Anda di halaman 1dari 1

Bagus (Fedi Nuril) dan Mahesa (Rendy Kjaernett), yang berasal dari latar belakang keluarga yang

berbeda namun kemudian dipertemukan ketika mereka sedang menuntut ilmu di Akademi Militer milik
Tentara Nasional Indonesia. Awalnya, Bagus dan Mahesa tidak begitu saling menyukai satu sama lain.
Namun, kehidupan militer yang membuat mereka kemudian melupakan perbedaan latar belakang
mereka dan akhirnya tumbuh menjadi dua orang sahabat yang saling mendukung satu sama lain. Tak
berselang lama dua orang sahabat ini pun mulai terlibat persaingan cinta segitiga saat dipertemukan
dengan Laras (Tika Bravani).

Masalah utama yang dihadapi yaitu sisi romansa dari film ini yang gagal disajikan dalam rangkaian kisah
Doea Tanda Cinta oleh Jujur Prananto selaku penulis naskah cerita. Sisi romansa memang seharusnya
menjadi sajian utama bagi sebuah film yang menggunakan kata “cinta” pada judulnya. Namun sisi
romansa dalam jalan cerita film ini terasa begitu dangkal dan hadir begitu datar sehingga bukannya
menjadi bagian yang mampu tampil romantis ataupun menyentuh melainkan justru menjadi distraksi
tersendiri bagi perjalanan kisah persahabatan antara karakter Bagus dan Mahesa yang telah terbangun
dengan cukup solid pada paruh pertama film. Hasilnya, Doea Tanda Cinta terkesan kurang menarik
karena tidak mampu untuk menyajikan sebuah kisah romansa yang mengikat yang kemudian
mengganggu keutuhan kisah persahabatan dalam dunia militer yang sedari awal telah menjadi daya
pikat utama dari film ini.

Menyaksikan film Doea Tanda Cinta juga mengingatkan kita pada film Sampai Ujung Dunia (2012) yang
dibintangi oleh Gading Marten, Renata Kusmanto dan Dwi Sasono. Film yang di sutradarai oleh Monty
Tiwa itu juga mengangkat kisah dunia pendidikan militer tentang dua pemuda dari latar belakang
berbeda lalu mencintai gadis yang sama. Bedanya, dunia militer pada film Sampai Ujung Dunia
ditampilkan lebih sedikit karena sajian utamanya adalah drama cinta segitiga.

Departemen akting Doea Tanda Cinta sendiri diisi dengan deretan pemeran yang tampil dengan tidak
mengecewakan. Tiga pemeran utamanya, Fedi Nuril, Rendy Kjaernett dan Tika Bravani mampu tampil
baik dalam menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan sekaligus membangun chemistry yang
cukup meyakinkan satu sama lain. Dukungan dari para pemeran pendukung seperti Rizky Hanggono,
Ingrid Widjanarko, Ernest Samudera hingga Albert Fakdawer juga memberikan kontribusi yang cukup
berarti bagi kualitas departemen akting pada film ini.

Meski begitu film ini tetap bisa untuk dinikmati, menghibur, dan informatif. Karena film ini dapat
memberikan kita perspektif tentang latar belakang kehidupan para prajurit yang menempuh pendidikan
Akademi Militer di Magelang, Jawa Tengah. Meskipun kisah drama dan romansa dalam film ini terkesan
ditampilkan secara tidak totalitas, setidaknya film ini bisa menjadi penyegar bagi kalian yang bosan
dengan nuansa kisah berlatar militer dari luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai