Ringkasan Teori Komunikasi
Ringkasan Teori Komunikasi
Metafora Budaya (Geertz): Budaya organisasi rumit dan kompleks seperti jaring laba-laba. Setiap anggota
berkontribusi dalam pembentukan budaya organisasi seperti proses pemintalan benang dalam jaring laba-
laba. Primary goal dari teori ini adalah menemukan pola-pola dalam budaya organisasi.
Asumsi OCT
1. Anggota- anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan nilai-nilai sebuah organisasi.
(Contoh : Ketika SMA diberikan nilai-nilai dalam berperilaku agar visi misi sekolah terjaga
keutuhannya.)
2. Pentingnya penggunaan dan interpretasi symbol dalam budaya organisasi (Interpretasi simbol
akan membentuk makna yang akan menjadi nilai dan budaya sebuah organisasi. Contoh : Simbol
Verbal jargon, Simbol Fisik Logo, Simbol Perilaku Tradisi makrab)
3. Budaya organisasi bervariasi dan beragamnya interpretasi tindakan dalam budaya (Persepsi
dalam interpretasi makna yang beragam akan membuat bervariasinya budaya organisasi)
Pemahaman Etnografi
Etnografi digunakan untuk memahami budaya suatu organisasi dengan peneliti terjun langsung dan melihat
dari sudut pandang objek penelitian.
Field of Journal, catatan yang dibuat peneliti mengenai segala hasil obeservasinya selama
melakukan penelitian.
Thick Description dalam etnografi berarti menjelaskan secara menyeluruh dan mendalam
mengenai suatu budaya.
Performa Komunikatif
Performa adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh anggota maupun organisasi.
Jenis-jenis peforma:
1. Ritual Performances (Performa yang dilakukan rutin dalam organisasi)
a. Personal Ritual (Contoh: setiap pagi datang jam 8.15, kemudian membeli kopi)
b. Task Ritual (dilakukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Contoh: seorang akuntan akan
membuat laporan keuangan perusahaan setiap bulan)
c. Social Ritual (Rutinitas yang melibatkan hubungan dengan orang lain dalam organisasi.
Contoh: Makan siang bersama)
d. Organizational Ritual (dilakukan organisasi secara keseluruhan. Contoh: Rapat mingguan,
rapat tahunan)
2. Passion Performances (bercerita mengenai organisasi dengan sesama anggota. Contoh: atasan
bercerita mengenai pengalamannya bekerja)
3. Social Performances (dilakukan dalam berinteraksi dengan anggota lain. Contoh: pegawai saling
menyapa)
4. Political Performances (untuk menunjukan status, peran, dan kekuaasaan. Contoh: atasan yang
intimidatif dan tegas untuk menunjukkan kewenangannya)
5. Enculturation Performances (dilakukan sebagai pembelajaran bagi anggota mengenai budaya
organisasi dan bagaimana menjadi bagian dari suatu organisasi. Contoh: orientasi, team-building,
wawancara)
Kritik
1. Konsistensi Logika : konsep pemahaman makna yang sama dalam setiap anggota dinilai kurang logis
karena terdapat perbedaan sudut pandang tiap individu
2. Kegunaan : Teori ini memiliki banyak kegunaan, dan dapat diaplikasikan kepada anggota dari
berbagai organisasi karena berhubungan langsung dengan kinerja para anggota.
3. Heurisme : Teori ini telah memicu berbagai macam penelitian lanjutan (isu peran gender, displin
pelajar, dsb.)
Hal yang konstan dalam sebuah organisasi adalah perubahan. Terdapat 2 sudut pandang yang
mempengaruhi OIT:
1. General Systems Theory : menjelaskan pengaruh lingkungan luar terhadap organisasi dan
sebaliknya
2. Theory of Sociocultural Evolution : menjelaskan proses organisasi mengumpulkan dan memaknai
informasi.
