu input n-bit data menjadi kode biner yang setara dengan inputnya.
Salah satu jenisnya ada rotary enkoder. Rotary Encoder adalah jenis sensor
posisi yang digunakan untuk menentukan posisi sudut poros putaran.
Ini menghasilkan sinyal listrik, baik analog atau digital, sesuai dengan
gerakan rotasinya. Rotary Encoders banyak di aplikasikan diindustri, seperti
pengukuran velocity (kecepatan) dan posisi putaran motor.

Gambar 7.24 Mengontrol posisi motor stepper menggunakan Rotary Enkoder


(Sumber : https://howtomechatronics.com diakses tanggal 09 November 2019)

INSTRUMENTASI DAN
154 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Praktikum rangkaian kombinasional bisa dilakukan dengan menggunakan


simulator rangkaian yang sudah banyak tersedia di internet. Marilah kita lakukan
percobaan pertama. Sebelum itu harap selalu memperhatikan ketertiban praktikum
dan diharapkan sudah dipelajari dan dipahami teori yang akan anda uji pada praktik
kali ini.
PERCOBAAN 1
Mengoperasikan Rangkaian Kombinasional dari Gerbang Logika Dasar

1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian kombinasional dasar.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.
3. Alat dan Bahan Praktik
a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika AND, NOT, NOR, OR, EX-OR
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper
4. Gambar Kerja
Full adder

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 155
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Full Substraktor

Komparator

INSTRUMENTASI DAN
156 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Multiplexer

DeMultiplexer

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 157
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja untuk masing-masing jenis
rangkaian kombinasional.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum yang telah anda kerjakan.

Setelah melakukan percobaan pertama, lanjutkanlah ke percobaan kedua


untuk materi mengenai rangkaian kombinasional dekoder.
PERCOBAAN 2
Konversi BCD to-7 Segment

1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
berbagai jenis rangkaian kombinasional dan mengoperasikannya.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.
3. Alat dan Bahan Praktik
a. Project board
b. Power Supply
c. IC Logika
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper
4. Gambar Kerja

INSTRUMENTASI DAN
158 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Gambar 7.22 BCD-to-Seven Segment


(Sumber : www.electronics-tutorials.ws diakses pada tanggal 5 November 2019)

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Buatlah rangkaian sesuai dengan yang ada pada gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan rangkaian kombinasional dekoder BCD to-7 segment,
amatilah dari ketujuh input tersebut, input yang mana yang berlogika 1
untuk membentuk suatu angka 0-9, lalu buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum yang telah anda kerjakan.

CONTOH SOAL

Merancang suatu rangkaian kombinasional bisa dilakukan dimulai dari


penentuan masalah yang ingin dipecahkan dan berakhir dengan hasil suatu
rangkaian logika. Contoh dari perancangan suatu rangkaian kombinasional dapat
dilakukan sebagai berikut ini.
1. Identifikasi Masalah:
Buatlah pengaturan sistem kontrol level pada tangki tertutup
menggunakan logika dari rangkaian kombinasional.
2. Penjabaran Ide:
Dalam pengaturan sistem kontrol level pada tangki, terdapat suatu input

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 159
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CONTOH SOAL

berupa sensor level seperti sensor ultrasonik. Level yang diset berada
pada level 60% , dan harus tetap distabilkan pada level tersebut. Jika lebih
dari lever tersebut maka output valve akan membuka yang artinya terjadi
pengurangan level, sedangkan apabila level kurang dari set point maka akan
terjadi penambahan level pada tangki.
3. Menentukan Variabel:
Input terdiri dari level air yang naik (A) dan turun (B) , lalu mengeluarkan
output pembacaan lebih atau kurang, ataupun sama dengan level pada set
point. Apabila keluaran dari pembacaan sensor lebih, maka output valve (P1)
akan terbuka untuk mengurangi volume level tersebut. Apabila keluaran dari
pembacaan sensor kurang maka valve (P2) akan menambahkan volume agar
sama dengan level set point.

Input Output Komparator

A B <SP SP >SP
0 0 0 1 0
0 1 0 0 1
1 0 1 0 0

Rangkaian Logika:

INSTRUMENTASI DAN
160 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Sistem Mikroprosesor

Gambar 7.23Mikroprosesor intel


Sumber: https://www.immersa-lab.com

Setelah memahami berbagai jenis rangkaian kombinasional, pernahkah


terlintas dalam benak pertanyaan mengenai, apakah rangkaian yang seperti apa
yang membentuk suatu sistem mikroprosesor? Tentu saja, salah satu sistem yang
ada dalam mikroprosesor adalah rangkaian kombinasional yaitu berupa operasi
aritmatika logic unit (ALU). Mikroprosesor merupakan teknologi luar biasa, berupa
chip komputer yang terbentuk dari ribuan rangkaian kombinasional, jutaan, atau
bahkan tidak terhingga yang sudah dibuat dalam chip terintegrasi. Rangkaian
kombinasional tersebut terbentuk atas banyaknya gerbang logika dasar, dimana
suatu gerbang logika dasar itu terbentuk dari banyaknya transistor-transistor logic
atau dari diode-transistor logic. Apakah kalian membayangkan begitu rumitnya
rangkaian suatu mikroprosesor yang terbentuk dari rangkaian kombinasional?
Suatu artikel.immersa-lab.com mengemukakan sejarah dari mikroprosesor
dan mengatakan, “Intel membuat 80386 (386TM) yang mengandung 275 ribu
transistor, dan merupakan mikroprosesor 32 bit yang dapat melakukan multi tasking
(menjalankan beberapa program dalam waktu yang bersamaan). Tahun 1993, lahir
keluarga prosesor Pentium®. Tahun 1995, prosesor Pentium® Pro didesain untuk
server 32-bit, mengandung 5,5 juta transistor dan mempunyai chip memori cache
kedua di dalamnya. Tahun 1997, dibuat prosesor Pentium® II dengan 7,5 juta
transistor dan teknologi MMX, yang didesain khusus untuk memproses data video,
audio and grafik secara efisien. Sejarah Mikroprosesor, tahun 1999 muncul Pentium
III dengan 70 instruksi baru yang mendukung Internet Streaming SIMD. Processor
ini berisi 9,5 juta transistor, dan mengintroduksi teknologi 0,25-micron. Pada saat
ini sedang dikembangkan mikroprosesor 64 bit, sehingga operasi-operasi matematis
yang dilakukan dapat lebih cepat.”Perkembangan suatu teknologi memang
sangatlah pesat. Bisakah anda bayangkan perkembangan teknologi mikroprosesor
di tahun 2019 ini ?

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 161
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Mempelajari suatu teori, harus belajar pada banyak sumber salah satunya
internet. Cobalah anda searching video-video pembelajaran yang menerangkan
tentang rangkaian kombinasional ataupun anda cari platform untuk membuat
rangkaian logika secara online pada aplikasi handphone ataupun web. Kalian bisa
masukan kata kunci untuk pencarian di google dengan kata kunci “logic gates
simulator online” atau “logic gates online”. Salah satu platform web yang bisa anda
kunjungiadalah https://logic.ly/demo dan cobalah hal yang sama pada playstore
anda untuk mencari aplikasi handphone mengenai simulator gerbang logika untuk
membuat suatu rangkaian kombinasional. Selamat mencoba.

RANGKUMAN

Rangkaian kombinasional merupakan rangkaian logika yang nilai outputnya


tergantung pada kombinasi nilai inputnya. Rangkaian kombinasional yang diketahui
terdiri dari rangkaian adder, subtraktor, komparator, Multiplexer, DeMultiplexer,
dekoder, dan enkoder. Rangkaian adder merupakan rangkaian kombinasional yang
berfungsi untuk melakukan operasi aritmatika penjumlahan bilangan biner, terdiri
dari half adder dan full adder.
Rangkaian subtraktor merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi
melakukan operasi aritmatika pengurangan bilangan biner, terdiri dari half
subtraktor dan full subtraktor.
Komparator merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk
membandingkan keadaan logika dari input-inputnya.
Multiplexe rmerupakan rangkaian data selektor yaitu rangkaian
kombinasional yang berfungsi untuk memilih salah satu dari beberapa jalur input
ke satu jalur output tunggal.
DeMultiplexer merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi
mendistribusikan data digital pada suatu input ke salah satu dari beberapa output
yang tersedia.

INSTRUMENTASI DAN
162 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKUMAN

Dekoder merupakan rangkaian kombinasional yang berfungsi untuk


menerjemahkan atau mendekodekan kode data dari suatu format ke format lain.
Encoder merupakan rangkaian logika kombinasional multi-input yang
mengubah data pada input yang berlogika “1” menjadi output kode biner yang
setara dengan inputnya.

TUGAS MANDIRI

Setelah memahami materi dan mencoba menjelajahi internet, silahkan ulas


kembali materi dan cari gambar-gambar rangkaian kombinasional dari mulai
materi mengenai adder, subtraktor, komparator, Multiplexer, dan materi lainnya.
Cobalah cari di internet gambar yang menurut anda kurang begitu jelas atupun
tidak ada dalam buku ini. Lalu buatlah rangkaian logika sesuai gambar tersebut
dan apakah tabel kebenarannya sesuai dengan teori pada saat simulasi rangkaian?
Buat laporan dengan meng-capture atau membuat video hasil percobaan beserta
penjelasannya.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Berikan contoh aplikasi penggunaan rangkaian berikut ini, dan jelaskan
konsepnya.
a. Encoder
b. Decoder
c. Multiplexer
d. DeMultiplexer
2. Buatlah rangkaian adder dan subtraktor 4 bit biner dalam sebuah rangkaian
dengan menggunakan sebuah selektor didalamnya. Jika selector bernilai 1
maka operasi yang dijalankan adalah half subtraktor sedangkan jika 0 maka half
adder.
3. Buatlah suatu sistem multiplekser yang menggambarkan sistem pemilihan
selektor yang ada pada alat elektronik seperti pada kipas angin. Buatlah
rangkaian logikanya.
4. Buatlah rangkaian Decoder BCD-to-7 Segment untuk menampilkan angka 7.
5. Buatlah rancangan sistem kontrol suhu menggunakan rangkaian kombinasional!

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 163
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab mengenai rangkaian kombinasional, anda pastinya


sudah memahami bahkan sudah menerapkan materi-materi yang telah dipelajari
mengenai rangkaian kombinasional. Rangkaian kombinasional berfungsi untuk
melakukan operasi-operasi logika matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
membandingkan, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan operasi ALU. Sekarang
coba kalian diskusikan kembali, bagaimanakah suatu rangkaian kombinasional
diterapkan dalam sistem instrumentasi dan otomatisasi proses? Cobalah buat
salah satu sistem pengontrolan yang menggunakan rangkaian kombinasional atau
rancanglah suatu sistem yang ada dalam kehidupan sehari-hari kalian menggunakan
rangkaian kombinasional. Diskusikanlah kembali dengan guru dan kelompok belajar
anda.

INSTRUMENTASI DAN
164 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKAIAN SEKUENSIAL BAB


VIII

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi rangkaian sekuensial, siswa diharapkan mampu


mendeskripsikan jenis-jenis rangkaian sekuensial sistem digital dengan benar
dan percaya diri, menentukan tabel kebenaran rangkaian sekuensial sistem
digital dengan teliti, mengkonsep penggunaan rangkaian sekuensial pada sistem
instrumentasi dan otomatisasi proses dengan luwes dan teliti, serta mampu
merangkai rangkaian sekuensial pada sistem digital dengan benar dan percaya diri.

PETA KONSEP

RANGKAIAN SEKUENSIAL

Pengertian Rang- Jenis-Jenis Rang- Rangkaian Sekuen-


kaian Sekuensial kaian Sekuensial sial

KATA KUNCI

Sekuensial, Flip-flop, Register, Counter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 165
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Gambar 8.1 Distributed Control System


Sumber : dokumen pribadi

Pernahkah kalian mendengar hal tentang sistem kendali closed loop? Dalam
sistem instrumentasi, konsep dari rangkaian sekuensial diibaratkan dengan
sistem closed loop dimana nilai output akan mempengaruhi nilai input selanjutnya
atau dalam hal ini adanya suatu feedback yang dikirimkan pada Controller untuk
mengkoreksi nilai input sebelumnya.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Rangkaian Sekuensial


Rangkaian sekuensial merupakan rangkaian logika yang kondisi keluarannya
dipengaruhi oleh masukan pada saat itu dan oleh keadaan keluaran sebelumnya
atau dapat dikatakan rangkaian ini bekerja berdasarkan urutan waktu. Ciri
rangkaian logika sekuensial yang utama adalah adanya jalur umpan balik
(feedback) di dalam rangkaiannya.

Gambar 8.2 SR Flip-flop


Sumber: Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
166 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tidak seperti rangkaian  Logika Kombinasional, rangkaian logika


sekuensial   memiliki beberapa bentuk “Memori” bawaan. Hal ini berarti bahwa
rangkaian logika sekuensial dapat memperhitungkan keadaan input sebelumnya
sama seperti input aktualnya, semacam efek “sebelum” dan “setelah” yang
terlibat dalam rangkaian berurutan.
Dengan kata lain, status output dari “rangkaian logika berurutan” adalah
fungsi dari tiga status berikut, “input sekarang”, “input masa lalu” dan/ atau
“output masa lalu”.  Rangkaian logika sekuensial akan mengingat dan menyimpan
kondisi ini dan tetap dalam kondisi tersebut hingga sinyal clock berikutnya
muncul.
Logika sekuensial umumnya disebut juga sebagai  perangkat Bistable yang
memiliki output dalam salah satu dari dua keadaan dasar, logika “1” atau
logika “0” dan akan tetap “terkunci” (latch) hingga muncul input lain yang
akan mentrigger sinyal atau pulsa yang akan menyebabkan bistable mengubah
kondisinya sekali lagi.

B. Jenis-jenis rangkaian kombinasional


Rangkaian logika sekuensial sederhana dapat dibangun dari rangkaian
standar  Bistable  seperti:  Flipflop  ,  Latch  dan  Counters. Rangkaian tersebut dapat
terbentuk oleh gerbang logika NAND dan / atau oleh gerbang logika NOR
dengan cara mengkombinasikan gerbang-gerbang tersebut untuk menghasilkan
rangkaian sekuensial yang diperlukan .
Rangkaian logika sekuensial dapat dibangun untuk menghasilkan Flip-flop
sederhana atau rangkaian sekuensial yang lebih kompleks seperti shift register,
register geser, perangkat memori, atau Counter.  Berikut ini 3 kondisi yang dapat
terjadi pada rangkaian logika sekuensial
1. Event Driven - rangkaian asinkron yang segera berubah status saat diaktifkan.
2. Clock Driven - rangkaian sinkron yang disinkronkan dengan sinyal clock
tertentu.
3. Pulse Driven - yang merupakan kombinasi dari keduanya yang merespons
memicu pulsa.
Dalam rangkaian sekuensial, perubahan hanya terjadi apabila ada sinyal
clock yang membuatnya sinkron, jika tidak ada maka akan menjadi asinkron yang
akan bergantung pada input eksternal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut,
rangkaian sekuensial bergantung pada umpan balik .
Rangkaian sekuensial sinkron menggunakan sinyal clock dan level input
(pulsa). Operasinya disinkronkan dengan pulsa waktu yang dihasilkan oleh
pembangkit pulsa yang merupakan masukan bagi rangkaian. Sehingga keluaran
akan berubah hanya setiap adanya masukan pulsa waktu, meskipun inputnya

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 167
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

tidak berubah. Hal ini menyebabkan rangkaian sinkron lebih lambat operasinya
dibandingkan dengan asinkron. Rangkaian sekuensial sinkron biasanya digunakan
dalam Counter dan Flip-flop.
Sedangkan untuk yang asinkron, rangkaian ini tidak ini tidak menggunakan
sinyal clock tapi menggunakan pulsa dari nilai input. Rangkaian ini lebih cepat
daripada rangkaian sinkron karena ada pulsa clock yang mengubah keadaan
mereka segera ketika ada perubahan dalam sinyal input. Asinkron digunakan
ketika kecepatan operasi lebih penting dan independen terhadap pulsa clock
internal. Tapi rangkaian ini sangat sulit untuk dirancang dan outputnya tidak tentu.
Flip-flop
Flip-flop merupakan rangkaian utama dalam logika sekuensial, karena Flip-
flop merupakan rangkaian dasar penyusun rangkaian sekuensial lain seperti
Counter, dan register. Flip-flop berperan sebagai rangkaian pengingat (memory)
artinya rangkaian ini mampu menyimpan dan mengeluarkan data sesuai dengan
kombinasi masukan yang diberikan kepadanya.
Hubungan input-output ideal yang dapat terjadi pada Flip-flop adalah:
1. Set, yaitu jika suatu kondisi input mengakibatkan output bernilai logika high
(1) saat dipicu / ditrigger, apapun kondisi sebelumnya.
2. Reset, yaitu jika suatu kondisi input mengakibatkan output bernilai logika low
(0) saat ditrigger, apapun kondisi sebelumnya.
3. No Change, yaitu jika suatu kondisi input mengakibatkan output tidak berubah
dari kondisi sebelumnya saat ditrigger.
4. Toggle, yaitu jika suatu kondisi input mengakibatkan logika output berkebalikan
dengan kondisi sebelumnya saat ditrigger.
Flip-flop sendiri mempunyai beragam jenis disesuai dengan kebutuhan
output dan fungsi, diantaranya ada S-R Flip-flop, D Flip-flop, J-K Flip-flop, dan T
Flip-flop.
a. SR FF
SR Flip-flop  , atau dikenal juga sebagai  SR Latch  , merupakan rangkaian
logika sekuensial yang paling dasar.  Flip-flop merupakan perangkat bistable
memori satu-bit yang memiliki dua input, satu yang akan melakukan operasi
“Set”yang artinya logika output akan bernilai 1 dan operasi “Reset” yang
artinya logika output akan bernilai 0.
Rangkaian Flip-flop dapat dibangun menggunakan gerbang  logika
NAND  dan gerbang logika NOR. Gambar 8.1 merupakan gerbang SR FF
standar dimana output memberikan umpan balik (feedback) kepada input
sebelumnya. Flip-flop ini biasanya digunakan dalam rangkaian memori
untuk menyimpan bit data tunggal.Berdasarkan hal tersebut, artinya pada
rangkaian SR FF ini terdapat 3 input dimana salah satu inputnya merupakan
nilai dari output yang berkaitan dengan keadaan atau memori pada saat itu.

INSTRUMENTASI DAN
168 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(a) Rangkaian gerbang NAND Flip- (b) Simbol SR Flip-flop


flop
Gambar 8.3SR Flip-flop
Sumber: Dokumen Pribadi

SR Flip-flop yang terbentuk atas gerbang logika NAND dapat dirangkai


secara sederhana dengan sepasang gerbang logika NAND 2-input yang saling
berpasangan silang seperti pada Gambar 8.1. Pada kondisi Set, jika input
Reset bernilai 0 dan Set bernilai 1, maka output Y akan bernilai 1. Jika input
reset berubah status menjadi logika 1 dengan nilai Set masih pada logika
1, outputY masih pada logika high yang artinya tidak ada perubahan status.
Oleh karena itu, rangkaian Flip-flop dikatakan “Latched” atau “Pengunci” saat
kondisi Set Y = 1 dan .Y=0
Tabel 8.1 Tabel Kebenaran SR Flip-flop
Status S R Y Y Keterangan
Set 1 0 0 1 Set Y=1
1 1 0 1 No Change
Reset 0 1 1 0 Reset Y=0
1 1 1 0 No Change
0 0 1 1 Kondisi Cacat
Cacat

Dalam keadaan stabil dimana output Y = 1 dan Y=0 , lalu diberikan input
berupa Reset= 1 dan Set = 0, maka output Y akan berlogika 0 danY berlogika
1 (Y selalu berkebalikan). Ini artinya nilai output Y direset kembali menjadi
logika 0 berdasarkan prinsip gerbang NAND. Jika input Set sekarang diubah
statusnya menjadi logika 1 dengan input resetmasih pada logika 1 seperti
kondisi sebelumnya, maka output Y masih tetap pada kondisi 0, yang artinya
tidak ada perubahan status. Oleh karena itu, rangkaian Flip-flop ini juga telah
terkunci pada kondisi tersebut.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 169
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.4Diagram waktu SR Flip-flop


Sumber: Dokumen Pribadi

Dalam rangkaian S-R FF ini, terdapat kondisi yang harus dihindari yaitu
ketika nilai input Set dan Reset bernilai 0. Kondisi  tersebut menyebabkan
kedua output  berlogika 1 dimana keadaan yang seharusnya Y adalah
nilai merupakan kebalikan dari output Y. Hasilnya adalah output Flip-
flop kehilangan kontrol, dan apabilakedua input tersebut beralih menjadi
berlogika 1, output Flip-flop menjadi tidak stabil dan beralih ke keadaan
data yang tidak diketahui berdasarkan atas ketidakseimbangan seperti yang
ditunjukkan pada diagram waktu pada Gambar 8.2.
Ketidakseimbangan ini menyebabkan salah satu output beralih
lebih cepat dari pada yang lain sehingga mengalami korupsi data.  Kondisi
tidak stabil ini umumnya dikenal sebagai kondisi  Meta-stable  .Flip-flop SR
dikatakan berada dalam kondisi “tidak valid” (Meta-stable) jika input set dan
reset diaktifkan secara bersamaan.
Tabel 8.2 Tabel Kebenaran SR FF
Gerbang NOR

S R Y Y
0 0 No Change
0 1 1 0
1 0 0 1
Gambar 8.5 SR Flip-flop 1 1 x x
Sumber: Dokumen Pribadi

Selain menggunakan gerbang  NAND, SR Flip-flop juga bisa dirangkai


menggunakan dua gerbang NOR yang berpasangan silang. Rangkaian memiliki
prinsip kerja yang sama dnegan gerbang NAND, namun inputnya aktif high
dan kondisi yang dihindari adalah ketika kedua inputnya berlogika 1.

INSTRUMENTASI DAN
170 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. SR FF Berdetak

Gambar 8.6 SR Flip-flop berdetak saat Clock berlogika 1


Sumber: Dokumen Pribadi

Rangkaian Flip-flop juga terdapat SR Flip-flop bistable yang hanya


mengubah keadaan ketika kondisi tertentu terpenuhi, terlepas dari
kondisi  Set  atau  Reset  .  Dalam rangkaian ini terdapat tambahan input clock
atau biasa juga disebut input enable, yang berarti bahwa output pada Yh   anya
berubah status ketika Set dan Reset bernilai “1” .
Perubahan output dari SR FF clock hanya akan terjadi jika inputClock
bernilai 1 seperti pada Gambar 8.6. Pada saat masukan Clock berlogika 0,
maka nilai S = R = 1, dan output Y bernilai 0 atau 1.

Gambar 8.7 SR Flip-flop berdetak saat Clock berlogika 0


Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 8.8 menunjukkan simbol dari rangkaian SR Flip-flop berdetak.
Dapat dilihat terdapat penambahan sinyal clock (pulsa) untuk menentukan
nilai output yang akan keluar.

