Anda di halaman 1dari 23

TEORI ORGANISASI

Organizational Culture Theory (Pacanowsky & O’Donell-Trujillo)


Teori Budaya Organisasi  teori komunikasi yang berfokus pada interpretasi simbol melalui interaksi
diantara anggota-anggota kelompok sehingga menghasilkan budaya organisasi.

Metafora Budaya (Geertz): Budaya organisasi rumit dan kompleks seperti jaring laba-laba. Setiap anggota
berkontribusi dalam pembentukan budaya organisasi seperti proses pemintalan benang dalam jaring laba-
laba. Primary goal dari teori ini adalah menemukan pola-pola dalam budaya organisasi.

Asumsi OCT
1. Anggota- anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan nilai-nilai sebuah organisasi.
(Contoh : Ketika SMA diberikan nilai-nilai dalam berperilaku agar visi misi sekolah terjaga
keutuhannya.)
2. Pentingnya penggunaan dan interpretasi symbol dalam budaya organisasi (Interpretasi simbol
akan membentuk makna yang akan menjadi nilai dan budaya sebuah organisasi. Contoh : Simbol
Verbal  jargon, Simbol Fisik  Logo, Simbol Perilaku  Tradisi makrab)
3. Budaya organisasi bervariasi dan beragamnya interpretasi tindakan dalam budaya (Persepsi
dalam interpretasi makna yang beragam akan membuat bervariasinya budaya organisasi)

Pemahaman Etnografi
Etnografi digunakan untuk memahami budaya suatu organisasi dengan peneliti terjun langsung dan melihat
dari sudut pandang objek penelitian.
 Field of Journal, catatan yang dibuat peneliti mengenai segala hasil obeservasinya selama
melakukan penelitian.
 Thick Description dalam etnografi berarti menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam
mengenai suatu budaya.

Performa Komunikatif
Performa adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggota maupun organisasi.
Jenis-jenis peforma:
1. Ritual Performances (Performa yang dilakukan rutin dalam organisasi)
a. Personal Ritual (Contoh: setiap pagi datang jam 8.15, kemudian membeli kopi)
b. Task Ritual (dilakukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Contoh: seorang akuntan akan
membuat laporan keuangan perusahaan setiap bulan)
c. Social Ritual (Rutinitas yang melibatkan hubungan dengan orang lain dalam organisasi.
Contoh: Makan siang bersama)
d. Organizational Ritual (dilakukan organisasi secara keseluruhan. Contoh: Rapat mingguan,
rapat tahunan)
2. Passion Performances (bercerita mengenai organisasi dengan sesama anggota. Contoh: atasan
bercerita mengenai pengalamannya bekerja)
3. Social Performances (dilakukan dalam berinteraksi dengan anggota lain. Contoh: pegawai saling
menyapa)
4. Political Performances (untuk menunjukan status, peran, dan kekuaasaan. Contoh: atasan yang
intimidatif dan tegas untuk menunjukkan kewenangannya)
5. Enculturation Performances (dilakukan sebagai pembelajaran bagi anggota mengenai budaya
organisasi dan bagaimana menjadi bagian dari suatu organisasi. Contoh: orientasi, team-building,
wawancara)

Kritik
1. Konsistensi Logika : konsep pemahaman makna yang sama dalam setiap anggota dinilai kurang logis
karena terdapat perbedaan sudut pandang tiap individu
2. Kegunaan : Teori ini memiliki banyak kegunaan, dan dapat diaplikasikan kepada anggota dari
berbagai organisasi karena berhubungan langsung dengan kinerja para anggota.
3. Heurisme : Teori ini telah memicu berbagai macam penelitian lanjutan (isu peran gender, displin
pelajar, dsb.)

Organizational Information Theory


Kegiatan utama dalam organisasi adalah menyetarakan suara dan memperjelas informasi yang ambigu. Para
anggota mencapai tujuan ini dengan enacment, selection, dan retention of information.

Hal yang konstan dalam sebuah organisasi adalah perubahan. Terdapat 2 sudut pandang yang
mempengaruhi OIT:
1. General Systems Theory : menjelaskan pengaruh lingkungan luar terhadap organisasi dan
sebaliknya
2. Theory of Sociocultural Evolution : menjelaskan proses organisasi mengumpulkan dan memaknai
informasi.

Asumsi OIT
1. Human organizations exist in an information environment.
2. The information an organization receives differs in terms of equivocality (=istilah yang mengacu
pada pesan-pesan yang ambigu)
3. Human organizations engage in information processing to reduce equivocality of information.
Key Concepts
1. Lingkungan informasi  ketersediaan stimuli (informasi) dalam sebuah organisasi
2. Peraturan  pedoman dalam organisasi untuk menganalisa respon terhadap informasi yang
ambigu. Terdiri atas:
- Durasi : informasi ambigu harus diselesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya
- Personnel : anggota-anggota berwawasan paling luas lah yang harus menangani informasi
ambigu.
- Success : strategi terdahulu yang sukses dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas
informasi.
- Effort : informasi ambigu harus diselesaikan dengan usaha seminim mungkin
3. Siklus  serangkaian komnuikasi yang digunakan untuk mengurangi ambiguitas (equivocality).
Terdapat double interact loops, yaitu siklus dari organisasi untuk mengurangi equivocality.
- Act : menerima pesan ambigu
- Respond : reaksi terhadap equivocality
- Adjust : reaksi organisasi terhadap equivocality

Principles of Equivocality
1. Sebuah organisasi harus mengamati hubungan antara informasi ambigu, peraturan yang dimiliki
organisasi untuk menguranginya, dan siklus yang harus digunakan.
2. Semakin sedikit jumlah peraturan yang dimilki organisasi untuk mengurangi ambiguitas, semakin
banyak siklus yang harus digunakan; dan sebaliknya.
3. Semakin banyak siklus yang digunakan, semakin berkurang ambiguitas.

Reducing Equivocality
1. Enactment  interpretasi atas informasi yang diterima sebuah organisasi
2. Selection  memilah-milah informasi yang diperoleh
3. Retention  ingatan kolektif yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

Kritik
1. Anggota-anggota organisasi tidak selalu patuh pada peraturan yang ada, sehigga perilaku mereka
lebih didasari oleh intuisi, bukan peraturan organisasi.
2. Memiliki tingkat heurisme tinggi karena telah mendasari berbagai studi.
3. Teori ini menekankan pada proses komunikasi, bukan pada para pelaku komunikasi itu sendiri,
sehingga sangat membantu dalam memahami usaha lingkungan eksternal dan internal dalam
memahami informasi yang diterima.