Asumsi OIT
1. Human organizations exist in an information environment.
2. The information an organization receives differs in terms of equivocality (=istilah yang mengacu
pada pesan-pesan yang ambigu)
3. Human organizations engage in information processing to reduce equivocality of information.
Key Concepts
1. Lingkungan informasi ketersediaan stimuli (informasi) dalam sebuah organisasi
2. Peraturan pedoman dalam organisasi untuk menganalisa respon terhadap informasi yang
ambigu. Terdiri atas:
- Durasi : informasi ambigu harus diselesaikan dalam waktu sesingkat-singkatnya
- Personnel : anggota-anggota berwawasan paling luas lah yang harus menangani informasi
ambigu.
- Success : strategi terdahulu yang sukses dapat digunakan untuk mengurangi ambiguitas
informasi.
- Effort : informasi ambigu harus diselesaikan dengan usaha seminim mungkin
3. Siklus serangkaian komnuikasi yang digunakan untuk mengurangi ambiguitas (equivocality).
Terdapat double interact loops, yaitu siklus dari organisasi untuk mengurangi equivocality.
- Act : menerima pesan ambigu
- Respond : reaksi terhadap equivocality
- Adjust : reaksi organisasi terhadap equivocality
Principles of Equivocality
1. Sebuah organisasi harus mengamati hubungan antara informasi ambigu, peraturan yang dimiliki
organisasi untuk menguranginya, dan siklus yang harus digunakan.
2. Semakin sedikit jumlah peraturan yang dimilki organisasi untuk mengurangi ambiguitas, semakin
banyak siklus yang harus digunakan; dan sebaliknya.
3. Semakin banyak siklus yang digunakan, semakin berkurang ambiguitas.
Reducing Equivocality
1. Enactment interpretasi atas informasi yang diterima sebuah organisasi
2. Selection memilah-milah informasi yang diperoleh
3. Retention ingatan kolektif yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
Kritik
1. Anggota-anggota organisasi tidak selalu patuh pada peraturan yang ada, sehigga perilaku mereka
lebih didasari oleh intuisi, bukan peraturan organisasi.
2. Memiliki tingkat heurisme tinggi karena telah mendasari berbagai studi.
3. Teori ini menekankan pada proses komunikasi, bukan pada para pelaku komunikasi itu sendiri,
sehingga sangat membantu dalam memahami usaha lingkungan eksternal dan internal dalam
memahami informasi yang diterima.
Canon of Rethoric
5 norma pidato efektif menurut Aristoteles:
1. Invention (Berkaitan dengan konstruksi dan pengembangan argumen suatu pidato)
Topics (penalaran yang digunakan dalam argumen pidato)
Civing Spaces (perumpamaan bahwa pembicara harus punya tempat dimana terdapat kesempatan
untuk mengajak orang lain)
2. Arrangement (bagaimana pembicara mengatur pidato; melalui 3 pendekatan)
Introduction (pembicara mengambil perhatian pendengar dan menyampaikan tujuan pidato)
Body (argumen, pendukung detail, dsb)
Conclusion (menyampaikan inti pidato dan membangkitkan emosi pendengar)
3. Style (penggunaan bahasa untuk mengekspresikan ide; pilihan kata, perumpaan, dan kelayakan kata)
4. Memory (usaha pembicara menghafal pidato sebagai dasar pemahaman akan materi dan teknik)
5. Delivery (presentasi nonverbal suatu pidato; perilaku, kontak mata, vokal, lafal, logat, gerak tubuh,
dan penampilan fisik)
Jenis-jenis Retorika
1. Retorika Forensik (keadaan ketika pembicara mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak
bersalah. Biasanya digunakan dalam pengadilan, dimana pembicara forensik meyakinkan hakim
akan argumen-argumen mereka)
2. Retorika Epideiktik/seremonial (berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Disampaikan kepada
publik dengan tujuan memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Berfokus pada isu-
isu sosial masa kini dan tidak bisa dipisahkan dengan ethos)
3. Retorika Deliberatif/politis (menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh
dilakukan oleh khalayak. Berorientasi pada masa depan.
