Anda di halaman 1dari 2

1) Penggunaan bahasa asing menunjukkan rasa nasionalisme yang makin berkurang

Keterkaitan BAHASA dengan RASA NASIONALISME: bahasa adalah alat pemersatu bangsa & dasar
komunikasi antar-negara & antar-budaya, menunjukkan bahwa kita sudah berhasil mementingkan
kepentingan nasional di atas kepentingan daerah & golongan. Latar belakang budaya & bahasa yang
berbeda2 berpotensi menghambat perhubungan antar-daerah & antar-budaya. Apalagi INDONESIA yang
pny byk perbedaan budaya, maka dari itu bahasa Indonesia sangat penting sbg. pemersatu semua
budaya2 itu.

Nasionalisme: Pemahaman masyarakat yg memiliki kesadaran & semangat cinta tanah air & bangsa yg
ditunjukkan melalui sikap & tingkah laku.

KONTRA:Bahasa asing/ bahasa tidak seharusnya menjadi tolak ukur rasa nasionalisme (cth: WNI yang
lahir di Indonesia tapi melanjutkan studi ke luar negeri tidak berarti WNI tsb tidak memiliki kesadaran &
semangat cinta tanah air & bangsa terhadap Indonesia. WNI tsb di kawasan luar negeri tsb pasti
menggunakan bahasa setempat/asing, tapi bukan berarti mereka tdk mempunyai rasa nasionalisme
juga)Sikap & tingkah laku sebagai unsur rasa nasionalisme :Rasa nasionalisme ditunjukkan juga melalui
sikap & tingkah laku. Sikap dan tingkah laku kita yang seharusnya menjadi kekuatiran disini, sama sekali
bukan penggunaan bahasa asing, karena tidak jarang juga kita temukan WNI yang menggunakan bahasa
setempat tapi sikap & tingkah lakunya menyimpang/ bukan yang seharusnya , yang mempertegas
bahwa unsur rasa nasionalisme itu sama sekali tdk berbasis pada penggunaan bahasa asing, karena
bahasa hanya berperan sebagai alat, sedangkan rasa nasionalisme ditentukan dari sikap & tingkah laku
kita.

PRO: Keterbatasan akses dalam ilmu/pendidikan bahasa asing, sedangkan mosinya adlh bahasa asing
berarti rasa nasionalisme berkurang: Tidak semua warganegara memiliki akses dlm ilmu/pendidikan
bahasa asing, padahal bahasa pada dasarnya ditujukan demi mempersatukan bangsa & sbg komunikasii
antardaerah-antarbudaya-antarsuku. Peran bahasa disini tidak terwujud/ terlaksanakan karena kita
bahkan tidak menjamin akses ilmu bahasa asing tsb bagi seluruh rakyat, dimana nasionalisme berarti:
pemahaman MASYARAKAT, yg berarti rasa nasionalisme harus kita rasakan bersama2 sbg masyarakat.
Kalau ilmu bahasa asing saja tidak dijaminkan dapat dikomunikasikan/ menjadi wadah komunikasi bagi
SELURUH masyarakat, bahasa asing tidak dapat mewujudkan/ merealisasikan rasa nasionalisme yang
sebenarnya, yaitu berlaku untuk seluruh rakyat. (kesimpulan: rasa nasionalisme harus mencakup seluruh
rakyat. Bahasa asing tidak tentu dikuasai semua orang. Kalau bahasa asing tsb tdk dapat memerankan
fungsinya sbg alat komunikasi/pemersatu bangsa, berarti bhs asing tidak membawa rasa nasionalisme
bagi rakyat)

7) Kenaikan pajak dapat membentuk negara yang sejahtera.

PRO: Pajak sbg. pembangunan nasional. Urgensi: Maraknya kasus korupsi di Indonesia sehingga pajak
seringkali dikatakan ‘hanya untuk bahan korupsi’, tapi nyatanya KPK mencatat bahwa korupsi kian
menurun per tahunnya, 38,2persen dari 2017 sampai 2018, dan turun lagi sebanyak 29,8 persen hingga
sekarang. Data tsb menunjukkan bahwa pajak benar-benar sudah mulai dimanfaatkan sbg fondasi
pembangunan nasional, karena cth konkret nya: 17 pelabuhan laut sudah dibangun, didirikannya banda
baru di 8 lokasi berbeda, 15 bendungan, dan lain-lain, menunjukkan betapa pentingnya pajak bagi
kemajuan serta kesejahteraan negara. Pembangunan-pembangunan ini dapat kita percepat dengan
menaikkan pajak. BERAPA pajak yang dibutuhkan?
ATAU naikin pajak barang impor yang masuk sini, automatis rakyat akan lebih berpikir duakali untuk beli
barang impor & lebih memilih beli barang lokal untuk menyelamatkan Rupiah dan membuka
kesempatan agar produk/perusahaan tanah air dapat bersaing dengan produk asing. Keadaan ekonomi
yang dijamin akan membaik akan membawa kesejahteraan bagi negara.

Anda mungkin juga menyukai