Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Banyuwangi adalah salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang beberapa

tahun belakangan ini mulai dikenal wisatawan. Beragam berita atau informasi

yang muncul baik dari media elektronik maupun media cetak membuat

masyarakat ataupun wisatawan dibuat penasaran khususnya tentang pariwisata

Banyuwangi. Bukan hanya wisata alam saja yang sedang dikembangkan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, namun wisata budaya yang menjadi

keunikan dari masyarakat lokal Banyuwangi yaitu Suku Osing mulai diperhatikan

oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara. Daya tarik wisata unggulan di

Banyuwangi misalnya Kawah Ijen, Teluk Hijau dengan laut yang mempesona,

dan Pantai Pulau Merah yang sedang diminati wisatawan beberapa tahun ini, serta

beberapa festival budaya tahunan seperti Tari Gandrung Sewu dan Upacara Adat

Desa Kemiren oleh Suku Osing.

Banyuwangi juga pernah meraih predikat Juara Dunia 2016 di ajang

UNWTO Awards pada 18 Januari 2016 setelah bersaing ketat dengan 3 negara

lainnya dalam kategori yang sama yakni Kenya, Kolombia dan Puerto Rico.

Banyuwangi keluar sebagai “The Winner of Re-Inventing Government in

Tourism” dalam kategori UNWTO Awards untuk “Innovation in Public Policy

Governance atau Inovasi Kebijakan Publik dan Pemerintahan”. Ajang

Penghargaan Inovasi di sektor pariwisata ini diselenggarakan oleh Badan

1
2

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang membidangi sektor pariwisata dunia

(Sumber: http://www.indonesia.travel/, diunduh 21 Januari 2016)

Salah satu sektor yang juga dilirik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Banyuwangi untuk dikembangkan sebagai potensi wisata adalah sektor pertanian

dan perkebunan. Mengingat 25% atau sekitar 140.000 ha dari luas wilayah

Kabupaten Banyuwangi yaitu 5.782,50 km² merupakan kawasan pertanian dan

perkebunan (Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Banyuwangi, 2016). Tidaklah mengherankan jika Kabupaten Banyuwangi

menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Jawa Timur. Salah satu

pengembangan pariwisata alternatif sebagai aktifitas wisata bagi wisatawan

dengan sumber daya utamanya adalah alam baik itu pertanian atau perkebunan

yaitu agrowisata. Agrowisata pada umumnya berkembang di kawasan yang

memiliki cuaca sejuk atau dingin, karena banyak tanaman yang memiliki

kecocokan dengan cuaca dingin juga kontur tanah yang subur.

Salah satunya sektor pertanian dan perkebunan yang berkembang di

Kabupaten Banyuwangi yaitu kawasan perkebunan Glenmore, Banyuwangi.

Glenmore merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyuwangi ini

memiliki potensi wisata berupa kawasan perkebunan yang luas dengan kontur

tanah yang bagus serta hawa yang sejuk. Kecamatan Glenmore merupakan

wilayah dataran tinggi sehingga udaranya sejuk dan pemandangannya sangat

indah. Banyak tumbuh tanaman kopi, tebu dan coklat di kawasan perkebunan di

kecamatan ini. Mendengar kata Glenmore, selain nama yang asing, jejak-jejak

berbau asing, terutama peninggalan kolonial Belanda masih ditemukan di


3

Kecamatan Glenmore ini. Sebutan bagi Kecamatan Glenmore sering

melemparkan asumsi orang tentang sebuah tempat di Eropa yang sejuk dan

kadang berselimut salju. Padahal ini merupakan nama sebuah kecamatan yang

terletak di ujung timur Pulau Jawa. Glenmore memang terkesan seperti kosakata

Inggris. Sebagian besar orang meyakini Glenmore merupakan gabungan dari dua

kosa kata yakni “Glen” dan “More”. Kata Glen untuk menggambarkan daerah

berhawa sejuk yang memiliki hamparan lahan berkontur, sedangkan kata More

untuk menunjukkan daerah ini memiliki hamparan berkontur yang lebih banyak

dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Gabungan dua kata itu kemudian

disatukan menjadi Glenmore. Konon, gabungan dua kosakata ini banyak

digunakan oleh warga Belanda yang menghuni daerah ini sejak abad ke-18. Versi

lain menyebutkan nama Glenmore tidak lepas dari Ros Taylor, bangsawan

Skotlandia yang membeli lahan perkebunan di daerah ini. Izin pembukaan lahan

ini ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 24 Februari 1909 dan

diumumkan di Javasche Courant tanggal 30 Maret 1909 (Sumber :

https://kanal3.wordpress.com/2013/11/15/sejarah-asal-usul-kecamatan-

glenmore-banyuwangi/, diunduh tanggal 15 November 2017)

Pada umumnya pariwisata di Kecamatan Glenmore cukup berkembang.

