Anda di halaman 1dari 24

DISUSUN OLEH :

NAMA : I NYOMAN ARIAWAN


STAMBUK : F44118013
KELAS : A

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TADULAKO
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik”. Saya juga berterima kasih kepada
dosen pengajar yang telah memberikan tugas ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga saya dapat berkarya
dengan lebih baik di masa yang akan datang.

Palu, 16 Januari 21

I Nyoman Ariawan

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan..................................................................................... 2
BAB II ISI PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik ............. 3
2.2 Cara Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik yang Baik dan Benar
Sesuai dengan PUIL 2000 ........................................................................... 4
2.3 Setrika Listrik .............................................................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, listrik menjadi salah satu kebutuhan pokok bagi
seluruh umat manusia yang ada dibumi ini. Pembangunan yang semakin merajalela
membuat listrik semakin menjadikannya sebagai kebutuhan yang wajib terpenuhi.
Kita bisa bayangkan bagaimana jika dalam sehari saja kita tidak menikmati layanan
listrik ini. Mungkin roda perekonomian juga tidak akan berputar, dikarenakan
industri tidak beroprasi. Dibalik semua itu, pernahkah kita berpikir bagaimana cara
merawat dan memperbaiki instalasi listrik dirumah tinggal kita maupun diindustri.
Sebagian orang mungkin peduli dengan instalasi listrik dirumahnya maupun di
industrinya. Tetapi ada juga orang yang tidak mempedulikan akan kepentingan
dalam menjaga dan merawat instalasi listrik dirumah maupun di industri. Banyak hal
terjadi akibat tidak pedulinya kita akan pentingnya merawat instalasi listrik kita.
Misalnya kebakaran akibat konsleting listrik, listrik dirumah menjadi tidak stabil,
penurunan tegangan dirumah kita,dll.
Untuk menghindari semua masalah itu, instalasi ada baiknya dirawat secara
berkala. Umumnya instalasi listrik hanya bertahan 10-15 tahun saja, setelah itu kita
wajib memperbaiki maupun memperbarui instalasi listrik kita. Hal ini juga sudah
dicantumkan dalam PUIL 2000.
Didalam PUIL juga sudah dijalaskan bagaimana cara memasang, merawat, dan
memperbaiki instalasi listrik dirumah maupun diindustri. Sebagai orang listrik yang
bergerak dibidang instalasi, kita wajib mematuhi segala hal yang sudah tercantum
dalam PUIL 2000.
Didalam hal perawatan, hal perlu diperhatikan misalnya sambungan kabel,
memastikan kabel tidak ada yang rusak dimakan tikus, memperbarui isolasi, dll.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa pengertian dan tujuan perawatan dan perbaikan instalasi listrik?
B. Bagaimana cara perawatan dan perbaikan instalasi listrik yang baik dan benar
sesuai dengan PUIL 2000 ?

1
1.3 Tujuan Pembahasan
A. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan perawatan dan perbaikan instalasi
listrik
B. Untuk mengetahui cara perawatan dan perbaikan instalasi listrik yang baik dan
benar sesuai dengan PUIL 2000

2
BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Tujuan Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik
A. Pengertian Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik
Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan
sistematis terhadap peralatan hingga peralatan bekerja seperti biassanya atau
sesuai spesifikasinya. Dari pengertian di atas jelas bahwa perawatan peralatan
listrik rumah tangga adalah kegiatan terprogram dengan cara tertentu dan
dilakukan secara rutin agar peralatan listrik rumah tangga selalu dalam keadaan
siap pakai.
Kegiatan perawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perawatan
terencana dan perawatan darurat.
1. Perawatan terencana didasarkan pada siklus produksi atau perkiraan umur
pakai peralatan.
2. Perawatan darurat, dilaksanakan ketika kondisi peralatan mengalami
gangguan pada saat peralatan sedang digunakan.
Perawatan peralatan ditujukan untuk memperpanjang usia pakai peralatan,
menjamin daya guna dan hasil guna. Selain itu juga untuk menjamin kesiapan
operasi atau siap pakainya peralatan serta untuk menjamin keselamatan orang
yang menggunakan peralatan.
Perbaikan adalah proses penggantian dan penyetelan bagian tertentu alat
agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Istilah lain dari perbaikan adalah
servis, yang berarti memperbaiki barang yang rusak atau usang atau merawat
secara khusus suatu barang yang masa penggunaannya telah melampaui batas
waktu tertentu. Dapat juga digunakan istilah pembetulan, yang bermakna proses
atau cara untuk membuat alat menjadi betul. Ada pula yang menggunakan istilah
reparasi, yang berasal dari kata bahasa Inggris repair, yang bermakna perbaikan
atas kerusakan.
Dengan pengertian tersebut, maka pada dasarnya perawatan dilakukan
pada alat yang masih berjalan baik, sedangkan perbaikan dilakukan pada alat
yang mengalami kerusakan atau tidak berjalan dengan baik, atau bahkan tidak
berfungsi sama sekali.