Gambar 8.8 Simbol SR Flip-flop berdetak


Sumber: Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 171
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

c. D Flip-flop
D Flip-flop adalah Flip-flop Set-Reset yang dimodifikasi dengan
penambahan inverter untuk mencegah input S dan R berada pada level
logika yang sama.Salah satu kelemahan utama dari rangkaian SR FF berdetak
adalah bahwa kondisi input Set berlogika 0 yang tidak ditentukan dan input
Reset berlogika 0 yang dilarang.
Keadaan ini akan memaksa kedua output berada pada logika 1, dan
membuat output akan kehilangan kontrol, sedangkan input lainnya masih
pada logika 0. Untuk mencegah hal ini terjadi, sebuah inverter dihubungkan
antara input Set dan Reset untuk menghasilkan jenis lain dari rangkaian
Flip-flop.
D Flip Flop  berperan penting sebagai Flip-flop clocked (berdetak)
karena D FF ini memastikan bahwa input S dan R tidak pernah sama pada
waktu yang sama. Flip flop tipe-D dibangun dari SR Flip-flop berdetak dengan
penambahan inverter antara input S dan R sebagai input D (Data) tunggal.
Input data tunggal ini beertugas sebagai sinyal Set, dan inverter
digunakan untuk menghasilkan input Reset komplementer. D Flip-flop
ini juga dinamakan dengan Flip-flop data karena nilai outputnya selalu
sama dengan nilai input yang diberikan. Saat Flip-flop pada keadaan aktif,
masukan akan diteruskan ke saluran output.

Gambar 8.9 Simbol D Flip-flop


Sumber: Dokumen Pribadi

Dengan menghubungkan inverter, input Set dan Reset Flip-flop


cukup diwakilkan dengan hanya satu input dengan dua keadaan input
yang berbeda.  Komplemen ini menghindari ambiguitas yang pada  SR Flip--
flop ketika kedua inputnya berlogika 0.

INSTRUMENTASI DAN
172 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tabel 8.3 Tabel Kebenaran D-FF

D Clock Y Y
x 0 Y Y
x 1 Y Y
0 0 1
0 1 0
Gambar 8.10Simbol D Flip-flop
Sumber: Dokumen Pribadi

Karena hanya ada satu input D (Data), maka setiap kali input D bernilai
1 maka kondisinya akan seperti Set dan output bernilai 1, dan sebaliknya. Hal
tersebut mengakibatkan output berubah seiring nilai input berubah. Untuk
mengatasinya, terdapat input tambahan yaitu input “Clock” yang digunakan
untuk mengisolasi input data dari rangkaian pengunci flip flop setelah data
yang diinginkan disimpan. Akibatnya adalah bkondisi input  D  hanya disalin ke
output Y ketika input clock berlogika 1. 
D Flip-flop akan menyimpan dan menampilkan level logika yang
diterapkan ke terminal datanya selama input clock berlogika 1.  Sama seperti
konsep latch atau pengunci, nilai output Y akan dikunci pada logika 1 atau 0,
sesuai dengan nilai data yang masuk.

Gambar 8.11 IC D Flip-flop


Sumber : Electronicstutorial.com diakses 26 November 2019

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 173
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

d. JK FF
JK Flip-flop merupakan pengembangan dari SR Flip-flop. Pada JK
FF tidak ada perubahan status ketika input J dan K keduanya berlogika 0.
Sedangkan pada rangkaian SR FF sebelumnya yang menggunakan gerbang
logika NAND, kondisi yang harus dihindari adalah ketika input Set dan Reset
berlogika 0dan jika nilai Set dan Reset mengalami perubahan saat input clock
berlogika high, hal ini bisa membuat sistem latch yang tidak sesuai.

Gambar 8.12 IC JK Flip-flop


Sumber : Electronicstutorial.com diakses 26 November 2019

JK FF  sederhana ini dianggap sebagai rangkaian Flip-flop universal


dan digunakan paling banyak dibandingkan jenis Flip-flop yang lain.Nama
“J” dan “K” merupakan penamaan yang dipilih oleh penemunya yaitu Jack
Kilby, sebagai pembeda dari jenis Flip-flop yang masih terdapat kekurangan
dalam rancangannya.Prinsip kerja dari JK FF ini sama seperti pada SR
FF, perbedaannya adalah pada JK FF ini tidak ada status input yang tidak valid
atau terlarang bahkan ketika Set dan Reset berlogika 1.
Pada JK Flip-flop  terdapat penambahan input clock yang akan
mencegah kondisi output ilegal atau tidak valid saat kondisi Set dan Reset
berlogika 1.  Penambahan clock ini mengakibatkan adanya 4 kombinasi input
yaitu, “logika 1”, “logika 0”, “No Change” dan “Toggle”.

INSTRUMENTASI DAN
174 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

(a) Simbol JK FF (b) Rangkaian JK FF


Gambar 8.14JK Flip-flop
Sumber: Dokumen Pribadi

JK Flip-flop menggunakan dua gerbang NAND 3-input dengan input ketiga


dari masing-masing gerbang terhubung ke output.  Kondisi ini bertujuan
untuk menghasilkan aksi switching karena kedua input yang saling bertautan.

Tabel 8.4 Tabel Kebenaran JK-FF

J K CLK Y(t+1) Keterangan

0 0 Y(t) No Change
0 1 0 Reset
1 0 1 Set
1 1 Y(t) Toogle
Berdasarkan Tabel 8.4 tabel kebenaran JK Flip-flop memiliki 4 kondisi
yaitu Set, Reset, No Change (tidak ada perubahan) berdasarkan kondisi
sebelumnya, dan kondisi Toggle yang juga tergantung kondisi sebelumnya.
Diagram waktu untuk menampilkan sinyal pulsa yang masuk pada rangkaian
sekuensial JK Flip-flop dapat dilihat pada Gambar 8.12

Gambar 8.15 JK Flip-flop


Sumber: Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 175
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Shift Register (Register Geser)


Shift register merupakan rangkaian logika sekuensial yang dapat
digunakan untuk penyimpanan atau transfer data biner. Rangkaian sekuensial
ini memuat data yang ada pada inputnya kemudian memindahkan atau
“menggesernya”ke output secara sekuensial atau berurutan setiap siklus
clock.
Bit data dapat secara seri masuk dan keluar dari rangkaian shift
register, yaitu satu demi satu dari arah kiri atau kanan, atau semuanya secara
bersamaan pada saat yang sama dalam konfigurasi paralel.Berikut ini empat
fungsi dari rangkaian dasar register, yaitu meliputi:
1) Register Serial In Paralel Out (SIPO)- data register masuk secara seri
dan berurutan lalu ditransfer keluar dari register secara paralel atau
bersamaan.
2) Register Serial In Serial Out (SISO) data register yang masuk dan keluar
digeser secara seri.
3) Register Paralel In Serial Out (PISO)- data register secara paralel atau
bersamaan masuk ke dalam register dan digeser keluar dari register
secara seri satu per satu.
4) Register Paralel In Paralel Out (PIPO)- data register secara paralel masuk
bersamaan ke dalam register, dan ditransfer bersama ke output masing-
masing dengan pulsa clock yang sama.
Shift register yang bergeser secara seri atau paralel dapat dilihat pada
Gambar 8.12

Gambar 8.16 Shift Register


Sumber: Dokumen Pribadi
Pergerakan arah data melalui shift register dapat bergerak dari arah
kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, kiri dan kanan secara bergantian (dua arah).
Penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis shift register bisa dilihat pada
penjelasan selanjutnya.
1) Serial-in to Parallel-out (SIPO)

INSTRUMENTASI DAN
176 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.17 Shift Register Serial in Paralel Out


Sumber: Dokumen Pribadi

Berdasarkan Gambar 8.17 ketika data input dan clear berlogika 1,


dan input clock aktif, maka register bergeser kekanan secara serial satu
per satu. Efek dari pulsa clock adalah menggeser isi data dari register
awal yang mendapatkan input data, dimana data yang keluar bergeser
menjadi 0-0-0-1 dan disimpan di dalam register.
Kemudian data telah dikonversi dari input data serial ke output data
paralel. Tabel kebenaran dan bentuk diagram waktunya dapat dilihat
pada Tabel 8.5 dan Gambar 8.18 yang menunjukkan penyebaran logika
1.
Tabel 8.5 Tabel Kebenaran Shift Register Serial in Paralel Out

Pulsa Clock Y3 Y2 Y1 Y0

0 0 0 0 0
1 1 0 0 0
2 0 1 0 0
3 0 0 1 0
4 0 0 0 1
5 0 0 0 0

Sehingga apabila dibuatkan diagram waktunya maka akan terlihat


seperti pada Gambar 8.18. Data bergeser kekanan

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 177
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.18 Diagram Waktu Shift Register Serial in Paralel Out


Sumber: Dokumen Pribadi

Perhatikan bahwa setelah pulsa clock keempat berakhir, 4-bit data


( 0-0-0-1 ) disimpan dalam register dan akan tetap ada asalkan clocking
register telah berhenti. Dalam praktiknya, data input register ini dapat
terdiri dari berbagai kombinasi logika “1” dan “0”. IC SIPO yang umum
tersedia meliputi IC 74LS164 8-bit standar atau 74LS594.
Register Serial In – Paralel Out mempunyai satu saluran masukan
dan memiliki beberapa saluran keluaran sejumlah Flip-flop yang
menyusunnya. Data masuk satu-persatu (secara serial) dan dikeluarkan
secara serentak. Pengeluaran data dikendalikan oleh sebuah sinyal
kontrol. Selama sinyal kontrol tidak diberikan, data akan tetap tersimpan
dalam register.
2) Serial-into Serial-out (SISO) 
Pada Register Serial In – Serial Out, jalur masuk data berjumlah satu
dan jalur keluarannya juga berjumlah satu. Pada jenis register ini data
mengalami pergeseran, Flip-flop pertama menerima masukan dari input,
sedangkan Flip-flop kedua menerima masukan dari Flip-flop pertama,
dan seterusnya.

INSTRUMENTASI DAN
178 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.19 Shift Register Serial in Serial Out


Sumber: Dokumen Pribadi

3) Parallel-in to Serial-out (PISO) 


Register Paralel In - Serial Out mempunyai jalur masukan sesuai
dengan jumlah Flip-flop yang menyusunnya, dan hanya mempunyai satu
jalur keluaran. Data masuk ke dalam register secara serentak dengan
dikendalikan sinyal kontrol, sedangkan data keluar satu-persatu (secara
serial).

Gambar 8.20 Shift Register Paralel in Serial Out


Sumber: Dokumen Pribadi

4) Parallel-in to Parallel-out (PIPO) 


Register Paralel In - Paralel Out mempunyai jalur masukan dan keluaran
sesuai dengan jumlah Flip-flop yang menyusunnya. Pada register jenis
ini, data masuk dan keluar secara serentak. Dan hanya membutuhkan
satu kali picu

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 179
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.21 Shift Register Serial in Paralel Out


Sumber: Dokumen Pribadi

c. Counter
Counter merupakan sekelompok Flip-flop yang disusun sedemikian
rupa yang mampu melakukan pencacahan output dengan sinkronisasi dari
clock. Counter juga tidak lebih dari rangkaian register khusus yang di pola
sehingga bisa menampilkan urutan angka biner.
Counter adalah perangkat logika berurutan atau sekuensial yang
diaktifkan atau ditrigger oleh pulsa waktu eksternal atau sinyal clock. Counter
dapat beroperasi sebagai rangkaian sinkron atau asinkron.  Pada penghitung
sinkron, semua bit data berubah secara serempak melalui penerapan sinyal
clock.  Sedangkan pada penghitung asinkron, tidak tergantung pada input
clock sehingga bit data berubah status pada waktu yang berbeda satu demi
satu.
Beberapa jenis Counter yang akan di bahas adalah modulus Counter,
penghitung mundur (Down Counter), penghitung naik (decade up Counter),
dan penghitung ring johnson.
1) Modulus Counter
Modulus atau “MOD” merupakan kondisi satu siklus dari rangkaian
Countersebelum kembali ke 0. Dengan kata lain, modulus (atau hanya
modulo) adalah jumlah status penghitung yang dihitung dan merupakan
jumlah pembagi penghitung.Penghitungan angka desimal  0  hingga  7 
disebut sebagai penghitung  Modulo-8  atau  MOD-8.  Penghitung dengan
empat Flip-flop akan dihitung dari  0  hingga  15  oleh karena itu disebut
penghitung Modulo-16 dan seterusnya.
Modulus  Counter ditentukan berdasarkan jumlah status yang
akan dilacak oleh penghitung sebelum kembali ke nilai aslinya.  Sebagai
contoh, penghitung 2-bit yang dihitung dari 00  2  sampai 11  2  dalam biner

INSTRUMENTASI DAN
180 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

atau 0 sampai 3 dalam desimal, memiliki nilai modulus 4 (00 → 1 → 10


→ 11) dan kembali ke 00. Modulus Counter tersebut disebut modulo-4
atau mod-4.

Tabel 8.6 Tabel KebenaranMod-4

Counter Y1 Y0

0 0 0
1 0 1
2 1 0
Gambar 8.22Rangkaian Modulus 4 3 1 1
Sumber : Dokumen Pribadi
4 (berulang) 0 0

Pengoperasian Flip-flop tipe-D (DFF) sangat sederhana karena


hanya memiliki input data tunggal, yang disebut "D", dan input clock
"CLK" tambahan. Hal ini memungkinkan bit data tunggal (0 atau 1)
disimpan di bawah kendali sinyal clock sehingga menjadikan Flip-flop
tipe-D perangkat sinkron karena data pada input ditransfer ke output
Flip-flop hanya saat dipicu oleh sinyal clock.
Kita dapat melihat dari tabel kebenaran 8.6, sebelum penerapan
sinyal clock, hitungan awalnya adalah 00. Setelah penerapan sinyal
clock, terjadi perhitungan naik (up Counter) dari 01 hingga 11, sampai
penerapan pulsa clock berikutnya menyebabkan hitungan kembali ke 00
memulai siklus baru dengan perhitungan yang berulang.
Penghitung modulus lainnya ada beberapa macam.Jumlah
Modulo dapat ditingkatkan dengan menambahkan lebih banyak Flip-flop
untuk mencapai penghitung modulus yang lebih tinggi. 
a) Penghitung Biner 3-bit = 2 3 = 8 (modulo-8 atau MOD-8)
b) Penghitung Biner 4-bit = 2 4 = 16 (modulo-16 atau MOD-16)
c) Penghitung Biner 8-bit = 2  8  = 256 (modulo-256 atau MOD-256),
dst.
Pada penghitung Mod-8 dapat kita lihat pada Gambar 8.20.
Dengan penambahan Flip-flop ke 3 akan menghasilkan penghitung MOD-
8 yaitu penghitung biner 3-bit atau 2 3  dengan urutan biner penghitungan
dari 000 hingga 111, dan mengulanginya lagi menjadi 000.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 181
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.23Rangkaian Modulus 8


Sumber : Dokumen Pribadi

Penambahan Flip-flop ke empat akan membuat penghitung MOD-


16 dan seterusnya, pada kenyataannya penambahan Flip-flop dapat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2) Decade Counter
Jika penghitung asinkron modulo-16 dan dimodifikasi dengan
gerbang logika tambahan, maka dapat dibuat untuk menghasilkan
penghitung dekade (devided-by-10) untuk digunakan dalam
penghitungan desimal standar dan sirkuit aritmatika.
Penghitung seperti itu umumnya disebut sebagai Penghitung
Dekade . Penghitung dekade membutuhkan pengaturan ulang ke nol
ketika jumlah output mencapai nilai desimal 10, yaitu. ketika output
bernilai 1010 dan untuk melakukan ini kita perlu memasukkan kondisi
ini kembali ke input reset. Penghitung dengan urutan hitungan dari biner
"0000" (BCD = "0") hingga "1001" (BCD = "9") umumnya disebut sebagai
penghitung desimal berkode-biner BCD. Jenis penghitung asinkron ini
dihitung naik dari 0000 hingga mencapai output 1001 (desimal 9) dan
kembali ke 0 ketika output 1010 (desimal 10).

Gambar 8.24Decade Counter


Sumber : Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
182 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

3) Down Counter
Selain perhitungan naik, terkadang diperlukan juga perhitungan
mundur. Down Counter menghitung atau mencacah bilangan angka dari
tinggi menuju bilanganrendah. Dalam penghitung turun biner atau BCD,
penghitungan berkurang satu untuk setiap pulsa clock eksternal dari
beberapa nilai yang telah ditetapkan.

Gambar 8.25Down Counter


Sumber : Dokumen Pribadi

Pada penghitung 4-bit Gambar 8.25, output dari setiap Flip-flop


berubah pada tepi jatuh (transisi 1-ke-0) dari input Clock yang dipicu oleh
output dari Flip-flop sebelumnya, bukan oleh Output Q pada IC JK Flip-
Q
flop seperti pada konfigurasi Up-Counter. Akibatnya, setiap Flip-flop akan
berubah keadaan dari 1  menjadi  0 .

4) Ring Johnson Counter

Gambar 8.24Ring Johnson Counter


Sumber : Dokumen Pribadi

Penghitung ring sama seperti konsep register geser. Penghitung


ring  sinkron pada Gambar 8.21 telah diatur sehingga tepat satu bit data
dalam register diatur ke logika "1" dengan semua bit lainnya diatur
ulang ke "0".  Jadi pada setiap pulsa clock berturut-turut mengedarkan
bit data yang sama kepada empat Flip-flop secara berulang di sekitar
"cincin" atau bersiklus.  Jenis pergerakan data ini disebut "rotasi", dan

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 183
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

seperti register geser sebelumnya, efek dari pergerakan bit data dari kiri
ke kanan melalui penghitung cincin dapat disajikan secara grafis sebagai
berikut bersama dengan diagram waktunya

Gambar 8.26 Diagram Waktu Ring Johnson Counter


Sumber : Dokumen Pribadi

Karena contoh penghitung cincin yang ditunjukkan pada Gambar


8.21 memiliki empat keadaan yang berbeda, hal tersebut juga dikenal
sebagai penghitung “modulo-4” atau “mod-4” dengan setiap keluaran
Flip-flop yang memiliki nilai frekuensi sama dengan seperempat atau
seperempat (1/ 4) frekuensi clock utama.

C. Rangkaian Sekuensial
Rangkaian sekuensial yang telah dipelajari diantaranya terdiri dari berbagai
jenis rangkaian Flip-flop, register, Counter. Setelah mempelajari konsep dari jenis-
jenis rangkaian sekuensial, kali ini kita akan mempelajari penerapan rangkaian
sekuensial pada sistem kendali motor stepper.
Kecepatan rotasi motor stepper akan tergantung terutama pada frekuensi
clock dan rangkaian tambahan lainnya. Materi sebelumnya adalah penerapan
rangkaian kombinasional untuk untuk menentukan posisi sudut poros putaran
motor. Kali ini, penerapan rangkaian sekuensial dalam pengendalian motor
stepper adalah lebih kepada mengendalikan arah putaran motor, dan kecepatan
putaran motor yang diatur oleh sinyal clock, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 8.27.

INSTRUMENTASI DAN
184 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.27Pengendali Motor Stepper


Sumber : Dokumen Pribadi

Rangkaian pengendali motor stepper (stepper motor driver) menggunakan


komponen utama berupa IC logika XOR (74LS86) dan IC JK Flip-flop (74LS76).
Rangkaian dengan kedua IC tersebut berfungsi untuk menghasilkan empat pulsa
keluaran berurutan yang dapat berbalik urutannya dengan menerapkan logika
tertentu pada rangkaian. Rangkaian tersebut memerlukan pulsa clock untuk dapat
beroperasi. Rangkaian Pengendali Motor Steppper pada Gambar 8.27merupakan
skema rangkaian pengendali motor stepper yang dapat bergerak ke dua arah.

Gambar 8.28Pengendalian Motor Stepper


Sumber : Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 185
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 8.29 merupakan ilustrasi pengendalian motor stepper sederhana


yang membutuhkan pulsa untuk menggerakkannya: Arah putaran motor dapat
diatur dengan mengatur kondisi logika masukan pada kaki input ARAH dari IC
74LS86. Jika diterapkan logika 0, maka motor akan berputar berlawanan dengan
arah jarum jam (Counter clock wise) sedangkan jika diterapkan logika 1, maka
motor akan berputar dengan arah sesuai dengan ajah jarum jam (clockwise).
Gambar  2.29 adalah contoh bentuk pulsa keluaran yang menggerakkan motor
stepper pada arah sesuai dengan jarum jam (clockwise). Kecepatan motor
ditentukan oleh frekuensi masukan clock. Pulsa clock ini biasanya dibangkitkan
oleh rangkaian osilator pembangkit pulsa yang diberikan kepada input clock pada
rangkaian pengendali motor stepper tersebut

LEMBAR PRAKTIKUM

Praktikum rangkaian sekuensial dimulai dengan melakukan percobaan dasar.


Sebelum itu harap selalu memperhatikan tata tertib praktikum dan diharapkan
sudah mempelajari sekaligus memahami teori yang akan anda uji pada praktik kali
ini.
PERCOBAAN 1
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian sekuensial jenis Flip-flop.
2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.
3. Alat dan Bahan Praktik
a. Project board
c. IC Logika NAND (7400) dan IC NOT (7404)
d. Resistor
e. LED
f. Saklar
g. Kabel jumper
h. IC 555 / Function Generator sebagai sinyal Clock
4. Gambar Kerja

INSTRUMENTASI DAN
186 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM
Flip-flop

SR Flip-flop

D Flip-flop

JK Flip-flop

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 187
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

PERCOBAAN 2
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian sekuensial jenis Register.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. IC Logika D Flip-flop (7474)
c. IC Logika JK Flip-flop (7473)
d. IC Logika AND (7408)
e. IC Logika OR (7432)
f. Resistor
g. LED
h. Saklar
i. Kabel jumper
j. IC 555 / Function Generator sebagai sinyal Clock

4. Gambar Kerja

INSTRUMENTASI DAN
188 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Register SIPO

Register

Register SISO

Register PIPO

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 189
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

PERCOBAAN 3
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian sekuensial jenis Counter.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. IC Logika D Flip-flop (7474)
c. IC Logika JK Flip-flop (7473)
d. IC Logika AND (7408)
e. IC Logika OR (7432)
f. Resistor
g. LED
h. Saklar
i. Kabel jumper
j. IC 555 / Function Generator sebagai sinyal Clock

4. Gambar Kerja

INSTRUMENTASI DAN
190 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM
Rangkaian Counter MOD-8

Rangkaian Decade Counter

Rangkaian Decade Counter

Rangkaian Ring Johnson Counter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 191
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

CAKRAWALA

Counter pada Tahun 1936


Di permulaan era industri 4.0 saat ini segala perangkat sistem kendali
sudah menggunakan perangkat canggih. Sebagai contoh kita bisa melakukan
perhitungan berbagai jenis operasi aritmatika menggunakan laptop dan
handphone yang semakin tipis dengan casing ataupun bentuk yang nyaman dan
bisa dibawa kemanapun.Bahkan perangkat tersebut sudah multitasking atau bisa
melakukan segala bentuk operasi digital maupun analog. Namun pernahkan kalian
memperhatikan, bagaimanakah awal dari pengembangan perangkat tersebut?
A scene from SSA's early accounting operations in
Baltimore circa 1936. The issuing of Social Security
numbers and the creation of earnings records on all
Americans covered by Social Security was the largest
bookkeeping operation in the history of the world.

Gambar 8.29 Suasana pekerjaan akuntan di Baltimore tahun 1936


Sumber: https://www.ssa.gov/history/acalcs.html

Pada tahun 1936 seperti pada Gambar 8.29 jauh sebelum era elektronik ada, operasi
perhitungan masih menggunakan Counter mekanik. Pada Counter mekanik biasanya
terdiri dari serangkaian disk yang dipasang pada axle (gandar) dengan angka nol
hingga sembilan. Gandar poros  adalah besi bundar panjang yang menghubungkan
roda-roda atau tempat roda berputar. Disk paling kanan bergerak satu kenaikan
setiap adanya operasi perhitungan.
Gambar 8.29 menunjukkan suasana awal era akuntansi oleh Jaminan
Sosial di Baltimore pada tahun 1936. Penerbitan nomor dan perekaman catatan
pendapatan semua orang Amerika pada saat itu dilakukan oleh Jaminan Sosial,
dimana pada saat itu merupakan operasi pembukuan terbesar dalam sejarah dunia.

