Anda di halaman 1dari 60

David M. Phillips/Photo Researchers, Inc.

Sistem Reproduksi

SEKILAS ISI Pokok-Pokok Homeostasis


20.1 Keunikan Sistem Reproduksi
20.2 Fisiologi Reproduksi Pria Fungsi normal sistem reproduksi tidak ditujukan bagi homeostasis dan tidak
20.3 Hubungan Seksual Antara penting bagi kelangsungan hidup individu, tetapi penting bagi kelestarian
Pria dan Wanita
spesies. Hanya melalui sistem reproduksi, kompleks cetakan biru genetik dari
20.4 Fisidogi Reproduksi Wanita
setiap jenis makhluk hidup dapat bertahan selama kehidupan setiap anggota
individu dari suatu spesies.
20.1 I Keunikan Sistem
Reproduksi

Hal yang unik di antara sistem tubuh, sistem


reproduksi tidak berperan dalam homeostasis,
tetapi menjalankan fungsi penting lainnya KARAKTERISTIK SEKS SEKUNDER

SEKILAS FUNGSI DAN ORGAN

Sistem reproduksi mencakup gonad, saluran


reproduksi, dan kelenjar seks aksesorius, yang
sepenuhnya berbeda pada pria dan wanita

774 BAB 20
Kolumna vertebra

Kandung Ureter
kemih
Tulang Rektum
pubih
Vesikula seminalis
Duktus
deferens
Duktus ejakulatorius
Kelenjar prostat
Penis

Kandung kemih
Ureter
Anus Vesikula
seminalis

Korda
jaringan Kelenjar bulbouretra
erektil Uretra
Glans Kelenjar prostat
penis Epididimis
Kelenjar Ejaculatory
Testis Skrotum bulbouretra

Duktus deferens
Penis
(a) The pelvis in sagittal section
Epididimis

Testis

Urethra
Glans
penis
Gambar 20-1 Sistem reproduksi pria (b) Posterior view of the reproductive
organs

Sistem Reproduksi 775


Vertebral column
Oviduktus

Ovarium
Fimbria

Uterus

Cervix
Kandung
kemih

Tulang Rectum
pubis

Uretra Vagina
Bagian eksternal
kilotoris

Labia
minora
Anus
mayora

(a) Pelvis dalam potongan sagital

Oviduktus

Pembuluh ovarium

Fimbria
Endometrium
Ovarium

Miometrium Uterus

Kanalis servikalis
Klitoris
Serviks
Lubang
Vagina uretra
Labia
minora Himen
(b) Pandangan posterior organ-organ reproduksi
Labia Lubang
mayora vagina

Perineum

Anus

Gambar 20-2 Sistem reproduksi wanit (c) Pandangan perineal genitalia

776 BAB 20
Sel reproduksi masing-masing mengandung
separuh set kromosom.

Jenis kelamin individu ditentukan oleh kombinasi


kromosom seks.

Gametogenesis dilakukan dengan meiosis,


menghasilkan sperma dan ovum yang unik dari
segi genetik.

Sistem Reproduksi 777


Orang tua dengan sel somatik
diploid (46 kromosom)

Ibu Ayah

Pembelahan Pembelahan
meiosis sel meiosis sel
germinativum germinativum

Ovum haploid Sperma haploid


(23 kromosom) (23 kromodom)

JENIS KELAMIN FENOTIPE


Fertilisasi

Ovum yang dibuahi


diploid (46 kromosom)

Mitosis

Anak dengan sel somatik


(46 kromosom)

Gambar 20-3 Distribusi kromosom pada reproduksi seksual.

DIFERENSIASI SEKSIJAL GENITALIA EKSTERNA

Diferensiasi seksual mengikuti garis pria atau wanita


bergantung pada ada atau tidaknya penentu-penentu
maskulinisasi.

JENIS KELAMIN GENETIK DAN GONAD

DIFERENSIASI SEKSUAL SALURAN REPRODUKSI

778 BAB 20
X Ovum dengan kromosom seks X

Biophoto Associates/Photo Researchers, Inc.


Y X
Dibuahi oleh Dibuahi oleh

Sperma dengan kromosom seks Y Sperma dengan kromosom seks X

Mudigah dengan kromosom seks XY Mudigah dengan kromosom seks XX


Kromosom Y
1 Jenis kelamin
genetik: bergantung Kromosom X
PRIA Wanita
pada kombinasi
kromosom seks

Sex-determining region of Y Tidak ada kromosom Y sehingga


chromosome (SRY) menyandi tidak ada SRY dan tidak ada TDF
pembentukan testis-
determining factor (TDF)

TDF mengarahkan diferensiasi Tanpa TDF, gonad yang belum


gonad menjadi testis berdiferensiasi berkembang menjadi
ovarium

2 Jenis kelamin
gonad: ditentukan
TESTIS oleh ada atau Ovarium
tidaknya gen SRY

Testis mengeluarkan testosteron Tidak terdapat sekresi testosteron


dan mullerian-inhibiting factor atau mullerian-inhibiting factor

Testosterone Tidak ada mullerian- Tidak ada testosteron


Mullerian-inhibiting factor
inhibiting factor

Diubah menjadi

Degenerasi duktus Degenerasi duktus


Dihidrotetosteron mulleri wolffii

Mengubah duktus wolffii


Mendorong perkembangan Perkembangan duktus mulleri Perkembangan genitalia eksterna
menjadi saluran reproduksi
genitalia eksterna tak- menjadi saluran reproduksi tak-berdiferensiasi sesuai garis
pria (mis. epididimis, duktus
berdiferensiasi mengikuti garis wanita (mis. oviduktus,uterus) wanita (mis. klitoris, labia)
deferens, duktus ejakulatorius,
pria (mis. penis, skrotum)
vesikula seminalis)

3 Jenis kelamin fenotipe:


SALURAN REPRODUKSI ditentukan ada atau tidaknya SALURAN REPRODUKSI
DAN GENITALIA hormon-hormon maskulinisasi DAN GENITALIA
EKSTERNA PRIA EKSTERNA WANITA

(a) Penentuan jenis kelamin dan diferensiasi seksual pria (b) Penentuan jenis kelamin dan diferensiasi seksual wanita
Gambar 20-4 Penentuan jenis kelamin dan diferensiasi.

779
KUNCI Pada 7 minggu

Genital tubercle
Tuberkulum genital Urethral folds
Genital swellings
Lipatan uretra Anal opening

Tonjolan genital

(a) Genitalia yang belum


berdiferensiasi
Pada 10 miggu Pada 10 minggu

Penis yang sedang


Klitoris yang sedang
terbentuk
terbentuk
Lipatan uretra
(sebagian menyatu) Lubang uretra

Tonjolan genital
(skrotum) Tonjolan genital
(labia)

Lubang uretra

Glans penis
Menjelang aterm
Prepusium
Glans klitoris
Batang penis
Labia minora
Skrotum Lubang uretra
Himen
Vagina
Anus
Labia mayora
Anus

(b) Genitalia pria


(c) Genitalia wanita

Gambar 20-5 Diferensiasi seksual genitalia eksterna.

780 BAB 20
Gonad yang belum
berdiferensiasi

Duktus Duktus
mulleri wolffi ■

Ureter

(a) Sistem reproduksi yang


belum berdiferensiasi

Duktus mulleri Duktus wolffii
mengalami degenerasi mengalami digener

Oviduktus

Epididimis Duktus
Testis Ovarium
Duktus mulleri
deferens
Duktus Mulleri Duktus Duktus Wolffii
berdegenerasi wolffii berdegnerasi

Ureter
Kandung kemih

Uterus
Uretra
Uretra
Vagina
(b) Duktus berdiferensiasi (c) Duktus mulleri berdiferensiasi
saluran reproduksi pria menjadi saluran reproduksi wanita
(diperlihatkan sebelum testis
turun ke dalam skrotum)
Gambar 20-6 Diferensiasi seksual saluran reproduksi.

Periksa Pemahaman 20.1


KESALAHAN DALAM DIFERENSIASI SEKSUAL
1. Sebutkan organ reproduksi utama pada pria dan wanita dan sebutkan
fungsi ganda organ-organ ini pada setiap jenis kelamin.
2. Siapkan sebuah tabel yang membandingkan struktur-struktur
reproduksi apa saja yang berasal dari gonadal ridge, tuberkulum
genital, hpatan uretra, tonjolan genital, duktus Wolffii, dan duktus
Mulleri selama perkembangan embrionik pada pria dan pada wanita.


20.2 I Fisiologi Reproduksi
Pria

Sistem Reproduksi 781


EFEK PADA SISTEM REPRODUKSI SEBELUM LAHIR

Lokasi testis pada skrotum menyediakan lingkungan EFEK PADA JARINGAN SPESIFIK-SEKS SETELAH LAHIR
yang lebih dingin yang esensial bagi spermatogenesis.

Sel Leydig testis mengeluarkan hormon maskulinisasi


testosteron.

782 BAB 20
Epididimis Sitoplasma Spermatozoa
Spermatogonium sel Sertoli Ekor spermatozoa

Duktus

© Michael C. Webb/Visuals Unlimited.


deferens
Tubulus
seminiferus

Lumen tubulus Berbagai tahap Sel Leydig


seminiferus pembentukan sperma
Testis
(b) Foto mikroskop cahaya potongan melintang tubulus seminiferus
(a) Potongan longitudinal yang
memperlihatkan lokasi dan susunan
tubulus seminiferus

Tubulus seminiferus Ekor spermatozoa

Spermatozoa
Lumen
matang
tubulus
seminiferus
Spermatid yang
mengalami
pengemasan

Spermatid
CNRI/Photo Researchers, Inc.

Sel Spermatosit
Sertoli sekunder

Spermatosit
primer
Taut
erat
Berbagai tahap Sel Leydig
pembentukan sperma
Spermatogonium

(c) Scanning electron micrograph potongan (d) Hubungan sel sertoli dengan sel yang sedang terbentuk
melintang tubulus seminiferus
Gambar 20-7 Anatomi testis yang menggambarkan tempat spermatogenesis. (a) Tubulus seminiferus adalah bagian testis pembentuk sperma. (b) Sel-sel germinativum yang
belum berdiferensiasi (spermatogonia) terletak di perifer tubulus, dan spermatozoa yang telah berdiferensiasi berada di lumen, dengan berbagai tahap pembentukan sperma
terletak di antaranya. (c) Perhatikan adanya spermatozoa yang sangat berdiferensiasi (dapat dikenali oleh ekornya) dii lumen tubulus seminiferus. (d) Hubungan sel Sertoli dengan
sel sperma yang sedang dibentuk.

Sistem Reproduksi 783


■ TABEL 20-1 Berbagi Efek Testoteron
EFEK NON-REPRODUKTIF
Efek Sebelum Lahir

Memaskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna

Mendorong turunnya testis ke dalam skrotum


Efek pada Jaringan Spesifik-Seks Setelah Lahir

Mendorong pertumbuhan dan pematangan sistem


reproduksi saat pubertas
Esensial bagi spermatogenesis
Memelihara saluran reproduksi sepanjang masa dewasa
Efek Terkait-Reproduksi Lainnya

Membentuk dorongan seks saat pubertas


Mengontrol sekresi hormon gonadotropin
Efek pada Karakteristik Seks Sekunder

Memicu pola pertumbuhan rambut pria (mis.janggut)


PERUBAHAN TESTOSTERON MENJADI ESTROGEN PADA
Menyebabkan suara lebih berat karena menebalnya pita suara
PRIA
Mendorong pertumbuhan otot yang membentuk pola tubuh pria

Efek non-reproduktif

Memiliki efek anabolik protein

Mendorong pertumbuhan tulang saat pubertas


Menutup lempengan epifisis setelah diubah menjadi estrogen
oleh aromatase

Mungkin memicu perilaku agresif

EFEK TERKAIT-REPRODUKSI LAINNYA

EFEK PADA KARAKTERISTIK SEKS SEKUNDER


Spermatogenesis menghasilkan sperma motil yang
sangat khusus dalam jumlah besar.

784 BAB 20
PROLIFERASI MITOTIK

Kromosom
Tahap-tahap
di setiap sel
spermatogenesis

Spermatogonium 46
(Jumlah diploid;
Mitosis untai tunggal)
Satu sel anak tetap di batas
luar tubulus seminiferus Satu sel anak bergerak ke
untuk mempertahankan arah lumen untuk
Spermatogonia garis sel germinativum menghasilkan spermatozoa 46
1 Mitotic (Jumlah diploid;
proliferation untai tunggal)
Mitosis

Mitosis

Spermatosit 46
primer (Jumlah diploid;
untai tunggal)
Pembelahan
meiosis pertama

Spermatosit 23
2 Meiosis sekunder (Jumlah diploid;
untai tunggal)
Pembelahan
meiosis kedua
23
(Jumlah diploid;
Spermatid
untai tunggal)

3 Pengemasan
(spermiogenesis)
Spermatozoa 23
(Jumlah diploid;
untai tunggal)

Gambar 20-8 Spermatogenesis.

785
MEIOSIS

PENGEMASAN

Sepanjang perkembangannya, sperma tetap berhu-


bungan erat dengan sel Sertoli.

Akrosom Nukleus
Mitokondria Mikrotubulus
Dr. David Phillips/Visuals Unlimited, Inc.

Kepala Bagian tengah Ekor (flagellum)

(b) Bagian-bgian spermatozoa

Gambar 20-9 Anatomi sebuah spermatozoa. (a) Fotomikrograf fase-kontras spermatozoa manusia. (b)
Sebuah spermatozoa memiliki tiga bagian fungsional: kepala dengan "tudung" akrosomnya, bagian
(a) Foto spermatozoa manusia tengah, dan ekor.

786 BAB 20
LH dan FSH dari hipofisis anterior mengontrol
sekresi testosteron dan spermatogenesis.

KONTROL UMPAN-BALIK FUNGSI TESTIS

Sistem Reproduksi 787


Neuron kiss1 di
Hipotalumus neklueus
arkuatus (ARC)
Kisspeptin

Sel penyekresi- PERAN TESTOSTERON DAN FSH DALAM


GnRH SPERMATOGENESIS
GnRH
Hipofisis Hipofisis
anterior posteorior

(Secara selektif (Secara


menghambat selektif
sekresi LH) menghambat
sekresi FSH)

Gonadotrop
LH FSH

Aktivitas GnRH meningkat pada pubertas.

Inhibin

Sel sertoli

Spermatogenesis

Sel Leydig
Testosteron

Efek
maskulinisasi Testis
Gambar 20-10 Kontrol fungsi testis.

788 BAB 20
VASEKTOMI

Saluran reproduksi menyimpan dan memekatkan


sperma serta meningkatkan kesuburannya.

Kelenjar seks tambahan berperan membentuk


sebagian besar semen.

KOMPONEN SALURAN REPRODUKSI PRIA

FUNGSI EPIDIDIMIS DAN DUKTUS DEFERENS SEMEN

Sistem Reproduksi 789


FUNGSI KELENJAR SEKS TAMBAHAN PADA PRIA

■ TABEL 20-2 Lokasi dan Fungsi Berbagai Komponen Sistem Reproduksi Pria

Komponen Jumlah dan Lokasi Fungsi

Testis Sepasang; terletak di skrotum, suatu kantong Menghasilkan sperma


terbungkus kulit yang tergantung di dalam sudut Menyekresikan testosteron
antara kedua tungkai
Epididimis dan Sepasang; satu epididimis melekat ke bagian Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma dari testis
duktus deferens belakang masing-masing testis; satu duktus Berfungsi sebagai tempat pematangan sperma untuk
deferens berjalan dari masing-masing epididimis
motilitas dan kesuburan
naik dari kantong skrotum melalui kanalis
inguinalis dan bermuara ke daiam uretra di leher Memekat dan menyimpan sperma
kamdung kemih
Vesikula seminalis Sepasang; keduanya bermuara ke dalam bagian Menghasilkan fruktosa untuk memberi makan sperma
terakhir duktus deferens,satu masing-masing sisi yang diejakulasikan
Menyekresikan prostaglandin yang merangsang motalitas
untuk membantu transpor sperma di dalam saluran
reproduksi pria dan wanita
Membentuk sebagian besar semen
Menghasilkan prekkursor untuk pembekuan sperma
Kelenjar prostat Tunggal; mengelilingi uretra sepenuhnya di leher Menyekresikan cairan basa yang menetralkan sekresi
kandung kemih vagina yang asam
Memicu pembekuan semen agar semen tetap berada di
dalam vagina ketika penis dikeluarkan
Kelenjar Sepasang; keduanya bermuara ke dalam uretra,
Menyekresikan mukus untuk pelumas
bulbouretra satu di masing-masing sisi, tepat sebelum uretra
masuk ke dalam penis

790 BAB 20
Prostaglandin adalah caraka kimiawi yang bekerja
lokal dan ditemukan di mana-mana ❚ TABEL 20-3 Kerja Prostaglandin
Sistem Tubuh yang
Dipengaruhi Kerja Prostaglandin

Sistem Reproduksi Meningkatkan transpor sperma oleh


kerja otot polos di saluran reproduksi
pria dan wanita
Berperan dalam ovulasi
Berperan penting dalam haid
Ikut serta mempersiapkan bagian
maternal plasenta
Berperan dalam persalinan

Sistem Pernapasan Sebagian berperan dalam


bronkodilatasi, yang lain dalam
bronkokonstriksi

Sistem Kemih Meningkatkan aliran darah ginjal


Meningkatkan ekskresi air dan garam

Sistem Pencernaan Menghambat sekresi HCI oleh lambung


Merangsang motilitas usus

Sistem Saraf Memengaruhi pelepasan dan kerja


neurotransmiter
Bekerja sebagai"termostat"hipotalamus
untuk meningkatkan suhu tubuh
Meningkatkan sensasi nyeri
Sistem Endokrin Meningkatkan sekresi kortisol
Memengaruhi kepekaan jaringan
terhadap hormon pada berbagai
keadaan
Sistem Sirkulasi Memengaruhi agregasi trombosit

Metabolisme Lemak Menghambat penguraian lemak

Sistem Pertahanan Mendorong banyak aspek peradangan,


termasuk timbulnya demam

COOH

Nama huruf (PGA, PGE, Nama angka (mis. PGE1,


PGF) menunjukan variasi PGE2,) menunjukan
struktural di cincin lima- jumlah ikatan rangkap
karbon yang terdapat di dua
rantai samping
Gambar 20-11 Struktur dan tata-nama prostaglandin.

Sistem Reproduksi 791


Periksa Pemahaman 20.2
1. Sebutkan berbagai fungsi terstoteron,
2. Definisikan tubulus seminiferus, sel Leydig, sel Sertoli,
spermatogenesis, spermiogenesis, spermiasi, spermatogonia,
spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan
spermatozoa.

20.3 I Hubungan Seks Antara Ereksi terjadi karena vasokongesti penis.


Pria dan Wanita

Tindakan seks pria ditandai oleh ereksi dan


ejakulasi.

REFLEKS EREKSI

■ TABEL 20-4 Komponen Tindakan Seks Pria


Komponen Tindakan

Seks Pria Definisi Tercapai oleh

Ereksi Mengerasnya penis yang dalam keadaan Pembengkakan jaringan erektil penis oleh darah akibat
normallunak agar dapat masuk ke dalam vagina vasodilatasi hebat arteriol-arteriol penis yang dipicu oleh
rangsang parasimpatis dan penekanan mekanis vena
Ejakulasi
Fase emisi Pengosongan sperma dan sekresi kelenjar Kontraksi otot polos di dinding duktus dan kelenjar
sekstambahan (semen) ke dalam uretra seks tambahan yang dipicu oleh rangsang simpatis

Fase ekspulsi Kontraksi otot rangka di pangkal penis yang dipicu oieh
Ekspulsi kuat semen dari penis
neuron motorik

792 BAB 20
Uretra Rektum
Vesicula
seminalis

Anus

Kelenjar
Korda jaringan bulbouretra
erektil
Kelenjar prostat
Uretra
Vas deferens
Batang
Epididimis
penis
Glans penis Skrotum

Korda jaringan erektil


Testis
(a) Penis pada pria
REFLEKSI EREKSI

Uterus

Kandung kemih
Uretra
Batang Serviks
Klitoris Glans
Internal Vagina
tubulus
Labia minora
Labia mayora

Anus

(b) Klitoris pada wanita


Gambar 20-12 Jaringan erektil pada pria dan wanita.

Sistem Reproduksi 793


Pikiran tentang seks

EKSPULSI

Stimulasi mekanoreseptor di
glans penis

Orgasme dan resolusi menuntaskan


Saraf parasimpatis ke Saraf parasimpatis Saraf simpatis ke siklus respons seksual.
kelenjar bulbouretra ke arteriol penis arteriol penis
dan uretra

Mukus Arterio penis melebar ORGASME

Pelumas Ereksi

Vena tertekan

Gambar 20-13 Refleksi ereksi.

RESOLUSI

Ejakulasi mencakup emisi dan ekspulsi.

Volume dan kandungan sperma dalam ejakulat


bervariasi.

EMISI

794 BAB 20
I

Siklus seks wanita serupa dengan siklus pria.

Periksa Pemahaman 20.3


1. Sebutkan dan jelaskan keempat fase siklus respons seksual.
2. Definisikan berbagai komponen tindakan seksual pria dan
jelaskan bagaimana masing-masingnya tercapai.

20.4 I Fisiologi Reproduksi


Wanita

Fisiologi reproduksi wanita ditandai oleh siklus


kompleks.