Kritik
1. Heurisme : Teori ini telah mencakup beberapa subarea dalam komunikasi, seperti ketakutan dalam
berkomunikasi dan telah mendorong penelitian bersifat empiris maupun praktis.
2. Konsistensi Logis :
Tidak konsisten karena Aristoteles menganjurkan pembicara untuk menghindari emosi dalam
penyampaian pidato, tetapi juga menekankan pentingnya mengunggah emosi khalayak (pathos)
dalam suatu pidato.
Kurang Terorganisasi : Teori ini disusun hanya berdasarkan catatan-catatan ceramah Aristoteles
Mengabaikan Sifat Kritis Pendengar
3. Pengujian Waktu Berjalan : Teori ini telah melalui rentang waktu 2000 tahun dengan poros
Aristoteles, sehingga teori mengenai emosi, logika, dan kepercayaan ini tidak dapat diabaikan.
Dramatism
Dramatisme teori yang mencoba memahami manusia dengan melihat kehidupan manusia sebagai sebuah
drama; menempatkan fokus pada adegan yang diperlihatkan oleh berbagai pemain.
Asumsi-asumsi dramatisme
1. Manusia adalah hewan yang menggunakan simbol beberapa hal yang dilakukan manusia
dimotivasi oleh naluri hewan dan beberapa hal dimotivasi oleh naluri simbolik.
2. Bahasa dan simbol membentuk sistem yang penting bagi manusia Terdapat keterbatasan
pemahaman manusia; tergantung pengalaman, konteks masyarakat, dll)
3. Manusia adalah pembuat keputusan
Dramatistic ratios proporsi suatu elemen relatif terhadap yang lain. Rasio dapat dilihat dengan
mengamati hubungan antara 2 pentad. An agent & act ratio, for instance, is at issue when we attempt to
understand how a good person might do a bad thing. In analyzing the ratios in this manner, the researcher
is able to discover a dominant element. Is the agent emphasized more than the situation or vice versa?
TEORI MEDIA
Cultivation Analysis (Gerbener & Gross)
Cultivation proses kumulatif dimana tv menanamkan suatu keyakinan tentang realitas sosial kepada
khalayak secara perlahan-lahan dan dalam jangka panjang.
Cultivation analysis dipakai dalam violence index, yaitu analisis tahunan yang mengukur jumlah kekerasan
yang ditampilkan dalam program tv prime time.
Asumsi
1. TV bereda dengan format media massa lainnya karena kemudahan akses dan keberadaanya
terjangkau untuk semua orang
2. TV membentuk cara masyarakat berpikir dan berhubungan.
3. Pengaruh TV terbatas (terbatas = efek yang dapat diukur, diamati, dan independen tv pada
kebudayaan itu kecil tetapi dampaknya signifikan)
Kritik
Metode yang digunakan tidak sejalan dengan apa yang ingin dihasilkan dari penelitian tersebut.
Teori ini tidak bisa digunakan untuk menjeaskan bagaimana seseorang memiliki pandangan terhadap
dunia.
Penelitian terkini menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam teori ini.
Seiring berjalannya waktu juga tv menjadi kebutuhan sehari-hari sehingga sulit untuk menentukan mana
heavy dan light viewers-nya.
Agenda Setting
Agenda setting mencakup:
The media agenda : serangkaian topik yang disusun oleh media (koran, tv, dll)
The public agenda : serangkaian topik yang dianggap penting oleh masyarakat
The policy agenda : isu-isu yang dianggap penting oleh decision makers
Agenda setting adalah proses dimana media mengarahkan masyarakat dalam memilih isu-isu publik
mana yang penting. Agenda media mempengaruhi agenda publik, sehingga opini publik menjadi
representasi dari opini media. Sebaliknya, terdapat kemungkinan agenda media dipengaruhi agenda publik
“tell them what they want to hear”.
Perkembangan Teoritis Agenda Setting
1. Contingency factors : melihat karakteristik faktor-faktor yang memppengaruhi agenda setting effect
> audience, isu, media.