INSTRUMENTASI DAN
192 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Setelah mengerjakan tugas mandiri, cobalah buat


rangkaian aslinya untuk pembuktian lebih lanjut. Tontonlah
video pembelajaran ini mengenai konsep dari rangkaian
traffic light menggunakan rangkaian sekuensial di
https://www.youtube.com/watch?v=OkuBpIU4crU

RANGKUMAN

Rangkaian sekuensial merupakan rangkaian logika yang kondisi keluarannya


dipengaruhi oleh masukan pada saat itu dan oleh keadaan keluaran sebelumnya
atau dapat dikatakan rangkaian ini bekerja berdasarkan urutan waktu. Rangkaian
sekuensial terdiri dari beberapa jenis diantaranya rangkaian Flip-flop, register,
Counter, dan multivibrator.
Flip-flop merupakan rangkaian utama dalam logika sekuensial, karena
Flip-flop merupakan rangkaian dasar penyusun rangkaian sekuensial lain seperti
Counter, dan register. Flip-flop terdiri dari beberapa jenis seperti SR Flip-flop, SR FF
Clock, D Flip-flop, dan JK Flip-flop
Shift register merupakan rangkaian logika sekuensial yang dapat
digunakan untuk penyimpanan atau transfer data biner dengan cara kerjanya yaitu
menggeserkan input data yang masuk secara paralel/ seri untuk dikeluarkan secara
paralel ataupun seri, secara berurutan di setiap siklus Clock. Register geser terdiri
dari 4 macam fungsi berdasarkan arah masuk dan keluar secara seri ataupun paralel,
seperti SISO, PIPO, SIPO, PISO.
Counter merupakan sekelompok Flip-flop yang disusun sedemikian rupa yang
mampu melakukan pencacahan output dengan sinkronisasi dari clock. Penerapan
rangkaian sekuensial dalam sistem kendali bisa dilakukan untuk pengendalian
kecepatan dan arah putaran motor stepper. Beberapa jenis Counter yang akan di
bahas adalah modulus Counter, penghitung mundur (Down Counter), penghitung
naik (decade up Counter), dan penghitung ring johnson.

TUGAS MANDIRI

Setelah memahami materi dan mencoba menjelajahi internet, silahkan ulas


kembali materi dan cari gambar-gambar rangkaian mulai dari materi mengenai
jenis-jenis rangkaian Flip-flop, register, Counter, ataupun penambahan materi
tentang multivibrator. Buatlah rangkaian logika sesuai gambar tersebut dan
apakah tabel kebenarannya sesuai dengan teori pada saat simulasi rangkaian?

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 193
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

TUGAS MANDIRI

Buat laporan dengan mengcapture atau membuat video hasil percobaan beserta
penjelasannya. Setelah selesai, kerjakanlah soal berikut :
Di sebuah pertigaan terdapat 2 buah lampu traffic light dengan 2 lampu
hijau dan merah). Merah untuk berhenti dan hijau untuk berjalan, juga terdapat
Counter sebagai penanda waktu. Pada saat traffic light kedua berwarna hijau (traffic
light pertama berwarna merah), maka Counter down akan menghitung selama 10
detik. Pada saat Counter dalam posisi 0, maka traffic light pertama menyala hijau
(traffic light kedua berwarna merah). Keadaan sama seperti sebelumnya, Counter
menghitung mundur dan lampu traffic menyala bergantian (bersiklus). Buatlah
simulasinya menggunakan aplikasi Software digital ataupun aplikasi online.
Kumpulkan dalam bentuk file aplikasi, dan berikan penjelasannya.

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskanlah konsep dari rangkaian berikut ini beserta jenis-jenis rangkaiannya!
a. Flip-flop
b. Register
c. Counter
2. Buatlah suatu sistem traffic light 3 lampu menggunakan rangkaian sekuensial!
Jelaskan cara kerjanya!
3. Berikanlah contoh pengaplikasian dari jenis-jenis rangkaian Counter!
4. Jelaskanlah konsep dari jenis rangkaian berikut:
a. SISO
b. PISO
c. Ring Counter
5. Buatlah rangkaian Counter MOD-2 dan MOD-8 ! Berikan penjelasan!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab mengenai rangkaian sekuensial, pemahaman


apakah yang anda dapat dalam penerapan rangkaian sekuensial pada sistem
kendali instrumentasi? Sangat banyak ya, pada sistem kendali menggunakan PLC
terdapat pengendalian menggunakan sistem Counter, Flip-flop ataupun timer.
Dalam transmisi sinyal data juga sudah diterapkan untuk penggunaan rangkaian
register, apakah menggunakan closed loop ataupun open loop, semuanya pasti
membutuhkan perangkat memori. Apalagi perangkat komputer ataupun device-
device lainnya terdapat CPU yang dimana ada suatu komponen yang bernama IC
Microprocessor. Telah diketahui pada bab sebelumnya, mikroprocessor terbuat
dari ribuan rangkaian kombinasional dan juga sekuensial yang saling terintegrasi.
Cobalah ulas kembali berbagai macam pengaplikasian dari rangkaian sekuensial.
Jelajahilah internet dan diskusikanlah kembali dengan guru atau kelompok belajar
anda.

INSTRUMENTASI DAN
194 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKAIAN CONVENTER DIGITAL BAB


(ADC/DAC)
IX

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi rangkaian converter digital, siswa diharapkan


mampu mendeskripsikan rangkaian converter digital (ADC/DAC) dengan benar dan
percaya diri, mendesain rangkaian converter digital (ADC/DAC) dengan teliti, serta
mampu merakit rangkaian converter digital (ADC/DAC) dengan benar dan percaya
diri.

PETA KONSEP

Pengertian

Prinsip Kerja Rangkaian ADC


RANGKAIAN CONVERTER

Desain Rangkaian ADC


DIGITAL

Rangkaian ADC

Prinsip Kerja Rangkaian DAC

Desain Rangkaian DAC

Rangkaian DAC

KATA KUNCI

ADC, DAC, Sinyal Analog, Sinyal Digital, Converter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 195
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Gambar 9.1 Sinyal Analog dan Digital


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Era industri 3.0 merupakan era digital, bahkan sekarang sudah muncul era
industri 4.0 yang menggunakan internet. Artinya dari era digital, pengendaliannya
kembali kepada analog dengan sinyal internet pada industri 4.0. Namun nilai digital
tidaklah muncul begitu saja, sebelumnya terdapat sinyal analog yang mengikutinya.
Lalu bagaimanakah sinyal analog bisa diubah menjadi sinyal digital? Dan kenapa
harus ada sinyal digital? Bagaimanakah kebutuhan sinyal analog dan digital dalam
sistem kendali dan instrumentasi proses? Mari kita simak penjelasannya.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Rangkaian Konverter Digital


Rangkaian converter merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengubah
suatu sinyal ke dalam bentuk sinyal lain, seperti sinyal analog dan sinyal digital.
Sinyal digital memiliki nilai yang spesifik dengan 2 kemungkinan 1, 0 ; high , low ;
benar , salah; dan seterusnya. Dalam praktiknya, sinyal digital di representasikan
dalam sinyal analog dengan cara membagi range yang termasuk kedalam nilai
high atau low. Sebagai contoh bisa dilihat pada Gambar 9.1. Logika dikatakan Low
apabila berada pada rentang 0 – 0,8V sedangkan logika High berada pada rentang
2 – 5V. Nilai ambang 0,8 – 2V menentukan apakah input tertentu ditafsirkan
sebagai logika 0 atau logika 1.

Gambar 9.1 Representasi sinyal digital


(Sumber: Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
196 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Sinyal digital berbentuk sinyal diskrit yang terkuantisasi dalam bentuk


bilangan biner, sedangkan sinyal analog berbentuk sinyal kontinu. Sinyal kontinu
adalah sinyal yang membawa data/informasi utuh dalam satu bentuk gelombang
waktu, dipengaruhi oleh amplitudo dan frekuensi. Sedangkan sinyal diskrit
merupakan hasil pengambilan sampling dari sinyal kontinu yang nilainya hanya
didefinisikan dalam waktu tertentu dalam waktu diskrit (terpotong-potong).
Dalam dunia industri, sistem kendali dan instrumentasi berhubungan erat
dengan sinyal analog dan sinyal digital. Hal tersebut karena pada proses-proses
industri diperlukan sensor sebagai input analog yang mempresentasikan sinyal
dilapangan, dan diperlukan penerjemah sensor menjadi angka-angka digital yang
dibutuhkan untuk keperluan pengontrolan proses.
Perangkat yang paling dibutuhkan dalam dunia industri tersebut adalah
konverter digital to analog ataupun konverter analog to digital. Sebagai contoh
standar sinyal industri elektrik berada pada rentang 4-20 mA. Sebelum menjadi
standar sinyal tersebut, terdapat nilai input yang masuk berasal dari sensor yang
memiliki sinyal analog. Transmitter mengubah nilai dari sensor menjadi standar
sinyal 4-20 mA untuk selanjutnya diteruskan ke kontroller ataupun display, dan
bahkan HMI. Nilai yang ada pada display dan HMI tersebut sudah merupakan nilai
digital yang bertujuan untuk keperluan pembacaan hasil pengukuran agar lebih
mudah dibaca dan mudah dilakukan pengontrolan proses.

Gambar 9.2 Sinyal Digital dan Analog


(Sumber : Dokumen Pribadi

Rangkaian konverter sesuai dengan kebutuhan pengoperasiannya terdiri


dari rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) dan rangkaian Digital to Analog
Converter.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 197
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

B. Prinsip Kerja Rangkaian ADC

Gambar 9.3 Analog to Digital Converter


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Analog to Digital Converter (ADC) adalah rangkaian pengubah input sinyal


analog menjadi kode-kode digital. Rangkaian ADC banyak digunakan sebagai
pengatur proses industri, komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/
pengujian. Hal tersebut karena ADC berfungsi sebagai perantara antara sensor
analog seperti sensor suhu, level, tekanan, aliran dan sensor lainnya yang
kemudian diukur dengan menggunakan sistem digital (komputer). Dalam hal ini
biasanya hasil dari pengukuran sensor diubah menjadi sinyal standar industri
lalu hasil pengukuran tersebut dikonversi kembali menjadi sinyal digital untuk
ditampilkan dalam display atau HMI, dan untuk menggerakkan kontroler (berupa
PLC) yang membutuhkan nilai digital. Pada Gambar 9.3 merupakan rangkaian ADC
sederhana yang mengubah dari input tegangan analog menjadi bentuk digital 1,
0 atau nyala, matinya LED.

Gambar 9.4 Rangkaian Analog to Digital Converter


(Sumber : Dokumen Livewire)

INSTRUMENTASI DAN
198 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Prinsip kerja rangkaian ADC pada Gambar 9.3 adalah yaitu ketika sinyal
analog dari input tegangan variable atau tegangan yang bisa diatur besar kecilnya
input yang masuk yaitu dari input 0-9 VDC , yang kemudian input tersebut oleh IC
Op-Amp yang berfungsi sebagai komparator, dibandingkan antara nilai input dan
tegangan referensi, lalu masuk pada IC logika XOR dan NAND untuk selanjutnya
keluar menjadi nilai digital 1, 0 atau menjadi output 2-bit.
Op-Amp yang berfungsi sebagai komparator membandingkan tegangan
input dengan beberapa tegangan referensi VREF (input dari tegangan variable)
yang telah ditetapkan nilainya untuk menghasilkan sinyal output berdasarkan
perbandingan tegangan ini. Dengan kata lain, komparator tegangan Op-Amp
ini membandingkan besar nilai kedua input tegangan dan menentukan mana
yang terbesar dari keduanya. Perhatikanlah Tabel 9.1 untuk mengetahui tabel
kebenaran dari rangkaian pada Gambar 9.3.
Tabel 9.1 Tabel Kebenaran Rangkaian ADC

Input Output

D1 D2

<3V 0 0
3,1-5,5 V 0 1
>5.5 < 8,5 1 0
8,55-9 1 1

Berdasarkan Tabel 9.1, ketika input tegangan berada dibawah nilai 3 Volt,
maka keadaan D1 dan D2 berlogika 0, di atas nilai 3 Volt sampai kepada 5,5 Volt
output berlogika 01, dan seterusnya sampat 2 bit biner.
ADC memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi.
Kecepatan sampling menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke
dalam bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Resolusi ADC menentukan
ketelitian nilai hasil konversi ADC.

(a) Kecepatan Sampling Rendah (b) Kecepatan Sampling Tinggi

Gambar 9.5 Kecepatan Sampling ADC


(Sumber : Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 199
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n –1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output
data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari
contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang
jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk
besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.
Sebagai contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio
input terhadap referensinya berarti 60%. Didapat dari 3/5 x 100%. Jadi, jika
menggunakan ADC 8 bit dengan skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal
digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk desimal) atau 10011001 (bentuk biner).
C. Mendesain Rangkaian ADC
Mendesain suatu rangkaian ADC bisa dilakukan dengan cara mengelompokkan
terlebih dahulu mana yang termasuk input analog, dan akan menggunakan output
seperti apa. Input analog biasanya berasal dari sensor, dan output digital biasanya
berupa bit logika 1, 0, lampu, display, ataupun seven segment. Lebih spesifik
terdapat beberapa proses konversi sinyal analog menjadi sinyal digital yang
ditunjukkan oleh Gambar 9.4.

Gambar 9.6 Proses Konversi Analog to Digital


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Berdasarkan Gambar 9.6, sinyal analog berasal dari sensor DHT untuk
mengukur kelembaban diproses oleh rangkaian ADC lalu hasil pembacaannya
ditampilkan dalam display. Artinya display merepresentasikan nilai dari
kelembaban yang dibaca oleh sensor.
1. Sampling
Pencuplikan/ Sampling adalah proses pengambilan sample nilai analog
menjadi sinyal diskrit dalam satu titik waktu tertentu dengan periode yang
tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi gambar berikut:

Gambar 9.7 Pengambilan sampling dari sinyal analog menjadi diskrit


(Sumber : Dokumen Pribadi)

INSTRUMENTASI DAN
200 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Semakin besar frekuensi sampling, semakin banyak data diskrit yang


didapatkan, dan semakin cepat ADC memproses data analog menjadi data
digital.
2. Quantization
Pengkuantisasian adalah proses pengelompokan data diskrit yang
didapatkan pada proses sampling. Kuantisasi dalam matematika dan
pemrosesan sinyal digital adalah proses pemetaan nilai input.

Gambar 9.8 Penentuan Sinyal Diskrit Menjadi Sinyal Digital


(Sumber : Dokumen Pribadi)

Semakin banyak kelompok-kelompok dalam proses kuantisasi, semakin


kecil selisih data diskrit yang didapatkan dari data analog, maka semakin teliti
ADC tersebut dalam memproses data analog menjadi data digital.
3. Pengkodean
Pengkodean adalah meng-kode-kan data hasil kuantisasi ke dalam bentuk
nilai digital/ biner. Lebar kode output yang diberikan adalah kisaran tegangan
input analog antara dua titik transisi yang berdekatan dari kode output digital
ADC. Lebar kode direferensikan dengan bobot 1 Least Significant Bit (LSB),
yang ditentukan oleh resolusi konverter dan tegangan referensi analog (V
REF ). Sebagai contoh, 1 LSB = V REF/ 2n, dimana n adalah jumlah bit resolusi.
Misalnya, jika referensi 4.096 V digunakan dengan ADC 12-bit, 1 LSB akan
memiliki nilai 4.096 V/ 212, atau 1 mV. Semua kode akan memiliki lebar 1 LSB
untuk ADC yang ideal.

Gambar 9.9 Transfer Function ADC 3-bit


(Sumber : https://microchipdeveloper.com diakses pada 30 November 2019)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 201
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

D. Rangkaian ADC
Beberapa aplikasi dari rangkaian ADC biasanya digunakan untuk
menerjemahkan nilai sensor yang ada dilapangan (pembacaan hasil pengukuran).
Berikut ini beberapa penerapan rangkaian ADC untuk pembacaan sensor.
1. Pengatur Suhu
Rangkaian pengatur suhu biasanya menggunakan sensor LM355 yang
dihubungkan dengan mikrokontroler. Pada Gambar 9.9, terlihat rangkaian
pembagi tegangan antara sensor suhu dan potensiometer (untuk mengatur
akurasi) dan tegangan yang masuk dari pembagi tegangan akan masuk ke
Op-Amp LM 741 lalu output berupa LED akan berubah warna secara otomatis.
Ketika suhu panas akan berwarna merah, dan suhu normal akan berwarna
hijau.

Gambar 9.10 Rangkaian Pembaca Suhu Ruangan


(Sumber : Dokumen Livewire)

2. Lampu Otomatis dengan Sensor LDR

Gambar 9.11 Lampu Taman Otomatis


(Sumber : Dokumen Livewire)

INSTRUMENTASI DAN
202 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Prinsip kerja dari rangkaian pada Gambar 9.10 adalah LDR berfungsi
sebagai sensor cahaya dimana apabila pengaplikasian rangkaian tersebut
diaplikasikan pada lampu taman, maka ketika matahari sudah mulai tenggelam
(suasana sudah mulai gelap) maka sensor akan membaca kondisi tersebut
dengan cara menambah nilai resistansi. Prinsipnya masih sama seperti pada
rangkaian suhu. Op-Amp membandingkan nilai tegangan terbesar yang
masuk pada inputnya lalu ditampilkan hasil pembacaannya oleh LED, yang
mewakili nilai logika 1,0.
E. Prinsip Kerja Rangkaian DAC

Gambar 9.12 Digital to Analog Converter


(Sumber: Dokumen Pribadi)

DAC adalah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi sinyal


digital (diskrit) menjadi sinyal analog (kontinu). Sebuah DAC menerima
informasi digital berupa digit biner dan mentransformasikannya ke dalam
bentuk tegangan analog. Tegangan output yang dihasilkan DAC sebanding
dengan nilai digital yang masuk ke dalam DAC.
Perangkat output, seperti motor, microphone, ataupun lampu
kebutuhannya tidak sesederhana hanya mati dan hidup, tetapi terkadang
butuh untuk seberapa cepat motor tersebut berputar (contoh pada kipas
angin dan mesin cuci), terang atau redupnya lampu tidur, dan besar atau
kecilnya suara yang kita butuhkan. Gambar 9.10 merupakan contoh dari
rangkaian DAC.

Gambar 9.13 Rangkaian Digital to Analog Converter


(Sumber : Dokumen Livewire)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 203
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Rangkaian DAC pada Gambar 9.9 menggunakan satu buah IC Op-Amp


yang sering digunakan sebagai amplifier. IC berfungsi sebagai penghasil
sinyal analog yang terbalik. Saklar berfungsi sebagai input digital (bit biner)
yang ingin diubah menjadi keluaran analog. Saklar tersebut diberi beberapa
nilai resistor yang berbeda yang akan mempengaruhi hasil dari keluaran
analog.
Aturan yang harus dipahami dari rangkaian DAC ini adalah nilai dari
resistor-resistor pada bagian input Op-Amp. Nilai untuk resistor pada bit
tinggi (R4) harus 2x dari resistor penguat (R5), kemudian untuk bit selanjutnya
harus 2x dari nilai resistor pada bit yang lebih tinggi. Jadi jika rangkaian DAC
menggunakan 4 bit maka pada bit satuan (bit paling rendah) nilainya harus
8x dari bit ke-4. Berdasarkan Gambar 9.9, bit satuan diwakili oleh resistor 80
Kohm.

F. Mendesain Rangkaian DAC


Hubungan antara sinyal analog dan sinyal digital bergantung pada resolusi nilai
bitnya. Contoh rangkaian DAC 3-bit memiliki rumus:

dimana:
V DAC = tegangan analog
K 1 = faktor skala (rasio antara sinyal digital dan analog)
b n =n
   bit konverter
V REF = tegangan referensi

Dapat diambil suatu contoh, digit biner 101 dengan faktor skala 1 dan
tegangan referensi sebesar 5 V (puncak kisaran sinyal analog), maka hasilnya akan
3,125 V karena merupakan hasil dari 5/8 dikalikan 5. Karakteristik input-output
dari DAC 3-bit dapat dilihat pada Gambar 9.13. Setiap input biner mewakili titik
pengambilan sampel.  Nilai-nilai ini digunakan untuk membentuk sinyal digital
yang kemudian dikonversi menjadi sinyal analog .

INSTRUMENTASI DAN
204 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 9.14 Karakteristik Keluaran DAC


(Sumber: University of Pennsylvaniadalam globalspec.com)

Analog dan digital perbedaannya dapat dilihat dari sinyal waktu.  Sinyal
digital adalah sinyal waktu diskrit, yang berarti mereka menghasilkan serangkaian
nilai berurutan, sementara sinyal analog adalah waktu kontinu dengan domain
kontinu (non-diskrit).  Untuk merekonstruksi sinyal, DAC menggunakan sinyal
clock, maka dari itu sinyal digital digambarkan seperti bentuk tangga.  Sehingga
filter rekonstruksi low-pass bisa digunakan untuk menghilangkan harmonik asing
dan menghaluskan sinyal agar sesuai dengan nilai output.

Gambar 9.15 Gelombang sinus diterjemahkan menggunakan resolusi 16-bit (ungu) dan 3-bit (biru).
(Sumber: Dokumen Pribadi

Permasalahan dalam system DAC adalah adanya distorsi sinyal atau kesalahan
kuantisasi, karena banyaknya input biner yang masuk sedangkan keluarannya
hanyalah satu sinyal analog. Kuantisasi sering disebabkan oleh pembulatan nilai-
nilai presisi ke bilangan bulat terdekat berikutnya, menyebabkan distorsi sinyal

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 205
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

yang direkonstruksi. Kuantisasi merupakan kejadian alami dalam operasi DAC. Hal


tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan perangkat resolusi tinggi,
karena meningkatkan jumlah bit meningkatkan skala gradasi sinyal.
Tingkat presisi ditentukan oleh banyaknya jumlah bit DAC. Jumlah bit, n,  secara
langsung terkait dengan jumlah gradasi sampling, N, sehingga N=   2 n. Gradasi dapat
dianggap sebagai skala interval terukur yang menyatakan nilai yang terkandung
dalam sinyal yang akan dikonversi.
Sebagai contoh, konverter 12-bit mampu menghasilkan 4096 gradasi.  Jika
sinyal output berada dalam kisaran 0-5 V, kisaran ini akan dipecah menjadi
interval 4096 untuk mencocokkan nilai-nilai analog atau digital, dengan rentang
0-5 V dan 0 – 4096, artinya 0 untuk 0 , dan 5 V untuk 4096. . Jika pada sample
nilai amplitudo sinyal digital adalah 2000, output analog akan menjadi 2,4414 V.
Seluruh sinyal digital dapat dipetakan secara proporsional menggunakan gradasi
ini.
Presisi perangkat ini dapat didefinisikan sebagai 1 /  N  , dengan nilai yang
lebih kecil menunjukkan presisi yang lebih besar. Sebagai contoh, konverter 4-bit
memiliki presisi 1/16 dari sinyal asli, sedangkan yang 10-bit adalah 1/1024.