Beberapa daya tarik wisata cukup diminati wisatawan, diantaranya Wisata Umbul

Pule, Wisata Umbul Bening, dan juga Candi Agung Gumuk Kancil, dimana

merupakan objek wisata spiritual bagi umat Hindu. Salah satu daya tarik wisata

terbaru dari Glenmore yang baru dibuka untuk umum dan diresmikan sejak 13

Januari 2016 yaitu Obyek Wisata waduk sidodadi (WWS) yang berada di
4

lingkungan perkebunan PTPN XII Kebun Kalirejo, Desa Karangharjo, Kec.

Glenmore, Kab. Banyuwangi. Semula pembuatan waduk seluas 0,7 ha

dimaksudkan sebagai pemasok air untuk irigasi tanaman tebu seluas 1.200 ha

guna memenuhi kebutuhan bahan baku Pabrik Gula (PG) Glenmore atau Industri

Gula Glenmore (IGG). Pengelola mengutarakan gagasan untuk mengembangkan

Waduk Sidodadi sebagai daya tarik wisata muncul sesudah melihat potensinya

berupa lingkungan kebun dan pemandangan yang bagus, serta cenderung beriklim

sejuk. Direksi PTPN XII pun menyetujui gagasan tersebut, sehingga waduk

Sidodadi memiliki fungsi ganda yakni sebagai pemasok air ke kebun tebu

sekaligus dioptimalkan untuk wisata. Pada awalnya memang tidak dipersiapkan

untuk wisata, hanya untuk pengairan saja, namun karena pemandangan alamnya

yang asri, ditambah antusiasme warga yang menyambut baik waduk ini, maka

sekarang menjadi lokasi wisata baru di Glenmore ini.

Saat ini pihak perkebunan sedang melakukan perluasan wilayah. Dari

mulanya 0,7 ha, kini kawasan Wisata Waduk Sidodadi tersebut sudah memiliki

luas 6,8 ha. Total Ketua Pengelola atau biasa disebut manajer dari manajemen

Perkebunan Kalirejo PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XII yang bertanggung

jawab pada operasional dari Wisata Waduk Sidodadi adalah Bapak Hery Warman,

juga dibantu oleh Bapak Tatang dan Ibu Yulistiyani selaku pengelola yang

mengatur operasional Wisata Waduk Sidodasi. Hal ini dikarenakan Wisata Waduk

Sidodadi merupakan bagian dari seluruh kawasan Kebun Kalirejo PT. Perkebunan

Nusantara (PTPN) XII, dimana diarea tersebut juga berdiri Pabrik Gula Glenmore.

Waduk Sidodadi berada di ketinggian 260 meter di atas permukaan laut (dpl).
5

Ketinggian air di waduk tersebut rata-rata 2,5 meter dengan volume 50.000

dan debit air dari sungai ke waduk 800 per jam (Kantor Pengelola Wisata

Waduk Sidodadi, 2016).

Sebuah daya tarik wisata baru di Glenmore yang memadukan

pemandangan alam yang indah antara waduk, perkebunan dan didukung oleh

keberadaan pabrik gula Glenmore, menjadikan Wisata Waduk Sidodadi menjadi

alternatif wisata yang menarik bagi wisatawan. Atraksi wisata yang disediakan

dalam memenuhi kegiatan wisatawan pada Wisata Waduk Sidodadi yang sudah

berjalan sejauh ini, diantaranya menikmati perkebunan buah naga, tanaman

hidroponik seperti selada dan tanaman coklat, berkeliling area waduk dan

perkebunan tebu hingga pabrik gula Glenmore dengan mobil terbuka, sepeda dan

perahu air yang dia digunakan sepanjang waduk, flying fox, ATV, mini trail,

kegiatan memancing, dan lain-lain. Meskipun terbilang hampir satu tahun berdiri,

antusiasme wisatawan yang didominasi wisatawan nusantara terhadap daya tarik

wisata baru ini cukup baik, namun masih bersifat fluktuatif. Mengacu pada data

yang berasal dari Kantor Pengelola Wisata Waduk Sidodadi, jumlah kunjungan

wisatawan bulan Januari hingga November 2016, di bulan pertamannya dimana

Wisata Waduk Sidodadi beroperasional yaitu bulan Januari, jumlah wisatawan

yang berkunjung yaitu 998, dengan proporsi wisatawan nusantara 990 orang dan

wisatawan mancanegara hanya 10 orang (lampiran 14.3:237). Bulan selanjutnya

mengalami kenaikan meski tidak signifikan, pada bulan Februari sejumlah 1202

orang, kemudian sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan di bulan Mei