TEORI KOMUNIKASI PUBLIK


The Rhetoric
Berasal dari ajaran Aristoteles mengenai principles of persuasion, yaitu seni berbicara atau menulis secara
persuasif. Orang-orang yang mengajarkan prinsip-prinsip persuasi disebut sophists. Retorika  makna-
makna persuasi .

Asumsi The Rhetoric


1. Keefektifan public speaker harus memperhatikan audiensnya (pembicara dengan audiensnya
harus memiliki pengetahuan yang sama. 3 elemen pidato efektif: pembicara, hal yang dibicarakan,
dan orang yang ditujunya)
2. Keefektifan public speaker menggunakan pembuktian yang banyak terhadap yang
dipaparkannya. (3 bukti retorika: Ethos–kemampuan pembicara menyampaikan, logos–pembuktian
logis atas apa yang disampaikan, dan phatos–emosi pendengarnya yang dapat diprediksi)

Syllogisms: A Three-Tiered Argument


Dalam logos terdapat silogisme. Silogisme adalah sebuah proporsisi yang saling terkait sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan berdasarkan premis major dan premis minor. Silogisme merupakan sebuah
argument deduktif.

Canon of Rethoric
5 norma pidato efektif menurut Aristoteles:
1. Invention (Berkaitan dengan konstruksi dan pengembangan argumen suatu pidato)
 Topics (penalaran yang digunakan dalam argumen pidato)
 Civing Spaces (perumpamaan bahwa pembicara harus punya tempat dimana terdapat kesempatan
untuk mengajak orang lain)
2. Arrangement (bagaimana pembicara mengatur pidato; melalui 3 pendekatan)
 Introduction (pembicara mengambil perhatian pendengar dan menyampaikan tujuan pidato)
 Body (argumen, pendukung detail, dsb)
 Conclusion (menyampaikan inti pidato dan membangkitkan emosi pendengar)
3. Style (penggunaan bahasa untuk mengekspresikan ide; pilihan kata, perumpaan, dan kelayakan kata)
4. Memory (usaha pembicara menghafal pidato sebagai dasar pemahaman akan materi dan teknik)
5. Delivery (presentasi nonverbal suatu pidato; perilaku, kontak mata, vokal, lafal, logat, gerak tubuh,
dan penampilan fisik)

Jenis-jenis Retorika
1. Retorika Forensik (keadaan ketika pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak
bersalah. Biasanya digunakan dalam pengadilan, dimana pembicara forensik meyakinkan hakim
akan argumen-argumen mereka)
2. Retorika Epideiktik/seremonial (berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Disampaikan kepada
publik dengan tujuan memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Berfokus pada isu-
isu sosial masa kini dan tidak bisa dipisahkan dengan ethos)
3. Retorika Deliberatif/politis (menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh
dilakukan oleh khalayak. Berorientasi pada masa depan.

Kritik
1. Heurisme : Teori ini telah mencakup beberapa subarea dalam komunikasi, seperti ketakutan dalam
berkomunikasi dan telah mendorong penelitian bersifat empiris maupun praktis.
2. Konsistensi Logis :
 Tidak konsisten karena Aristoteles menganjurkan pembicara untuk menghindari emosi dalam
penyampaian pidato, tetapi juga menekankan pentingnya mengunggah emosi khalayak (pathos)
dalam suatu pidato.
 Kurang Terorganisasi : Teori ini disusun hanya berdasarkan catatan-catatan ceramah Aristoteles
 Mengabaikan Sifat Kritis Pendengar
3. Pengujian Waktu Berjalan : Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan poros
Aristoteles, sehingga teori mengenai emosi, logika, dan kepercayaan ini tidak dapat diabaikan.

Dramatism
Dramatisme  teori yang mencoba memahami manusia dengan melihat kehidupan manusia sebagai sebuah
drama; menempatkan fokus pada adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain.

Asumsi-asumsi dramatisme
1. Manusia adalah hewan yang menggunakan simbol  beberapa hal yang dilakukan manusia
dimotivasi oleh naluri hewan dan beberapa hal dimotivasi oleh naluri simbolik.
2. Bahasa dan simbol membentuk sistem yang penting bagi manusia  Terdapat keterbatasan
pemahaman manusia; tergantung pengalaman, konteks masyarakat, dll)
3. Manusia adalah pembuat keputusan

Identifikasi & Substansi


 Substansi  sifat umum dari sesuatu. Dalam manusia, dapat dilihat sebagai karakteristik, latar belakang,
budaya, dll suatu individu.
 Identifikasi  ketika dua orang memiliki ketumpangtindihan pada substansi mereka (cocok)
 Division  ketika dua orang gagal memiliki ketumpangtindihan pada substansi mereka (ga cocok)
 Consubstantiation  ketika ada pertimbangan yang akan meningkatkan ketumpangtindihan (kecocokan)
dua orang.
Process of guilt and redemption
Guilt  perasaan tidak nyaman, tekanan, rasa malu dan sebagainya yang dianggap sebagai motif dari
aktivitas simbolik.
Proses perasaan bersalah hingga menguranginya (siklus Burke):
1. Order dan hierarchy  peringkat dalam masyarakat yang tercipta karena kemampuan kita
menggunakan bahasa. If we are privileged, we may feel we have power at the expense of those with
less wealth and power. This feeling prompts guilt. Misal: orang kaya merasa bersalah ketika melihat
orang miskin.
2. The negative  seseorang menolak tempatnya dalam tatanan sosial. Perasaan bersalah muncul
karena melihat perbedaan realita dengan kesempurnaan yang kita bayangkan.
3. Victimage  berusaha untuk membersihkan diri dari rasa bersalah dengan cara mortification
(menyalahkan diri sendiri) dan scapegoating (menyalahkan orang lain).
4. Redemption  menolak ketidaksempurnaan dan kembali dalam tantanan semula setelah rasa
bersalah disingkirkan untuk sementara.