Audience : tiap individu membutuhkan orientasi (need of orientation), yaitu gabungan
antara keingintahuan dan ketidakpastian/ketidaktahuan tentang suatu isu, sehingga mudah
dipengaruhi apa yang disajikan media
Isu : terdapat konsep obtrusive issue, dimana sebuah isu semakin menonjol jika publik
memiliki keterkaitan/kontak langsung dengan isu tersebut.
Media : karena banyaknya variasi media, maka pembuatan agenda media menjadi proses
panjang, kompleks, dan bervariasi.
2. Second Level Agenda Setting : melihat bahwa media mempengaruhi isu apa yang seharusnya
dipikirkan publik dan bagaimana publik memandang isu tersebut; berbeda dengan first-level
agenda setting yang hanya melihat media mempengaruhi isu-isu apa yang dimasukkan dalam agenda
publik. Terdapat konsep framing, dimana media memfokuskan beberapa aspek dalam kehidupan
dan memperkecil kepentingan aspek lain.
3. Penjelasan Mekanisme Psikologis : melihat proses pengaruh media terhadap penilaian individu
tentang apa yang dianggap penting. Terdapat konsep priming, yaitu pengaruh konteks
sebelumnya dalam menerima dan menginterpretasi informasi. Contoh: kita baca berita tentang
virus komputer, terus kita ngobrol tentang virus. Kita akan nyambung ke virus yang merusak
komputer, bukan virus penyakit di tubuh.
Kritik
Pengaruh media bersifat ambigu
Teori ini memiliki nilai heuristik tinggi, karena telah memunculkan banyak penelitian
‘kekayaan’ teori ini dikarenakan konsepnya yang sederhana
Dapat digunakan untuk meprediksikan berbagai pengaruh media terhadap publik
Asumsi-Asumsi MET
1. Media masuk ke dalam perilaku keseharian masyarakat
Menekankan bahwa kehidupan kita tidak bisa lepas dari teknologi. McLuhann melihat pengaruh dari angka,
permainan, dan uang terhadap masyarakat.
o angka: seseorang akan merasa nyaman berada diantara orang-orang lain. Rasa nyaman ini
merupakan pengertian dari pelipatgandaan angka (multiplication of numbers).
o permainan menjadi media interpersonal karena orang-orang ingin berpartisipasi dalam
sesuatu yang menyenangkan dan menggambarkan diri mereka sendiri.
o Uang bergantung pada masyarakat sebagai bentuk status dan rezeki. Uang memiliki
kekuatan untuk memberikan akses untuk orang-orang yang memilkinya.
2. Media membetulkan persepsi dan mengorganisasi pengalaman kita
Media memberi pengaruh besar pada pandangan kita terhadap dunia. Contohnya, manipulasi yang dilakukan
oleh televisi.
3. Media saling menghubungkan penduduk dunia
Terdapat global village, dimana terdapat kemampuan untuk saling menerima pesan secara cepat melalui
media yang ada. Akibatnya, kita cenderung mengkhawatirkan isu global daripada isu yang ada di
lingkungan masyarakat kita sendiri.
rasio indera (ratio of the senses) Berkaitan dengan bagaimana orang-orang beradaptasi dengan
lingkungannya (melalui keseimbangan indera-indera yang dimilikinya)
Media adalah Pesan (The Medium Is the Message) merupakan istilah yang mengacu pada kekuatan dan
pengaruh media (bukan isi pesan) terhadap masyarakat.
The Tetrad
Tetrad merupakan konsep keteraturan untuk memahami Laws of Media, yaitu pengembangan teori MET
yang fokus pada dampak teknologi pada masyarakat. McLuhan membuat empat pertanyaan Laws of Media:
Apa yang diperkuat (enhance) media? (Skype memperjelas percakapan seperti face-to-face)
Apa yang dibuat usang/kuno (obsolesces) oleh media? (TV membuat radio ketinggalan zaman)
Apa yang dapat dipulihkan (retrieve) oleh media? (TV mengembalikan pentingnya unsur visual
yang tidak dapat dicapai oleh radio, tetapi yang dulunya ada di dalam percakapan langsung)
Apa yang dapat dikembalikan (reverse) oleh media? (keinginan publik untuk memiliki akses
terhadap hiburan dalam medium yang relatif murah mendorong terciptanya drama dan program
komedi)
Kritik
1. Testabilitas: banyak konsep yang sulit dimengerti, terlalu menekankan banyaknya teknologi
berdampak bagi kehidupan sosial, sehingga dianggap berlebihan.