Gambar 9.16 DAC 4-bit


(Sumber : s3.uk.co.wjec.download.resource.amazonaws.com)

Hati-hati dalam pemilihan nilai resistor dalam rangkaian DAC, karena akan
mempengaruhi nilai output. Cara paling sederhana untuk menghindari hal ini
adalah dengan menggunakan prinsip penguatan tegangan fraksional untuk
penguat penjumlah. Dalam rangkaian pada Gambar 9.12, misalnya, LSB (input A)
memiliki gain tegangan 1/24, input B memiliki gain 1/12, input C 1/6 dan MSB
(Most Significant Bit) , input D, gain 1/3.
Untuk menganalisis rangkaian pada Gambar 9.12, asumsikan 0V mewakili
sinyal logika 0, dan + 12V mewakili logika 1. Anggap saja terdapat empat penguat
pembalik yang digabungkan sehingga tegangan output adalah jumlah dari
output mereka. Op-amp kedua memiliki gain tegangan -1, dan dengan demikian
membalikkan polaritas sinyal keluaran.

INSTRUMENTASI DAN
206 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Sebagai contoh:
1. Diketahui input digit biner 0001, mis. A = 12V dan B = C = D = 0V.
Voltage Gain = ( VOUT / VIN) = - RF / RIN
Penguatan tegangan pada input A = - RF / RIN = - 10/240,
jadi outputnya = - 12 x 10/240 = -0.5V.
Input lain diatur ke 0V dan karenanya mereka menghasilkan 0V.
Output akhir = - (-0,5 + 0 + 0 + 0) = + 0,5V
2. Diketahui input digit biner 1011,
i.e. A = B = D 12V and C = 0V.
Penguatan tegangan input A = - 10/240, output = - 12 x 10/240 = -0.5V.
Penguatan tegangan input B = - 10/120, output = - 12 x 10/120 = -1.0V.
Penguatan tegangan input D = - 10/30, output = - 12 x 10/30 = -4.0V.
The final output = - (-0.5 + (-1.0) + 0 + (-4.0)) = +5.5V

Tabel kebenaran dari rangkaian Gambar 9.12 dari rangkaian DAC 4-bit bisa dilihat
sebagai berikut.
Tabel 9.2 Tabel DAC 4-bit
Binary Number Input V1/V Vout/V

D C B A

0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 -0.5 0.5
0 0 1 0 -1.0 1.0
0 0 1 1 -1.5 1.5
0 1 0 0 -2.0 2.0
0 1 0 1 -2.5 2.5
0 1 1 0 -3.0 3.0
0 1 1 1 -3.5 3.5
1 0 0 0 -4.0 4.0
1 0 0 1 -4.5 4.5
1 0 1 0 -5.0 5.0
1 0 1 1 -5.5 5.5
1 1 0 0 -6.0 6.0
1 1 0 1 -6.5 6.5
1 1 1 0 -7.0 7.0
1 1 1 1 -7.5 7.5

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 207
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Diagram waktunya dapat kita lihat pada grafik di Gambar 9.13. Setiap
kenaikan tangga adalah sebesar 0.5 V.

Gambar 9.13. Grafik karakteristik DAC 4-bit


(Sumber : s3.uk.co.wjec.download.resource.amazonaws.com)

Perhatikan bahwa setiap kenaikan tangga tergantung pada pertambahan


nilai tegangan dari input DAC LSB (dan tegangan yang mewakili logika 1).
Ketika dilihat sebagai grafik, hasilnya menunjukkan bentuk gelombang tangga
karakteristik. Output-nya analog, nilainya semakin besar karena jumlah input
digital semakin besar, tidak kontinu tetapi meningkat secara bertahap.
Steps = VL1 RF / R1
di mana VL1 = tegangan sesuai dengan logika 1
RF = resistensi umpan balik
R1 = resistansi input untuk input LSB

G. Rangkaian DAC
DAC banyak digunakan dalam pemrosesan sinyal digital menjadi tampilan
analog. Beberapa aplikasi dari rangkaian DAC adalah sebagai berikut.
1. Audio Amplifier
DAC digunakan untuk menghasilkan penguatan tegangan DC dengan
kendali mikrokontroler. Gambar 9.14 merupakan Gambar rangkaian dari
Audio Amplifier.

Gambar 9.18 Audio Amplifier dengan LM386, Gain = 200


(Sumber : Texas Instruments Incorporated, 2017)

INSTRUMENTASI DAN
208 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

2. Motor Control
Banyak pengendalian motor menggunakan sinyal tegangan analog, dan
DAC sangat berguna untuk mengkonversi sinyal digital dari mikrokontroller.
Dalam mikrokontroler saat ini kita tidak perlu menambahkan IC DAC, seperti
contoh pada Arduino, NodeMCU, dan Raspberry, sistem controlnya sudah
terdapat input DAC ataupun ADC.

Gambar 9.19 Kendali motor dengan prinsip DAC


(Sumber : https://www.elprocus.com/)
3. Digital Potentiometer
Kebanyakan potensiometer digital berbasis kepada arsitektur DAC.
Dengan beberapa reorganisasi array resistor/ switch, dan penambahan
antarmuka yang kompatibel seperti I2C, potensiometer digital sudah bisa
diimplementasikan. Gambar 9.16 merupakan rangkaian dari potensiometer
digital, bisa dirancang menggunakan mikrokontroller.

Gambar 9.16 Digital Potensiometer untuk Mengatur Volume


(Sumber: https://www.electroschematics.com/)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 209
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

Praktikum rangkaian ADC dan DAC kali ini adalah menguji aplikasi penggunaan
dari kedua rangkaian tersebut. Sebelum itu harap selalu memperhatikan tata tertib
praktikum dan diharapkan sudah mempelajari sekaligus memahami teori yang
akan anda uji pada praktik kali ini.
PERCOBAAN 1
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian sekuensial jenis Flip-flop.

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. Sensor Suhu LM355
c. Resistor 100KΩ (2 buah) , 680Ω
d. LED 2 Warna
e. Baterai 9Vdc
f. Kabel jumper
g. IC Op-Amp
h. Potensiometer

4. Gambar Kerja
ADC (Pengaturan Suhu)

INSTRUMENTASI DAN
210 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

PERCOBAAN 2
1. Tujuan Praktikum
Setelah melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik mampu merakit
rangkaian Digital to Analog Converter (DAC).

2. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang harus diterapkan dalam praktik ini yaitu:
a. Pahami langkah kerja sebelum memulai kegiatan praktik.
b. Pahami spesifikasi alat dan bahan sebelum memulai kegiatan praktik.
c. Tidak bersenda gurau selama melakukan kegiatan praktik.

3. Alat dan Bahan Praktik


a. Project board
b. Saklar 4 buah
c. Resistor 10KΩ x 2, 20KΩ, 40KΩ, 80KΩ
d. Baterai
e. Kabel jumper
f. IC Op-Amp
g. Multimeter Digital

4. Gambar Kerja
Digital to Analog Converter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 211
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

5. Langkah kerja
a. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
b. Rakit rangkaian sesuai dengan gambar kerja.
c. Hubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
d. Lakukan percobaan dan buatlah tabel kebenarannya.
e. Setelah melaksanakan praktik putuskan sambungan pada sumber tegangan
dan kembalikan alat dan bahan praktikum ke tempat semula.
f. Buatlah laporan hasil praktikum dan diskusikan dengan guru pengajar.

CAKRAWALA
Sinyal Analog dan Digital yang Saling Berdampingan

Gambar 9.17 Era Digital


(Sumber : wartaekonomi.co.id)

Kemajuan ilmu pengetahuandan teknologi dari masa ke masa semakin


pesat terutama dalam bidang instrumentasi dan otomatisasi industri.Sebelumnya
pada revolusi pertama industri dimulai oleh penemuan mesin uap, revolusi
kedua dimulai oleh penemuan ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga ini
dimulai oleh sistem digital dimana terdapat mesin yang dapat bergerak dan
berpikir secara otomatis, yaitu komputer dan robot.Saat ini telah digencarkan
istilah Industri 4.0 yang merupakan tren di dunia industri yang menggabungkan
teknologi otomatisasi dengan teknologi siber. Yang artinya dari era industri 3.0 yang
menggunakan sistem Analog to Digital menjadi era industri 4.0 Digital to Analog
karena sistem pengendalian pada industri 4.0 adalah menggabungkan teknologi
Internet of Things, cloud computing, dan Artificial Intelegent.
Sinyal analog dan sinyal digital merupakan suatu sistem yang saling berdampingan,
tidak bisa dipisahkan dan tidak bisa dihilangkan. Sinyal digital ada karena merupakan
hasil representasi dari sinyal analog yang ada secara alamiah. Dan bahkan saat
ini penggunaan teknologi Internet of Things sangat besar-besaran. Salah satu
penerapan sederhananya adalah mematikan lampu menggunakan internet. Artinya
dari tombol/ input digital yang ada pada handphone (misal pengendalian oleh HP)
maka HP tersebut mengirimkan sinyal internet yang merupakan sinyal analog untuk
mematikan atau menyalakan lampu (logika digital). Berdasarkan hal tersebut sinyal
analog dan sinyal digital merupakan teknologi yang saling berdampingan dalam
suatu sistem yang terintegrasi.

INSTRUMENTASI DAN
212 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

JELAJAH INTERNET

Pembahasan ADC dan DAC sangat banyak dalam dunia internet. Alangkah
bijaknya bila kita memanfaatkan teknologi internet untuk terus menambah ilmu.
Berikut ini beberapa link video dan web yang akan membahas tentang sistem DAC
di link youtube https://youtu.be/Y2OPnrgb0pY dan percobaan praktik ADC di link
https://learn.sparkfun.com/tutorials/analog-to-digital-conversion/all.

RANGKUMAN

Rangkaian converter merupakan rangkaian yang berfungsi untuk mengubah


suatu sinyal ke dalam bentuk sinyal lain, seperti sinyal analog dan sinyal digital.
Sinyal digital berbentuk sinyal diskrit yang terkuantisasi dalam bentuk bilangan
biner, sedangkan sinyal analog berbentuk sinyal kontinu.
Analog to Digital Converter (ADC) adalah rangkaian pengubah input sinyal
analog menjadi kode-kode digital. Rangkaian ADC banyak digunakan sebagai
pengatur proses industri, komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian.
Hal tersebut karena ADC berfungsi sebagai perantara antara sensor analog seperti
sensor suhu, level, tekanan, aliran dan sensor lainnya yang kemudian diukur
dengan menggunakan sistem digital (komputer).
Proses konversi ADC terdiri dari 3 tahap yaitu proses sampling, kuantisasi, dan
pengkodean. DAC adalah perangkat yang digunakan untuk mengkonversi sinyal
digital (diskrit) menjadi sinyal analog (kontinu). Sebuah DAC menerima informasi
digital berupa digit biner dan mentransformasikannya ke dalam bentuk tegangan
analog. Pengaplikasian DAC biasanya digunakan untuk kebutuhan pengaturan
kecepatan perangkat output, seperti motor, besar kecilnya suara microphone,
ataupun terang redupnya lampu.

TUGAS MANDIRI

Buatlah rangkaian sistem ADC dan DAC sederhana yaitu sistem lampu taman
otomatis yang akan menyala ketika hari sudah gelap. Dan sistem untuk mengatur
besar kecilnya suara microphone. Buatlah menggunakan simulasi terlebih dahulu,
lalu buat rangkaian aslinya, lalu aplikasikanlah di rumahmu!

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 213
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskanlah konsep dari rangkaian ADC dan DAC!
2. Hitunglah tegangan output apabila diketahui nilai biner sebagai berikut:
a. 0111
b. 1101
c. 1111
3. Berapakah nilai resistor R1-R4 yang diperlukan? Jelaskan!

4.

Jika diketahui nilai logika 1 saat kondisi tegangan input bernilai 10 V, dan
logika 0 saat 0V. Buatlah table hasil dari tegangan output dan peningkatan nilai
biner dari input A, B, dan C! Dan buatlah graphic dari table yang telah dihitung
berdasarkan soal nomer 4!
5. Bila diketahui pada rangkaian ADC 8-bit tegangan referensinya adalah 5V dan
tegangan inputnya sebesar 2V. Berapakah digit biner yang dihasilkan?

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab mengenai rangkaian converter, cobalah jelajahi


dunia internet materi tentang mikrokontroler, agar anda dapat dengan mudah
mengaplikasikan konsep ADC dan DAC. Intinya ADC adalah perangkat yang
berfungsi untuk megubah sinyal Analog menjadi sinyal digital, dan DAC adalah
perangkat yang berfungsi megubah sinyal digital menjadi sinyal analog.
Perhatikanlah dilingkungan sekitar anda, apa saja penerapan konsep ADC dan DAC
ini? Diskusikan kembali materi yang tidak anda ketahui bersama teman dan guru
anda. Selamat Belajar!

INSTRUMENTASI DAN
214 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BAB
SISTEM KONTROL PROSES
X

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi mengenai sistem otomatisasi proses maka


diharapkan siswa dapat mendeskripsikan terminologi dan prinsip dasar sistem
otomatisasi proses serta menunjukan desain dan karaktekristik sistem otomatisasi
dengan Software simulasi.

PETA KONSEP

1. Loop Kontrol
2. Terminologi Sistem Kontrol
SISTEM KONTROL PROSES

1. Sistem Kontrol
2. Temperatur
3. Tekanan
4. Aliran
5. Tinggi Permukaan

Desain Sistem Kontrol P&ID

KATA KUNCI

Open loop, Close Loop, Direct acting, Reverse acting, Variabel proses,

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 215
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Proses merupakan cara untuk mengolah suatu bahan menjadi produk. Bahan
dapat berupa cair, padat, gas, di alirkan diukur, dicampur, dipanaskan, didinginkan,
diproses sedemikian rupa menghasilkan produk. Industri proses antara lain, industri
kimia, minyak dan gas, makanan dan minuman, pengolahan air, pembangkit listrik
dan sebagainya. Instrumentasi kontrol proses merupakan suatu upaya dan teknologi
untuk mengukur dan mengendalikan variable-variable proses produksi sesuai dengan
kondisi yang dinginkan. Misalkan suhu, tekanan, aliran, ketinggian penampungan dan
kelembaban.
Otomatisasi proses diterapkan agar kontrol proses dapat bekerja secara terus
menerus dengan sedikit melibatkan metoda manual dalam pengendaliannya,
Otomatisasi proses menggunakan peralatan instrumentasi dan kontrol otomatis.

Gambar 10.1 Kontrol Tempertur


Sumber. Dwyer-ins.com.au

MATERI PEMBELAJARAN

A. Loop Kontrol
Loop kontrol merupakan rangkaian sistem pengontrolan, berdasarkan rangkaian
nya terdapat 2 loop sistem kontrol yaitu:
1. Open loop
Open loop merupakan sistem kontrol tanpa feedback, artinya besaran
yang dikendalikan tidak diukur dan tidak dibandingkan dengan nilai yang
diinginkan untuk menghasilkan aksi kontrol. Open loop dapat menjadi
sistem kontrol manual jika aksi kontrol dilakukan oleh operator berdasarkan
kebutuhan. Misalkan operator bertindak membuka dan menutup katup dan
membaca feedback dari pengamatan

INSTRUMENTASI DAN
216 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.2 Kontrol Open loop


Sumber. Dokumen Pribadi

Open loop juga dapat diartikan sebagai sistem kontrol berdasarkan urutan
kejadian (Even Driven) atau berdasarkan waktu. Misalkan untuk mengisi Tanki
penampungan air berdasarkan seting timer atau pemanas air bekerja saat air
pada penampungan sudah tersedia.
2. Close Loop
Close Loop disebut juga sistem kontrol feedback, dimana variable proses
yang dikendalikan diukur dan dibandingkan dengan nilai yang dinginkan
untuk menghasilkan aksi kontrol. Close Loop kontrol merupakan sistem
kontrol otomatik karena dapat beroperasi tanpa intervensi manusia

Gambar 10.3 Kontrol Close Loop


Sumber. Dokumen Pribadi

B. Terminologi Sistem Kontrol

1. Process variable (PV)


Variable proses (PV) adalah besaran yang sedang di kendalikan, Misalkan
proses memanaskan suatu bahan dengan suhu tertentu maka variable
prosesnya adalah temperatur. Beberapa besaran proses antara lain:
a. Ketinggian fluida (level)
b. Aliran (Flow)
c. Tekanan (Pressure)

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 217
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

d. Suhu (Temperature)
e. Densitas
f. Viscositas
g. PH
2. Setpoint / Set value (SP/SV)
Setpoint adalah nilai yang ingin dicapai dan dipertahankan dari variable
proses. Misalkan pada proses pemanasan pada suhu 750C ± 20C, setpoint 750C
dimasukan ke pengendali, maka ketika suhu mencapai 780C maka pengendali
akan membandingkan suhu terukur dengan setpoint dan menghasilkan aksi
kontrol untuk menurunkan suhu, ketika suhu 720C maka pengendali melakukan
aksi kontrol untuk menaikan suhu.
3. Error ( e )
Error merupakan selisih antara variable proses dengan setpoint. Error
dapat bernilai positif atau negatif. Error magnitude merupakan besarnya
simpangan antar setpoint dengan variable proses. Error duration merupakan
durasi waktu terjadinya Error.
4. Manipulated Variable (MV)
Besaran termanipulasi/ terkendali yang digunakan untuk mengendalikan
dan mempertahankan keadaan suatu proses. Misalkan untuk mengendalikan
ketinggian fluida pada suatu vessel dengan mengendalikan aliran keluaran
fluida pada vessel tersebut . aliran merupakan variabel termanipulasi

Gambar 10.4 Kontrol Level Menggnakan Kontrol Flow


Sumber. Dokumen Pribadi

5. Offset
Nilai toleransi yang di pertahankan oleh pengendali. Misalkan pengendali
mempertahankan nilai 780C sedangkan setpoint 750C maka Offset adalah 30C.

INSTRUMENTASI DAN
218 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.5. Kondisi Offset


Sumber. instrumentacionycontrol.net

6. Pengendali (Controller)
Merupakan perangkat pengendali yang menerima masukan PV kemudian
dibandingkan dengan SP untuk menghasilkan sinyal kontrol ke penggerak/
final element. Terdapat pengendali pneumatik, elektrik dan programmable.
Pada pengendali dilengkapi dengan algoritma sistem kontrol.
7. Penggerak (Actuator)
Merupakan perangkat yang berfungsi mengendalikan variabel
termanipulasi (MV). Contoh aktuator adalah kontrol katup yang mengatur
bukaan aliran fluida dari 0% hingga 100%.
8. Kontrol Feedforward
Kontrol Feedforward merupakan kontrol dilakukan sebelum terjadinya
error. pengandalikan dilakukan pada variable yang akan menimbulkan
gangguan.

C. Instrumen Sistem Kontrol


Instrumen adalah peralatan yang digunakan dalam kontrol proses seperti
pengendali (Controller), sensor/transmiter, penggerak (actuator) misalkan katup
kontrol, pengubah sinyal (Converter) biasanya terintegrasi dengan katup kontrol
serta sinyal yang digunakan pada instrumentasi kontrol proses

Gambar 10.6. Sistem Kontrol


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 219
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

1. Sinyal Sistem Kontrol


Pada sistem instrumentasi dan otomatisasi proses terdapat tiga jenis
sinyal yang digunakan yaitu:
a. sinyal pneumatik digunakan dengan mengatur tekanan pada pada media
tubing. Tekanan yang digunakan adalah 3-15 Psi sesuai dengan nilai
Upper Range Value (URV) dan Lower Range Value (LRV) dari besaran proses
yang dikendalikan. Sinyal pneumatik digunakan pada daerah yang mudah
terbakar.
b. Sinyal listrik analog mengggunakan arus 4-20 mA yang sesuai dengan URV
dan LRV besaran proses. selain itu tegangan 1-5V , 0-10V juga digunakan.
c. Sinyal digital yang merupakan teknologi terbaru melalui protokol,
FOUNDATION™ Fieldbus, Profibus, DeviceNet, Modbus® dan HART®
(highway Addressable remote transducer) protokol.
2. Konverter Sinyal
Konverter sinyal digunakan untuk menyesuaikan sinyal sinyal kontrol.
Misalkan aktuator yang digunakan dapat menerima sinyal 1-5V sementara
sinyal dari kontroler berupa arus 4-20 mA. Maka perlu di sesuaikan. I/P
Converter mengubah arus 4-20 mA menjadi tekanan udara 3-15 Psi, konveter
idi digunakan pada katup kontrol.

Gambar 10.7. I/P Converter


Sumber. www.info-elektro.com

V/I Converter mengubah tegangan yang dikeluarkan oleh transmitter menjadi


arus misalkan 0-10V menjadi 4-20 mA.

INSTRUMENTASI DAN
220 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.8. V/I Converter


Sumber. www.directindustry.com

3. Sensor/Transmiter
Transmiter merupakan untuk mendeteksi besaran proses yang diukur
dan mengirimkan informasi dalam bentuk sinyal standar analog pneumatik
3-15 Psi atau listrik analog 4-20 mA.
a. Pressure Transmitter
Mengubah tekanan menjadi tegangan atau arus listrik yang sesuai.
Sinyal output biasanya menggunakan arus 4-20mA. Jenis tekanan yang
diukur adalah tekanan absolut dan tekanan diferensial.

(a) Differensial Pressure Transmitter (b) Pressure Transister


Gambar 10.9 Pressure Transmitter
Sumber. worldindustrialstore.com

b. Level Transmitter
Mengukur tinggi permukaan dan di kirimkan dalam bentuk sinyal arus
4-20 mA. Pengukuran dapat menggunakan prinsip pengukuran tekanan,
atau kapasitansi berdasarkan level air, atau menggunakan gelombang
ultrasonic.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 221
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.10 Level Transmitter


Sumber. Instrumentsdirect.com

c. Flow Transmitter
Aliran fluida pada pipa diukr menggunakan flowmeter dan di ubah
menjadi 4-20mA. Metoda pengukuran dapat menggunakan prinsip turbin,
beda tekanan orifice atau magnetik.

Gambar 10.11 Flow Transmitter


Sumber. srsintldirect.com

d. Temperatur Transmitter
Temperatur diukur dan diubah menjadi sinyal arus listrik 4-20 mA.
Sensor menggunakan Thermo couple atau RTD ( Resistance temperatur
Dependent).

INSTRUMENTASI DAN
222 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.12 Temperatur Transmitter


Sumber. En.algomtl.com
4. Katup Kontrol (Control Valve)
Katup kontrol merupakan final elemen yang menerima sinyal dari
pengendali dan melakukan pengaturan terhadap variable termanipulasi /
terkendali (MV). Katup kontrol terdiri dari aktuator pneumatik atau elektrik,
serta katup pengatur. Terdapat 2 Jenis katup kontrol yaitu katup Fail Close (Air
to open) dan katup Fail Open (Air to close).
a. Katup FC (ATO)
Jika tidak ada sinyal tekanan (F) maka katup pada posisi menutup
(C). pemilihan jenis katup mempertimbangkan aksi kontrol dan faktor
keselamatan misalkan pada tanki yang tidak boleh kosong maka
menggunakan katup FC hingga ketika terjadi kegagalan fluida tidak
mengalir. Pada katup FC apabila tekanan kontrol naik maka katup semakin
terbuka.

Gambar 10.13 Control Valve FC


Sumber. millops.community.uaf.edu

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 223
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Katup FO (ATC)
Ketik tidak ada tekanan (F) maka katup pada posisi terbuka (FO). Contoh
penggunaan pada sistem pendingin mesin jika tidak ada teknan kontrol maka
katup terbuka untuk memastikan kondisi mesin tidak kelebihan panas. Pada
katup FO apabila tekanan kontrol naik katup makin tertutup

Gambar 10.14 Control Valve FO


Sumber. millops.community.uaf.edu

5. Pengendali (Controller)
Pengendali membandingkan antara nilai yang dinginkan (setpoint)
dengan dengan nilai aktual (process value) yang akan menghasilkan selisih
(Error). eror akan menjadi acuan untuk mengeluarkan sinyal kontrol.
a. Digital PID Controller
Pengendali dapat berupa perangkat compact digital yang dapat di
atur nilai setpoint, pada pengendali sudah memiliki sistem kontrol PID
yang dapat di set pada mode auto tuning atau mode manual dengan
pengaturan konstanta Kp, Ki, Kd

Gambar 10.15 PID Controller


Sumber. Circuitdigest.com

INSTRUMENTASI DAN
224 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Programmable Logic Controller


PLC yang digunakan pada kontrol proses memiliki I/O analog yang dapat
di program. Metoda pengontrolan dapat di program menggunakan instruksi
PID degan pengaturan parameter manual atau otomatis (PID Tuning). PLC yang
digunakan berupa modular yang dapat ditambahkan dengan beberapa modul
I/O.