hingga 6650 orang, salah satu faktor penyebabnya adalah Wisata Waduk Sidodadi
6

menjadi tempat mulainya event lomba balap sepeda internasional yang diikuti

oleh 20 tim dari 29 negara sehingga tidak bisa dipungkiri wisatawan mancanegara

khususnya jumlahnya meningkat. Setelah itu hingga bulan November ini jumlah

kunjungan wisatawan ke Wisata Waduk Sidodadi lebih baik dari awal bulan

operasional, namun masih dibawah bulan Mei.

Berbagai atraksi wisata berbasis perkebunan yang mulai dipersiapkan oleh

pengelola dan pemerintah daerah, menjadi salah satu acuan dimana

pengembangan potensi agrowisata merupakan tujuan dari Wisata Waduk

Sidodadi. Pengelola Wisata Waduk Sidodadi sudah mencetuskan rencana proyek

perluasan menjadi 10 ha seiring kian besarnya minat masyarakat untuk

berkunjung ke obyek wisata tersebut. Belum adanya program dan tindakan

pengelolaan secara maksimal menjadi kendala, misalnya perkebunan coklat yang

sebenarnya sudah ada namun belum dikelola secara maksimal sebagai atraksi

wisata yang dapat memotivasi wisatawan untuk memperoleh pengalaman edukasi

baru. Selain perkebunan coklat, perkebunan buah naga yang kini menjadi salah

satu komoditi unggulan Banyuwangi dan buah yang banyak disukai dengan

banyak khasiat didalamnya, juga belum dikemas menjadi daya tarik agrowisata

bagi wisatawan. Wisatawan tidak hanya ingin melihat indahnya perkebunan buah

naga yang sedang berbuah, tetapi wisatawan juga ingin mendapat pengetahuan

tentang cara budidayanya, bahkan cara memetiknya hingga merasakan nikmatnya

buah naga langsung dari pohonnya. Begitu pula perkebunan tebu dan Pabrik Gula

Glenmore akan menjadi kombinasi yang menarik jika disuguhkan dari segi

edukasinya yaitu proses awal budidaya, proses pembuatan di pabrik gula, hingga
7

pengolahan hasilnya. Hal tersebut belum bisa didapatkan oleh wisatawan ketika

berkunjung ke Wisata Waduk Sidodadi. Diperlukan keharmonisan yang harus

dimiliki antara prinsip wisata, prinsip edukasi dan konservasi yang harus dimiliki

oleh sebuah daya tarik agrowisata.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka, rumusan penelitian ini adalah :

1. Apakah potensi yang dimiliki oleh Wisata Waduk Sidodadi sebagai daya tarik

agrowisata di Glenmore, Banyuwangi ?

2. Bagaimana strategi pengembangan potensi agrowisata pada Wisata Waduk

Sidodadi di Glenmore, Banyuwangi?

3. Bagaimana program-program yang dapat dirumuskan dalam mendukung

potensi dan pengembangan agrowisata pada Wisata Waduk Sidodadi di

Glenmore, Banyuwangi?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan penelitian ini, sebagai berikut.

1. Untuk mengkaji potensi yang dimiliki oleh Wisata Waduk Sidodadi sebagai

daya tarik agrowisata di Glenmore, Banyuwangi.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan potensi agrowisata pada Wisata

Waduk Sidodadi di Glenmore, Banyuwangi.

3. Untuk merumuskan program-program dalam mendukung potensi dan

pengembangan agrowisata pada Wisata Waduk Sidodadi di Glenmore,

Banyuwangi.
8

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Secara akademis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wadah untuk

wahana berpikir kritis dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang pernah di

pelajari selama dibangku perkuliahan Magister Pariwisata terutama dalam

menerapkan konsep pariwisata alternatif atau pariwisata minat khusus dalam

implementasi pengembangan agrowisata pada suatu daerah tujuan wisata.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

kebijakan bagi pengelola dan evaluasi dalam mengembangkan potensi Wisata

Waduk Sidodadi sebagai agrowisata. Melalui program-program yang telah

dirumuskan sebagai hasil dari penelitian ini, sehingga menjadikan potensi yang

dimiliki Wisata Waduk Sidodadi tidak hanya sebagai wisata hiburan semata

namun layak dan diminati oleh wisatawan sehingga pengalaman yang berbeda

bisa didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung ke Wisata Waduk Sidodadi

sebagai daya tarik agrowisata.

Anda mungkin juga menyukai