Pentad (metode Burke untuk menerapkan dramatisme)


 agent : orang yang melakukan sebuah tindakan
 act : kegiatan yang dilakukan oleh agent
 purpose: tujuan dari tindakan yang dilakukan (act)
 scene: latar kejadian
 agency: cara – cara yang digunakan agen untuk bertindak
 attitude: cara agen memosisikan dirinya agar dibanding orang lain

Dramatistic ratios  proporsi suatu elemen relatif terhadap yang lain. Rasio dapat dilihat dengan
mengamati hubungan antara 2 pentad. An agent & act ratio, for instance, is at issue when we attempt to
understand how a good person might do a bad thing. In analyzing the ratios in this manner, the researcher
is able to discover a dominant element. Is the agent emphasized more than the situation or vice versa?

Kritik dan penutup


1. Kegunaan: dapat bertambah bila memasukkan fokus terhadap kaum marjinal (gender, budaya)
2. Teori ini memberikan pemikiran baru yang imajinatif dan inovatif mengenai motif dan interaksi
manusia.
3. Terlalu kompleks dan membingungkan sehingga tidak bersifat parsimoni.
4. Ruang lingkup teori ini terlalu luas dengan berusaha menjelaskan keseluruhan pengalaman manusia
dengan interaksi simbolik

TEORI MEDIA
Cultivation Analysis (Gerbener & Gross)
Cultivation  proses kumulatif dimana tv menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayak secara perlahan-lahan dan dalam jangka panjang.
Cultivation analysis dipakai dalam violence index, yaitu analisis tahunan yang mengukur jumlah kekerasan
yang ditampilkan dalam program tv prime time.

Asumsi
1. TV bereda dengan format media massa lainnya karena kemudahan akses dan keberadaanya
terjangkau untuk semua orang
2. TV membentuk cara masyarakat berpikir dan berhubungan.
3. Pengaruh TV terbatas (terbatas = efek yang dapat diukur, diamati, dan independen tv pada
kebudayaan itu kecil tetapi dampaknya signifikan)

Proses dan produk cultivation analysis


1. Four step process
 Analisis sistem pesan = menunjukan penggambaran yang paling berulang
 Membuat pertanyaan mengenai realitas sosial penonton
 Survei penonton
 Membandingkan realitas sosial antara heavy viewers dan light viewers
2. Mainstreaming dan resonansi
 Mainstreaming: heavy viewers mempersepsikan realitanya mirip dengan gambaran di tv.
 Resonansi: realita yang dialami penonton serupa dengan yang digambarakan media. 2 pesan ini
beresonansi memperkuat dugaannya tersebut. Menghasilkan 2 level dampak:
o First order effect: pembelajaran mengenai fakta dari media.
o Second order effect: pembelajaran mengenai nilai dan asumsi dari media.
3. Mean world index
 Kebanyakan orang meperhatikan dirinya sendiri.
 Kita tidak bisa terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang lain.
 Kebanyakan orang akan memanfaatkan kita jika mereka memiliki kesempatan
Prediksi 1: Heavy viewes lebih setuju karena mereka melihat bahwa dunia ini lebih jahat dari apa yang
dipersepsikan light viewrs
Prediksi 2: Perbedaan dalam kuantitas kegiatan menonton jauh lebih berpengrauh terhadap respon mean
world index daripada tingkat pendidikan dan pendapatan.

Cultivation Analysis as Critical Theory


TV membentuk persepsi politik, sosial, dan budaya. Teori ini menjelaskan bagaimana tv hanya
menguntungkan kelompok tertentu bukan seluruh lapisan masyarakat. 3Bs TV:
 Blurring = mengaburkan perbedaan yang ada
 Blending = realitas sosial yang ada dileburkan dalam budaya mainstream
 Bending = realitas mainstream hanya menguntungkan kelompok tertentu saja

Kritik
 Metode yang digunakan tidak sejalan dengan apa yang ingin dihasilkan dari penelitian tersebut.
 Teori ini tidak bisa digunakan untuk menjeaskan bagaimana seseorang memiliki pandangan terhadap
dunia.
 Penelitian terkini menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam teori ini.
Seiring berjalannya waktu juga tv menjadi kebutuhan sehari-hari sehingga sulit untuk menentukan mana
heavy dan light viewers-nya.

Agenda Setting
Agenda setting mencakup:
 The media agenda : serangkaian topik yang disusun oleh media (koran, tv, dll)
 The public agenda : serangkaian topik yang dianggap penting oleh masyarakat
 The policy agenda : isu-isu yang dianggap penting oleh decision makers

Agenda setting adalah proses dimana media mengarahkan masyarakat dalam memilih isu-isu publik
mana yang penting. Agenda media mempengaruhi agenda publik, sehingga opini publik menjadi
representasi dari opini media. Sebaliknya, terdapat kemungkinan agenda media dipengaruhi agenda publik
“tell them what they want to hear”.
Perkembangan Teoritis Agenda Setting
1. Contingency factors : melihat karakteristik faktor-faktor yang memppengaruhi agenda setting effect
> audience, isu, media.
 Audience : tiap individu membutuhkan orientasi (need of orientation), yaitu gabungan
antara keingintahuan dan ketidakpastian/ketidaktahuan tentang suatu isu, sehingga mudah
dipengaruhi apa yang disajikan media
 Isu : terdapat konsep obtrusive issue, dimana sebuah isu semakin menonjol jika publik
memiliki keterkaitan/kontak langsung dengan isu tersebut.
 Media : karena banyaknya variasi media, maka pembuatan agenda media menjadi proses
panjang, kompleks, dan bervariasi.
2. Second Level Agenda Setting : melihat bahwa media mempengaruhi isu apa yang seharusnya
dipikirkan publik dan bagaimana publik memandang isu tersebut; berbeda dengan first-level
agenda setting yang hanya melihat media mempengaruhi isu-isu apa yang dimasukkan dalam agenda
publik. Terdapat konsep framing, dimana media memfokuskan beberapa aspek dalam kehidupan
dan memperkecil kepentingan aspek lain.
3. Penjelasan Mekanisme Psikologis : melihat proses pengaruh media terhadap penilaian individu
tentang apa yang dianggap penting. Terdapat konsep priming, yaitu pengaruh konteks
sebelumnya dalam menerima dan menginterpretasi informasi. Contoh: kita baca berita tentang
virus komputer, terus kita ngobrol tentang virus. Kita akan nyambung ke virus yang merusak
komputer, bukan virus penyakit di tubuh.

Kritik
 Pengaruh media bersifat ambigu
 Teori ini memiliki nilai heuristik tinggi, karena telah memunculkan banyak penelitian
 ‘kekayaan’ teori ini dikarenakan konsepnya yang sederhana
 Dapat digunakan untuk meprediksikan berbagai pengaruh media terhadap publik

Media Ecology Theory


Media Ekologi  mempelajari pengaruh media dan proses komunikasi terhadap persepsi, perasaan, emosi,
dan nilai-nilai manusia.
Menurut Marshall McLuhan, manusia memiliki hubungan simbiosis dengan teknologi media, yaitu kita
menciptakan teknologi dan teknologi menciptakan kembali (re-create) manusia.
bias of communication  kekuatan teknologi dalam membentuk masyarakat

Asumsi-Asumsi MET
1. Media masuk ke dalam perilaku keseharian masyarakat
Menekankan bahwa kehidupan kita tidak bisa lepas dari teknologi. McLuhann melihat pengaruh dari angka,
permainan, dan uang terhadap masyarakat.
o angka: seseorang akan merasa nyaman berada diantara orang-orang lain. Rasa nyaman ini
merupakan pengertian dari pelipatgandaan angka (multiplication of numbers).
o permainan menjadi media interpersonal karena orang-orang ingin berpartisipasi dalam
sesuatu yang menyenangkan dan menggambarkan diri mereka sendiri.
o Uang bergantung pada masyarakat sebagai bentuk status dan rezeki. Uang memiliki
kekuatan untuk memberikan akses untuk orang-orang yang memilkinya.
2. Media membetulkan persepsi dan mengorganisasi pengalaman kita
Media memberi pengaruh besar pada pandangan kita terhadap dunia. Contohnya, manipulasi yang dilakukan
oleh televisi.
3. Media saling menghubungkan penduduk dunia
Terdapat global village, dimana terdapat kemampuan untuk saling menerima pesan secara cepat melalui
media yang ada. Akibatnya, kita cenderung mengkhawatirkan isu global daripada isu yang ada di
lingkungan masyarakat kita sendiri.

Membentuk Sejarah Media dan “Sense”


Media pada era tertentu menentukan esensi dari sebuah kelompok masyarakat.
HISTORICAL PROMINENT PENGERTIAN
EPOCH TECHNOLOGY/
DOMINANT SENSE
Tribal Era Face-to-Face Masyarakat memeluk tradisi lisan dan
Contact/Hearing pendengaran adalah indera terpenting.
Literate Era Phonetic Alphabet/Seeing Komunikasi tertulis berkembang dan indera yang
dominan adalah pengelihatan.
Print Era Print Press/Seing Memperoleh informasi melalui media cetak
menjadi hal biasa dan indera pengelihatan
semakin dominan.
Electronic Era Computer/Seeing, Media elektronik melibatkan indera kita,
Hearing, Touching menghubungkan orang-orang di seluruh dunia.

rasio indera (ratio of the senses)  Berkaitan dengan bagaimana orang-orang beradaptasi dengan
lingkungannya (melalui keseimbangan indera-indera yang dimilikinya)

Media adalah Pesan (The Medium Is the Message) merupakan istilah yang mengacu pada kekuatan dan
pengaruh media (bukan isi pesan) terhadap masyarakat.

Hot & Cool Media


Hot Media  jenis komunikasi berdefinisi tinggi (high-definition communication) yang hanya
membutuhkan sedikit keterlibatan dari pendengar, pembaca, atau penonton (viewers). Contoh : Radio,
fotografi, Buku, dan film.
Cool media  jenis komunikasi berdefinisi rendah (low-definition communication) yang membutuhkan
banyak keterlibatan dari pendengar, pembaca, maupun penonton. Contoh: kartun, percakapan, TV, seminar,
telepon.

The Tetrad

Tetrad merupakan konsep keteraturan untuk memahami Laws of Media, yaitu pengembangan teori MET
yang fokus pada dampak teknologi pada masyarakat. McLuhan membuat empat pertanyaan Laws of Media:
 Apa yang diperkuat (enhance) media? (Skype memperjelas percakapan seperti face-to-face)
 Apa yang dibuat usang/kuno (obsolesces) oleh media? (TV membuat radio ketinggalan zaman)
 Apa yang dapat dipulihkan (retrieve) oleh media? (TV mengembalikan pentingnya unsur visual
yang tidak dapat dicapai oleh radio, tetapi yang dulunya ada di dalam percakapan langsung)
 Apa yang dapat dikembalikan (reverse) oleh media? (keinginan publik untuk memiliki akses
terhadap hiburan dalam medium yang relatif murah mendorong terciptanya drama dan program
komedi)

Carrying the McLuhan Banner: Postman and Meyrowits


Terdapat dua akademisi yang bekerja mengintegrasikan pemikiran McLuhan:
1. Neil Postman mengenalkan ekologi media di tahun 1968
a. Postman percaya lingkungan media membentuk kehidupan anak karena konten media
memengaruhi kognisi anak yang akan membentuk pola pikir dan kehidupannya.
b. Teknologi memudahkan segalanya sehingga manusia tidak mau lagi mengikuti proses.
c. Kita percaya teknologi membawa kita kepada keamanan dan keselamatan, juga kehilangan
humilitas, disiplin, dan rasionalitas pada saat yang bersamaan.
d. Technopoly: kita hidup di dalam sosialitas yang di dominasi teknologi.
2. Meyrowits berargumentasi bahwa jarak lebih dari sekedar fisik.
a. Setuju dengan McLuhan bahwa media elektronik memiliki konsekuensi kultural.
b. Relasi kekuasaan dan kelas sosial dapat dilacak melalui media elektronik.
c. Media mengaburkan batasan tempat dan peran.

Kritik
1. Testabilitas: banyak konsep yang sulit dimengerti, terlalu menekankan banyaknya teknologi
berdampak bagi kehidupan sosial, sehingga dianggap berlebihan.
2. Teori ini memiliki nilai heuristik yang tinggi dibuktikan dengan adanya Asosiasi Ekologi Media,
yang mempromosikan penggunaan praktis MET, dan digunakan dalam banyak riset.

Uses & Gratifications


Berawal dari Mass Society Theory, bahwa masyarakat biasa adalah korban tak beradya dari kekuatan
media massa, yang lalu digantikan dengan limited effects theory, bahwa pengaruh media massa dibatasi
oleh aspek personal dan sosial individu. Terdapat 2 pendekatan limited effects :
 Individual Differences Perspective : fokus pada batasan-batasan yang berasal dari karakteristik
pribadi
 Social Categories Model : fokus pada batasan-batasan yang berasal dari keanggotaan suatu
kelompok (group membership)

Stages in Uses and Gratifications Research


1. Merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan dan Motivasi (Maslow)

 hierarki kebutuhan Maslow

Terdapat konsep fraction of Selection (Schramm) tentang proses pemilihan media yang digunakan
(uses); imbalan yang diharapkan (gratifications) dibandingkan usaha yang dibutuhkan.
Expectation of reward
Effort required

2. Diawali dengan pembuatan tipologi tentang semua alasan manusia menggunakan media.
3. Berawal dari ketertarikan peneliti untuk menghubungkan alasan-alasan khusus penggunaan
media, seperti kebutuhan, goals, keuntungan, konsekuensi penggunaan media, dan faktor individual.
Contoh: penelitian tentang hubungan antara motivasi, ketertarikan interpersonal, dan interaksi
parasosial (hubungan yang kita rasakan dengan orang-orang yang kita kenal hanya melalui media)
dengan mendengarkan ceramah publik di radio. Pendengar memilih untuk mendengarkan radio dan
mempercayai host-nya karena terdapat motivasi untuk memperoleh hiburan dan informasi
berdasarkan hubungan parasosial.

Asumsi-asumsi
1. The audience is active and its media use is goal oriented.
Berkaitan dengan cara-cara mengkattegorikan kebutuhan dan gratification individu:
- Diversion (dengan keluar dari rutinitas atau masalah sehari-hari)
- Personal relationships (menggunakan media sebagai pengganti companionship)
- Personal identity (cara-cara memperkuat nilai-nilai individu)
- Surveillance (mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan)

2. The initiative in linking need gratification to a specific medium choice rests with the audience
member.
3. The media compete with other sources for need satisfaction.
4. People have enough self-awareness of their media use, interests, and motives to be able to provide
researchers with an accurate picture of that use.
5. Value judgments of media content can only be assessed by the audience.

The Active Audience


Aktivitas-aktivitas yang bisa diikuti oleh pengguna media:
1. Utility : kegunaan media bagi pengguna
2. Intentionality : motivasi seseorang menentukan konten media yang akan dikonsumsi
3. Selectivity : penggunaan media mencerminkan interests seseorang
4. Imperviousness to influence : bagaimana pengguna media membangun makna pribadi terhadap
konten media.

Media Effects
1. Meskipun khalayak aktif, efek media tetap akan terjadi.
2. Dunia kita penuh dengan informasi-informasi yang menarik bagi kita; kita dapat mengakses
informasi tersebut melalui media
3. Kadang media menjadi satu-satunya sumber informasi (yang tidak bisa kita dapatkan di dunia nyata
tanpa media)
4. Media menyediakan informasi-informasi yang kita pentingkan
5. Situasi sosial menuntut kita untuk terbiasa dengan media (dan memperoleh informasi-informasi
penting)

Uses & Gratifications and New Media


Meskipun Internet telah mencakup hampir semua kegunaan dari media-media lama, teori ini masih bisa
digunakan untuk kasus internet dengan melihat tujuan khalayak menggunakan internet.

Kritik
1. Teori ini kurang koheren. Terlalu fokus pada penggunaan media dan tidak melihat ‘kecerobohan’
media itu sendiri
2. Beberapa key concepts dalam teori ini masih dipertanyakan
3. Memiliki nilai heuristik tinggi karena telah mendasari berbagai studi.

TEORI KHALAYAK
Reception Theory
Stuart Hall membahas teori dalam tataran komunikasi massa; ia mengkritik teori komunikasi massa. Hall
menawarkan pandangan bahwa ada beberapa tahapan dalam komunikasi massa:
1. Produksi (makna diproduksi)
2. Sirkulasi
3. Use (digunakan atau distribusi makna)
4. Reproduksi
Setiap tahap mempunyai otonomi atau kekhasan masing-masing. Makna tidak secara pasti ditentukan oleh
pengirim pesan. Penerima pesan juga aktif dalam men-decode makna pesan.
Pesan tidak hanya ditransmisikan tapi juga diproduksi.

Model endcoding-decoding Hall:

Terdapat Lack of equvalence (ketidakseimbangan) antara encoder dan decoder.

Paradigma Semiotik
Adalah analisis proses resepsi pesan menggunakan semiotik/ilmu mengenai tanda atau simbol.
Istilah dalam paradigma semiotik:
 Sign: Lambang, yang merepresentasikan
 Kode: Makna umum yang telah dibuat pihak tertentu

Television Sign Is Complex


Iconic sign: memiliki beberapa sifat dari benda yang direpresentasikan, yang juga merupakan coded sign,
misalnya wonderwoman adalah wanita hebat. Television sign is complex karena visual dan aural (2 indera);
misalnya air artinya juga biru. Apa yang kita sebut realism atau naturalism dikodekan berdasarkan
convention dan merupakan bagian dari discursive practice.

Program televisi adalah permainan simbolik. Dalam linguistik terdapat 2 makna, yaitu:
A. Denotasi: makna literal, hal yang sudah dianggap natural.
B. Konotasi: makna asosiatif, identik dengan makna kultural, dan ideologis

Kebudayaan dominan yang terlihat dalam televisi disebut dominant cultural order dan makna yang secara
umum dipahami disebut preferred meanings atau dominant.
Stuart Hall mengajukan hipotesis tentang decoding, dimana ia menekankan adanya hubungan antara
encoder (media) dengan decoder (audiens). 3 posisi audiens:
1. Dominant (tidak terjadi perbedaan interpretasi konten media oleh audiens; informasi diterima mentah-
mentah)
2. Negotiated (sebagian setuju/menerima informasi dair media, sebagian tidak; audiens melakukan
modifikasi terhadap pesan dari media agar sesuai dengan pemahamannya)
3. Oppositional (sepenuhnya menentang apa yang disajikan media; interpretasi audiens bersebrangan
dengan media)

Obstinate Audience Theory


Teori ini merupakan kritik dari teori sebelumnya yaitu Teori Jarum Suntik/Peluru.
Menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi khalayak.
Khalayak terbagi menjadi dua, yaitu:
- Khalayak aktif Sudah teredukasi, bisa memutuskan media mana yang dikonsumsi, mengkritik, dan
tidak menerima informasi media mentah-mentah
- Khalayak Pasif menerima mentah-mentah informasi dari media, tidak terlalu banyak mengkritik,
dan belum terredukasi

5 tiplogi khalayak aktif:


- Selectivity : Khalayak aktif dalam memilih media yang digunakan
- Utilitarianism : khalayak mengonsumsi konten media yang sesuai dengan kebutuhannya
- Intentionality : penggunaan media untuk kebutuhan langsung
- Involvement : khalayak tahu porsi masing-masing sebagai konsumen media
- Impervious to influence : khalayak tidak mudah dipengaruhi media

Asumsi
Khalayak tidak pasif karena memiliki kemampuan untuk menyaring pesan yang masuk melalui filter
konseptual. Raymound yang mengkritik bahwa khalayak hanya sebagai robot pasif khalayak hanya akan
menuruti pesan jika pesan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Fokus penelitian bergeser dari komunikator menjadi publik karena menganggap bahwa Individu memiliki
kemampuan untuk menyeleksi.
Kemampuan seleksi dipengaruhi oleh:
1. Perbedaan individu
2. Perbedaan persepsi
3. Perbedaan sosial budaya
Uses & Gratification theory endukung Obstinate Audience Theory didasari oleh asumsi bahwa manusia
adalah makhluk rasional, aktif, dinamis, selektif terhadap semua pengaruh di luar dirinya. Uses and
Gratifications Theory meneliti asal mula kebutuhan psikologis dan sosial manusia yang menimbulkan
harapan tertentu dari penggunaan media massa atau sumber-sumber lain.
Elemen Uses and Gratifications Theory
 Audiens aktif dan penggunaan media berorientasi pada tujuan
 Audiens memegang inisiatif untuk menghubungkan kebutuhan kepuasan dan pilihan media
 Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan penggunaan media
 Pertimbangan seputar keperluan audiens tentanf media spesifik atau isi harus dibentuk

Pada dasarnya Obstinate Audience Theory dan Uses and Gratifications Theory dapat dimasukan ke dalam
kelompok besar paradigma psikologi komunikasi politik. Tiap individu akan menyaring, menyeleksi dan
mengolah secara internal semua pesan yg berada di luar dirinya. Audiens yang memilih konten media sesuai
dengan ketertarikan mereka.

Active Audicence Theory (David Morley)


Audiens dianggap secara aktif memilah-milah informasi yang mana yang ingin diterimannya. Audiens
memodifikasi atau menolak ideologi dominan yang tercermin dalam konten media.

Audiens dan media diibaratkan sebagai Pendulums and Pitfalls; seperti pendulum yang goyang kiri-kanan
bolak-balik, kita nerima pesan-pesan yang berguna, lalu memodifikasi sesuai pemahaman kita.

Asumsi AAT
1. Audiens itu selalu bersifat aktif
2. Konten media selalu bersifat polisemi (terbuka terhadap beragam interpretasi)

Re-reading Audience Theory


Penelitian menggunakan program nationwide adalah penelitian untuk melihat korelasi antara
kedudukan sosial dengan kedudukan sebagai suatu audience dalam menginterpretasikan pesan.
Hal yang mempengaruhi seseorang dalam menginterpretasi sebuah pesan adalah kebudayaan,
latar belakang, dan pengetahuan pribadinya; meskipun kelas sosialnya sama.
Gimana dengan audiens yang dipengaruhi oleh konten TV? Disini nggak dibahas tentang itu, justru lebih
banyak kritik terhadap hal itu (bahwa audiens pasif). Posisi audiens dari preferred menjadi negotiated.
Premised on Heavily Negotiated Reading (but not misreading). Contoh: ada satu berita sama dan tiga orang
yang menginterpretasikannya berbeda-beda, tapi bukan berarti ada yang salah interpretasi.
Between the Micro dan the Macro
Konsep ini melihat dampak dan penggunaan media. Dalam makro, yang dilihat adalah bagaimana kaum
elit menggunakan media untuk mempertahankan posisi mereka dengan menyebarkan gagasan atau
pendapat mereka pada khalayak melalui media, dan melihat audiens sebagai audiens pasif (pemahaman
sama semua) Sedangkan dalam mikro, yang dilihat adalah bagaimana individu menggunakan media
untuk memahami dan membentuk budaya dalam kehidupan sehari-hari, dan melihat audiens sebagai audiens
aktif (pemahaman berbeda-beda)

Decoding to the rescue


Apapun pesan yang disampaikan media, interpretasi seseorang-lah yang akan menyelamatkannya.
Menyelamatkan disini adalah kemampuan seseorang untuk memilah mana yang ingin di tangkapnya. Kita
tidak harus khawatir tentang orang yang berjam-jam di depan tv, karena tiap orang memiliki kemampuan
untuk mengkritik, active viewer & listener, dan tidak terbius oleh manipulasi media. Namun, Feedback
audiens tidak dengan mudah mengubah institusi media karena kekuatan sentral media massa, dimana media
adalah institusi billlions of dollars. Meski kita protes, acara tetap muncul.

TEORI KEBUDAYAAN & KERAGAMAN


Muted Group Theory (Cheris Kramarae)
Memberikan pemahaman tentang kelompok-kelompok yang bungkam (muted) karena keterbatasan bebahasa
(ketidakmampuan mengekspresikan pikiran mereka).

Kemunculan MGT
Berawal dari penelitian pasangan Ardener yang melihat bahwa masyarakat yang menduduki posisi teratas
hierarki sosial mengatur sistem komunikasi dalam budaya masyarakat secara keseluruhan, sehingga yang
menduduki posisi dibawahnya terpaksa mengikuti sistem yang telah ditetapkan. Contoh: sistem bahasa yang
ada menyulitkan wanita untuk menyuarakan pikirannya, serta pengalaman wanita direpresentasikan melalui
sudut pandang laki-laki. Contoh 2: pengalaman melahirkan diceritakan dari sudut pandang dokter (berapa
cm pembukaan, detak jantung, dll), bukan dari sudut pandang wanita yang melahirkan atau apa yang
diraaskannya.

Komposisi Kelompok yang Terbungkam


1. Kelompok Dominan (bukan cuma wanita, tapi kaum minoritas in general)
2. Jenis kelamin
3. Gender (pembagian peran feminitas dan maskulinitas. contoh: lego mainan cowok, boneka mainan
cewek)

Asumsi-asumsi MGT
1. Gender-Based Differences in Perception (perempuan memandang dunia berbeda daripada laki-laki
karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda–berdasarkan pembagian kerjanya)

2. Male Dominance (dominasi pria dibidang politik hingga menghambat perempuan dalam kebebasan
berekspresi)
3. Women’s Translation Processes (dalam masyarakat, perempuan harus mengubah system ekspresinya
untuk menerima sistem ekspresi laki-laki)

Proses Membungkam
 Ridicule (contoh: ucapan perempuan sering disepelekan, sehingga mereka memilih untuk bungkam.
Pria memberi label bhw wanita penggosip, pembual, dll. Jadi dianggap remeh)
 Ritual (contoh: wanita Jawa dituntut untuk diam dan nurut aja)
 Control (contoh: kebanyakan laki-laki dapat mengambil kontrol dalam pembicaraan)
 Harassment (contoh: melecehkan pendapat wanita yang bekerja di bidang pembangunan untuk
menunjukan bahwa wanita tidak pantas berada di bidang tersebut)

Strategi Melawan Pembungkaman


 Mengungkapkan alasan-alasan pembungkaman
 Mengambil, mengangkat,dan mementingkan kembali “trivial” discourse
 Menciptakan bahasa baru yang bisa mengekspresikan dan berasal dari pengalaman wanita (sehingga
pemikiran mereka bisa lebih dimengerti)

Kritik
1. Tidak memiliki kegunaan karena teori ini terlibat dalam esensialisme dan sudah banyak perempuan
yang bisa mengungkapkan pikirannya.
2. Test of Time : Tidak banyak bukti empiris untuk mendukung teori ini karena teori ini diciptakan tiga
puluh tahun yang lalu, dan asumsi teori ini belum telah diperbarui.

Standpoint Theory
Individu adalah active consumer dari realitas yang ada dan perspektif seseorang merupakan sumber
informasi yang membentuk pengalaman mereka (dipengaruhi oleh social group).
Teori ini menolak kekuatan kelompok dominan untuk mendefinisikan kelompok minoritas dan menuntut
tatanan sosial yang lebih adil dan setara.

Historical Foundation
George Wilhmelm (1807)  hubungan master-slave
Marx mengklaim bahwa posisi dari pekerja membatasi akses mereka terhadap pengetahuan
Nancy Hartsock mulai mengadaptasi teori ini untuk meneliti standpoint antara perempuan dan laki-laki.
Oleh karena itu, teori ini juga bisa disebut dengan Feminist Standpoint Theory. Standpoint Theory fokus
pada perspektif perempuan tapi bisa diterapkan pada kelompok minoritas lainnya.

Asumsi Standpoint
1. Posisi kelas membatasi pemahaman tentang hubungan sosial (contoh: pemahaman orang kaya
tentang orang miskin sedikit sekali karena selama hidupnya selalu kaya)
2. Semua standpoint adalah parsial (contoh: struktur masyarakat mengatakan yang berpendidikan lebih
tinggi kedudukannya daripada yang kurang berpendidikan, sehingga mereka lebih dihargai. Parsial:
hanya memiliki standpoint berdasarkan apa yang diajarkan dan didapatkan selama hidup)
3. Standpoint kelompok berkuasa membentuk hubungan material yang di dalamnya memaksa
kelompok lain untuk berpartisipasi (“kebenaran adalah apa yang kelompok dominan bilang benar”)
4. Standpoint kelompok tertindas menggambarkan struggle & achievement (contoh: perempuan
sekarang bekerja akibat emansipasi, atau ayah rumah tangga).
5. Standpoint kelompok tertindas memerlihatkan kejamnya hubungan antara kelompok ini
sehingga dianggap lebih adil dan lebih baik (contoh: Di kelas ada yang lebih diam dan ada yang
aktif, dosen harus memberdayakan yang lebih diam. Oleh karena itu, semua mahasiswa dituntut untuk
bersuara dan memiliki kesempatan bersuara yang sama di depan dosen untuk mendapat nilai yang
bagus)

Konsepsi Tambahan
1. Pengetahuan adalah produk dan aktivitas sosial  dibentuk secara subjektif oleh knowers
2. Wanita menghasilkan pemahaman yang berbeda dengan pria sehingga pola komunikasi berbeda
3. Pandangan kaum minoritas

Keynotes
1. Standpoint: posisi yang dicapai berdasarkan lokasi sosial seseorang yang memberikan aspek
interpretatif terhadap kehidupan orang tersebut.
2. Situated knowledges: pengetahuan seseorang didasarkan konteks dan keadaan.
3. Sexual division of labour: pengalokasian kerja menurut seks

Relationship to Communication
Komunikasi membentuk standpoint. Teori ini menunjukkan komunikasi sebagai alat untuk mengubah status
quo. Konsep suara, voice dan speaking out adalah konsep-konsep penting dalam teori ini

Kritik
- Teori ini terlalu menggeneralisasi bahwa semua social group itu sama (bertentangan dengan
esensilisme) dan berkaitan dengan dualisme, yaitu pengelompokkan sesuatu dalam sepasang kategori
yang berlawanan (contoh: laki-laki rasional dan perempuan emosional)
- kurang memberi pengertian yang kompleks mengenai pengalaman sehingga dianggap subjektif.
- perlu diperbaiki dengan diaplikasikan ke co-cultural groups lain dan menyelesaikan masalah
persoalan essentialism dan dualism.
Standpoint Theory mampu memperjelas mengenai perbedaan-perbedaan perilaku komunikasi dari
kelompok-kelompok sosial yang berbeda.

TEORI MEDIA BARU


Social Construction of Technology vs Technologically Determinism Theory
Ilmu pengetahuan murni (sains) dan teknologi pada dasarnya berbeda, sehingga membutuhkan pendekatan
yang berbeda untuk memahami keduanya. Namun, dalam jurnal “Social Construction of Facts and
Artefacts”, Pinch dan Bijker mencoba memperoleh suatu pendekatan terpadu yang dapat digunakan untuk
melihat hubungan antara sains dan teknologi.