2. Teori ini memiliki nilai heuristik yang tinggi dibuktikan dengan adanya Asosiasi Ekologi Media,
yang mempromosikan penggunaan praktis MET, dan digunakan dalam banyak riset.
Terdapat konsep fraction of Selection (Schramm) tentang proses pemilihan media yang digunakan
(uses); imbalan yang diharapkan (gratifications) dibandingkan usaha yang dibutuhkan.
Expectation of reward
Effort required
2. Diawali dengan pembuatan tipologi tentang semua alasan manusia menggunakan media.
3. Berawal dari ketertarikan peneliti untuk menghubungkan alasan-alasan khusus penggunaan
media, seperti kebutuhan, goals, keuntungan, konsekuensi penggunaan media, dan faktor individual.
Contoh: penelitian tentang hubungan antara motivasi, ketertarikan interpersonal, dan interaksi
parasosial (hubungan yang kita rasakan dengan orang-orang yang kita kenal hanya melalui media)
dengan mendengarkan ceramah publik di radio. Pendengar memilih untuk mendengarkan radio dan
mempercayai host-nya karena terdapat motivasi untuk memperoleh hiburan dan informasi
berdasarkan hubungan parasosial.
Asumsi-asumsi
1. The audience is active and its media use is goal oriented.
Berkaitan dengan cara-cara mengkattegorikan kebutuhan dan gratification individu:
- Diversion (dengan keluar dari rutinitas atau masalah sehari-hari)
- Personal relationships (menggunakan media sebagai pengganti companionship)
- Personal identity (cara-cara memperkuat nilai-nilai individu)
- Surveillance (mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan)
2. The initiative in linking need gratification to a specific medium choice rests with the audience
member.
3. The media compete with other sources for need satisfaction.
4. People have enough self-awareness of their media use, interests, and motives to be able to provide
researchers with an accurate picture of that use.
5. Value judgments of media content can only be assessed by the audience.
Media Effects
1. Meskipun khalayak aktif, efek media tetap akan terjadi.
2. Dunia kita penuh dengan informasi-informasi yang menarik bagi kita; kita dapat mengakses
informasi tersebut melalui media
3. Kadang media menjadi satu-satunya sumber informasi (yang tidak bisa kita dapatkan di dunia nyata
tanpa media)
4. Media menyediakan informasi-informasi yang kita pentingkan
5. Situasi sosial menuntut kita untuk terbiasa dengan media (dan memperoleh informasi-informasi
penting)
Kritik
1. Teori ini kurang koheren. Terlalu fokus pada penggunaan media dan tidak melihat ‘kecerobohan’
media itu sendiri
2. Beberapa key concepts dalam teori ini masih dipertanyakan
3. Memiliki nilai heuristik tinggi karena telah mendasari berbagai studi.
TEORI KHALAYAK
Reception Theory
Stuart Hall membahas teori dalam tataran komunikasi massa; ia mengkritik teori komunikasi massa. Hall
menawarkan pandangan bahwa ada beberapa tahapan dalam komunikasi massa:
1. Produksi (makna diproduksi)
2. Sirkulasi
3. Use (digunakan atau distribusi makna)
4. Reproduksi
Setiap tahap mempunyai otonomi atau kekhasan masing-masing. Makna tidak secara pasti ditentukan oleh
pengirim pesan. Penerima pesan juga aktif dalam men-decode makna pesan.
Pesan tidak hanya ditransmisikan tapi juga diproduksi.
Paradigma Semiotik
Adalah analisis proses resepsi pesan menggunakan semiotik/ilmu mengenai tanda atau simbol.
