Anda di halaman 1dari 4

 

Belum lama ini, upaya pelarian tersangka kasus korupsi pengalihan hak tagih


(cessie) Bank Bali, Joko Soegiarto Tjandra atau yang juga dikenal Djoko Tjandra telah
berakhir.

Setelah 11 tahun menjadi buronan kelas kakap, Polri akhirnya berhasil meringkus Djoko
Tjandra di Malaysia pada Kamis, 30 Juli 2020 lalu.

Selama pelariannya, Djoko Tjandra juga dikabarkan sempat melarikan diri ke Papua


Nugini.

1. Awal Mula Kasus Djoko Tjandra

Kasus Djoko Tjandra bermula dari laporan Direktur Tindak Pidana Korupsi, Bismar


Mannu. Kemudian mulai diusut oleh Jaksa Agung pada 27 September, 1999 silam.

2. Berstatus Tahanan Kota

Pada 29 September hingga 8 November 1999, Djoko Tjandra ditahan oleh Kejaksaan.


Setelah itu, dirinya ditetapkan sebagai tahanan kota dalam kurun waktu 9 November 1999
hingga 13 Januari 2020.

3. Kasus Djoko Tjandra Diajukan ke Pengadilan Negeri Jaksel

Setelah kembali ditahan sejak 14 Januari hingga 10 Februari 2000, kasus Djoko


Tjandra pun diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (Jaksel), pada 9 Februari
2000.
Pria kelahiran Kalimantan Barat tersebut kemudian kembali menjadi tahanan kota dalam
kurun waktu 10 Februari hingga 10 Maret 2000.

4. Djoko Tjandra Bebas dan Permohonan Perlawanan Diajukan

Pada 6 Maret 2000, Djoko Tjandra dibebaskan dari statusnya sebagai tahanan


kota. Dan membuat jaksa mengajukan permohonan perlawanan ke Pengadilan Tinggi.
Permohonan perlawanan jaksa terhadap Djoko Tjandra kemudian disetujui oleh
Pengadilan Tinggi Jakarta pada 31 Maret 2000.

5. Djoko Tjandra Diberi Hukuman Penjara dan Denda


Dalam kurun waktu April hingga Agustus 2000, upaya perlawanan jaksa disetujui
dan Djoko Tjandra memulai proses persidanganya.
Pria berusia 68 tahun tersebut didakwa oleh jaksa penuntut umum (JPU) Antasari Azhar,
atas tindakan pidana korupsi di Bank Bali.
Djoko Tjandra pun harus mendekam di balik jeruji besi selama 18 bulan, serta wajib
membayar denda sebesar Rp30 juta subsider enam bulan kurungan, dan biaya perkara
Rp7.500.
Sementara itu, uang milik PT Era Giat Prima yang disimpan di escrow account Bank
Bali sebesar Rp546 miliar juga diminta dikembalikan pada negara.

6. Djoko Tjandra Dinyatakan Bebas 

Kendati demikian, pada 28 Agustus 2000, majelis hakim membebaskan Djoko


Tjandra atas semua tuntutan yang diberikan kepadanya (onslag).
Menurut keterangan yang diberikan majelis hakim, dakwaan oleh JPU memang terbukti
secara hukum. Namun, tindakan Djoko Tjandra tersebut merupakan perbuatan perdata,
bukan pidana.

7. Djoko Tjandra Resmi Dilepaskan Melalui Sistem Voting

Djoko Tjandra resmi dilepaskan oleh majelis hakim Agung MA dari semua tuntutan yang
diberikan kepadanya pada 26 Juni 2001.
Keputusan tersebut diambil dengan menggunakan sistem voting.
Pasalnya, timbul perdebatan di antara hakim Sunu Wahadi dan M Said Harahap dengan
hakim Artidjo Alkostar terkait permohonan kasasi yang diberikan oleh Antasari Azhar
pada 21 September 2000.

8. Bank Permata dan BPPN Minta Fatwa MA

Direksi Bank Permata kemudian meminta fatwa MA terkait permohonan Kejaksaan


Negeri Jaksel pada 17 Juni 2003.
BPPN pun meminta fatwa MA dan penundaan eksekusi keputusan mereka yang
ditetapkan pada Juni 2001.
Permintaan tersebut memperkuat keputusan Pengadilan Negeri Jaksel yang
melepaskan Djoko Tjandra atas segala tuntutannya. Hal itu dikarenakan ada dua
keputusan dari MA yang bertentangan.

9. Hasil Fatwa MA

Fatwa MA yang ditujukan kepada pihak Bank Permata keluar pada 25 Juni 2003.
Fatwa tersebut berisikan pernyataan MA yang tidak bisa ikut andil dalam eksekusi
Kejaksaan Negeri Jaksel.
10. Direktur Utama PT Bank Permata Tbk Dipanggil Kejaksaan
Direktur Utama PT Bank Permata Tbk, Agus Martowardojo dipanggil oleh Kejaksaan
Negeri Jaksel pada 2 Maret 2004.
Pemanggilan Agus Martowardojo tersebut berkaitan dengan upaya eksekusi pencairan
dana sebesar Rp546 miliar untuk PT Era Giat Prima (EGP) yang dipimpin oleh Djoko
Tjandra dan seorang politikus dari Partai Golkar, Setya Novanto.

11. MA Melakukan PK Kasus Korupsi Bank Bali

Pada Oktober 2008 silam, Mahkamah Agung diminta melakukan Peninjauan Kembali
(PK) oleh Kejaksaan Agung, atas tindakan pidana korupsi cessie Bank Bali dengan
terdakwa Djoko Tjandra.

12. Djoko Tjandra Dinyatakan Bersalah

Lalu pada 11 Juni 2009 silam, Djoko Sarwoko selaku Ketua Majelis Peninjauan Kembali
MA serta anggotanya I Made Tara, Komariah E Sapardjaja, Mansyur Kertayasa, dan
Artidjo Alkostar menerima permohonan PK dari Kejaksaan Agung.
PK tersebut menghasilkan keputusan hukuman penjara dua tahun dan denda sebesar Rp
15 juta untuk Djoko Tjandra. Asetnya sebesar Rp546.166.116.369 di Bank Bali pun harus
diserahkan kepada negara, dan dirinya dikenakan pencekalan Imigrasi.

13. Djoko Tjandra Kabur ke Papua Nugini

Djoko Tjandra tidak menghadiri panggilan dari Kejaksaan untuk proses eksekusi pada 16
Juni 2009, anak dari pendiri Grup Mulia tersebut diketahui kabur ke Papua Nugini, sehari
sebelum MA menjatuhkan vonis kepada dirinya.
Diyakini juga bahwa Pemerintah Papua Nugini memberikan Djoko
Tjandra kewarganegaraan mereka.

14. Djoko Tjandra Ditangkap di Malaysia

Polri sukses menangkap Djoko Tjandra dalam upayanya saat kabur di Negeri Jiran.


Dibantu oleh Kepolisian Diraja Malaysia, Polri menangkap buron kelas kakap tersebut
pada Kamis, 30 Juli 2020 kemarin.

Anda mungkin juga menyukai