3
2.2 Cara Perawatan dan Perbaikan Instalasi Listrik yang Baik dan Benar Sesuai
dengan PUIL 2000
A. Peraturan Instalasi Listrik
PUIL 2000 mempunyai maksud dan tujuan utama agar pengoperasian
instalasi listrik dapat terselenggara dengan baik terutama untuk mencegah
bahaya listrik. Instalasi listrik harus direncanakan, dipasang, diperiksa,
dioperasikan dan dikelola/dipelihara secara berkala dengan baik sesuai
ketentuan PUIL 2000. Para ahli dan teknisi yang mengerjakan tahap-tahap
pekerjaan instalasi tersebut harus memiliki kompetensi sesuai dengan
bidangnya. Peralatan dan material instalasi yang digunakan harus memenuhi
persyaratan standar SNI atau standar lain yang diberlakukan dan harus pula
memenuhi persyaratan PUIL antara lain sesuai penggunaan dan kemampuannya.
B. Instalasi Listrik
Penerapan di lapangan disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan, maka
instalasi listrik dibedakan menjadi:
1. Instalasi Listrik Penerangan
2. Instalasi Listrik Tenaga/Industri
3. Instalasi Listrik pada mesin.
Sistim instalasi listrik ada dua macam, yaitu sebagai berikut: :
1. Sistim fasa satu 220 Volt hanya menggunakan dua kawat yaitu 1 nol dan 1
fasa, biasanya digunakan pada instalasi listrik penerangan dan alat rumah
tangga.
2. Sistim fasa tiga 380 Volt Sistem delta Ñ menggunakan 3 kawat fasa dan
Ground (pertanahan), sistim bintang Y menggunakan 3 kawat fasa, 1 nol.
Biasanya digunakan padainstalasi listrik tenaga/industri untuk mensuplai
kebutuhan motor listrik sebagai penggerak mesin (tenaga). Pada suatu unit
proses ketiga bagian ini digunakan, karena unit proses memerlukan ruangan
yang terang, tenaga, dan mesin. Selain menguasai peraturan dan memiliki
pengetahuan tentang peralatan instalasi, seorang ahli listrik harus juga mahir
membaca gambar instalasi. Denah ruangan yang akan dilengkapai dengan
instalasi, pada umumnya digambar dengan skala 1:100 atau 1:50. pada denah

4
ini gambar instalasi yang akan dipasang, dengan menggunakan lambang-
lambang yang berlaku.
Gambar di bawah ini memperlihatkan lambang-lambang yang penting
untuk instalasi listrik arus kuat. Ukuran-ukuran yang diberikan dalam beberapa
gambar tersebut dimaksudkan sebagai petunjuk untuk pembuatan gambar
instalasi.

5
6
C. Gambar dan Diagram dalam Instalasi Listrik
1. Diagram Dasar
Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu
instalasi secara elementer. Gambar 2.2 mempelihatkan diagram dasar suatu
perlengkapan hubung bagi (PHB), digambar dengan cara disederhanakan,
dan gambar 2.3. memperlihatkan diagram yang sama digambar secara
terperinci.

2. Diagram Lingkaran Arus


Diagram lingkaran arus dimaksudkan untuk menjelaskan rangkaian
secara terperinci. Diagram ini digunakan untuk merencanakan
rangkaianrangkaian yang rumit dan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan
yang terjadi padanya. Tanpa diagram ini sering kali tidak mungkin untuk
memperoleh gambaran yang jelas tentang cara kerja suatu rangkaian.
Gambar 2.4. memperlihatkan diagram lingkaran arus suatu rangkaian kutub
satu. Dalam diagram arus, saklar-saklar selalu digambar demikian sehingga
selalu bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas. (gambar 2.5 dan
gambar 2.6).

7
3. Diagram Pengawatan
Diagram pengawatan memperlihatkan cara pelaksanaan pengawatan
dalam suatu alat listrik. Gambar dibawah menunjukkan diagram
pengawatan suatu kotak bagi.

4. Diagram Saluran Instalasi


Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian
suatu instalasi. Gambar 2.8 memperlihatkan suatu diagram saluran
topografis. Dalam topografis, saluran-salurannya sedapat mungkin
digambar sesuai dengan keadaan sebenarnya. Gambar 2.9 memperlihatkan
diagram saluran yang sama dalam bentuk yang lebih sederhana.

8
5. Gambar Instalasi dan Diagram Instalasi
Dari keterangan-keteranga yang tercantum dari gambar instalasi harus
dapat diambil kesimpulan, apakah instalasi itu dapat membahayakan orang
atau tidak. Dan apakah dia dapat menimbulkan bahaya kebakaran atau
gangguan bagi konsumen lain atau tidak. Gambar 2.10 memperlihatkan
gambar instalasi untuk suatu ruangan. Saluransalurannya tidak sigambar.
Dalam praktek gfambar ini juga dipergunakan sebagai gambar pelaksanaan.
Mereka yang bertugas memasang instalasinya, menentukan sendiri letak
saluran-salurannya ditempat pekerjaan.

Beberapa gambar sering digabungkan dalam satu gambar. Gambar


instalasi sering dilengkapi dengan diagram instalasi. Gambar 2.11
menunjukkan suatu diagram instalasi sederhana. Dari keteranganketerangan
yang tercantum pada diagram instalasi, dapat ditentukan apakah instalasinya
sesuai dengan peraturan atau tidak.
6. Diagram Garis Ganda dan Diagram Garis Tunggal
Pada cara menggambar dengan garis ganda setiap hantaran digambar
dengan garis tesendiri. Gambar 2.10. memperlihatkan diagram garis ganda

9
untuk sebuah saklar kutub datu dengan satu titik lampu. Gambar 2.11
memperlihatkan rangkaian yang sama dalam bentuk diagram garis tunggal.
Dalam diagram garis tunggal hantaran-hantaran yang sejenis digambar
dengan satu garis dengan beberapa garis lintang kecil. Jumlah garis lintang
menyatakan jumlah hantaran sejenis yang ada.

D. Potensi Bahaya Listrik Pada Instalasi


Instalasi listrik memiliki potensi bahaya bagi manusia maupun bagi
instalasi itu sendiri. Potensi bahaya ini bisa menjadi sumber penyebab terjadinya
kecelakaan listrik. Terdapat 4 macam bahaya listrik yaitu :
1. Bahaya kejut listrik karena tersentuh tegangan
2. Bahaya kebakaran
3. Bahaya panas yang dapat merusak isolasi
4. Bahaya ledakan atau percikan metal panas