Istilah dalam paradigma semiotik:
Sign: Lambang, yang merepresentasikan
Kode: Makna umum yang telah dibuat pihak tertentu
Program televisi adalah permainan simbolik. Dalam linguistik terdapat 2 makna, yaitu:
A. Denotasi: makna literal, hal yang sudah dianggap natural.
B. Konotasi: makna asosiatif, identik dengan makna kultural, dan ideologis
Kebudayaan dominan yang terlihat dalam televisi disebut dominant cultural order dan makna yang secara
umum dipahami disebut preferred meanings atau dominant.
Stuart Hall mengajukan hipotesis tentang decoding, dimana ia menekankan adanya hubungan antara
encoder (media) dengan decoder (audiens). 3 posisi audiens:
1. Dominant (tidak terjadi perbedaan interpretasi konten media oleh audiens; informasi diterima mentah-
mentah)
2. Negotiated (sebagian setuju/menerima informasi dair media, sebagian tidak; audiens melakukan
modifikasi terhadap pesan dari media agar sesuai dengan pemahamannya)
3. Oppositional (sepenuhnya menentang apa yang disajikan media; interpretasi audiens bersebrangan
dengan media)
Asumsi
Khalayak tidak pasif karena memiliki kemampuan untuk menyaring pesan yang masuk melalui filter
konseptual. Raymound yang mengkritik bahwa khalayak hanya sebagai robot pasif khalayak hanya akan
menuruti pesan jika pesan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Fokus penelitian bergeser dari komunikator menjadi publik karena menganggap bahwa Individu memiliki
kemampuan untuk menyeleksi.
Kemampuan seleksi dipengaruhi oleh:
1. Perbedaan individu
2. Perbedaan persepsi
3. Perbedaan sosial budaya
Uses & Gratification theory endukung Obstinate Audience Theory didasari oleh asumsi bahwa manusia
adalah makhluk rasional, aktif, dinamis, selektif terhadap semua pengaruh di luar dirinya. Uses and
Gratifications Theory meneliti asal mula kebutuhan psikologis dan sosial manusia yang menimbulkan
harapan tertentu dari penggunaan media massa atau sumber-sumber lain.
Elemen Uses and Gratifications Theory
Audiens aktif dan penggunaan media berorientasi pada tujuan
Audiens memegang inisiatif untuk menghubungkan kebutuhan kepuasan dan pilihan media
Orang-orang mempunyai kesadaran diri yang memadai berkenaan penggunaan media
Pertimbangan seputar keperluan audiens tentanf media spesifik atau isi harus dibentuk
Pada dasarnya Obstinate Audience Theory dan Uses and Gratifications Theory dapat dimasukan ke dalam
kelompok besar paradigma psikologi komunikasi politik. Tiap individu akan menyaring, menyeleksi dan
mengolah secara internal semua pesan yg berada di luar dirinya. Audiens yang memilih konten media sesuai
dengan ketertarikan mereka.
Audiens dan media diibaratkan sebagai Pendulums and Pitfalls; seperti pendulum yang goyang kiri-kanan
bolak-balik, kita nerima pesan-pesan yang berguna, lalu memodifikasi sesuai pemahaman kita.
Asumsi AAT
1. Audiens itu selalu bersifat aktif
2. Konten media selalu bersifat polisemi (terbuka terhadap beragam interpretasi)
Kemunculan MGT
Berawal dari penelitian pasangan Ardener yang melihat bahwa masyarakat yang menduduki posisi teratas
hierarki sosial mengatur sistem komunikasi dalam budaya masyarakat secara keseluruhan, sehingga yang
menduduki posisi dibawahnya terpaksa mengikuti sistem yang telah ditetapkan. Contoh: sistem bahasa yang
ada menyulitkan wanita untuk menyuarakan pikirannya, serta pengalaman wanita direpresentasikan melalui
sudut pandang laki-laki. Contoh 2: pengalaman melahirkan diceritakan dari sudut pandang dokter (berapa
cm pembukaan, detak jantung, dll), bukan dari sudut pandang wanita yang melahirkan atau apa yang
diraaskannya.
