Disusun Oleh :
Setelah menyimak kasus hukum korupsi Bank Bali Djoko Tjandra, kami kelmpok 3
berpendapat bahwa kasus ini merupakan salah satu kasus korupsi terlama yang diadili di Indonesia.
Kasus ini juga telah menjadi sorotan publik karena adanya dugaan keterlibatan oknum aparat
hukum dalam pelarian Djoko Tjandra.
Secara umum, kami setuju dengan tindakan pihak pengadilan terhadap perbuatan hukum
Djoko Tjandra. Djoko Tjandra terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi di kasus suap
red notice dan fatwa Mahkamah Agung. Tindakan Djoko Tjandra tersebut merupakan pelanggaran
terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, ia layak untuk dihukum sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Kasus ini menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi masalah besar di Indonesia. Korupsi
telah merugikan negara dan masyarakat dalam jumlah yang sangat besar. Kasus Djoko Tjandra ini
merupakan bukti bahwa korupsi masih merajalela di Indonesia, bahkan oleh orang-orang yang
memiliki kekuasaan dan kekayaan.
Kasus ini juga menunjukkan bahwa sistem hukum Indonesia masih perlu diperbaiki. Djoko
Tjandra sempat kabur ke luar negeri selama 12 tahun sebelum akhirnya ditangkap. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem hukum Indonesia masih belum efektif dalam mencegah terjadinya
kasus korupsi.
Kasus ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen pemerintah dalam
memberantas korupsi. Putusan pengadilan terhadap Djoko Tjandra merupakan bukti bahwa
pemerintah Indonesia tidak akan berkompromi dengan korupsi. Pemerintah akan terus berupaya
untuk memberantas korupsi, termasuk dengan menindak tegas para pelaku korupsi.
PENDAPAT KELOMPOK TENTANG TINDAKAN PIHAK PENGADILAN TERHADAP
KASUS HUKUM TERSEBUT
Menurut kelompok 3 djoko tjandra seharusnya divonis seumur hidup atau paling tidak
dipenjara selama 20 tahun dan denda minimal 20 juta dan palimh banyak 1 miliar seperti yang
kita lihat Berdasarkan UU Nomor 31 tahun 1999 jo UU No 20/2001 tentang Pemberantasan
Tipikor, pasal ini berbunyi :
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat
tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak
Rp1 miliar, pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya.
Berdasarkan UU diatas seharusnya djoko tjandra diberi hukum sesuai UU diatas dan
harus layak diberi hukuman seberat beratnya.
PASAL DALAM UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESAI YANG
MEMPERKUAT ATAU MENDUKUNG KEPUTUSAN PIHAK PENGADILAN
Hukuman terhadap Djoko Tjandra, yaitu 4,5 tahun penjara dan denda Rp 100 juta, sudah sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).
Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum. Pasal
ini menjamin bahwa setiap orang, termasuk Djoko Tjandra, berhak untuk diadili secara adil dan
mendapatkan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya.
Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup, merdeka, dan
mengembangkan diri, serta mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal ini juga menjamin bahwa Djoko
Tjandra berhak untuk mendapatkan hukuman yang adil dan tidak diskriminatif.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, hukuman terhadap Djoko Tjandra sudah sesuai dengan UUD
1945. Djoko Tjandra telah diadili secara adil dan mendapatkan hukuman yang sesuai dengan
perbuatannya, yaitu korupsi. Hukuman tersebut tidak diskriminatif dan tidak melanggar hak-hak
asasi manusia Djoko Tjandra.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pasal-pasal UUD 1945 yang relevan dengan
kasus Djoko Tjandra:
Pasal 28D ayat (1): Pasal ini menjamin bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum. Dalam
kasus Djoko Tjandra, Djoko Tjandra telah diadili secara adil oleh pengadilan, yaitu Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Tinggi Jakarta, dan Mahkamah Agung. Pengadilan-pengadilan
tersebut telah mempertimbangkan semua bukti yang ada, termasuk keterangan saksi, ahli, dan
barang bukti. Berdasarkan pertimbangan tersebut, majelis hakim memutuskan bahwa Djoko
Tjandra terbukti bersalah melakukan korupsi.
Pasal 28E ayat (1): Pasal ini menjamin bahwa setiap orang berhak untuk hidup, merdeka, dan
mengembangkan diri, serta mendapat pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil dan perlakuan yang sama di hadapan hukum. Dalam kasus Djoko Tjandra, Djoko
Tjandra telah dihukum dengan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya, yaitu 4,5 tahun
penjara dan denda Rp 100 juta. Hukuman tersebut tidak diskriminatif dan tidak melanggar hak-
hak asasi manusia Djoko Tjandra.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang dapat menjadi catatan dari kasus ini. Pertama, Djoko
Tjandra sempat kabur ke luar negeri selama 12 tahun sebelum akhirnya ditangkap. Hal ini
menunjukkan bahwa sistem hukum Indonesia masih perlu diperbaiki untuk mencegah terjadinya
kasus serupa di masa depan. Kedua, Djoko Tjandra sempat mengajukan permohonan Peninjauan
Kembali (PK) terhadap putusan pengadilan. Namun, permohonan PK tersebut ditolak oleh
Mahkamah Agung. Hal ini menunjukkan bahwa sistem hukum Indonesia masih berjalan dengan
baik dan tidak bisa diintervensi oleh pihak-pihak tertentu.
Mengenai jumlah denda telah ditetapkan dan ditinjau oleh MA sedemikian aga memberi efek
jera terhadap Djoko Tjandra, walaupun dalam hal ini tidak sama nminalnya dengan semua uang
yang sudah dikorupsi.