Kuasa hukum Baiq Nuril, guru perempuan yang dipidanakan karena merekam
percakapan mesum kepala sekolah, mengatakan akan meminta Presiden Joko
Widodo memberikan amnesti setelah upaya peninjauan kembali (PK) ditolak
Mahkamah Agung.
Baiq Nuril tetap dihukum dengan enam bulan penjara dan denda Rp500 juta
setelah dijerat dengan UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dalam kasus
penyebaran informasi percakapan mesum kepala sekolah tempat ia pernah bekerja.
Namun eksekusi hukuman tersebut ditunda oleh kejaksaan dan saat ini
perempuan asal Nusa Tenggara Barat itu masih bebas.
Salah satu pengacara Nuril, Joko Jumadi, menyatakan bahwa kliennya "sudah
siap menerima apapun putusan PK" namun berharap ia menjadi "korban terakhir
yang dikriminalisasi".
Majelis hakim yang dipimpin oleh Suhadi dengan anggota Margono dan
Desnayeti menyatakan dalil PK yang diajukan pihak Baiq Nuril—bahwa ada
kekhilafan atau kekeliruan nyata di dalam putusan kasasi MA—tidak dapat
dibenarkan.
Tim kuasa hukum Baiq Nuril mengatakan akan meminta Presiden Jokowi
mengeluarkan amnesti.
Tim kuasa hukum Baiq Nuril mengatakan akan meminta Presiden Jokowi
mengeluarkan amnesti.
Sekarang, tim kuasa hukum Nuril mengatakan akan meminta Presiden Jokowi
mengeluarkan amnesti.
"Dari kuasa hukum sendiri sedang berusaha menagih janji dari Presiden,
bahwa waktu itu pernah menyatakan statemen presiden adalah kalau MA tetap
menghukum nanti kemudian Presiden yang akan turun tangan," kata pengacara Joko
Jumadi, yang mengaku belum menerima putusan salinan MA dan baru mengetahui
soal putusan ini dari situs MA pada Jumat pagi (05/07).
"Maka dalam konteks ini saya pikir amnesti menjadi satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan ibu Nuril."