Sistem Reproduksi 795


■Konsep, Tantangan,
dan Kontroversi "Estrogen" Lingkungan: Kabar Buruk
BagiSistem Reproduksi

T
ANPA DIKETAHUI, SELAMA 70 TAHUN TERAKHIR kita Turunnya jumlah sperma. Hitung sperma rerata turun dari 113 juta/
manusia telah mengotori lingkungan dengan bahan kimia mL semen pada tahun 1940 menjadi 60 juta/mL sekarang ini. Hal
sintetik perusak endokrin sebagai efek samping industrialisasi yang memperparah keadaan, volume satu kali ejakulat telah turun
yang tak-disengaja. Polutan mirip-hormon ini, yang disebut pen- dari 3,4 mL menjadi 2,75 mL. Hal ini berarti bahwa pria, secara
gacau endokrin (endocrine disrupters), berikatan dengan reseptor rerata, kini mengeluarkan kurang dari separuh jumlah sperma
yang normalnya disediakan untuk hormon-hormon alami. Bahan- dibandingkan dengan 70 tahun yang lalu-suatu penurunan lebih dari
bahan ini dapat menyerupai atau menghambat aktivitas hormon 380 juta sperma menjadi sekitar 165 juta sperma per ejakulat.
bergantung pada bagaimana mereka berinteraksi dengan reseptor. Selain itu, jumlah sperma motil juga merosot. Perlu diperhatikan,
Sebagian besar pengacau hormon menimbulkan efek feminisasi. hitung sperma selama periode yang sama tidak turun di bagian-
Banyak dari kontaminan lingkungan ini mirip dengan atau mengubah bagian dunia yang tidaktercemar.
kerja estrogen, hormon steroid feminisasi yang diproduksi oleh Meningkatnya insidensi kanker testis dan prostat. Kasus kanker
ovarium wanita. Meskipun belum dipastikan, penelitian di laboratorium testis telah meningkattiga kali lipat sejaktahun 1940, dan angkanya
dan lapangan mengisyaratkan bahwa pengacau estrogen ini mungkin terus meningkat. Kanker prostat juga meningkat selama periode
berperan dalam beberapa kecenderungan pengganggu dalam waktu tersebut.
masalah kesehatan reproduksi, seperti turunnya hitung sperma pada Meningkatnya jumlah kelainan saluran reproduksi pria saat lahir.
pria dan meningkatnya insiden kanker payudara pada wanita. Insiden kriptorkidismus (testis tak-turun) hampir meningkat dua kali
Polutan estrogenik terdapat di mana-mana. Bahan ini mencemari lipat dari tahun 1950-an ke 1970-an. Jumlah kasus hipospadia,
makanan, air minum, dan udara kita. Senyawa sintetik yang terbukti suatu malformasi penis, meningkat lebih dari dua kali antara
menyebabkan feminisasi mencakup (1) insektisida dan pembasmi pertengahan tahun 1960-an dan pertengahan tahun 1990-an.
hama tertentu, (2) produk penguraian detergen tertentu, (3) produk- Hipospadia terjadi jika lipatan uretra gagal menutup sewaktu
sampingan bensin yang terdapat di asap knalpot, (4) pengawet perkembangan janin laki-laki.
makanan umum yang digunakan untuk mencegah tengik, dan (5) Adanya bukti kelainan gender pada hewan. Sebagian ikan dan
pelembut yang menyebabkan plastik lentur. Pelembut plastik ini sering populasi hewan liar yang banyak terpajan ke estrogen lingkungan—
ditemukan dalam kemasan makanan dan mudah merembes ke dalam misalnya yang hidup di atau dekat air yang tercemar berat oleh
makanan yang berkontak dengannya, terutama sewaktu pemanasan. bahan-bahan kimia mirip-hormon—memperlihatkan angka
Bahan-bahan ini juga dapat ditemukan merembes ke dalam liur dari kecacatan sistem reproduksi yang tinggi. Contohnya adalah ikan
beberapa mainan plastik untuk bayi. Mereka ditemukan di banyak jantan yang hermafrodit (merniliki struktur reproduksi jantan dan
produk medis, misalnya kantong darah. Pelunak plastik adalah salah betina) dan buaya jantan dengan penis yang abnormal kecil.
satu pencemar lingkungan yang paling banyak ditemukan. Kelainan reproduksi serupa juga dapat dijumpai pada mamalia
Para peneliti baru mulai mengidentifikasi dan memahami dampak darat. Diperkirakan bahwa pajanan estrogen lingkungan yang
terhadap kesehatan reproduksi berbagai bahan kimia sintetik yang berlebihan menyebabkan populasi hewan ini "terkebirl':
telah menjadi bagian integral dalam kehidupan modern. Di lingkungan Menurunnya kelahiran bayi laki-laki. Banyak negara melaporkan
kita diperkirakan sudah terdapat 87.000 jenis bahan kimia sintetik. penurunan ringan rasio bayi laki-laki terhadap bayi perempuan yang
Para ilmuwan mencurigai bahwa bahan kimia mirip-estrogen yang dilahirkan. Di AS, terdapat pengurangan 17 kelahiran bayi laki laki
terdapat di antaranya mungkin mendasari berbagai gangguan per 10.000 kelahiran pada tahun 2007 dibandingkan tahun 1970,
kesehatan reproduksi yang telah meningkat sejak 70 tahun terakhir- dan Jepang telah melihat suatu penurunan lebih dari 37 kelahiran
periode waktu yang sama ketika sejumlah besar polutan diperkenalkan pria per 10.000 kelahiran selama periode yang sama. Meskipun
ke dalam lingkungan kita. Ini adalah contoh disfungsi reproduksi pria beberapa penjelasan coba diajukan (seperti usia saat hamil yang
yang mungkin secara tak-langsung berkaitan dengan pajanan ke lebih tua, meningkatnya
pengacau estrogen lingkungan:

796 BAB 20
obesitas, dan meningkatnya penggunaan teknologi reproduksi), hukum di AS pada tahun 1976, bahan kimia dianggap aman hingga
banyak peneliti mengaitkan kecenderungan bermasalah ini, terbukti sebaliknya. Environmental Protection Agency (EPA) harus
terutama pada perkembangan janin pria normal, dengan estrogen menunjukkan bahwa suatu bahan kimia berbahaya setelah itu selesai
lingkungan. Dalam satu bukti tak-langsung yang meyakinkan, orang digunakan. Sebagai respons terhadap semakin banyaknya bukti yang
yang secara tak-sengaja terpajan ke bahan pengacau endokrin muncul secara sirkumstansial yang mengaitkan berbagai polutan
dalam kadar tinggi pada suatu kecelakaan industri kemudian lingkungan dengan kelainan reproduksi, Kongres AS memberi mandat
memiliki hanya anak perempuan tanpa anak laki-laki, sementara kepada Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 1996
yang terpajan ke kadar rendah memiliki rasio anak perempuan untuk menentukan bahan kimia sintetik apa yang dapat mengganggu
terhadap anak laki-laki yang normal. Demikian juga, penelitian di sistem endokrin. Sebagai tanggapannya, EPA membentuk suatu
orang Rusia Arktik pada tahun 2004 mengungkapkan bahwa komite penasihat, yang pada tahun 1998 mengajukan suatu rencana
terdapat rasio 2,5 berbanding 1 antara kelahiran wanita dan pria ambisius untuk memulai pengujian menyeluruh terhadap berbagai
pada wanita yang kadar polutan mirip-estrogen dalam darahnya senyawa sintetik atas kemungkinannya mengganggu sistem hormon
adalah 4 mg/L atau lebih. manusia dan hewan. Meskipun pada akhirnya semua dari 87.000
Estrogen lingkungan juga diduga berperan dalam peningkatan senyawa sintetik yang ada akan diuji, pemeriksaan penya ring awal
insidensi kanker payudara pada wanita. Saat ini kanker payudara dipersempit menjadi evaluasi 15.000 bahan kimia yang luas digunakan
lebih prevalen 25% hingga 30% dibandingkan dengan pada tahun dalam potensi gangguan sistem hormon. Karena menganggap ini
1940an. Banyak faktor risiko untuk kanker payudara yang sudah sebagai prioritas kesehatan nasional, pemerintah telah
dipastikan, misalnya mendapat haid lebih dini dan mengalami mengalokasikan jutaan dolar untuk riset ini. Namun, selama proses
menopause belakangan, berkaitan dengan peningkatan umur total yang menghabiskan waktu ini, hanya beberapa ribu bahan kimia yang
terpajan ke estrogen. Karena peningkatan pajanan ke estrogen diuji coba selama 10 tahun pertama penelitian, seiring dengan Toxic
alami meningkatkan risiko kanker payudara, pajanan Release Inventory EPA yang terus berkembang dan bahan kimia lain
berkepanjangan ke estrogen lingkungan dapat berperan telah dianggap aman. Hal yang membuat situasinya menjadi kompleks
meningkatkan prevalensi keganasan ini pada wanita (dan pria). adalah para peneliti telah mempelajari bahwa bahan kimiawi yang ada
Selain pengacau estrogen, para ilmuwan baru-baru ini pada tubuh manusia dalam kadar aman memiliki efek sinergistik dan
menemukan suatu golongan baru bahan kimia pengganggu- efek yang merugikan ketika bahan-bahan ini berinteraksi. Karena itu,
pengacau androgen yang menyerupai atau menekan efek hormon tidak akan cukup untuk mengevaluasi risiko bahan kimia sintetis ini
pria. Sebagai contoh, studi-studi mengisyaratkan bahwa bakteri satu demi satu. Ilmuwan dan badan pengelola harus memikirkan risiko
dalam air buangan dari pabrik kayu dapat mengubah sterol dalam kumulatif dari tercampurnya bahan bahan kimia. Selebihnya, para
bubur kayu pinus menjadi androgen. Sebaliknya, senyawa anti- pengawas lingkungan dipanggil untuk melakukan pengukuran atas
androgen ditemukan dalam senyawa fungisida yang sering batasan terpajannya senyawa kimia terhadap individu dan dalam
disemprotkan ke berbagai sayur dan buah. Hal lain yang pelabelan manufaktur yang lebih baik sehingga konsumen dapat
mengkhawatirkan adalah androgen yang digunakan oleh industri memperoleh informasi yang lebih banyak tentang produk yang mereka
peternakan untuk meningkatkan produksi otot (yaitu, daging) pada pakai. Selanjutnya, fegislasi telah dikenalkan di Kongres, yang
sapi. (Androgen memiliki efek anabolik protein.) Obat-obat ini tidak mengharuskan manufaktur untuk membuktikan bahwa bahan kimia
berakhir di daging, tetapi dapat masuk ke air minum dan makanan dalam produk yang mereka pakai aman, menyediakan insentif bagi
lain karena tinja yang penuh hormon tersebut dapat menceman perkembangan produk yang lebih aman, dan memberikan EPA
sungai dan danau. tanggung jawab yang lebih besar dalam menindak senyawa kimiawi
Di bawah Toxic Substances Control Act (TCSA) yang menjadi yang terbukti berisiko tinggi.