Sociology of science
Pengembangan sosiologi dalam ilmu pengetahuan untuk ‘hard sciences’ (fisika, biologi, dll). Fokus pada
teori dan penelitian, bukan peneliti. Pengetahuan ilmiah dapat dibentuk secara sosial, yang kemudian disebut
sebagai pendekatan konstruktivis sosial (social constructuivist approach). Pengetahuan ilmiah hanya salah
satu dari serangkaian budaya pengetahuan (knowledge culture).

Science-technology relationship
Para peneliti masih beranggapan bahwa ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran dan teknologi sebagai
‘alat’ untuk mencari kebenaran itu. Padahal, ilmu dan teknologi diciptakan di berbagai lingkungan.

Technology studies
 Innovation studies: kurang konten teknologi itu sendiri. Lebih fokus pada proses inovasi. Konten
teknologi diperlakukan sebagai black box, atau pengetahuan umum.
 History of technology: teknologi diibaratkan sebagai sesuatu yg tertib. Banyak peneliti yg fokus pada
bentuk fisik teknologi. Kesuksesan teknologi dijadikan sebagai ‘penjelasan’ atas teknologi itu sendiri
(peneliti cepat puas)
 Sociology of technology: Riset tentang teknologi sebagai konstruksi sosial dan dampak sosial dari
teknologi masih kurang.

Pendekatan-pendekatan Teknologi dan Sains


1. Empirical Programme of Relativism (EPOR) fokus ke ilmu murni
fokus kepada studi empiris mengenai perkembangan kontemporer yang dilihat dari sudut pandang sains, dan
studinya mengenai kontroversi sains. 3 tahap EPOR:
1. Fleksibilitas interpretatif terhadap penemuan ilmiah. (penemuan-penemuan ilmiah terbuka terhadap
bermacam-macam interpretasi, tetapi akhirnya tetap ada satu kesepakatan tertentu yg dianggap sebagai
‘kebenaran’)
2. Mekanisme sosial membatasi fleksibilitas interpretatif
3. Menghubungkan closure mechanism (fisika, kimia, dll) dengan lingkungan sosio-kultural.
Terdapat kaum ‘anti’ yang disebut controversy group atau core-set yang berguna untuk memonitor
kesepakatan dan mengatasi masalah sociometric (peran grup ini dilihat di tahap 1&2).

2. Social Constructivist of Technology (SCOT) fokus ke penerapan teknologi

Melihat teknologi sebagai hal yang muncul dan berasal dari interaksi  sosial diantara kelompok sosial.
Contoh SCOT: Penny-farthing bicycle yang awalnya dibuat untuk laki-laki. Pada masa kemunculannya,
gerakan feminis sedang gencar, sehingga dibuat juga yang bisa digunakan wanita.

The Social Construction of Facts and Artefacts


Melihat persamaan pendekatan EPOR dan SCOT:
1. Interpretative Flexibility
o Dalam kasus sains, tedapat bermacam-macam interpretasi penemuan sains.
o Dalam kasus teknologi, terdapat bermacam-macam cara dalam mendesain suatu teknologi.
2. Closure and Stabilization (mencapai kesepakatan dan stabilisasi artefak/alat teknologi)
o Rhetorical closure: Dalam kasus sains, kontroversi diselesaikan dengan argumen kuat, bukti, dan hasil
eksperimen. Dalam kasus teknologi, bagaimana kelompok-kelompok yang berkepentingan melihat
suatu masalah teknologi sudah terselesaikan atau belum.
o Closure by redifinition of problems
3. Wider Context (menghubungkan artefak teknologi ke lingkungan sosial politik yang lebih luas)

Kritik
 Hanya fokus pada bagaimana teknologi itu diciptakan, bukan dampaknya.
 Hanya menjelaskan tentang kelompok-kelompok sosial yang terlibat dalam perkembangan teknologi.
 Terlalu tersimplifikasi saat diterapkan
 Hanya fokus kepada kebutuhan, ketertarikan, masalah dan solusi dari teknologi
 Terlalu fokus pada pengembangan design teknologi. Fungsi dari teknologi yang sudah ada tidak dikaji
lagi.

Online Disinhibition Effect Theory


Hilangnya atau diabaikannya aturan-aturan sosial dan hambatan yang ada dalam interaksi face-to-face ketika
berinteraksi dalam dunia maya (kehidupan online tidak sama dengan kehidupan offline)

Inhibition dibagi menjadi dua yaitu:


 Benign inhibition  menceritakan hal yang pribadi (rahasia, rasa takut dan harapan)
 Toxic inhibition  melakukan hal yang dianggap buruk (berkata kasar, menyebabkan kebencian
dan ancaman).

Faktor online disinhibition:


 Dissociative anonimity (Karena anonim kita lebih nyaman dan berani membuka diri, tanpa mikirin
konsekuensi di dunia nyata)
 invisibility (menghambat komunikasi karena gabisa mengamati ekspresi, gestur, dll)
 asyncronity (komunikasi tidak harus real time, bisa aja percakapan ditinggal, ada jeda; jadi ga harus
langsung respon)
 Silopsistic introjection (kita membaca pesan dengan ‘suara kita sendiri’ dan menginterpretasi sesuai
imajinasi kita sendiri, karena kita ga liat gimana orang lain menyusun pesan itu)
 Dissociative imagination (karena terpisah dengan dunia nyata, dianggap sbg ‘escape’ dan media
bermain. peraturan di dunia nyata nggak berlaku disini)
 Minimizing authority (gaada yg ngatur akun kita, bebas mau post apapun)

Faktor-faktor lain:
 Individual Differences.
 Shift among Intraphysic Constellation (peralihan dalam konstelasi pikiran). Struktur intrapsikis
menyerupai konstelasi. Jadi, apa yg ditampilkan di dunia nyata dan dunia maya tidak terpisah dan
keduanya adalah the real us (bertentangan sm asumsi bahwa “yang ditampilkan di dunia nyata itu not the
real us dan di dunia maya adalah the real us”). Disinhibition effect merupakan peralihan seseorang ketika
online ke dalam konstelasi dirinya.

Anda mungkin juga menyukai