Asumsi-asumsi MGT
1. Gender-Based Differences in Perception (perempuan memandang dunia berbeda daripada laki-laki
karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda–berdasarkan pembagian kerjanya)
2. Male Dominance (dominasi pria dibidang politik hingga menghambat perempuan dalam kebebasan
berekspresi)
3. Women’s Translation Processes (dalam masyarakat, perempuan harus mengubah system ekspresinya
untuk menerima sistem ekspresi laki-laki)
Proses Membungkam
Ridicule (contoh: ucapan perempuan sering disepelekan, sehingga mereka memilih untuk bungkam.
Pria memberi label bhw wanita penggosip, pembual, dll. Jadi dianggap remeh)
Ritual (contoh: wanita Jawa dituntut untuk diam dan nurut aja)
Control (contoh: kebanyakan laki-laki dapat mengambil kontrol dalam pembicaraan)
Harassment (contoh: melecehkan pendapat wanita yang bekerja di bidang pembangunan untuk
menunjukan bahwa wanita tidak pantas berada di bidang tersebut)
Kritik
1. Tidak memiliki kegunaan karena teori ini terlibat dalam esensialisme dan sudah banyak perempuan
yang bisa mengungkapkan pikirannya.
2. Test of Time : Tidak banyak bukti empiris untuk mendukung teori ini karena teori ini diciptakan tiga
puluh tahun yang lalu, dan asumsi teori ini belum telah diperbarui.
Standpoint Theory
Individu adalah active consumer dari realitas yang ada dan perspektif seseorang merupakan sumber
informasi yang membentuk pengalaman mereka (dipengaruhi oleh social group).
Teori ini menolak kekuatan kelompok dominan untuk mendefinisikan kelompok minoritas dan menuntut
tatanan sosial yang lebih adil dan setara.
Historical Foundation
George Wilhmelm (1807) hubungan master-slave
Marx mengklaim bahwa posisi dari pekerja membatasi akses mereka terhadap pengetahuan
Nancy Hartsock mulai mengadaptasi teori ini untuk meneliti standpoint antara perempuan dan laki-laki.
Oleh karena itu, teori ini juga bisa disebut dengan Feminist Standpoint Theory. Standpoint Theory fokus
pada perspektif perempuan tapi bisa diterapkan pada kelompok minoritas lainnya.
Asumsi Standpoint
1. Posisi kelas membatasi pemahaman tentang hubungan sosial (contoh: pemahaman orang kaya
tentang orang miskin sedikit sekali karena selama hidupnya selalu kaya)
2. Semua standpoint adalah parsial (contoh: struktur masyarakat mengatakan yang berpendidikan lebih
tinggi kedudukannya daripada yang kurang berpendidikan, sehingga mereka lebih dihargai. Parsial:
hanya memiliki standpoint berdasarkan apa yang diajarkan dan didapatkan selama hidup)
3. Standpoint kelompok berkuasa membentuk hubungan material yang di dalamnya memaksa
kelompok lain untuk berpartisipasi (“kebenaran adalah apa yang kelompok dominan bilang benar”)
4. Standpoint kelompok tertindas menggambarkan struggle & achievement (contoh: perempuan
sekarang bekerja akibat emansipasi, atau ayah rumah tangga).
5. Standpoint kelompok tertindas memerlihatkan kejamnya hubungan antara kelompok ini
sehingga dianggap lebih adil dan lebih baik (contoh: Di kelas ada yang lebih diam dan ada yang
aktif, dosen harus memberdayakan yang lebih diam. Oleh karena itu, semua mahasiswa dituntut untuk
bersuara dan memiliki kesempatan bersuara yang sama di depan dosen untuk mendapat nilai yang
bagus)
Konsepsi Tambahan
1. Pengetahuan adalah produk dan aktivitas sosial dibentuk secara subjektif oleh knowers
2. Wanita menghasilkan pemahaman yang berbeda dengan pria sehingga pola komunikasi berbeda
3. Pandangan kaum minoritas
Keynotes
1. Standpoint: posisi yang dicapai berdasarkan lokasi sosial seseorang yang memberikan aspek
interpretatif terhadap kehidupan orang tersebut.
2. Situated knowledges: pengetahuan seseorang didasarkan konteks dan keadaan.
3. Sexual division of labour: pengalokasian kerja menurut seks
Relationship to Communication
Komunikasi membentuk standpoint. Teori ini menunjukkan komunikasi sebagai alat untuk mengubah status
quo. Konsep suara, voice dan speaking out adalah konsep-konsep penting dalam teori ini
Kritik
- Teori ini terlalu menggeneralisasi bahwa semua social group itu sama (bertentangan dengan
esensilisme) dan berkaitan dengan dualisme, yaitu pengelompokkan sesuatu dalam sepasang kategori
yang berlawanan (contoh: laki-laki rasional dan perempuan emosional)
- kurang memberi pengertian yang kompleks mengenai pengalaman sehingga dianggap subjektif.
- perlu diperbaiki dengan diaplikasikan ke co-cultural groups lain dan menyelesaikan masalah
persoalan essentialism dan dualism.
Standpoint Theory mampu memperjelas mengenai perbedaan-perbedaan perilaku komunikasi dari
kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Sociology of science
Pengembangan sosiologi dalam ilmu pengetahuan untuk ‘hard sciences’ (fisika, biologi, dll). Fokus pada
teori dan penelitian, bukan peneliti. Pengetahuan ilmiah dapat dibentuk secara sosial, yang kemudian disebut
sebagai pendekatan konstruktivis sosial (social constructuivist approach). Pengetahuan ilmiah hanya salah
satu dari serangkaian budaya pengetahuan (knowledge culture).
Science-technology relationship
Para peneliti masih beranggapan bahwa ilmu pengetahuan untuk mencari kebenaran dan teknologi sebagai
‘alat’ untuk mencari kebenaran itu. Padahal, ilmu dan teknologi diciptakan di berbagai lingkungan.
Technology studies
Innovation studies: kurang konten teknologi itu sendiri. Lebih fokus pada proses inovasi. Konten
teknologi diperlakukan sebagai black box, atau pengetahuan umum.
History of technology: teknologi diibaratkan sebagai sesuatu yg tertib. Banyak peneliti yg fokus pada
bentuk fisik teknologi. Kesuksesan teknologi dijadikan sebagai ‘penjelasan’ atas teknologi itu sendiri
(peneliti cepat puas)
Sociology of technology: Riset tentang teknologi sebagai konstruksi sosial dan dampak sosial dari
teknologi masih kurang.
Melihat teknologi sebagai hal yang muncul dan berasal dari interaksi sosial diantara kelompok sosial.
Contoh SCOT: Penny-farthing bicycle yang awalnya dibuat untuk laki-laki. Pada masa kemunculannya,
gerakan feminis sedang gencar, sehingga dibuat juga yang bisa digunakan wanita.
Kritik
Hanya fokus pada bagaimana teknologi itu diciptakan, bukan dampaknya.
Hanya menjelaskan tentang kelompok-kelompok sosial yang terlibat dalam perkembangan teknologi.
Terlalu tersimplifikasi saat diterapkan
Hanya fokus kepada kebutuhan, ketertarikan, masalah dan solusi dari teknologi
Terlalu fokus pada pengembangan design teknologi. Fungsi dari teknologi yang sudah ada tidak dikaji
lagi.
Faktor-faktor lain:
Individual Differences.
Shift among Intraphysic Constellation (peralihan dalam konstelasi pikiran). Struktur intrapsikis
menyerupai konstelasi. Jadi, apa yg ditampilkan di dunia nyata dan dunia maya tidak terpisah dan
keduanya adalah the real us (bertentangan sm asumsi bahwa “yang ditampilkan di dunia nyata itu not the
real us dan di dunia maya adalah the real us”). Disinhibition effect merupakan peralihan seseorang ketika
online ke dalam konstelasi dirinya.