Sistem Reproduksi 797


Tahap-tahap gametogenesis sama di kedua jenis
kelamin, tetapi waktu dan hasil akhirnya sangat
berbeda.
PEMBENTUKAN OOSIT SEKUNDER DAN FOLIKEL SEKUNDER

PEMBENTUKAN OOSIT PRIMER DAN FOLIKEL PRIMER

PEMBENTUKAN OVUM MATANG

PERBANDINGAN LANGKAH-LANGKAH DALAM OOGENESIS


DAN SPERMATOGENESIS

798 BAB 20
Tahap-tahap oogenesis Kromosom di
masimg-masing sel

Oogonium 46
(jumlah diploid;
untai ganda)

1 Proliferasi mitosis
sebelum lahir

(Terhenti
Oosit pada 46
primer pembelahan (jumlah diploid;
meiosis untai ganda)
pertama)

Setelah pubertas, satu oosit primer mencapai


Oosit primer yang 46
kematangan dan di ovulasikan sekitar sekali
sebulan sampai terjadi menopause diperbesar (jumlah diploid;
untai ganda)

(Pembelahan meiosis pertama


selesai tepat sebelum ovulasi)

Badan polar Oosit 23


pertama sekunder (jumlah diploid;
untai ganda)
2 Meiosis
(Pembelahan meiosis kedua
selesai setelah feritilisasi)
23 (jumlah haploid;
Badan polar Ovum
untai tunggal) dari
kedua matang
ovum plus 23 (jumlah
haploid; untai tunggal
Badan polar mengalami
dari sperma untuk
degenerasi
menghasilkan ovum
diploid yang telah
dibuahi dengan) 46
kromosom

Gambar 20-14 Oogenesis. Bandingkan dengan gambar Gambar 20-8, p. 785, spermatogenesis.

Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan


luteal yang bergantian.

Sistem Reproduksi 799


Mitosis

Sel germinal pria Kromosom Sel germinal


(diploid) resentatif wanita (diploid)

Spermatogonium Oogonium
(diploid) (diploid)

Mitosis menghasilkan Mitosis


sejumlah besar menghasilkan
spermatogonia sejumlah besar
oogenesis

Meiosis I

Oosit primer
Spermatosit primer (diploid; kromosom
(diploid; kromosom
diperlihatkan saat
diperlihatkan saat
direplikasi)
direplikasi)

(tepat sebelum
ovulasi)

Spermatosit sekunder Oosit sekunder


(haploid) (haploid) Badan polar
pertama

Meiosis II (tepat sebelum


fertilisasi)

Dari badan
Spermatid Ootid polar pertama
(haploid) (haploid)

Badan polar
kedua
Sperma
(haploid)
Ovum matang
(haploid)

Badan polar
bersintegrasi

(a) Spermatogenesis (b) Oogenesis

Gambar 20-15 Perbandingan pembelahan mitosis dan meiosis yang menghasilkan dan sel telur dari sel germinal.

800 BAB 20
4

Fase folikular ditandai oleh pembentukan


folikel matang.

PROLIFERASI SEL GRANULOSA DAN PEMBENTUKAN ZONA


PELUSIDA

PEMBENTUKAN FOLIKEL MATANG

2
6

OVULASI

PROLIFERASI SEL TEKA; SEKRESI ESTROGEN

PEMBENTUKAN ANTRUM

Sistem Reproduksi 801


2 1 Folikel
Sel Zona Folikel primer matang
Granulosa (40 μm)
Sel folikel pelusida

C. Edelmann/Photo Researchers, Inc.


Folikel
sekunder

3 Thecal cells Folikel Oosit Folikel


praantral primer primer
Oosit Satu lapisan
primer sel granulosa
Korpus
luteum
4 (c) Mikrograf ovulasi
(a) Ovarium (ukuran sebenarnya)
Awal
memperlihatkan ukuran relatif tahap-
pembentukan Folikel antral tahap progresif dalam siklus ovarium
antrum (sekunder) yang
sedang terbentuk Korpus
luteum

10
Sel teka
Sel granulosa
Antrum Korpus luteum yang 9
berdegenerasi
Zona pelusida
Ovum terovulasi
(oosit sekunder)
Ovum
(oosit primer) Korona
5 Permukaan ovarium Sisa folikel radiata
Zona pelusida
Ovum
(oosit sekunder)
Korpus luteum
sedang
terbentuk

Antrum

Folikel matang 8
(12-16 mm) 7
(b) Pembentukan folikel, ovulasi, serta pembentukan
dan degenerasi korpus luteum

1 Di dalam folikel primer, oosit primer atau antral, ketika antrum yang kaya- dan melepaskan oosit sehingga menyebabkan
dikelilingi oleh selapis sel granulosa. estrogen mulai terbenluk. ovulasi dan terhentinya fase folikular.

2 Di bawah pengaruh parakrin lokal, sel 5 Antrum terus meluas akibat 8 Mengantar ke fase luteal, folikel yang
granulosa berproliferasi dan membentuk pertumbuhan cepat folikel sekunder. ruptur berkembang menjadi korpus luteum di
zona pelusida di sekitar oosit. bawah pengaruh LH.
6 Setelah sekitar 2 minggu pertumbuhan
3 Jaringan ikat ovarium sekitar cepat di bawah pengaruh FSH, folikel telah 9 Korpus luteum terus bertumbuh dan
berdiferensiasi menjadi sel teka, mengubah berkembang menjadi folikel matang, yang menyekresikan progesteron dan estrogen yang
folikel primer menjadi folikel praantral. sangat banyak mengandung antrum; oosit, mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum
yang kini telah berkembang menjadi oosit yang telah dibuahi.
4 Folikel yang mencapai tahap praantral sekunder, tergeser ke salah satu sisi. 10 Setelah hari, jika ovum yang telah
direkrut untuk perkembangan lebin lanjut di dibuahi tidak berimplantasi di uterus, korpus
bawah pengaruh FSH pada saat dimulainya 7 Pada pertengahan siklus, sebagai respon kuteum berdegenerasi, fase luteal berakhir,
fase folikular siklus ovarium. Folikel yang terhadap lonjakan sekresi LH, folikel matang, dan fase folikular baru dimulai di bawah
direkrut berkembang menjadi folikel sekunder, dengan menonjol ke permukaan ovarium, pengaruh Jingkungan hormonal yang berubah.
pecah
Gambar 20-16 Siklus ovarium. (a) Ovarium yang menunjukkan tahap-tahap progresif dalam satu siklus ovarium. Semua tahap ini terjadi secara berurutan pada satu
tempat, tetapi tahap-tahap tersebut ditampilkan dalam sebuah lengkung di perifer ovarium sehingga semua tahap dapat terlihat secara bersamaan. (b) Pandangan yang
diperbesar tentang tahap-tahap dalam satu siklus ovarium. (c) Mikrograf oosit sekunder yang sedang dilepaskan (ovulasi), dikelilingi oleh halo berawan korona radiata.

802 BAB 20
DEGENERASI KORPUS LUTEUM
Antrum
10

Sel teka

P. Bagavandoss/Photo Researchers, Inc.


KORPUS LUTEUM KEHAMILAN
Ovum
(oosit
primer)

Sel
granulosa

Gambar 20-17 Pemindaian mikrograf elektron sebuah folikel sekunder


yang sedang terbentuk

Siklus ovarium diatur oleh interaksi hormon yang


kompleks.

Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus


luteum.

PEMBENTUKAN KORPUS LUTEUM; SEKRESI ESTROGEN


DAN PROGESTERON

KONTROL FUNGSI FOLIKEL


1

Sistem Reproduksi 803


Gambar 20-18 Korelasi antara kadar hormon dan
perubahan siklik ovarium dan uterus. Selama Petunjuk plasma FSH 9
paruh pertama siklus ovarium, fase dan LH
folikular (langkah 1 ), folikel ovarium (langkah 2 )
mengeluarkan estrogen (langkah 3 ) di bawah
pengaruh FSH (langkah 4 ), LH (langkah 5 ) , dan
estrogen itu sendiri. Peningkatan sedang kadar
estrogen menghambat sekresi FSH, yang
menurun (langkah 6 ) selama bagian terakhir fase 4 FSH 21
folikular, dan menekan sebagian sekresi tonik LH, 7 LH
yang terus meningkat (langkah 7 ) sepanjang fase 17
folikular. Ketika produksi estrogen folikel mencapai
puncaknya (langkah 8 ), kadar estrogen yang 5 6 16 22
tinggi ini memicu lonjakan sekresi LH pada FSH dan LH merangsang LH merangsang
pertengahan siklus (langkah 9 ). Lonjakan LH ini Lonjakan LH dan
perkembangan oosit dan perkembangan dan
menyebabkan ovulasi folikel matang (langkah 10 ). memicu ovulasi pemeliharaan korpus luteum
pertumbuhan folikel
Sekresi estrogen merosot (langkah 11 ) ketika
folikel mengalami kematian saat ovulasi. Sel-sel
folikel lama berubah menjadi korpus luteum Perubahan folikular dan luteal dalam ovarium
(langkah 12 ) yang mengeluarkan progesteron Perkembangan oosit dan Perkembangan Degenerasi
(langkah 13 ) serta estrogen (langkah 14 ) selama pertumbuhan folikel Ovulasi korpus luteum korpus luteum
paruh terakhir siklus ovarium (fase luteal)
(langkah 15 ). Progesteron menghambat dengan
2 10 12 18 2
kuat FSH (langkah 16 ) dan LH (langkah 17 ) yang
terus menurun sepanjang fase luteal. Korpus
luteum berdegenerasi (langkah 18 ) dalam waktu
sekitar dua minggu jika ovum yang dibebaskan
tidak dibuahi dan berimplantasi di uterus. Kadar
progesteron (langkah 19 ) dan estrogen
(langkah 20 ) turun tajam ketika korpus luteum
Folikel menyekresikan Korpus luteum menyekrisakan
berdegenerasi sehingga pengaruh inhibitorik pada
FSH dan LH lenyap. Sewaktu kedua hormon estrogen progeteron dan estrogen
hipofisis anterior ini mulai kembali meningkat
(langkah 21 dan 22 ) akibat tidak adanya inhibisi,
perkembangan kelompok baru folikel-folikel Konsentrasi plasma estrogen dan progesteron
kembali dimulai seiring dengan masuknya fase 8
folikular (langkah 1 dan 2 ). Progesterone
Fase-fase uterus yang bersamaan
mencerminkan pengaruh hormon-hormon ovarium Estrogen
pada uterus. Pada awal fase folikular, lapisan 11 13 19
endometrium yang banyak mengandung
pembuluh darah dan kaya nutrien terlepas (fase 3 Progesteron
haid uterus) (langkah 23 ). Pelepasan ini terjadi meningkatkan
karena terhentinya pengaruh estrogen dan jumlah pembuluh
progesteron (langkah 19 dan 20 ) ketika korpus
14
darah dan kelenjar 20
luteum berdegenerasi pada akhir fase luteal silus
sebelumnya (langkah 18 ). Pada akhir fase Estrogen Estrogen menyebabkan seketorik dalam endometrium
folikular, peningkatan kadar estrogen (langkah 3 ) penebalan endometrium
menyebabkan endometrium menebal (fase 25
proliferasi uterus) (langkah 24 ) Setelah ovulasi Berhentinya dukungan
(langkah 10 ), progesteron dari korpus ruteum hormonal menyebabkan
(langkah 13 ) menimbulkan perubahan-perubahan penguraian endometrium
vaskular dan sekretorik pada endometrium yang 23
telah dipersiapkan oleh estrogen untuk 23
menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk 24
implantasi (fase sekretorik, atau progestasional, Aliran
uterus) (langkah 25 ). Jika korpus luteum haid
berdegenerasi (langkah 18 ), fase folikular uterus
baru (langkah 1 dan 2 ) dan fase haid uterus
(langkah 23 ) kembali dimulai.