10
E. Kondisi Yang Dapat Menunjang Terjadinya Kerusakan / Kecelakaan /
Kebakaran
Ada beberapa macam sebab – sebab terjadinya kerusakan pada instalasi
listrik. Sebab-sebab tersebut antara lain:
1. Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan pengaman yang salah.
2. Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman yang tidak sesuai.
3. Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul karena salah
pemilihan dan penggunaan perlengkapan listrik.
4. Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik yang disyaratkan
dalam standar maupun dalam PUIL.
5. Pelaksanaan pemasangan sistem proteksi termasuk di dalamnya sistem
pembumian instalasi yang tidak benar.
6. Penggunaan identifikasi warna atau tanda lain yang tidak benar.
7. Kontak pada peralatan pemutus, terminal, sambungan, dan pada klem buruk
kondisinya.
8. Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangatidak
berimbang.
9. Keadaan lingkungan instalasi yang buruk.
F. Lingkup Pemeriksaan dan Pengujian
Instalasi yang telah diperiksa dan diuji dengan hasil baik, sesuai ketentuan
PUIL, jika dipandang perlu harus diuji coba dengan tegangan dan arus kerja
menurut batas yang ditentukan dan dalam waktu yang disyaratkan. Pada waktu
uji coba, semua peranti yang terpasang dan akan digunakan harus dijalankan,
baik secara sendiri-sendiri maupun serempak sesuai dengan rencana dan tujuan
penggunaannya. Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba,
harus dilaporkan dalam bentuk berita acara. Jika uji coba menunjukkan ada
kesalahan dalam instalasi, uji coba itu harus dihentikan dan hanya dapat diulangi
setelah instalasi diperbaiki.
Sebelum Instalasi dengan suplay hendaknya memriksa beberapa hal di
bawah ini:
1. Kontinuitas penghantar proteksi
2. Kontinuitas penghantar pengikat

11
3. Resistans isolasi
4. Isolasi yang dilaksanakan setempat
5. Proteksi dengan pemisahan
6. Proteksi dengan penghalang
7. Dan penyelungkupan
8. Resistans isolasi lantai dan dinding
9. Polaritas
10. Resistans elektrode bumi
Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:
1. Meyakini polaritas yang benar
2. Impedans lingkar gangguan bumi
3. Bekerjanya GPAS
4. Bekerjanya semua sakelar, pemutus sirkit dan pemisah
G. Perawatan
Karena instalsi mengalami aus, penuaan atau kerusakan yang akan
mengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi harus diperiksa dan
diperbaiki, dan bagian yang aus, rusak atau mengalami penuaan diganti.
Perlengkapan tertentu seperti relai, kontaktor yang bagiannya lebih cepat
terganggu bekerjanya karena mengalami aus, penuaan atau kerusakan, harus
secara berkala diperiksa dan dicoba, baik segi mekanis maupun listriknya.

Gambar 2.16
Semua bagian instalasi listrik harus diperiksa dan dibersihkan secara
berkala dan teratur berdasarkan petunjuk, metode, dan program yang telah
ditentukan. Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dimuat dalam
laporan tertulis pemeriksaan. Instalasi listrik yang disiapkan untuk melayani

12
keadaan darurat, harus diperiksa dan dicoba secara berkala agar keamanan dan
keandalannya terjamin. Pemeliharaan semua instalasi listrik sementara di
lapangan pembangunan harus diawasi oleh orang yang berwenang dan memikul
tanggung jawab penuh atas keamanan menggunakan, mengubah, dan menambah
instalasi. Instalasi sementara tersebut harus diperiksa dan diuji secara berkala
sesuai ketentuan mengenai instalasi sementara, paling lama tiga bulan sekali
sesuai dengan keadaan dan tempat instalasi.
H. Perbaikan
Sebelum melaksanakan perawatan dan perbaikan hubungan kelistrikan
instalasi listrik, sakelar pemutus daya dan MCB harus dibuka terlebih dahulu
serta sekering dilepaskan. Pekerjaan-pekerjaan dalam perawatan dan perbaikan
hubungan kelistrikan instalasi listrik salah satu diantaranya adalah Kotak
sekering / PHB.
Langkah-langkah yang harus dikerjakan adalah sebagai berikut :
1. Kotak sekering dibuka tutupnya dengan obeng, tetapi sebelumnya
sakelar pemutus daya dilepaskan dahulu. Sambungan kawat pada terminal-
terminal dilepaskan dengan membuka sekerup-sekerup terminal
menggunakan obeng. Karena panas dan lambat pada terminalterminal
tersebut sering terbentuk kotoran atau kerak-kerak yang dapat menghambat
aliran arus listrik, maka harus dibersihkan dengan menggunakan amplas
(kertas gosok) yang halus dengan cara menggosoknya sampai bersih.
Setelah bersih pasang kembali ujung-ujung kawat pada terminal-
terminalnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam penyambungan, maka
sebelummelepaskan terminal jika perlu diberi tanda.
2. Sakelar-sakelar dibuka tutupnya, sambungan-sambungan kawat pada
terminal dilepaskan dan dibersihkan dari kotoran, setelah itu dipasang
kembali dengan kuat. Jika kontak geser pada sakelar sudah rusak atau aus,
sakelar tersebut harus diganti.
3. Tutup kotak kontak–kotak kontak dibuka, sambungan pada terminal
dibuka dan dibersihkan, setelah bersih dipasang kembali dengan kuat,
lubang-lubang kontak pada kotak kontak dibersihkan.