Gambar 10.16 Programmable Logic Controller


Sumber: yokogawa.com

Aksi Pengendali dapat ditentukan dengan menentukan perubahan


output pengendali, variabel proses, dan mukaan katup terhadap input jika
perubahan berlawanan maka disebut reverse acting, jika perubahannya
searah direct acting.

Gambar 10.17 Aksi Pengendali


Sumber. Dokumen pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 225
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Pada reverse acting perubahan output berlawanan dangan PV. Jika PV


berubah dari 0 - 100% maka output berubah dari 20 – 4mA. Aksi kontrol direct
acting perubahan output searah dengan PV. Jika PV berubah dari 0 – 100%
maka output pun berubah 4 - 20mA.
6. Indikator
Indikator menunjukan nilai besaran proses yang dapat dibaca langsung
oleh operator. Indikator biasanya dipasang dekat dengan lokasi proses.
Indikator dapat berupa penunjukan analog dengan jarum dan papan skala,
atau berupa tampilan digital berupa angka atau grafik.

Gambar 10.18 Indikator Bar Graph


Sumber. Deepelectronis.com

D. Karakateritik Sistem Kontrol


Karakteristik sistem menggambarkan hubungan antara variabel masukan
dengan variabel keluaran. Dengan pengaruh waktu dapat diketahui karakteristik
dinamik dari suatu sistem kontrol. Sebagai contoh sistem pengisian air pada suatu
tangki dengan debit air yang sama antara tangki besar dengan tangki kecil. Untuk
mencapai level 1 meter tangki besar membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan
demikian sistem kontrol pengisian dua tangki tersebut memiliki karakteristik
dinamik yang berbeda.

INSTRUMENTASI DAN
226 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.19 Karakteristik Pengisian Tangki


Sumber. Dokumen Pribadi

1. Karakteristik Statik
Karakteristik sistem kontrol yang tidak dipengaruhi oleh waktu secara
perhitungan dinyatakan dengan kondisi steady state dan gain. Gain merupakan
perbandingan input dan output pada kondisi tunak. Tujuan perencanaan
karakteristik statik adalah untuk mengetahui batas pengendalian.
Sistem kontrol berikut untuk memanaskan cairan. Valve cv untuk
mengatur aliran steam. Bukaan valve cv merupakan variable bebas. Pada
proses pemanasan suhu cairan merupakan variabel terikat karena di pengaruhi
oleh terdapat suhu T dan faktor laju cairan masukan F, suhu steam TS untuk
mencapai target suhu T.

Gambar 10.20 Sistem Kontrol temperatur


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 227
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

hubungan bukaan valve dapat di gambarkan dengan kurva karakteristik


berikut

Gambar 10.21 Sistem Kontrol temperatur


Sumber. Dokumen Pribadi
Pada simulasi untuk menentukan steady state gain dengan memberikan sinyal
step pada sistem uang menggambarkan kondisi steady state awal dan steady
state akhir.

Gambar 10.22 Sistem Kontrol temperatur


Sumber. Pengendalian Proses

Pada sistem proses terdapat beberapa kemungkinan nilai untuk menentukan


steady state gain berdasarkan titik pengambilan nilai seperti pada gambar
blok diagram kontrol proses berikut

Gambar 10.23 Blok Diagram Kontrol Proses


Sumber. Pengendalian Proses

INSTRUMENTASI DAN
228 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

u = sinyal kontrol
m= Manipulated Variable (MV)
c = Variabel proses (PV)
y = sinyal pengukuran

2. Karakteristik Dinamik
Karakteristik dinamik merupakan karakteristik sistem yang dipengaruhi
oleh waktu, dan dinyatakan dengan dynamic gain. Pengetahuan terhadap
karakteristik dinamik digunakan untuk menentukan cara pengendalian. Untuk
mengetahui karekteristik dinamik suatu sistem dilakukan dengan melakukan
uji coba respon terhadap frekuensi.

Gambar 10.24 Respon Terhadap frekuensi


Sumber. Pengendalian Proses

Jenis Sistem Dinamik


Jenis sistem dinamik dapat ditentukan dari jenis respon pada output.
Berdasarkan kemampuan untuk mencapai kondisi stabil.
Jenis sistem dinamik dapat di kelompokan sebagai berikut
a. Sistem Mantap (self regulating) sistem yang dapat mencapai kondisi
steady state baru setelah terjadi perubahan variabel input.
b. Sistem Tidak Mantap (Non self regulating) yang tidak dapat mencapai
kondisi steady state baru setelah setelah terjadi perubahan variabel
masukan
c. Sistem TIDAK STABIL (Unstable) Sistem yang outputnya berubah secara
eksponensial

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 229
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

E. Simbol ISA
Instrumentation System and Automation society (ISA) merupakan organisasi
yang membuat standarisasi simbol yang digunakan untuk gambar teknik dan
rancangan sistem kontrol. ISA. S5.1 merupakan standar untuk simbol instrumentasi.
Berikut tabel simbol instrumen dan penempatannya.
Tabel 10.1 Simbol Instrumen
Lokasi Instrumen Display PLC Fungsi Komputer
district
Dipasang langsung
di lapangan, dapat
diakses oleh
operator
Dipasang di ruang
kontrol utama,
dapat diakses
operator
Dipasang di ruang
kontrol bantuan,
dapat diakses
operator
Sumber. How to read P&IDs

Tabel 10.2 Simbol Sinyal Instrumen

SIMBOL SINYAL INSTRUMENTASI


Koneksi Proses atau suplai
instrumen
Sinyal Penumatik
Sinyal Listrik
Pipa Kapiler
Sinyal Hidrolik
Elektromagnetik
Data Digital
Sumber. How to read P&IDs

INSTRUMENTASI DAN
230 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Identification Letters
Identification letters merupakan huruf yang terdapat pada simbol
instrumen pada gambar P&ID. Huruf pertama menunjukan proses yang diukur
atau dikendalikan, huruf berikutnya menunjukan fungsi. Misalkan ‘TT’ adalah
Temperatur Transmitter, kemudian ’FIC’ menunjukan instrumen Pressure Indikator
Controller
Tag Numbers
Tag numbers merupakan nomor pada simbol instrumen, instrumen yang
bekerja pada loop kontrol tertentu memiliki tag yang sama.
Tabel 10.3 Identification Number

Pengukuran Huruf Pertama Huruf Berikutnya


Proses
Trans- Control- Indi- Control- Recor- Calcula-
mitter ler kator Valve der tion
(T) (C) (I) (V) (R) (Y)

Analisys A AT AC AI AV AR AY
Density D DT DC DI DV DR DY
Flow F FT FC FI FV FR FY
Level L LT LC LI LV LR LY
Pressure P PT PC PI PV PR PY
Temperature T TT TC TI TV TR TY

Berikut adalah gambar P&ID sistem kontrol temperatur menggunakan simbol


standar ISA

Gambar 10.25 Sistem Kontrol Temperatur


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 231
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

F. Sistem Kontrol Dasar


1. Sistem Kontrol Tekanan
Sistem kontrol tekanan dapat bereaksi secara spontan atau ada delay
waktu. Tekanan pada pipa diukur oleh pressure transmiter dan dikirim dalam
bentuk sinyal arus listrik 4-20mA ke pneumatik kontroler dan mengeluarkan
output berupa tekanan pneumatik 3-15Psi untuk mengatur bukaan Relief Valve

Gambar 10.26 Sistem Kontrol Tekanan


Sumber. Process Control Fundamental

Sistem kontrol tekanan digambarkan dengan simbol yang sesuai dengan


standar gambar P&ID.

Gambar 10.27 Gambar P&ID Sistem Kontrol Tekanan


Sumber. Dokumen Pribadi

2. Sistem Kontrol Aliran


Aliran pada pipa diukur oleh Flow transmitter sinyal dikirim dalam bentuk
sinyal arus 4-20mA ke kontroler untuk mengatur bukaan valve menggunakan
sinyal pneumatik.

INSTRUMENTASI DAN
232 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.28 Sistem Kontrol Aliran


Sumber. Process Control Fundamental

Sistem kontrol aliran digambarkan dengan simbol yang sesuai dengan


standar gambar P&ID.

Gambar 10.29 Gambar P&ID Sistem Kontrol Aliran


Sumber. Dokumen Pribadi

3. Sistem Kontrol Tinggi Permukaan


Tinggi permukaan diukur menggunakan Differential Pressure Transmitter
dan dikirimkan dalam bentuk sinyal arus ke level Controller. Level Controller
mengirimkan sinyal untuk mengatur valve.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 233
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.30 Sistem Kontrol Tinggi Permukaan


Sumber. Process Control Fundamental

Sistem kontrol tinggi permukaan digambarkan dengan simbol yang


sesuai dengan standar gambar P&ID. Sinyal control control mengunakan arus
4-20 mA

Gambar 10.31 Gambar P&ID Sistem Kontrol Tinggi Permukaan


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
234 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

4. Sistem Kontrol Temperatur


Temperatur diukur menggunakan temperatur transmitter dan dikirim
dalam bentuk sinyal arus 4-20mA. Kontroler mengeluarkan sinyal untuk
menggerakan control valve.

Gambar 10.32 Sistem Kontrol Temperatur


Sumber. Process Control Fundamental

Sistem kontrol tinggi permukaan digambarkan dengan simbol yang


sesuai dengan standar gambar P&ID. Sinyal control mengunakan arus 4-20
mA.

Gambar 10.33 Gambar P&ID Sistem Kontrol Temperatur


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 235
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

G. Desain Sistem Kontrol


Desain sistem kontrol jenis instrumen, sinyal serta besaran yang di kendalikan.
Desain menggunakan Software gambar p&ID diantaranya menggunakan Microsoft
Visio berikut ini gambar pengaturan temperatur yang akan di gambar menggunakan
standar simbol P&ID.

Gambar 10.34 Gambar Sistem Kontrol Temperatur


Sumber. www.dwyer-inst.co.uk

1. Jalankan program Visio melalui start program Microsoft Office  Microsoft


Visio

Gambar 10.35 memilih Template P&ID


Sumber. Dokumen Pribadi

2. Pilih Template Piping and instrumentation Diagram  Create


3. Pilih simbol yang akan digunakan, tarik ke lembar kerja

INSTRUMENTASI DAN
236 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 10.36 Jendela Shape dan Lembar kerja Visio


Sumber. Dokumen Pribadi

4. Pada jendela shape Pilih simbol P&ID yang akan digunakan. Pilih Heat
Exchanger pilih Bolier.

Gambar 10.37 Pemilihan Simbol P&ID


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 237
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

5. Lanjutkan penempatan Pump centrifugal, Relief valve, Valve diphragm,


Instrument
6. Klik kanan pada instrumen  Set Instrument Type untuk pengaturan tag
number, identification letter, lokasi pemasangan

Gambar 10.38 Pengaturan Tag number dan identification Number


Sumber. Dokumen Pribadi

7. Pemipaan menggunakan shape Pipeline. Untuk pemgaturan ukuran pipa


dilakukan melalui menu Line  Weight

Gambar 10.39 Pengaturan Garis Pipa


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
238 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

8. Jalur sinyal electric, pneumatik, kapiler dipilih melalui menu Shape 


instrument

Gambar 10.40 Pemilihan Simbol Sinyal


Sumber. Dokumen Pribadi

9. Hubungkan setiap simbol gambar sesuai jalur pipa dan kontrol sehingga
membentuk gambar P&ID kontrol temperatur

Gambar 10.41 Gambar P&ID Kontrol Temperatur


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 239
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

TUGAS MANDIRI 1

Buatlah gambar P&ID dari sistem kontrol seperti gambar berikut

CAKRAWALA
PERKEMBANGAN KONTROL PROSES

Perkembangan kontrol proses berawal dari pengontrolan air menggunakan float


Valve untuk mengatur level air pada peralatan jam air pada abad ke 3 sebelum
masehi. Pada tahun 1620, Cornlis Drebbel menemukan thermostat bimetal untuk
mengatur pemanas.pada tahun 1981 Denis Papin penemu pressure coocker
menemukan pengatur tekanan berupa pemberat pada wadah tekanan tinggi.
Konsep pengontrolan dengan model matematis di perkenalkan oleh Nicolas
Minorsky dengan sistem kontrol PID (proportional, Integral, Derivatif) yang masih
digunakan hingga saat ini. Kontrol proses era modern menggunakan pengontrolan
terdistribusi untuk melakukan pengontrolan skala luas dengan sistem monitor dan
remote terminal yang dilakukan dari ruang kontrol

Gambar 10.34 Ruang Kontrol


Sumber. Wikipedia

INSTRUMENTASI DAN
240 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

RANGKUMAN

Proses merupakan sistem untuk mengolah suatu bahan menjadi produk. Bahan
dapat berupa cair, padat, gas, di alirkan diukur, dicampur, dipanaskan, didinginkan,
diproses sedemikian rupa menghasilkan produk. Sistem kontrol akan membuat
proses dapat bekerja terus menerus dan konsisten. Sistem kontrol proses terdiri
dari berbagai peralatan untuk mengukur besaran (sensor/ transmitter), mengolah
sinyal input menjadi output (Controller), pengubah sinyal (Converter) dan aktuatur
serta sinyal kontrol berupa arus, tegangan, pneumatik, dan digital. Aksi kontrol
yang dilakukan yaitu direct acting yaitu perubahan output searah dengan input,
serta reverse acting yaitu perubahan output berlawanan dengan perubahan input.

JELAJAH INTERNET

Kunjungi tautan berikut untuk menambah pemahaman dan keterampilan


mengenai sistem kontrol proses.
https://www.youtube.com/watch?v=UEksa7A4Ts0&t=41s
https://www.youtube.com/watch?v=cMOaj5fiuqc
https://www.youtube.com/
watch?v=bEnRRI7XXRs&list=PLDiXbC2f4yX1MDpoxb6j26PTzmkRp5Qxi

TUGAS MANDIRI 2

Rancang sistem kontrol level dari tangki yang memiliki jalur input output cairan.
Control valve terletak pada input cairan. Sensor menggunakan DP transmitter

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 241
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Jelaskan apa yang di maksud loop kontrol!
2. Jelaskan fungsi dari transmitter!
3. Jelaskan jenis sinyal yang digunakan pada sistem kontrol proses!
4. Gambarkan sistem kontrol temperature!
5. Jelaskan karakteristik statik dan dinamik pada sistem kontrol!

REFLEKSI

Setelah mempelajari bab mengenai sistem kontrol proses, cobalah jelajahi


dunia internet materi tersebut, agar anda dapat dengan mudah mengaplikasikan
konsenya. Perhatikanlah dilingkungan sekitar anda, apa saja penerapan konsep
sistem kontrol proses ini? Jika masih menemui kesulitan, diskusikan kembali
materi yang tidak anda ketahui bersama teman dan guru anda. Selamat Belajar!

INSTRUMENTASI DAN
242 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MIKROPROSESOR
BAB
XI

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi mengenai mikroprosesor, maka siswa diharapkan


dapat menjelaskan bagian – bagian mikroprosesor, mengaplikasikan mikroprose-
sor serta dapat mengoperasikan sistem mikroprosesor pada sistem pengendali.

PETA KONSEP

MIKROPROSESOR

BAGIAN BAGIAN PEMROGRAMAN


MIKROPROSESOR MIKROPROSESOR

KATA KUNCI
Mikroprosesor, Z-80, 8086, ALU, Register, Memori

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 243
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Sistem elektronika digital berkembang dengan pesat dengan penggunaan mikro-


prosesor di berbagai peralatan elektronika termasuk pada peralatan kontrol, sistem
kontrol yang rumit jika di implementasikan dengan sistem analog atau digital kon-
vensional, saat ini dapat di realisasikan dengan menggunakan sistem mikrokomputer.
Peralatan kontrol elektronika digital seperti Kontroler, PLC, DCS, Transmiter, menggu-
nakan mikroprosesor sebagai pusat pengendalinya.

Gambar 11.1PLC Modular


Sumber. Ilmuotomasi.com

A. Bagian Bagian Mikroprosesor


Mikroprosesor merupakan komponen elektronika digital yang bekerja mem-
proses informasi dan mengeluarkan output berdasarkan instruksi yang sudah ter-
simpan. Mikroprosesor bekerja dan berkomunikasi menggunakan sinyal digital. Se-
tiap mikroprosesor memiliki instruksi dalam bentuk data biner yang disebut bahasa
mesin. Prosesor terdiri dari jutaan transistor dalam bentuk integrated circuit (IC).
Prosesor berfungsi sebagai unit pegolah pusat atau Central Processing Unit (CPU)
bagian dari sistem komputer yang didukung perangkat lainnya yaitu memori dan
I/O.
CPU

ALU + CU
RAM Register ROM

Input/Output

Gambar 11.1 Blok Diagram CPU


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada mikroprosesor terdapat ALU Aritmethic Logic Unit (ALU) dan Control
Unit (CU). ALU berfungsi melakukan operasi aritmetika dan logika terhadap data
yang diterima dari perangkat input atau memori. CU berfungsi mengontrol aliran
data dan instruksi pada mikroprosesor. CU membaca instruksi dari pada ROM dan
mengeksekusinya. Data yang akan diolah atau hasil pengolahan akan di simpan di
RAM. I/O berfungsi sebagai perantara antara sistem mikroprosesor dengan perang-
kat luar. Random Access memory (RAM) berfungsi sebagai tempat penyimpanan

INSTRUMENTASI DAN
244 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

data sementara. Instruksi tersimpan di Read Only Memori (ROM) yang dapat meny-
impan instruksi/program secara permanen.
Terdapat beberapa jenis mikroprosesor yang dinyatakan dengan lebar data
yang dapat diolah pada mikroprosesor. Terdapat mikroprosesor 4bit, 8bit, 16bit,
32bit dan 64bit. Pada mikroprosesor 8 bit, ALU dapat memproses data 8 bit setiap
waktu. Jika menggunakan data 16 bit maka 8 bit pertama akan di proses kemudian
8 bit berikutya maka terjadi dua kali proses. Maka mikroprosesor dengan lebar data
yang besar akan semakin cepat memroses data.
Dengan perkembangan teknologi maka mikroprosesor pun dikembangkan
oleh berbagai vendor dengan peningkatan lebar data dan kecepatan eksekusi.
Tabel 11.1 Contoh Mikroprosesor
Sumber. Dokumen Pribadi

PERUSAHAAN MIKROPROSESOR
INTEL 4004 ( 4 bit), 80088 (8 bit), 8080A, 8048(8
bit),8088(16 bit internal), 80386 (32 bit)
MOTOROLA 6800 (5V mikroprosesor), MC68020 (32
bit)
National Semiconductor PACE (16 bit)
RCA 8048 (Teknologi MOS)
NATIONAL 32032 (32 bit)
ZILOG Z-80 (8 bit)

Setiap bagian pada sistem komputer saling berkomunikasi menggunakan jalur yang
di sebut Bus. Address Bus digunakan untuk mengirimkan alamat memori yang akan
di akses datanya. Data Bus digunakan untuk menerima dan mengirim data. Control
Bus digunakan sebagai jalur kontrol sinyal antara mikroprosesor dengan perangkat
lain.
RAM CPU ROM Input/Output
ALU + CU
Register

Address
Bus
Data Bus

Control Bus Gambar 11.2 Blok Diagram CPU


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 245
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

B. Mikroprosesor Z-0
Mikroprosesor Z-80 yang di keluarkanoleh perusahan zilog adalah mikropros-
esor 16 bit yang memiliki lebar data 8 bit dengan alamat 16 bit artinya memiliki
65536 lokasi memori atau 64 KByte memori.
1. Arsitektur Z-80
Mikroprosesor memiliki aritmetic Logic Unit (ALU ) yang berfungsi untuk
melakukan operasi logika dan matematika. Serta memiliki register yang digu-
nakan untuk menyimpan data sementara selama proses kalkulasi.

Gambar 11.3 Blok Diagram Z80


Sumber. Z80 CPU User Manual

Register merupakan jenis memori kecepatan tinggi yang berperan meny-


impan data selama proses perhitungan. Pada mikroprosesor Z80 memiliki 18
register 8 bit yaitu register A, B, C, D, E, H, L, F, I, R yang berkapasitas 8 bit dan
dilengkapi dengan 4 register 16 bit, yaitu register IX, IY, SP, dan PC.