EndometrEndometriumium

Fase Fase Fase Fase


haid proliferatif sekretorik haid baru
23 24 25 23
Siklus uterus

Fase folikular Ovulasi Fase luteal Fase


flikular
1 10 15 baru 1
Siklus ovarium

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28/0 2
Hari siklus

804 BAB 20
2 3
4 5

LH FSH

1 4

Sel teka Sel granulosa


7

2 5
3
(Berdifusi dari
(diubah sel teka ke dalam (diubah
menjadi) sel granulosa) menjadi)
Kolestrol Androgen Androgen Estrogen

1 LH merangsang sel teka di folikel ovarium.


6a 6b
2 Akibat stimulasi, sel teka mengubah kolestrol menjadi androgen.
3 Androgen berdifusi dari sel teka ke dalam sel granulosa sekitar. Disekresikan Tetap
ke dalam berada di
4 FSH merangsang sel granulosa di folikel ovarium. darah folikel
5 Akibat stimulasi, sel granulosa mengubah androgen menjadi estrogen.
6a Sebagian estrogen disekresika ke dalam darah, tempat hormon ini
menimbulkan efek sistematik.
Menimbulkan Berperan
6b Sebagian estrogen tetap berada di dalam folikel dan berperan dalam efek di membentuk
pembentukan antru,m seluruh tubuh antrum
7 Estrogen lokal, bersama dengan FSH, merangsang proliferasi sel granulosa.
Gambar 20-19 Produksi estrogen oleh folikel ovarium.

805
KONTROL OVULASI

Neuron kiss1
Hipotalamus di nekleus 1
arkuatus (ARC)
Kisspeptin

11

Sel penghasilan-GnRH

GnRH
Hipofisis Hipofisis
anterior posterior

(Secara selektif (Secara selektif


menghambat menghambat
sekresi FSH) sekresi FSH)
10
Gonadotrop

LH FSH

12

Folikel yang
sedang berkembang
15
Inhibin

7
9

7
3
17

Ovarium
13

Peningkatan sedang
kadar estrogen

Gambar 20-20 Kontol umpan-balik sekresi LH tonik FSH selama fase folikular

7 8

806 BAB 20
9
Neuron kiss 1 di
nukleus anterpventral
periventrikular (AVPV)

Kisspeptin
Hipotalamus

Sel penghasil-GnRH

GnRH

Anterior Hipofisis
pituitary posterior

(secara selektif (secara selektif


merangsang menghambat
Gonadotrop
sekresi LH) sekresi FSH)

FSH LH KONTROL KORPUS LUTEUM


(sekresi (lonjakan
LH tonik sekresi LH)

13 11

Folikel
matang Inhibin

Ovulasi
Ovarium

Estrogen
kadar tinggi

Gambar 20-21 Kontrol lonjakan LH saat ovulasi.

11
17

gam-

Sistem Reproduksi 807


Neuron kiss 1 Neuron kiss 1
di nukleus AVPV di nukleus ARC 19 20

21
22
Kisspeptin

Hpotalamus
2
1

Perubahan siklik uterus disebabkan oleh


Sel penghasil- perubahan hormon selama siklus
GnRH
GnRH ovarium.

Hipofisis Hipotisis
antrerior posterior

(secara selektif menghambat


merangsang sekresi LH
sekresi LH) dan FSH
Gonadotrop

LH

Ovarium

korpus
luteum

PENGARUH ESTROGEN DAN PROGESTERON


PADA UTERUS

Kadar tinggi Kodar tinggi


estrogen progesteron

Gambar 20-22 Kontrol umpan-balik selama fase luteal.

18

17

808 BAB 20
3

FASE HAID FASE PROLIFERATIF

23
24

18
19 20

8
9 10

FASE SEKRETORIK, ATAU PROGESTASIONAL


12
25
15
13
14

Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron


menimbulkan perubahan siklik pada mukus serviks.

23 1
19 20

23
1 2
21 22

Sistem Reproduksi 809


■ Melihat Lebih Dekat
pada Fisiologi Olahraga Ketidakteraturan Haid: Ketika Pesepeda
dan Atlet Wanita Lainnya Tidak Bersiklus

S EJAK TAHUN 1970-AN, SEIRING DENGAN MENINGKATNYA


KEIKUTSERTAAN WANITA dalam berbagai olahraga yang
memerlukan rejimen iatihan berat, para peneliti mulai menyadari
bahwa banyak wanita tersebut mengalami perubahan daur haid akibat
yang berperan. Para ahli epidemiologi telah menunjukkan bahwa jika
seorang wanita melakukan olahraga berat sebelum menarke (periode
haid pertama), menarke akan tertunda. Secara rerata, atlet mendapat
haid pertama mereka tiga tahun lebih lambat daripada non-atlet. Selain
partisipasi atletik tersebut. Perubahan-perubahan ini disebut athletic itu, wanita yang ikut serta dalam olahraga sebelum menarke
menstrual cycle irregularity (AMI), Disfungsi daur haid dapat tampaknya mengalami peningkatan frekuensi AMI sepanjang karir
bervariasi keparahannya dari amenorea (penghentian daur haid) atletik mereka daripada mereka yang berlatih setelah menarke.
hingga oilgomenorea (haid yang tak-teratur atau jarang) hingga daur Perubahan hormon yang dijumpai pada atlet wanita mencakup (1)
yang lamanya normal, tetapi anovulatorik (tanpa ovulasi) atau yang penurunan hebat kadar FSH, (2) peningkatan kadar LH, (3) penurunan
fase lutealnya singkat atau inadekuat. progesteron selama fase luteal, (4) penurunan kadar estrogen pada
Pada berbagai studi awal yang menggunakan survei dan kuesioner fase folikular, dan (5) lingkungan FSH-LH yang sama sekali tidak
untuk menentukan prevalensi masalah ini, frekuensi gangguan terkait seimbang dibandingkan dengan wanita non-atlet seusianya. Banyak
olahraga ini bervariasi dari 2% hingga 1%. Sebaliknya, angka kejadian bukti menunjukkan bahwa daur haid kembali ke normal setelah
disfungsi daur haid pada wanita usia subur dalam populasi umum olahraga berat dihentikan.
adalah 2% hingga 5%.Masalah utama dalam memakai survei untuk Masalah utama yang berkaitan dengan amenorea atletik adalah
menentukan frekuensi kelainan daur haid adalah keakuratan daya berkurangnya densitas mineral tulang. Studi-studi telah menunjukkan
ingat tentang haid-haid sebelumnya. Selain itu, tanpa uji darah untuk bahwa densitas mineral di tuiang belakang bagian bawah pada mereka
menentukan kadar hormon sepanjang daur, seorang wanita tidak akan yang mengalami amenorea atletik lebih rendah daripada atiet dengan
mengetahui apakah ia anovulatorik atau mengalami pemendekan fase pada daur haid normal dan lebih rendah daripada non-atlet seusia.
luteal. Studi-studi saat kadar hormon ditentukan sepanjang daur haid Namun, pelari dengan amenorea memiliki densitas mineral tulang yang
memperlihatkan bahwa daur yang tampak normal pada atlet sering kali lebih tinggi daripada non-atiet dengan amenorea, mungkin karena
memiliki fase luteal yang singkat (kurang dari dua hari dengan kadar rangsangan mekanis olahraga membantu menahan pengeroposan
progesteron rendah). tulang. Studi-studi teiah memperlihatkan bahwa atlet amenorea
berisiko lebih tinggi mengalami fraktur terkait-stres daripada atlet
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan untuk menentukan apakah
dengan daur haid normal. Satu penelitian, sebagai contoh,
olahraga beratyang berlangsung hingga dua kali daur haid akan
mendapatkan fraktur stres pada 6 dari 11 pelari dengan amenorea,
memicu gangguan haid, 28 mahasiswi non-atlet dengan ovulasi dan
tetapi hanya 1 dari 6 pelari dengan daur haid normal. Mekanisme
fase luteal normal ikut serta sebagai subjek. Mereka melakukan
kerapuhan tulang ini mungkin sama seperti yang ditemukan pada
program latihan 8 minggu: pada awalnya lari 4 mil per hari yang
osteoporosis pascamenopause-tidak adanya estrogen (lihat h. 760).
ditingkatkan menjadi 10 mil per hari pada minggu kelima. Mereka
Masalah ini cukup serius sehingga atlet dengan amenorea perlu
diharapkan ikut serta dalam olahraga intensitas sedang 3,5 jam sehari.
membahas kemungkinan terapi sulih estrogen dengan dokter mereka.
Selama masa latihan hanya empat wanita yang memiliki daur haid
Kemungkinan terdapat beberapa manfaat positif disfungsi haid atlet.
normal. Kelainan yang terjadi akibat latihan tersebut mencakup
Suatu studi epidemiologi baru-baru ini untuk mengetahui apakah
perdarahan abnormal, keterlambatan haid, kelainan fungsi luteal, dan
kesehatan umum dan reproduksi jangka-panjang wanita yang pernah
hilangnya lonjakan LH. Semua wanita tersebut kembali mengalami
menjadi atlet semasa mahasiswa berbeda dari mereka yang bukan
daur normal dalam enam bulan setelah latihan. Hasil dari penelitian ini
atlet memperlihatkan bahwa mantan atlet memperlihatkan angka
mengisyaratkan bahwa frekuensi AMI pada olahraga berat mungkin
kejadian kanker sistem reproduksi kurang dari separuh dan kanker
jauh lebih besar daripada yang diperlihatkan oleh kuesioner saja.
payudara separuh dibandingkan dengan non-atlet. Karena keduanya
Dalam penelitian-penelitian lain yang menggunakan rejiman olahraga
adaiah kanker yang peka-hormon, penundaan menarke dan kadar
intensitas rendah, AMI jauh lebih jarang dijumpai.
estrogen yang lebih rendah yang dijumpai pada atlet wanita mungkin
......... penyebab AMI belum diketahui saat ini, meskipun studi-
berperan besar dalam menurunkan risiko kanker sistem reproduksi
studi mengisyaratkan bahwa penurunan berat yang cepat,
dan kanker payudara.
berkurangnya persentase lemak tubuh, insufisiensi makanan, riwayat
disfungsi haid, stres, usia saat mulai latihan, dan intensitas latihan
merupakan faktor

Perubahan pubertas pada wanita serupa


dengan yang terjadi pada pria.

810 BAB 20
Menopause bersifat unik bagi wanita.

Oviduktus adalah tempat fertilisasi.