13
4. Kabel-kabel di atas plafon bila ada yang rusak misalnya digigit tikus,
bila memungkinkan kabel tersebut diganti, bila tidak memungkinkan bagian
yang rusak isolasinya dibungkus dengan isolasi yang baik. Sambungan-
sambungan kawat pada kotak sambung dibersihkan dari kotoran, bila ada
yang kendor ikuatkan kembali dengan dipuntir menggunakan tang. Bila
tutup sambungan (las dop) ada yang kendor atau lepas dan tutup kotak
sambungan ada yang lepas, maka dipasang kembali dengan kuat.
5. Tahanan isolasi antara fase dan nol, fase dan fase, fase dan bumi
(ground), nol dan bumi diukur. Bila hasilnya lebih kecil dari 1000 tiap volt
maka diadakan pemeriksaan bagian instalasi yang mengalami kerusakan
isolasi dan harus diganti kabelnya.
2.3 Setrika Listrik
Setrika merupakan istilah yang berasal dari bahasa Belanda: strijkijzer yang
berarti cara untuk menghilangkan kerutan dari pakaian dengan alat yang dipanaskan
Alat yang digunakan tersebut selanjutnya juga disebut setrika atau Electric Iron.
Setrika diperlukan, karena pada saat dicuci molekul-molekul polimer dalam serat
pakaian mengalami perubahan bentuk, sehingga perlu disetrika agar kembali mulus.
Dengan disetrika, serat-serat tersebut dipanaskan dan diluruskan oleh beban dari
setrika dan setelah dingin, pakaian mempertahankan bentuk lurus ini. Beberapa
bahan pakaian pada saat disetrika perlu diberi air untuk melonggarkan ikatan antar
molekul serat kain.
Setrika kuno dibuat dari besi yang diisi arang membara, sedangkan pada saat
ini setrika dibuat dari aluminium dan baja tahan karat, dengan sumber panas dari
listrik. Di dalam setrika terkadang terdapat thermostat yang berfungsi untuk
mengendalikan suhu. Beberapa setrika modern juga dapat mengubah air menjadi uap
air untuk membasahi pakaian. Variasi keberadaan fasilitas-fasilitas tersebut pada
setrika, mengakibatkan setrika listrik dapat diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok seperti berikut ini:
a. Setrika listrik jinjing (portable)
• Tanpa pengatur panas
• Dengan pengatur panas (otomatis)
• Dengan uap air

14
b. Setrika listrik besar
• Roll iron
• Pres iron
Setrika listrik portable banyak dipakai untuk keperluan rumah tangga,
sedangkan setrika listrik yang besar seperti roll iron dan press iron banyak dipakai di
hotel-hotel, di rumah sakit dan binatu. Gambar 2.17 memperlihatkan bentuk fisik dari
beberapa jenis setrika.

Gambar 2.17 Bentuk fisik dari beberapa jenis setrika


Prinsip kerja setrika listrik adalah mengubah energi listrik menjadi energi
panas melalui elemen pemanas, dengan panas yang dihasilkan dikumpulkan pada
besi pengumpul panas, yang kemudian melalui gosokan diteruskan pada objek yang
akan disetrika. Sedangkan pada setrika uap, selain hal tersebut juga ada pengubahan
air menjadi uap, serta penyaluran uap tersebut pada lubang-lubang pada besi
pengumpul panas ke obyek yang akan disetrika.