Gambar 11.4 Register Z80


Sumber. Z80 CPU User Manual

INSTRUMENTASI DAN
246 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
2. Register Mikroprosesor Z-80
a. Program Counter (PC)
Berfungsi menyimpan 16 bit alamt instruksi yang sedang di jalankan. PC
akan bertambah secara otomatis untuk mengakses alamat instruksi selanjut-
nya.
b. Stack Pinter (SP)
Berfungsi menyimpan alamat 16 bit dari alamat dari stack ( tumpukan )
pengaturan stack menggunakan LIFO (Last In First Out). Dengan perintah PUSH
untuk menyimpan ke stack dan POP untuk mengambil data dari stack
c. Index Register (IX dan IY)
Berfungsi menyimpan 16 bit alamat indek pada mode pengalamatan in-
dex addressing. Register IX IY menyimpan alamat indek untuk mengakses lo-
kasi memori dimana data akan di simpan atau di ambil.
d. Interupt Register (I)
Ketika program sedang berjalan dapat terjadi interupsi yang kemudian
program akan menjalankan instruksi pada interupt tersebut. Setelah selesai
program akan kembali ke program semula. Interupsi dapat terjadi dari dalam
atau dari luar CPU
e. Memory refresh Register (R)
Berfungsi sebagai counter untuk merefresh DRAM, ketika proses eksesku-
si, data memori di baca dan disimpan kembali pada alamat yang sama tanpa
mengalami perubahan. Hal ini berfungsi untuk menjaga data pada memori
tesebut.
f. Accumulator dan Flag register
Accumumulator berfungsi untuk sebagai memori untuk menyimpan data
hasil perhitungan logika dan aritmatika. Register dapat digabungkan antara
register A dan Register B menjadi 16 Bit. Flag register berfungsi sebagai pen-
anda dari dari suatu kondisi operasi 8 bit atau 16 bit
Register Fungsi Khusus
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara. memori menggu-
nakan 8 bit atau menggabungkan 2 register untuk memori 16 bit.
3. Aritmetic Logic Unit (ALU)
Berfungsi sebagai lokasi untuk operasi logika dan aritmatika. ALU berko-
munikasi dengan register dan memori eksternal untuk menggunakan data bus.
Jenis operasi yang dilakukan pada ALU antara lain penambahan, pengurangan,
tambah 1, kurang 1, perbandingan, operasi logika AND, OR, XOR, gesert bit kiri
atau kanan, tes bit, reset bit,.
4. Pin Mikroprosesor Z80
Mikroprosesor Z-80 terdiri dari 40 pin yang memiliki fungsi tertentu antara
lain untuk akses alamat memori dan data, serta pin yang berfungsi sebagai kon-
trol.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 247
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.5 Pin Out Z80


Sumber. Z80 CPU User Manual

A15–A0. Address Bus (output, active High, tristate). A15–A0 address bus
16-bit Address untuk mengakses alamat memori hingga 64 KByte juga digu-
nakan untuk mengakses alamat I/O.
D7–D0. Data Bus (input/output, active High, tristate). D7–D0 merupakan
8-bit bidirectional data bus untuk pertukaran data memory and I/O.
CLK. Clock (input). Frekuensi mikroprosesor
WR. Write (output, active Low, tristate). Sinyal untuk menyimpan data ke
memori.ketika data telah siap pada data bus maka dengan WR data di tulis ke
memori.
WAIT. WAIT (input, active Low). WAIT Sinyal yang dikirimkan oleh memori
atau I/O eksternal yang menandakan data belum siap dikirim dari eksternal. CPU
akan tetap menunggu selama sinyal aktif.
RFSH. Refresh (output, active Low). RFSH, bersama dengan MREQ, penanda
proses refresh memori
RESET. Reset (input, active Low). RESET untuk mengatur kondisi awal CPU

INSTRUMENTASI DAN
248 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
antara lain mengembalikan nilai flip flop, mengembalikan nilai PC serta register
I dan R , mengembalikan status interupsi ke mode 0.
RD. Read (output, active Low, tristate). RD digunakan untuk membaca data
dari alamat memori. Setelah mengirimkan alamat melalui address bus, selanjt-
nya menggunakan sinyal RD agar memori menyediakan data pada alamat terse-
but.
NMI. Nonmaskable Interrupt (input, negative edge-triggered). Saat terjadi
sinyal interupsi dari high ke low maka eksekusi prograam akan lompat ke alamat
0066h dan menjalankan instruksi di alamat tersebut.
MREQ. Memory Request (output, active Low, tristate). MREQ dari CPU yang
menandakan pada address bus sudah ada alamat memori untuk dilakukan oper-
asi membaca atau menyimpan.
5. Sistem Minimum Z80
Mikroprosesor Z80 harus dilengkapi dengan perangkat lain agar dapat di-
gunakan. Berikut ini adalah sistem minimum CPU Z80

Gambar 11.6 Sistem Minimum Z80


Sumber. . Z80 CPU User Manual

Sistem minimum terdiri dari Power supply 5V, CPU Z80, Memori , I/O dan
oscillator. Perangkat pada sistem minimum membutuhkan tegangan 5V
6. Mode Pengalamatan
Terdapat beberapa mode pengalamatan pada pemrograman Z80 yaitu
a. Immediate Addressing, transfer operand berupa konstanta 8 bit ke lokasi
memori
Contoh mnemonic: LD A, 20 H : isi register A dengan operand 20H
A 20H

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 249
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Immediate Extended Addressing, transfer operand berupa konstanta 16 bit


ke lokasi memori 16 bit
Contoh mnemonic: LD HL, 1223H H 12H , L 23H
c. Extended Addressing , transfer operand yang alamatnya di tunjukan pada
operand 16bit
Contoh mnemonic: LD A, (1220)
d. Index Addressing , Transfer operand ke memori yang alamatnya index regis-
ter IX atau IY
Contoh mnemonic:LD (IX+02H),E
e. Register Addressing , transfer operand antar register
Contoh mnemonic: LD A, B
f. Register Indirect Addressing, Transfer operand ke alamat yang di tunjukan
oleh register
Contoh mnemonic: LD (HL), A
g. Bit addressing, untuk mengubah kondisi bit pada register
Contoh mnemonic: SET 4, L
7. Pemrograman Z80
Mikroprosesor Z80 memiliki 158 jenis instruksi yang dikelompokan se-
bagai berikut
a. Transfer data 8 bit
b. Transfer data 16 bit
c. Pertukaran data
d. Operasi – operasi arithmetic dan logic 8 bit
e. Operasi - operasi arithmetic 16 bit
f. Rotate dan shift
g. Bit set, reset, dan operasi – operasi test.
h. Jump, Call, return dan restart
i. Operasi – operasi input dan output

a. Program Transfer Data Langsung


Data / Operand dapat di trasfer kan antar alamat atau antar register.
Setelah terjadi intruksi transfer data maka alamat atau register tujuan akan
berisi data baru sedangkan alamat atau register asal tetap berisi data semu-
la. Untuk mensimulasikan transfer data menggunakan software simulasi Z80
simulator IDE dari OshonSoft
Menjalankan aplikasi Z80 Simulator IDE. Dari Start menu Z80 sim-
ulator IDE. Pilih menu Tools Assembler, akan terbuka editor Assembler.
Program di ketikan pada assembler editor

INSTRUMENTASI DAN
250 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.7 Program Transfer Data


Sumber. Dokumen Pribadi

Simpan program kemudian lakukan compile untuk memeriksa sintak


program dari menu Tools Assemble, pastikan tidak ada kesalahan. Jika ter-
dapat kesalahan maka akan di tampilkan pada assembler editor

Gambar 11.8 Hasil Compile Program Transfer Data


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 251
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Kembali pada Z80 simulator IDE pilih menu File Load Program kemu-
dian pilih file dengan ekstensi *.obj
Menjalankan program dapat dilakukan secara manual atau berjalan den-
gan sendirinya. Pilih menu simulation Start untuk menjalankan simulasi.
Simulasi dapat dapat dijalankan per step dengan menekan keyboard F2. Un-
tuk menjalankan CPU secara madiri dapat dipilih kecepatnya pada menu Rate
Setelah program dijalanka hingga selesai , terjadi perubahan pada reg-
ister A-L

Gambar 11.9 Kondisi Register Z80


Sumber. Dokumen Pribadi

b. Program Transfer Data Antar Register


Transfer data dapat dilakukan antar register baik 8 bit atau 16 bit berikut
pada assembler editor

INSTRUMENTASI DAN
252 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.10 program Transfer Data register


Sumber. Dokumen Pribadi

Data 05H di transfer ke register A kemudian data pada register A di trans-


fer ke Register B. Berikutnya data CFH di transfer ke register C kemudian data
pada register C di transfer ke register E. Data pada register E di transfer ke
register H
Jalankan program, perhatikan perubahan pada register,

Gambar 11.11 Kondisi Register Z80 Operasi Register


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 253
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

c. Operasi Logika
Operasi logika terdiri dari operasi NOT OR AND XOR , penanda dari op-
erasi logika dan aritmatika di simpan diregister flag. Operasi logika dilakukan
pada data di register

Tabel 11.1 Register Flag


Sumber. Dokumen Pribadi

Bit 7 Bit 6 Bit 5 Bit 4 Bit 3 Bit 2 Bit 1 Bit 0

S Z - H - P/V N C
BIT FLAG KETERANGAN

0 C 0 : operasi aritmatik/logika tidak terjadi carry

1 : operasi aritmatik/logik terjadi carry

1 N 0 : operasi yang telah terjadi bukan substract

1 : operasi yang telah terjadi adalah substract

2 PV 0 : parity even/genap tidak terjadi overflow

1 : parity old/ganjil terjadi overflow

3 - TIDAK DIGUNAKAN
4 H 0 : add/substract non carry di bit 4 Reg. A

1 : add/substract ada carry di bit 4 Reg. A

5 - TIDAK DIGUNAKAN

6 Z 0 : hasil operasi aritmatik/logik tidak nol

1 : hasil operasi aritmatik/logik sama dengan nol

7 S 0 : hasil operasi aritmatik/logik adalah positif

1 : hasil operasi aritmatik/logik adalah negatif

Operasi logika dilakukan pada isi register dan akan men-


gubah isi register flag setelah operasi logika Ketikan pro-
gram operasi logika AND berikut pada assembler editor

INSTRUMENTASI DAN
254 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.12 Program Operasi Logika AND


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada program data 01A di transfer ke register B kemudian data register B di


transfer ke register E. Data 01H di transfer ke register A. Operasi AND di terap-
kan pada data di register A dengan data 0FH. Jalankan assemble and load pas-
tikan tidak ada kesalahan. Pada instruksi logika dan aritmatika akan mengubah
register flag. Berikut adalah perubahan register flag pada operasi logika AND.

Tabel 11.2 Perubahan Register Flag Operasi AND


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUKSI S Z - H - PV N C

LD B,1AH 1 1 1 1 1 1 1 1

LD E,B 1 1 1 1 1 1 1 1

LD A,01H 1 1 1 1 1 1 1 1

AND 0FH 0 0 1 1 1 0 0 0

INC E 0 0 1 0 1 0 0 0

d. Operasi Aritmatika
Pada Z80 dapat melaksanakan operasi aritmatika penjumlah-
an, pengurangan tambah 1 , kurangi 1 dan perbandingan. Seti-
ap operasi aritmatika akan mengurangi bit pada register flag.
Ketikan program penambahan berikut pada assembler editor

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 255
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.13 Program Penambahan


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada program data 20H di transfer ke register A kemudian data 04H di trans-
fer ke register B. berikutnya isi register A di tambahkan dengan isi register
B hasilnya simpan kembali di A. berikutnya isi register A di tambah satu.
Bagian berikutnya data 24H di transfer ke register A dan dilakukn pen-
gurangan isi register A dengan isi register B. hasilnya simpan kemba-
li di A. operasi logika dan aritmatika akan mempengaruhi bit regis-
ter flag. Pada tabel berikut perubaghan register flag operasi aritmatika.

Tabel 11.3 Perubahan Register Flag Operasi Penambahan


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUKSI S Z - H - PV N C
LD A,20H 1 1 1 1 1 1 1 1
LD B,04H 1 1 1 1 1 1 1 1
ADD A,B 0 0 1 0 1 0 0 0
INC A 0 0 1 0 1 0 0 0
LD A,24H 0 0 1 0 1 0 0 0
SUB B 0 0 1 0 1 0 1 0

e. Program 4 LED Berjalan


Program output data di tunjukan untuk menyalakan LED bergeser dari kanan
ke kiri. Data nyala LED di tentukan dengan perintah .db (define byte). Jalank-
an aplikasi Z80 simulator kemudian ketikan program output data berikut

INSTRUMENTASI DAN
256 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.14 Program LED Berjalan


Sumber. Dokumen Pribadi

Lampu LED nyala bila mendapat logika 1 data untuk menyalakan LED di
tentukan dengan perintah .db. pada awal program data 08H di transfer ke
register D sebagai counter. Alamat awal data nyala LED di transfer ke reg-
ister BC kemudian data pada register BC di transfer ke register A. data
dari register A di transfer menjadi output ke alamat eksternal 01H. Data
BC di naikan 1 untuk menggunakan alamat .db berikutnya dan Counter
D di kurang 1. Lakukan Assemble and load pastikan tidak ada kesalahan.
Atur tampilan LED pada menu peripheral device melalui menu Tools.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 257
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.15 Pengaturan peripheral Device


Sumber. Dokumen Pribadi

Aktifkan peripheral device dengan memilih Off masukan alamat out-


put 01H sesuai program. Pastikan perangkat pada option OUT

Gambar 11.16 Pengaturan Alamat peripheral Device


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
258 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Atur kecepatan eksekusi pada posisi normal melalui menu Rate Normal
Jalankan simulasi dengan memilih start dari menu simu-
lation. Maka LED akan nyala bergantian dari kanan ke kiri.
f. Program 5 Input Data
Program input data berikut menerima data dari alamat 01 H kemudian di
proses tambah 1 selanjutnya menjadi output ke alamat 02h menyalakan LED.

Gambar 11.17 Program Input Data


Sumber. Dokumen Pribadi

Data di terima dan disimpan di register A, kemudian di lakukan operasi OR den-


gan isi register B yang berisi 00H, untuk mendapatkan status pada zero Flag. Jika
bit Z tidak 0 maka acumulator di tambah 1 kemudian di tampilkan di alamat 02H.
Atur kecepatan eksekusi pada posisi normal melalui menu Rate Normal
Jalankan simulasi dengan memilih start dari menu simulation. Pengatur-
an input output dilakukan pada peripheral device dengan alamat yang di
sesuaikan pada program. Klik pada bit alamat 01H untuk mensimulasikan
input. Pada almat 02H akan menampilkan output dari data input tambah 1

Gambar 11.18 Simulasi Input Data


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 259
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

C. Mikroprosesor Intel 8086


Mikroprosesor 8086 menggunakan lebar data 16 bit artinya setiap bagian bagian in-
ternal seperti ALU, Register, Data Bus serta instruksi menggunakan 16 bit. Address bus
menggunakan 20 bit hingga dapat mengakses memori hingga 1.048.567 alamat, Intel
8086 dapat beroperasi dengan frekuensi 5-10 MHz. CPU memiliki pin sebanyak 40 pin.

Gambar 11.19 Mikroprosesor 8086


Sumber. www.uobabylon.edu.iq

INSTRUMENTASI DAN
260 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
Pin data di gabungkan dengan pin alamat. Data bus mulai AD0-AD7, Address
bus mulai AD0 – A19. Untuk beroprasi CPU membutuhkan sinyal detak pada
pin CLK. Pin MN/-MX digunakan untuk memilih mode operasi. Jika mode min-
imum di hubungkan dengan VCC 5v, jika mode maksimum dihubungkan ke
0V. Pin reset untuk memberi nilai 0 pada nilai register DS ES SS IP dan Flag.
Pin DEN digunakan untuk memindahkan data dari data bus ke mikropros-
esor atau sebaliknya dari mikroprosesor ke data bus. Sinyal DEN aktif saat
sinyal RD diberikan, dan dikembalikan ke high ketika data sudah dipindah-
kan. Pada operasi tulis, nilai sinyal DEN aktif selama sinyal WR diberikan.
Pin M/IO digunakan untuk memilih memori atau port yang akan diak-
ses oleh mikroprosesor. Jika mengakses memori, pin M/IO menjadi high,
jika mengakses IO pin menjadi low. Sinyal RD menjadi low untuk trans-
fer data dari memori atau IO ke mikroprosesor. Sementara sinyal WR digu-
nakan untuk menulis, tranfer data dari mikroprosesor ke memori atau IO.

1. Sistem Minimum Mikroprosesor 8086


Mikroprosesor 8086 memerlukan komponen lain untuk memben-
tuk sistem komputer. Sistem minimun mikroprosesor 8086 ter-
diri dari CPU, memori, Pembangkit detak, Buffer dan Latch.
Pin kontrol pada mikroprosesor 8086 dihubungkan ke komponen
lain secara langsung, misalnya pin M/IO, RD, WR, dan INTA. Se-
bagian pin lain dihubungkan melalui komponen buffer dan latch

Gambar 11.20 Sistem Minimum Mikroprosesor 8086


Sumber. www.uobabylon.edu.iq

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 261
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Komponen buffer dan latch tersebut digunakan ketika mengakses bus


data dan bus alamat secara bergantian pada pin AD mikroprosesor.
2. General Purpose register
CPU 8086 memiliki 4 General purpose register yaitu AX, BX, CX dan
DX yang dapat menggunakan pengalamatan 8 bit dan 16 bit. Seti-
ap register 16 bit terdiri dari 8 bit bagian atas dan 8 bit bagian bawah.
Contoh register AX 16 bit terdiri dari register AL 8 bit dan AH 8 bit.
Register AX digunakan untuk operasi input/output dan operasi logika dan aritmatika
Register BX digunakan penyimpanan juga digunakan sebagai address register
Register CX digunaan sebagai counter pada operasi yang mem-
butuhkan loop count untuk menghitung perulangan program
Register DX sebagai data register untuk opera-
si input output serta pembagian dan perkalian.

Gambar 11.21 Register Mikroprosesor 8086


Sumber. www.uobabylon.edu.iq

INSTRUMENTASI DAN
262 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

3. Instruksi Mikroprosesor 8086


a. Instruksi MOV
Instruksi untuk mentransfer data dari asal ke tu-
juan. Pada prosesor 8086 instruksi MOV antara lain
MOV REG, memori
MOV memori, Register
MOV Register, register
MOV memori, Data
MOV Register, Data
REG: AX, BX, CX, DX, AH, AL, BL, BH, CH, CL, DH, DL, DI, SI, BP, SP.
memory: [BX], [BX+SI+7], variabel
immediate: 5, -24, 3Fh, 10001101b

Program Transfer Data


ORG 0000h
MOV AX, 0B800h ; Data 0B800H di transfer ke reg AX.
MOV DS, AX ; Data di trannsfer dari AX to DS.
MOV CL, ‘A’ ; Data karakter A ASCII atau 41h transfer ke CL.
MOV CH, 11011111b ;Transfer binary ke register CH.
MOV BX, 15Eh ;Transfer data 111H set BX to 111h.
MOV [BX], CX ; ;Transfer data dari CX ke alamat yang tersim-
pan di BX
END
Jalankan program emu8086 New Empty Workspace, kemudian program di ketik
pada jendela editor. Setelah disimpan jalankan simulasi dengan memilih emulate

Gambar 11.22 Program Transfer Data Mikroprosesor 8086


Sumber. Dokumen Pribadi

Jalankan simulasi program menggunakan Step atau Run.


Menu step untuk menjalankan program per step dengan klik
mouse, sedngkan menu run untuk menjalankan terus menerus.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 263
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 11.23 Simulasi operasi transfer Data 8086


Sumber. Dokumen pribadi

b. Operasi Logika dan Aritmatika


Setiap operasi logika dan aritmatika akan mempengaruhi keadaan reg-
ister flag. Pada mikroprosesor 8086 memiliki register flag 16 bit

Gambar 11.24 Register Flag 8086


Sumber. www.uobabylon.edu.iq

Setiap bit pada register flag memiliki fungsi sebagai penanda hasil oper-
asi logika aritmatika. Instruksi logika aritmetika antara lain Instruksi ADD,
SUB,CMP, AND, TEST, OR, XOR Instruksi tersebut dapat dilakukan antara
Register memori, memori Register, Register Register ,memori Data,
Register Data. Setelah dilaksanakan operasi hasilnya disimpan di op-
eran pertama Bit Flag yang akan berubah adalah CF, ZF, SF, OF, PF, AF.

Berikut merupakan program penambahan pada register


ORG 00H
MOV AX, 0001H ; data 0001H di transfer ke register AX

INSTRUMENTASI DAN
264 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

MOV BX, 0100H ; data 0100H di transfer ke register BX


ADD AX, BX ; Tambahkan isi AX dan BX hasilnya simpan di AX
MOV DX, AX : data di AX di transfer ke DX
END
Kondisi AX dan DX terisi oleh data hasil operasi penambahan.

Gambar 11.24 Register Flag 8086


Sumber. www.uobabylon.edu.iq

CAKRAWALA

Sejarah INTEL

Tahukah anda bahwa setiap rumah menggunakan lebih dari satu mikroprosesor.
Mikroprosesor tersebut sudah tertanam pada peralatan yang digunakan sehari hari.
Pada tahun 1957 perusahaan Fairchil semiconductor membuat IC Pertama yang
merupakan awal perkembangan mikroprosesor. Karyawan fairchild semiconduk-
tor yaitu Gordon Moore, robert Noyce dan Andrew Grove mengundurkan diri dan
mendirikan perusahaan Integrated Electronics atau INTEL. Pada tahun 1971 INTEL
mengeluarkan produk mikroprosesor pertama adalah intel 4004 dengan data 4 bit.

Gambar 11.26 Mikroprosesor Intel 4004


Sumber. Intel.co.id

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 265
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

Tahun 1972 INTEL kembali mengeluarkan mikroprosesor 8088 den-


gan lebar data 8 bit yang diikuti oleh INTEL 8080. Selain itu perusahaan lain
juga memperkenalkan prosesor 6800 dari motorola dan Z80 dari ZILOG.

Gambar 11.27 Mikroprosesor Intel 4004


Sumber. antiquetech.com

Saat ini prosesor memiliki lebar data 64 bit yang banyak digunakan un-
tuk peralatan sehari hari bik pada telepon pintar atau komputer pribadi.

JELAJAH INTERNET

Silahkan kunjungi tautan berikut untuk menambah pemahaman dan keterampilan


mengenai mikroprosesor
https://www.youtube.com/watch?v=ThUSyV81tIc&list=PLajZfknhluUSY6weDgx3xY-
uRsaXUwU8mh&index=1
https://www.youtube.com/watch?v=-oesAzp2cnU&t=289s
https://www.youtube.com/watch?v=AZb4NLXx1aM&t=769s

INSTRUMENTASI DAN
266 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM
1. Program menghitung persegi panjang
a. Buatlah program untuk menghitung keliling persegi panjang dengan lebar 10H
dan panjang 15H
b. Simpan hasilnya di alamat 1000H
2. Program Operasi OR 2 Byte
a. Buatlah program untuk melakukan operasi OR antara data 2 byte di input di
peripheral device
b. Simpan hasilnya di register E.
3. Flip Flop
Program untuk menyalakan dan memadamkan LED di alamat 01H secara terus
menerus jeda waktu dapat diatur melalui kombinasi register E, B, D
a. Buatlah program berikut ini pada assembler

b. Atur pada peripheral device sebagai output alamat 01H

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 267
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

c. atur kecepatan eksekusi program pada menu Rate agar berjalan dengan cepat

4. Geser Data
Bit pada register dapat di geser kekiri dengan perintah RL A atau geser kanan
dengan perintah RR A. bit akan tampil di peripheral device
a. Buatlah program berikut ini pada assembler

INSTRUMENTASI DAN
268 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

LEMBAR PRAKTIKUM

b. Perhatikan arah pergeseran nyala lampu LED. Modifikasi dengan geser kearah
yang lain atau jumlah nyala lampu LED

RANGKUMAN

Mikroprosesor atau CPU merupakan bagian bagi sistem komputer yag berfungsi se-
bagai pengolah pusat. Bagian utama mikroprosesor terdiri dari ALU, CU dan Regis-
ter. Agar dapat membentuk sistem komputer maka mikroprosesor harus dilengkapi
dengan bagian Memori dan I/O.

TUGAS MANDIRI

Buatlah program untuk mengubah suhu dalam derajat celcius menjadi fahrenheit
pada emulator 8086

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 269
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan baik dan benar!


1. Gambarkan blok diagram mikroprosesor
2. Buatlah program untuk menambahkan isi register D dengan isi register E
3. Jelaskan fungsi ALU pada mikroprosesor
4. Buatlah program untuk melakukan operasi OR isi register D dengan isi register E
5. Buat program loop untuk menambah 1 isi register C hingga mencapai 55H

REFLEKSI

Setelah mempelajari materi mengenai mikroprosesor apakah masih ada yang


belum difahami?, jika masih ada yang belum di fahami silahkan tanyakan dan di-
skusikan dengan guru dan teman. Untuk menambah pemahaman dan keterampilan
silahkan berlatih membuat program yang lain.

INSTRUMENTASI DAN
270 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MIKROPROSESOR
BAB
XII

TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menjelaskan softaware yang digunakan untuk simulasi instru-
mentasi otomatisasi proses dan dapat menerapkan serta mendemonstrasikan pe-
ngunaan software untuk mensimulasikan sistem instrumentasi dan otomatisasi
proses.

PETA KONSEP

SOFTWARE
SIMULATOR

Proteous Labview Simulink

KATA KUNCI

Simulator, Proteous, Library, LabView, Simulink, PID

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 271
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENDAHULUAN

Software simulator digunakan untuk memodelkan sistem kontrol untuk


mendapatkan kesesuaian gambaran fungsi kerja serta peralatan yang digunakan se-
belum diimplementasikan pada kondisi yang sebenarnya. Berbagai instrumen pada
software simulasi berbasis PC juga digunakan untuk menganalisis karakteristik dari
suatu sistem kontrol. Simulasi juga digunakan sebagai alternatif pembelajaran sistem
kontrol sebelum menggunakan peralatan yang sebenarnya.