TRANSPOR OVUM KE OVIDUKTUS

Sistem Reproduksi 811


Waktu Oviduktus Tempat optimal Ampula
kemunculan Persen fertilisasi oviduktus
(menit sperma
setelah yang Sperma
Lokasi ejakulasi) diejakulasikan mengelilingi
ovum
Tempat 30–60 0.001
fertilisasi
(sepertiga
atas
oviduktus)
Uterus Fimbria
Uterus 10–20 0.1 Ovarium Ovum yang
diovulasikan

Kanalis 1–3 3 Kanalis servikalis


servikilasi
Vagina
Vagina 0 100
165 juta sperma
*Didasarkan pada data dari hewan. diletakan
Sperma dan ovum diperbesar.
Penis

Gambar 20-23 Trans ovum dan sperma ke tempat feritilasi.

TRANSPOR SPERMA KE OVIDUKTUS

812 BAB 20
David Scharf/photolibrary.com
FERTILISASI

Gambar 20-24 Pemindaian mikrograf elektron pada sperma yang berkerumun


di permukaan sebuah sel telur.

4
Blastokista berimplantasi di endometrium melalui
kerja berbagai enzim trofoblastiknya.

Sistem Reproduksi 813


Korona radiata Membran plasma Sitoplasma Nukleus ovum yang sedang
(sel folikular) sperma ovum mengalami pembelahan
meiosis kedua
1 Sperma yang akan membuahi
menembus korona radiata meialui
enzim-enzim terikat-membran Zona
yang terdapat dalam membran Membran
pelusida
plasma kepala sperma dan plasma ovum
berikatan dengan reseptor ZP3 di Vesikel
zona pelusida. akrosomal

2 Pengikatan sperma dengan Membran Badan polar


reseptor ini memicu reaksi plasma ovum pertama
akrosom, yaitu saat enzim-enzim
hidrolitik pada akrosom Reseptor ZP3 Korona
dibebaskan ke zona peluskia. radiata
Spermatozoa Zona
Granula pelusida
3 Enzim akrosomal mencema
kortikal
zona pelusida, membentuk jalur
ke membran plasma ovum.
Ketika sperma mencapai ovum,
membran plasma kedua sel ini Sitoplasma
berrusi. ovum

Bagian tengah dan


ekor sperma
4 Kepala sperma dengan DNAnya
memasuki sitoplasma ovum.
Kepala sperma

Lennart Nilsson/Scanpix
dengan DNA
5 Sperma merangsang pelepasan
berbagai enzim yang tersimpan di
dalam granula kortikal di ovum,
yang nantinya, menginakbfkan
reseptor ZP3 dan mengeraskan
zona pelusida sehingga
menghambat terjadinya polispermia.
(b) Pemindaian mokrograf elektron pada
(a) Sperma membuat jalan menembus barier yang mengelilingi ovum. spermatozoa dengan enzim-enzim akrosom
(merah) yang terpajan setelah reaksi akrosom.
Gambar 20-25 Proses feritilisasi.

TAHAP-TAHAP AWAL DI AMPULA

PENURUNAN MORULA KE DALAM UTERUS

814 BAB 20
Blastokista Morula Pembelahan
Spermatozoa Ovum
(potongan melintang)
(potongan melintang)
Massa sel dalam

Ditakdirkan
untuk menjadi
jannin Kepala sperma yang
sedang membuahi
Badan polar
Trofoblas Fertilisasi

Oosit sekunder
Menyelesaikan
(ovum)
implntasi dan
berkembangan
menjadi
plasenta bagian
janin Ovulasi

Implantasi Ovarium

Endometrium
uterus

Ukuran sebenarnya
Struktur tidak digambar sesuai skla. blastokista
Gambar 20-26 Tahap-tahap awal perkembangan dari fertilisasi hingga implantasi. Perhatikan bahwa ovum yang dibuahi secara progresif membelah
dan berdiferensiasi menjadi blastokista selagi bergerak dari tempat fertilisasi di oviduktus bagian atas ke tempat implantasi di uterus.

IMPLANTASI BLASTOKISTA DI ENDOMETRIUM YANG


TELAH DIPERSIAPKAN

1 PENCEGAHAN PENOLAKAN EMBRIO-JANIN

815
Endometrium Kavum uteri
Massa
Kapiler sel dalam

Korda sel
trofoblastik
Trofoblas
(lapisan
permukaan
sel blastikista)

Permukaan
lapisan dalam
uterus
1 Ketika blastokista yang terapung bebas
melekat ke lapisan endometrium, korda sei
trofoblastik mulai menembus endometrium.

Pemukaan lapisan KONTRAKSI


dalam uterus
Desidua
Massa sel
Korda sel dalam
trofoblastik
Awal rongga
amniotik

Plasenta adalah organ pertukaran antara darah ibu


2 Korda sel trofoblastik lebih lanjut menggali
dan janin.
ke dalam endometrium sehingga menyediakan
lubang untuk blastokista. Tepi antara sel-sel di
jaringan troboslastik berdisintegrasi.

Permukaan
lapisan dalam
uterus
Desidua
PEMBENTUKAN PLASENTA DAN KANTONG AMNION

Embrio yang
sedang
berkwmbang

3 Ketika implantasi tuntas, blastokista seluruhnya


terkubur di dalam endometrium.

Gambar 20-27 Implantasi blastokista.

816 BAB 20
Sisa kantung yolk

Embrio manusia pada


saat perkembangan

Dr. G. Moscoso/Photo Researchers, Inc.


minggu ke-7 hingga ke-8
4 Minggu

8 Minggu

(c) Korda umbilikalis Cairan


Plasenta (tali pusat) amnion

Kumpulan darah ibu

Vilus plasenta

12 Minggu Ruang antar vilus

Jaringan desidua uterus

Arteriol ibu

Venula ibu
Pembuluh janin

Jaringan korionik
Atern

Vena Arteri Korion


umbilikalis umblikasi amnion
(a) Hubungan antara janin yang sedang berkembang (b) Gambaran skematik struktur ibu dan janin
dan uterus seiring dengan kemajuan persalinan. yang terkait yang membentuk plasenta.
Gambar 20-28 Embrio-fetus yang sedang berkembang, plasenta, dan cairan amnion. (a) Uterus secara progesif membesar untuk menampung embrio-fetus yang
terus bertumbuh selama kehamilan. (b) Selama plasentasi, tonjolan-tonjolan jaringan korion (janin) berbentuk jari membentuk vilus plasenta, yang menjulur ke dalam
genangan darah ibu. Dinding kapiler desidua (ibu) diruntuhkan oleh korion yang meluas sehingga darah ibu merembes melalui ruang-ruang antara vilus-vilus plasenta.
Kapiler plasena janin bercabang-cabang dari arteri umbilikalis dan menjulur ke dalam vilus plasenta. Aliran darah janin yang melewati pembuluh ini dipisahkan dari darah
ibu hanya oleh dinding kapiier dan lapisan korion tipis yang membentuk vilus plasenta. Darah ibu masuk melalui arteriol ibu, lalu mengalir membentuk genangan darah di
ruang antarvilus. Di sini, terjadi pertukaran antara darah janin dan ibu sebelum darah janin mengalir melalui vena umbilikalis dan darah ibu keluar melalui venula ibu. (c)
Embrio-fetus terapung dalam kantong yang terbentuk selama perkembangan dan diisi oleh cairan amnion yang berfungsi sebagai bantalan.

817
■ Konsep, Tantangan,
dan Kontroversi

Cara dan Alat Kontrasepsi

K
ATA KONTRASEPSI merujuk kepada proses menghindari
kehamilan selag( melakukan hubungan seks. Tersedia sejumlah
metode kontrasepsi yang beragam tingkat kernudahan Angka Kegagalan Rerata Berbagai
pemakaian dan efektivitasnya (lihat tabel penyerta). Metode-me-
tode ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan cara
Teknik Kontrasepsi
bagaimana mereka mencegah kehamilan: menghambat transpor
sperma ke ovum, mencegah ovulasi, atau menghambat implantasi. Angka Kegagalan
Setelah meneliti cara paling umum pencapaian kontrasepsi oleh Rerata (kehamilan
masing-masing cara ini, kita akan melihat sekilas kemungkinan Metode Kontrasepsi setahun/100 wanita)
kontrasepsi di masa mendatang sebelum menyimpulkan dengan
pembahasan tentang pengakhiran kehamilan yang tidak diinginkan.
Tidak ada 90
Penghambatan Transpor Sperma ke Ovum Metode alami (irama) 20–30
Kontrasepsi alami atau metode irama dalam kontrol persalinan
mengandalkan abstinensia selama masa subur wanita. Wanita Koitus interuptus 23
dapat memperkirakan kapan ovulasi terjadi dengan mencatat
secara cermat daur haid mereka. Karena siklus bervariasi, cara ini Kontrasepsi kimiawi 20
tidak terlalu efektif. Waktu ovulasi dapat ditentukan secara lebih
Metode sawar Alat 10–20
tepat dengan mencatat suhu tubuh setiap pagi sebelum bangun.
Suhu tubuh sedikit meningkat sekitar satu hari setelah ovulasi. kontrasepsi dalam rahim 4
Metode irama suhu tidak bermanfaat dalam menentukan kapan
hubungan seks aman dilakukan sebelum ovulasi, tetapi cara ini Kontrasepsi oral 2–2.5
bermanfaat dalam menentukan kapan waktunya aman untuk
kembali melakukan hubungan seks setelah ovulasi. Kontrasepsi implan 1
Koitus interuptus adalah pengeluaran penis dari vagina sebelum
ejakulasi terjadi. Namun, metode ini hanya efektif sebagian karena Sterilisasi, yaitu pemutusan secara bedah duktus deferens
penentuan waktu sulit dilakukan dan sebagian sperma mungkin (vasektomi) pada pria atau oviduktus (ligasi tuba) pada wanita,
telah keluar dari uretra sebelum ejakulasi. dianggap sebagai metode permanen untuk mencegah penyatuan
Kontrasepsi kimiawi, misalnya gel, busa, krim, dan supositoria sperma dan ovum.
spermisida ("pembunuh sperma"), jika dimasukkan ke dalam
vagina bersifat toksik bagi sperma selama sekitar satu jam setelah
Pencegahan Ovulasi
pemakaian.
Kontrasepsi oral, atau pil KB, yang hanya dapat diperoleh dengan
Metode sawar secara mekanis mencegah transpor sperma ke resep, mencegah ovulasi terutama dengan menekan sekresi
oviduktus. Bagi pria, kondom adalah suatu selubung karet atau gonadotropin. Pil ini, yang mengandung steroid sintetik mirip-
lateks tipis yang dipasang pada penis ereksi sebelum ejakulasi estrogen dan mirip-progesteron, diminum selama tiga minggu, baik
untuk mencegah sperma masuk ke dalam vagina. Bagi wanita, dalam kombinasi atau berurutan, dan kemudian dihentikan selama
diafragma atau tudung serviks, yang harus dipasang oleh petugas seminggu. Steroid ini, seperti steroid alami yang diproduksi selama
terlatih, adalah suatu kubah karet lentur yang dimasukkan melalui siklus ovarium, menghambat kisspeptin, GnRH, dan dengan
saluran vagina dan diletakkan di atas serviks untuk menghambat demikian sekresi FSH dan LH. Akibatnya, pematangan folikei dan
masuknya sperma ke dalam kanalis servikalis. Kondom wanita ovulasi tidak terjadi sehingga konsepsi mustahil berlangsung.
(atau vaginal pouch), metode sawar terbaru, adalah suatu kantong Endometrium berespons terhadap pemberian steroid eksogen
poliuretan silindris yang tertutup di satu ujung dan terbuka di ujung dengan menebal dan mengembangkan kapasitas sekretorik, seperti
lain dengan cincin fleksibel di kedua ujung. Cincin di ujung buntu yang terjadi pada keadaan normat Ketika steroid sintetik ini
alat ini dimasukkan ke dalam vagina dan terpasang pas di serviks, dihentikan setelah tiga minggu, lapisan dalam endometrium terlepas
serupa dengan diafragma. Cincin di ujung terbuka kantong dan terjadi haid, seperti yang normalnya terjadi pada degenerasi
diletakkan di luar vagina di atas genitalia eksterna. Metode ini korpus luteum. Selain menghambat ovulasi, kontrasepsi oral
sering digunakan sebagai kombinasi dengan agen spermisida untuk mencegahkehamilan dengan meningkatkan kekentalan mukus
meningkatkan keefektifannya. serviks, yang menyebabkan penetrasi sperma menjadi lebih sulit,