15
Gambar 2.18 Elemen Setrika Listrik
1) Konstruksi setrika listrik
Bagian-bagian utama dari setrika listrik jinjing tampak pada Gambar 2.18
Pada Gambar tampak bahwa setrika listrik terdiri dari :
a. Elemen pemanas
b. Plat dasar (Besi pengumpul panas dan besi pemberat)
c. Tutup dan pemegang setrika
d. Terminal dan kabel penghubung
e. Pengatur suhu
f. Lampu indikator
g. Dan lain-lain

16
a) Elemen Pemanas
Elemen pemanas merupakan sumber panas pada setrika listrik. Elemen
pemanas berupa kawat nikelin berbentuk pipih yang dililitkan pada lembaran
mika yang dibentuk sedemikian rupa sesuai bentuk alas setrika, dengan tujuan
agar panas dapat tersebar merata. Elemen pemanas terisolasi dengan badan
setrika. Pada Setrika listrik model yang lain, kawat nikelin digulung menyerupai
bentuk spiral dan dimasukkan dalam selongsong/pipa sebagai pelindung. Agar
arus listrik tidak mengalir kebadan setrika, antara spiral nikelin dengan
pipa disekat/diisolasi dengan bahan oksida magnesium. Pada setrika model
yang lama, spiral nikelin diberi selongsong dari bahan keramik/batu tahan
api sebagai pelindung dan sekaligus sebagai isolator. Gambar 2.19 tampak
contoh bentuk elemen pemanas setrika.

Gambar 2.19 Elemen Pemanas Setrika Listrik


b) Besi Pengumpul Panas dan Besi Pemberat
Besi pengumpul panas yang sekaligus sebagai bagian dasar/alas dari
setrika, berupa pelat yang dilapisi bahan anti karat dan anti lengket. Pada
Gambar 2.20 tampak bentuk fisik baian ini. Untuk mencegah agar baju tidak
lengket, bagian ini harus selalu dijaga kebersihannya, karena langsung dengan
objek yang disetrika (pakaian).

Gambar 2.20 Besi Pengumpul Panas

17
Besi pemberat umumnya ditambahkan pada setrika lama. Hal ini karena
pada waktu itu objek/bahan yang disetrika kebanyakan dari jenis katun, yang
pelicinannya memerlukan tekanan yang cukup kuat. Sedangkan pada setrika
listrik model baru, tidak ada lagi besi pemberat, dengan alasan bahwa
objek/bahan yang disetrika sudah banyak bahan dari jenis sintetis dan lebih
lembut.

c) Tutup dan Pemegang Setrika


Untuk melindungi bagian dalam setrika yang dialiri arus listrik
terhadap sentuhan pemakaiannya, pada setrika dipasang tutup setrika. Selain
berfungsi sebagai isolator arus listrik, penutup juga berfungsi sebagai isolator
panas, agar panas tidak menyebar langsung ke udara bebas. Tutup setrika
umumnya tergandeng dengan pemegang setrika. Penutup dan pemegang ini
terbuat dari bahan yang tidak mengalirkan panas dan juga tidak mengalirkan
arus listrik. Untuk itu bagian ini biasanya terbuat dari kayu, ebonit atau
plastik.
d) Terminal dan Kabel Penghubung
Terminal berguna untuk menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam
setrika dengan sumber tegangan dari kotak-kontak listrik melalui kabel
penghubung. Beberapa model setrika listrik menggunakan terminal yang
merupakan tempat persambungan antara ujung kawat elemen yang
disambung pada tusuk kontak (steker) dengan kabel penghubung luar yang
disambung pada steker, sehingga pada saat tidak digunakan kabel penghubung
dapat dilepas dan disimpan terpisah dari setrikanya.
e) Pengatur panas
Setrika dengan pengatur panas otomatis menggunakan komponen
tambahan berupa termostat yang tersusun dari bahan bimetal yaitu
lempengan dua logam yang berbeda koefisien muai panjangnya. Kedua logam
disatukan menjadi satu lempengan. Apabila lempengan logam ini terkena
panas, maka salah satu akan memuai lebih dahulu, sehingga lempengan tadi
membengkok. Arah bengkok ini kemudian dimanfaatkan untuk melepas atau
menghubungkan kontak. Jadi bila panas berlebihan kontak memutus sehingga
elemen pemanas tidak lagi dialiri arus listrik, sebaliknya bila suhunya turun dan