Gambar 12.1 Simulasi Motor DC pada MATLAB


Sumber. Dokumen Pribadi

Software simulator yang digunakan untuk rangkaian elektronika antar lain Proteus,
Multisim, Electronic Workbench, Altium. Software untuk kontrol proses antara lain
MATLAB Simulink, LabView, Simul8 dan lainnya.

MATERI PEMBELAJARAN

A. PROTEUS
Proteus merupakan software berbasis PC yang dapat mensimulasikan rangkaian
elektronika, Proteus dapat mensimulasikan rangkaian elektronika analog dan dig-
ital serta mendukung simulasi rangkaian mikrokontroler menggunakan firmware.
proteus dilengkapi dengan library komponen yang lengkap baik analog atau digital
serta berbagai virtual instrumen untuk pengukuran
1. Memulai Software Proteus
Menjalankan Proteus melalui menu Start All Program Proteus 8 Profession-
al Proteus 8 Professional. Pada tampilan awal pilih New Project isikan nama
simulasi pilih Next

INSTRUMENTASI DAN
272 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.2 Tampilan Awal Proteous


Sumber. Dokumen Pribadi

Setelah itu pilih ukuran lembar kerja serta orientasi yang akan digunakan, kemu-
dian pilih Next

Gambar 12.3 Pemilihan Kertas Gambar


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 273
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Berikutnya pemilihan Template PCB yang akan digunakan, jika hanya simulasi
rangkaian maka pilih ‘Do not create PCB layout’

Gambar 11.3 Blok Diagram Z80


Sumber. Z80 CPU User Manual

Gambar 12.4 Pemilihan Template PCB


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada pengaturan firmware pilih ‘No firmware project’, Next Finish, kare-
na akan menggunakan aplikasi terpisah untuk merancang software. Setelah itu
akan terbuka tampilan aplikasi simulasi proteus.

Gambar 12.5 Lembar Kerja Proteous


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
274 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
2. Simulasi Rangkaian
a. Rangkaian Resistor
Pada rangkaian resistor seri tegangan dibagi untuk masing masing re-
sistor, pada simulasi proteus tegangan beban di ukur menggunakan virtual
instrumen DC Voltmeter
1) Pilih Componen mode Pick Componen pada keywords ketik resistor.
Pada category pilih resistor, Sub category pilih jenis resistor kemudian pilh
resistor 1k Ok

Gambar 12.6 Pemilihan Resistor


Sumber. Dokumen Pribadi

2) Pilih komponen kemudian klik pada jendela editor. Lakukan hal yang sama
untuk resistor R2
3) Untuk memindahkan komponen, Klik kanan pilih Drag Objek, klik pada loka-
si baru.
4) Mengubah orientasi komponen dengan cara klik kanan komponen pilih ro-
tate atau mirror.
5) Untuk mengubah nilai komponen dengan cara klik kanan komponen pilih
edit properties
6) Gunakan power supply dengan cara klik Terminal Power letakan kom-
ponen pada lembar editor.
7) Untuk mengubah nilai tegangan dengan klik kanan terminal power edit
properties. Pada string ketik +12V

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 275
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.7 Pengaturan Tegangan


Sumber. Dokumen Pribadi

8) Pilih Ground kemudian letakan pada lembar editor.


9) Untuk menyambungkan dengan klik ujung pin kemudian klik kembali pada
ujung pin yang akan dihubungkan.
10) Menghapus kabel dengan cara klik kanan kabel pilih Delete wire.
11) Gunakan DC voltmeter untuk mengukur tegangan dengan langkah pilih in-
strumen pilih DC Voltmeter.

Gambar 12.8 Pengaturan DC Voltmeter


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
276 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN
12) Simulasi rangkaian dengan cara klik tombol Start simulation

Gambar 12.8 Menjalankan Simulasi Proteus


Sumber. Dokumen Pribadi

b. Simulasi Rangkaian Flip Flop


Rangkaian flip flop terdiri dari 2 LED yang menyala bergantian dengan
durasi tertentu, rangkaian ini bekerja berdasarkan proses Charge dan Dis-
charge kapasitor yang memberikan tegangan trigger ke transistor. Durasi
kondisi ON dan OFF tergantung nilai resistor dan kapasitor.

Gambar 12.9 Simulasi Rangkaian Flip Flop


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 277
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

c. Simulasi UpDown Counter


IC 74192 merupakan Integrated Circuit (IC) decade BCD Up/Down
Counter input menggunakan aktif High, output Q0 Q1 Q2 Q3 Q3 akan naik
atau turun sesuai input pada pin 5 dan 4. Output 74192 akan di konversi men-
jadi data 7 segmen oleh IC 7447. Data hasil counter di tampilkan ke 7 segmen.

Gambar 12.10 Simulasi Rangkaian Up Down Counter


Sumber. Dokumen Pribadi

d. Simulasi Mikrokontroler
Pada simulasi Mikrokontroler selain membuat rangkaian elektronik juga
harus merancang program yang akan di upload ke mikrokontroler. Pada gam-
bar berikut rangkaian Mikrokontroler Atmel 89C51 membentuk rangkaian
LED berjalan. LED dihubungkan dengan Port 0. Kaki Anoda dihubungkan den-
gan (+) membentu rangkaian common Anoda. Agar LED menyala pada kaki
katoda di beri logika low.
1) Buatlah rangkaian seperti gambar berikut

INSTRUMENTASI DAN
278 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.11 Skema Mikrokontroler 89c51


Sumber. Dokumen Pribadi

2) Mikrokontroler 89C51 memerlukan program agar dapat bekerja sesuai ran-


cangan. Penulisan program dapat menggunakan bahasa mnemonics. Selan-
jutnya pembuatan program dengan cara klik kanan 89C51 Edit Proper-
ties Edit Firmware, ketikan program berikut ini
org 00h
kiri:
mov p0,#01111111b
acall delay
mov p0,#10111111b
acall delay
mov p0,#11011111b
acall delay
mov p0,#11101111b
acall delay
mov p0,#11110111b
acall delay

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 279
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

mov p0,#11111011b
acall delay
mov p0,#11111101b
acall delay
mov p0,#11111110b
acall delay
sjmp kiri
delay:
mov r3,#05h
ulang:mov r4,#0ffh
isi:mov r5,#0ffh
djnz r5,$
djnz r4,isi
djnz r3,ulang
ret
END

3) Klik Build untuk memeriksa penulisan program dan mengubah pro-


gram menjadi data Hex.

Gambar 12.12 Compile Program


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
280 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

4) Pastikan tida ada error penulisan program. Selanjutnya jalankan simulasi.


Maka nyala LED akan bergerak dari Port 0.0 ke Port 0.1

e. Simulasi LED Arduino


Pada simulasi Arduino, perlu ditambah library Arduino ke Folder library
Proteus karena tidak disertakan langsung. Library arduino uno dapat di unduh
dari internet. Beberapa sensor untuk aplikasi arduino juga perlu di download
agar dapat di simulasikan.

Gambar 12.13 Lokasi Folder Library proteus


Sumber. Dokumen Pribadi

Buatlah gambar rangkaian pengontrol LED menggunakan arduino UNO,


kaki katoda dihubungkan dengan Ground. Kaki anoda dengan pin 11 , untuk
menyalakan LED dengan memberikan logika High dan memadamkan dengan
logika Low. Diantara kondisi High dan Low diberi jeda 500ms.

Gambar 12.14 Simulasi Arduino Uno


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 281
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Buka aplikasi Arduino IDE. Pada menu File Preference aktifkan ceklist
compilation untuk memunculkan lokasi file Hex

Gambar 12.15 Pengaturan Output Proses Compile


Sumber. Dokumen Pribadi

Ketikan program berikut pada aplikasi arduino IDE


const int led = 8;
void setup()
{ // put your setup code here, to run once:
pinMode(led,OUTPUT);
}
void loop()
{ // put your main code here, to run repeatedly:
digitalWrite(led,HIGH);
delay(500);
digitalWrite(led,LOW);
delay(500);
}
Lakukan compile/verify , Pilih lokasi file Hex kemudian copy lokasi file dengan
menekan Ctrl+C pada Keyboard

INSTRUMENTASI DAN
282 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.16 Lokasi File Hex


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada Aplikasi proteous klik kanan pada arduino Uno edit properties, pada
Program File paste lokasi file hex yang berasal dari aplikasi Arduino

Gambar 12.17 Pengaturan Program File


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 283
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Jalankan simulasi proteous dengan menekan tombol Start Simulation.



B. Simulator LabVIEW
Laboratory Virtual Instrumentation Engineering Workbench (LabVIEW) mer-
upakan aplikasi pemrograman visual, tidak seperti aplikasi pemrograman yang lain
menggunakan pemrograman berbasis teks, LabVIEW menggunakan metoda grafikal
atau G language. LabVIEW digunakan untuk pemrograman akusisi data, kontrol in-
strumentasi dan otomasi industri. File pemrograman menggunakan ekstensi *.Vi
singkatan dari virtual instrument.
LabView dapat digunakan untuk merancang interface sistem kontrol meng-
gunakan serangkaian tools dan object. Labview dapat berkomunikasi dengan berb-
agai peralatan kontrol dengan interface RS-232, RS-485, TCP/IP, GPIB dan perangkat
lainnya.
Aplikasi LabView terdiri dari 2 jendela yaitu Front panel dan Block Diagram.
Front panel merupakan jendela untuk merancang interface aplikasi yang akan dib-
uat, tampilan ini yang akan berinteraksi dengan operator. Pada front panel terdiri
dari indikator dan kontrol seperti tombol, saklar, Led, grafik dan objek lainnya. Pada
pembuatan aplikasi LabView pertama harus mendesain interface pada ront panel.
Front panel berisi control dan indicator. Setelah membuat front panel berikutnya
membuat program mengunakan blok diagram pada tampilan blok diagram. Blok di-
agram akan terhubung dengan front Panel.
1. Memulai LabView
Memulai LabView dari start Program National Instruments LabView
maka akan mincul tampilan berikut

Gambar 12.18 Tampilan awal LabView


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
284 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Kemudian pilih Create Project New VI Finish.


Block Diagram merupakan jendela untuk merancang alur program menggunakan
G code atau kode grafik . setelah LabVIEW di jalankan akan ditampilkan seper-
ti gambar berikut. Untuk pengaturan jendela secara otomatis dengan menekan
CTRL+T.

Gambar 12.19 Tampilan LabView


Sumber. Dokumen Pribadi

Toolbar
Pada Front panel terdapat Tool bar yang memiliki fungsi tertentu yaitu:
Abort
Execution : Menghentikan proses simulasi

Run : Menjalankan simulasi hanya sekali siklus


Run : Menjalankan simulasi terus menerus
Continuously

Pause : Jeda waktu simulasi

List Error : Muncul ketika ada kesalahan program

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 285
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Control Pallete
Berisi katagori objek yang akan di gunakan untuk membangun front panel. Pengelom-
pokan berdasarkan jenis input dan indikator. Gambar berikut merupakan tampilan
Control Pallete. Untuk memunculkan Control Pallete dari menu View Control Pallete

Gambar 12.20 Control Pallete


Sumber. Dokumen Pribadi

Tool Pallet
Pada Front Panel terdapat Tool Palet yang memiliki fungsi tertentu ke-
tika merancang front panel Tool Pallet ditunjukan pada gambar

Gambar 12.21 Control Pallete


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
286 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Tool Pallet memiliki fungsi masing – masing antara lain:


a. Operate Value
mengubah nilai parameter dari suatu objek
b. Connect Wire
menghubungkan beberapa objek dengan kabel
c. Position/Size/Select
memindahkan, mengubah ukuran atau memilih suatu objek
d. Edit Text
mengedit atau membuat tulisan
e. Get Color
memilih sampel warna
f. Set Color
mengubah warna dari suatu objek

Function Pallete
Function pallet memuat tentang kelompok fungsi yang akan di bangun pada
blok diagram. Gambar berikut merupakan tampilan function pallet. Jika func-
tion pallete tidak muncul dapat di munculkan melalui View Function Pallete

Gambar 12.22 Function Pallete


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 287
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

2. Simulasi Kontrol
a. Kontrol LED
LED dikendalikan menggunakan saklar toggle untuk meyalakan dan meati-
kan lampu LED. Buka aplikasi LabView kemudian memilih objek yang akan
digunakan pada front panel pilih menu view Control Palette Boolean.

Gambar 12.23 Mengatur Boolean LED


Sumber. Dokumen Pribadi

Pilih Round LED letakan pada lembar front panel, kemudian pilih Vertical Tog-
gle. Secara otomatis kode grafik akan muncul pada jendela Block Diagram.

INSTRUMENTASI DAN
288 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 2.24 Mengatur Boolean Toggle Switch


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada jendela Block Diagram hubungkan Vertical Toggle den-


gan Boolean LED, menggunakan Tools Pallete Connect Wire.

Gambar 12.25 Menyambung menggunakan Connect Wire


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 289
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Jalankan simulasi dengan klik Run Continuously, kemudian ger-


akan saklar Toggle untuk memadamkan den menyalakan LED.

Gambar 12.26 Simulasi Control LED


Sumber. Dokumen Pribadi

Agar dapat dijalankan secara stand alone maka dapat dibuatkan


file *.exe. Sebelumnya projek harus di simpan terlebih dahulu, un-
tuk membuat file *.exe dengan memilih menu Tools Built Application

Gambar 12.27 Membuat Aplikasi *.Exe


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
290 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

b. Simulasi Level Pada Tangki


Pengaturan batas bawah dan batas atas dilakukan dengan memasu-
kan nilai. Jika ketinggian pada tangki melebihi batas atas maka Alarm
1 nyala. Jika ketinggian pada tangki kurang dari batas bawah maka
alaram 2 nyala. Slider berfungsi untuk mensimulasikan level pada
tangki. Alur kontrol program dapat dilihat pada Flowchart berikut

Gambar 11.22 Program Transfer Data Mikroprosesor 8086


Sumber. Dokumen Pribadi

Gambar 12.28 Mengatur Boolean LED


Sumber. Dokumen Pribadi

Pada Front panel buka control pallete kemudian pi-


lih numeric Vertical Fill Slide, letakan pada lembar front panel.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 291
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.29 Pengaturan Vertical Fill


Sumber. Dokumen Pribadi

Kemudian pada control pallete kemudian pilih numeric Tank le-


takan pada lembar front panel. Untuk mengganti nama label
menggunakan Tools Pallete edit Text. Mengatur skala level den-
gan cara klik kanan tanki properties Scale ubah di Scale range.

Gambar 12.30 Pengaturan Tank


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
292 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Indikator menggunakan LED berbentuk kotak melalui control pallete pilih


Boolean boolean square LED

Gambar 12.31 Pengaturan Square LED


Sumber. Dokumen Pribadi

Berikutnya menggunakan numeric control untuk input batas ketinggian per-


mukaan , pilih Numeric Numeric Control

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 293
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Berikutnya adalah pengaturan program pada tampilan blok di-


agram. Untuk menampilkan blok diagram melalui pilih win-
dows Show Block Diagram atau melalui penekanan tombol Ctrl + E.
Pada tampilan blok diagram munculkan Function pallete melalui
menu view Function pallete. Pilih kelompok structure kemu-
dian pilih while Loop. letakan function while loop pada blok di-
agram, seluruh objek terletak di dalam bingkai While loop.

Gambar 12.32 Pengaturan While Loop


Sumber. Dokumen Pribadi

Gunakan fungsi perbandingan dengan memilih comparison 


Greater or Equal dan Less or equal. Agar Loop tidak membeba-
ni prosesor menggunakan timing wait (ms) dengan konstanta 100

INSTRUMENTASI DAN
294 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.33 Pengaturan Comparator dan Loop Timing


Sumber. Dokumen Pribadi

Hubungkan setiap objek pada blok diagram menggunakan connect wire pada
tools pallete.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 295
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.34 Tampilan Control Panel dan Blok Diagram


Sumber. Dokumen Pribadi

a. Controls Numeric Vertical Slide 4,5. Controls Numeric Numeric Control


b. Controls Numeric Tank 7. Block Diagram comparison greater or equal
3,6. Controls Boolean Square Led 8. Block Diagram comparison
Less or equal

C. Simulink
Simulink merupakan software yang tergabung dengan MATLAB digunakan untuk
membuat pemodelan dan simulasi suatu sistem secara grafik. Pada simulink sistem
tersusun dari beberapa blok diagram dengan fungsi tertentu seperti sumber sin-
yal, fungsi alih, serta dilengkapi virtual instrumen seperti function generator dan
Oscilloscop. Simulink dapat mensimulasikan tanggapan sinyal kontrol berdasarkan
fungsi alih (Transfer function)
1. Membuka Software Simulink
Memulai simulink melalui MATLAB pada command window ketikan simulink en-
ter. Atau melalui tab simulink pada MATLAB

INSTRUMENTASI DAN
296 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.35 Membuka Software Simulink


Sumber. Dokumen Pribadi

Setelah tampilan simulink pilih Blank model maka akan muncul lembar kerja sim-
ulink seperti pada gambar berikut.

Gambar 12.36 Tampilan Awal simulink


Sumber. Dokumen Pribadi

Pilih blok yang akan digunakan melalui Library Browser, atau jika sudah mengetahui
blok yang akan digunakan maka dapat di terapkan dengan mengetik pada lembar
kerja kemudian klik blok yang sesuai.
2. Simulasi Sistem Kontrol
a. Simulasi Penguatan Sinyal
Pada simulasi berikut sumber sinyal sinus akan dikuatkan oleh gain hasilnya
akan diamati pada scope. Scope akan menampilkan sinyal input dan output
Gunakan blok sumber sinyal sinus pada lembar kerja. klik dua kali kemudian
ketikan sine wave.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 297
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.37 Pengaturan Blok Sine Wave


Sumber. Dokumen Pribadi

Gunakan gain dengan konstanta 4, artinya sinyal yang masuk akan di kuatkan
4 kali oleh gain.

Gambar 12.38 Pengaturan Gain dan Kostanta


Sumber. Dokumen Pribadi

Gunakan scope untuk mengamati bentuk sinyal sebelum dan sesudah gain

Gambar 12.39 Pengaturan Scope


Sumber. Dokumen Pribadi

Hubungkan jalur setiap node . Untuk memindahkan jalur dengan cara klik kiri
tahan kemudian geser. Untuk membuat percabangan dengan klik kanan tahan
kemudian geser.

INSTRUMENTASI DAN
298 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.40 Wiring Blok diagram


Sumber. Dokumen Pribadi

Klik kanan pada scope open, berikutnya pilih play untuk memulai simulasi

Gambar 12.41 Tampilan Tanggapan Sinyal


Sumber. Dokumen Pribadi

b. Simulasi Sistem Kontrol


Pada sistem Close Loop sinyal dari output dijadikan umpan balik terhadap sin-
yal input, untuk menghasilkan selisih sinyal. Gunakan blok sum kemudian atur
posisi. Pada list of sign ketikan | + - tanpa spasi.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 299
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.42 Pengaturan Blok Sum


Sumber. Dokumen Pribadi

Selisih input dan output menjadi masukan bagi Controller. Ketikan PID untuk
menggunakan blok PID controller.

Gambar 12.43 Pengaturan Blok PID


Sumber. Dokumen Pribadi

Gunakan transfer function untuk memodelkan output sistem

Gambar 12.44 Pengaturan Transfer Function


Sumber. Dokumen Pribadi

Klik kanan Transfer function Blok parameter, pada bagian Denominator ketik
[1 4 4 ].

INSTRUMENTASI DAN
300 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

MATERI PEMBELAJARAN

Gambar 12.45 Pengaturan Parameter Transfer Function


Sumber. Dokumen Pribadi

Jalankan simulasi dengan memilih Play maka simulasi akan menghasilkan sin-
yal sebagai berikut

Gambar 12.46 Tanggapan Sinyal kontrol


Sumber. Dokumen Pribadi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 301
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

CAKRAWALA

SEJARAH MATLAB

MATLAB merupakan perangkat lunak yang banyak si


gunakan untuk pemodelan dan simulasi. Pada tahun 2004
MATLAB dinyatakan telah digunakan oleh lebih dari satu
juta pengguna untuk dunia pendidikan dan industri. MAT-
LAB dibuat oleh Cleve Moler seorang profesor matematika
di universitas New Mexico. Cleve Moler membuat Library
pemrograman LISPACK dan EISPACK untuk pemrograman
FOTRAN. Hasil karyanya pun banyak di gunakan di berb-
agai universitas dan praktisi matematika terapan. Pada ta-
hun 1984 didirikan perusahaan Mathworks untuk melan-
Gambar 12.47 Cleve Moler
Sumber. computerhistory.org/fel-
jutkan pengembangan MATLAB.
lowawards/hall/cleve-moler/

JELAJAH INTERNET

Untuk menambah wawasan dan keterampilan penggunaan software simulasi,


dapat mengakses tautan berikut.
https://www.youtube.com/watch?v=N63BYtw7bOg,
https://www.youtube.com/watch?v=ohAx_QUjcFI,
https://www.youtube.com/watch?v=a_DW7xznPco.

RANGKUMAN

Software simulasi digunakan untuk pemodelan dan simulasi sistem kontrol


untuk mengamati karakteristik serta tanggapan sistem kontrol sebelum direal-
isasikan pada kondisi yang sebenarnya. Software untuk simulasi elektronika antara
lain Proteous, Altium dan Electronic Workbench, sedangkan untuk simulasi sistem
kontrol dapat menggunakan LabView dan MATLAB Simulink. Untuk menginstal
software simulator perlu diperhatikan perangkat keras komputer yang sesuai.

INSTRUMENTASI DAN
302 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

TUGAS MANDIRI 1

1. Buatlah rangkaian rangkaian kontrol untuk mengendalikan arah putaran motor


mengggunakan IC L293D yang dikendalikan menggunakan 2 Toggle Switch
2. Analisa Sinyal output pada sistem close loop menggunakan PID controller dan
Fungsi alih plant F(s)= 1/(S2+2 )

TUGAS MANDIRI 2
Buatlah sistem kontrol temperatur
dengan cara kerja berikut!
Pada sistem kontrol temperatur ter-
lebih dahulu memasukan nilai batas
bawah dan batas atas. Jika tempera-
tur lebih kecil dari batas bawah maka
indikator LOW nyala. Jika tempera-
tur berada diantara batas bawah dan
batas atas maka indikator NORMAL
nyala. Jika temperatur lebih besar
dari batas atas maka indikator HIGH
nyala. Slider digunakan untuk men-
simulasikan pergerakan temperatur.
Pada simuasi ini menggunakan struk-
tur While Loop agar program dapat
berulang , dan delay waktu 100ms
agar tidak membebani CPU. Alur pro-
gram dapat dilihat pada flowchart di
samping.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 303
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

TUGAS MANDIRI 2

1. Panel Numeric Vertical Pointer Slide 10. Diagram Comparison Less Than
2. Panel Numeric Control 11. Diagram Comparison Greater than
3,4 Panel Numeric Indicator 12. Diagram Boolean AND
5,6,7. Panel Boolean Square LED 13. Diagram Timing Wait (ms)
8. Diagram Comparison Greater equal 14,15. Diagram Structure While loop
9. Diagram Comparison Less equal

PENILAIAN AKHIR BAB

Kerjakan soal-soal di bawah in dengan baik dan benar!


1. Jelaskan apa yang di maksud software simulasi
2. Jelaskan kelebihan proteous untuk simulasi rangkaian elektronika
3. Jelaskan langkah memulai simulink melalui MATLAB
4. Jelaskan fungsi blok diagram pada comparator LabView
5. Jelaskan fungs Blok diagram Loop pada LabView

REFLEKSI

Setelah mempelajari bahasan tentang Simulasi Sistem Kontrol apakah ada yang
masih belum di Fahami?. Jika masih ada tanyakan dan diskusikan dengan guru dan
teman. Agar lebih terampil dalam penggunaan Software simulasi dapat di prak-
tekan dengan sistem kontrol yang lainnya.