818 BAB 20
kontraksi otot di saluran reproduksi wanita, yang menghambat uksi. Efek kontraseptif vaksin diharapkan bertahan hingga setahun.
transpor sperma ke oviduktus. Kontrasepsi oral telah terbukti Sebagai contoh, saat ini sedang diteliti suatu vaksin yang
meningkatkan risiko pembekuan intravaskular, terutama pada menginduksi pembentukan antibodi terhadap gonadotropin korionik
wanita yang juga merokok. Pil KB telah tersedia selama 50 tahun, manusia sehingga hormon penunjang korpus luteum yang esensial
dengan hanya rnengalami sedikit perkembangan. ini tidak efektif jika terjadi kehamilan. Kemungkinan lain yang
menjanjikan adalah penghambatan enzim-enzim akrosom sehingga
Beberapa metode kontrasepsi lain mengandung hormon seks
sperma tidak dapat masuk ke dalam ovum.
wanita dan bekerja seperti pil KB untuk mencegah ovulasi. Metode-
metode tersebut mencakup implantasi jangka-panjang subkutis ("di Beberapa peneliti mencari cara untuk memanipulasi hormon untuk
bawah kulit") kapsul berisi hormon yang secara bertahap menghambat produksi sperma pada pria tanpa mengurangi
mengeluarkan hormon pada kecepatan hampir tetap selama lima testosteron pria yang bersangkutan. Peneliti lainnya berusaha untuk
tahun dan birth contro! patches (tempelan KB) yang mengandung memengaruhi ikatan antara sel Sertoli dan sperma yang sedang
hormon dan diserap melalui kulit. berkembang sehingga spermatogenesis tidak dapat selesai.
Cara lain yang sedang diteliti adalah kontrasepsi uniseks yang akan
Penghambatan Implantasi menghentikan sperma di jalurnya dan dapat digunakan untuk pria
atau wanita. idenya adalah dengan menggunakan obat penghambat
Secara medis, kehamilan belum dianggap dimulai hingga terjadinya
Ca2+ untuk mencegah masuknya Ca2+ ke dakam ekor sperma.
implantasi. Menurut pandangan ini, setiap mekanisme yang
Seperti di sel otot, Ca+ mengaktifkan perangkat kontraktil yang
mengganggu implantasi dikatakan mencegah kehamilan. Namun, tidak
berperan dalam motilitas sperma. Tanpa Ca2+, sperma tidak dapat
semua sependapat dengan pandangan ini. Sebagian beranggapan
bergerak untuk meakukan pembuahan.
bahwa kehamilan dimulai pada saat pembuahan. Bagi mereka, setiap
gangguan terhadap implantasi adalah suatu bentuk aborsi. Karena itu, Dengan penemuan saluran CatSper baru-baru ini, terbuka
metode kontrasepsi yang mengandalkan blokade implantasi lebih kesempatan untuk memengaruhi saluran kalsium spesifik-sperma
kontroversial daripada metode yang mencegah terjadinya ferthisasi. ini, mengganggu kapasitas fertilisasi sperma tanpa memiliki efek
Blokade implantasi paling sering dilakukan dengan pemasangan apapun terhadap wanita, yang tidak memiliki saluran ini.
suatu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) ke dalam uterus. Ada
nya benda asing di uterus memicu respons peradangan lokal yang Pengakhiran Kehamilan yang Tak- Diinginkan
mencegah implantasi ovum yang telah dibuahi.
Jika metode kontrasepsi gagal atau tidakdigunakan danterjadi
implantasi juga dapat dihambat oleh apa yang disebut sebagai keharnilan yang tidak diinginkan, wanita yang bersangkutan sering
morning-afterpill, yang juga disebut kontrosepsi darurat. istilah beralih ke aborsi untuk mengakhiri persalinan. Lebih dari separuh
pertama sebenarnya adalah salah kaprah karena pii ini dapat dari sekitar 6,4 juta kehamilan di Amerika Serikat setiap tahun tidak
mencegah kehamilan jika diminum dalam 72 jam setelah, bukan direncanakan, dan sekitar 1,6 juta dari jumlah tersebut berakhir
hanya pada pagi hari setelah, hubungan seks tanpa pengaman. dengan aborsi. Meskipun pengeluaran embrio-fetus secara bedah
Bentuk kontrasepsi darurat yang paling umum adalah suatu kit yang legal di Amerika Serikat, praktik aborsi dipenuhi oleh kontroversi
berisi pil-pil KB dosis tinggi. Pil-pil ini, yang hanya diperoleh dengan emosional, etis, dan politis.
resep, bekerja dengan cara berbeda untuk mencegah kehamilan Pada akhir tahun 2000, di tengah kontroversi yang menghangat, "pil
bergantung pada posisi wanita yang bersangkutan dalam daur aborsi; RU 486, atau mifepriston, diizinkan untuk digunakan di
ketika ia menggunakan obat ini. Pil ini dapat menekan ovulasi atau Amerika Serikat, meskipun obat ini sebenarnya sudah tersedia di
menyebabkan degenerasi prematur korpus luteum sehingga negara-negara lain sejak tahun 1988. Obat ini mengakhiri
mencegah implantasi ovum yang telah dibuahi dengan kehamilan dini meialui intervensi kimiawi dan bukan dengan
menghentikan dukungan hormon atas endometrium yang sedang pembedahan. RU 486, suatu antagonis progesteron, berikatan erat
turribuh. Kit ini hanya digunakan dalam keadaan darurat-misalnya, dengan reseptor progesteron di sel sasaran, tetapi tidak memicu
jika kondom bocor atau pada kasus perkosaan-dan tidak boieh efek progesteron yang biasa dan mencegah progesteron berikatan
digunakan sebagai pengganti metode kontrasepsi yang sedang dan menimbulkan efek. Jaringan endometrium yang telah
digunakan. berkembang, karena tidak mendapat dukungan progesteron,
teriepas dan membawa serta mudigah yang terimplantasi di
Kemungkinan di masa mendatang dalamnya. Pemberian RU 486 diikuti dalam 48 jam oleh
Teknik KB masa depan adalah imunokontrasepsi-pemakaian vaksin prostaglandin yang menginduksi kontraksi uterus untuk membantu
yang merangsang sistem imun untuk menghasilkan antibodi mengeluarkan endometrium dan embrio.
terhadap protein tertentu yang sangat penting dalam proses reprod-

Sistem Reproduksi 819


Hormon yang dikeluarkan oleh plasenta berperan
2
penting untuk mempertahankan kehamilan.

FUNGSI PLASENTA

SEKRESI GONADOTROPIN KORIONIK MANUSIA

820 BAB 20
■ TABEL 20-5 Hormon Plasenta
Hormon Fungsi

Gonadortropin koronik manusia (hCG) Mempertahankan korpus luteum kehamilan


Merangsang sekresi testosteron oleh testis yang sedang berkembang di embrio XY

Estrogen (juga dikeluarkan oleh korpus Merangsang pertumbuhan miometrium, meningkatkan kekuatan uterus untuk persalinan
luteum kehamilan) Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi

Progesteron (juga dikeluarkan oleh Menekan kontraksi uterus agar lingkungan perkembangan janin tenang
korpus luteum kehamilan) Mendorong pembentukan sumbat mukus serviks untuk mencegah kontaminasi uterus
Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi

Somatomamotropin korionuk manusia Mengurangi pemakaian glukosa oleh ibu dan mendorong penguraian simpanan lemak
(memiliki struktur serupa dengan (serupa dengan hormon pertumbuhan) sehingga lebih banyak glukosa dan asam lemak
hormon pertumbuhan dan prolaktin)
bebas dapat diaHrkan ke janin
Membantu mempersiapkan kelenjar mamaria untuk laktasi (serupa dengan prolaktin)

Relaksin (juga dikelurkan oleh korpus Melunakkan serviks dalam persiapan untuk pembukaan serviks saat persalinan
luteum kehamilan) Melonggarkan jaringan ikat antara tulang-tulang panggul sebagai persiapan untuk persalinan
Meningkatkan kadar Ca2+ plasma ibu untuk digunakan dalam kalsifikasi tulang janin; jika

PTHrp (parathyroid hormone- related diperlukan, mendorong disolusi lokal tulang ibu, memobilisasi simpanan Ca2+ mereka untuk
peptide) digunakan oleh janin yang sedang berkembang.

Gonadotropin korionik (hCG)


Kadar daerah relatif

Estrogen

Progesteron

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bulan setelah awal haid terakhir
Fertilisasi Pelahiran

Gambar 20-29 Laju sekresi hormon plasenta.

SEKRESI ESTROGEN DAN PROGESTERON

Sistem Reproduksi 821


PERAN ESTROGEN DAN PROGESTERON SELAMA
KEHAMILAN

Sistem darah ibu berespons


terhadap peningkatan
kebutuhan selama kehamilan.

Darah ibu Plasenta Darah janin Korteks adrenal janin

Kolesterol Kolesterol Kolesterol Kolesterol

Progesteron Progesteron

DHEA DHEA Dehidroepiandrosterone


(DHEA)

Estrogen Estrogen

KUNCI
Jalur untuk sintesis progesteron oleh plasenta
Jalur untuk sintesis estrogen oleh plasenta

Gambar 20-30 Sekresi estrogen dan progesteron oleh plasenta. Plasenta mengeluarkan, dalam jumlah yang
semakin banyak, progesteron dan estrogen ke dalam darah ibu setelah trimester pertama. Plasenta itu sendiri
dapat mengubah kolesterol menjadi progesteron (jalur hijau) tetapi tidak memiliki sebagian enzim yang
dibutuhkan untuk mengubah kolesterol menjadi estrogen. Namun, plasenta dapat mengubah DHEA yang
berasal dari kolesterol di korteks adrenal janin menjadi estrogen ketika DHEA mencapai plasenta melalui darah
janin (jaiur biru).