18
mengembalikan posisi logam, maka kontak akan menghubung kembali dan
arus listrik kembali mengalir ke elemen pemanas. Dengan demikian kondisi
panas setrika dapat dipertahankan pada panas tertentu sesuai dengan yang
diinginkan melalui pengaturan tombol pengatur panas.
2) Perawatan Setrika Listrik
Perawatan setrika listrik relatif ringan. Yang perlu diperhatikan adalah
bahwa setrika harus selalu terjaga kebersihannya. Untuk itu jika selesai
digunakan untuk menyeterika pakaian yang jenis kainnya mudah terbakar
dan mengandung bahan sintetis, setrika harus dibersihkan. Hal tersebut karena
bulu - bulu kain yang terbakar akan menjadi arang dan menempel berupa kerak
pada alas setrika. Pembersihannya dilakukan dengan lap yang sudah dibasahi
dengan bensin/thiner. Jika sudah terlampau keras dan tebal dibersihkan dengan
pisau atau sekrap tipis. Bagian lain yang harus dipelihara adalah kabel
penghubung, terminal dan tusuk kontak. Secara visual sebaiknya selalu diperiksa
apakah isolasi kabel masih baik, begitu juga terminal hubung dari tusuk kontak.
3) Perbaikan Setrika Listrik
Meskipun sudah dilakukan perawatan dan tindakan pencegahan dari
kesalahan penggunaan, kerusakan setrika masih saja dapat terjadi. Hal ini karena
beberapa bagian setrika terbuat dari bahan yang dirancang memiliki batas
penggunaan yang tertentu, sehingga apabila batas tersebut terlampaui, maka
bagian tersebut akan mengalami kerusakan.
Bagian-bagian setrika sering rusak akibat batas penggunaan yang
terlampui adalah elemen panas. Elemen panas mengalami kerusakan biasanya
karena setrika terlalu panas atau karena tegangan listrik yang terlalu tinggi.
Selain elemen panas, bagian yang sering mengalami kerusakan adalah kabel
penghubung, terminal dan tusuk kontak penghubung. Kerusakan pada bagian ini
diakibatkan oleh faktor mekanis karena mengalami tekukan, tekanan dan lain-
lain. Elemen lain yang juga sering rusak adalah pengatur panas. Penyebab
kerusakan pengatur panas adalah karena bimetal mengalami perubahan bentuk,
misalnya karena setrika jatuh. Pada bagian berikut akan dijelaskan penyebab
kerusakan dan perbaikana pada masing-masing elemen yang sering rusak
tersebut.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sistematis
terhadap peralatan hingga peralatan bekerja seperti biassanya atau sesuai
spesifikasinya.
Perbaikan adalah proses penggantian dan penyetelan bagian tertentu alat agar
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
PUIL 2000 mempunyai maksud dan tujuan utama agar pengoperasian instalasi
listrik dapat terselenggara dengan baik terutama untuk mencegah bahaya listrik.
Instalasi listrik harus direncanakan, dipasang, diperiksa, dioperasikan dan
dikelola/dipelihara secara berkala dengan baik sesuai ketentuan PUIL 2000.
3.2 Saran
Sebaiknya melakukan Pengecekan alat sebelum memriksa dan memperbaiki
instalasi sangat diperlukan guna memperkecil kecelakaan kerja.Pastikan keadaan
sekitar aman dan matikan sumber sebelum melakukan pemeriksaan dan perbaikan.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/makalah-perawatan-dan-perbaikan-instalasi-listrik.html
https://docplayer.info/30293980-I-pendahuluan-1-1-pengertian-dan-tujuan-
perawatan.html

21

Anda mungkin juga menyukai