INSTRUMENTASI DAN
304 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

A. PILIHAN GANDA
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Disajikan gambar rangkaian kombinasional berikut. Rangkaian tersebut termasuk
kedalam jenis rangkaian …
a. Half Adder
b. Full Adder
c. Half Subtraktor
d. Full Subtraktor
e. Multiplexer

2. Apabila nilai input A berlogika Low dan input B berlogika High, pernyataan
manakah yang benar…

a. Output Y2 akan ber-


logika High
b. Output Y1 dan Y3
akan berlogika High
c. Output Y3 akan ber-
logika High
d. Output Y2 dan Y1
akan berlogika High
e. Output Y1 akan ber-
logika High

3. Rangkaian kombinasional yang memiliki banyak input, dan hanya memiliki satu
output adalah rangkaian kombinasional jenis …
a. Adder
b. Multiplexer
c. Demultiplexer
d. Dekoder
e. Encoder
4. Pada 7-Segment, apabila ingin menampilkan angka 5, manakah dari output a-g
yang akan berlogika High…
a. a, c, d, f, g
b. a, c, d, e, f, g
c. a, b, c, d, g
d. b, c, , f, g
e. a, b, c, d, f, g

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 305
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

5. Konsep dari sistem berikut ini adalah menggunakan rangkaian kombinasional


jenis …

a. Komparator
b. Multiplexer
c. Demultiplexer
d. Dekoder
e. Encoder
6. Pada rangkaian SR Flip-flop, hal yang akan terjadi apabila nilai set dan reset ber-
logika high adalah ...
a. Tidak Terdefinisi
b. Set
c. Reset
d. Toggle
e. No Change
7. Pada rangkaian JK Flip-flop, hal yang akan terjadi apabila nilai set dan reset ber-
logika high adalah ...
a. Tidak Terdefinisi
b. Set
c. Reset
d. Toggle
e. No Change
8. Rangkaian sekuensial berikut ini termasuk jenis ...

a. Register SIPO
b. Register SISO
c. Register PIPO
d. Register PISO
e. Register Serial in

INSTRUMENTASI DAN
306 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

9. Rangkaian sekuensial dari sekelompok flip-flop yang disusun sedemikian rupa


sehingga mampu melakukan pencacahan output dengan sinkronisasi dari clock
adalah ...
a. Dekoder
b. Enkoder
c. Counter
d. Register
e. E. JK Flip-flop
10. Sebuah counter menghitung dari biner 1100 ke 1010 , hal ini berarti counter
tersebut termasuk...
a. Counter Mod-3
b. Counter Ring
c. Counter Decade
d. Counter Up
e. Counter Down
11. Rangkaian pengubah input sinyal analog menjadi kode-kode digital
a. Analog to Digital Converter
b. Digital to Analog Converter
c. Analog Converter Digital
d. Digital Converter Analog
e. Converter Analog Digital
12. Terdapat suatu rangkaian dengan inputnya adalah sensor yang ingin diukur
pembacaannya oleh display LED, maka rangkaian yang harus diterapkan adalah
rangkaian...
a. Analog to Digital Converter
b. Digital to Analog Converter
c. Analog Converter Digital
d. Digital Converter Analog
e. Converter Analog Digital
13. Apabila diketahui rangkaian converter 8-bit dengan tegangan referensi 5 volt,
tegangan input analog 2 volt, rasio input terhadap referensinya berarti 40%,
sinyal digital dalam bentuk digit binernya adalah...

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 307
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

a. 1100110
b. 1101010
c. 1011010
d. 1011011
e. E. 110011

14. Nilai R4 yang seharusnya ada dalam rangkaian konverter di atas....


a. 80 Ω
b. 70 Ω
c. 60 Ω
d. 40 Ω
e. 100 Ω
15. Diketahui konverter 12-bit mampu menghasilkan 4096 gradasi. Jika sinyal out-
put berada dalam kisaran 0-5 V, jika pada sample nilai amplitudo sinyal digitaln-
ya adalah 2000, maka output analognya adalah....
a. 1,4 V
b. 2,4 V
c. 3,4 V
d. 2 V
e. 3 V

16. Nilai yang ingin di capai pada sistem kontrol prosess adalah
a. Process Value d. setvalue
b. Manipulate Variable e. Feedback
c. Error
17. Nilai aktual plan pada sistem kontrol prosess adalah
a. Process Value d. setvalue
b. Manipulate Variable e. Feedback
c. Error

INSTRUMENTASI DAN
308 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

18. Aksi kontrol yang mengeluarkan perubahan output searah dengan perubahan
input adalah
a. Proporsional d. Direct acting
b. Integral e. Reverse acting
c. On Off
19. Jenis control valve yang menutup saat kehilangan tekanan kontrol adalah
a. Solenoide valve d. ATO
b. Relief Valve e. ATC
c. Quick exhaust
20. Karakteristik sistem kontrol yang tidak di pengaruhi waktu adalah
a. Karakteristik stabil d. Karakteristik Statik
b. Karakteristik waktu e. Karakteristik medan
c. Karakteristik Dinamik
21. Bagian mikroprosesor yang berfungsi untuk melaksanakan instruksi logika dan
aritmatika adalah
a. Memori d. Stack Pointer
b. ALU e. Register
c. CU
22. Jalur komunikasi antar bagian pada CPU adalah
a. Path d. Bus
b. Cable e. I/O
c. Jalur
23. Jumlah alamat memori yang dapat diakses oleh address 8 bit adalah
a. 100 d. 512
b. 160 e. 65536
c. 256
24. Fungsi register flag adalah
a. Penyimpan data d. penanda hasil operasi logika aritmatika
b. Memori Ram e. Lokasi operasi aritmatika dan logika
c. Status register
25. Fungsi Instruksi LD A, 20H adalah
a. Data di alamat 20H di transfer ke A d. Alamat 20 H sama dengan A
b. Data register A di transfer ke 20H e. register A dikurangi 20 H
c. Nilai 20H di transfer ke A
26. Software simulasi rangkaian elektronik adalah
a. Visio d. Mathlab
b. AutoCad e. Proteous
c. Labview
27. Software simulasi yang dapat menguji sistem dalam bentuk trasfer function ada-
lah
a. Visio d. Mathlab
b. AutoCad e. Proteous
c. Labview

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 309
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP

28. Pada Lab view jendela untuk mengatur antar muka sistem adalah
a. Blok diagram d. Shape window
b. Front panel e. Simulation
c. Interface
29. Pada labview diagram blok untuk saklar terletak pada
a. Numeric d. I/O
b. Boolean e. Graph
c. String
30. Pada labview diagram blok untuk Tanki terletak pada
a. Numeric d. I/O
b. Boolean e. Graph
c. String

B. URAIAN
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Buatlah suatu sistem multiplekser yang menggambarkan sistem pemilihan selek-
tor yang ada pada alat elektronik seperti pada kipas angin. Buatlah rangkaian
logikanya dan table kebenarannya!
2. Buatlah rangkaian counter MOD-8! Berikan penjelasan!
3. Bila diketahui pada rangkaian converter 8-bit tegangan referensinya adalah 5V dan
tegangan inputnya sebesar 4V. Berapakah digit biner yang dihasilkan?
4. Gambarkan loop kontrol level pada tangki terbuka!
5. Buatlah program untuk mengirim Nilai 55H ke register A dan nilai 20H ke register
B!
6. Jelaskan fungsi software simulasi sistem kontrol!

INSTRUMENTASI DAN
310 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
PUSTAKA
Ali,Muhamad,2011. Modul Kuliah Elektonika Daya “ Pengantar Elektronika Daya”,
UNY:Yogyakarta
Ariyus,Dony.2008.Komunikasi Data.Andi:Yogyakarta
Chen ,Yi-Cheng. Chi-Hung Lee ; Ming-Jie Chou ; dan Sheng-Chih Shen. 2018. High-
Precision Digital Rotary Encoder Based on Dot-Matrix Gratings. IEEE Photonics
Journal. Volume: 10 , Issue: 2 , April 2018
David L. Tarrel, Op Amps Design Application Troubleshooting 2nd Edition
Dong, Xin dan Minghai Peng. 2015. Design of 4-bit Comparator. Concordia University
: Quebec.
Dpstar group.(online) diakses pada https://www.dpstar.com.my/our-products/factory-
control-components-plc-scada/kubler/absolute-encoders-single-turn/encoders-
absolute-singleturn-compact-sendix-m3678-canopen/ tgl 5 -12-2019
Electrical Technologi. 2016. What is Distributed Control System (DCS)? . [Online]
Diakses di https://www.electricaltechnology.org/2016/08/distributed-control-
system-dcs.html pada tanggal 30 Oktober 2019
Electronic Tutorials. - . Digital Comparator. [Online]. Diakses di https://www.electronics-
tutorials.ws/combination/comb_8.html pada tanggal 1 November 2019.
Electroniccircuitdesign.com Diakses pada 28/10/2019 pukul 05.30
Electronics Hub. 2015. Exclusive Nor Gate. [Online] diakses di h t t p s : / / w w w .
electronicshub.org/exclusive-nor-gate/ pada tanggal 17 Oktober 2019
Electronics Tutorial. - . Tutorial Electronic. [Online] diakses di https://www.electronics-
tutorials.ws/ pada tanggal 28 November 2019
Geeks for Geeks. - . Magnitude Comparator. [Online] Diakses di https://www.
geeksforgeeks.org /magnitude-comparator/ pada tanggal 1 November 2019.
Harald, Sack. 2019. Augustus de Morgan and Formal Logic. [Online]. diakses di
http://scihi.org/augustus-de-morgan/ pada tanggal 20 Oktober 2019
http://www.webstudi.site/2016/10/pengertian-resistor-dan-jenis-jenis.html, diakses
pada tanggal 12 Nopember 2019
https://clintonwhitehouse4.archives.gov diakses pada tanggal 18 November 2019
https://electronicsforu.com/resources/learn-electronics/mosfet-basics-working-
applications, diakses pada tanggal 14 Nopember 2019
https://rebanas.com/gambar/images/daftar-komponen-elektronika-lengkap-gambar,
diakses pada tanggal 11 nopember 2019
https://www.chipsetc.com/diakses pada tanggal 18 November 2019
https://www.electronicshub.org/varistor/, diakses pada tanggal 12 nopember 2019
https://www.jinlantrade.com/ebay/2.2KW380V3HPBPQ01/m100-5.jpg diakses pada
tgl 30-11-2019
https://www.suara.com/bisnis/2017/11/28/142820/pabrik-sokon-adopsi-sistem-
industri-40-pertama-di-indonesia. pada tanggal 16-11-2019
Istardi.Didi.2017.Pengenalan Elektronika Daya-Penyearah AC-DC.Andi:Yogyakarta
Katakoala,2019.Pengertian dan macam-macam sistem bilangan.(online) diakses pada
https://katakoala.com/pengertian-dan-macam-macam-sistem-bilangan/ tanggal
25 nopember 2019
Lewis, Robert. 2019. Geoge Boole. [Online] diakses di https://www.britannica.com/
biography/George-Boole pada tanggal 20 Oktober 2019

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 311
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

DAFTAR
PUSTAKA
Malvino,1981.Prinsip-prinsip Elektronik.edisi kedua.Erlangga:Jakarta
Malvino,Albert Paul.1994.Elektronika Komputer Digital-Pengantar Mikrokonputer.
edisi kedua.Erlangga:Jakarta
Malvino,Albert Paul.1994.Elektronika Komputer Digital-Pengantar Mikrokonputer.
edisi kedua.Erlangga:Jakarta
Mano, M. Morris; Kime, Charles. 2014. Logic and Computer Design
Fundamentals(4th ed.). Harlow: Pearson. pp. 13–14.
Mike Tooley,BA, 2003, Rangkaian Elektronik – Prinsip dan Aplikasi edisi kedua, Erlangga
Mismail, Budiono. 1998. Dasar-Dasar Rangkaian Logika Digital. Bandung : ITB
Nodelkovski, Dejan. 2016. How Rotary Encoder Works and How To Use It with Arduino.
[Online] Diakses di https://howtomechatronics.com/tutorials /arduino/rotary-
encoder-works-use-arduino/ pada tanggal 09 November 2019
Operasi dan aplikasi SCR. (online) diakses pada https://andihasad.com/2011/12/04/
silicon-controlled-rectifier-scr/ pada tgl 23-11-2019
Panduan Teknisi.com.2017.Rangkaian Inver DC ke AC. (online) diakses pada https://
panduanteknisi.com/rangkaian-inverter-dc-ke-ac.html tgl 24-11-2019
Petruzella,Frank D.2001.Elektronik Industri,Andi:Yogyakarta
Pitowarno,Endra.2005.Mikroprosessor & Interfacing.Andi:Yogyakarta
Rashid,Muhammad H.2001. e-book Power electronics Handbook. University of West
Florida Pensacola: Florida
Richard Blocher,Dipl.Phys.,2004,Dasar Elektronika,Andi Yogyakarta
Slide Share. - . Resume Sejarah Perkembangan Bilangan. [Online] Diakses di
https://www.slideshare.net/andriani_widi/resume-sejarah-dan-perkembangan-
bilangan?next_slideshow=2 pada tanggal 5 Desember 2019
Smith, Ralph J. 1992. Rangkaian Piranti dan Sistem Edisi Keempat. Jakarta:
Erlangga
Soal Terbaru,2018.Cara kerja kalkulator dalam menghitung trigonometri. (online)
diakses pada https://soalterbaru.com/cara-kerja-kalkulator-dalam-menghitung-
nilai-fungsi-trigonometri/ tanggal 3 Desember 2019
Suara.com.2017.Pabrik Sokon Adopsi Sistem Industri 4.0 pertama di Indonesia.
(online) diakses di
Sugiono, Djoko. 2013. Teknik Mikroprosesor. Kemendikbud RI 2013 : Jakarta
Sulaiman,Entis dkk,1998.Dasar Teknik Digital 2. PPPGT Bandung
Tim dkk. -. Modul Praktikum Sistem Digital. Bali : Universitas Udayana
W. J. Fleming, “Overview of automotive sensors”, IEEE Sensors J., vol. 1, no. 4, pp. 296-
308, Dec. 2001.
Wasito S.1983,Pelajaran elektronika jilid 3.Teknik denyut, op-amp,thiristor.cetakan
keempat.Karya utama:Jakarta
Wayne Storr, Basic Electronic Tutorials 2009
www.daakyetech.com diakses pada 28/10/2019 pukul 21.45
www.electronicshub.org/ic-741-op-amp-basics Diakses pada 2/10/2019 pukul 21.23
www.researchgate.net diakses pada 28/10/2019 pukul 04.00

INSTRUMENTASI DAN
312 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

GLOSARIUM

AC regulator : rangkaian pengubah tegangan AC menjadi tegangan AC yang


dapat diatur atau dikendalikan.
Aljabar Boole : Rumusan matematika yang digunakan untuk menganalisis
dan menyederhanakan gerbang logika pada rangkaian
elektronika digital.
ALU : Aritmatic Logic Unit merupakan sistem mikroprosesor yang
berfungsi untuk melakukan operasi perhitungan aritmatika
dan logika
Aritmatika :cabang matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan
Bilangan biner : sistem bilangan yang mempunyai dua bilangan dasar dengan
symbol angka 0 dan 1
Bilangan desimal : sistem bilangan yang mempunyai sepuluh bilangan dasar
yang terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Bilangan heksadesimal : sistem bilangan yang mempunyai 16 bilangan dasar yang
terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F
Bilangan oktal : sistem bilangan yang mempunyai delapan bilangan dasar
yang terdiri dari angka: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
bit : binary digit, merujuk pada sebuah digit dalam sistem angka
biner.
Chopper : rangkaian pengubah tegangan DC menjadi tegangan DC
yang dapat diatur atau dikendalikan
Clock : Sinyal naik turun (pulsa kotak) untuk input pada rangkaian
logika
Converter : rangkaian pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC yang
dapat dikendalikan atau diatur.
Counter : Perangkat untuk melakukan perhitungan
Decode : Membaca sandi atau menguraikan isi sandi
Diffrential Amplifier : penguat selisih tegangan
Dioda : komponen Elektronika yang mempunyai fungsi untuk
menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat
arus listrik dari arah sebaliknya.
Encode : Menyandikan atau menulis sandi
Flip-flop : Keadaan dimana output bernilai 1 , 0 atau high, low secara
bergantian
Forward-bias : pemberian tegangan muka arah maju
Gerbang logika : Dasar pembentuk sistem elektronika digital yang berfungsi

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 313
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

GLOSARIUM

mengubah beberapa sinyal input menjadi sebuah sinyal


output logika yang diwakili oleh bilangan biner 1 dan 0.
Integrated Circuit : Komponen elektronika aktif yang terbuat dari material
semikonduktor dan merupakan rangkaian terpadu dari
gabungan komponen-komponen elektronika seperti
transistor, dioda, resistor, dan lainnya.
Inverter : rangkaian pengubah tegangan DC menjadi tegangan AC yang
dapat diatur atau dikendalikan.
Kapasitor : salah satu jenis komponen elektronika yang memiliki
kemampuan dapat menyimpan muatan arus listrik di dalam
medan listrik selama batas waktu tertentu dengan cara
mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan arus
listrik tersebut.
Kombinasi : Menghimpun atau menggabungkan beberapa objek dari
satu grup tanpa memperhatikan urutan
Komponen analog : berupa benda tunggal yang mendukung rangkaian
elektronika dengan menggunakan besaran listrik kontinyu.
Konversi bilangan : mengubah nilai bilangan dari sistem bilangan ke sistem
bilamha yang lain.
Modulus / Modulo : sebuah operasi yang menghasilkan sisa pembagian dari
suatu bilangan terhadap bilangan lainnya
Multipleks : berkenaan dengan transmisi dua sinyal atau lebih pada satu
gelombang pada saat yang bersamaan
Op-Amp Inverting : penguat pembalik fasa
Op-Amp Non Inverting : penguat tidak membalik
Op-Amp Operational : komponen yang dapat melakukan operasi matematik dan
kalkulus
Penyearah daya : rangkaian pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC
tetap
Register : Membaca sandi atau menguraikan isi sandi
Reset : Mengembalikan kepada kondisi semula
Resistor : komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat
atau membatasi aliran listrik yang mengalir dalam suatu
rangkain elektronika.
Reverse-bias : pemberian tegangan muka arah terbalik
Saklar elektronik : alat yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan

INSTRUMENTASI DAN
314 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

GLOSARIUM

arus listrik dengan menggunakan komponen elektronika.


Sandi BCD : Binary Coded Decimal, adalah sandi yang dihasilkan dari
bilangan decimal yang dikodekan dalam biner
Sandi ASCII : singkatan dari American Standard Code for Information
Interchange yang merupakan sandi Standar Amerika untuk
Pertukaran Informasi atau sebuah standar internasional
dalam pengkodean huruf dan simbol yang bersifat universal.
Sandi Excess-3 :sandi tidak berbobot yang digunakan untuk mengekspresikan
angka desimal.
Sandi Gray : suatu sandi yang dibentuk dari bilangan biner dimana antara
bilangan sebelumnya dengan bilangan selanjutnya hanya
berbeda satu digit atau angka.
Sekuensial : Melakukan operasi logika secara berurutan.
Set : Mengkondisikan rangkaian menjadi aktif biasanya output
bernilai logika 1.
Summing Voltage : penjumlah Tegangan.
Tabel Kebenaran : Tabel yang memperlihatkan kombinasi input dan output dari
gerbang logika dasar, berupa nilai biner 1 atau 0.
Toggle Toggle : jika suatu kondisi input mengakibatkan logika output
berkebalikan dengan kondisi sebelumnya saat ditrigger.
Transistor : komponen elektronika yang memiliki fungsi dasar sebagai
penguat, saklar elektronik dan pembangkit sinyal.
Trigger : Pemberian sinyal pulsa / input high untuk mengaktifkan
suatu komponen/ rangkaian.

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 315
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BIODATA
PENULIS

Biodata Penulis 1
Nama Lengkap : Drs. Syamsumardi Gusti
Telepon /HP/WA : 085723608315
Email : syamsumardi.gusti@gmail.com
Alamat Kantor : SMKN 1Purwakarta
Jl. Industri KM.4 Purwakarta
Kompetensi Keahlian : Instrumentasi Dan Otomatisasi
Proses

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir)


1. Guru SMKN 1 Purwakarta (Tahun 1994 s.d sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Pendidikan Teknik Elektro IKIP Bandung (Lulus Tahun 1989)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir)


-

Informasi Lain dari Penulis


Lahir di kabupaten Kepulauan Riau pada 04 Agustus 1963. Tinggal di Kampung
Kembang Kuning Purwakarta. Pendidikan dasar di SD Pertamina Pulau Sambu,
kemudian SMP 1 Belakang Padang, SMA Negeri 1 Tanjung Pinang. Lulus tahun 1989
Pendidikan Teknik Elektro IKIP BANDUNG. Mengajar di SMKN 1 Purwakarta tahun
1994 hingga sekarang

INSTRUMENTASI DAN
316 OTOMATISASI PROSES
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BIODATA
PENULIS
Biodata Penulis 2
Nama Lengkap : ENGKOS TINO LESMANA, ST.
Telepon /HP/WA : 085216166270
Email : tinolesmana@yahoo.com
Alamat Kantor : SMKN 1Purwakarta
Jl. Industri KM.4 Purwakarta
Kompetensi Keahlian : Instrumentasi Dan Otomatisasi
Proses

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir)


1. Guru SMKN 1 Purwakarta (Tahun 2005 s.d sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Teknik elektro ST.INTEN BANDUNG (Lulus Tahun 2001)
2. Akta IV, STKIP Subang (Lulus Tahun 2006)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir)


-

Informasi Lain dari Penulis


Lahir di kabupaten Subang Jawa Barat pada 17 September 1978. Tinggal di
Karangsari Desa Citalang 8/2 Purwakarta. Pendidikan dasar di SDN III Pagaden
Subang, kemudian SMPN 1 Pagaden Subang, SMKN 1 Purwakarta. Lulus tahun
1997 di Teknik Elektro ST. INTEN BANDUNG. Mengajar di SMKN 1 Purwakarta
tahun 2005 hingga sekarang

INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES 317
SISTEM KENDALI
INSTRUMENTASI DAN
OTOMATISASI PROSES

BIODATA
PENULIS

Biodata Penulis 3
Nama Lengkap : LARAS ANJARI, S.Pd
Telepon /HP/WA : 089634973590
Email : laras.anjari@gmail.com
Alamat Kantor : SMKN 1Purwakarta
Jl. Industri KM.4 Purwakarta
Kompetensi Keahlian : Instrumentasi Dan Otomatisasi
Proses

Riwayat Pekerjaan/Profesi (10 Tahun Terakhir)


1. Guru SMKN 1 Purwakarta (Tahun 2019)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar


1. S1 Pendidikan Teknik Elektro UPI Bandung (Lulus Tahun 2018)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir)


-

Informasi Lain dari Penulis


Lahir di kabupaten Purwakarta Jawa Barat pada 07 Juli 1996. Tinggal di
Kelurahan Munjul Jaya, Kampung Pangupukan Purwakarta. Pendidikan dasar di
SDN 1 Purwakarta, kemudian SMPN 3 Purwakarta, SMKN 1 Purwakarta. Tahun
2018 lulus dari Pendidikan Teknik Elektro UPI Bandung. Mengajar di SMKN 1
Purwakarta tahun 2019.

INSTRUMENTASI DAN
318 OTOMATISASI PROSES

Anda mungkin juga menyukai