822 BAB 20
PERAN ESTROGEN KADAR TINGGI

Perubahan selama akhir gestasi sebagai persiapan


untuk persalinan.

PERAN OKSITOSIN

Para ilmuwan semakin mengetahui faktor-faktor


yang memicu dimulainya persalinan.
PERAN CORTICOTROPIN-RELEASING HORMONE

Sistem Reproduksi 823


Plasenta

CRH Protein
surfaktan paru
(Ke dalam sirkulasi janin) dalam cairan
amnion
Hiposis
anterior janin

Maekrograf di
ACTH uterus

Peregengan
Korteks adrenal janin uterus IL-1

Kortisol DHEA
Nf-kB
aktif di Memicu
Paru janin Plasenta uterus awitan
persalinan

Surfaktan paru Perubahan DHEA IL-8


menjadi estrogen
Relaksin dari
Pematangan paru korpus
sebagai persiapan luteum dan
Estrogen plasenta
untuk menghirup
udara

Taut celah Reseptor Prduksi


antara sel-sel oksitosin di prostaglandin
miometrium miometrium

Uterus mampu Uterine


berkontraksi responsiveness to Perlunakan
sebagai unit low levels of serviks
koordinasi oxytocin

Kontraksi
uterus

Mendorong janin
menekan serviks
Berperan dalam
kemajuan
KUNCI (Melalui refleksi persalinan
Rangkaian kejadian yang neurondokrin)
menyebabkan dimulainya persalinan

Siklus umpan-balik yang


berperan dalam kemajuan Sekresi Produksi
persalinan
oksitosin prostaglandin

Gambar 20-31 Inisiasi dan kemajuan persalinan.

824 BAB 20
Persalinan berlangsung melalui siklus umpan-
balik positif.

PERAN PERDAGANGAN TAHAP-TAHAP PERSALINAN

Sistem Reproduk 825


Kandung Tulang
Plasenta kemih pubis

Uretra
Vagina
Cervuks
Rektum
(a) Posisi menjelang akhir kehamilan

Partially dilated cervix


Plasenta Utersus Tali pusat

1 Tahap pertama persalinan: 2 Tahap kedua persalinan: 3 Tahap ketiga persalinan:


pembukaan serviks pengeluaran bayi pelahiran plasenta

(b) Tahap-tahap persalinan


Gambar 20-32 Tahap-tahap persalinan

INVOLUSI UTERUS

826 BAB 20
Laktasi memerlukan masukan berbagai hormon.
Jaringan lemak

Duktus

Puting
payudara
PERSIAPAN PAYUDARA UNTUK LAKTASI

Lobulus
yang mengandung
alveolus

(a) Struktur internal kelenjar mamaria


yang mampu menjalankan laktasi,
pandangan lateral

Duktus susu

Ejeksi

Sel mioepitel (Kontraksi


menyebabkan)

Susu
(Lumen)
Alveolus

Sekresi

Sel epitel alveolus


penghasul susu

(b) Alveous di dalam kelenjar mamaria

Gambar 20-33 Anatomi kelenjar mamaria. sel-sel epitel alveolus mengeluarkan


susu ke dalam lumen. Kontraksi sel mioepitel sekitar menyemprotkan susu keluar
PENCEGAHAN LAKTASI SELAMA KEHAMILAN melalui duktus.

STIMULASI LAKTASI OLEH PENGISAPAN

Sistem Reproduksi 827


■ TABEL 20-6 Kerja Estrogen dan Progesteron


Estrogen
Efek pada jaringan spesifik-seks
Esensial bagi pematangan dan pelepasan sel telur
Merangsang pertumbuhan dan memelihara keseluruhan
saluran reproduksi wanita
Merangsang proliferas sel granulosa, yang menyebabkan
pematangan folikel
Mengencerkan mukus serviks untuk memudahkan penetrasi
sperma
Meningkatkan transpor sperma ke oviduktus dengan
merangsang kontraksi uterus dan oviduktus ke arah atas
Merangsang pertumbuhan endometrium dan miometrium
Memicu sintesis reseptor progesteron di endometrium
Memicu awitan persalinan dengan meningkatkan responsivitas
uterus terhadap oksitosin pada akhir masa gestasi melalui efek
ganda: dengan merangsang sintesis reseptor oksitosin
miometrium dan dengan meningkatkan taut celah miometrium
sehingga uterus dapat berkontraksi sebagai suatu kesatuan
terpadu sebagai respons terhadap oksitosin.
Efek reproduktif lainnya
Mendorong perkembangan karakteristik seks sekunder
Pada kadar rendah hingga sedang, menghambat sekresi
kisspeptin, GnRH, dan gonadotropin

Pada kadar tinggi, merupakan penyebab lonjakan LH dengan
merangsang sekresi kisspeptin dan GnRH
Merangsang perkembangan duktus di payudara selama gestasi
Menghambat efek prolaktin yang merangsang pengeluaran susu
selama gestasi
Efek non-reproduktif
Mendorong pengendapan lemak
Meningkatkan kepadatan tulang
Menutup lempeng epifisis
Memperbaiki profil kolesteroi darah dengan meningkatkan
HDL dan menurunkan LDL
Mendorong vasodilatasi dengan meningkatkan produksi nitrat
oksida di arteriol (kardioprotektif)
Progesteron
Mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara
embrio-janin yang sedang tumbuh
Mendorong pembentukan sumbat mukus tebal di kanalis
servikalis
Menghambat sekresi kisspeptin, GnRH, dan gonadotropin
Merangsang
perkembangan alveolus di payudara selama gestasi
Menghambat efek
prolaktin yang merangsang pengeluaran susu selama gestasi
Menghambat
kontraksi uterus selama gestasi

828 BAB 20
KEUNTUNGAN MENYUSUI BAGI BAYI

GO/Shutterstock.com
Pengisapan

Mekanoreseptor di puting payudara

Hipotalamus

Prolactin-inhibiting hormone
Jalur saraf prolactin-releasing hormone (?)

Hipofisis posterior Hipofisis anterior

Oksitosin Prolaktin

Kontraksi sel
miopitel yang Sekresi oleh sel
mengelilingi alveolus epitel alveolus

Ejeksi susu Sekresi susu

Ejeksi (Kontrasksi
Menyebabkan)Sekresi
Duktus
Susu Alveolus ■

Sel mioepitel (Lumen) Sel epitel


alveolus

Gambar 20-34 Refleks pengisapan.


Menyusui menguntungkan baik bayi maupun


ibunya. ■

Sistem Reproduksi 829


Homeostasis: Bab dalam
Perspektif
Sistem reproduksi bersifat unik karena tidak esensial
untuk homeostasis atau kelangsungan hidup individu,
tetapi esensial untuk mempertahankan untai kehidupan
dari generasi ke generasi. Reproduksi bergantung pada penyatuan
gamet pria dan wanita (sel reproduktif) yang masing-masing
mengandung separuh set kromosom, untuk membentuk individu baru
dengan set lengkap kromosom yang unik. Tidak seperti sistem tubuh
lain, yang pada hakikatnya sama di kedua jenis keiamin, sistem
reproduksi pria dan wanita sangat berbeda, sesuai dengan peran
KEUNTUNGAN MENYUSUI BAGI IBU mereka yang berbeda dalam proses reproduksi.
Sistem pada pria dirancang untuk secara terus-menerus
menghasilkan sejumlah besar spermatozoa yang dapat bergerak yang
akan diberikan kepada wanita selama tindakan seks. Gamet pria
harus diproduksi dalam jumlah banyak karena dua alasan: (1) Hanya
sebagian kecil spermatozoa yang bertahan hidup selama perjalanan
berat melintasi saluran reproduksi wanita ke tempat pembuahan; dan
(2) diperlukan kerja-sama banyak spermatozoa untuk meluruhkan
sawar yang mengelilingi gamet wanita (ovum atau sel telur) agar satu
spermatozoa dapat menembus dan menyatu dengan ovum.
PENGHENTIAN PRODUKSI SUSU SAAT PENYAPIHAN
Sistem reproduksi wanita mengalami perubahan kompleks yang
bersifat siklis bulanan. Selama paruh pertama siklus, terjadi
penyiapan satu ovum non-motil untuk dibebaskan. Selama paruh
kedua, sistem reproduksi diarahkan untuk mempersiapkan lingkungan
yang sesuai untuk menunjang ovum jika terjadi fertilisasi (penyatuan
dengan spermatozoa). Jika tidak terjadi pembuahan, lingkungan
penyokong yang telah dipersiapkan di dalam uterus akan terlepas,
dan daur kembali diulang seiring dengan penyiapan sebuah ovum
untuk dibebaskan. Jika fertilisasi terjadi, sistem reproduksi wanita
akan menyesuaikan diri untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan individu baru hingga ia dapat bertahan hidup sendiri di
Akhir adalah permulaan yang baru. lingkungan luar.
Terdapat tiga kesamaan penting pada sistem reproduksi pria dan
wanita, meskipun struktur dan fungsi keduanya berbeda bermakna.
Pertama, jaringan reproduksi yang sama yang belum berdiferensiasi
pada mudigah dapat berkembang menjadi saluran reproduksi pria
atau wanita, masing-masing bergantung pada keberadaan atau
ketiadaan faktor-faktor penentu pria. Kedua, hormon-hormon yang
sama-yaitu kisspeptin dan GnRH hipotalamus serta FSH dan LH
hipofisis anterior-mengontrol fungsi reproduksi kedua jenis kelamin.
Pada kedua kasus, steroid dan inhibin gonad bekerja secara umpan-
Periksa Pemahaman Anda 20.4 balik negatif untuk mengontrol sekresi hipotalamus dan hipofisis
anterior, dengan pengecualian bahwa estrogen kadar tinggi pada
1. iunjukkan hormon ovarium apa yang disekresikan oleh folikel dan oleh
wanita menginduksi lonjakan sekresi LH yang dipicu oleh ovulasi
korpus luteum, sebutkan efek-efek berbagai hormon ini pada uterus,
dan tunjukkan dalam fase-fase apa saja pada siklum ovarium terjadi dengan cara umpan balik positif. Ketiga, proses-proses yang sama
setiap fase siklus uterus. berlangsung di nukleus gamet yang sedang berkembang selama
2. Definisikan zigot, blastokista, massa sel dalam, trofoblas, desidua, pembentukan sperma dan sel telur, meskipun pria menghasilkan
korion, plasenta, embrio, dan fetus.
jutaan sperma dalam satu hari sementara wanita hanya menghasilkan
3. Diskusikan peran oksitosin selama persalinan dan selama menyusui.
sekitar 400 ovum seumur hidupnya.

830 BAB 20
LATIHAN SOAL

Jawaban dimulai di h. A-52.


Pertanyaan Objektif

Pertanyaan Esai

Sistem Reproduksi 831


UNTUK DIRENUNGKAN

PERTIMBANGAN KLINIS

832 BAB 20

Anda mungkin juga menyukai